BAB II KAJIAN PUSTAKA - Pengaruh Faktor Ekonomi Makro dan Fundamental Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan BUMN Perkebunan PTPN I – VII(Persero)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

  Lawrence (2013) melakukan studi mengenai Pengaruh Faktor Makro Ekonomi dan Harga Komoditas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di

Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh harga

minyak, inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

dan harga emas Antam terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan.

Sampel yang diambil dalam penelitian adalah harga minyak WTI, inflasi, jumlah

uang beredar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), harga emas Antam dan

  

IHSG periode 2009-2012. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan

memakai analisa regresi linear berganda. Hasil penelitian diperoleh bahwa secara

parsial harga minyak dan jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap

  IHSG dan secara bersama-sama harga minyak, inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan harga emas Antam berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

  Anwar (2010) melakukan studi mengenai Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Kurs dan IHSG terhadap Kinerja Reksadana. Tujuan penelitian untuk

menguji apakah tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, perubahan nilai tukar

rupiah terhadap dollar dan IHSG secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja reksadana. Hasil penelitian menunjukkan tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS

dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana. Tingkat inflasi secara

parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana,

tingkat suku bunga SBI secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana, tetapi perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana, dan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana.

  Ningsih (2013) melakukan studi mengenai Pengaruh Struktur Modal

terhadap Kinerja Perusahaan Go Publik yang Listing di Bursa Efek Indonesia.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur modal dan pengaruhnya

terhadap kinerja perusahaan dengan melakukan studi kasus pada Perusahaan

Otomotif dan Komponen yang terdaftar di BEI untuk periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Struktur modal diwakili Debt to Equity Ratio (DER), dan

kinerja perusahaan diwakili Return on Investment (ROI). Hasil penelitian

menunjukkan struktur modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja perusahaan yang ditunjukkan dengan taraf signifikansi sebesar (0,002 < 0,05).

  Dewi (2006) melakukan studi mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Optimalisasi Laba (Studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan Go Publik Masuk ke dalam Jakarta Islamic Index Periode 2001-2005). Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan struktur modal dapat

mempengaruhi optimalisasi (peningkatan) laba. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa struktur modal memiliki pengaruh signifikan terhadap

optimalisasi laba dengan nilai regresi -0,092 dengan tingkat signifikansi 0,027 (

  

sig 5%). Sedangkan uji independent test menunjukkan bahwa Ho ditolak, berarti

tidak ada perbedaan terkait dengan optimalisasi laba baik pada perusahaan dengan struktur modal tinggi dan rendah.

  Velnampy (2012) melakukan studi mengenai The Relationship between

Capital Structure and Profitability. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menyelidiki hubungan antara struktur modal dan profitabilitas dari sepuluh bank

yang terdaftar di Srilanka selama periode 2002 data 2009. Analisis data

menggunakan analisis deskriptif dan analisis korelasi. Variabel independen yang

digunakan Debt to Equity dan Debt to Total Funds dan variable dependen yang

digunakan Net Profit, Return on Capital Employed, Return on Equity dan Net

Interest Margin. Hasil analisis menunjukkan bahwa Debt to Equity memiliki

hubungan positif dengan Net Profit, Return on Capital Employed dan Return on

Equity sedangkan dengan Net Interest Margin memiliki hubungan negatif. Debt to

Total Funds memiliki hubungan posititf dengan Return on Capital Employed dan

Return on Equity sedangkan dengan Net Profit dan Net Interest Margin memiliki

hubungan negatif.

  Ferati (2011) melakukan studi mengenai Capital Structure and Profitability: The Macedonian Case. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal Perusahaan Macedonia terhadap profitabilitas. Data yang digunakan adalah laporan keuangan 150 perusahaan yang masing-masing dikumpulkan selama sepuluh tahun terakhir. Analisis data menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS). Hasil analisis menunjukkan bahwa Return on Equity memiliki korelasi positif dengan utang jangka pendek dan ekuitas, dan memiliki korelasi negatif dengan utang jangka panjang.

