BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholders - Pengaruh Pergantian Manajemen, Biaya Audit, Reputasi Audit, Opini Audit dan Kesulitan Keuangan terhadap Pergantian Auditor secara sukarela (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Stakeholders

  11 BAB II

  Stakeholders merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas

  atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Stakeholder

  theory merupakan perusahaan bukanlah entitas yang beroperasi untuk

  kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder- nya (pemilik perusahaan, pemegang saham, kreditur, debitur, investor, masyarakat, pemerintah, dan pihak lain) dalam Ghozali dan Chariri 2007.

  Menurut Irwan (2009) perkembangan teori stakeholder diawali dengan berubahnya bentuk pendekatan perusahaan dalam melakukan aktivitas usaha.

  Adadua bentuk dalam pendekatan stakeholders:

  a. Old-corporate relation. Pendekatan ini menekankan pada bentuk pelaksanaan aktifitas perusahaan secara terpisah dimana setiap fungsidalam sebuah perusahaan melakukan pekerjaannya tanpa adanya kesatuandiantara fungsi-fungsi tersebut. Selain itu hubungan antar pemimpindengan karyawan dan pemasok berjalan satu arah, kaku, dan berorientasijangka pendek. Pendekatan tipe ini akan banyak menimbulkan konflik karena perusahaan memisahkan diri dengan para

  stakeholder baik yang berasal dari dalam perusahaan dan dari luar perusahaan. b. New-corporate realtion. Pendekatan ini menekankan kolaborasi antara hanya menempatkan dirinya sebagai bagian yang bekerja secara individu dalam sistem sosial masyarakat karena profesionalitas telah menjadi hal utama dalam pola hubungan ini. Pendekatan ini mengeleminasi penjenjangan status diantara para stakeholder perusahaan seperti yang ada pada pendekatan Old-corporate relation.

2.1.2. Teori Peraturan tentang Jasa Akuntan Publik

  Saat ini, isu mengenai independensi auditor telah menjadi hal yang penting dalam pemberian jasa audit oleh akuntan publik. Pihak pemerintah yang bertugas sebagai regulator diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan semua pihak, baik pihak perusahaan, pihak akuntan, maupun pihak eksternal.

  Bentuk campur tangan pemerintah dalam hal ini adalah adanya peraturan- peraturan yang mewajibkan adanya rotasi auditor atau masa kerja auditor (audit tenure). Di Indonesia sendiri, peraturan mengenai audit tenure yaitu Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003

  pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tersebut merupakan perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002, yang mengatur bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

  12 Peraturan tersebut diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang di atas. Penelitian ini menggunakan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” karena setting penelitian ini adalah tahun 2012-2013.

2.1.3 Teori tentang Pergantian auditor

  Auditor switching merupakan pergantian auditor yang dilakukan oleh

  perusahaan karena adanya kewajiban rotasi auditor. Auditor switch dimaksudkan untuk menjaga independensi auditor agar tetap objektif dalam mengaudit laporan keuangan klien. Ketentuan mengenai auditor switch telah diatur dalam regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 359/PMK.06/2003 pasal 6 dan kemudian diperbaharui pada tahun 2008 dengan KMK No. 17/PMK.01/2008.

  Menurut Davis et al (2000) dalam Sumadi (2010), rotasi audit perlu dilakukan karena beberapa argumen: (1) semakin lama auditor bertindak seolah-olah sebagai advisor bagi manajemen, (2) kepentingan agar tidak kehilangan klien memberikan insentif bagi auditor untuk mendapatkan

  13

  economic rent dengan semakin lama mereka mempertahankan klien. Davis et

  auditor akan menimbulkan biaya baru. Hal ini terjadi karena KAP yang baru tidak mempunyai pemahaman yang mendalam mengenai bisnis perusahaan sehingga proses audit harus dimulai dari awal lagi.

  Pergantian auditor dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Mardiyah (2002) menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan perusahaan berpindah KAP, yaitu faktor klien (Client-related Factors), yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO), dan faktor auditor (Auditor-related Factors), yaitu: biaya audit dan kualitas audit.

