BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Definisi Laporan Keuangan - Investigasi Terhadap Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Laporan Keuangan

2.1.1.1 Definisi Laporan Keuangan

  Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan mutu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja dan posisi keuangan perusahaan tersebut. Kemudian PSAK nomor 1 (revisi 2009) mendefenisikan laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut :

  Laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan.Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,

laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai

cara,misalnya sebagai laporan arus dana, catatan dan laporan ini serta

materipenjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan

keuangan.Disamping itu juga termasuk skedul-skedul dan informasi tambahan

yangberkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan

segmenindusti dan geografis, serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

  Budi Raharja (2001) juga menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan laporan pertanggungjawaban yang telah dibuat oleh manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaaan yang dipercayakan kepadanya oleh pemilik, pemerintah atau kreditor, dan pihak-pihak yang berkepentingan.

  Selain itu pula, laporan keuangan digambarkan sebagai beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan asset-aset nyata yang berada di balik angka tersebut.

  Aturan Etika Profesi Akuntan Publik (IAI,20000.1-20000.6) mendefenisikan laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aset) dan/atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aset dan/atau kewajiban selama satu periode tertentu sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.

2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

  Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.

  Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang telah dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

2.1.1.3 Manfaat Laporan Keuangan

  Menurut PSAK (2004) ada beberapa pihak yang dapat merasakan manfaat laporan keuangan, yang dapat dikelompokkan dalam 2 kelompok, yakni : a.

  PihakInternal, yaitu pengambil keputusan yang secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan internal perusahaan.

  1. Pengelola (direksi dan manajemen) Laporan keuangan memberikan informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan, evaluasi usaha yang sedang berjalan, melakukan budgeting dan kontrol internal. Jika informasi keuangan yang diberikan akurat, maka pengelola bisa mengambil keputusan dengan jernih berdasarkan data-data yang dimiliki.

  2. Karyawan Karyawan akan tertarik dengan informasi keuangan yang terkait dengan stabilitas dan profitabilitas perusahaaan. Hal ini dapat memberikan gambaran apakah perusahaan mampu memberikan balas jasa dan menyediakan kesempatan bekerja dan berkarir untuk jangka waktu yang lama.

  b.

  PihakEksternal, yaitu pengambil keputusan yang berkaitan dengan berhubungan mereka dengan perusahaan.

  1. Investor / Owner Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan membayar deviden.

  2. Pemberi Pinjaman (Kreditor) Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunga dapat dibayar pada saat jatuh tempo. Laporan keuangan dapat membantu pihak pemberi pinjaman untuk menentukan besar plafon, bunga dan jangka waktu yang diberikan. Kreditor membutuhkan informasi tentang profitabilitas dan stabilitas perusahaan untuk menjawab beberapa pertanyaan seperti: apakah kita akan meminjamkan uang? Jika ya, apa saja persyaratannya?

  3. Pemasok (Supplier) dan Kreditor Usaha Lainnya Pemasok dan krediotor usaha lain tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

  4. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung perusahaan. Pelanggan yang loyal membutuhkan hubungan jangka panjang dan langgeng.

  5. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaan berkepentingan dengan alokasi sumber daya dankarena ini berkepentingan dengan aktivitas perusahaan mereka menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

  6. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Sebagai contoh, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik.

  Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecendrungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2.1.1.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

  Karakteristik kualitatif merupakan suatu ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakainya. Menurut Standar Akuntansi Keuangan atau SAK (dalam IAI, 2004) bahwa Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan terdapat empat karakteristik kualitatif laporan keuangan yang dapat berguna bagi para pemakainya. Keempat karakteristik kualitatif informasi tersebut yaitu dapat dipahami, relevan,andal, dan dapat diperbandingkan.

  Menurut IAI (Estrini, 2013) keempat karakteristik laporan keuangan tersebut mempunyai arti :

  1. Dapat dipahami Berarti bahwa kualitas yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai laporan keuangan dalam arti bahwa pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk dapat mempelajari dengan ketekunan yang wajar.

