Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning: Studi Kasus SMK N 1 Tengaran

  Analisis Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Studi Kasus: SMK N 1 Tengaran ) Artikel Ilmiah Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Oleh : Vitalita Novia Vanila 702012107 Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2017

  1. Pendahuluan

  Pembelajaran abad 21 menekankan adanya perubahan paradigma dalam pembelajaran [1]. Perubahan yang terjadi diantaranya yaitu pengajaran (teaching) menjadi belajar (learning), dari pembelajaran yang berpusat kepada guru (teachers-centered) menjadi pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik (student-centered), dari pembelajaran pasif (pasive learning) ke cara belajar siswa aktif (active learning-CBSA) atau Student Active

  

Learning-SAL . Pengembangan dan penerapan model pembelajaran yang berpusat pada siswa

merupakan salah satu bentuk implementasi dari adanya perubahan tersebut.

  Model pembelajaran Kontekstual (Conxtual Teaching and Learning) adalah pembelajaran yang dapat mendorong siswa mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki serta membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, pekerja dan masyarakat [2]. Proses pembelajarannya akan berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Howey R dan Keneth mengatakan bahwa CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik secara individu maupun dengan kelompok belajar [3].

  Pembelajaran CTL ini sangat tepat diterapkan di SMK. Sesuai spesifikasi tentang Pendidikan Menengah Kejuruan yang dijabarkan dalam PP. No. 17 tahun 2010 yang menyatakan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan yang membekali siswa dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat [4]. Salah satu SMK di kabupaten Semarang yang sudah menerapkan pembelajaran CTL cukup lama adalah SMKN 1 Tengaran. Meskipun pembelajaran CTL sudah diterapkan, dari hasil observasi yang dilakukan, dengan melihat manfaat yang seharusnya diperoleh guru dan siswa dari penerapan prinsip model pembelajaran CTL menunjukkan bahwa penerapan yang dilakukan belum maksimal. Hal tersebut terlihat dari siswa yang belum mampu menerapkan pengetahuan yang dimilikinya.

  Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dan melihat manfaat CTL maka perlu dilakukan analisa terhadap penerapan CTL yang telah dilakukan oleh guru dilihat dari prinsip pembelajaran kontekstual. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana penerapan CTL yang telah dilakukan oleh guru berdasarkan persepsi siswa dan guru. Penerapan CTL dalam hal ini ditinjau dari 6 prinsip yang dimiliki CTL yaitu keterkaitan, pengalaman langsung, aplikasi, kooperatif, pengaturan diri, penilaian autentik. Hasil dari penelitian ini selanjutnya dapat menjadi pertimbangan dan acuan untuk mengembangkan dan . memaksimalkan pembelajaran kontekstual yang mereka terapkan

  2. Kajian Puskata

  Dalam menerapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) peran guru adalah membantu siswa mencapai tujuan belajarnya [2]. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru hanya sebagai pembimbing dan mengarahkan siswa untuk membangun pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan belajar yang dimiliki dan dikaitkan dengan konteks kehidupan social siswa. Contextual Teaching and

  

Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan memotivasi siswa

  untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka (konteks pribadi, social, dan budaya) sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dapat diterapkan secara fleksibel dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya.

  Penelitian mengenai pembelajaran kontekstual sebelumnya telah dilakukan oleh Wulantika Arini [5]. Dalam penelitian tersebut penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) kegiatan belajar mengajar dimulai dengan pengenalan materi pelajaran dan tujuannya serta memberi motivasi kepada siswa, membentuk siswa dalam kelompok belajar hal ini terlihat dari antusiasme dan ketepatan siswa dalam melaksanakantugas yang diberikan. Dalam pemberian tugas siswa juga berbagi ide dengan siswa lainnya dan juga siswa yang telah bisa mengerjakan membantu siswa lain yang belum selesai sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan hasil dari penelitian tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa hal ini terbukti dari perolehan rata-rata skor N-gain yaitu sebesar 57% untuk kelas eksperimen. Jumlah siswa yang banyak menjadi kendala dalam menerapkan pembelajaran CTL.

  Penelitian lain juga dilakukan oleh Hikmatyar Insani yang mengatakan bahwa dalam menerapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dibutuhkan media atau alat yang dapat mendorong kondusifnya proses pembelajaran yang akan berlangsung [6]. CTL dalam penelitian tersebutdapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dengan meningkatkan minat siswa terhadap proses pembelajaran dan kompetensi siswa pada materidalam mengidentifikasi kegunaan program aplikasi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pembelajaran CTL menghendaki kerja dalamsebuah tim, baik di kelas, laboratorium, maupun tempat kerja. Pembelajaran CTL menuntut guru mendesain lingkungan belajar yang merupakan gabungan dari beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut Komalasari CTL memiliki beberapa prinsip dasar [2] yaitu: a.

  Keterkaitan, relevansi (relating), dimana proses pembelajaran saling berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang ada pada diri siswa sehingga siswa dapat membuat hubungan-hubungan antara pelajaran yang di ajar di sekolah dengan kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat.

  b.

  Pengalaman langsung (experiencing), dalam proses pembelajaran cepat jika siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan sumber belajar, dan melakukan bentuk kegiatan penelitian secara aktif. Untuk mendorong daya tarik dan motivasi penggunaan strategi pembelajaran dan media audio, video, membaca, dan menelaah buku teks.

  c.

  Aplikasi (applying), menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks yang berbeda merupakan pembelajaran tingkat tinggi, lebih dari sekedar menghafal.

  d.

