makalah REKAYASA NILAI PEMBANGUNAN GEDUN

REKAYASA NILAI PEMBANGUNAN GEDUNG SERBA GUNA UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
(Value Engineering of the Multipurpose Building Construction at the Semarang State University)
KARYOTO

ABSTRAKSI
Penerapan rekayasa nilai (value engineering) pada proyek pembangunan gedung serba guna di
Universitas Negeri Semarang adalah untuk mendapatkan optimasi biaya dan fungsi.Rekayasa nilai digunakan
untuk mengevaluasi perencanaan proyek dengan tujuan menghemat anggaran biaya, optimasi kinerja dan
efisiensi waktu dan tetap memperhatikan kualitas hasil pekerjaan. Tahap–tahap dalam Job Plan yaitu Tahap
Informasi, Kreatif, Analisa dan Tahap Rekomendasi dengan identifikasi item pekerjaan yang mempunyai biaya
tertinggi dan biaya tidak diperlukan dengan klasifikasi fungsi dasar dan fungsi sekundernya untuk memperoleh
rasio Cost/Worth, selanjutnya dilakukan analisa matrik Zero-One untuk menentukan alternatif terbaik dari
pengujian terhadap beberapa kriteria fungsi yang dihadirkan.
Hasil analisa rekayasa nilai menunjukkan penghematan biaya yaitu untuk item pelat lantai terjadi
penghematan nilai/biaya sebesar Rp.3.274.245.393,35 atau 51,20 % dari biaya awal sebesar Rp.
6.394.649.122,60 dan 8,57 % dari biaya keseluruhan proyek. Untuk item pondasi terjadi penghematan nilai/biaya
sebesar Rp. 318.946.000 atau 41,27% dari biaya awal sebesar Rp. 772.790.000,00 dan 1,19 % dari biaya
keseluruhan proyek. Untuk item dinding biaya dari Eco Lite Panel lebih besar Rp. 140.847.906,93 dari pada
biaya pasangan batu bata, namun dari segi waktu pelaksanaan Eco Lite Panel lebih cepat dari batu bata dengan
biaya hasil dari percepatan waktu sebesar Rp. 192.252.093,07 atau sebesar 18,76 % dari biaya pekerjaan dinding

dan sebesar 0,51 % dari biaya keseluruhan proyek. Fisik Eco Lite Panel yang dilapisi kalsiboard di kedua sisinya
membuat permukaannya lebih halus dan rata sehingga permukaannya bisa langsung dicat. Maka total
penghematan biaya setelah dilakukan rekayasa nilai adalah sebesar Rp.3.786.443.639,55 atau sebesar 9,91 %
dari total biaya pekerjaan keseluruhan sebesar Rp. 38.199.420.000,00.
Kata Kunci :Penerapan rekayasa nilai, Zero-One, Gedung Serba Guna Unnes.
ABSTRACT
Application of value engineering at the multipurpose building project at the State University of
Semarang is to get the optimization of cost and functionality. Value engineering is used to evaluate the project
plan in order to save the budget costs, optimize performance and efficiency of time and still pay attention to the
quality of the work. The stages in the Job Plan are Phase Information, Creative, Phase Analysis and
Recommendations to the identification of work items that have the highest cost and the cost is not required by
the classification of the basic functions and secondary functions to obtain the ratio Cost / Worth, further analysis
matrices for Zero-One determine the best alternative of testing against several criteria functions presented.
Value engineering analysis results indicate that cost savings, for items slab occurred saving the value /
cost of Rp.3.274.245.393, 35 or 51.20% of the initial cost of Rp. 6,394,649,122.60 and 8.57% of the total project
cost. For items foundations occurred saving the value / cost of Rp. 318,946,000 or 41.27% of the initial cost of
Rp. 772,790,000.00 and 1.19% of the total project cost. For the cost of the item walls Eco Lite Panel larger Rp.
140,847,906.93 of the cost of masonry, but in terms of execution time Eco Lite Panels faster than bricks with the
result of the acceleration time fee of Rp. 192,252,093.07 or 18.76% of the cost of the wall work and 0.51% of the
total project cost. Physical Eco Lite Panel calsiboard coated on both sides to make more smooth and flat surface

so that the surface can be directly painted. So the total cost savings after the engineering value is equal
Rp.3.786.443.639, 55 or by 9.91% of the total cost of the overall work of Rp. 38,199,420,000.00.
Keywords: Application of value engineering, Zero-One, Multi Purpose Building of Unnes.