  2. Relevan Suatu laporan keuangan dikatakan relevan apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut memiliki manfaat sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan oleh pemakai laporan keuangan.Dengan kata lain, relevan merupakan kemampuan dari suatu informasi untuk mempengaruhi keputusan manajer atau pemakai laporan keuangan lainnya sehingga keberadaan informasi tersebut mampu mengubah atau mendukung harapan mereka mengenai hasil-hasil atau konsekuensi dari tindakan yang diambil. Karena suatu laporan keuangan yang dikatakan mengandung karakteristik relevan harus mampu membantu para penggunanya mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Kemudian, apabila terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam laporan keuangan maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Dari uraian diatas terlihat bahwa relevansi juga berkaitan dengan tepat waktu atau tidaknya suatu laporan keuangan dibuat.

  Informasi posisi keuangan dan kinerja dimasa lalu sering kali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas, dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.

  Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalam eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan penampilan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu.

3. Keandalan

  Keandalan merupakan kualitas yang disampaikan laporan keuangan menyebabkan pemakai informasi akuntansi sangat tergantung pada kebenaran informasi yang dihasilkan. Keandalan suatu informasi sangat tergantung pada kemampuan suatu informasi untuk mendeskripsikan secara wajar keadaan atau peristiwa sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

4. Dapat diperbandingkan

  Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan perusahaan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan kinerja, dan perubahan posisi keuangan secara relatif. Suatu laporan keuangan dapat diperbandingkan bila informasi tersebut dapat saling diperbandingkan baik antara periode maupun antar perusahaan.

  Selain itu kualitas dari suatu informasi akuntansi yang disediakan bagi pemakai eksternal akan membantu untuk menentukan (1) apakah operasi perusahaan cukup dapat menghasilkan keuntungan untuk membenarkan pemberian pendanaan tambahan, dan (2) seberapa besar resiko operasi perusahaan untuk menentukan tingkat pengembalian yang diperlukan untuk mengganti kerugian penyedia modal bagi risiko investasi.

2.1.2 Pelaporan Keuangan

  Pelaporan keuangan berbeda dengan laporan keungan. Laporan keuangan hanyalah salah satu media dalam penyampaian informasi posisi dan kedaan suatu entitas. Berbeda halnya dengan pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan serta suatu media bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomi mengenai sumber daya yang dimiliki serta kinerjanya kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut. FASB (Fanancial Accounting Standards Board) juga menyatakan pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang berguna baik bagi investor yang sudah ada maupun investor potensial dan kreditor dan pemakai lainnya dalam mengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan sejenis yang rasional.

  Tujuan dasar dari pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna. Dimana hal ini merupakan hal rumit karena adanya beberapa alternatif pelaporan. Dalam aktivitas pelaporan keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi keuangan.

  Aspek-aspek tersebut antara lain : 1.

  Lembaga yang terlibat, misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor

2. Peraturan yang berlaku termasuk PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum) atau GAAP (Generally Accepted Accounting Principles).

  Dalam Keputusan Ketua BAPEPAM dan LK nomor : Kep-460/BL/2008 tanggal 10 November 2008 juga mengatur perihal pelaporan laporan keuangan kepada BAPEPAM dan LK selambat-lambatnya pada akhir bulan ke-3 setelah tanggal Laporan Keuangan Tahunan.

2.1.3 Audit Laporan Keuangan

2.1.3.1 Definisi Audit

  Menurut Mulyadi (2002: 9) auditing adalah proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan- pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Menurut Sukrisno Agoes (2012: 4), audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

  Konrat (2002, dalam Sukrisno, 2012:2) mendefenisikan audit adalah suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yan telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J. Elder (2011:4, dalam Sukrisno, 2012:3) “auditing is the accumulation and evaluation of

  

evidence aboutinformation to determine and report on the degree of

correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by competent, independent person ”.

  Atau audit itu adalah suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut : 1.

  Proses pengumpulan dan evaluasi bahan bukti 2. Informasi yang dapat diukur. Informasi yang dievaluasi adalah informasi yang dapat diukur. Hal-hal yang bersifat kualitatif harus dikelompokkan yang terukur, sehingga dapat dinilai menurut ukuran yang jelas.

