Teori Sosiologi Klasik Durkheim
EMILE DURKHEIM
Oleh: ACHMAD HIDIR JURUSAN SOSIOLOGI FISIP UNIV. RIAU
(1858-1916)
- – 58 thn
1. BERGAGAI MACAM PERSEPEKTIF TERHADAP SUATU PERISTIWA
Ilustrasi: Sebuah unit Polisi sedang berpatroli di sekitar sebuah apartemen ibu kota.
Dari dalam mobil dan kebetulan mereka berjalan dengan lambat, mereka
mendengar letusan senjata api dari arah apartemen yang tidak jauh dari mereka.Serentak pada saat yang sama, mereka dengan sigap memarkirkan mobil
mereka dilapangan parkir apartemen. Mereka keluar dari mobil patroli sambil memegang pistol. Petugas polisi yang berjumlah 2 orang ini mengendap dengan cepat dan hati-hati memasuki lobi apartemen dan langsung menuju tempat lift. Mereka memperkirakan lantai dari mana arah bunyi letusan senjata api berasal. Akhirnya mereka tiba dilantai 7 apartemen itu. Prediksi mereka tepat. Ketika pintu lift terbuka pada lantai 7 mereka mendapati beberapa karyawan hotel sedang berkumpul, namun tidak melakukan apapun kecuali menduga-duga apa yang terjadi dalam kamar apartemen di depan mereka.
Mereka tidak memiliki kunci kamar apartemen untuk segera mendapatkan
informasi apa yang sudah terjadi dalam kamar apartemen itu setelah bunyi ledakan senjata apa itu.Namun ketika karyawan-karyawan itu sedang berbincang dengan kedua polisi itu, tiba-tiba seorang perempuan berumur belum terlalu tua, muncul dan memperkenalkan diri kepada kedua polisi itu sebagai manajer apartemen.
Dia menyerahkan kunci pintu cadangan kepada para polisi. Seorang polisi menerima kunci kamar dan dengan hati- hati mendekati pintu kamar apartemen itu.
Ketika pintu kamar dibuka, seorang laki-laki berusia muda jatuh tergeletak di depan pintu yang sudah terbuka.
Orang-orang yang menyaksikan laki-laki itu berteriak histeris, sebab dari kepalanya mengucur darah segar, sementara pada tangannya masih menggenggam sebuah pistol. Aneka perspektif:
Peristiwa pada ilustrasi di atas dapat dilihat dari aneka
perspektif. Namun untuk kepentingan ini kita coba
lihat dari dua perspektif yakni perspektif polisi dan
psikologi, selain nanti kita akan menganalisanya dari
perspekti sosiologis yang akan dibahas dalam sub
topik tersendiri.1. Perspektif Polisi.
Berhadapan dengan peristiwa di atas polisi mungkin akan membuat deksripsi laporan dengan menyebut identitas korban, di mana korban ditemukan, kapan terjadinya peristiwa penembakan itu, dan mencatat bahwa korban sedang menggenggam pistol saat ditemukan, dan bagaimana peristiwa itu berlangsung sambil mengamati kemungkinan korban melakukan bunuh diri atau dibunuh.
2.
Perspektif Psikiatris Bagi seorang psikiatris mungkin peristiwa di atas akan dianalisa berdasarkan gejala-gejala kejiwaan. Dia akan menganalisa situasi yang memungkinkan korban mengalam trauma kejiwaan, seperti situasi yang menyebabkan korban merasa tertekan tidak dihargai, ditinggalkan dan lain sebagainya.
Berdasarkan faktor-faktor ini dia akan menyimpulkan bahwa korban sedang
berada dalam situasi psikologis yang sangat trauma sehingga dia nekat bunuh diri. Dia merasa kecewa dan merasa hidup ini tidak berarti.Pertanyaan kita adalah apakah semua orang yang akan mengalami trauma
kejiwaan yang sama akan melakukan bunuh diri?Atau mengapa sebagian orang yang mengalami tekanan yang sama ada
yang melakukan bunuh diri sementara sebagian yang lainnya tidak?Pendekatan sosiologis berikut akan menjawab pertanyaan-pertannyaan
diatas.