PENDAHULUAN

Devinisi mengenai Value Engineering (Rekayasa
Nilai) pada intinya adalah suatu cara analisa untuk
mengoptimalkan efisiensi biaya yang semula
mungkin berpotensi menimbulkan pembesaran biaya
akibat biaya yang tidak perlu pada suatu anggaran
pekerjaan dan setelah dilakukan proses rekayasa nilai
menghasilkan suatu nilai efisiensi biaya dengan
syarat tetap berpedoman pada prinsip tidak
menghilangkan aspek kinerja, ketahanan, keandalan,
mutu, fungsi, manfaat, estetika dan aspek lainnya
yang dianggap penting. Saat ini metode rekayasa
nilai telah diakui keberadaan dan manfaatnya sebagai
salah satu metode yang dapat memberikan kontribusi
terhadap efisiensi pembangunan yaitu dengan cara

mengoptimalkan fungsi, kinerja dan biaya dalam
suatu proyek namun tetap menjaga mutu, penampilan
dan kehandalannya. Salah satu usaha untuk
melakukan efisiensi biaya konstruksi Proyek
Pembangunan Gedung Serbaguna Universitas Negeri
Semarang, dalam tugas akhir ini akan diterapkan
metode rekayasa nilai. Dari hasil penerapan rekayasa
nilai, diharapkan dapat memberikan rekomendasi
kepada pemilik proyek untuk pengambilan keputusan
dalam rangka penghematan.Dalam penerapan
rekayasa nilai ini tidak semua item pekerjaan yang
terindikasi potensial untuk di rekayasa nilai dibahas,
karena keterbatasan waktu dan penguasaan
pengetahuan penulis.Usaha analisa penerapan
rekayasa ini tetap berupaya mendapat nilai
penghematan yang layak untuk direkomendasikan.

2. Memunculkan gagasan-gagasan desain alternatif
untuk menggantikan desain awal pada item
pekerjaan terpilih dengan analisa rekayasa nilai.

3. Menghitung penghematan biaya dari penerapan
rekayasa nilai pada Proyek Pembangunan
Gedung Serbaguna Universitas Negeri Semarang.
Identifikasi Masalah
Dari penulisan latar belakang tersebut
diatas, rekayasa nilai yang akan ditinjau yaitu pada
saat pelaksanaan proyek. Permasalahan didalam
pelaksaanan pembangunan gedung serbaguna di
Universitas Negeri Semarang adalah kebutuhan akan
optimasi biaya proyek, penjadwalan ulang dengan
percepatan pelaksanaan namun kualitas dan
penampilan tetap menjaga. Upaya yang akan
dilakukan
yaitu
dengan
menyederhanakan
pelaksanaan pada item pekerjaan terpilih dengan
memanfaatkan pengunaan material yang optimum
serta mutu bahan yang baik. Pendekatan aplikasi
teknologi prapabrikasi, elemen atau komponen beton

pracetak
akan
mempercepat
pelaksanaan,
mengurangi kebutuhan tenaga kerja. Sehingga
dengan penerapan rekayasa nilai akan terjadi
pengurangan biaya sejauh mungkin namun tetap
mempertahankan tingkat kualitas dan ketahanan
sesuai yang diharapkan. Dengan kata lain, rekayasa
nilai adalah suatu usaha agar tujuan proyek
konstruksi dapat diwujudkan dengan biaya yang
paling murah, metode pelaksanaan yang mudah dan
dalam waktu yang singkat.

Maksud dan Tujuan

Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini penulis bermaksud
melakukan kajian rekayasa nilai pada Proyek

Pembangunan Gedung Serbaguna Universitas Negeri
Semarang, dengan tahapan–tahapan dalam Job Plan
yaitu Tahap Informasi, Kreatif, Analisa dan Tahap
Rekomendasi
dengan
mengidentifikasi
item
pekerjaan yang mempunyai biaya tertinggi dan biaya
tidak diperlukan dengan klasifikasi fungsi dasar dan
fungsi sekundernya.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Dengan mengidentifikasi item pekerjaan berbiaya
tinggi dan biaya yang tidak diperlukan untuk
dilakukan rekayasa nilai.

Obyek yang diambil dalam penelitian tugas
akhir ini adalah Proyek Pembangunan Gedung
Serbaguna Universitas Negeri Semarang yang
terletak di Sekaran kecamatan Gunungpati kota

Semarang. Penerapan rekayasa nilai hanya pada
pekerjaan sipil dan arsitektur, tidak termasuk
pekerjaan mekanikal dan elektrikal. Lokasi
penelitian dapat dilihat pada foto udara Gambar 1.1
berikut ini :

sistematis dengan tujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan.
Pengertian
selengkapnya
mengenai
rekayasa nilai sebagai dikutip dari Larry W.
Zimmerman dan Glen D. Hart (1982) adalah sebagai
berikut :
a. An oriented system.

Gambar 1.1. Foto Udara Lokasi Gedung Serba Guna
Universitas Negeri Semarang

b.


An oriented system yaitu suatu teknik yang
menggunakan tahapan dalam rencana tugas ( job
plan
)
untuk
mengidentifikasi
dan
menghilangkan
biaya-biaya
yang
tidak
diperlukan ( unnecessary cost ).
Multidisciplined team approach.

c.