  3. Entitas ekonomi. Untuk menegaskan bahwa yang diaudit itu adalah kesatuan, baik berupa perusahaan, divisi, atau yang lain.

  4. Dilakukan oleh seseorang (sejumlah orang) yang kompeten dan independenyang disebut sebagai auditor.

  5. Menentukam kesesuaian informasi dengan cerita penyimpangan yang ditemukan. Penentuan itu harus berdasarkan ukuran yang jelas.

  Artinya, dengan kriteria apa hal tersebut dikatakan menyimpang.

  6. Melaporkan hasilnya. Laporan berisi informasi tentang kesesuaian antara informasi yang diuji dan kriterianya, atau ketidaksesuaian informasi yang diuji dengan kriterianya serta menunjukkan fakta atas ketidaksesuaian tersebut.

2.1.3.2 Defenisi Audit Laporan Keuangan

  Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut (Mulyadi, 2002:30).

  2.1.3.3 Tujuan Audit Laporan Keuangan

  Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.

  Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu diaudit, karena (Sukrisno Agoes, 2012): a.

  Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak- pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.

  b.

  Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini wajar tanpa pengecualian dari akuntan publik, berarti pengguna laporan keuangan bisa yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah sajiyang material dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

  c.

  Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial

statement- nya ke BAPEPAM & LK paling lambat 90 hari setelah tahun buku.

  2.1.3.4 Tahapan-Tahapan Audit

  Tahapan-tahapan audit (pemeriksaan umum oleh akuntan publik atas laporan keuangan perusahaan) dapat dijelaskan sebagai berikut (Sukrisno Agoes, 2012) :

1. Kantor Akuntan Publik (KAP) dihubungi oleh calon pelanggan (klien) yang membutuhkan jasa audit.

  2. KAP membuat janji untuk bertemu dengan calon klien untuk membicarakan: a)

  Alasan perusahaan untuk mengaudit laporan keuangannya (apakah untuk kepentingan pemegang saham dan direksi, pihak bank/kreditor, BAPEPAM & LK, Kantor Pelayanan Pajak, dan lain-lain).

  b) Apakah sebelumnya perusahaan pernah diaudit KAP lain.

  c) Apa jenis usaha perusahaan dan gambaran umum mengenai perusahaan tersebut.

  d) Apakah data akuntansi perusahaan diproses secara manual atau dengan bantuan komputer.

  e) Apakah sistem penyimpanan bukti-bukti pembukuan cukup rapi.

  3. KAP mengajukan surat penawaran (audit proposal) yang antara lain berisi: jenis jasa yang diberikan, besarnya biaya audit (audit fee), kapan audit dimulai, kapan laporan harus diserahkan, dan lain-lain. Jika perusahaan menyetujui, audit proposal tersebut akan menjadi Engagement

  Letter (Surat Penugasan/Perjanjian Kerja).

4. KAP melakukan auditfield work (pemeriksaan lapangan) dikantor klien.

  Setelah audit field work selesai KAP memberikan draf audit report kepada klien, sebagai bahan untuk diskusi. Setelah draf report disetujui klien, KAP akan menyerahkan final audit report, namum sebelumnya KAP harus meminta surat Surat Pernyataan Langganan (Client Representation

  Letter ) dari klien yang tanggalnya sama dengan tanggal audit report dan tanggal selesainya audit field work.

5. Selain audit report, KAP juga diharapkan memberikan Management

  Letter yang isinya memberitahukan kepada manajemen, mengenai kelemahan pengendalian intern perusahaan dan saran-saran perbaikannya.

2.1.3.5 Standar Auditing

  Menurut Mulyadi (2002:35) standar audit merupakan pedoman audit atas laporan keuangan hostoris. IAI (2011: 150.1-150.2 dalam Sukrisno Agoes, 2012:31) telah menetapkan standar auditing sebagai berikut: 1.

  Standar Umum, a.

  Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

  b.

  Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus diperhatikan oleh auditor.

  c.

  Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2. Standar Pekerjaan Lapangan a.

  Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

  b.

  Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c.

  Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapatan atas laporan keuangan yang diaudit.

