BAB III METODE PENELITIAN - Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit

BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah. Karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah

  penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif yang dimaksudkan untuk melihat gambaran humanity pada perawat rumah sakit.

  Menurut Azwar (2004), penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karaktersitik mengenai sampel atau mengenai bidang tertentu. Data yang dikumpulkan hanya bersifat deskriptif sehingga tidak bermaskud mencapai penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. Hasil penelitiannya berupa deskripsi mengenai variabel-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, rata- rata nilai atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori di suatu variabel.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

  Identifikasi variable penelitian merupakan langkah penetapan variabel- variabel utama yang menjadi fokus dalam penelitian (Azwar, 2001). Purwanto (2008), mengungkapkan bahwa ada tiga ciri variabel, yaitu dapat diukur, membedakan antar objek dalam suatu populasi dan nilainya bervariasi. Penelitian kuantitatif deskriptif mengharuskan hasil penelitian yang objektif, terukur dan selalu terbuka untuk diuji (Purwanto, 2008). Menurut Bouma, 1993 (dalam Purwanto, 2008), variabel berbeda dengan konsep. Dimana konsep belum dapat diukur dan variabel merupakan operasionalisasi dari suatu konsep. Variabel juga merupakan karakteristik atau kualitas individu yang berbeda satu sama lain (Ghiselli, Campbell dan Zedeck, 1981 dalam Purwanto, 2008). Variabel merupakan sebuah simbol di mana angka-angka atau nilai ditetapkan dan suatu konsep dikatakan sebagai variabel bila menunjukkan adanya variasi (Kerlinger, 2000). Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah humanity pada perawat rumah sakit.

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

  Definisi operasional merupakan batasan suatu fenomena yang dapat diamati dan diukur, bersifat behavioral (Purwanto, 2008). Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan dalam menginterpretasi masing-masing variabel penelitian (Hadi, 2000).

  Humanity yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kekuatan

  interpersonal yang melibatkan hubungan untuk menjalin kedekatan dan pertemanan dengan orang lain serta menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Humanity ini diukur berdasarkan tiga kekuatan karakter yang dikemukakan oleh Peterson & Seligman (2004), yang terdiri dari:

  Love, merupakan kondisi kognitif, perilaku dan emosional seseorang yang

  menjadi sumber utama kasih sayang untuk menjalin kedekatan dengan individu lain. Kindness, sebagai tindakan sukarela dalam memberikan pertolongan kepada orang lain, berkaitan erat dalam hal kemanusiaan. Dalam arti semua orang berhak mendapat perhatian dan pengakuan tanpa alasan utilitarian tetapi hanya karena mereka memang berhak mendapatkannya. Social Intelligence, mengarah pada kemampuan berfikir atau kemampuan untuk mengenal dan mempengaruhi diri sendiri dan orang lain, sehingga dapat beradaptasi di lingkungan dengan baik.

  Humanity pada perawat rumah sakit dalam penelitian ini dapat dilihat dari

  skor yang diperoleh individu dari skala humanity. Jika semakin tinggi skor skala

  humanity yang diperoleh maka semakin besar humanity yang dimiliki oleh

  perawat rumah sakit. Demikian sebaliknya, jika semakin rendah skor skala

  humanity humanity yang diperoleh maka semakin rendah humanity yang dimiliki perawat rumah sakit. Nilai alpha cronbach pada penelitian ini yaitu 0.942.

C. POPULASI, SAMPEL DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL

  1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perawat rumah sakit.

  Populasi didefenisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sampel adalah sebagian dari populasi. Karena merupakan bagian dari populasi, tentulah harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya (Azwar, 2004).

  2. Sampel

  Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan subjek yang jumlahnya kurang dari populasi (Hadi, 2000). Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal baik yang bersifat teoritis maupun praktis, yang bersifat teoritis dimaksudkan untuk memperoleh derajat kecermatan statistik yang maksimal. Sedangkan pertimbangan yang bersifat praktis didasarkan pada keterbatasan peneliti, antara lain keterbatasan kesempatan yang diberikan (izin dari pihak rumah sakit), waktu dan dana.

  Sampel dalam penelitian ini berjumlah 199 orang perawat rumah sakit, untuk menghasilkan suatu bentuk distribusi frekuensi yang mendekati normal Azwar (2004), menyatakan secara statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak.

3. Metode Pengambilan Sampel

  Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat rumah sakit. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik non-probability sampling. Menurut Hadi (2000), non-

  probability sampling adalah teknik sampling yang tidak memberi peluang atau

  kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, hanya individu-individu yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja yang diselidiki. Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah incidental

  sampling . Incidental sampling diperoleh berdasarkan pada faktor incidental atau

  kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yag sesuai dengan karakteristik tertentu.

D. INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN

1. Alat Ukur yang Digunakan

  Pengukuran yang buruk dapat menghasilkan penelitian ilmiah yang tidak valid (Kerlinger, 1990). Oleh karena itu, alat pengumpul data atau instrumen penelitian yang digunakan akan menentukan kualitas data yang terkumpul dan kualitas penelitian.

  Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi. Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk/konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 2005).

  Metode skala mengungkap beberapa karakteristik yaitu: (1) stimulasinya tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan; (2) skala psikologi selalu berisi banyak aitem dan respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban ‘benar’ atau ‘salah’.

  Menurut Azwar (2005), metode skala mempunyai perbedaan dengan angket, karakteristik skala yaitu:

1. Data yang diungkap berupa konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu.

  2. Pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indicator perilaku guna memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang biasannya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan.

  3. Responden terhadap skala psikologi, meskipun memahami isi pertanyaannya, biasanya tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan tersebut.

  4. Respon terhadap skala psikologi diberi skor melewati proses penskalaan.

  Satu skala psikologi hanya diperuntukkan guna mengungkap suatu atribut tunggal.

  5. Hasil ukur skala psikologi harus teruji realibitasnya secara psikometris di karenakan relevansi isi dan konteks kalimat yag digunakan sebagai stimulus pada skala psikologi lebih terbuka terhadap eror.

  6. Validitas skala psikologi lebih ditentukan oleh kejelasan konsep psikologis yang hendak diukur dan operasionalisasinya.

  Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala humanity, yang disusun peneliti berdasarkan 4 komponen psikologis humanity yang diungkap oleh Peterson & Seligman (2004), yang terdiri dari: love, kindness, dan

  social intelligence. Kemudian dilakukan penyesuaian terhadap perawat rumah sakit untuk pembuatan aitemnya. Berikut blue print dari skala humanity.

  Tabel 1. Blue Print Skala Humanity Sebelum Uji Coba No Aspek Nomor Item Jumlah

  1 Love

  F : 3, 4, 10, 11, 21, 29

  11 UF : 7, 15, 18, 22, 23

  2 Kindness F : 1, 13, 14, 27, 30

  9 UF : 8, 16, 24, 26

  3 Social Intelligence F : 2, 5, 6, 12, 19, 20, 28

  10 UF : 9, 17, 25

  Jumlah

  30 Skala ini dibuat dengan model penyajian skala Likert, yaitu skala yang mengukur kekuatan persetujuan dari pernyataan-pernyataan untuk mengukur sikap atau perilaku Delaney, 2007). Dengan alternative respon pernyataan terdiri atas empat pilihan jawaban, yaitu: 1) Sangat Sesuai (SS), 2) Sesuai (S), 3) tidak Sesuai (TS) dan 4) Sangat Tidak Sesuai (STS).

  Aitem dalam skala ini terbagi dalam dua arah, yaitu favourable (mendukung) dan unfavourable (tidak mendukung), setiap pilihan alternatif respon memiliki skor masing-masing tergantung dari jenis aitem, apakah

  favourable atau unfavourable. Untuk aitem favourable, Sangat Sesuai diberi skor

  4, Sesuai diberi skor 3, Tidak Sesuai diberi skor 2, dan Sangat Tidak Sesuai diberi skor 1. Sedangkan skor untuk aitem yang unfavourable 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai, 3 untuk jawaban Tidak Sesuai, 2 untuk jawaban Sesuai, dan 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (Azwar, 2000).

  Skor total merupakan petunjuk tinggi rendahnya humanity pada perawat rumah sakit. Semakin tinggi skor yang dicapai maka semakin tinggi humanity perawat rumah sakit. Sebaliknya, semakin rendah skoryang dicapai, maka semakin rendah humanity pada perawat rumah sakit. Pengklasifikasian tinggi rendahnya gambaran humanity pada perawat rumah sakit dilakukan dengan mencari mean, varians dan standar deviasi dengan menggunakan SPSS version

  17.0 for Windows .

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

1. Uji Validitas

  Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2004).

  Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content

  validity ). Validitas ini menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam skala telah komprehensif mencakup semua aspek dalam penelitian dan tingkat relevansinya.

  Validitas isi dalam penelitian ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional (kesesuaian dengan blue print yang telah disusun oleh peneliti) dan diperkuat lewat professional judgement yang dilakukan oleh Dosen pembimbing (Azwar, 2004).

  Setelah skala humanity diuji cobakan kepada 100 perawat di RSU Bunda Thamrin, peneliti akan melakukan uji daya beda aitem untuk mendapatkan aitem- aitem yang memenuhi persyaratan. Uji daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes sebagaimana yang dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2004).