  Shubita (2012) melakukan studi mengenai The Relationship between Capital Structure and Profitability. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek struktur modal terhadap profitabilitas dengan memeriksa efek dari struktur modal terhadap profitabilitas perusahaan industri yang terdaftar di Bursa Efek Amman selama enam periode tahun (2004-2009). Sampel penelitian terdiri dari 39 perusahaan dengan menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi berganda. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan signifikan negatif antara short-term debt dan total debt dengan profitabilitas.

  Kusumajaya (2011) melakukan studi mengenai Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Populasi penelitian ini adalah industri manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian 2006 sampai dengan 2009. Metode penentuan sampel dengan metode

  purposive sampling, dengan beberapa kriteria yang telah ditentukan maka jumlah

  sampel adalah sebanyak 27 perusahaan manufaktur. Data penelitian merupakan data sekunder diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Metode penelitian menggunakan teknik analisis jalur (path analysis), dengan alat bantu aplikasi SPSS versi 13.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, 2) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, 3) struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, 4) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan 5) profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

  Indrajaya (2011) melakukan studi mengenai Pengaruh Struktur Aktiva,

Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis

terhadap Struktur Modal: Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Pertambangan

yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007. Penelitian ini bertujuan

untuk menemukan bukti empiris dari faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi

struktur modal perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur aktiva

berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal (leverage), ukuran

perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, dan

profitabilitas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap struktur

modal. Sedangkan variabel pertumbuhan dan risiko bisnis tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap struktur modal (leverage).

  Kurniawati (2012) melakukan studi mengenai Pengaruh Arus Kas Bersih terhadap Likuiditas dan Dampaknya terhadap Ptofitabilitas (Studi Kasus pada PT.

  

Asuransi Jasa Indonesia Cabang Tasikmalaya). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui (1) arus kas bersih , likuiditas, dan profitabilitas (2) pengaruh arus kas

bersih terhadap likuiditas (3) pengaruh arus kas bersih secara parsial terhadap

profitabilitas (4) pengaruh likuiditas secara parsial terhadap profitabilitas (5)

pengaruh arus kas bersih dan likuiditas secara simultan terhadap profitabilitas

pada PT. Asuransi Jasa Indonesia. Metode penelitian menggunakan metode

deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus pada PT. Asuransi Jasa

Indonesia. Penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu laporan

keuangan perusahaan tahun 2001 – 2011 yang dipublikasikan, dengan teknik

pengumpulan data yaitu library research. Alat analisis yang digunakan adalah

analisis jalur (path analysis) dengan skala pengukuran rasio. Hasil penelitian

  

menunjukan bahwa: (1) kondisi arus kas bersih dari sudut pandang likuiditas

dinilai cukup baik, sedangkan dari sudut pandang profitabilitas masih kurang baik.

  Likuiditas dinilai sudah cukup baik sedangkan profitabilitas masih kurang baik (2)

arus kas bersih berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (3) arus kas bersih

secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (4) likuiditas

terhadap profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (5) arus

kas bersih dan likuiditas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap

profitabilitas.

  Iqbal (2007) melakukan studi mengenai Pengaruh Tingkat Harga Jual Komoditi Teh terhadap Laba Optimal Perusahaan pada PT. Perkebunan Nusantara

  VIII (Persero). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan tingkat harga

jual komoditi, laba optimal, dan bagaimana pengaruh tingkat harga jual komoditi

teh terhadap laba optimal pada PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero). Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan

pendekatan kuantitatif. Untuk mengetahui besarnya pengaruh harga jual (variabel

X) terhadap laba optimal (variabel Y) digunakan Analisis Regresi Sederhana,

Koefisien Korelasi Sederhana, dan Koefisien Determinasi. Pengujian hipotesis

dalam penelitian ini menggunakan statistik uji t dua pihak dengan α = 0,05. Hasil

penelitian menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat dan positif antara

variabel independen dan variabel dependen yang artinya setiap kenaikan tingkat

harga jual akan meningkatkan laba optimal, demikian juga sebaliknya setiap

penurunan tingkat harga jual akan menurunkan laba optimal. Sehingga dapat

disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara harga jual terhadap laba

optimal.