  Kerja sama (Cooperatif), pembelajaran yang mendorong siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka menguasai materi pelajaran dan memberikan wawasan pada mereka bagaimana saling bertukar pikiran dan saling berkomunikasi. e.

  Belajar mengatur diri (Self-regulated learning), mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar aktif dalam mengembangakan minat dan kemampuannya untuk dapat bekerja secara individu atau bekerja dalam kelompok.

  f. penilaian autentik (authentic assess), pembelajaran yang mengukur, memonitor semua aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor) baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas selama proses pembelajaran dalam kelas ataupun di luar kelas.

  Menurut Zahorikada lima elemen harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual [2] yaitu:

  1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning) dengan mengaitkan materi pelajaran yang sudah dipelajari dengan tugas yang diberikan agar siswa bekerja sendiri,menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.

  2. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan lebih dulu, kemudian memperhatikan detailnya.

  3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun hipotesis, melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu, dan konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.

  4. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) 5.

  Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut. Kelebihan penerapan pembelajaran CTL menurut Nanik [7] yaitu: a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar me lalui ”mengalami” bukan ”menghafal”. Dan kelemahan penerapan pembelajaran CTL yaitu: a) Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. b) Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. c) Peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. d) Guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang eksra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

  Matapelajaran Perakitan komputer adalah salah satu mata pelajaran wajib dasar program keahlian Teknik Komputer dan Informatika (TKI). Tujuan dari matapelajaran ini adalah supaya peserta didik dapat melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas pada pengenalan komponen – komponen yang ada pada komputer dan proses perakitan komputer [1]. Dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru secara mandiri melalui praktek langsung materi dilaboratorium dan menerapkan kembali materi yang sudah diberikan dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Setelah mempelajari uraian materi dalam pembelajaran dan kegiatan belajar diharapkan peserta didik dapat memiliki kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan materi: a. Perkembangan teknologi komputer, b. Komponen perangkat input dan output, c. Perangkat proses dan media penyimpan, d. Tata letak komponen komputer, e. Casing komputer, f. Peralatan dan bahan perakitan, g. Tempat dan keselamatan kerja, h. Prosedur bongkar pasang komputer, i. Konfigurasi BIOS.

3. Metodologi Penelitian

  Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode survey yang dilakukan di SMKN 1 Tengaran. Partisipandalam penelitian ini adalah gurumatapelajaran perakitan komputer yang berjumlah 10 orang yang terdiri dari 5 guru laki-laki dan 5 guru perempuan, sedangkan siswa kelas X RPL1,2,3 yang sudah menerima pelajaran perakitan komputer selama 1 tahun berjumah 99 orang yang tediri dari 34 siswa laki-laki dan 65 siswa perempuan. Pengumpulan data yang digunakan adalah Kuisioner berupa angket tertutup untuk mengetahui bagaimana penerapan CTL oleh guru dalam pembelajaran yang sudah dilakukan dan mencakup 6 prinsip CTL. Angket tersebut diberikan kepada guru matapelajaran perakitan komputer dan siswa yang telah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan CTL selama satu tahun.

  Tabel 1. Kisi-Kisi Angket Guru dan Siswa

  Aspek Guru Siswa

  Angket no. 2,4 Angket no. 2,5 Keterkaitan

  Angket no. 7,8,9 Pengalaman Langsung Angket no. 8,9,10,11,12

  Angket no. 14,15,16,17,18,19 Angket no. 11,12,13,14,15,16 Aplikasi

  Angket no. 22 Angket no. 17,18,19,20,21,22,23,24 Kooperatif

  Angket no. 26,27,28,29,30,31 Angket no. 26,27,28,29,30 Pengaturan Diri

  Angket no. 33,34,35,36,37,38,40 Angket no. 31,32,33,35,36 Penilaia Autentik

  Skala pengukuran variabel mengacu pada Skala Likert, dimana masing-masing dibuat dengan menggunakan skala 1

  • –5 kategori jawaban, dengan rincian SS sangat setuju score 5, S setuju score 4, RG ragu-ragu score 3, TS tidak setuju score 2, STS sangat tidak setuju

  score

  1.Sebelum instrument penelitian dianalisis, instrument tersebut harus diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu menggunakan spss 19 for windows, dari hasil tersebut untuk angket guru dari 40 pernyataan hanya 27 peryataan dan untuk angket siswa dari 37 pernyataan hanya 29 peryataan yang valid dan reliabel. Data hasil angket dianalisa dengan statistika deskripif yaitu melalui perhitungan rata-rata skor yang disajikan dalam tabel dan menyesuaikan nilai tersebut dengan kelas interval kriteria.

  Tabel 2. Interval kelas kriteria kualitas

  Interval Kelas Kriteria

  4,3 - 5 Sangat Baik 3,5 - 4,2 Baik 2,7 - 3,4 Cukup Baik 1,9 - 2,6 Kurang Baik 1 - 0,8 Sangat Tidak Baik

  Selanjutnya teknik wawancara dengan menggunakan wawancara terstruktur. Wawancara terhadap guru untuk melengkapi informasi tentang bagaimana guru menerapkan pembelajaran CTL dan kendala yang ditemui dalam menerapkan pembelajaran CTL tersebut di kelas.

