Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit
GAMBARAN HUMANITY PADA PERAWAT RUMAH SAKIT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh
BENNY SETIAWAN
071301088
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GANJIL, 2013/2014
(2)
SKRIPSI
GAMBARAN HUMANITY PADA PERAWAT RUMAH SAKIT
Dipersiapkan dan disusun oleh :
BENNY SETIAWAN
071301088Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 09 November 2013
Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi
Prof. Dr. Irmawati, psikolog NIP. 195301311980032001
Dewan Penguji
1. Juliana I. Saragih, M.Psi., psikolog Penguji I/Pembimbing NIP. 198007222005022001
2. Meutia Nauly, M.Si., psikolog Penguji II
NIP. 192711273200002001
3. Rahma Fauzia, M.Psi., psikolog
NIP. 197905152010122002 Penguji III
(3)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul:
Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit
Adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari
hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi
ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Januari 2014
BENNY SETIAWAN
(4)
Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Benny Setiawan dan Juliana I. Saragih
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran humanity pada perawat rumah sakit. Humanity merupakan sifat positif yang berwujud kemampuan menjaga hubungan interpersonal yang melibatkan kedekatan dan pertemanan dengan orang lain serta menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Perawat rumah sakit adalah salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang paling banyak berinteraksi di rumah sakit dan menghadapi banyak tantangan dalam pekerjaannya. Dalam menjalankan tugas keperawatan dengan profesional perawat dituntut tidak hanya melakukan asuhan keperawatan dengan optimal tetapi juga memberikan sentuhan kemanusiaan, kemudian stigma negatif dari masyrakat yang dapat menurunkan rasa percaya diri perawat sehingga berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan yag diberikan.
Penelitian ini dilakukan kepada 199 perawat yang berasal dari tiga rumah sakit. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik incidental sampling. Alat ukur yang digunakan berupa skala Likert, yaitu skala humanity
perawat rumah sakit yang disusun berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Peterson & Seligman (2004).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik subjek yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit dengan
mean 55,58 (SD = 7,18) berada pada kategori sedang artinya perawat rumah sakit sudah mampu menjalin hubungan interpersonal dengan menunjukkan kepedulian dan memberikan perhatian kepada pasien, meskipun belum dilakukan secara maksimal. Kemudian hasil dari ketiga kekuatan karakter yang membentuk
humanity yaitu love, kindness, dan social intelligence yang juga berada pada kategori sedang.
(5)
Description of Humanity ini Hospital Nurses Benny Setiawan and Juliana I. Saragih
ABSTRACT
This research aim to see the picture of humanity in hospital nurse. Humanity is represent the nature of positive which in the nature of ability take care of relation interpersonal entangling contiguity and friendship with the others and also show the caring and attention to others. Hospital nurse is one of the health care providers that interacts a lot in hospitals and face many challenges in their job. In running treatment duty professionally nurse claimed not only conduct the treatment upbringing optimally but also give the human touch, later then negative stigma from society which can degrade to feel the self confidence of nurse so that have an effect on to quality service of health.
The research was conducted on 199 hospital nurses from three hospitals. Sampling technique in this study were incidental sampling technique. Measuring instruments used is in the from of Likert scale, which is the scale of hospital nurses humanity, based on the theory proposed by Peterson and Seligman (2004).
This research in quantitative descriptive research. The result of this study indicate that the description of Humanity on Hospital Nurses with the mean of 55,58 (SD = 7,18) is at the medium category, meaning that the hospital nurses have shown attention and caring to ill patient at hospital although not yet maximally posed at with result of three character strength which forming humanity that is love, kindness, andsocial intelligence in the medium category.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, dan Shalawat serta salam kepada Rasullullah SAW karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan berkat dan kekuatan
dalam penyelesaian skripsi yang berjudul Gambaran Humanity pada Perawat
Rumah Sakit. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu peulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Irmawati, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara.
2. Kak Juliana Irmayanti Saragih, M. Psi. Psikolog selaku dosen pembimbing
skripsi yang sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih telah sepenuh hati sabar dan ikhlas membimbing, mendorong,
memberikan saran, perhatian, bantuan serta dukungan sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis yang
(7)
sayang, dan semua hal yang telah kalian berikan. Semoga Allah SWT
membalas semua kebaikannya.
4. Seluruh staf pengajar Departemen Klinis Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara. Terima kasih atas penerimaan, bantuan dan dukungan
yang telah diberikan kepada peneliti.
5. Seluruh Dosen staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara. Terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan.
6. Teman-teman terdekat penulis, Rora, Sheila, Tyas, Ve, Ali, dan oka yang
telah banyak sekali membantu saya.
7. Kepada perawat-perawat RS Bunda Thamrin, RS Materna, dan RS
Sembiring yang bersedia menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini.
8. Secara khusus kepada sahabat dan partner terbaik andre alias kuceng yang
sangat banyak membantu.
9. Dan teman-teman angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhir kata penulis percaya Allah SWT akan membalas segala kebaikan
saudara semua. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi rekan-rekan semua
untuk pengembangan ilmu di kemudian hari.
Medan, Januari 2014
Penulis
(8)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian... 9
E. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II LANDASAN TEORI A. Virtue ... 12
1. Definisi Virtue ... 12
2. Klasifikasi Virtue ... 13
3. Virtue Humanity ... 15
1. Definisi Humanity ... 15
2. Klasifikasi Virtue Humanity ... 16
3. Faktor Pembentukan dan Perkembangan Karakter...18
(9)
1. Definisi Perawat ... 21
2. Fungsi Perawat ... 22
3. Peran Perawat ... 23
4. Kepribadian Perawat ... 25
C. Humanity pada Perawat Rumah Sakit ... 26
D. Kerangka Berfikir ...29
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 30
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 31
C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel ... 33
1. Populasi dan Sampel ... 33
2. Metode Pengambilan Sampel ... 34
D. Instrumen yang Digunakan ... 34
E. Uji Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur ... 37
1. Uji Validitas ... 37
2. Uji Reliabilitas ... 38
F. Uji Coba Alat Ukur Penelitian ... 39
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 41
1. Tahap Persiapan Penelitian ... 41
a. Pencarian Referensi ... 41
b. Pembuatan Alat Ukur ... 42
c. Uji Coba Alat Ukur ... 42
(10)
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 42
3. Tahap Pengolahan Data... 43
H. Metode Analisis Data ... 43
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 45
1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45
2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 46
3. Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 46
4. Gambaran Subjek Berdasarkan Unit Kerja ... 47
5. Gambaran Subjek Berdasarkan Suku ...47
B. Hasil Penelitian ... 48
1. Gambaran Umum Humanity pada Perawat Rumah Sakit ... 48
2. Gambaran Umum Skor Humanity pada Perawat Rumah Sakit Berdasarkan Kekuatan Karakter ... 50
a. Gambaran Kategorisasi Skor Humanity Berdasarkan Kekuatan Karakter Love ...51
b. Gambaran Kategorisasi Skor Humanity Berdasarkan Kekuatan Karakter Kindness ...52
c. Gambaran Kategorisasi Skor Humanity Berdasarkan Kekuatan Karakter Social Intelligence ...52
3.Gambaran Umum Humanity pada Perawat Rumah Sakit Berdasarkan Karakteristik Subjek ...53
(11)
a. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari
Jenis Kelamin ...53
b. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Usia ...54
c. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Pendidikan Terakhir ...56
d. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Unit Kerja ...57
e. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Suku ...58
C. Pembahasan ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 70
1. Saran Metodologis ... 70
2. Saran Praktis ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Blueprint skala humanity... 35
Tabel 2 Distribusi aitem skala humanity sebelum diuji coba... 39
Tabel 3 Distribusi aitem skala humanity setelah uji coba... 39
Tabel 4 Distribusi aitem dengan penomoran baru pada skala penelitian... 44
Tabel 5 Persentase subjek berdasarkan jenis kelamin... 45
Tabel 6 Persentase subjek berdasarkan Usia... 45
Tabel 7 Persentase subjek berdasarkan pendidikan terakhir ... 46
Tabel 8 Persentase subjek berdasarkan unit kerja... 46
Tabel 9 Persentase subjek berdasarkan suku... 46
Tabel 10 Gambaran nilai mean, nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi... 47
Tabel 11 Pengkategorian humanity pada perawat rumah sakit ... 49
Tabel 12 Pengkategorian skor humanity pada perawat rumah sakit... 49
Tabel 13 Gambaran umum humanity pada perawat rumah sakit berdasarkan Kekuatan karakter... 49
Tabel 14 Deskripsi kategorisasi pada kekuatan karakter love... 50
Tabel 15 Deskripsi kategorisasi pada kekuatan karakter kindness…………. 51
Tabel16 Deskripsi kategorisasi pada kekuatan karakter social intelligence………... 51
(13)
Tabel17 Humanity pada perawat rumah sakit ditinjau dari jenis
kelamin………... 52
Tabel 18 Komponen humanity pada perawat rumah sakit ditinjau dari jenis
Kelamin... 53
Tabel 19 Humanity pada perawat rumah sakit ditinjau dari usia... 53
Tabel 20 Komponen humanity pada perawat rumah sakit ditinja dari
usia... 53
Tabel 21 Humanity pada perawat rumah sakit ditinjau dari pendidikan
terakhir... 54
Tabel 22 Komponen humanity pada perawat rumah sakit ditinjau dari
pendidikan terakhir... 55
Tabel 23 Humanity pada perawat rumah sakit ditinjau dari unit kerja... 56
Tabel 24 Komponen humanity pada perawat rumah sakit ditinjau dari unit
kerja... 57
Tabel 25 Humanity pada perawat rumah sakit ditinjau dari suku…………. 57
Tabel 26 Komponen humanity pada perawat rumah sakit ditinjau dari
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Hasi uji coba skala humanity... ... 73
Lampiran 2 Skor masing-masing subjek dalam skala humanity......90
(15)
Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Benny Setiawan dan Juliana I. Saragih
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran humanity pada perawat rumah sakit. Humanity merupakan sifat positif yang berwujud kemampuan menjaga hubungan interpersonal yang melibatkan kedekatan dan pertemanan dengan orang lain serta menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Perawat rumah sakit adalah salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang paling banyak berinteraksi di rumah sakit dan menghadapi banyak tantangan dalam pekerjaannya. Dalam menjalankan tugas keperawatan dengan profesional perawat dituntut tidak hanya melakukan asuhan keperawatan dengan optimal tetapi juga memberikan sentuhan kemanusiaan, kemudian stigma negatif dari masyrakat yang dapat menurunkan rasa percaya diri perawat sehingga berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan yag diberikan.