  Windasari (2013) melakukan studi mengenai Analisis pengaruh

Tumpangsari terhadap Pendapatan Petani di Desa Munduktemu Kabupaten

Tabanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh luas lahan,

jumlah tenaga kerja (jam kerja) dan harga komoditi secara serempak maupun

parsial terhadap pendapatan petani di Desa Munduktemu. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis linier berganda dan beda dua rata-rata (pair sample t test). Hasil analisis data menunjukan luas lahan, jumlah tenaga kerja (jam kerja) dan harga komoditi secara serempak dan parsial berpengaruh signifikan terhadap

  2

pendapatan petani dengan koefisien determinasi (R ) 0,912. Luas lahan adalah

variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pendapatan petani, serta

terdapat perbedaan pendapatan dengan atau tanpa menggunakan sistem

tumpangsari.

  Tumoka (2013) melakukan studi mengenai Analisis pendapatan Usaha Tani Tomat di Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh produksi dan harga terhadap pendapatan usaha tani Tomat di Kecamatan Kawangkoan Barat. Dimana pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer. Adapun metode yang digunakan adalah metode analisis tabel dan metode analisis regresi berganda dengan menggunakan data OLS (Ordinary Least Square) dan diolah menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukan jumlah produksi dan harga tomat memiliki pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap tingkat pendapatan petani tomat di Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa.

Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu

  Modal terhadap Kinerja Perusahaan Go Publik yang Listing di Bursa Efek Indonesia Kinerja perusahaan (ROI)

  Debt to Equity Hasil penelitian menunjukkan bahwa Debt to Equity memiliki hubungan positif dengan Net Profit, Return on Capital Employed dan Return on Equity sedangkan dengan Net Interest Margin memiliki hubungan negatif. Debt to Total Funds memiliki hubungan posititf dengan Return on Capital Employed dan Return on Equity

  Net Profit Return on Capital Employed Return on Equity Net Interest Margin

  5 The Relationship between Capital Structure and Profitability

  Velnampy and Niresh (2012)

  (peningkatan) Laba Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal memiliki pengaruh signifikan terhadap optimalisasi laba dengan nilai regresi -0,092 dengan tingkat signifikansi 0,027 (sig 5%). Sedangkan uji independent test menunjukkan bahwa Ho ditolak, berarti tidak ada perbedaan terkait dengan optimalisasi laba baik pada perusahaan dengan struktur modal tinggi dan rendah. Struktur Modal

  4 Dewi (2006) Pengaruh Struktur Modal terhadap Optimalisasi Laba (Studi Kasus pada Perusahaan- perusahaan Go Publik Masuk ke dalam Jakarta Islamic Index Periode 2001-2005) Optimalisasi

  Hasil penelitian menunjukkan struktur modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan yang ditunjukkan dengan taraf signifikansi sebesar (0,002 < 0,05). Struktur modal (Debt to Equity Ratio)

  3 Ningsih, Elfiswandi dan Wijaya (2013) Pengaruh Struktur

  No Peneliti Judul penelitian Variabel Dependen Variabel Independen

  IHSG

  IHSG ) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana. Tingkat inflasi, Suku bunga SBI. Kurs dan

  Reksadana Hasil penelitian menunjukkan tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana. Tingkat inflasi secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana, tingkat suku bunga SBI secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana, tetapi perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana, dan Indeks Harga Saham Gabungan (

  2 Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Kurs dan IHSG terhadap Kinerja Reksadana Kinerja

  Anwar (2010)

  Saham Gabungan Hasil penelitian diperoleh bahwa secara parsial harga minyak dan jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap IHSG dan secara bersama-sama harga minyak, inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan harga emas Antam berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Harga minyak, inflasi, jumlah uang beredar, suku bungan SBI dan harga emas antam

  1 Lawrence (2013 Pengaruh Faktor Makro Ekonomi dan Harga Komoditas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia Indeks Harga

  Hasil Penelitian

  Debt to Total Funds sedangkan dengan Net Profit dan Net Interest Margin memiliki hubungan negatif. Ferati dan Ejupi ( 2011)

  6 Capital Structure and Profitability: The Macedonian Case Profitability

  Modal Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal (leverage), ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, dan profitabilitas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap struktur modal.