Multidisciplined team approach yaitu suatu
teknik penghematan biaya produksi yang
melibatkan seluruh tim yang berkepentingan

dalam proyek, yaitu : pemilik, perencana, para
ahli yang berpengalaman dibidangnya masingmasing dan konsultan rekayasa nilai. Jadi
pekerjaan rekayasa nilai adalah sebuah kerja tim
yang saling terkait, bukan usaha perorangan.
Proven management tecknigue.

d.

Proven management tecknigue yaitu suatu
teknik penghematan biaya yang telah terbukti
dan terjamin mampu mengarahkan berbagai
produk yang bermutu dan relatif rendah
pembiayaannya.
An oriented function.

(Sumber:Google earth)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Rekayasa Nilai

Berikut ini rekayasa nilai dari beberapa
pendapat :
Miles (1971) dalam Barrie dan Poulson
(1984) mengatakan rekayasa nilai adalah suatu
pendekatan yang terorganisasi dan kreatif yang
bertujuan untuk mengadakan pengidentifikasian
biaya yang tidak perlu.Biaya yang tidak perlu ini
adalah biaya yang tidak memberikan kualitas,
kegunaan, sesuatu yang menghidupkan penampilan
yang baik ataupun sifat yang diinginkan oleh
konsumen.
Dell’Isola (1974) mendefinisikan rekayasa
nilai adalah suatu pendekatan sistematis untuk
memperoleh hasil yang maksimal dari setiap biaya
yang dikeluarkan. Dimana diperlukan suatu usaha
kreatif untuk menganalisa fungsi dengan menghapus
atau memodifikasi penambahan harga yang tidak
perlu dalam proses pembiayaan konstruksi, operasi
atau pelaksanaan, pemeliharaan, pergantian alat dan
lain-lain, untuk mencari keseimbangan fungsi terbaik

antara biaya, keandalan dan kinerja sebuah proyek.
Soeharto (1995) rekayasa nilai adalah usaha
yang
terorganisasi
secara
sistematis
dan
mengaplikasikan suatu teknik yang telah diakui,
yaitu teknik mengidentifikasi fungsi produk atau jasa
yang bertujuan memenuhi fungsi yang diperlukan
dengan harga yang terendah (paling ekonomis).
Zimmerman (1982) rekayasa nilai adalah
sebuah pendekatan yang bersifat kreatif dan

An oriented function yaitu suatu teknik yang
berorientasi pada fungsi-fungsi yang diperlukan
pada setiap item maupun system yang ditinjau
untuk mnghasilkan nilai produk yang
dikehendaki.
e.

Life cycle cost oriented.
Life cycle cost oriented yaitu suatu teknik yang
berorientasi pada biaya total yang diperlukan
selama proses produksi serta optimasi
pengoperasian segala fasilitas pendukungnya.

Disebutkan pula bahwa rekayasa nilai
bukanlah :
a. A design review.
A design review yaitu mencari-cari kesalahan
dalam perencanaan sebelumnya atau mengulangi

perhitungan yang telah dilakukan oleh pihak
perencana.
b.

A cost cutting process.

5.

A cost cutting proces yaitu proses penghematan
biaya dengan mengurangi biaya satuan (unit
price), maupun mengorbankan mutu, keandalan
dan penampilan hasil produk.
c.

Konsep Dasar Rekayasa Nilai
Dalam rekayasa nilai terdapat unsur-unsur
penunjang utama yang digunakan untuk mendukung
suatu proses untuk menganalisa suatu permasalahan.
Menurut Zimmerman (1982), ada unsur utama
dikenal sebagai key of value engineering. Unsur
utama tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Analisa fungsi (function analysis).

2.

Analisa fungsi digunakan untuk membantu
mengidentifikasi suatu item permasalahan yang
ditinjau, dengan mendasarkan setiap obyek
pada fungsi atau kegunaan obyek tersebut
terhadap keseluruhan item yang ditinjau.
Model pembiayaan (cost model).

3.

Model pembiayaan ini digunakan sebagai alat
untuk mengatur dan membagikan perhitungan
biaya kedalam bidang fungsinya sehingga
dapat dengan mudah didefinisikan dan diukur.
Biaya siklus hidup (the life cycle costing).

4.

6.

Rencana kerja rekayasa nilai yaitu pengaturan
dan pendekatan yang sistematis adalah kunci
utama rekayasa nilai yang berhasil.Oleh karena
itu, studi ini harus dikerjakan dengan rencana
kerja yang matang dan efiktif.
Berpikir kreatif (creative thinking).

7.

Berpikir kreatif dalam mengadakan analisa
dibutuhkan
suatu
bentuk
pemecahan
permasalahan yang bersumber dari pola pikir
yang kreatif.Karena hanya dengan berpikir
kreatif permasalahan yang muncul dan sulit
dapat dicarikan pemecahannya.
Biaya dan harga (cost and worth).