  Rotasi audit secara wajib dan sukarela dapat dibedakan berdasarkan pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu independensi auditor. Jika rotasi audit terjadi secara sukarela maka perhatian utama adalah pada sisi klien. Sebaliknya, jika perhatian utama berada pada sisi auditor, maka akan terjadi rotasi audit secara wajib (Febrianto, 2009). Ketika klien mengganti auditornya tanpa ada peraturan yang membatasi, ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Manapun diantara keduanya yang terjadi, perhatian adalah pada alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan kemana klien akan berpindah. Jika alasan pergantian tersebut adalah pada ketidaksepakatan praktik akuntansi tertentu, maka kemungkinan klien akan berpindah pada auditor yang sepakat dengan kebijakan akuntansi perusahaannya. Sebaliknya, ketika pergantian auditor

  14 terjadi karena peraturan yang membatasi tenure, maka perhatian utama Berbeda dengan pergantian sukarela yang bisa terjadi karena pertengkaran antara klien dengan auditor, pada pergantian secara wajib yang terjadi adalah pemisahan paksa oleh peraturan. Ketika klien mencari auditor yang baru, pada saat itu informasi yang dimiliki oleh klien lebih besar dibandingkan dengan informasi yang dimiliki oleh auditor. Ketidaksimetrisan informasi ini logis karena klien pasti memilih auditor yang kemungkinan besarakan lebih mudah untuk sepakat tentang praktik akuntansi mereka. Sementara itu, auditor bisa jadi tidak memiliki informasi yang lengkap tentang kliennya. Jika kemudian auditor bersedia untuk menerima klien baru, maka hal ini bisa terjadi karena auditor telah memiliki informasi yang cukup tentang klien baru itu atau auditor melakukannya untuk alasan lain, misalnya alasan finansial.

2.1.4 Teori tentang Pergantian Manajemen

  Pergantian manajemen merupakan pergantian direksi perusahaan yang dapat disebabkan oleh keputusan rapat umum pemegang saham atau direksi berhenti karena kemauan sendiri dalam Damayanti dan Sudarma (2007). Adanya perubahan manajemen juga mungkin diikuti oleh perubahan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP. Manajemen memerlukan auditor yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat (Joher et al., 2000 dalam Damayanti dan Sudarma 2007). Selain itu, perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan

  15 kebijakan dan pelaporan akuntansinya. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka

  2.1.5 Teori tentang Biaya Audit

  Biaya auditor merupakan salah satu tanggungjawab auditor kepada kliennya. Berdasarkan Surat Keputusan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) No. KEP.024/IAPI/VII/2008, maka akuntan publik harus menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa profesional yang diberikan. Besarnya biaya audit inilah yang membuat auditor dalam keadaan dilema, karena di satu sisi auditor harus bersikap independen atas pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan, sementara disisi lain ada tuntutan klien yang harus dipenuhi auditor, yaitu biaya audit yang dibayarkan atas jasanya dan tetap menggunakan jasanya dimasa depan.

  2.1.6 Teori tentang Reputasi Audit

  Reputasi auditor sangat menentukan kredibilitas (kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan) laporan keuangan, karena pemakai jasa auditor percaya bahwa auditor memiliki kekuatan monitoring (pemantauan) yang secara umum tidak dapat diamati. Menurut Febrianto (2005), reputasi auditor adalah seseorang auditor yang memiliki sumber daya yang lebih besar dalam hal mengaudit dengan mempunyai kualitas audit yang baik juga dari dulu hingga sekarang. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa auditor skala besar memiliki insentif yang lebih dibanding auditor skala kecil.

  Auditor skala besar cenderung untuk mengungkapkan masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses pengadilan.

  16 Auditor Big 4 adalah auditor yang memiliki keahlian dan memiliki

  4 berusaha secara sungguh-sungguh mempertahankan pangsa pasar,

  kepercayaan masyarakat, dan reputasinya dengan cara memberi perlindungan kepada publik. Jika auditor ini tidak dapat mempertahankan reputasinya maka masyarakat tidak memberi kepercayaan terhadap auditor Big 4 sehingga auditor ini akan hilang dengan sendirinya.

2.1.7 Teori tentang Opini Audit

  Opini audit adalah suatu opini atau pendapat auditor atas laporan keuangan suatu perusahaan, setelah auditor melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan tersebut. Menurut Tandiderung (2006) dalam Damayanti dan Sudarma (2007), jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian atau tidak sesuai dengan harapan perusahaan, maka perusahan akan berpindah KAP yang mungkin dapat memberikan opini yang sesuai dengan harapannya. Opini wajar tanpa pengecualian diberikan jika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup atau jika hasilpengujian auditor menunjukkan bahwa laporan keuangan yang diauditnya disajikan tidak wajar (Mulyadi, 2010). Manajemen akan memberhentikan auditornya sebagai suatu bentuk hukuman atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih mudah diatur (Carcello dan Neal, 2003 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007).