Penelitian ini dilakukan kepada 199 perawat yang berasal dari tiga rumah sakit. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik incidental sampling. Alat ukur yang digunakan berupa skala Likert, yaitu skala humanity
perawat rumah sakit yang disusun berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Peterson & Seligman (2004).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik subjek yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit dengan
mean 55,58 (SD = 7,18) berada pada kategori sedang artinya perawat rumah sakit sudah mampu menjalin hubungan interpersonal dengan menunjukkan kepedulian dan memberikan perhatian kepada pasien, meskipun belum dilakukan secara maksimal. Kemudian hasil dari ketiga kekuatan karakter yang membentuk
humanity yaitu love, kindness, dan social intelligence yang juga berada pada kategori sedang.
(16)
Description of Humanity ini Hospital Nurses Benny Setiawan and Juliana I. Saragih
ABSTRACT
This research aim to see the picture of humanity in hospital nurse. Humanity is represent the nature of positive which in the nature of ability take care of relation interpersonal entangling contiguity and friendship with the others and also show the caring and attention to others. Hospital nurse is one of the health care providers that interacts a lot in hospitals and face many challenges in their job. In running treatment duty professionally nurse claimed not only conduct the treatment upbringing optimally but also give the human touch, later then negative stigma from society which can degrade to feel the self confidence of nurse so that have an effect on to quality service of health.
The research was conducted on 199 hospital nurses from three hospitals. Sampling technique in this study were incidental sampling technique. Measuring instruments used is in the from of Likert scale, which is the scale of hospital nurses humanity, based on the theory proposed by Peterson and Seligman (2004).
This research in quantitative descriptive research. The result of this study indicate that the description of Humanity on Hospital Nurses with the mean of 55,58 (SD = 7,18) is at the medium category, meaning that the hospital nurses have shown attention and caring to ill patient at hospital although not yet maximally posed at with result of three character strength which forming humanity that is love, kindness, andsocial intelligence in the medium category.
(17)
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak lepas dari sejarah
kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka, pelayanan kesehatan masyarakat
dikembangkan sejalan dengan tanggung jawab pemerintah melindungi masyarakat
Indonesia dari gangguan kesehatan karena kesehatan adalah hak asasi manusia
yang tercantum dalam UUD 1945. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut
dilakukan pemerintah dengan mengembangkan infrastruktur di berbagai tanah air
untuk melaksanakan kewajiban melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan
(Gde, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas rumah sakit antara lain seperti
kualitas sumber daya manusia, teknologi yang digunakan, obat-obatan yang
digunakan, kedisiplinan, motivasi kerja yang tinggi dan tingkat pelatihan
karyawan rumah sakit. Perawat merupakan salah satu sumber daya manusia yang
sangat berperan penting di rumah sakit. Dengan demikian, kinerja perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan perlu menjadi fokus perhatian. Terkadang
rumah sakit sering mengalami kesulitan menghadapi perawat baru yang masih
memiliki sedikit pengalaman kerja, sehingga perlu diberikan pelatihan-pelatihan
untuk dapat meningkatkan pengetahuan perawat sehingga menghasilkan kinerja
(18)
Menurut Prawirohardjo (2002) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya
yang diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun
masyarakat. Syarat pelayanan kesehatan yang baik dapat dibedakan atas 13
macam yaitu: tersedia (available), menyeluruh (comprehensive), terpadu
(integrated), berkesinambungan (continue), adil/merata (equity), mandiri
(sustainable), wajar (appropilate), dapat diterima(acceptable), dapat dijangkau
(affordable), efektif (effective), efisien (efficient), serta bermutu (quality).
Waltson (2004) mengemukakan bahwa dari semua unsur pelayanan
kesehatan yang diberikan, perilaku perawat merupakan hal yang terpenting dalam
menentukan kualitas pelayanan kesehatan. Karena hubungan antara pemberi
pelayanan kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan
pasien. Terlebih lagi karena profesi keperawatan merupakan ujung tombak dari
jasa pelayanan kesehatan itu sendiri.
Ilmu keperawatan merupakan suatu disiplin ilmu praktis yang
berkembang, menjadikan perawat dalam menjalankan profesinya ditantang untuk
lebih tanggap terhadap kebutuhan pasien yang mempunyai implikasi terhadap
kesehatan atau sistem pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan tujuan dari
asuhan keperawatan, yaitu membantu pasien untuk mencapai potensi kesehatan
sepenuhnya. Dalam membantu pasien mencapai potensi kesehatan yang
sepenuhnya, perawat harus mempunyai suatu pendekatan yang menyeluruh,
(19)
keperawatan secara bio, psiko, sosio, spiritual yang digunakan oleh perawat
(Waltson, 2004).
Sasaran kedua dari asuhan keperawatan adalah keluarga pasien. Keluarga
pasien merupakan pengambil keputusan dalam proses keperawatan pasien dan
juga memiliki hubungan dengan masalah kesehatan didalam anggota keluarga.
Keluarga pasien sering ikut turut andil dalam proses perawatan yang diberikan
petugas kesehatan termasuk perawat, sehingga terkadang membuat perawat sulit
untuk mengambil keputusan dalam melaksanakan perannya sebagai pemberi
layanan kesehatan (Asmadi, 2008).
Gaffar (1999) mengemukakan bahwa perawat juga memiliki peran lain
yang harus dilakukan seperti, menjaga kepercayaan pasien, berdiskusi dengan
dokter maupun tim medis lainnya, selalu belajar untuk lebih terampil,
memberikan keperawatan dengan segala kondisi pasien, bahkan perawat harus
belajar untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya sehingga dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Pelayanan kesehatan yang berkualitas dapat dilihat dari perilaku maupun
keterampilan yang ditunjukkan oleh perawat maupun dokter atau pemberi
pelayanan kesehatan dari ilmu yang mereka miliki. Hasil penelitian Zane (1998)
menemukan adanya korelasi yang kuat antara pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh perawat dengan kepuasan yang disampaikan oleh pasien. Selanjutnya, hasil
penelitian Ismar (2002) menunjukkan bahwa jumlah perawat dalam penelitiannya
yang dinilai tidak melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan kode etik
(20)
merasa tidak puas terhadap perilaku perawat. Menurut sebagian besar pasien
dalam penelitian ini, pelayanan yang diberikan perawat kurang memuaskan
terutama cara mereka melakukan pendekatan kepada pasien. Perawat dinilai gagal
dalam memperlihatkan perilaku yang seharusnya menjadi tuntutan kinerja mereka
seperti memperlihatkan kepedulian dan kedekatan kepada pasiennya. Gambaran
tuntutan kinerja perawat tersebut digolongkan ke dalam virtue humanity yang
dikemukakan Peterson & Seligman (2004). Berdasarkan data tersebut dapat
dilihat bahwa humanity pada perawat rumah sakit memberi pengaruh besar
terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan yang selanjutnya akan
berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit secara keseluruhan.