3. Standar Pelaporan a.

  Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonsia.

  b.

  Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

  c.

  Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

  d.

  Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, tingkat tanggungjawab yang dipikul auditor.

2.1.4 Audit Delay

  Laporan keuangan akan kehilangan nilai relevansinya apabila terdapat penundaan atau semakin panjangnya rentang waktu dalam penyajiannya. Karena manfaat suatu laporan keuangan tergantung pada keakuratan dan ketepatan waktunya. Hal ini terkait bahwa informasi yang relevan akan bermanfaat bagi para pemakai apabila disajikan tepat waktu, sebelum pemakai kehilangan kesempatan atau kemampuan mempengaruhi keputusan yanag akan diambil.

  Menurut Halim (2000, dalam Dewi Lestari, 2010) yang dimaksud dengan

  

audit delay ialah lamanya waktu atau jarak waktu (jumlah hari) penyajian laporan

  keuangan yang telah diaudit. Menurut Sistya Rachmawati (2008), jarak waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan perusahaan diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk mendapatkan laporan dari auditor independen yang mengaudit laporan keuangan tahunan perusahaan, yakni sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen, inilah yang disebut sebagai auditdelay.

  Menurut Ashton, Willingham, & Elliott (1987), Carslaw Kaplan (1991), Ahmad & Kamarudin (2001) dalam Estrini (2013), “Audit delay isthe length of

  time from a company’sfiscal year end to the date of theauditor’s report”. Menurut

  Dyer dan McHugh (1975, dalam Wiwik Utami, 2006) “Auditors report lag is the

  

open interval of number of days from the year end to the date recorded as the

opinion signature date in the auditor report”.

  Menurut Lawrence dan Briyan (1988, dalam Rangga Reza, 2011), audit

  

delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan.

  Dyer dan Mchugh dalam Respati (2004, dalam Estrini, 2013) menggunakan tiga kriteria keterlambatan dalam penelitiannya:

  1. Preleminary lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.

  2. Auditor’s report lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.

  3. Total lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan di bursa. Audit delay juga dikenal dengan istilah audit report lag. Tuntutan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan juga diatur dalam

  Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang dituangkan dalam Keputusan Ketua BAPEPAM & LK nomor: Kep-460/BL/2008 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Berkala Oleh Perusahaan Efek yang ditetapkan sejak tanggal 10 November 2008, yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertakan dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada BAPEPAM dan LK selambat-lambatnya pada akhir bulan ke-3 (ketiga) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Dimana ditegaskan pula bahwa laporan keuangan audit yang bersifat wajib dengan batas waktu 90 hari dari akhir tahun sampai dengan tanggal diserahkannya laporan keuangan yang telah diaudit kepada BAPEPAM & LK.

  Semakin banyaknya sekarang perusahaan yang go public mengakibatkan semakin banyak pula perusahaan yang membutuhkan jasa akuntan publik dalam hal penyajian laporan keuangan yang telah diaudit. Dimana hal tersebut mengakibatkan banyak KAP (Kantor Akuntan Publik) menangani klien atau entitas yang ingin menggunakan jasa audit lebih dari dua atau lebih banyaknya entitas. Mengingat pula bahwa prosedur pelaksanaan audit juga bukan suatu kegiatan yang bisa dilakukan dalam waktu singkat. Seperti yang diutarakan Alvin

  A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J. Elder (2011, dalam terjemahan Sukrisno Agoes, 2012) karena audit merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan krieria yang telah ditetapkan. Yang mana prosedur pelaksaan audit mulai dari awal hingga pada saat mengeluarkan laporan yang berisi opini, bertujuan menjelaskan kesesuaian antara informasi yang diuji dengan kriterianya sehingga membutuhkan waktu yang panjang. Dari kebutuhan waktu yang panjang dalam pelaksanaan prosedur audit tersebut, bisa menjadi penghambat penyajian laporan keuangan tepat waktu atau dapat menyebabkan semakin banyaknya jumlah hari yang terjadi untuk melaporkan laporan keuangan.