4. Hasil

  Penjabaran hasil survey mengenai penerapan CTL dalam pembelajaran perakitan komputer di SMK Negeri 1 Tengaran dilakukan berdasarkan 6 prinsip CTL yaitu keterkaitan, pengalaman langsung, aplikasi, kooperatif, pengaturan diri dan penilaian autentik.

  Tabel 3. Hasil Angket Guru dan Siswa Prinsip Keterkaitan Respon Pernyataan Nilai Ket

  1. Saya selalu mengajukan pertanyaan diawal pelajaran untuk 4,4 mengecek pengetahuan siswa tentang materi yang sudah dipelajari sebelumnya

  Guru SB

  2. Saya selalu memberikan contoh nyata yang ada dilingkungan 4,3 social yang berkaitan dengan isi materi tersebut

  Rata-rata Guru 4,3

  1.Guru selalu memulai materi dengan bertanya untuk mengulang 4,1 kembali materi yang sudah dipelajari Siswa

  B

  2. Guru selalu menjelaskan peta konsep materi yang akan dipelajari 4,1

  Rata-rata Siswa 4,1

  Respon guru dan siswa terhadap penerapan CTL mengenai keterkaitan pembelajaran dengan lingkungan nyata dan keterkaitan antar materi berada pada ketegori sangat baik dan baik dengan rentang nilai rata-rata 4,1 – 4,4. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah menerapkan prinsip keterkaitan dengan sangat baik melalui pengajuan pertanyaan, pemberian contoh yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Nilai tertinggi pada angket guru ditunjukkan oleh pernyaaan bahwa guru mengaitkan materi yang telah dipelajari melalui tanya jawab dengan siswa di awal pelajaran. Jika dibandingkan rata-rata nilai guru dan siswa hampir sama yaitu 4,3 dan 4,1. Ini berarti bahwa respon yang diberikan oleh siswa sejalan dengan respon guru. Nilai terendah 4,1 pada angket siswa dengan pernyataan guru bertanya untuk mengulang kembali materi sebelumnya dan menunjukkan peta konsep antar materi. Hasil ini menunjukkan bahwa guru belum memanfaatkan mengajukan pertanyaan diawal pelajaran dan menjelaskan peta konsep antar materi untuk mambantu siswa mengulang kembali materi sebelumnya dan memberitahukan siswa alur materi yang akan dipelajari.

  Dari hasil wawancara guru mengatakan pada pembelajaran dengan materi tertentu guru selalu mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat penerapan materi tersebut di lingkungan sekolah, misalnya tentang materi penggunaan program aplikasi. Hal ini merupakan salah satu strategi guru untuk menunjukkan keterkaitan antara materi dengan kegiatan sehari-hari. Kendala yang ditemui guru dalam menerapkan keterkaitan siswa selalu harus diingatkan untuk mempelajari kembali apa yang sudah dipelajari.

  Tabel 4. Hasil Angket Guru dan Siswa Prinsip Pengalaman Langsung Respon Pernyataan Nilai Ket

  1. Saya selalu mengarahkan siswa untuk mempelajari materi yang 4,3 akan diberikan secara mandiri

  2. Untuk mempelajari materi tersebut siswa diarahkan untuk 4,5 memanfaatkan berbagai sumber belajar

  3. Saya selalu menekankan siswa untuk bertanya bila ada materi 4,6 Guru yang belum jelas.

  SB

  4. Saya selalu memberikan tugas yang dapat melatih siswa untuk 4,3 menerapkan sendiri materi yang sudah dipelajari di kelas

  5. Saya selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk 4,3 mempraktekkan materi yang sudah dipelajari dilaboratorium 4,4

  Rata-rata Guru

  1.Guru selalu memberikan tugas untuk mempelajari materi pelajaran 3,8 secara mandiri

  2.Guru selalu mengarahkan saya untuk memanfaatkan berbagai 4,2 sumber belajar yang berkaitan dengan materi pelajaran tersebut

  Siswa B

  3.Guru selalu memberikan kesempatan untuk 4,0 menerapkanlangsungdilaboratorium materi yang sudah dipelajari

  Rata-rata siswa 4,0

  Respon guru dan siswa terhadap penerapan CTL mengenai pengalaman langsung dengan ekplorasi dan praktek langsung materi berada pada ketegori sangat baik dan baik dengan rentang nilai rata-rata 3,8

  • – 4,6. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah menerapkan prinsip pengalaman langsung dengan sangat baik melalui belajar mandiri, memanfaat berbagai sumber belajar, tugas mandiri, mengajukan pertanyaan, praktek langsung di laboratorium. Nilai tertinggi 4,6 pada angket guru yang ditunjukkan oleh pernyataan guru mengarahkan siswa untuk bertanya bila ada materi yang belum jelas. Jika dibandingkan rata- rata nilai guru dan siswa hampir sama yaitu 4,4 dan 4,0. Ini berarti bahwa respon yang diberikan oleh siswa sejalan dengan respon guru. Nilai terendah 3,8 pada angket siswa yang ditunjukkan oleh pernyataan guru memberikan tugas untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri. Hasil ini menunjukkan bahwa guru belummanfaatkan pemberian tugas untuk memfasilitasi siswa belajar mandiri.

  Hasil wawancara kepada guru mengenai praktek langsungmenunjukkan bawa guru selalu mengunakan dua cara. Pertama yaitu mengarahkan siswa dalam melakukan praktek dari awal hingga akhir dan dilanjutkan dengan guru dan siswa sama-sama mempraktekkan materi tersebut. Kedua siswa diberikan kesempatan untuk praktek langsung secara mandiri dengan diberi tutorial sebagai panduan, guru hanya mengarahkan siswa dalam mempelajari tutorial tersebut.