  Peneliti menggunakan formula koefesien korelasi Pearson Product Moment untuk menguji daya beda dari aitem-aitem dalam skala humanity.

  Prosedur pengujian ini menghasilkan koefesien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2004). Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan SPSS version 17.0 for Windows akan diperoleh aitem-aitem yang memenuhi persyaratan.

  Menurut Azwar, (2004) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal r ix ≥ 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan.

2. Uji Reliabilitas

  Menurut Azwar (2004) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

  Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor error (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersama- sama (Azwar, 2007).

  Uji reliabilitas skala penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, di mana tes dikenakan sekali saja pada sekelompok subyek. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien realibilitas (r `) yang angkanya berada dalam rentang 0

  xx sampai dengan 1,00. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka 1,00 menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas yang dimiliki (Azwar, 2007). Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien alpha

  Cronbach dengan menggunakan program SPSS Version 17.0 for Windows. Data

  untuk menghitung koefisien reliabilitas alpha diperoleh lewat penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada satu kelompok responden

  (single-trial administration) (Azwar, 2005).

F. UJI COBA ALAT UKUR PENELITIAN

  Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya, skala humanity diuji cobakan terlebih dahulu kepada sejumlah responden yang sesuai dengan karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui apakah kalimat dalam aitem mudah dan dapat dipahami oleh responden sebagaimana diinginkan oleh peneliti (Azwar, 2009).

  Pelaksanaan uji coba alat ukur berlangsung pada tanggal 4 juni 2013 dan diujicobakan pada 100 orang perawat di RSU. Bunda Thamrin. Jumlah skala yang disebar sebanyak 100 skala yang layak untuk dianalisis. Skala humanity yang disebarkan terdapat 30 aitem. Tabel 2 menunjukkan distribusi aitem skala sebelum uji coba.

  humanity Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Humanity Sebelum diuji Coba

  

Aspek Favourable Unfavourable Jumlah

  Love 3, 4, 10, 11, 21, 29 7, 15, 18, 22, 23

  11 Kindness 1, 13, 14, 27, 30 8, 16, 24, 26

  9 Social 2, 5, 6, 12, 19, 20, 28 9, 17, 25

  10 Intelligence

  Jumlah

  18

  12

  30 Hasil uji coba alat ukur penelitian ini diuji sebanyak 2 kali yang

  memperoleh reliabilitas yang memenuhi standar ukur dan indeks daya beda aitem di atas 0.300. Pada perhitungan, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan sebesar adalah 0.931 dengan nilai r xx ` yang bergerak dari 0.338 sampai 0.931 dan semua aitem telah memiliki indeks daya beda aitem di atas 0.300. Terdapat 30 buah aitem yang dapat digunakan dalam penelitian dengan reliabilitas alat ukur sebesar 0.931. Distribusi aitem skala humanity beserta aitem-aitem yang gugur dapat dilihat pada tabel 3.

  Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Humanity Setelah diuji Coba

Aspek Favourable Unfavourable Jumlah

  Love 3, 4, 10, 11, 21, 29 7, 15, 18, 22, 23

  11 Kindness 1, 13, 14, 27, 30 8, 16, 24, 26

  9 Social

  2, 5, 6, 12, 19, 20, 28

  Intelligence 9, 17, 25

  10 Jumlah

  18

  12

  30 Keterangan: Nomor yang ditebalkan berarti memiliki daya beda yang rendah dan merupakan aitem yang gugur.

  Selanjutnya 26 aitem yang lolos seleksi dikompilasi menjadi alat ukur penelitian yang sesungguhnya dan akan disusun kembali distribusi aitem pada skala penelitian seperti yang ditunjukkan pada tabel 4 berikut:

  Tabel 4. Distribusi Aitem dengan Penomoran Baru yang Digunakan pada Skala Penelitian

Aspek Favourable Unfavourable Jumlah

  Love 2, 3, 8, 9, 17,25 15, 19

  8 Kindness 1,4, 10, 11,23,26 6,7,13,18,20,22

  12 Social 12,16,24 5, 14, 21

  6 Intelligence

  Jumlah

  15

  11

  26 G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

1. Tahap Persiapan Penelitian

  Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian yaitu sebagai berikut: a.

  Pencarian Referensi Peneliti mengumpulkan berbagai informasi dan teori yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu humanity pada perawat rumah sakit.

  b.

  Pembuatan Alat Ukur Pada tahap ini, peneliti menyiapkan alat ukur penelitian yang akan digunakan dalam uji coba alat ukur. Alat ukur penelitian yaitu skala humanity yang disusun berdasarkan teori humanity Peterson & Seligman (2004). Kemudian alat ukur dibuat dalam bentuk booklet dari kertas berukuran A4 dengan huruf

  times new roman ukuran 14. Booklet tersebut berisi informasi mengenai data diri

  responden, alat ukur, dan pernyataan tertutup mengenai tatanga yang dihadapi perawat rumah sakit.

  c.