8.

Biaya dan harga dalam rekayasa nilai, dua
variable ini dibedakan dengan jelas. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah analisa yang
akan dilakukan.
Kebiasaan dan sikap (human dynamic).

A requirement done all design.
A requirement done all design bukan merupakan
keharusan
tiap
perencana
untuk
melakukannya.Hal ini disebabkan perencana
mempunyai keterbatasan kemampuan dan waktu
dalam
pekerjaannya,
sehingga
tidak
dimungkinkan
melakukan
perbandingan
alternatif diluar yang dikuasainya.

Biaya siklus hidup digunakan sebagai cara
untuk memberikan perkiraan anggaran dari
setiap pemecahan yang diberikan.
Teknik sistem analisa fungsi (function analysis
system technique).
Teknik sistem analisa fungsi adalah cara yang
sistematis untuk mendapatkan sebuah metode
yang teratur dari proses pekerjaan yang
kompleks.
Dengan
demikian
setiap

permasalahan yang timbul dapat dengan mudah
dicarikan penyebabnya untuk selanjutnya dapat
segera dicarikan jalan penyelesaianya.
Rencana kerja rekayasa nilai (value
engineering job plan).

9.

Kebiasaan dan sikap pada suatu proses
pekerjaan, seringkali faktor kebiasaan dan
sikap seseorang dalam hal menangani
permasalahan mempunyai peranan yang besar
dalam proses pengambilan keputusan.
Keserasian hubungan antara pemberi tugas,
konsultan perencana dan konsultan rekayasa
nilai.
Hubungan dan komunikasi yang baik antara
tim rekayasa nilai dengan seluruh unsur yang
terlibat dalam suatu proyek adalah syarat
mutlak tercapainya tujuan. Karena hal tersebut
dapat memberikan kontribusi yang besar
terhadap keberhasilan suatu proyek.

Tujuan dan Pentingnya Rekayasa Nilai
Tujuan rekayasa nilai membedakan dan
memisahkan antara yang diperlukan dan tidak
diperlukan, dengan mengembangkan alternatif yang
memenuhi keperluan dan meninggalkan yang tidak
perlu dengan biaya terendah tetapi kinerjanya tetap
sama atau bahkan lebih baik. Dari penerapan
rekayasa nilai bertujuan adanya efisiensi, yaitu :

1.

Penghematan biaya,

2.

Biaya yang tidak perlu

= 23.1 %

2.

Penghematan waktu,

3.

Spesifikasi

= 14.4 %

3.

Penghematan bahan,

4.

Kemajuan Teknologi

= 13.9 %

Dengan tetap memperhatikan aspek kualitas dari
produk jadi.
(Sumber: Manajemen Proyek dari Konseptual sampai
Operasional,Soeharto, 1995)

Menurut Dell’Isola (1997), memetakan
dalam tujuh faktor siknifikan yang mempengaruhi
perlunya dilakukan rekayasa nilai, seperti pada
Gambar 2.1 berikut :

Gambar 2.1. Tujuh Faktor Siknifikan yang
Mempengaruhi Rekayasa Nilai.
(Sumber : Dell’Isola PE Value Engineering Practical
Aplikasi for Design Construction, R.S Means Company,
Inc, 1997)

Secara unik rekayasa nilai meliputi
designability, constructability, dan contractability
sebagai value yang mempengaruhi terhadap budget
dan cost control. Jadi tiga komponen valuepada
bisnis jasa kontrruksi adalah :
1.

Designability: berhubungan dengan nilai dari
optimalisasi desain

2.

Constructability
: berhubungan dengan
nilai material, alat, metoda dalamkemudahan
pelaksanaan konstruksi

3.

Contractability
: berhubungan dengan
nilai yang tertuang secara kontraktual yang bisa
diterima para pihak

Sumber-sumber
perubahan
melakukan rekayasa nilai antara lain :
1. Optimalisasi desain
= 27.8%

dalam

_______
Total = 79.2 %
Dari ilustrasi penghematan yang bisa dihasil
oleh rekayasa nilai, pemanfaatan rekayasa nilai
sebagai salah satu alternatif penghematan dirasakan
perlu untuk diterapkan dalam proyek konstruksi, hal
ini juga disebabkan oleh beberapa alasan yaitu:
1. Peningkatan biaya produksi.
2.

Keterbatasan dana pelaksanaan pekerjaan.

3.

Suku bunga perbankan yang fluktuatif.

4.

Laju inflasi yang tinggi.

5.

Usaha untuk mengoptimalkan
mencapai fungsi utama.

6.