  Penyebab tersebut bisa saja berasal dari perusahaan yang diaudit atau internal perusahaan, misalnya akibat dari kompleksitas informasi tentang perusahaan membuat auditor semakin lama mengumpulkan dan memverifikasi bukti-bukti yang bisa diperoleh dari informasi tersebut. Bisa pula penyebabnya dari luar perusahaan yang diaudit, misalnya auditor atau KAP yang mengaudit mempunyai banyak klien lain yang membuat pelaksanaan prosedur audit pada satu perusahaan terhambat yang mengakibatkan penyajian laporan keuangan perusahaan tesebut juga menjadi semakin lama. Maka dari peneliti sebelumnya menyimpulkan bahwa ada banyak faktor yang secara efektif menyebabkan lamanya waktu penyajian laporan keuangan yang telah diaudit, yang dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi audit delay seperti, ukuran perusahaan, laba/rugi perusahaan, besar rasio hutang yang dimiliki perusahaan dan opini audit yang diberikan oleh auditor.

2.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay

  Seperti yang telah diuraikan pada subbab sebelumnya bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi lamanya hari penyajian laporan keuangan yang telah diaudit, yakni faktor internal dan eksternal. Yang dimana dalam penelitian ini meneliti beberapa faktor efektif yang mempengaruhi, diantaranya ukuran perusahaan, laba atau rugi, opini audit atas laporan keuangan perusahaan, dan besarnya rasio hutang perusahaan.

2.1.5.1 Ukuran Perusahaan

  Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva perusahaan pada akhir tahun. Ukuran perusahaan diukur dari total aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tidak lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Ferry dan Jones (dalam Sujianto, 2001), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan rata-rata total penjualan, dan rata-rata total aktiva.

  Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva adalah potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung didalamnya.

  Menurut Dyer dan Mc Hugh (1975, dalam Dewi Lestari, 2010) perusahaan berskala besar cenderung untuk tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan, karena perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pegawai, kreditur dan pemerintah sehingga perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit yang lebih awal. Selain itu pula, perusahaan besar lebih efektif dalam hal pengendalian internalnya dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga hal ini sangat membantu bagi auditor. Hal ini karena apabila suatu perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang kuat akan mempermudah dalam melaksanakan prosedur audit.

  Hasil penelitian Dyer dan McHugh (1975, dalam Dewi Lestari, 2010) menunjukkan perusahaan besar juga cenderung menghindari lamanya waktu penyajian laporan keuangan yang telah diaudit karena umumnya pihak manajemen perusahaan mungkin memiliki insentif mengurangi banyaknya jumlah hari dalam penyajian laporan keuangan karena perusahaan dipantau lebih ketat oleh investor, pengawas permodalan dari pemerintah, para pekerja, dan lembaga regulator sehingga dengan demikian perusahaan besar menghadapi tekanan eksternal yang lebih besar dalam pelaporannya, karena pihak-pihak tersebut yang berkepentingan terhadap informasi yang dimuat dalam laporan keuangan. Ponte et al (2005, dalam Dessy Asmada, 2013) berpendapat bahwa perusahaan besar melakukan kendali dan pengamatan yang lebih besar terhadap auditornya, sehingga Auditor merasakan adanya tekanan untuk menyelesaikan proses audit lebih cepat. Perusahaan besar mempunyai pengaruh yang sangat besar berkaitan dengan pengurangan audit delay karena berhubungan dengan pelaporan keuangan secara tepat waktu.

  Namun ada pula penelitian yang mengatakan bahwa ukuran perusahaan yang besar akan lebih lama dibanding perusahaan kecil. Boynton dan Kell (1996:152,dalam Wiwik Utami, 2006) berpendapat bahwa, “Audit delay akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang akan di audit semakin besar”. Ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur audit yang dilakukan karena semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung di dalamnya.

2.1.5.2 Opini Auditor

  Auditor sebagai pihak yang independen di dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan, akan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diauditnya Menurut Standar Profesional Akuntan Publik per 31 Maret 2011 (PSA 29 SA Seksi 508), ada lima jenis opini (pendapat) akuntan, yaitu (Sukrisno Agoes, 2012:75) :

a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian ( Unqualified Opinion)

  Jika auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditingyang ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, seperti yang telah terdapat dalam Standar Professional Akuntan Publik, dan telah mengumpulkan bahan-bahan pembuktian (audit evidence) yang cukup untuk mendukung opininya, serta tidak menemukan adanya kesalahan material atas penyimpangan dari SAK/ETAP/IFRS, maka auditor dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian.