  Uji Coba Alat Ukur Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya. Skala diuji validitasnya berdasarkan professional judgement, kemudian skala tersebut diujicobakan kepada 100 subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian.

  d.

  Revisi Alat Ukur

  Setelah aitem skala humanity pada perawat rumah sakit diperiksa oleh

  professional judgement dan telah diuji cobakan pada subjek try out, maka peneliti

  mengadakan sedikit perubahan atas aitem dalam skala, dan kemudian disusun kembali.

  2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

  Sebelum dilaksanakannya pengambilan data, terlebih dahulu peneliti menyusun alat ukur yang akan digunakan. Alat ukur yang digunakan adalah skala

  humanity dari Peterson & Seligman (2004). Penelitian dilaksanakan dengan

  menyebarkan skala humanity yang terdapat diawal skala pada subjek penelitian yang representative, kemudian dilanjutkan pemilihan aitem-aitem pertanyaan.

  Jumlah sampel yang akan dijadikan subjek dalam penelitian ini yaitu 199 orang.

  3. Tahap Pengolahan Data Penelitian

  Setelah pelaksanaan penelitian, maka akan dilakukan pengelolaan data untuk mengetahui gambaran humanity pada perawat rumah sakit. Proses pengolahan data ini dengan bantuan komputerasi SPSS versi 17.0 for windows. Data yang diperoleh diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian yang telah diungkapkan di bab I.

  4. Metode Analisis Data

  Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif deskriptif dengan melakukan perhitungan nilai alat ukur humanity.

  Analisa kuantitatif deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar, 2007).

  Penyajian hasil analisis deskriptif berupa frekuensi dan persentase, tabulasi silang, serta berupa statistik-statistik kelompok antara lain skor minimum, skor maksimum, mean, varians dan standar deviasi pada data yang bukan kategorikal (Azwar, 2007). Seluruh data yang terkumpul akan diolah dengan menggunakan program komputer Statistical packages for Social Science (SPSS) version 17.0 for

  Windows sebagai berikut: 1.

  Gambaran umum subjek penelitian diperoleh dari jawaban subjek pada data kontrol, diolah dan digunakan dalam bentuk persentase.

  2. Gambaran skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi

  humanity pada perawat rumah sakit secara keseluruhan diperoleh dengan

  menggunakan SPSS version 17.0 for windows dengan perintah “descriptive”.

  3. Gambaran skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi dari masing-masing komponen psikologis humanity pada perawat rumah sakit secara keseluruhan diperoleh dengan menggunakan SPSS version 17.0 for

  windows dengan perintah “descriptive”.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas gambaran keseluruhan hasil penelitian. Pemaparan dalam bab ini akan diawali dengan pembahasan mengenai gambaran

  umum subjek penelitian sesuai dengan masalah yang akan dijawab maupun analisis tambahan atas data yang ada.

  A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

  Subjek dalam penelitian ini adalah perawat rumah sakit, dengan jumlah sampel keseluruhan 199 orang. Seluruh subjek dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, unit kerja, dan suku.

  1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

  Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan seperti pada tabel dibawah ini:

  Tabel 5. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Usia Jumlah Persentase (%)

  Laki-Laki 9 4,5% Perempuan 190 95,5%

  

Total 199 100%

  Tabel. 5 menunjukkan jumlah subjek berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah subjek berjenis kelamin perempuan. Subjek berjenis kelamin laki-laki berjumlah 9 orang (4,5%), sedangkan subjek berjenis kelamin perempuan berjumlah 190 orang (95,5%).

  2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

  Berdasarkan usia subjek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran subjek sebagai berikut:

  Tabel 6. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia Usia Jumlah Persentase (%)

  Dewasa Muda 7 3,6% Dewasa Madya 173 86,9%

  Dewasa Akhir 19 9,5%

  Total 199 100%

  Seperti terlihat pada tabel 6, subjek penelitian dengan usia dewasa madya merupaka jumlah terbesar yaitu sebanyak 173 perawat (56,8%) dibandingkan dengan subjek penelitian usia dewasa akhir 19 perawat (39,7%) dan dewasa muda yaitu sebanyak 7 perawat (3,5%).

  3. Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir

  Penyebaran subjek penelitian berdasarkan pendidikan terakhir dapat digambarkan seperti pada tabel di bawah ini:

  Tabel 7. Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase(%)

  D3 155 77,9% S1 38 19,1%

  SPK 6 3%

  Total 199 100%

  Seperti terlihat pada tabel 7, subjek penelitian dengan tingkat pendidikan D3 berjumlah 155 orang (77,9%), jumlah pendidikan S1 berjumlah 38 orang (19,1%) dan jumlah yang terkecil pada subjek tingkat SPK yaitu sebanyak 6 orang (3%).