  Tabel 5. Hasil Angket Guru dan Siswa Prinsip Aplikasi Respon Pernyataan Nilai Ket

  1. Jika ada siswa yang belum mengerti dengan apa yang dijelaskan 4,4 dalam media simulasi tersebut, saya akan menjelaskan ulang secara singkat materi tersebut

  2. Saya selalu memberikan tugas agar siswa mengsimulasikan materi 4,0 yang sudah dipelajari membantu siswa untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki

  3. Saya selalu memberikan contoh masalah dalam kehidupan nyata 4,3 yang berkaitan dengan materi Guru

  B

  4. Saya selalu memberikan tugas untuk menganalisa permasalahan 3,9 yang berkaitan dengan materi

  5. Saya selalu memberikan tugas kelompok untuk menciptakan suatu 3,9 produk nyata yang dapat digunakan bersama

  6. Saya selau memberikan kesempatan kepada siswa untuk 3,9 menerapkan pengetahuannya dengan tugas piket dilingkungan sekolah yang berkaitan dengan penggunaan komputer

  Rata-rata Guru 4,0

  1. Guru selalu memanfaatkan simulasi sebagai media penyampaian 4,2 materi

  2. Guru selalu memberikan tugas mengsimulasikan materi yang 3,9 sudah dipelajari

  3. Guru selalu memberikan tugas mandiri berbasis proyek 3,9 berdasarkan kemampuan yang saya miliki Siswa

  B

  4. Guru selalu memberikan kuis sambil menjelaskan materi 3,9

  5. Guru selalu mengarahkan saya agar mampu menerapkan 4,1 pengetahuan saya ke dalam lingkungan sosial

  6.Guru selalu mengarahkan untuk membuat suatu produk nyata yang 3,9 dapat digunakan 4,0

  Rata-rata Siswa

  Respon guru dan siswa terhadap penerapan CTL mengenai aplikasidengan penggunaan simulasi, pemecahan masalah dan penerapan materi dalam lingkungan sosial berada pada ketegori baik dengan rentang nilai rata-rata 3,9

  • – 4,4. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah menerapkan prinsip aplikasi dengan baik melalui penggunaan simulasi, pemberian tugas kelompok dalam pemecahan masalah, pemberian contoh masalah dengan kehidupan sehari-hari, tugas mandiri berbasis proyek, praktek langsung. Nilai tertinggi 4,4 pada angket guru yang ditunjukkan oleh pernyataan guru akan menjelaskan kembali materi yang divisualisasikan dalam media simulasi secara singkat. Jika dibandingkan rata-rata nilai guru dan siswa sama yaitu 4,0. Ini berarti bahwa respon yang diberikan oleh siswa sejalan denganrespon guru. Nilai terendah 3,9 ditunjukan pada angket guru dan siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa guru belum memanfaatkan pemberian tugas kepada siswa baik secara individu maupun kelompok untuk mengarahkan siswa dalam mempelajari atau mempraktekkan materi pelajaran yang diberikan.

  Dari hasil angket guru dan siswayaitu guru mengarahkan siswa untuk membuat suatu produk nyata yang dapat digunakan bersama dengan rata-rata sama 3,9 hal tersebut dipengaruhi oleh penerapan yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan hasil wawancara guru mengatakan dalam memberikan tugasuntuk membuat suatu produk nyata baik itu progam maupun sebuah video hanya ketika ada mid saja, yang dikerjakan dalam kelompok.

  Tabel 6. Hasil Angket Guru dan Siswa Prinsip Kooperatif Angket Pernyataan Nilai Ket

  5.Guru selalu mengarahkan saya untuk saling mengajari materi tugas dalam kelompok

  Respon guru dan siswa terhadap penerapan CTL mengenai kooperatif dengan kerja kelompok dalam pemecahan masalah, komunikasi interaktif dan menghormati adanya perbedaan berada pada ketegori sangat baik dan baik dengan rentang nilai rata-rata 3,8 – 4,5. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah menerapkan prinsip kooperatif dengan sangat baik melalui mengajukan pertanyaan, peran aktif siswa dalam kelompok, kelompok yang heterogen, pemberian tugas kelompok, praktek langsung, menjadi tutor sebaya. Nilai tertinggi 4,5 pada angket siswa yang ditunjukkan oleh pernyataan guru mengarahkan setiap anggota kelompok harus berperan aktif mengerjakan tugas yang sudah ditentukan kelompok. Jika dibandingkan rata-rata nilai guru dan siswa hampir sama yaitu 4,4 dan 4,2. Ini berarti bahwa respon yang diberikan oleh siswa sejalan dengan respon guru.