  Dengan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha suatu perusahaan, perubahan ekuitas, arus kas suatu perusahaan dan dalam semua hal yang material sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS.

  Laporan keuangan dinyatakan wajar tanpa pengecualian jika memenuhi kondisi berikut ini :

  1. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia digunakan untuk menyusun laporan keuangan.

  2. Perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.

  3. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelasan

  yang Ditambahkan Dalam Laporan Audit Bentuk Baku ( Unqualified Opinion with Explanatory Language)

  Pendapatini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan paragraph penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. Keadaan tersebut meliputi:

  1. Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.

  2. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan- keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu standar akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI.

  3. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.

  4. Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan standar akuntansi atau dalam metode penerapannya.

  5. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan keuangan komparatif.

  6. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawasan Pasar Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak direview.

7. Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI-Dewan Standar Akuntansi

  Keuangan telah dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari pedoman audit yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi proses audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang besar apakah informasi tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut.

  8. Infomasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan yang diaudit secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

c. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian ( Qualified Opinion) (dalam

  Soekrisno Agoes, 2012: 76) Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan. Jenis pendapat ini dinyatakan apabila: 1.

  Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak tidak dapat menyatakan pendapat tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.

  2. Auditor yakin atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan SAK/ETAP/IFRS, yang berdampak material dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.

  3. Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Maka dengan demikian pendapat wajar dengan pengecualian ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum yang ada di Indonesia kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

d. Pendapat Tidak Wajar ( Adverse Opinion)

  Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS. Pendapat ini dinyatakan apabila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS.

  Apabila auditor menyatakan pendapat tidak wajar, ia harus menjelaskan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat dalam laporannya (a) semua alasan yang mendukung pendapat tidak wajar, dan (b) dampak utama hal yang menyebabkan pemberian pendapat tidak wajar terhadap posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas, jika secara praktis untuk dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat ditentukan secara beralasan, laporan auditharus menyatakan hal itu. o

e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat ( Disclaimer Opinion)

  Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor dapat untuk tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS. Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alasan o substantif yang mendukung pernyataan tersebut.

  Pernyataan tidak memberikan pendapat cocok jika auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat harus tidak diberikan karena auditor yakin atas dasar auditnya bahwa terdapat penyimpangan material dari SAK/ETAP/IFRS. Jika pernyataan tidak memberikan pendapat disebabkan pembatasan lingkup audit, auditor harus menunjukkan dalam paragraf terpisah semua alasan substantif yang mendukung pernyataan tersebut. Ia harus menyatakan bahwa lingkup auditnya tidak memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor tidak harus menunjukkan prosedur yang dilaksanakan dan tidak harus menjelaskan karakterisktik auditnya dalam suatu paragraf (yaitu, paragraf lingkup audit dalam laporan auditor bentuk baku). Jika auditor menjelasklan bahwa auditnya dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang diterapkan IAI, tindakan ini dapat mengakibatkan kaburnya pernyataan tidak memberikan pendapat. Sebagai tambahan, ia harus menjelaskan keberatan lain yang berkaitan dengan kewajaran penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK/ETAP/IFRS. Hasil penelitian Ashton, Willingham dan Elliott (1987), Carslaw dan

  Kaplan (1991), serta Ahmad dan Kamarudin (2001) dalam penelitian Wiwik Utami (2006) membuktikan bahwa audit delay akan lebih panjang jika perusahaan menerima pendapat qualified atau selain pendapat unqualified. Karena menurut Elliott (1982:633, dalam Wiwik Utami, 2006) hal tersebut dilatarbelakangi karena proses pemberian pendapat qualified tersebut melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Simunic yang menemukan bahwa fee audit juga akan semakin besar apabila pemberian pendapat qualified .