  4. Gambaran Subjek Berdasarkan Unit Kerja

  Berdasarkan unit kerja subjek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran subjek sebagai berikut:

  Tabel 8. Gambaran Subjek Berdasarkan Unit Kerja

Unit Kerja Jumlah Persentase (%)

  UGD 17 8,5% Rawat Inap 182 91,5%

  Total 199 100%

  Seperti terlihat pada tabel 8, subjek penelitian dengan unit kerja rawat inap merupakan jumlah terbesar yaitu sebanyak 17 orang (91,5%) dan subjek penelitian dengan unit kerja UGD sebanyak 182 orang (8,5%).

  5. Gambaran Subjek Berdasarkan Suku

  Berdasarkan suku subjek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran subjek sebagai berikut:

  Tabel 9. Gambaran Subjek Berdasarkan Suku Suku Jumlah Persentase (%)

  Batak 41 20,6% Jawa 16 8,1% Karo 86 43,2%

  Mandailing 12 6% Minang 4 2%

  Simalungun 7 3,5% Toba 33 16,6%

  

Total 199 100%

  Seperti terlihat pada Tabel. 9, subjek penelitan dengan suku Karo merupakan jumlah terbesar yaitu sebanyak 86 orang (43,2%) dan jumlah yang terkecil pada subjek penelitian dengan suku Minang yaitu sebanyak 4 orang (2%).

B. HASIL PENELITIAN

  Data dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik variable yang diteliti, dalam hal ini adalah gambaran humanity pada perawat rumah sakit. Fungsi analisis deskriptif adalah menyederhanakan kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Secara teknis, analisis deskriptif merupakan kegiatan meringkas kumpulan data menjadi ukuran tengah dan ukuran variasi. Selanjutnya membandingkan data kelompok subjek satu dan lainnya (Hastono, 2001).

  Hasil penelitian ini terdiri dari gambaran humanity pada perawat rumah sakit yang diperoleh dari 3 kekuatan karakter yang membentuk humanity, yaitu

  love, kindness, dan social intelligence. Deskripsi humanity pada perawat rumah sakit terdiri dari skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi.

  1. Gambaran Umum Humanity pada Perawat Rumah Sakit

  Analisa gambaran humanity pada perawat rumah sakit secara keseluruhan dapat dilihat dari perbandingan antara mean empirik sebesar 55,58 dan mean hipotetik sebesar 65. Berikut ini merupakan tabel yang memuat nilai empirik dan tabel yang memuat nilai hipotetik pada subjek penelitian:

  Tabel 10. Gambaran Mean, Nilai Minimum, Nilai Maksimum dan Standar Deviasi

  Humanity N Min Maks Mean Standard Deviasi Hipotetik 199 26 104

  65

  13 Empirik 199

  39 78 55,58 7,18 Seperti terlihat pada Tabel. 10, maka dapat dilihat hasil perbandingan antara mean empirik = 55,58 dengan standar deviasi = 7,18 dan mean hipotetik = 65 dengan standar deviasi = 13. Hal ini menunjukkan bahwa mean empirik lebih rendah dari mean hipotetik. Dengan demikian dapat didapatkan hasil bahwa

  humanity pada perawat rumah sakit dalam penelitian ini berada pada kategori sedang.

  Untuk mengklasifikasikan kuat lemahnya gambaran humanity pada perawat rumah sakit, maka subjek penelitian akan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan tingkatan kategorisasi humanity, yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. Untuk mengelompokkan subjek ke dalam masing-masing kelompok, dibuat suatu kategorisasi skor berdasarkan norma pada tabel 11 yang selanjutnya menghasilkan pengkategorian skor humanity seperti pada tabel 12.

  Tabel 11. Pengkategorian Humanity pada Perawat Rumah Sakit Rumus Kategori

  X < (µ - Rendah

  1,0 σ) (µ -

  Sedang 1,0 σ) ≤ X < (µ + 1,0 σ)

  Tinggi X ≥ (µ + 1,0 σ)

  Keterangan : X : Skor yang didapatkan oleh subjek µ : Mean hipotetik skala humanity σ : Standard deviasi

  Berdasarkan kategorisasi norma pada tabel 12 dan skor mean dan standar deviasi yang ada pada tabel 11 di atas maka diperoleh penggolongan humanity pada perawat rumah sakit serta frekuensi subjek dalam setiap kategori seperti yang diperlihatkan pada tabel 12 sebagai berikut:

  Tabel 12. Pengkategorian Skor Humanity pada Perawat Rumah Sakit Variabel Rentang Kategorisasi Frekuensi (N) Persentase Skor (%)

  Humanity X < 52 Rendah

  64 32,1% Sedang 135 67,9%

  52≤ X < 78

  • Tinggi X ≥ 78

  Jumlah 199 100%

  Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa humanity pada perawat rumah sakit yang tergolong sedang yaitu sebanyak 135 orang (67,9%), sedangkan humanity yang tergolong rendah sebanyak 64 orang (32,1%) dan tidak ada humanity yang tergolong tinggi.