  Rata-rata Siswa 4,2

  B

  4,5 4,3 4,3 4,1 4,1 3,8 4,1

  7.Guru selalu mengarahkan saya dalam mempelajari isi materi yang dikumpulkan setiap anggota kelompok sehingga menjadi satu pengetahuan yang luas

  6.Guru selalu mengarahkan saya untuk membentuk kelompok yang heterogen

  4.Guru selalu membiasakan saya untuk bertanya dalam mengerjakan tugas kelompok

  Guru

  3.Guru selalu membimbing dan mengarahkan saya melakukan praktek langsung untuk mengerjakan tugas yang diberikan

  2.Guru selalu mengingatkan peran penting setiap anggota kelompok dalam upaya pencapaian tujuan belajar

  1.Guru selalu mengarahkan setiap anggota kelompok harus berperan aktif mengerjakan tugas yang sudah ditentukan kelompok

  Siswa

  Rata-rata Guru 4,4

  4,4 SB

  1. Selama siswa mengerjakan tugas kelompok saya selalu membiasakan siswa untuk bertanya materi yang belum dimengertidalam mengerjakan tugas kelompok sebelum mempresentasikan didepan kelas

  Nilai terendah 3,8 pada angket siswa yang ditunjukkan oleh pernyataan guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok yang heterogen. Hasil ini menunjukkan bahwa guru belum memanfaatkan kelompok belajar yang heterogen untuk memfasilitasi siswa belajar kelompok. Hal ini ternyata dipengaruhi oleh penerapan guru yang dilakukan dengan hasil wawancara guru mengatakan dalam membentuk kelompok belajar, siswa tidak diarahkan untuk membentuk kelompok yang terstruktur dan heterogen.

  Tabel 7. Hasil Angket Guru dan Siswa Prinsip Pengaturan Diri Angket Pernyataan Nilai Ket

  1. Saya selalu memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari 4,1 materi yang ada dalam buku panduan sebelum materi tersebut dipelajari dikelas untuk mendorong motivasi belajar siswa

  2. Saya memberikan tugas tersebut dengan harapan siswa mampu 4,1 mengatur cara belajarnya secara mandiri

  3. Setelah materi pelajaran selesai, saya memberikan kesempatan 4,1 siswa untuk menarik kesimpulan materi yang sudah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari

  Guru B

  4. Untuk melatih kepercayaan diri siswa didepan kelas, saya selalu 3,7 memberikan tugas agar siswa mempresentasi pengalaman dan hasil belajar secara mandiri

  5. Saya selalu menekankan kepada siswa untuk mencoba sendiri 4,1 yang sudah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari

  6. Saya selalu menerapkan perinsip trial-eror untuk memotivasi 3,9 belajar siswa agar merasa tertantang untuk terus mencoba

  Rata-rata Guru 4,0

  1.Guru selalu memberikan kesempatan untuk bertanggung jawab 4,1 dan memonitor sendiri kegiatan praktek langsung di kelas dengan pengatahuan yang saya miliki

  2.Guru selalu mengarahkan saya untuk menarik kesimpulan materi 4,0 yang sudah dipelajari dalam kelompok dengan cara mempresentasikan pengalaman langsung di depan kelas

  3.Guru selalu mengarahkan saya untuk dapat lebih aktif bertanya 4,3 Siswa selama proses pembelajaran

  B

  4.Guru selalu mengarahkan saya untuk berani mengajukan pendapat 4,3 mengenai materi yang sedang dipelajari

  5.Guru selalu memberi kesempatan untuk mencoba lagi bila dalam 4,4 proses praktek langsung saya gagal

  6.Guru selalu memberikan tutorial sebagai panduan belajar praktek 4,4 langsung

  Rata-rata Siswa 4,2

  Respon guru dan siswa terhadap penerapan CTL mengenai pengaturan diri dengan memberikan motivasi belajar, melakukan refleksi dan melaksanakan prinsip trial-eror berada pada ketegoribaik dengan rentang nilai rata-rata 3,7

  • – 4,4. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah menerapkan prinsip pengaturan diri dengan baik melalui pemberian tugas mandiri, mengajukan pendapat, mengajukan pertanyaan,pemberian tugas kelompok, presentasi, melaksanakan prinsip trial-eror, penggunaan tutorial. Nilai tertinggi 4,4 pada angket siswa ditunjukkan oleh pernyataan guru memberi kesempatan untuk mencoba lagi bila dalam proses praktek langsung siswa gagal dan guru memberikan tutorial sebagai panduan belajar praktek langsung. Tetapi pada angket siswa ditunjukkan oleh pernyataan Guru memberi kesempatan untuk mencoba lagi bila dalam proses praktek langsung siswa gagal dengan nilai tertinggi4,4. Jika dibandingkan rata-rata nilai guru dan siswa hampir sama yaitu 4,0 dan 4,2. Ini berari bahwa respon yang diberikan oleh siswa sejalan dengan respon guru. Nilai terendah 3,7 dan 3,9 pada angket guru ditunjukkan oleh pernyataan untuk melatih kepercayaan diri siswa, guru memberikan tugas agar siswa mempresentasi pengalaman dan hasil belajar secara
mandiri didepan kelas dan guru menerapkan perinsip trial-eror untuk memotivasi belajar siswa agar merasa tertantang untuk terus mencoba. Hasil ini menunjukkan bahwa guru belum memanfaat tugas presentasi siswa secara mandiri dan melaksanakan perinsip trial-eror untuk memfasilitasi siswa untuk mempresentasi pengalaman dan hasil belajar secara mandiri dan mengerjakan tugas yang diberikan.

  Pada pernyataan penggunaan tutorial dengan nilai tertinggi 4,4 hasil ini dipengaruhi oleh penerapan yang dilakukan guru dalam setiap pembelajaran guru mengatakan dalam proses mengerjakan tugas untuk praktek langsung dengan panduan tutorial guru selalu mengarahkan siswa untuk bertanya jika dalam pengerjaan tugas menemukan kesulitan.