  Luas lahan, jumlah tenaga kerja (jam kerja) dan

  12 Analisis pengaruh Tumpangsari terhadap Pendapatan Petani di Desa

  SriBudhi (2013)

  11 Iqbal (2007) Pengaruh Tingkat Harga Jual Komoditi The terhadap Laba Optimal Perusahaan pada PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Laba optimal Ada pengaruh yang signifikan antara harga jual terhadap laba optimal. Harga jual Windasari dan

  Profitabilitas Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) arus kas bersih berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (2) arus kas bersih secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (3) likuiditas terhadap profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (4) arus kas bersih dan likuiditas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Arus kas

  Asuransi Jaya Indonesia Cabang Tasikmalaya) Likuiditas

  10 Kurniawati (2012) Pengaruh Arus Kas Bersih terhadap Likuiditas dan Dampkanya terhadap Profitabilitas (Studi Kasus pada PT.

  Sedangkan variabel pertumbuhan dan risiko bisnis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal (leverage). Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Resiko Bisnis

  Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Resiko Bisnis terhadap Struktur Modal Struktur

  (ROE) Capital Structure (short-term debt and equity, and

  9 Indrajaya, Herlina dan Setiadi (2011) Pengaruh Struktur

  Nilai perusahaan Struktur modal Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, 2) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, 3) struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, 4) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan 5) profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Pertumbuhan perusahaan

  8 Kusumajaya (2011) Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Profitablitas

  Profitability (ROE) Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan negatif antara short-term debt dan total debt dengan profitabilitas. Capital Structure (short-term debt dan total debt)

  7 The Relationship between Capital Structure and Profitability

  Hasil Penelitian Shubita dan Alsawalhah (2012)

  No Peneliti Judul penelitian Variabel Dependen Variabel Independen

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return on Equity memiliki korelasi positif dengan utang jangka pendek dan ekuitas, dan memiliki korelasi negatif dengan utang jangka panjang. long-term debt

  Pendapatan Hasil penelitian menunjukan bahwa luas lahan, jumlah tenaga kerja (jam kerja) dan harga komoditi secara serempak dan Munduktemu harga komoditi parsial berpengaruh signifikan Kabupaten Tabanan terhadap pendapatan petani

  

13 Tumoka (2013) Analisis pendapatan Pendapatan Jumlah Hasil penelitian menunjukan

Usaha Tani Tomat di produksi dan jumlah produksi dan harga Kecamatan harga tomat memiliki pengaruh yang Kawangkoan Barat signifikan baik secara parsial Kabupaten Minahasa maupun simultan terhadap tingkat pendapatan petani tomat di Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa.

2.2. Kinerja Keuangan Perusahaan

  2.2.1. Pengertian Kinerja

  Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing measurement“, yaitu kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu (Hanafi,2003: 69).

  Bagi investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan.

  2.2.2. Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan

  Munawir (2002:31) menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah : a.

  Mengetahui tingkat likuiditas yaitu menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.

  b.

  Mengetahui tingkat solvabilitas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

  c.

  Mengetahui tingkat rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

  d.

  Mengetahui tingkat stabilitas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya.

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja keuangan memberikan penilaian atas pengelolaan aset perusahaan oleh manajemen dan manajemen perusahaan dituntut untuk melakukan evaluasi dan tindakan perbaikan atas kinerja keuangan perusahaan yang tidak sehat.

2.3. Analisis Rasio Keuangan

2.3.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan

  Menurut Munawir (2007:65), analisis rasio keuangan adalah “suatu

metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca

atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan

tersebut”.

  Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk

menganalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau

pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan

menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan

memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya.