  2. Gambaran Umum Skor Humanity pada Perawat Rumah Sakit Berdasarkan Kekuatan Karakter

  Gambaran umum skor humanity pada perawat rumah sakit dapat dilihat melalui kekuatan karakter yaitu love, kindness, dan social intelligence. Dari 199 subjek penelitian diperoleh skor minimum, skor maksimum, mean dan standar deviasi pada tiap kekuatan karakakter dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  Table 13. Gambaran Umum Humanity pada Perawat Rumah Sakit Berdasarkan Kekuatan Karakter Kekuatan Karakter N Min Max Mean Standar Deviasi Love 199

  10

  40

  25

  5 Kindness 199

  9 36 27,5 4,2

  Social Intelligence 199

  7 28 17,5 3,5 Berdasarkan tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa mean kekuatan karakter

  love (25), mean kekuatan karakter kindness (27,5), dan mean kekuatan karakter social intelligence (17,5).

  a. Gambaran Kategorisasi Skor Humanity Berdasarkan Kekuatan Karakter Love

  Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh deskripsi umum humanity pada kekuatan karakter love sebagai berikut:

  Tabel 14. Deskripsi Kategorisasi pada Kekuatan Karakter Love Love Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi Persentase(%

  )

  X < 20 Rendah 62 31,2% Sedang 136 68,3%

  20≤ X < 30 Tinggi 1 0,5%

  X ≥ 30

  Jumlah 199 100%

  Seperti terlihat pada tabel 14, dapat diketahui bahwa humanity pada kekuatan karakter love ditinjau dari skor berada pada kategori rendah sebanyak 62 perawat (31,2%), kategori sedang sebanyak 136 perawat (68,3%) dan kategori tinggi sebanyak 1 perawat (0,5%).

  b. Gambaran Kategorisasi Skor Humanity Berdasarkan Kekuatan Karakter Kindness

  Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh dekripsi umum humanity pada kekuatan karakter kindness sebagai berikut:

  Tabel 15. Deskripsi Kategorisasi pada Kekuatan Karakter Kindness

  Kindness Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi Persentase (%)

  X < 23,3 Rendah 178 89,4% 23,3 ≤ X < 31,7

  Sedang 21 10,6% X ≥ 31,7

  Tinggi - -

  

Jumlah 199 100%

  Seperti terlihat pada tabel 15, dapat diketahui bahwa humanity pada kekuatan karakter kindness ditinjau dari skor berada pada kategori rendah sebanyak 178 perawat (89,4%), artinya perawat rumah sakit belum memiliki kepedulian serta tanggung jawab pada saat menangani pasien. Kategori sedang sebanyak 21 perawat (10,6%) dan tidak ada yang dalam kategori tinggi.

  c. Gambaran Kategorisasi Skor Humanity Berdasarkan Kekuatan Karakter Social Itelligence

  Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh dekripsi umum humanity pada kekuatan karakter social intelligence sebagai berikut:

  Tabel 16. Deskripsi Kategorisasi pada Kekuatan Karakter Social Intelligence Social Intelligence

  Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi Persentase (%)

  X < 14 Rendah 72 36,2% 14 ≤ X < 21 Sedang 120 60,3%

  X ≥ 21 Tinggi 7 3,5%

  

Jumlah 199 100% Seperti terlihat pada tabel 16, dapat diketahui bahwa humanity pada kekuatan karakter social intelligence ditinjau dari skor berada pada kategori rendah sebanyak 72 perawat (36,2%), kategori sedang sebanyak 120 perawat (60,3%) dan kategori tinggi sebanyak 7 perawat (3,5%).