  Tabel 8. Hasil Angket Guru dan Siswa Prinsip Penilaian Autentik Angket Pernyataan Nilai Ket

  1. Saya selalu menekankan kepada siswa semua proses pengerjaan 4,3 tugas kelompok akan diberi nilai

  2. Saya selalu menekankan kepada siswa dalam mengerjakan tugas 4,4 kelompok peran aktif individu akan dinilai

  3. Saya selalu menekankan kepada siswa untuk penilaian tugas 4,2 kelompok akan dinilai berdasarkan hasil kerja kelompok

  4. Saya selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk 4,3 mempresentasikan hasil produk nyata yang sudah dikerjakan bersama kelompok

  Guru B

  5. Saya selalu menekankan pada siswa untuk berperan aktif dalam 4,3 proses pembelajaran dengan menilai setiap tindakan yang dilakukan siswa di dalam kelas

  6. Saya selalu memberikan penilaian perilaku siswa dalam 4,1 berinteraksi dengan guru dan antarsiswa selama proses pembeajaranberlangsung

  7. Setiap memberikan tugas kelompok saya selalu mengarahkan 4,4 siswa untuk membuat laporan hasil kerja 4,2

  Rata-rata Guru

  1.Guru selalu memberikan penilaian individu selama proses 4,2 mengerjakan tugas kelompok

  2.Guru selalu memberikan penilaian hasil kerja sesuai dengan 4,2 kemampuan yang dimiliki kelompok

  3.Guru selalu memberikan penilaian dalam perancanan kerja yang 4,2 Siswa

  B akan dilakukan kelompok

  4.Guru selalu mengarahkan saya untuk selalu berperan aktif selama 4,3 proses pembelajaran

  5.Guru selalu memberikan tes tertulis disetiap akhir materi 3,8 4,1

  Rata-rata Siswa

  Respon guru dan siswa terhadap penerapan CTL mengenai penilaian Autentik dengan penilaian kerja dan hasil kerja, penilaian sikap dan penilaian tertulis berada pada ketegoribaik dengan rentang nilai rata-rata 3,8

  • – 4,4. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah menerapkan prinsip penilaian autentik dengan baik melalui penilaian proses kerja, penilaian individu, penilaian peran aktif dalam kelompok dan dalam proses pembelajaran, penilain hasil kerja, penilaian perencanaan kerja, presentasi, membuat laporan hasil kerja, pemberian tes tertulis, penilaian perilaku interaksi siswa dengan guru. Nilai tertinggi 4,4 pada angket guru
ditunjukkan oleh pernyataan guru menekankan kepada siswa dalam mengerjakan tugas kelompok peran aktif individu akan dinilai dan setiap memberikan tugas kelompok guru mengarahkan siswa untuk membuat laporan hasil kerja. Jika dibandingkan rata-rata nilai guru dan siswa hampir sama yaitu 4,2 dan 4,1. Ini berari bahwa respon yang diberikan oleh siswa sejalan dengan respon guru. Nilai terendah 3,8 pada angket siswa ditunjukkan oleh pernyataan guru memberikan tes tertulis disetiap akhir materi. Hasil ini menunjukkan bahwa guru belum memanfaatkan pemberian tes tertulis untuk memfasilitasi siswa dalam menemukan makna materi pelajaran tersebut secara teori.

  Dari hasil angket guru pada pernyataan guru memberikan penilaian perilaku siswa dalam berinteraksi dengan guru dan antarsiswa selama proses pembelajaranberlangsung dengan nilai 4,1 hal ini dipengaruhi oleh penerapan yang dilakukan, gurumengatakan untuk penilaian perilaku interaksi komunikasi antara siswa dan guru kurang digunakan karena menurut guru siswa pasti sudah mengerti bagaimana harus bersikap ketika dengan guru dan dengan teman. 4.2 4.4 4 4.2 Enam Prinsip Model Pembelajaran CTL 4.2

4

4.3 4.1 4.15

  3.8 Keterkaitan Pengalaman Aplikasi Kooperatif Pengaturan Penilaian Langsung Diri Autentik

  Gambar 1. Diagram Hasil Penerapan 6 Prinsip Model Pembelajaran CTL Jika dibandingkan penerapan dari enam prinsip pembelajaran CTL, menunjukkan bahwa penerapan prinsip pembelajaran CTL yang tertinggi adalah prinsip kooperatif melalui mengajukan pertanyaan, peran aktif siswa dalam kelompok, pemberian tugas kelompok, praktek langsung, menjadi tutor sebaya. Dengan kendala mengenai kelompok belajar yang heterogen. Yang terendah prinsip aplikasi melalui penggunaan simulasi, pemberian tugas kelompok dalam pemecahan masalah, pemberian contoh masalah dengan kehidupan sehari- hari, tugas mandiri berbasis proyek dengan waktu tertentu, praktek langsung dari penerapan yang sudah dilakukan guru tersebut. Kendala yang dihadapi guru berkaitan dengan pemberian tugas baik individu maupun kelompok.