  Menurut Sutrisno (2007:214), analisis rasio keuangan adalah

menghubungkan elemen-elemen yang ada dilaporan keuangan agar bisa

diinterprestasikan lebih lanjut. Dengan demikian analisis rasio keuangan berguna

untuk menentukan kesehatan atau kinerja keuangan perusahaan baik pada saat

sekarang maupun di masa mendatang sehingga sebagai alat untuk menilai posisi

keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

  Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan

neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan

gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu

perusahaan tertentu. Suatu rasio tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri,

melainkan harus diperbandingkan dengan rasio yang lain agar rasio tersebut

menjadi lebih sempurna dan untuk melakukan analisis ini dapat dengan cara

membandingkan prestasi suatu periode dengan periode sebelumnya sehingga

diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu, selain itu dapat pula

dilakukan dengan membandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri itu

sehingga dapat diketahui bagaimana keuangan dalam industri.

  Untuk memahami kondisi neraca dan laba rugi suatu perusahaan, seorang

analyst umumnya menggunakan metode analisis rasio keuangan. Metode ini

  

digunakan sebagai suatu alat ukur untuk dapat memahami neraca dan laporan

laba rugi. Menurut Mardiyanto (2008:51) analisis rasio keuangan merupakan

peralatan (tools) untuk memahami laporan keuangan (khususnya neraca dan laba

rugi).

  Menurut Mardiyanto (2008:53) terdapat 4 (empat) macam standar dalam analisis rasio, yakni:

  1. Rata-rata industri, perusahaan membandingkan rasionya dengan rasio rata-rata industri

  2. Perusahaan paling unggul, mungkin sulit memperoleh data rata-rata industri yang lengkap. Untuk mengatasinya, perusahaan cukup membandingkan rasionalnya dengan rasio perusahaan paling unggul.

  3. Data historis, perusahaan membandingkan rasionya dengan rasio tahun-tahun yang lalu

  4. Anggaran serta realisasinya, perusahaan membandingkan rasio berdasarkan anggaran (rencana) dengan realisasinya.

  Menurut Jumingan (2006:118), rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur yang lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan

tersebut dinyatakan dalam bentuk sistematis yang sederhana. Rasio standar ini

dapat ditentukan berdasarkan alternatif di bawah ini: 1.

  Didasarkan pada catatan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan tahun- tahun yang telah lampau.

  2. Didasarkan pada rasio dari perusahaan lain yang menjadi pesaingnya, dipilih satu perusahaan yang tergolong maju dan berhasil.

  3. Didasarkan pada data laporan keuangan yang dibudgetkan (goal ratio).

  4. Didasarkan pada rasio industri, dimana perusahaan yang bersangkutan masuk sebagai anggotanya.

  Dengan perbandingan rasio standar ini akan diketahui apakah rasio

perusahaan yang bersangkutan terletak diatas average, average atau dibawah

average.

2.3.2. Jenis-jenis Analisis Rasio Keuangan

  Analisis rasio keuangan adalah perbandingan antara dua/kelompok data

laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antara data dari

neraca dan data laporan laba rugi.

  1. Rasio likuiditas

Rasio ini memberi gambaran kelemahan dan kemampuan financial perusahaan

dari tahun ke tahun. Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ada 2

macam rasio likuiditas yang digunakan, yaitu:

  a) Current Ratio b) Quick Ratio atau Acid Test Ratio

  2. Rasio Solvabilitas

Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

seluruh kewajiban-kewajibannya (hutang jangka pendek dan hutang jangka

panjang). Ada 4 (empat) rasio solvabilitas yang digunakan, yaitu: a.

   Total Debt to Equity Ratio b. Total Debt to Total Assets Ratio c. Long Term Debt to Equity

  d.

   Long Term Debt to Total Assets 3.

  Rasio Profitabilitas Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Ada 4 (empat) rasio

profitabilitas yang digunakan, yaitu: a.