Pasien yang puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan merupakan
aset yang sangat berharga, apabila pasien merasa puas mereka akan terus
melakukan pemakaian terhadap jasa pelayanan kesehatan tersebut. Tetapi
sebaliknya, jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali
lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruk yang dialaminya. Steiber
(1995) menyatakan bahwa keluhan yang sering disampaikan oleh pasien yang
tidak puas diantaranya adalah sikap perawat yang tidak bersahabat, kurangnya
kesediaan untuk menjelaskan tentang penyakit yang mereka alami dan perawat
yang dinilai diskriminasi dalam memberikan perawatan dimana pasien yang
kurang mampu tidak mendapat pelayanan yang baik dari perawat rumah sakit.
Kemudian opini masyarakat di Indonesia menyatakan kesan utama mereka
terhadap perilaku perawat berkonotasi negatif seperti tidak ramah, judes, pemarah,
(21)
Perawat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sering berada
dalam konflik, di satu sisi perawat dituntut untuk mengutamakan keuntungan,
namun di sisi lain mereka harus menjalankan profesinya sesuai dengan kode etik
keperawatan yang harus senantiasa mengutamakan kesejahteraan pasien.
Selanjutnya Waltson (2004) mengemukakan bahwa tugas perawat tidak hanya
menitikberatkan pada perilaku caring saja. Perawat juga harus mengontrol
lingkungan penyembuhan, membantu rehabilitasi, memantau dan menanggulangi
pasien dengan penyakit kronis. Dalam menjalankan tugasnya perawat juga banyak
terkait pada pengawasan pemakaian teknologi yang kompleks, memberi informasi
dan pendidikan kesehatan serta berusaha memahami segala kebutuhan pasien
sebagai manusia yang utuh. Hal ini membuat perawat sering bekerja dalam situasi
yang kompleks dan ambigu (Day, 2007). Melihat begitu banyaknya tugas dan
tanggung jawab yang harus dilaksanakan, humanity yang dimiliki perawat akan
membantu mereka menghadapi tantangan-tantangan yang ada sehingga perawat
tetap menunjukkan profesionalisme dalam bekerja.
Humanity menurut Peterson & Seligman (2004) merupakan kekuatan
interpersonal yang melibatkan melibatkan kedekatan dan pertemanan dengan
orang lain serta menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada orang lain.
Humanity merupakan virtue yang terdiri dari tiga kekuatan karakter yang
merupakan komponen-komponen psikologis (proses dan mekanisme) yang
memperjelas humanity tersebut. Kekuatan karakter (character strenght)
merupakan karakter baik yang mengarahkan dan membantu individu dalam proses
(22)
tersebut adalah love, kindness, dan social intelligence. Perawat yang memiliki
humanity akan semakin menunjukkan profesionalisme dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya melakukan praktik keperawatan.
Perawat dituntut untuk dapat menerima berbagai macam kondisi yang
dialami pasien. Selain itu, perawat dalam kesehariannya menghadapi banyak
pasien yang berjuang melawan berbagai jenis penyakit yang diderita juga mampu
menunjukkan kepeduliannya, bertanggung jawab merawat para pasien, dan
memberikan perhatian kepada para pasien. Agar perawat selalu siap memenuhi
kebutuhan para pasien, maka perawat juga harus memiliki love yang merupakan
kekuatan karakter dari humanity. Peterson & Seligman (2004) mengemukakan
bahwa love merupakan kekuatan karakter yang akan semakin terlihat ketika
individu mampu menerima, memberikan cinta, dan menunjukkan kepedulian
kepada orang lain dari kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Love yang
dimiliki seorang perawat akan membantu dirinya dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai perawat, sehingga pasien yang dirawat dapat merasa
nyaman pada sikap perawat. Love yang diberikan perawat bisa berupa perhatian,
kepeduliannya pada saat merawat pasien dan mampu menerima kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki oleh pasien. Sikap perawat seperti itu, menjadi
dorongan semangat dalam diri pasien yang dapat membantu mempercepat proses
kesembuhan pasien. Hal tersebut dapat dilihat dalam pernyataan berikut ini:
“Saat ini bukan zamannya perawat yang ketus dan bentak-bentak pasien. Mereka harus ramah dan tidak semena-mena dengan pasien, karena sikap perawat yang peduli pada pasien bisa memberikan nilai plus terhadap
pasien sehingga mereka yang sakit cepat sembuh..”(dalam okezone.com,
(23)
Perawat juga membutuhkan kindness dalam menjalankan pekerjaannya
sehari-hari. Misalnya, dalam memberikan bantuan pertolongan kepada pasien dan
keluarga pasien yang membutuhkan perawat harus dapat menunjukkan sikap yang
tulus sehingga memberikan rasa nyaman kepada pasien dan keluarga pasien
selama mereka dirawat. Kindness merupakan tindakan sukarela dalam
memberikan pertolongan dan kepedulian kepada orang lain. Karakter ini berkaitan
erat dalam hal kemanusiaan, dalam arti semua orang berhak mendapat perhatian
dan pengakuan tanpa alasan tertentu, namun hanya karena mereka memang
berhak mendapatkannya (Peterson & Seligman, 2004). Perawat yang memiliki
kindness akan menunjukkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan.
Keperawatan sebagai profesi adalah pekerjaan yang bersifat menetap dan segala
resiko pekerjaan harus dapat diterima bukan karena keterpaksaan sehingga
diperlukan kesungguhan hati untuk menekuni profesi keperawatan (Asmadi,
2008).
Karakter yang terakhir, seorang perawat membutuhkan social intelligence
yang kemudian bisa membantunya menghadapi permasalahan-permasalahan yang
ada lingkungan pekerjaan sehingga perawat mampu bertahan dan beradaptasi
dengan kondisi di lingkungannya dengan baik. Sebagai seorang perawat, ia harus
selalu siaga dan peka terhadap situasi di lingkungan pekerjaan setiap harinya
misalnya dalam menghadapi keadaan darurat. Kelengahan, kelambatan, dan
kesalahan dalam menganalisis kebutuhan pasien dapat membahayakan
keselamatan jiwa pasien, terutama pasien yang berada dalam kondisi kritis
(24)
mengemukakan, social intelligence merupakan kemampuan untuk mengenal dan
mempengaruhi diri sendiri dan orang lain, sehingga dapat beradaptasi di
lingkungan dengan baik. Selain itu, perawat yang bekerja pada pasien yang
sedang berjuang melawan penyakitnya harus menunjukkan rasa semangat kepada
diri pasien, sehingga mereka termotivasi untuk sembuh. Hal ini didukung dengan
pernyataan Asmadi (2008) bahwa keberhasilan perawat dalam menyelamatkan
hidup pasien bukan hanya berdampak pada pasien tersebut, tetapi keluarganya
sehingga keberhasilan itu menimbulkan kepuasan tersendiri bagi perawat. Namun
pasien rumah sakit di Medan masih banyak mengeluh tentang lambatnya kinerja
perawat di rumah sakit. Hal ini terlihat dari kasus yang terjadi pada salah satu
rumah sakit di Medan yang menunjukkan bahwa perawat belum memiliki social
intelligence, sehingga lambat dalam menangani pasien, sebagai berikut:
“Anak saya lahir kamis pagi dirumah sakit Bandung. Namun lantaran
mengalami sesak nafas, langsung dirujuk ke Pringadi. Tapi sampai disini kami di bola-bola (tidak ada perawat yang mau menangani). Padahal anak
saya membutuhkan mesin oksigen dengan segera..”(Della, dalam
okezone.com, 2012).
Ketiga hal inilah yang tercakup di dalam humanity dan harus dimiliki oleh
seorang perawat dalam mengoptimalkan peran dalam pekerjaannya. Oleh karena
itu, peneliti ingin melihat bagaimana gambaran humanity pada perawat rumah
(25)
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka perumusan masalah
yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana gambaran humanity pada perawat rumah sakit?
2. Bagaimana gambaran humanity pada perawat rumah sakit ditinjau dari
kekuatan karakter yang membentuknya?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran
humanity pada perawat rumah sakit.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemahaman mengenai humanity
pada perawat rumah sakit di Medan
b. Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu psikologi, khususnya di
bidang psikologi klinis.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi
penelitian-penelitian selanjutnya yang terkait dengan humanity pada
profesi-profesi lainnya.
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kepada perawat
(26)
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada dunia
akademisi, khususnya keperawatan dalam mendidik calon-calon perawat
dan mendiskusikan mengenai pentingnya humanity dalam pola pendidikan
bagi para anak didiknya.
c. Apabila humanity pada perawat rumah sakit tinggi, maka rumah sakit
memiliki perawat yang baik dalam menjalankan pekerjaannya sebagai
perawat, dan merupakan informasi bagi masyarakat untuk percaya atas
kompetensi yang dimiliki perawat rumah sakit.
d. Apabila humanity pada perawat rumah sakit rendah, maka rumah sakit
dapat menciptakan program-program yang dapat membantu meningkatkan
humaity pada perawat rumah sakit.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Penelitian ini disusun atas lima bab, dengan tujuan agar mempunyai suatu
susunan sistematis yang dapat memudahkan untuk mengetahui dan memahami
hubungan antara bab yang satu dengan bab yang lain sebagi suatu rangkaian yang
konsisten, yaitu:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, perumusan
masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika
(27)
BAB II : Landasan Teori
Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan
masalah, dan teori-teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian.