  17

2.1.8 Teori tentang Kesulitan Keuangan

  dalam keadaan kesulitan keuangan.Kesulitan keuangan (kesulitan keuangan) sebenarnya mempunyai beberapa definisi, tergantung dari cara pengukurannya. KAP Schwartz dan Soo (1995) menyatakan bahwa perusahaan yang bangkrut lebih sering berpindah KAP daripada perusahaan yang tidak bangkrut. Ketidakpastian dalam bisnis pada perusahaan- perusahaan yang terancam bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan) menimbulkan kondisi yang mendorong perusahaan berpindah KAP. Sehingga kesulitan keuangan signifikan mempengaruhi perusahaan terancam bangkrut untuk berpindah KAP (Schwartz dan Menon1985).

  Tanda-tanda perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dapat dilihat dari laporan keuangannya. Jika kewajiban keuangan lebih besar daripada kekayaan maka dapat dikatakan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan sebaliknya. Semakin besar selisih antara jumlah kewajiban dengan kekayaan maka kemungkinan perusahaan untuk bangkrut semakin besar. Maka dari itu, laporan keuangan merupakan media yang dapat dipakai untuk meneliti laporan keuangan.

  18

2.2 Penelitian Terdahulu

  • U k u r a n P e r u s a h a a n k l i e n
  • U k u r a n K A P - Financial
  • T i n g k a t p e r t u m b u h a n k l i e n
  • P e r g a n t i a n M a n a j e m e n
  • O p i n i a k u n t a n
  • Biaya audit
  • K e s u l i t a n K e u a n g a n P e r u s a h a a n
  • U k u r a n K A P - U k u r a n P e r u b a h a n R O A Biaya auditdan Ukuran KAP berpengaruh positif terhadap auditor switching. Pergantian Manajemen, Opini Akuntan, Kesulitan Keuangan Perusahaan, Ukuran Perubahan ROA

  • P e r g a n t i a n a u d i t o r Ukuran Perusahaan Klien dan Kesulitan Keuanganberpengaruh positif terhadap auditor switching. Ukuran KAP dan Tingkat Pertumbuhan Klien berpengaruh negatif terhadap auditor switching.

  19

  

Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti (Tahun)

  

Judul Penelitian Variabel yang

digunakan Hasil Penelitian 1.

  Nasser et al.(2006) The Case of audit tenure dan auditor switching in Malaysia

  Independen:

  Distress

  Dependen:

  i d a n S u d a r m a ( 2 0 0 8 )

  Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah kantor akuntan publik

  Independen:

2. D a m a y a n t

  berpengaruh negatif terhadap auditor switching.

  • P e r g a n t i a n a u d i t o r 3.
  • U k u r a n K A P - U k u r a n P e r u s a h a a n k l i e n
  • T i n g k a t p e r t u m b u h a n k l i e n
  • Kesulitan Keuangan - P e r g a n t i a n M a n a j e m e n
  • O p i n i a u d i t
  • Biaya audit

  • P e r g a n t i a n a u d i t o r Ukuran KAP dan Biaya auditberpengaruh positif terhadap auditor switching. Ukuran Perusahaan Klien, Tingkat Pertumbuhan Klien, Kesulitan keuangan, Pergantian Manajemen dan Opini Audit berpengaruh
  • Ukuran KAP
  • Ukuran Perusahaan Klien - Pertumbuhan Perusahaan Klien - Kondisi Keuangan Perusahaan Klien - Audit Tenure
  • Pergantian auditor Ukuran Perusahaan Klien, Pertumbuhan Perusahaan Klien, Kondisi Keuangan Perusahaan Klien, Audit

  20 Dependen:

  Wijayanti (2010) Faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching

  Independen:

  Dependen:

  negatif terhadap auditor switching.

  4. Nabila (2011) Faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching

  Independen:

  Dependen:

  Tenure berpengaruh positif terhadap auditor switching.

  Ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap auditor switching.

  5. Varadita (2012) Faktor-faktor yang mempengaruhi

  Independen: Pergantian Manajemen, Kesulitan Keuangan pergantian kantor - Pergantian Perusahaan, Ukuran akuntan publik di Manajemen Perusahaan Klien perusahaan go public - Opini Audit berpengaruh positif yang terdaftar di BEI - Kesulitan Keuangan terhadap auditor switching.