5. Diskusi

  Penerapan pembelajaran kontekstual (CTL) pada matapelajaran perakitan komputer yang mengcakup enam prinsip CTL. Dalam penelitian yang dilakukan di SMK N 1 Tengaran, menunjukkan bahwa yang dilakukan guru untuk menerapkan model pembelajaran CTL pada prinsip keterkaitan adalah mengajukan pertanyaan untuk mengecek kembali pengetahuan siswa, kemudian memberikan contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari, dan memberikan peta konsep untuk menunjukkan keterkaitan antar materi. Kendala yang dihadapi guru dalam penerapannya adalah ketika dibutuhkan pengetahuan siswa mengenai materi yang telah mereka dipelajari, guru harus mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Oleh karena itu dalam menerapkan prinsip keterkaitan yang dilakukan guru adalah dengan mendesain pembelajaran yang mengarah pada pengalaman belajar siswa agar mampu mengaitkan materi sebelumnya dangan materi yang akan diberikan. Pengalaman belajar baru akan masuk ke dalam memori jangka panjang dan akan menjadi pengetahuan baru apabila memiliki makna [11]. Pengalaman belajar adalah interaksi antara subjek belajar dengan bahan ajar, Agar pengalaman yang baru menjadi pengetahuan baru. Pada prinsip pengalaman langsung nilai terendah pada pernyataan guru memberikan tugas untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri. Yang dilakukan guru dalam menerapkan prinsip pengalam langsung dengan memanfaatkan pemberian tugas untuk melatih siswa mempelajari materi secara mandiri, mengajukan pertanyaan, tugas mandiri, praktek langsung dengan memanfaat berbagai sumber belajar. Kendala yang dihadapi guru berkaitan dengan pemberian tugas sendiri.

  Pada prinsip aplikasi nilai terendah pada angket guru dan siswa mengenai tugas pemecahan masalah, tugas kelompok menerapkan membuat suatu produk nyata, pengalaman langsung dan tugas mandiri. Yang dilakukan guru dalam menerapkan prinsip aplikasi adalah denganpenggunaan simulasi, pemberian tugas kelompok dalam pemecahan masalah, pemberian contoh masalah dengan kehidupan sehari-hari, tugas mandiri berbasis proyek dengan waktu tertentu, praktek langsung dari penerapan yang sudah dilakukan guru tersebut. Kendala yang dihadapi guru berkaitan dengan pemberian tugas baik individu maupun kelompok.

  Dari prinsip kooperatif nilai terendah pada pernyataan guru membentuk kelompok yang terstruktur dan heterogen. Yang dilakukan guru dalam menerapkan prinsip kooperatif adalah dengan mengajukan pertanyaan, peran aktif siswa dalam kelompok, kelompok yang heterogen, pemberian tugas kelompok, praktek langsung, menjadi tutor sebaya. Dari penerapan tersebut kendala yang dihadapi guru mengenai kelompok belajar yang heterogon. Kemudian pada prinsip pegaturan diri nilai terendah pada pernyataan guru memberikan tugas presentasi dan guru melaksanakan prinsip trial-eror. Dalam menerapkan prinsip menerapkan prinsip yang dilakukan guru adalah dengan pemberian tugas mandiri, mengajukan pendapat, mengajukan pertanyaan, pemberian tugas kelompok, presentasi, melaksanakan prinsip trial-

  

eror, penggunaan tutorial. Dari penerapan tersebut kendala yang dihadapi mengenai motivasi

siswa dalam melaksanakan prinsip trial-eror.

  Untuk prinsip penilaian autentik nilai terendah pada pernyataan guru memberikan tes tertulis di setiap akhir materi. Dalam menerapkan prinsip menerapkan prinsip yang dilakukan guru adalah dengan penilaian proses kerja, penilaian individu, penilaian peran aktif dalam kelompok dan dalam proses pembelajaran, penilain hasil kerja, penilaian perencanaan kerja, presentasi, membuat laporan hasil kerja, pemberian tes tertulis, penilaian perilaku interaksi siswa dengan guru. Dari penerapan tersebut kendala yang dihadapi guru adalah memberikan tes tertulis untuk mengecek pengetahuan teori materi yang diberikan.

  Dalam pembelajaran CTL lebih Mengutamakan pengalaman nyata, pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa aktif membangun pengetahuan yang bermakna dalamkehidupannyata dengan melakukan analisa dalam pemecahan masalah yang dilakuan untuk mencapai tujuan belajarnya [3]. Dalam mencapai tujuan belajar siswa yang harus dilakukan guru adalah dengan pemberian tugas yang mengarahkan siswa agar mampu menerapkan konsep pengetahuan yang dimilikinya menjadi bekal dalam menerapkan pengetahuan tersebut dilingkungan nyata.tugas yang diberikan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki siswa agar dalam mengerjakan tugas tersebut guru hanya membimbingan siswa karena bila tugas yang diberikan berdasarkan apa yang siswa ketahui maka siswa akan lebih mudah mengembangkan kemampuan dalam mengerjakan tugas tersebut tetapi masih berkaitan dengan materi yang diberikan.