Pendekatan sosiologis akan coba melihat fakta sosial seperti pandangan
hidup yang dianut oleh orang atau kelompok memiliki kontibusi yang besar bagaimana orang menjawab setiap persoalan hidupnya.2. PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
Perspektif sosiologi berangkat dari fenomena sosial bahwa setiap individu hidup dalam kategori-kategori sosial tertentu, seperti agama; (Protestan, Katolik, Islama, Hindu, Budha, Yahudi dsbnya) gender (laki laki dan perempuan); Kekayaan (orang miskin dan kaya); pendidikan (orang yang sekolah dan tidak sekolah); tempat tinggal (desa dan kota); status merital (orang yang menikah dan tidak menikah); dan lain sebagainya.
Kategori-kategori sosial ini mengandung nilai, norma, pandangan hidup yang mempengaruhi tindakan seorang individu. Hubungan antara nilai, norma dan pandangan hidup dalam kategori sosial itu menyebabkan tindakan yang bersifat pribadi menjadi sebuah tindakan sosial.
Dalam konteks kasus di atas seorang sosiolog akan sangat tertarik dengan identitas yang tidak bersifat individual melainkan identitas sosialnya seperti agama apa; Protestan? Katolik?, Islam? Hindu? Budha? Yahudi? Atau identitas yang lainnya seperti apakah korban menikah? Atau tidak menikah? Janda atau duda?
Kategori-kategori sosial tersebut mungkin dicatat oleh polisi atau oleh seorang psikiatris, namun catatan itu tidak memiliki makna apapun bagi mereka kecuali untuk menunjukan identitas korban.
Tujuan polisi adalah untuk mencari tahu kemungkinan tindakan kriminal sedangkan tujuan psikiatris adalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya trauma yang berakir dengan bunuh diri. Sedangkan bagi seorang sosiolog kategori-kategori sosial itu merupakan data yang sangat berarti. Contoh klasik yang sering digunakan bagaimana data tentang kategori sosial memberi petunjuk yang sangat berarti mengenai apa yang sedang terjadi dalam suatu komunitas atau masyarakat adalah karya klasik Emile Durkheim (1858-1917) mengenai fenomena bunuh diri.
Tabel berikut ini saya kutip dari Kamanto Sunarto, dalam manuskrip STUDI TENTANG DURKHEIM: Masalah Integrasi Sosial, Kampus FISIP – UI, Depok, 8-18 februari 1988
Bunuh Diri di Negara-negara Berlainan Per sejuta Orang Dari Tiap Agama (lihat tabel berikut)
Agama Negara Tahun Prostestan Katolik Yahudi Austria 1852-59
79.5
51.3
20.7 Prusia 1849-55 159.9
49.6
46.4 Prusia 1869-72 187
69
96 Prusia 1890 240 100 180 Baden 1852-62 139 117
87 Baden 1870-74 171 136.7 124
Baden 1878-88 142 170 210
Bavaria 1844-56 135.4 49.1 105.9 Bavaria 1884-91 22494 193 Wurttemberg 1846-60 113.5
77.9
56.6 Wurttemberg 1873-76 190 120
60 Wurttemberg 1881-90 170 119 142
Tabel di atas menunjukan bahwa tingkat bunuh diri dikalangan
penganut protestan lebih tinggi dari penganut katolik dan Yahudi. Untuk menjelaskan perbedaan ini Durkheim menyelidiki pandangan dan prilaku sosial dari ke tiga agama itu.Dalam penyelidikan itu Durkheim menyimpulkan bahwa kohesi
atau ikatan kolektif dalam komunitas Katolik lebih tinggi dari pada komunitas protestan, komunitas ikatan sosial pada komunitas Yahudi lebih kuat dari pada Katolik.