  Perusahaan

  • Ukuran Kantor Akuntan Publik Opini Audit, Ukuran - Persentase Perubahan Kantor Akuntan Publik, ROA Persentase Perubahan - Ukuran Perusahaan ROA berpengaruh negatif Klien terhadap auditor switching.

  Dependen:

  • Pergantian auditor Ekka (2013) Pengaruh Pergantian Independen: Ukuran KAP berpengaruh 6.

  Manajemen, terhadap pergantian

  • Pergantian Kepemilikian Publik, auditor.

  Manajemen Financial Distress dan

  Kepemilikan Publik Pergantian - Manajemen, Ukuran KAP terhadap

  • Financial Distress Kepemilikan Publik dan pergantian auditor.

  Financial Distress tidak - Ukuran KAP berpengaruh terhadap

  Independen: pergantian auditor.

  Pergantian Auditor Latifatun (2014) Faktor-faktor yang Dependen: Ukuran KAP dan

  7. mempengaruhi Financial Distress Ukuran KAP - pergantian auditor berpengaruh terhadap

  • Opini audit pergantian auditor.
  • Pergantian Manaje
  • financial distress
  • proporsi dewan Opini Audit, Pergantian komisaris Manajemen, Proporsi independen Dewan Komisaris Independen tidak

  Independen: berpengaruh terhadap Pergantian Auditor pergantian auditor.

  21

2.3 Kerangka Konseptual

  Manajemen, Biaya audit, Reputasi Audit, Kesulitan keuangan dan Opini Audit terhadap Pergantian Auditor secara sukarela. Penelitian ini memberikan perbedaan satu variabel independen yang belum dilakukanoleh peneliti sebelumya dan memberikan perpanjang waktu penelitian dari penelitiansebelumnya. Sehingga diharapkan akan memperoleh hasil yang valid dan obyektif.

  Pergantian Manajemen (X1)

H1 H2

  Fee Audit (X2)

  Auditor

  H3 Reputasi Audit (X3)

  Switching

  H4 Kesulitan keuangan(X4)

  (Y)

  H5 Opini Audit (X5)

  H6 Gambar 2.1 Gambar Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Pergantian Manajemen terhadap Pergantian auditor

  Perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansinya (Nagy, 2005). Dengan melakukan pergantian manajemen, manajemen yang baru akan menerapkan kebijakan akuntansi yang berbeda dengan manajemen yang lama. Oleh karena itulah manajemen

  22 yang baru mengharapkan KAP yang dipakai perusahaannya dapat Untuk alasan itulah perusahaan dengan manajemen baru akan melakukan pergantian auditoryang sifatnya voluntary (sukarela) agar mendapatkan KAP yang dapat memberikan opini sesuai apa yang diinginkan manajemen.

  H1 : Terdapat pengaruh positif pergantian manajemen terhadap pergantian auditor secara sukarela.

2.4.2 Pengaruh Biaya audit terhadap Pergantian auditor

  Iskak (1999) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhibiaya auditadalah ukuran perusahaan auditee, jangka waktu audit dan ukuran KAP.

  Halim (1995) menyebutkan bahwa jumlah biaya audit ditentukan banyak faktor. Namun secara prinsip ada empat faktor dominan yang menentukan yaitu karakteristik keuangan, lingkungan, karakteristik operasi, dan kegiatan auditor eksternal. Sedangkan Simunic (2006) menyatakan bahwa biaya audit ditentukan oleh client size, risk audit (current ratio, quick ratio, DER, dan litigation risk ), serta kompleksitas audit (subsidiaries, foreign listed).

  Dorongan untuk berpindah KAP dapat disebabkan oleh biaya audit yang relatif tinggi yang ditawarkan oleh suatu KAP pada perusahaan sehingga tidak ada kesepakatan antara perusahaan dengan KAP tentang besarnya biaya audit dan dapat mendorong perusahaan untuk berpindah kepada KAP yang lain (Schwartz dan Menon, 1985). Biaya auditor yang terlalu tinggi akan membuat perusahaan melakukan pergantian auditor yaitu berpindah kepada

  23 KAP yang menawarkan biaya auditor yang dapat dijangkau oleh perusahaan menggunakan auditee size. Apabila auditee size besar (dilihat dari total

  asset ), kompleksitas untuk perusahaan ini akan semakin tinggi. Karena

  kompleksitas tinggi, risiko audit yang dihadapi auditor akan semakin meningkat. Untuk alasan inilah biaya auditor yang dikenakan atas perusahaan yang besar juga akan semakin meningkat.