Akibat perkembangan dan kemajuan ilmu dan
teknologi.

dana

guna

Sebab-Sebab Timbulnya Biaya-Biaya yang Tidak
Diperlukan
Menurut Dr. Ir. S. Chandra (1986) dalam
bukunya “Aplikasi Value Engineering &Analysis
Pada Perencanaan Dan Pelaksanaan Untuk Mencapai
Program Effisiensi”, timbulnya biaya yang tidak
diperlukan atau nilai kurang, pada umumnya
disebabkan oleh beberapa hal-hal yang tersebut
dibawah ini :
1.

Kekurangan waktu.
Setiap perencana mempunyai batas waktu untuk
menyerahkan hasil perencanaannya. Apabila ia
tidak menyerahkan tepat pada waktunya, maka
reputasinya akan terpengaruh. Dalam kata lain,
perencana hanya memiliki waktu yang terbatas
untuk membuat perbandingan biaya untuk
mencapai nilai yang diinginkan.

2.

Kekurangan informasi.
Material dan produk-produk baru terus menerus
memasuki pasaran, dan tidak mungkin untuk
mengetahui
semua
perubahan-perubahan
ini.Demikian pula sulit untuk menerima semua

produk yang
integritasnya.
3.

baru

itu

sebelum

terbukti

Kekurangan ide.
Setiap expert mempunyai spesialisasinya
masing-masing, tidak ada orang yang dapat
menguasai keahlian dalam semua bidang.

4.

Misconceptions.
Kita semua mempunyai kesalahan konsep secara
jujur.Pengalaman terkadang memberi kita
kesalahan konsep secara jujur, sebab kita tidak
megikuti perkembangan berikutnya yang
merubah kenyataan yang kita percaya dari
pengalaman kita terdahulu.

6.

Kekurangan biaya perencanaan.
Tidak menyediakan biaya yang semestinya
untuk
menyelesaikan
suatu
pekerjaan
perencanaan dapat mempengaruhi hasil produk
dari perencanaan tersebut. Jalan pintas untuk
bekerja menurut dana dan waktu yang tersedia
sering kali menambah biaya yang tidak
diperlukan didalam perencanaan. Kekurangan
biaya perencanaan adalah bagian yang kecil dari
biaya proyek, sebaliknya sangat mempengaruhi
biaya total dari seluruh proyek.

7.

8.

Sikap (attitudes).
Kita semua menyadari bahwa sikap kita kadangkadang terbawa oleh pandangan-pandangan atau

Politik.
Politik adalah kompleks sekali dimana banyak
orang dan pandangan yang berbeda yang harus
diikuti. Pada saat tertentu politik adalah
menguntungkan bagi proyek dan pada saat lain
kita harus memilih alternatif yang diberikan
yang bukan merupakan alternatif yang terbaik.
Seringkali alternatif dengan biaya yang paling
ringan untuk suatu proyek belum tentu dapat
diterima oleh lingkungan dimana proyek akan
didirikan. Oleh karenanya, perencana dan value
engineering consultant diperlukan tidak hanya
memiliki pengetahuan teknik, berpengalaman
dan kerja keras, namun juga perlu flexible dan
terbuka untuk berunding.

Keadaan sementara yang menjadi permanen.
Perencana didesak oleh waktu untuk mengambil
keputusan.Keputusan sementara ditetapkan
dengan maksud untuk mengadakan perubahan
kemudian. Perencana bermaksud untuk merubah
spesifikasi itu apabila ia mendapat informasi
lebih lanjut, ini berarti ia menetapkan kriteria
yang tinggi dengan tujuan untuk kembali pada
problem itu apabila waktu mengizinkan. Tetapi
ia tidak pernah kembali pada problem itu,
dengan demikian keadaan tersebut menjadi
permanen.Ini adalah keadaan sementara yang
tidak
disengaja
menjadi
permanendan
menimbulkan biaya yang tidak diperlukan.

5.

pemikiran-pemikiran
kita.Meskipun
yang
terbaik diantara kita berusaha mempertahankan
pandangan atau pemikirannya apabila pekerjaan
kita dianalisa oleh bagian lain dari organisasi
kita atau dari pihak luar.

9.

Kebiasaan (habitual thinking)
Kebiasaan ini ada baik dan buruknya,
kebaikannya adalah memungkinkan kita
membangun ketrampilan dan mengerjakannya
dengan cepat dan juga memberikan respon yang
cepat.Seringkali ada kejelekkannya pada
perencanaan apabila elemen-elemen tertentu
diulang-ulangi yang seharusnya diubah.
Kebiasaan-kebiasaan
ini
seringkali
menimbulkan biaya-biaya yang tidak diperlukan
pada suatu proyek.