   Return on Equity (ROE) b. Return on Assets (ROA) c. Net Profit Margin d. Gross Profit Margin

  Setiap kegiatan bisnis yang dijalankan baik secara perorangan maupun

berkelompok bertujuan untuk mensejahterakan pemilik atau menambah nilai

perusahaan dengan laba yang maksimal. Harapan untuk mendapatkan laba

perusahaan secara berkelanjutan bukanlah suatu pekerjaan yang gampang tetapi

memerlukan perhitungan yang cermat dan teliti dengan memperhatikan faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap perusahaan baik faktor intern maupun faktor

ekstern.

  Menurut Kuswadi (2005:5) rasio kemampulabaan (profitability ratio) menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba secara relatif.

  

Selanjutnya Kasmir (2008:196) mengemukakan bahwa Rasio profitabilitas

merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari

keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen

suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan

dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan

efisiensi perusahaan. Dikatakan rentabilitasnya baik apabila mampu memenuhi

  

target laba yang telah ditetapkan dengan menggunakan aktiva atau modal yang

dimiliki. Menurut Martono (2005:60) Rasio profitabilitas adalah rasio yang

menunjukkan efektivitas menciptakan laba. Laba pada dasarnya menunjukkan

seberapa baik perusahaan dalam membuat keputusan investasi dan pembiayaan.

  Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu :

  1.

untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode tertentu.

  2.

untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

  3. untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

  4.

untuk menilai produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal sendiri.besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

  5.

untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri.

  Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk : 1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.

  2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

  3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

  4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

  5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

  Menurut Jumingan (2006:120) analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi:

  1. Rasio neraca (ibalance sheet rations) yaitu membandingkan angka-angka

yang hanya bersumber dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio), rasio

tunai (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio tetap dengan

utang jangka panjang dan sebagainya.

  2. Rasio laporan laba rugi (income statement rations) yaitu membandingkan

angka-angka yang hanya bersumber dari laporan laba rugi, misalnya laba

bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjualan neto, operating ratio dan sebagainya.

  3. Rasio antar laporan (inter statement rations) yaitu membandingkan angka-

angka dari dua sumber (data campuran), baik yang ada di neraca maupun di

laporan laba rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha rasio

penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan

persediaan rata-rata dan sebagainya.

  Berikut ini juga jenis analisis rasio menurut Mardiyanto (2008:52) yakni: 1. Analisis silang (cross sectional) yaitu membandingkan rasio dalam waktu (tahun) yang sama.

  2. Analisis runtun waktu (time series) yaitu membandingkan rasio dalam waktu (tahun) yang berbeda.

  3. Analisis gabungan (combined) yaitu menyatukan kedua analisis sebelumnya.

2.3.3. Manfaat Analisis Rasio Keuangan

  Manfaat analisis rasio adalah untuk mengetahui keadaan dan

perkembangan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Untuk mengambil manfaat rasio keuangan kita memerlukan standar untuk perbandingan. Salah satu

pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan pola industri

atau lini usaha di mana perusahaan secara dominan beroperasi.

  Menurut Kasmir (2008:104) hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja keuangan manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target

kerja seperti yang telah ditetapkan. Kemudian juga dapat di nilai kemampuan

manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif.

  Berikut ini beberapa akun yang di nilai menggunakan analisis rasio menurut Kuswadi (2005:71), yaitu:

1. Kemampulabaan (profitability Ratio) 2.

  Kemampuan likuiditas (Liquidity Ratio) 3. Aktivitas rasio (Activity Ratio) 4. Efektivitas dan efisiensi penggunaan dana dan biaya

2.3.4. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

  Beberapa keterbatasan analisis rasio keuangan antara lain: Menurut Mardiyanto (2008:65), yaitu:

1. Sukar diterapkan pada perusahaan dengan banyak divisi.

  Perusahaan besar dengan banyak divisi yang berbeda-beda industrinya

mungkin akan sulit menentukan perusahaan pembanding yang tepat. Pada

kenyataannya, analisis rasio keuangan lebih mudah diterapkan untuk perusahaan kecil dengan bidang usaha yang terbatas.