  Namun pada penelitian di Indonesia, Na’im (1999, dalam Wiwik Utami, 2006) menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan jenis opini akuntan publik terhadap ketidaktepatan pelaporan keuangan. Dan hasil penelitian Halim (2000, dalam Wiwik Utami, 2006) pada pengujian univariate dan multivariate juga menunjukkan bahwa pendapat yang diberikan Akuntan Publik tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

2.1.5.3 Rasio Hutang

  Rasio total utang terhadap total aset,yang umumnya disebut sebagai rasio hutang (Debt Ratio)ini mengukur seberapa banyak aset yang dibiayai oleh hutang.

  Menurut Amin, (2012, dalam Dessy Asmada, 2013) Debt Ratio merupakan ketersediaan kas jangka panjang untuk memenuhi komitmen pada saat jatuh tempo. Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dari kewajiban. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibanding dengan aktivanya.

  Semakin tinggi angka yang di tunjukkan debt ratio maka semakin tinggi pula risiko kerugian yang dihadapi perusahaan, tetapi juga ada kesempatan mendapatkan laba yang besar. Selain itu pula rasio hutang bisa berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, dimana perusahaan yang memiliki

  debt rasio yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan, namun selama ekonomi baik dan suku bunga rendah maka dapat meningkatkan keuntungan.

  Rasio hutang (debt ratio)mengukur persentase dana yang diberikan oleh kreditor seperti dinyatakan berikut ini:

  Rasio Hutang = (Brigham dan Houston, 2010:143)

  Jumlah kewajiban dibagi dengan total asset, menunjukkan proporsi aset perusahaan yang dibiayai melalui utang. Hutang yang tinggi terhadap aset dapat menunjukkan kapasitas pinjaman yang rendah dari suatu perusahaan, yang seiring dengan penurunan fleksibilitas keuangan perusahaan. Total hutang termasuk seluruh kewajiban lancar dan hutang jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio hutang yang rendah kerena makin rendah rasio hutang, makin besar perlindungan terhadap kerugian kreditor jika terjadi likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham mungkin menginginkan lebih banyak leverage karena akan memperbesar laba yang diharapkan. Sama seperti rasio lainnya rasio hutang (debt

  

ratio ) harus dibandingkan dengan perusahaan dengan jenis industri yang sama

atau perusahaan pesaingnya.

  Dalam penelitian ini menggunakan ratio hutang sebagai salah satu faktor yang mana dapat menggambarkan perbandingan kewajiban dan aset dalam perusahaan dan menunjukkan kemampuan aset perusahaan dalam pembiayaan kewajiban perusahaan. Craslaw dan Kaplan (1991) dalam Rachmawati (2008) mengungkapkan bahwa perbandingan proporsi total hutang terhadap total asset mengindikasikan kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian dan kecermatan auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit adanya indikasi tidak dapat dipercaya. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak sehat cenderung dapat melakukan mismanagement dan fraud. Menurut Rachmawati (2008) pula, proporsi yang tinggi dari hutang terhadap total asset ini, akan mempengaruhi likuidasi yang terkait dengan masalah kelangsungan hidup perusahaan yang akhirnya memerlukan kecermatan yang lebih dalam proses pengauditan laporan keuangannya.

  Selain itu pula biasanya mengaudit hutang memerlukan waktu yang lebih lama dibanding dengan mengaudit modal atau ekuitas. Karena biasanya mengaudit hutang melibatkan lebih banyak staff dan dalam mengaudit hutang lebih rumit dibanding mengaudit ekuitas. Dengan demikian besarnya rasio hutang dapat mempengaruhi lamanya audit delay.

2.1.5.4 Laba atau Rugi Perusahaan

  Laba menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa laba merupakan berita baik.

  Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Dengan demikian menurut Hassanudin (2002:56, dalam Wiwik Utami, 2006)perusahaan yang meraih laba cenderung akan lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian.