  3. Gambaran Umum Humanity pada Perawat Rumah Sakit Berdasarkan Karakteristik Subjek

  

a. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Jenis

Kelamin

  Berdasarkan jenis kelamin, gambaran humanity pada perawat rumah sakit dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini:

  Tabel 17. Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Jenis Kelamin Jenis Kelamin N Mean Humanity SD

  Laki-laki 9 56,89 8,13 Perempuan 190 55,51 7,81

  Seperti terlihat pada tabel 17, diperoleh gambaran nilai mean humanity pada perawat rumah sakit dengan jenis kelamin laki-laki (56,89) lebih tinggi dari perawat dengan jenis kelamin perempuan (55,51)

  Tabel 18. Komponen Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Jenis Kelamin

Kekuatan Jenis kelamin N Mean SD

Karakter

  Love Laki-laki

  9 22,33 3,46 Perempuan 190 21,13 3,38

  Jenis kelamin N Mean SD

  Laki-laki 9 19,89 2,89

  Kindness

  Perempuan 190 19,69 3,03

  Jenis kelamin N Mean SD Social Intelligence Laki-laki

  9 14,66 2,83 Perempuan 190 14,69 2,94

  Seperti terlihat pada tabel 18, nilai mean tertinggi perawat rumah sakit berjenis kelamin laki-laki pada kekuatan karakter love (22,33), kemudian kindness (19,89) dan yang terendah pada social intelligence (14,66). Pada perawat rumah sakit berjenis kelamin perempuan nilai mean tertinggi pada kekuatan karakter love (21,13), kemudian pada kindness (19,69) dan yang terendah pada social intelligence (14,69).

  b. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Usia Tabel 19. Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Usia

Usia N Mean Humanity SD

  Dewasa muda

  7 52,28 7,84

  Dewasa madya 173 55,66 7,46 Dewasa akhir 19 56,00 10,68

  Seperti terlihat pada tabel 19, diperoleh nilai mean humanity perawat rumah sakit tertinggi pada usia dewasa akhir (56,00), kemudian perawat rumah sakit dengan usia dewasa madya (55,66) dan perawat rumah sakit dengan usia dewasa muda memiliki mean terendah yaitu (52,28).

  

Tabel 20. Komponen Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari

Usia Kekuatan Karakter Usia N Mean SD

  Love Dewasa muda

  7 20,00 3,31 Dewasa madya 173 21,20 3,27 Dewasa akhir 19 21,47 4,36

  Usia N Mean SD Kindness Dewasa muda

  7 18,00 2,51 Dewasa madya 173 19,68 2,92 Dewasa akhir 19 20,47 3,87

  Usia N Mean SD Social Intelligence Dewasa muda

  7 14,28 2,98 Dewasa madya 173 14,78 2,89 Dewasa akhir 19 14,05 3,29

  Seperti terlihat pada tabel 20, diperoleh mean tertinggi perawat rumah sakit usia dewasa muda pada kekuatan karakter love (20,00), kemudian pada kekuatan karakter kindness (18,00) dan yang terendah pada kekuatan karakter

  social intelligence (14,28). Niai mean tertinggi pada usia dewasa madya pada

  kekuatan karakter love (21,20), kemudian pada kekuatan karakter kindness (19,68) dan yang terendah pada kekuatan karakter social intelligence (14,78). Pada usia dewasa akhir nilai mean tertinggi pada kekuatan karakter love (21,47), kemudian pada kekuatan karakter kindness (20,47) dan yang terendah pada kekuatan karakter social intelligence yaitu (14,05).

  c. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Pendidikan Terakhir Tabel 21. Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir N Mean Humanity SD

  D3 155 55,64 8,14 S1 38 55,08 6,71 SPK 6 57,16 6,11 Seperti terlihat pada tabel 21, dapat dilihat nilai mean humanity pada perawat rumah sakit yang tertinggi adalah perawat dengan tingkat pendidikan

  SPK (57,16), kemudian tingkat pendidikan D3 (55,64) dan yang terendah dengan tingkat pendidikan S1 yaitu (55,08).

  Tabel 22. Komponen Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Pendidikan Terakhir Kekuatan Karakter Pendidikan Terakhir N Mean SD

  D3 155 21,22 3,46

  Love S1

  38 20,92 3,27 SPK 6 21,38 2,13

  Pendidikan Terakhir N Mean SD

Kindness D3 155 19,69 3,08

  S1 38 19,50 2,68 SPK 6 21,16 3,37

  Pendidikan Terakhir N Mean SD Social Intelligence D3 155 14,72 3,02

  S1 38 14,65 2,64 SPK 6 14,16 2,56

  Seperti terlihat pada tabel 22, diperoleh nilai mean tertinggi perawat rumah sakit pendidikan terakhir D3 pada kekuatan karakter love (21,22), kemudian

  kindness (19,69) dan terendah pada kekuatan karakter social intelligence (14,72).

  Nilai mean tertinggi perawat rumah sakit pendidikan terakhir S1 pada kekuatan karakter love (20,92), kemudian kindness (19,50) dan yang terendah social

  intelligence (14,65). Pada tingkat pendidikan terakhir SPK nilai mean tertinggi

  pada kekuatan karakter love (21,38), kemudian kindness (21,16) dan yang terendah pada kekuatan karakter social intelligence yaitu (14,16).

  d. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Unit Kerja Tabel 23. Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Unit Kerja Unit Kerja N Mean Humanity SD

  Rawat Inap 182 55,54 7,72 UGD 17 55,94 8,96 Seperti terlihat pada tabel 23, diperoleh nilai mean humanity yang tertinggi adalah perawat rumah sakit dengan unit kerja UGD (55,94), kemudian perawat rumah sakit dengan unit kerja rawat inap (55,54).