  Berdasarkan data penerapan pembelajaran CTL dapat disimpulkan bahwa dari enam prinsip penerapan model pembelajaran CTL sudah diterapkan. Dengan prinsip keterkaitan dikategori sangat baik melalui pengajuan pertanyaan, pemberian contoh yang berkaita n dengan kehidupan sehari-hari. Pada prinsip pengalaman langsung dikategorikan sangat baik melalui belajar mandiri, memanfaat berbagai sumber belajar, tugas mandiri, mengajukan pertanyaan, praktek langsung di laboratorium. Selanjutnya prinsip aplikasi dikategorikan baik melalui penggunaan simulasi, pemberian tugas kelompok dalam pemecahan masalah, pemberian contoh masalah dengan kehidupan sehari-hari, tugas mandiri berbasis proyek, praktek langsung. Prinsip kooperatif dikategorikan sangat baik melalui mengajukan pertanyaan, peran aktif siswa dalam kelompok, kelompok yang heterogen, pemberian tugas kelompok, praktek langsung, menjadi tutor sebaya. Prinsip pengaturan diri dikategorikan baik melalui pemberian tugas mandiri, mengajukan pendapat, mengajukan pertanyaan, pemberian tugas kelompok, presentasi, melaksanakan prinsip trial-eror, penggunaan tutorial. Dan prinsip penilaian autentik dikategorikan baik melalui penilaian proses kerja, penilaian individu, penilaian peran aktif dalam kelompok dan dalam proses pembelajaran, penilain hasil kerja, penilaian perencanaan kerja, presentasi, membuat laporan hasil kerja, pemberian tes tertulis, penilaian perilaku interaksi siswa dengan guru. Manfaat yang guru dapatkan dari penerapan CTL adalah membantu dalam mendesain strategi pembelajaran yang berfokus pada siswa. Maka yang harus dilakukan guru untuk mengembangkan pembelajaran CTL adalah dengan fokus pada tiga indikator yaitu keterkaitan antar materi dengan lingkungan nyata, praktek langsung materi yang sudah diberikan, dan pemberian tugas yang perlu diarahkan selama proses pengerjaannya. Untuk penelitian selanjutnya agar lebih focus pada penerapan guru dan jumlah sampel guru yang banyak.

  Daftar Pustaka

  [1] Kemenikbud. 2013. Modul SMK C2 Perakitan Komputer. Diakses tangal 7 desember 2016 dari

  

  [2] Komalasari, Kokom.2010.Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Reflika Aditama

  [3] Hasibuan, Idrus. Model Pembelajaran Ctl (Contextual Teaching And Learning). Jurnal pendidikan Vol. II, No.01 Januari 2014. Diakses tangal 1 september 2017 dari

   [4] Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Tik.

  Diakses tangal 15 november 2016 dari

  

  [5] Arini, Wulantika. 2016. Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Praktikum Mata Pelajaran Pemrograman Web Siswa Kelas X Smk Muhammadiyah 1 Bantul. Diakses tangal29 maret 2017 dari [6] Insani, Hikmatyar. 2016. Penerapan Model Ctl Berbantuan Media Visual Novel Dalam Mengidentifikasi Kegunaan Program Aplikasi. Jurnal Pendiikan Vol. 1, No. 2. Diakses tangal 16 agustus 2017 dari [7] Suyanto, Jihad, Asep. 2013. Menjadi Guru Profesional : Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Diakses tangal 12 agustus 2016 dari

  

  [8] Hartini, Nanik. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teachingand Learning (Ctl) Untuk Meningkatkan MotivasiBelajar Ipa Siswa Kelas Ii Sdn O2 GambirmanisPracimantoro Wonogiri. Diakses tangal 22 agustus 2017 dari

   [9] Saepul, Asep. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan.

  Yogyakarta: DEEPUBLISH [10] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: ALPABETA [11] Rahayu, Sri. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstualdalam Pembelajaran Menulis Pada Siswa Kelas X Smkn1 Denpasar. Jurnal Pendidikan Vol. 2. Diakses tangal 20 juli 2017 dari [12] Styaningrum, Amalia. 2016. Analisis Hambatan Guru Dalam Pengintegrasian Teknologi Di Smpn 1 Grabag. Diakses tangal 15 agustus 2017 dari

  

  [13] Crawford, Michael L. 2001. Teaching Contextually Research, Rationale, and Techniques for Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics and Science. ISBN 1- 57837-321-2. Texas: CCI Publishing, Inc. Diakses tangal 30 mei 2017 dari

  

Dokumen yang terkait

13 Bab 2 Hermeneutik Poskolonial dengan Perspektif Ritus Oli Somba dalam Komunitas Masyarakat Aramaba 2.1 Pendahuluan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Ulang Yesus sebagai Korban (Mat.26:36-46):Perspektif Poskolonial

0 1 24

37 Bab 3 Konteks Kultural Praktik Pengorbanan dalam Matius 26:36-46 3.1 Pendahuluan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Ulang Yesus sebagai Korban (Mat.26:36-46):Perspektif Poskolonialis Oli Somba dalam Agama Suku Aram

0 1 19

56 Bab 4 Memahami Ulang Yesus Sebagai Korban Dari Perspektif Ritus Oli Somba dalam Komunitas Masyarakat Aramaba 4.1 Pendahuluan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Ulang Yesus sebagai Korban (Mat.26:36-46):Perspektif P

0 1 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Homestay di Desa Wisata Nglanggeran Kabupaten Gunung Kidul

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerjemahan sebagai Media Pekabaran Injil Middelkoop Ditinjau dari Perspektif Hermeneutika Hans Georg Gadamer

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning Dibanding dengan Model Discovery dalam Pembelajaran IPA Materi Peristiwa Alam Kelas 5 SD

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning Dibanding dengan Model Discovery dalam Pembelajaran IPA Materi Peristiwa Alam Kelas 5 SD

0 0 9

THE MASTERY IN SIMPLE PAST TENSE OF THE TENTH GRADE STUDENTS OF SMK TAMANSISWA KUDUS IN ACADEMIC YEAR 20172018 TAUGHT BY USING DICE GAME

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning Dibanding dengan Model Discovery dalam Pembelajaran IPA Materi Peristiwa Alam Kelas 5 SD

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning Dibanding dengan Model Discovery dalam Pembelajaran IPA Materi Peristiwa Alam Kelas 5 SD

0 0 79