BAB III : Metode Penelitian
Pada bab ini dijelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi
operasional, populasi, metode pengambilan sampel, instrumen/alat ukur yang
digunakan, prosedur penelitian dan metode analisis data.
BAB IV : Analisa Data dan Pembahasan
Bab ini berisi mengenai hasil pengolahan data penelitian berupa gambaran
subjek penelitian, hasil utama penelitian, hasil tambahan penelitian serta
pembahasan hasil penelitian.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, dan saran
baik untuk penyempurnaan penelitian atau untuk penelitian yang berhubungan
(28)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. VIRTUE 1. Definisi Virtue
Karakter baik yang disebut sebagai virtue, yaitu karakter utama atau
human goodness yang ditampilkan melalui caharcter strength dan bersifat
universal (Seligman & Peterson, 2004). Artinya, virtue adalah karakter-karakter
baik yang ada pada diri manusia dan digunakan dalam penyelesaian tugas serta
masalah yang dihadapi. Namun, dalam proses perjalanan hidup virtue mungkin
berubah. Virtue diyakini sebagai fondasi dari seluruh situasi kehidupan manusia
dan penting menjadi penguat dalam menyeimbangkan aktifitas kehidupan
individu, sehingga mencapai kehidupan yang baik meskipun menghadapi situasi
sulit.
Berkaitan dengan sosiokultural, virtue bersifat universal dan ada di dalam
setiap budaya, namun setiap budaya akan memaknai virtue dengan cara pandang
yang berbeda sehingga virtue yang tampak dimiliki oleh individu pada budaya
tertentu akan menjadi berbeda. Berdasarkan catatan sejarah, virtue sudah ada dan
dipelajari sejak dahulu (Peterson & Seligman, 2004).
Menurut Peterson & Seligman (2004), virtue tersebut terbagi atas enam
bagian antara lain, wisdom, courage, humanity, justice, temperance dan
transcendence. Keenam virtue tersebut terdiri dari 24 kekuatan karakter
(29)
pencapaian virtue, atau trait positif yang terefleksi dalam pikiran, perasaan, dan
tingkah laku. Misalnya saja, seseorang dapat mencapai virtue of humanity dengan
memiliki love, kindness, dan social intelligence.
Selain itu terdapat situational themes, yaitu kebiasaan tertentu yang
mendorong seseorang untuk menampilkan character strength tertentu dalam
menghadapi situasi tertentu. Situational themes tersebut pasti berbeda dalam
situasi yang berbeda. Dengan kata lain, situational themes bergantung pada
situasinya. Empati, kebersamaan dan pemikiran positif merupakan bentuk
situational themes yang sedikit lebih abstrak yang merupakan wujud dari
character strength kindness (Peterson & Seligman, 2004).
Berdasarkan tingkat konseptual, situational themes itu berbeda dari
character strength dalam beberapa hal yang krusial. pertama, situational themes
terjadi pada situasi-situasi khusus. Kedua, situational themes yang tampak hanya
menggambarkan perilaku dalam situasi tertentu. Ketiga, tidak semata-mata dinilai
baik atau buruk, tetapi melihat bagaimana situational themes ini digunakan untuk
pencapaian character strength dan virtue sesuai dengan situasi dan keinginan kita
(Peterson & Seligman, 2004).
2. Klasifikasi Virtue
Menurut Peterson & Seligman (2004), virtue terbagi atas enam bagian
(30)
a. Wisdom and knowledge
Dipahami sebagai kemampuan kognitif untuk sebuah keahlian dan ilmu
pengetahuan yang menjadi landasan dalam proses mencapai kehidupan yang baik.
Terdapat lima kekuatan karakter yang menampilkan wisdom and knowledge, yaitu
creativity, curiosity, open-mindedness, love of learning, dan perspective.
b. Courage
Courage merupakan virtue kedua yang dipahami sebagai kemampuan
emosi yang melibatkan kemampuan dalam mencapai suatu tujuan dan dihadapkan
pada perlawanan atau pertentangan baik dari luar maupun dari dalam diri sendiri.
Virtue ini terbagi dari empat karakter, yaitu bravery, persistence, integrity, dan
vitality.
c. Humanity
Humanity merupakan virtue ketiga yang dipahami sebagai sifat positif
yang berwujud kemampuan menjaga hubungan interpesonal yang melibatkan
kedekatan dan pertemanan dengan orang lain serta menunjukkan kepedulian dan
perhatian kepada orang lain. Virtue ini terdiri dari tiga kekuatan karakter, yaitu
love,kindness, dan social intelligence.
d. Justice
Justice merupakan virtue keempat yang didefinisikan sebagai kemampuan
untuk memperhatikan hak-hak dan kewajiban setiap orang sehingga menciptakan
keadilan dalam hidup bermasyarakat. Karakter yang termasuk ke dalam virtue ini
(31)
e. Temperance
Virtue kelima yang dikemukakan ini berkaitan dengan kemampuan untuk
menahan diri dan tidak melakukan sesuatu yang dianggap berlebihan. Virtue
temperance terdiri dari empat kekuatan karakter, yaitu forgiveness and mercy,
humility and modesty, prudence dan self-regulation.
f. Transcendence
Virtue transcendence merupakan kekuatan karakter yang terakhir yang
dikemukakan oleh Peterson & Seligman (2004), virtue ini berkaitan dengan
kemampuan individu menjalin hubungan dengan kekuatan semesta yang lebih
besar dan dengan demikian dapat memberikan makna bagi kehidupan individu
tersebut. Virtue ini terdiri dari lima kekuatan karakter, yaitu appreciation of
beauty and excellence, gratitude, hope, humor, spirituality.
3. Virtue Humanity 1. Defenisi Humanity
Virtue humanity dalam psikologi dijelaskan sebagai sikap rendah hati atau
prilaku prososial. Humanity merupakan sifat positif yang berwujud kemampuan
menjaga hubungan interpersonal. Peterson & Seligman (2004) menyatakan bahwa
humanity adalah kemampuan untuk mencintai, berbuat kebaikan sehingga mampu
beradaptasi dengan lingkungan. Awalnya dibangun melalui hubungan
(32)
2. Klasifikasi Humanity
Peterson & Seligman (2004) mengklasifikasikan humanity menjadi tiga
kekuatan karakter, yaitu: love, kindness, dan social intelligence.
a. Love
1. Defenisi Love
Love merupakan kondisi kognitif, konatif dan afektif seseorang. Dipahami
sebagai kemampuan untuk menerima, memberikan cinta, kepedulian pada diri
sendiri dan orang lain dengan menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki
(Peterson & Seligman, 2004).
Selain dapat melibatkan lebih dari satu bentuk, love juga dapat memiliki
bentuk love yang berbeda pada waktu yang berbeda. Suatu hubungan bisa saja
dibentuk oleh satu bentuk saja dan kemudian memperoleh bentuk love lainnya.
Hubungan romantis merupakan hubungan yang unik karena merupakan
satu-satunya ikatan sosial yang memiliki tiga bentuk love tersebut.
2. Klasisfikasi Love
Kelley, dalam Peterson & Seligman (2004) berpendapat bahwa love ada
pada diri individu untuk menghadapi masalah kehidupan sehari-hari. Peterson &
Seligman (2004) mengelompokkan love dalam tiga bentuk yaitu: love untuk
orang yang menjadi sumber utama kasih sayang (orang tua), love untuk individu
yang bergantung pada kita (teman), love yang melibatkan hasrat untuk kelekatan
seksual, fisik dan emosional dengan individu yang kita anggap spesial dan
(33)
b. Kindness
Peterson & Seligman (2004) mendefinisikan kindness sebagai tindakan
sukarela dalam memberikan pertolongan dan kepedulian kepada orang lain.
Berkaitan erat dalam hal kemanusiaan, dalam arti semua orang berhak mendapat
perhatian dan pengakuan tanpa alasan tertentu, namun hanya karena mereka
memang berhak mendapatkannya. Kindness ini tidak didasarkan pada prinsip
timbal-balik, pencapaian reputasi, atau hal lain yang menguntungkan diri sendiri,
meskipun efek tersebut bisa saja muncul.
c. Social Intelligence
1. Definisi Social Intelligence
Social intelligence adalah kemampuan untuk mengenal dan mempengaruhi
diri sendiri dan orang lain, sehingga dapat beradaptasi di lingkungan dengan baik
(Peterson & Seligman,2004).