10. Enggan mendapat saran (reluctance to seek
advice)
11. Hubungan masyarakat yang kurang serasi (poor
human relation)

Waktu Penerapan Rekayasa Nilai
Rekayasa nilai akan efektif jika dapat
diterapkan seawal mungkin pada tahap perencanaan
untuk menghasilkan penghematan yang sebesarbesarnya. Sebenarnya secara teori Rekayasa nilai
dapat diterapkan pada setiap tahap sepanjang waktu
berlangsungnya proyek, tetapi jika semakin lama
penerapan Rekayasa nilai potensi penghematan yang

akan dicapai menjadi semakin kecil, sedangkan biaya
untuk melakukan perubahan akibat adanya Rekayasa
nilai semakin besar. Pada suatu saat potensi
penghematan dan biaya perubahan akan mencapai
titik impas, yang berarti tidak ada penghematan yang
dapat dicapai. Seperti dijelaskan pada Gambar 2.2

Gambar 2.2. Potensi Pengematan Terhadap Waktu
dari Penerapan Rekayasa Nilai.
(Sumber : Dell’Isola PE Rekayasa nilai Practical Aplikasi
for Design Construction, R.S Means Company, Inc, 1997)

Waktu penerapan rekayasa nilai secara
umum dapat diterapkan pada semua jenis proyek
yaitu mulai dari gagasan awal hingga menjadi
kenyataan atau disebut “daur hidup proyek
konstruksi” (the life cycle of construction project)
dimana pada setiap tahapannya adalah saling
berhubungan, yaitu:
1. Konsep dan studi kelayakan (concept and
feasilibility studies).
2.

Pengembangan (development).

3.

Perencanaan (design).

4.

Konstruksi (construction).

5.

Operasi dan pemeliharaan (operation and
maintenance).

6.

Perbaikan.

Sesuai dengan salah satu tujuan yang ingin
dicapai, yaitu penghematan biaya yang optimal maka
penerapan rekayasa nilai harus tepat waktunya.Untuk
itu perlu diketahui hubungan antara penghematan
potensial (saving potential) yang dapat dilakukan
rekayasa nilai dan waktu dalam kaitannya dengan
keenam tahapan.
Rencana Kerja Rekasaya Nilai

Rencana kerja rekayasa nilai (value
engineering job plan) ada berbagai macam versi
tahapan–tahapan yang dilakukan.
Menurut Dell’Isolla (1982) tahapan-tahapan
rencana kerja rekayasa nilai dari : tahap informasi,
tahap
kreatif,
tahap
pertimbangan,
tahap
pengembangan, tahap rekomendasi.
Menurut
Soeharto
(2001)
proses
pelaksanaan rekayasa nilai mengikuti suatu
metodologi berupa langkah sistematis berupa
rencana kerja rekayasa nilai (RK-RN). Dengan
urutan; mendefinisikan masalah, merumuskan
pendapat, kreativitas, analisis, dan penyajian.
Sebenarnya dari bermacam interpretasi
terhadap urutan langkah rencana kerja rekaysa nilai
mempunyai sistematika dan pendekatan yang sama.
METODE PENELITIAN

Metode dalam hal ini adalah tatacara atau
jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian
yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah
yang sistematis untuk menyelesaikan masalah yang
dibahas dengan mendayagunakan sumber data dan
fasilitas yang ada. Metode juga merupakan cara kerja
untuk dapat memahami hal yang menjadi sasaran
penelitian, meliputi prosedur penelitian dan teknik
penelitian (Hasan,2002).
Ciri khusus yang dimiliki rekayasa nilai
dalam melakukan evaluasi terhadap aktifitas
pekerjaan yang ditinjau adalah dengan diterapkannya
sistematika yang cukup rapi awal analisa hingga
akhir analisa.Sistematika yang dilakukan tersebut
disusun dalam tahapan-tahapan yang saling
berhubungan dan masing-masing dapat menjelaskan
secara jelas dan terpadu.Tahapan analisa tersebut
dikenal sebagai rencana kerja rekayasa nilai (value
engineering job plan).
Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan proses penelitian harus
melakukan
tahap
persiapan,
diantaranya
mengumpulkan atau mencari data-data proyek.
Pencarian data dapat dilakukan baik pada konsultan,
kontraktor maupun pada Kementerian Pekerjaan
Umum yang menangani proyek-proyek besar.Setelah
mendapatkan data proyek kemudian peneliti
melakukan survey ke lokasi proyek untuk

mendapatkan
gambaran
umum
kondisi
lapangan.Selain itu peneliti juga melakukan studi
pustaka baik melalui buku-buku pustaka, internet,
peraturan-peraturan Kementerian Pekerjaan Umum
dan peraturan-peraturan lainnya yang dapat dijadikan
sebagai bahan referensi dan tambahan pengetahuan.
Secara garis besar metode yang diterapkan
dalam penyusunan tugas akhir, pada analisa rekayasa
nilai proyek pembangunan gedung serbaguna di
Universitas Negeri Semarang, dapat disajukan dalam
bentuk bagan alir seperti pada Gambar 3.1 sebagai
beriku :

Data Penelitian
Data
berdasarkan:

1.