  2. Inflasi dengan metode akuntansi

Dengan adanya inflasi, nilai buku yang tercatat di neraca dapat sangat

menyimpang dari nilai yang terjadi di pasar. Demikian pula metode akuntansi

  

misalnya dalam pencatatan persediaan dapat memberikan nilai yang berbeda

bagi suatu perkiraan yang termuat dalam neraca. Dua hal itu perlu dicermati

meskipun sering agak susah mengatasinya apabila harus dilakukan analisis

rasio dalam waktu singkat.

3. Teknik merekayasa laporan keuangan, disebut juga dengan palsuan indah (window dressing).

  

Jika tidak berhati-hati, pengguna laporan keuangan dapat saja terkecoh dengan

angka-angka pada laporan keuangan. Menjelang tutup buku perusahaan sengaja meminjam uang tunai untuk disimpan beberapa hari sehingga

menambah kas pada neraca dan menjadikan tingkat likuiditas perusahaan

tampak baik.

2.4. Faktor Ekonomi Makro

2.4.1. Nilai Tukar Rupiah

  Nilai tukar Rupiah atau disebut juga Kurs Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara di mana masing-masing negara mempunyai alat tukar sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore, 2001:63).

  Rayun (2007:4) menyatakan bahwa nilai tukar mata uang (exchange rate) atau sering disebut kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makro-ekonomi yang lainnya.

  Menurut Thobarry (2009:46) kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun faktor-faktor makro ekonomi yang lain. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata uang di definisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjual belikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang

  Valuta asing (foreign exchange) adalah semua mata uang negara yang dapat digunakan untuk kegiatan perekonomian suatu negara dengan negara lain. Misalnya mata uang Amerika serikat berupa US $, mata uang Yen dari Jepang, dan lain sebagainya. Setiap valuta asing tersebut mempunyai harga tertentu dalam mata uang suatu negara lain. Misalnya US $ dengan Rp, $1=Rp 9.600, (artinya harga 1 US $ sama dengan Rp 9.600). harga tersebut menggambarkan berapa banyak suatu mata uang harus dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain. Istilah lain rasio pertukaran tersebut adalah nilai tukar (exchange rate) atau kurs valuta asing (Asfia, 2006:72). Menurutnya nilai kurs valuta asing dari waktu ke waktu dapat mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari kekuatan permintaan dan penawaran dalam pasar valuta asing dan juga dapat ditentukan oleh pemerintah.

  Sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara sangat berpengaruh sekali dalam menentukan pergerakan nilai tukar. Seperti misalnya negara Indonesia yang sebelum tanggal 14 Agustus 1997 menerapkan sistem nilai tukar mengambang terkendali, maka laju depresiasi sangat ditentukan oleh pemegang otoritas moneter, sehingga ketika Bank Indonesia melepas kendali nilai tukar menyebabkan nilai tukar akan segera mengikuti hukum pasar dan pengaruh-pengaruh dari luar. Untuk mengurangi tekanan terhadap rupiah, upaya lain yang telah dilakukan Bank Indonesia adalah pengembangan pasar valas domestik antar bank melalui band intervensi.

  Dengan band intervensi, nilai tukar diperkenankan berfluktuasi dalam kisaran band yang telah ditetapkan. Apabila valuta asing diperdagangkan melebihi band yang telah ditetapkan maka Bank Indonesia segera melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukar pada posisi semula (Wibowo, 2013:2).

  Berdasarkan definisi tersebut, nilai tukar mata uang kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya dan merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun faktor-faktor makro ekonomi yang lain dan pada dasarnya merupakan jaringan kerja dari perbankan dan lembaga keuangan dalam melayani masyarakat untuk membeli (permintaan) dan menjual (penawaran) valuta asing.

2.4.2. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

  Menurut Case (2004:167), bunga adalah biaya yang dibayarkan oleh seseorang peminjam kepada pemberi pinjaman atas penggunaan dananya. Tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga pinjaman tahun yang dinyatakan sebagai persentase dari pinjaman; persentase itu sama dengan jumlah bunga yang diterima pertahun dibagi dengan jumlah pinjaman.