2. Klasifikasi Social Intelligence
Peterson & Seligman (2004) mengelompokkan inteligensi kedalam tiga
jenis, yaitu: (1) Personal: Melibatkan pemahaman dan penilaian terhadap diri
sendiri secara akurat, termasuk kemapuan memotivasi diri, emosional dan proses
dinamis. (2) Emosional: mengarah pada kemampuan untuk menilai semua yang
berkaitan dengan emosional sebagai sumber penilaian untuk bertindak tepat. (3)
Sosial: berkaitan dengan hubungan sosial yang melibatkan kedekatan,
kepercayaan, persuasi, keanggotaan kelompok, dan kekuatan politik. Secara
konseptual, ketiga inteligensi saling berkaitan, tetapi secara empiris
(34)
3. Faktor Pembentukan dan Perkembangan Karakter
Virtue merupakan karakter utama yang secara universal dimiliki individu.
Karakter yang dimaksud dalam hal ini merupakan human goodness yaitu kebaikan
dalam diri dan direfleksikan melalui pikiran, perasaan serta tindakannya yang
disebut sebagai caharacter strength (Peterson & Seligman, 2004). Maka,
caharcter strength merupakan karakter baik yang tampak pada individu untuk
menampilkan virtue yang dimilikinya.
Allport (dalam Suryabrata, 2008) menyatakan bahwa karakter dan
kepribadian adalah salah satu dan sama. Pembentukan karakter sama halnya pula
dengan pembentukan kepribadian. Dalam penelitian ini karakter yang dimaksud
adalah virtue yakni trait positive yang dimiliki individu (Petrson & Seligman,
2004).
Hart (Narvaez & Lapsley, 2009) mengajukan sebuah model identitas
moral yang berperan penting terhadap adaptasi karakteristik dan disposisi
(genetik). Menurut model ini, identitas moral dipengaruhi oleh dua hal, yakni
genetik dan lingkungan sosial (budaya, kelas sosial, keluarga, dan teman).
Perkembangan dan pembentukan karakter terjadi di sepanjang rentang
kehidupan (Narves &Lapsley, 2009). Para psikolog kepribadian mengemukakan
bahwa, perkembangan psikologis tiap individu menuju dewasa berbeda satu
dengan yang lainnya. Ilmuwan berpendapat bahwa perbedaan individu disebabkan
oleh genetik dan lingkungan. Peneliti mengidentifikasi interaksi antara faktor
(35)
sesuatu yang terpisah, melinkan saling berinteraksi. Contohnya, pengalaman yang
kita alami akan mempengaruhi pembentukan kepribadian kita (Pervin, 2005).
Pervin (2005) menjelaskan lebih lanjut mengani faktor yang
mempengaruhi pembentukan kepribadian, yaitu:
1. genetik (nature)
Faktor genetik berperan penting dalam pembentukan kepribadian dan
perbedaan individu. Kepribadian dipengaruhi oleh dasar biologis, yaitu dalam
penelitiannya bahwa individu berbeda dalam fungsi sestem otak dan sistem limbik
yang berkontribusi pada perkembangan kepribadian individu. Intinya, mekanisme
genetik mempengaruhi aspek kepribadian secara spesifik.
2. Lingkungan (nurture)
Para psikolog mengakui bahwa lingkungan berperan penting dalam
perkembangan kepribadian. Lingkungan dapat membentuk persamaan dan
perbedaan antar individu. Berikut faktor penting lingkungan dalam perkembangan
kepribadian seseorang:
a. Budaya
Budaya adalah kebiasaan sosial yang terinternalisasi dari suatu komunitas
(Hogg, 2002). Kepribadian seseorang juga merupakan hasil keanggotaan dalam
kelompok budaya tertentu. Seperti pembelajaran perilaku, ritual, kepercayaan,
filosofi hidup, peran dalam komunitas, nilai dan prinsip yang terpenting dalam
kehidupan. Budaya juga menggambarkan kebutuhan dan cara kita
mengekspresikan emosi, perasaan, hubungan dengan orang lain, cara berpikir dan
(36)
b. Kelas sosial
Kelas sosial juga mempengaruhi pembentukan kepribadian dan status
individu, diantaranya kelas menengah kebawah-keatas, status pekerjaan atau
perofesional. Kelas sosial juga menentukan peran dalam bekerja, pendapatan dan
hak istimewa. Faktor-faktor inilah yang mempengaruhi cara mereka memandang
dirinya, cara penerimaan terhadap anggota sosial lainnya, hingga cara
memperoleh serta menggunakan materi yang dimilikinya. Selain itu, status sosial
ekonomi mempengaruhi perkembangan kognitif dan emosional individu (Bradley
dan Corwyn, 2002). Sama halnya dengan budaya, kelas sosial juga mempengaruhi
kapasitas, sikap, serta membentuk perilaku individu dalam memberikan respon
terhadap suatu situasi.
c. Keluarga
Faktor penting lainnya dalam pengaruh lingkungan adalah keluarga. Pola
asuh orang tua yang otoritarian, otoritatif, mengabaikan, memanjakan ataupun
orang tua yang peduli terhadap kebebasan (dialogis) dan kemandirian anak akan
memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak tersebut. Pengaruh
orang tua terhadap anak terjadi melalui tiga cara, yaitu:
1. Perilaku orang tua dalam menghadapi situasi
2. Model peran (modelling)
3. Pemberian reward/punishment
4. Teman sebaya
Pengaruh teman sebaya lebih kuat dalam perkembangan kepribadian dari
(37)
pengalaman di luar rumah yang mereka miliki dan pengalaman didalam rumah
tidak membentuk kesamaan antar anak. Kesimpulannya, varias material genetik
dalam keluarga ditambah pengaruh sosial di luar lingkungan keluarga dianggap
sebagai hal yang mempengaruhi kepribadian yang tampak.
B. PERAWAT
1. Defenisi Perawat
Perawat berasal dari kata Latin nutrix yang artinya merawat atau
memelihara. Seorang perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat dan
memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit atau cedera dan
proses penuaan (Taylor, dkk dalam Gaffar, 1999). Perawat dalam penelitian ini
adalah orang yang merawat memelihara, membantu dan melindungi seseorang
karena sakit atau cedera dan proses penuaan (Taylor, dkk dalam Gaffar, 1999).
Perawat memiliki fungsi dalam melaksanakan praktek keperawatannya.
Nursalam (2007), mendefinisikan keperawatan sebagai seuatu bentuk pelayanan
profesional yang merupaka bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Pelayanan
keperawatan disini adalah bagaimana perawat memberikan dukungan emosional
(38)
Menurut Depkes (dalam Asmuji, 2012), kebutuhan tenaga keperawatan di
rumah sakit berada di ruangan antara lain: rawat inap, gawat darurat, critical care,
kamar operasi, dan rawat jalan.
2. Fungsi Perawat
Fungsi perawat dalam praktek ada tiga (Hikey dalam Praptianingsih 2006),
yaitu:
a. Fungsi independen
Tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter, tindakan perawat
bersifat mandiri, berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Oleh karena itu, perawat
bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul terhadap tindakan yang diambil.
b. Fungsi interdependen
Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau
tim kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lain
berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien.
c. Fungsi dependen
Perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan pelayanan medik.
Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan
khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter, seperti
pemasangan infus, pemberian obat, melakukan suntikan. Oleh karena itu, setiap
kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter karena setiap tindakan
(39)
3. Peran Perawat
Gaffar (1999) memaparkan beberapa peran perawat. Berikut ini
merupakan uraian peranan dari perawat:
1. Nurshing is caring, perawat berperan dalam pemberian asuhan keperawatan.
Perawat harus memperlihatkan bahwa dalam pemberian asuhan keperawatan
tidak dikenal pasien atau kasus pribadi. Semua pasien diperlakukan sama
2. Nurshing is sharing, dalam pemberian asuhan keperawatan perawat selalu
melakukan sharing (berbagi) atau diskusi antara sesama perawat, kepada
anggota tim kesehatan lain dan kepada klien.
3. Nurshing is laughing, perawat meyakini bahwa senyum merupakan suatu kiat
dalam asuhan keperawatan untuk meningkatkan rasa nyaman klien.
4. Nurshing is crying, perawat menerima respon emosional dari perawat atau
orang lain sebagai sesuatu hal yang biasa pada situasi senang duka.
5. Nurshing is touching, perawat dapat menggunakan sentuhan untuk
meningkatkan rasa nyaman pada saat melakukan massage (pijat).
6. Nurshing is helping, asuhan keperawatan dilakukan untuk menolong klien
dengan sepenuhnya memahami kondisinya.
7. Nurshing is believing in others, perawat meyakini orang lain memiliki hasrat
dan kemampuan untuk meningkatkan status kesehatannya.