Komunitas protestan lebih memberikan ruang pada kebebasan
pribadi, sedangkan pada komunitas Katolik dan Yahudi lebih menekankan kebersamaan. Dalam kebersamaan ini setiap persoalan individu dianggap sebagai persoalan komunitas.
Oleh karena itu komunitas sangat menekankan kolektivitas
dan tanggung jawab individu terhadap komunitas. Demikian juga orang yang menikah dan tidak menikah. Orang yang tidak menikah angka bunuh diri lebih tinggi dibanding dengan orang yang menikah.3. Manfaat Perspektif Sosiologi 1.
Menurut Peter Berger (1963) masyarakat tidak seperti yang nampak kelihatan. Oleh karena itu perspektif sosiologi menantang pemahaman kita yang biasa tentang suatu masyarakat atau dunia dan melihatnya secara kritis.
1. Kita tidak dapat terhindar dari kenyataan bahwa kategori-
kategori sosial tidak pernah bersifat tunggal. Oleh karena itu apa yang dianggap benar oleh suatu kelompok belum tentu benar bagi kelompok yang lainnya. Perspektif sosiologi membantu bagaimana kita menghayati perbedaan- perbedaan itu.
2. Perspektif sosiologi membantu kita untuk memahami setiap
tekanan dan kesempatan yang mempengaruhi hidup kita.
3. Perspektif sosiologi membantu kita untuk dapat lebih
EMILE DURKHEIM (PERANCIS)
Anak seorang Yahudi dan Rahib
Pindah ke katolik
kemudian atheis
Berkenalan dengan Comte dan memberikan pengaruh pada pemikirannya
INTI PEMIKIRAN
Berbeda dengan Marx yang menekankan tentang
adanya konflik kelas, Durkheim menekankan bhw
masyarakat dpt bertahan dalam kebersamaan yang relatif lama.
Durkheim mengkritik Marx yg terlalu menekankan
konflik sosial, sementara menurutnya dalam masyarakat itu selalu ada solidaritas sosial. Adanya kerusakan solidaritas sosial menurut Durkheim dapat membawa implikasi negatif yg mendorong individu utk berperilaku bunuh diri.
Dalam solidaritas sosial ini, Durkheim membedakan antara solidaritas mekanik dan organik.
Sehubungan dengan solidaritas sosial ini, Durkheim menyarankan bhw sebaiknya sosiologi mengkaji tentang fakta sosial.
Fakta Sosial Tokoh
Strukturalisme Jelas dan nyata (materi dan non materi) Eksternal dan memaksa Given (terberikan )
Emile Durkheim
SOLIDERITAS MEKANIS
SOLIDERITAS ORGANIS
Lanjutan
Fakta sosial tersebut berisikan cara bertindak, berpikir, baik yang bersifat baku maupun tidak yg menuntun dan mengendalikan individu.
Fakta sosial ini bersifat memaksa dari luar dan individu yg melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi.
Dalam menjelaskan fakta sosial, ia menjelaskannya dengan angka bunuh diri.
Menurut Durkheim; bunuh diri adalah fakta sosial, yaitu produk dari tujuan, harapan, dan pengaturan sosial yg berkembang dari interaksi sosial (solidaritas) dgn yg lainnya
Lanjutan Durkheim dalam mengkaji masyarakat aspek penekanannya pada solidaritas yang juga dikaitkan dengan aspek hukum yang memiliki sanksi.
Kaidah hukum dibedakan dalam 2 bentuk yg berkaitan dgn fungsi solidaritasnya.
Kaidah hukum yang mendatangkan penderitaan bagi pelanggarnya disebutnya dengan hukum represif (pidana).
Dalam kontek hukum spt ini biasanya terjadi dlm bentuk
solidaritas mekanik (tradisional) yg difungsikan utk mengekang
jmlh pelanggaran utk memperkuat rasa solidaritas. Misal;pembunuhan dan pencurian maka pelanggarnya hrs dihukum
utk menciptakan rasa aman dan kebersamaan.