  Tabel 24. Komponen Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Unit Kerja Mean

  Kekuatan Unit Kerja N SD Karakter

  Rawat inap 182 21,16 3,42

  Love

  UGD 17 21,41 3,08

  Unit Kerja N Mean SD

  Rawat inap 182 19,65 3,02

  Kindness

  UGD 17 20,11 3,10

  Unit Kerja N Mean SD Social Intelligence Rawat inap 182 14,70 2,93

  UGD 17 14,58 2,93 Dari hasil di atas, terlihat bahwa perawat rumah sakit dengan unit kerja UGD pada kekuatan karakter love memiliki nilai mean tertinggi yaitu (21,41), kemudian kindness (20,11) dan yang terendah social intelligence (14,58). Nilai

  mean tertinggi perawat rumah sakit dengan unit kerja rawat inap pada kekuatan

  karakter love (21,16), kemudian kindness (19,65) dan terendah pada kekuatan karakter social intelligence yaitu (14,70).

  e. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Suku Tabel 25. Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Suku Suku N Mean Humanity SD

  Batak 41 56,02 6,71 Jawa 16 56,37 8,81 Karo 86 54,73 7,71

  Mandailing 12 55,08 9,48 Minang 4 54,75 16,23

  Simalungun 7 57,14 7,17 Toba 33 56,78 7,57

  Seperti terlihat pada tabel 25, diperoleh nilai mean humanity pada perawat rumah sakit dengan suku Simalungun (57,14) lebih tinggi dari suku Toba (56,78), suku Batak (56,02), suku Jawa (56,37), suku Karo (54,73), suku Mandailing (55,08), suku Minang (54,75).

  Tabel 26. Komponen Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Suku Kekuatan Karakter Suku N Mean SD Love Batak

  41 21,12 3,02 Jawa 16 21,56 3,32 Karo 86 20,87 3,52

  Mandailing 12 20,66 4,35 Minang 4 22,00 6,05

  Simalungun 7 22,14 2,41 Toba 33 21,78 3,01

  

Kindness Suku N Mean SD

  Batak 41 19,48 3,24 Jawa 16 19,37 1,85 Karo 86 19,34 3,04

  Mandailing 12 21,00 2,73 Minang 4 21,00 2,16

  Simalungun 7 17,28 1,25 Toba 33 20,90 3,10

  Social Intelligence Suku N Mean SD

  Batak 41 15,04 2,72 Jawa 16 14,81 3,85 Karo 86 14,53 3,05

  Mandailing 12 13,75 2,63 Minang 4 14,25 3,30

  Simalungun 7 15,14 2,54 Toba 33 14,90 2,60

  Seperti terlihat pada tabel 26 di atas, diperoleh nilai mean tertinggi perawat rumah sakit dengan suku Simalungun pada kekuatan karakter love (22,14) dan terendah suku Mandailing (20,66). Pada kekuatan karakter kindness diperoleh nilai mean tertinggi perawat rumah sakit dengan suku Mandailing (21,00) dan suku Minang (21,00) dan terendah suku Simalungun (17,28). Nilai mean tertinggi pada perawat rumah sakit pada kekuatan karakter social intelligence yaitu suku Simalungun (15,14) dan terendah pada suku Mandailing (13,75).

C. PEMBAHASAN

  Berdasarkan hasil utama dari penelitian ini, didapatkan bahwa mayoritas perawat rumah sakit memiliki humanity dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 67,9%. Hal ini menunjukkan bahwa perawat rumah sakit dalam penelitian ini umumnya sudah memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan para pasien serta mampu menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada para pasien walaupun hal tersebut belum mampu dilakukan secara maksimal. Hal ini juga didukung dengan hasil penemuan terhadap kekuatan karakter yang membentuk humanity tersebut, dimana perawat rumah sakit memiliki kekuatan karakter love, kindness dan social intelligence juga dalam kategori sedang.

  Perawat rumah sakit dalam penelitian ini memiliki humanity dalam kategori sedang, artinya perawat sudah mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan para pasien walaupun belum secara maksimal. Hal ini dapat menjadi perhatian khusus bagi pihak rumah sakit untuk dapat terus meningkatkan kualitas sumber daya manusianya agar pengguna jasa pelayanan kesehatan merasa puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit tersebut. Kemudian perawat menjadi semakin percaya diri terhadap kemampuannya dalam memberikan asuhan pelayanan kesehatan (Waltson, 2004).