8. Nurshing is trusting, perawat harus selalu belajar atau mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan keperawatan profesional melalui asuhan
(40)
9. Nurshing is learning, perawat harus selalu belajar atau mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan keperawatan profesional melalui asuhan
keperawatan yang dilakukan.
10.Nurshing is respecting, perawat memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan
kepada orang lain (klien dan keluarganya) dengan menjaga kepercayaan dan
rahasian klien.
11.Nurshing is listening, perawat harus menjadi pendengar yang baik ketika klien
berbicara atau mengeluh.
12.Nurshing is doing, perawat melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan
berdasarkan pengetahuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman serta
asuhan keperawatan secara komprehensif.
13.Nurshing is feeling, perawat dapat menerima, merasakan dan memahami
perasaan duka, senang, frustasi dan rasa puas klien.
Selain tiga belas peran diatas, dalam melaksanakan profesinya perawat
juga memiliki empat peran lain yang dinyatakan oleh Asmadi (2008), yaitu:
1. Pelaksanaan layanan keperawatan (care provider), yaitu perawat bertindak
sebagai comforter (mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pada pasien),
protector dan advocat (melindungi pasien dan mengupayakan terlaksananya hak
dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan), communicator (tampak ketika
perawat bertindak sebagai penghubung antara pasien dengan anggota tim
kesehatan), serta rehabolitator (perawat membantu pasien untuk beradaptasi
(41)
2. Pendidik dalm keperawatan, yaitu perawat melakukan penyuluhan kepada
klien (pasien) yang berada di bawah tanggung jawabnya.
3. Peran sebagai pengelola (manager), yaitu peran ini berkaitan dengan jabatan
struktural di rumah sakit. Perawat harus memantau dan menjamin kualitas asuhan
keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan
keperawatan.
4. Peran sebagai peneliti, yaitu perawat harus memiliki kemampuan untuk
melakukan penelitian di bidangnya.
Peran perawat menjadikan perawat pada umumnya membutuhkan caring
untuk menjalankan tugas keperawatannya. Namun, perawat yang memiliki
humanity akan semakin menunjukkan profesinalisme dalam melakukan
pekerjaannya. Peran sebagai pendidik, pengelola, serta peneliti sangat
membutuhkan humanity yang akan membantu perawat mencapai tujuan
keperawatan tersebut walaupun menghadapi tantangan dalam menjalankan
perannya.
4. Kepribadian Perawat
Sunaryo (2004), mengemukakan bahwa perawat dalam melaksanakan
tugasnya selalu berhubungan dengan penderita, keluarga, teman profesi, dan
profesi lainnya yang memiliki kepribadian bermacam-macam dan unik. Oleh
karena itu, seorang perawat hendaknya dapat memahami kepribadian pasien,
(42)
yang perlu dimiliki seorang perawat sebagaimana dikemukakan oleh Gunarsa dan
Ny. Gunarsa (dalam Sunaryo, 2004) sebagi berikut:
1. Kondisi fisik yang sehat dan energik, yaitu kondisi fisk yang sehat dan energik
dimana perlu dimiliki seorang perawat. Tubuh yang letih dan lelah dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan saat pemberian asuhan keperawatan.
2. Penampilan yang menarik, yaitu penampilan yang menarik dari perawat dapat
membantu dalam mengubah suasana hati pasien yang negatif.
3. Kejujuran, yaitu perawat yang jujur akan menjadikan pasen yakin akan
tugas-tugas perawat yang dilaksanakan sehingga tidak menimbulkan rasa cemas dan
curiga.
4. Keriangan, yaitu perawat harus dapat selalu tersenyum, ramah, memberi sikap
optimis, serta percaya diri.
5. Berjiwa positif, yaitu perawat harus intropeksi diri sehingga mengakui
kekurangan yang ada pada dirinya.
6. Rendah hati, yaitu perawat harus dapat menunjukkan hal yang baik pada
dirinya melalui perbuatan dan tindakan, bukan dari perkataan.
7. Murah hati, yaitu perawat harus dapat memberi pertolongan yang nyata pada
pasien. Ramah, simpati, dapat bekerja sama, dapat dipercaya, loyal, dan
pandai bergaul. Pandai menimbang perasaan, memiliki rasa humor, dan sikap
(43)
C. HUMANITY PADA PERAWAT RUMAH SAKIT
Keberhasilan rumah sakit tidak jauh terlepas dari kinerja perawat sebagai
salah satu penyedia pelayanan kesehatan di rumah sakit. Apalagi tuntutan
masyarakat semakin meningkat menjadikan perawat sebagai profesi yang
mempunyai andil dan tanggung jawab besar dalam memberikan pelayanan
keperawatan yang berkualitas.
Pelayanan keperawatan yang berkualitas juga didukung dengan humanity
yang ada pada diri perawat rumah sakit. Humanity merupakan kekuatan
interpersonal yang melibatkan kedekatan dan pertemanan dengan orang lain serta
menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Tidak banyaknya
inidividu yang menyadari adanya tantangan-tantangan dalam melaksanakan
pekerjaannya menjadikan perawat dinilai sebagai profesi yang hanya
membutuhkan caring saja. Stigma masyarakat yang menyebut perawat sebagai
pembantu dokter menjadikan peran dan posisi perawat di masyarakat semakin
termarjinalkan (Asmadi, 2008). Padahal perawat di rumah sakit diuji
keberaniannya setiap hari. Tantangan seperti ambiguitas kerja, budaya rumah sakit
yang bertentangan dengan pelayanan keperawatan, peluang promosi yang kecil,
dan tuntutan kerja yang tinggi menjadikan perawat yang tidak mampu
menghadapi tantangan ini merasa frustasi dan menjadi tidak bersemangat dalam
bekerja (Waltson, 2004).
Perubahan global juga memberi dampak pada profesi, khususnya
keperawatan. Asmadi (2008) mengemukakan tantangan-tantangan yang timbul
(44)
infeksi ke penyakit degeneratis, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang menjadikan masyarakat lebih kritis, peningkatan populasi lansia dan
penurunan kelahiran, serta munculnya insidensi penyakit kronis.
Tantangan-tantangan ini juga akan menguji kemampuan profesional dari perawat.
Perawat yang memiliki humanity akan semakin menunjukkan
profesionalisme dalam bekerja. Peterson & Seligman (2004) membagi humanity
menjadi tiga kekuatan karakter, yaitu love, kindness, dan social intelligence.
Individu yang memiliki kekuatan karakter love akan memiliki sikap yang mampu
menunjukkan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian pada orang lain, karena
kekuatan karakter love merupakan kondisi kognitif, perilaku dan emosional
seseorang. Kemudian, individu yang memiliki kekuatan karakter kindness akan
memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain tidak didasarkan pada
prinsip timbal-balik atau hal-hal lain yang menguntungkan diri sendiri, tetapi
karena orang tersebut memang berhak mendapatkannya. Selain itu, individu yang
memiliki kekuatan karakter social Intelligence akan lebih mudah untuk
memahami apa yag dibutuhkan oleh para pasien.
Sejalan dengan fungsi dan tanggung jawabnya, tuntutan dan beban
pekerjaan yang melebihi kemampuannya terkadang membuat perawat
mengabaikan sentuhan kemanusiaan dalam memberikan pelayanan kepada
pasiennya. Maka untuk itu perawat membutuhkan humanity agar mampu
(45)
D. KERANGKA BERFIKIR
RUMAH SAKIT
Dituntut untuk Memberikan Pelayanan Kesehatan yang Baik
Sarana Fisik SDM
(sumber daya manusia)
Unsur Pendukung Perawat Dokter
Memiliki Tugas dan Tanggung jawab Terhadap Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Memberikan Asuhan Keperawatan
Menghadapai Keluhan Pasien dan
Keluarga Pasien
Perawat Membutuhkan Karakter Positif untuk Berinteraksi dengan
Orang-Orang yang ada di Rumah Sakit
(46)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah.
Karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah
penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
deskriptif yang dimaksudkan untuk melihat gambaran humanity pada perawat
rumah sakit.
Menurut Azwar (2004), penelitian deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karaktersitik mengenai
sampel atau mengenai bidang tertentu. Data yang dikumpulkan hanya bersifat
deskriptif sehingga tidak bermaskud mencapai penjelasan, menguji hipotesis,
membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. Hasil penelitiannya berupa
deskripsi mengenai variabel-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi,
rata-rata nilai atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori di suatu variabel.