Kaidah hukum yg hanya difungsikan utk memulihkan keadaan
disebutnya dengan hukum restitusif (perdata). Biasanya terjadi dalam masy solidaritas organik yang difungsikan utk memulihkan keadaan. Misal; koruptor hrs mengembalikan uang yang dikorupsinya spy kerugian umum dpt dihindari.Teori Durkheim Mengenai Penyimpangan (Deviance)
Penyimpangan dianggap sebagai suatu gejala patologis
Pandangan statistik perihal normalitas
Hubungan erat antara penyimpangan
dengan hubungan organsasi masyarakat Pinyimpangan dan kejahatan secara umum dianggap abnormal
RELATIVITAS PERILAKU MENYIMPANG
CONTOH BUDAYA PENGEMIS BUDAYA KENAKALAN REMAJA
BERDIMENSI:
WAKTU TEMPAT (EX. Living together) SITUASI ( Berpakaian waria) STATUS (Jender dlm pekerjaan tertentu)
Jenis
- – jenis :
- Berdasarkan cara yang digunakan : - Melalui sosialisasi - Melalui kekuatan - Melalui tekanan sosial
- Berdasarkan sifatnya (formal dan informal)
Sanksi Bentuk Formal Informal
Positif Uang. Hadiah, Senyuman, pujian, jabatan dll ucapan selamat dll Negatif Denda, hukuman, Intimidasi, kritikan, penjara dll kekerasan fisik,
188)
(Rujukan: Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Halaman
TUGAS TERSTRUKTURLakukan analisis terhadap norma sosial tentang “peraturan kost-kost-
an
” yang meliputi: 1. Analisis historis 2. Analisis komparatif 3. Analisis hubungan antara lembaga- lembaga kemasyarakatan yang terdapat dalam suatu masyarakat tertentu.
Teori Durkheim Tentang Bunuh Diri
Tipe bunuh diri alturistik(alturistik sucide) menurut pada ikatan yang terlalu kuat dengan kehidupan kolekif
Menurut Durkheim bunuh diri terjadi menurut angka
dimana kolektifitas dianggap lebih penting dari pribadi Durkheim mengembangkan konsep masalah pokok sosiologi penting kemudian diujinya studi empirik
Durkheim dapat menghubungkan perilaku individu
seperti bunuh diri dengan sebab-sebab sosial berupa fakta-fakta sosialDurkheim membedakan fakta sosial terjadi dua tipe yaitu material dan non material
Perhatian Durkheim lebih menuju pada fakta sosial non material
Perhatian Durkheim tehadap fakta sosial yag on material diperjelas dengan bukunya yang berjudul The Devision Of Labour in Societi
Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan fakta sosial non material khususnya ikatan moralitas bersama atau bisa disebut juga dengan keadaran kolektif yang kuat
Perhatian Emile Durkheim pada Perubahan Sosial
Perubahan sosial sangat memperhatikan transformasi kultur
Emile Durkheim melihat moderenisasi
sebagai indikasi perubahan orientasi pembagian kerja dalam kegiatan ekonomi Masyarakat yang bercirikan solidaritas mekanik
Kritik terhadap EMILE DURKHEIM Emile Durkheim Solidaritas Divition of labour
Mekanik organik Pembagian kerja ini diharapkan solidaritasnya semakin kuat (solidaritas mekanik)
Tapi pada kenyataannya devision of labor ini malah
melahirkan solidaritas mekanik.
.
Mengapa?
Karena semakin banyak pembagian kerja pada suatu
perusahaan, mereka semakin tidak mengenal satu sama lain bahkan mugkin ia hanya bisa membuat produk tersebut yang sesuai dengan bidangnya.Jika dilihat dari keterasingannya Karl Marx, ia menjadi terasing dari beberapa hal, seperti yang diterangkan marx yakni : keterasingan dari produk juga keterasingan. Nah... Berarti yang ada bukan semakin solid tapi semakin menggambarkan solidaritas organiknya.