  Menurut Carslow (1991) dalam penelitian Subekti dan Widiyanti (2004, dalam Andi Kartika, 2009)ada dua alasan mengapa perusahaan yang menderita kerugian cenderung mengalami audit delay yang lebih panjang. Pertama, ketika kerugian terjadi perusahaan ingin menunda bad news sehingga perusahaan akan meminta auditor untuk menjadwal ulang penugasan audit. Dan alasan kedua, menurut Chariri dan Ghozali (2001, dalam Andi Kartika, 2009)auditor akan lebih berhati-hatiselama proses audit jika percaya bahwa kerugian ini mungkin disebabkan karena kegagalan keuangan perusahaan dan kecurangan manajemen informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan sebagai:

  1. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian.

  2. Sebagai pengukur prestasi manajemen.

  3. Sebagai dasar penentuan besarnya penggunaan pajak.

  4. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara.

  5. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus.

  6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.

  7. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran.

  8. Sebagai dasar pembagian deviden

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Utami (2006) yang berjudul “Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris Di BursaEfek Jakarta”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba/rugi perusahaan dan jenis opini yang diberikan berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Sedangkan faktor lamanya perusahaan menjadi klien suatu KAP berpengaruh negatif terhadap audit delay.

  Penelitian yang dilakukan Sistya Rahmawati (2008) yang berjudul ”Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan

  

Timeliness ” menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan ukuran KAP

  berpengaruh terhadap audit delay. Sementara variable profitabilitas,solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap auditdelay.

  Oleh peneliti Andi Kartika (2009) dengan penelitiannya yang berjudul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta)” menghasilkan suatu simpulan bahwa faktor total aset, laba rugi operasi, mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Opini dari auditor punya pengaruh yang positif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Faktor profit dan reputasi auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay perusahaan.

  Nurul Indah (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi AuditDelay Pada Perusahaan Wholesale And Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” menunjukkan hasil bahwa DER, reputasi KAP dan ukuran perusahaantidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay selama kurun waktu penelitian ini. Sedangkanvariabel Sektor Industri berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay selama kurun waktu penelitian ini.

  Penelitian yang dilakukan Mohammad Reza Pourali (2013) dengan judul penelitian ”Investigation of Effective Factors in Audit Delay: Evidence from Tehran Stock Exchange” didapatkan hasil bahwa variabel ukuran perusahaan, opini audit serta faktor lainnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap audit delay. Sementara variabel laba per saham berpengaruh negatif terhadap auditdelay .

  Ringkasan penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

  Timeliness

  delay

  Variabel dependen: audit

  Perusahaan- Variabel independen: total asset, laba/rugi operasi, opini auditor, profit, dan reputasi auditor.

  Indonesia (Studi Empiris Pada

  Audit Delay di

  Mempengaruhi

  Faktor-faktor Yang

  3. Andi Kartika (2009)

  profitabilitas,solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap auditdelay.

  delay. Sementara variable

  Variabel ukuran perusahaan dan ukuran KAP berpengaru terhadap audit

  delay dan timeliness

  Variabel independen: ukuran perusahaan, ukuran KAP, profitabilitas, solvabilitas dan internal auditor. Variabel dependen: audit

  dan

Dokumen yang terkait

Pengaruh kebijakan Penyusunan Anggaran, Penerapan Anggaran dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Asahan)

0 1 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Akuntabilitas Kinerja - Pengaruh kebijakan Penyusunan Anggaran, Penerapan Anggaran dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasu

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh kebijakan Penyusunan Anggaran, Penerapan Anggaran dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Asahan)

0 0 9

Pengaruh kebijakan Penyusunan Anggaran, Penerapan Anggaran dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Asahan)

0 5 12

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Pt.Indonesia Asahan Aluminium Dengan Pt.Putra Tanjung Lestari Dalam Pengandaan Tenaga Keeja Outsourcing Setelah Pt.Inalum Bumn

0 0 20

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Refined Economic Value Added dan Financial Value Added Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 2 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan - Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Refined Economic Value Added dan Financial Value Added Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Food An

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Refined Economic Value Added dan Financial Value Added Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Refined Economic Value Added dan Financial Value Added Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 2 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tenaga Kerja (Manpower) - Analisis Faktor – Faktor Yang mempengaruhi Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik Di Kota Medan

0 0 18