A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Identifikasi variable penelitian merupakan langkah penetapan
variabel-variabel utama yang menjadi fokus dalam penelitian (Azwar, 2001). Purwanto
(2008), mengungkapkan bahwa ada tiga ciri variabel, yaitu dapat diukur,
membedakan antar objek dalam suatu populasi dan nilainya bervariasi. Penelitian
(47)
selalu terbuka untuk diuji (Purwanto, 2008). Menurut Bouma, 1993 (dalam
Purwanto, 2008), variabel berbeda dengan konsep. Dimana konsep belum dapat
diukur dan variabel merupakan operasionalisasi dari suatu konsep. Variabel juga
merupakan karakteristik atau kualitas individu yang berbeda satu sama lain
(Ghiselli, Campbell dan Zedeck, 1981 dalam Purwanto, 2008). Variabel
merupakan sebuah simbol di mana angka-angka atau nilai ditetapkan dan suatu
konsep dikatakan sebagai variabel bila menunjukkan adanya variasi (Kerlinger,
2000). Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah humanity pada
perawat rumah sakit.
B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Definisi operasional merupakan batasan suatu fenomena yang dapat
diamati dan diukur, bersifat behavioral (Purwanto, 2008). Definisi operasional
dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan dalam
menginterpretasi masing-masing variabel penelitian (Hadi, 2000).
Humanity yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kekuatan
interpersonal yang melibatkan hubungan untuk menjalin kedekatan dan
pertemanan dengan orang lain serta menunjukkan kepedulian dan perhatian
kepada orang lain. Humanity ini diukur berdasarkan tiga kekuatan karakter yang
dikemukakan oleh Peterson & Seligman (2004), yang terdiri dari:
Love, merupakan kondisi kognitif, perilaku dan emosional seseorang yang
menjadi sumber utama kasih sayang untuk menjalin kedekatan dengan individu
(48)
orang lain, berkaitan erat dalam hal kemanusiaan. Dalam arti semua orang berhak
mendapat perhatian dan pengakuan tanpa alasan utilitarian tetapi hanya karena
mereka memang berhak mendapatkannya. Social Intelligence, mengarah pada
kemampuan berfikir atau kemampuan untuk mengenal dan mempengaruhi diri
sendiri dan orang lain, sehingga dapat beradaptasi di lingkungan dengan baik.
Humanity pada perawat rumah sakit dalam penelitian ini dapat dilihat dari
skor yang diperoleh individu dari skala humanity. Jika semakin tinggi skor skala
humanity yang diperoleh maka semakin besar humanity yang dimiliki oleh
perawat rumah sakit. Demikian sebaliknya, jika semakin rendah skor skala
humanity humanity yang diperoleh maka semakin rendah humanity yang dimiliki
perawat rumah sakit. Nilai alpha cronbach pada penelitian ini yaitu 0.942.
C. POPULASI, SAMPEL DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perawat rumah sakit.
Populasi didefenisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi
hasil penelitian. Sampel adalah sebagian dari populasi. Karena merupakan bagian
dari populasi, tentulah harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya
(Azwar, 2004).
2. Sampel
Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki
peneliti, maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan
(49)
merupakan subjek yang jumlahnya kurang dari populasi (Hadi, 2000). Penentuan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal
baik yang bersifat teoritis maupun praktis, yang bersifat teoritis dimaksudkan
untuk memperoleh derajat kecermatan statistik yang maksimal. Sedangkan
pertimbangan yang bersifat praktis didasarkan pada keterbatasan peneliti, antara
lain keterbatasan kesempatan yang diberikan (izin dari pihak rumah sakit), waktu
dan dana.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 199 orang perawat rumah sakit,
untuk menghasilkan suatu bentuk distribusi frekuensi yang mendekati normal
Azwar (2004), menyatakan secara statistika menganggap jumlah sampel yang
lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak.
3. Metode Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan
prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi. Populasi dalam
penelitian ini adalah perawat rumah sakit. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah teknik non-probability sampling. Menurut Hadi (2000),
non-probability sampling adalah teknik sampling yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel, hanya individu-individu yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja
yang diselidiki. Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah incidental
sampling. Incidental sampling diperoleh berdasarkan pada faktor incidental atau
kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yag sesuai dengan karakteristik
(50)
D. INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN 1. Alat Ukur yang Digunakan
Pengukuran yang buruk dapat menghasilkan penelitian ilmiah yang tidak
valid (Kerlinger, 1990). Oleh karena itu, alat pengumpul data atau instrumen
penelitian yang digunakan akan menentukan kualitas data yang terkumpul dan
kualitas penelitian.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala psikologi. Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan
suatu alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk/konsep psikologis yang
menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 2005).
Metode skala mengungkap beberapa karakteristik yaitu: (1) stimulasinya
tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap
indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan; (2) skala psikologi selalu berisi
banyak aitem dan respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban ‘benar’ atau ‘salah’.
Menurut Azwar (2005), metode skala mempunyai perbedaan dengan
angket, karakteristik skala yaitu:
1. Data yang diungkap berupa konstruk atau konsep psikologis yang
menggambarkan aspek kepribadian individu.
2. Pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indicator perilaku guna
memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek
(51)
3. Responden terhadap skala psikologi, meskipun memahami isi
pertanyaannya, biasanya tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki
dan kesimpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan
tersebut.
4. Respon terhadap skala psikologi diberi skor melewati proses penskalaan.
Satu skala psikologi hanya diperuntukkan guna mengungkap suatu atribut
tunggal.
5. Hasil ukur skala psikologi harus teruji realibitasnya secara psikometris di
karenakan relevansi isi dan konteks kalimat yag digunakan sebagai
stimulus pada skala psikologi lebih terbuka terhadap eror.
6. Validitas skala psikologi lebih ditentukan oleh kejelasan konsep psikologis
yang hendak diukur dan operasionalisasinya.
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala humanity,
yang disusun peneliti berdasarkan 4 komponen psikologis humanity yang
diungkap oleh Peterson & Seligman (2004), yang terdiri dari: love, kindness, dan
social intelligence. Kemudian dilakukan penyesuaian terhadap perawat rumah
sakit untuk pembuatan aitemnya. Berikut blue print dari skala humanity.
Tabel 1. Blue Print Skala Humanity Sebelum Uji Coba
No Aspek Nomor Item Jumlah
1 Love F : 3, 4, 10, 11, 21, 29
UF : 7, 15, 18, 22, 23 11
2 Kindness F : 1, 13, 14, 27, 30
UF : 8, 16, 24, 26 9
3 Social Intelligence F : 2, 5, 6, 12, 19, 20, 28
UF : 9, 17, 25 10
(52)
Skala ini dibuat dengan model penyajian skala Likert, yaitu skala yang
mengukur kekuatan persetujuan dari pernyataan-pernyataan untuk mengukur
sikap atau perilaku Delaney, 2007). Dengan alternative respon pernyataan terdiri
atas empat pilihan jawaban, yaitu: 1) Sangat Sesuai (SS), 2) Sesuai (S), 3) tidak
Sesuai (TS) dan 4) Sangat Tidak Sesuai (STS).
Aitem dalam skala ini terbagi dalam dua arah, yaitu favourable
(mendukung) dan unfavourable (tidak mendukung), setiap pilihan alternatif
respon memiliki skor masing-masing tergantung dari jenis aitem, apakah
favourable atau unfavourable. Untuk aitem favourable, Sangat Sesuai diberi skor
4, Sesuai diberi skor 3, Tidak Sesuai diberi skor 2, dan Sangat Tidak Sesuai diberi
skor 1. Sedangkan skor untuk aitem yang unfavourable 4 untuk jawaban Sangat
Tidak Sesuai, 3 untuk jawaban Tidak Sesuai, 2 untuk jawaban Sesuai, dan 1 untuk
jawaban Sangat Sesuai (Azwar, 2000).
Skor total merupakan petunjuk tinggi rendahnya humanity pada perawat
rumah sakit. Semakin tinggi skor yang dicapai maka semakin tinggi humanity
perawat rumah sakit. Sebaliknya, semakin rendah skoryang dicapai, maka
semakin rendah humanity pada perawat rumah sakit. Pengklasifikasian tinggi
rendahnya gambaran humanity pada perawat rumah sakit dilakukan dengan
mencari mean, varians dan standar deviasi dengan menggunakan SPSS version
(53)
E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR 1. Uji Validitas
Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan
fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan
pengukuran (Azwar, 2004).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content
validity). Validitas ini menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam skala telah
komprehensif mencakup semua aspek dalam penelitian dan tingkat relevansinya.
Validitas isi dalam penelitian ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes
dengan analisis rasional (kesesuaian dengan blue print yang telah disusun oleh
peneliti) dan diperkuat lewat professional judgement yang dilakukan oleh Dosen
pembimbing (Azwar, 2004).
Setelah skala humanity diuji cobakan kepada 100 perawat di RSU Bunda
Thamrin, peneliti akan melakukan uji daya beda aitem untuk mendapatkan
aitem-aitem yang memenuhi persyaratan. Uji daya beda aitem-aitem adalah sejauh mana aitem-aitem
mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan
tidak memiliki atribut yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk
melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi
ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes sebagaimana yang dikehendaki
(54)
Peneliti menggunakan formula koefesien korelasi Pearson Product
Moment untuk menguji daya beda dari aitem-aitem dalam skala humanity.