  H2 : Terdapat pengaruh positif biaya auditor terhadap pergantian auditor secara sukarela.

2.4.3 Pengaruh Reputasi Audit terhadap Pergantian auditor

  Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu self

  interest , maka kehadiran pihak ketiga sebagai mediator hubungan keagenan

  diperlukan, dalam hal ini adalah auditor. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang dihasilkan dari auditor yang bereputasi (Praptitorini dan Januarti 2007). Perusahaan tidak akan mengganti KAP jika KAP nya sudah bereputasi.Perusahaan yang sedang melakukan aktivitas pendanaan atau melakukan new financing tentunya berharap mendapatkan reaksi yang positif dari auditor switch yang dilakukan. Dengan mengganti auditornya dengan auditor yang lebih punya nama maka reputasi perusahaan juga akan terangkat dimata investor. (Smith dan Nichols 1982), (Eichenseher et al., 1989) dalam Kawijaya dan Juniarti, 2002.

  24 Dalam hal ini auditor yang memiliki reputasi, diproksikan dengan menambah kepercayaan diri sebuah perusahaan dalam menarik simpati para calon investor. Untuk itu jika perusahaan telah menggunakan KAP yang bereputasi, perusahaan tidak akan melakukan pergantian auditor karena KAP bereputasi ini mendukung perkembangan perusahaan kedepannya.

  H3 : Terdapat pengaruh positif reputasi auditor terhadap pergantian auditor secara sukarela.

2.4.4 Pengaruh Opini Audit terhadap Pergantian auditor

  Opini audit merupakan pernyataan pendapat yang diberikan oleh auditordalam menilai kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan yang diauditnya. Opini audit juga merupakan salah satu dasar informasi yang digunakan oleh para pemakai eksternal laporan keuangan sekaligus digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian, perusahaan klien cenderung akan berpindah KAP yang mungkin dapat memberikan opini sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena hampir semua perusahaan kurang menyukai opini qualified, munculnya opini tersebut akan menurunkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan dimata para pemakai laporan keuangan sehingga perusahaan sedapat mungkin akanmenghindari munculnya opini qualified dalam laporan keuangan mereka.

  Adanya harapan untuk mendapat auditor yang lebih lunak/more pliable akan

  25 muncul disaat perusahaan memberhentikan auditornya yang lama. Chow dan cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified opinion atas laporan keuangannya sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang mendapat

  qualified opinion atas laporan keuangannya akan cenderung untuk mengganti

  auditornya sedangkan untuk perusahaan yang sudah mendapatkan opini unqualified cenderung untuk mempertahankan auditornya.

  H4: Opini audit berpengaruh positif terhadap pergantian auditor secara sukarela.

2.4.5 Pengaruh Kesulitan keuangan terhadap Pergantian auditor

  dan Menon (1985) dalam Sinarwati (2010) mengungkapkan

  Schwartz

  bahwa ada dorongan yang kuat untuk berpindah KAP pada perusahaan yang terancam bangkrut. Perusahaan yang akan bangkrut cenderung mencari KAP yang memiliki biaya lebih rendah dibandingkan dengan KAP yang dahulu karena adanya penurunan kemampuan keuangan perusahaan tersebut.

  Penggunaan DTA (Debt to Total Asset) dalam penelitian ini merupakan proksi kesulitan keuangan suatu perusahaan, yaitu seberapa besar proporsi asset perusahaan yang dibiayai melalui utang.(Sumadi, 2010). Rasio DTA ini memberi gambaran pada para pemakai laporan keuangan atas risiko kegagalan perusahaan. Sartono (1998) dalam Gayatri (2010) berpendapat bahwa angka rasio DTA yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai risiko kegagalan yang tinggi oleh karena asset perusahaan tidak mampu menjamin hutang sehingga apabila jatuh tempo, perusahaan akan

  26 mengalami kesulitan atau bahkan kegagalan untuk melakukan kewajiban apabila perusahaan sudah tidak mampu membayar biaya auditor yang dibebankan kepadanya karena kondisi keuangan yang menurun.

  H5 :Kesulitan keuanganberpengaruh positif terhadap pergantian auditor secara sukarela.

  27