  Menurut Darmawi (2006:181), tingkat bunga adalah harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk memperoleh dan dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Selanjutnya menurut Yogi (2009:3) Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk mengontrol peredaran uang di masyarakat, dengan kata lain pemerintah melakukan kebijakan moneter. Peredaran uang yang terlalu banyak dimasyarakat akan mengakibatkan masyarakat cenderung membelanjakan uangnya yang pada akhirnya bisa berdampak pada kenaikan harga-harga barang, yang salah satu faktor pemicu inflasi dengan menaikan bunga SBI berarti bank-bank dan lembaga keuangan akan terdorong untuk membeli SBI. Adanya bunga yang tinggi dalam SBI membuat bank dan lembaga keuangan menikmatinya, ini otomatis akan memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk produknya.

  Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor. Investasi pada produk bank seperti deposito/tabungan jelas lebih kecil resikonya atau dapat dikatakan investasi bebas resiko oleh karena itu investor akan menjual sahamnya dan dananya serentak akan berdampak pada penurunan harga saham. Selain itu dampak dari tingkat suku bunga bank yang tinggi juga berdampak pada bunga pinjaman modal kerja perusahaan. Ini artinya penambahan pengeluaran perusahaan jika ini terjadi maka kondisi fundamental perusahaan akan terganggu. Hal ini didukung oleh Wibowo (2013:4) bahwa tingkat suku bunga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika tingkat harga tinggi dan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan demikian suku bunga yang tinggi diharapkan berkurangnya jumlah uang yang beredar sehingga permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga dapat diatasi. Sedangkan menurut Bank Indonesia, tingkat suku bunga adalah beban biaya yang dinyatakan dengan persentase tertentu dalam rangka peminjaman uang untuk jangka waktu tertentu.

  Tujuan penerbitan SBI adalah sebagai alat pemerintah untuk melakukan dan trading kontraksi pasar dalam primary market dan sebagai secondary reserve

  (untuk situasi tingkat suku bunga turun). Jadi SBI

  instrument dalam secondary market

  menurut Prakarsa (2008:3) adalah salah satu instrument investasi yang menarik bagi investor mengingat instrument ini diterbitkan oleh Bank Indonesia yang merupakan lembaga keuangan milik negara.

  Berdasarkan definisi tersebut, suku bunga SBI merupakan suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk mengontrol peredaran uang di masyarakat dan mengendalikan tingkat harga yang bertujuan sebagai alat pemerintah untuk melakukan kontraksi pasar dalam primary market dan sebagai secondary reserve dan trading

  (untuk situasi tingkat suku bunga turun) dan

  instrument dalam secondary market

  menjadi salah satu instrument investasi yang menarik bagi investor mengingat instrument ini diterbitkan oleh Bank Indonesia yang merupakan lembaga keuangan milik Negara.

2.4.3. Inflasi

  Inflasi merupakan faktor ekonomi makro yang menggambarkan kondisi ekonomi yang kurang sehat, karena harga-harga barang secara umum meningkat sehingga melemahkan daya beli masyarakat. Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/ insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, dan regulasi (Pangamenan, 2013:191).

  Menurut Sukirno (1997: 302) tingkat inflasi yaitu persentase kecepatan kenaikan harga-harga dalam satu tahun tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomian yang pesat berkembang, inflasi yang rendah tingkatnya dinamakan inflasi merayap (angka inflasi antara 2 – 4%).

  Inflasi didefinisikan sebagai suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus (Nanga, 2001 : 241). Berdasarkan definisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum (general price level) yang terjadi sekali waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, komponen tersebut yaitu: a) Adanya kecenderungan harga‐harga untuk meningkat, yang berarti bisa saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan tendensi yang meningkat. b) Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus (sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya. c) Bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga secara umum, yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum.

  Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi antara lain: a) Consumer price index (CPI), indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebutuhan hidup. b) Produsen price index (PPI), indeks yang lebih menitik beratkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah, bahan baku, atau bahan setenga jadi.