Data primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh
langsung dari sumber asli (tidak melalui
perantara).Data primer dapat berupa subjek
secara individual atau kelompok, hasil observasi
terhadap suatu benda, kejadian atau kegiatan,
dan hasil pengujian. Metode yang digunakan
untuk mendapatkan data primer yaitu: metode
survey dan metode observasi.

2.

Data sekunder

Permasalahan &
Tujuan

Data sekunder adalah sumber data penelitian
yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
oleh pihak lain). Data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)
yang
dipublikasikan
dan
yang
tidak
dipublikasikan. Data yang di dapat di luar data
primer sebagai data pelengkap ( RAB, gambar
desain, daftar harga material).

Pengumpulan Data :
RAB
Rencana Kerja & syarat-syarat
Gambar kerja
Literatur

Tahap Informasi :
Informasi Umum
Breakdown cost model
Grafk pareto
Analisa fungsi

Tahap Kreatif :
Pengumpulan gagasan
alternatif

Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang
sangat penting dalam penyusunan tugas akhir ini,
semakin banyak informasi dan data yang dihimpun
maka semakin memudahkan dalam membuat analisa
dan mengambil keputusan.
1.

Tahap Analisa :
Analisa biaya daur hidup
proyek
Analisa pemilihan alternatif
Tahap Rekomendasi :
Menentukan alternatif yang akan
direkomendasikan
KESIMPULAN DAN
SARAN
Gambar 3.1. Bagan Alir Pengerjaan Tugas Akhir.

diklasifikasikan

Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu:

Latar
Belakang

Studi
Pustaka/Literatur

penelitian

Metode pengambilan data primer.
Metode pengambilan data primer yaitu metode
dengan cara melakukan survey langsung pada
konsultan maupun pelaksana yang menangani
proyek tersebut. Selain itu peneliti juga
melakukan observasi langsung ke lokasi proyek
tersebut.
a. Penyelidikan lapangan (survey).
Data didapatkan secara langsung dengan
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan
dari sumber yang dapat dipercaya.

b.

Wawancara (Interview).
Dengan
teknik
wawancara,
data
dikumpulkan dengan cara mengajukan
pertanyaan
secara
langsung kepada
responden yang terkait dengan proyek yang
dibahas.

c.

1.

Metode pengambilan data sekunder
Metode pengambilan data sekunder yaitu
metode dengan cara melakukan survey langsung
pada
instansi-instansi
atau
perusahaanperusahaan yang diangap berkepentingan.
Perusahaan itu dapat meliputi perusahaan bahan/
material bangunan, persewaan alat-alat berat,
konsultan, kontraktor, pemborong tenaga kerja,
instansi yang menangani masalah jasa dan
konstruksi
bangunan
serta
perusahaanperusahaan lainnya yang bisa dijadikan bahan
referensi.

2.

3.

Tahap informasi dalam rekayasa nilai
merupakan hal dasar bagi setiap penyelidikan
nilai.Dalam tahap ini, semua informasi yang penting
dikumpulkan untuk memahami dengan seksama
obyek yang diselidiki.Informasi tersebut kemudian

Mengenali obyek, mengkaji fungsi dan mencatat
biaya.
Setelah mendapatkan informasi, dilanjutkan
dengan pengenalan fakta obyek dari berbagai
aspek teknis, pengadaan, pabrikasi, fungsi, dan
biaya.

Identifikasi Biaya Tinggi.
Dalam mengidentifikasi pekerjaan yang
berindikasi biaya tinggi terdapat beberapa teknik
yang digunakan diantaranya menurut Dell ‘Isola
(1982) adalah sebagai berikut :
a.

Project information.
Pada tahap ini melakukan pengumpulan datadata atau informasi mengenai proyek yang
didapat dari perencana atau kontraktor pelaksana
diantaranya yaitu: RAB, gambar bestek, rencana
kerja dan syarat, dan lain-lain.

Tahap Informasi (information phase)
Tujuan dari tahap informasi adalah
mendapatkan sebanyak mungkin informasi mengenai
data-data proyek.Setelah data terpenuhi, hal yang
perlu dilakukan selanjudnya adalah mengidentifikasi
secara lengkap dari item-item pekerjaan berbiaya
tinggi dan identifikasi pekerjaan berbiaya tidak
diperlukan, estimasi biaya yang mendasar pada
fungsi pokok item pekerjaan.

Mengumpulkan informasi dan fakta.
Informasi dikumpulkan untuk merumuskan
jawaban dari pertanyaan tentang kegunaan,
biaya, harga dan fungsi dari obyek yang diteliti
berdasarkan atas fakta.