Prosedur pengujian ini menghasilkan koefesien korelasi aitem total yang dikenal
dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2004). Berdasarkan pengolahan data yang
dilakukan dengan SPSS version 17.0 for Windows akan diperoleh aitem-aitem
yang memenuhi persyaratan.
Menurut Azwar, (2004) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi
minimal rix≥ 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Azwar (2004) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam
beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh
hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang
belum berubah.
Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat
dipercaya karena perbedan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan
oleh faktor error (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya.
Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan
indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya
bersama-sama (Azwar, 2007).
Uji reliabilitas skala penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi
internal, di mana tes dikenakan sekali saja pada sekelompok subyek. Reliabilitas
(55)
sampai dengan 1,00. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka 1,00
menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin
mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas yang dimiliki (Azwar,
2007). Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien alpha
Cronbach dengan menggunakan program SPSS Version 17.0 for Windows. Data
untuk menghitung koefisien reliabilitas alpha diperoleh lewat penyajian satu
bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada satu kelompok responden
(single-trial administration) (Azwar, 2005).
F. UJI COBA ALAT UKUR PENELITIAN
Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya, skala humanity diuji cobakan
terlebih dahulu kepada sejumlah responden yang sesuai dengan karakteristik
sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Tujuan dilakukannya uji coba alat
ukur adalah untuk mengetahui apakah kalimat dalam aitem mudah dan dapat
dipahami oleh responden sebagaimana diinginkan oleh peneliti (Azwar, 2009).
Pelaksanaan uji coba alat ukur berlangsung pada tanggal 4 juni 2013 dan
diujicobakan pada 100 orang perawat di RSU. Bunda Thamrin. Jumlah skala yang
disebar sebanyak 100 skala yang layak untuk dianalisis. Skala humanity yang
disebarkan terdapat 30 aitem. Tabel 2 menunjukkan distribusi aitem skala
humanity sebelum uji coba.
Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Humanity Sebelum diuji Coba
Aspek Favourable Unfavourable Jumlah
Love 3, 4, 10, 11, 21, 29 7, 15, 18, 22, 23 11
Kindness 1, 13, 14, 27, 30 8, 16, 24, 26 9
(56)
Intelligence
Jumlah 18 12 30
Hasil uji coba alat ukur penelitian ini diuji sebanyak 2 kali yang
memperoleh reliabilitas yang memenuhi standar ukur dan indeks daya beda aitem
di atas 0.300. Pada perhitungan, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan sebesar
adalah 0.931 dengan nilai rxx` yang bergerak dari 0.338 sampai 0.931 dan semua
aitem telah memiliki indeks daya beda aitem di atas 0.300. Terdapat 30 buah
aitem yang dapat digunakan dalam penelitian dengan reliabilitas alat ukur sebesar
0.931. Distribusi aitem skala humanity beserta aitem-aitem yang gugur dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Humanity Setelah diuji Coba
Aspek Favourable Unfavourable Jumlah
Love 3, 4, 10, 11, 21, 29 7, 15, 18, 22, 23 11
Kindness 1, 13, 14, 27, 30 8, 16, 24, 26 9
Social
Intelligence 2, 5, 6, 12, 19, 20, 28 9, 17, 25 10
Jumlah 18 12 30
Keterangan: Nomor yang ditebalkan berarti memiliki daya beda yang rendah dan merupakan aitem yang gugur.
Selanjutnya 26 aitem yang lolos seleksi dikompilasi menjadi alat ukur
penelitian yang sesungguhnya dan akan disusun kembali distribusi aitem pada
skala penelitian seperti yang ditunjukkan pada tabel 4 berikut:
Tabel 4. Distribusi Aitem dengan Penomoran Baru yang Digunakan pada Skala Penelitian
Aspek Favourable Unfavourable Jumlah
Love 2, 3, 8, 9, 17,25 15, 19 8
Kindness 1,4, 10, 11,23,26 6,7,13,18,20,22 12
Social
(57)
Jumlah 15 11 26
G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan sejumlah hal yang
diperlukan untuk melaksanakan penelitian yaitu sebagai berikut:
a. Pencarian Referensi
Peneliti mengumpulkan berbagai informasi dan teori yang berhubungan
dengan variabel penelitian, yaitu humanity pada perawat rumah sakit.
b. Pembuatan Alat Ukur
Pada tahap ini, peneliti menyiapkan alat ukur penelitian yang akan
digunakan dalam uji coba alat ukur. Alat ukur penelitian yaitu skala humanity
yang disusun berdasarkan teori humanity Peterson & Seligman (2004). Kemudian
alat ukur dibuat dalam bentuk booklet dari kertas berukuran A4 dengan huruf
times new roman ukuran 14. Booklet tersebut berisi informasi mengenai data diri
responden, alat ukur, dan pernyataan tertutup mengenai tatanga yang dihadapi
perawat rumah sakit.
c. Uji Coba Alat Ukur
Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya. Skala diuji validitasnya
berdasarkan professional judgement, kemudian skala tersebut diujicobakan
kepada 100 subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek
penelitian.
(1)
No :
SKALA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013
Lampiran 3 . Skala
Humanity
(2)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi USU, saya bermaksud mengadakan penelitian di bidang Psikologi Klinis. Untuk itu saya membutuhkan sejumlah data yang hanya akan dapat saya peroleh dengan adanya kerja sama dari Anda dalam mengisi skala ini.
Cara menjawab skala ini akan dijelaskan pada petunjuk pengisian. Untuk itu saya mengharapkan agar Anda memperhatikan petunjuk pengisian dengan baik. Bila telah selesai dikerjakan, periksalah kembali jawaban Anda, karena saya mengharapkan tidak ada pernyataan yang terlewati.
Dalam mengisi skala ini, tidak ada jawaban yang benar dan salah, karena setiap orang akan memiliki jawaban yang berbeda. Yang saya harapkan adalah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda ataupun keadaan Anda yang sesungguhnya. Dengan demikian sudilah kiranya Anda memberikan jawaban sendiri, jujur, dan tanpa mendiskusikannya dengan orang lain. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian.
(3)
Bantuan Anda dalam mengisiskala ini merupakan bantuan yang amat besar dan berarti bagi keberhasilan penelitian ini. Atas kerjasama Anda, saya mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan Anda.
Hormat Saya,
(4)
IDENTITAS DIRI
Silahkan isi identitas diri Anda terlebih dahulu:
a. Nama / Inisial :
b. Jenis Kelamin : Lk / Pr (lingkari jawaban Anda)
c. Usia : tahun
d. Pendidikanterakhir :
e. Unit Kerja : UGD/Rawat Inap/Lainnya,
(lingkari jawaban Anda)
f. Suku :
PETUNJUK PENGISIAN
Dibawah ini terdapat 26 pernyataan. Bacalah setiap pernyataan dibawah ini dengan seksama. Kemudian, berikan jawaban Anda pada pilihan jawaban bagi setiap pernyataan tersebut dengan cara memberi tanda silang (X) padajawaban yang menurut Anda sangat sesuai dengan keadaan atau diri Anda.
SS : apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri Anda.
S : apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan diri Anda.
TS : apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri Anda.
STS : apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri Anda.
Contoh:
*Apabila anda salah dalam menjawab, anda dapat mencoret jawaban yang salah tersebut dengan tanda sama dengan (=) dan dapat mengganti dengan jawaban yang benar.
NO
PERNYATAAN
SS
S
TS STS
(5)
SKALA
NO
PERNYATAAN
SS
S
TS
STS
1.
Saya akan selalu membantu pasien
ketika
mereka
membutuhkan
pertolongan saya
2.
Saya selalu terbuka dalam melakukan
komunikasi dengan pasien
3.
Saya merawat para pasien dengan rasa
empati
4.
Saya tetap bekerja maksimal walaupun
tidak ada atasan yang mengawasi
5.
Saya
akan
meninggalkan
urusan
merawat pasien pada rekan kerja lain,
ketika jam kerja saya sudah habis
6.
Saya enggan memberikan bantuan
apabila tidak menguntungkan bagi
saya
7.
Saya tidak bersemangat jika diminta
menolong
pasien
kelas
ekonomi
bawah
8.
Saya merasakan rasa kebersamaan
dengan pasien
9.
Saya memberikan perhatian kepada
setiap pasien
10. Saya memiliki niat yang tulus dalam
membantu pasien
11. Saya tidak mengharapkan imbalan dari
pasien yang saya rawat
12.
Saya akan melayani pasien yang
penyakitnya tidak terlalu parah
13. Saya kesal pada pasien yang tidak
berterimakasih ketika saya rawat
14. Saya sulit memahami kebutuhan
pasien bila ia tidak menyampaikannya
15. Saya enggan memberikan perhatian
(6)