Analisa Data
Analisa data dalam penelitian adalah
penerapan rekayasa nilai terhadap obyek yang diteliti
melalui tahapan-tahan berikut :

Merumuskan masalah.
Sebelum mengumpulkan informasi, harus ada
kejelasan dan pengertian mengenai masalah
yang dihadapi.Dalam suatu proyek, harus
diketahui tujuan dan potensi-potensi masalah
yang dapat muncul selama pelaksanaan.

Pengamatan (Observasi).
Pengamatan adalah upaya merekam
kejadian yang terjadi dilapangan tanpa
mengubah perilaku atau suasana obyek
yang diamati. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara melihat langsung fakta-fakta
yang ada di lokasi proyek.

2.

dianalisa untuk menemukan fungsi-fungsi obyek,
sehingga dapat diklasifikasikan sebagai fungsi utama
atau sekunder. Tahap ini meliputi langkah-langkah :

b.

Cost model.
Cost model merupakan metode yang digunakan
untuk mengorganisasi dan mendistribusikan
biaya kedalam fungsional sehingga dapat
dengan mudah didefinisikan dan diukur.

c.

Hukum Pareto.
Berdasarkan hukum pareto dalam melakukan
teknik ini sistem dan subsistem diranking
menurut biaya persatuan dari yang tertinggi

sampai yang terendah, membaginya kedalam
area fungsional dan menganalisanya melalui
Hukum Pareto. Rekayasa nilai pada dasarnya
dapat diaplikasikan pada semua hal, sebab
semua hal memiliki fungsi, dan semua biaya
adalah untuk fungsi. Namun dalam melakukan
proses rekayasa nilai, berlaku hukum pareto
yang menyatakan yaitu 80 % dari biaya total
dikandung oleh 20 % komponen aktifitas
pekerjaan.

b.

Fungsi sekunder adalah kegunaan tidak
langsung untuk memenuhi dan melengkapi
fungsi
dasar,
tetapi
diperlukan
untuk
menunjangnya. Fungsi sekunder seringkali dapat
menimbulkan
hal-hal
yang
kurang
menguntungkan. Misalnya struktur pondasi
Basement dapat digunakan sebagai ruang parkir
atau penggunaan lainnya, tetapi dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan muka air
tanah. Jika fungsi sekunder dihilangkan, tidak
akan mengganggu kemampuan dari fungsi
utama.

c.

Fungsi tak perlu adalah apa saja yang diberikan
dan tidak mempunyai nilai kegunaan, nilai
tambah, nilai tukar atau nilai estetika. Fungsi
suatu benda dapat juga diidentifikasikan dengan
menggunakan kata kerja dan kata benda, seperti
pada tabel berikut.

Identifikasi Item Pekerjaan Berbiaya Tidak
Diperlukan.
Pada tahap ini dilakukan investigasi dengan
analisa fungsi (Function Analysis) yang
bertujuan mengklasifikasi fungsi utama maupun
fungsi penunjang.
Fungsi menurut
dibedakan atas :

James

J.O’Brien

(1976)

a.

Fungsi dasar yaitu fungsi, tujuan atau prosedur
yang merupakan tujuan utama dan harus
dipenuhi.

b.

Fungsi sekunder yaitu fungsi pendukung yang
mungkin dibutuhkan tetapi tidak melaksanakan
kerja sebenarnya.
Menurut Crum (1971) fungsi adalah apa saja
yang dapat diberikan atau dilakukan oleh suatu
produk yang dapat digunakan untuk bekerja.
Fungsi tak perlu adalah apa saja yang diberikan
dan tidak mempunyai nilai kegunaan, nilai
tambah, nilai tukar atau nilai estetika. L. Miles
menerangkan kategori fungsi sebagai berikut :

a.

Fungsi dasar, yaitu alasan pokok sistem itu
terwujud. Contohnya konstruksi pondasi, fungsi
pokoknya menyalurkan beban bangunan kepada
tanah dasar, hal tersebut yang mendorong
pembuatan konstruksi pondasi. Sifat-sifat fungsi
dasar adalah sekali ditentukan tidak dapat
diubah lagi. Bila fungsi dasarnya telah hilang,
maka hilang pula nilai jual yang melekat pada
fungsi tersebut.

Dari rumus tersebut di atas, maka nilai
dapat ditingkatkan dengan cara berikut :
1.

Meningkatkan fungsi
menambah biaya.

atau

manfaat

tanpa

2.

Mengurangi biaya dengan mempertahankan
fungsi atau manfaat.

3.

Kombinasi dari keduanya.

Pengurangan biaya asli tidak boleh
mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat mutu
dan kehandalan produk. Mutu dan kehandalan yang
terlalu tinggi di luar kebutuhan konsumen
samadengan pemborosan biaya produksi dan
penggunaan material yang berlebihan. Tetapi biaya
terendah bukan berarti nilai terbaik, karena pada
suatu keadaan, biaya terendah akan menunjukkan
nilai yang terburuk.
Langkah final pada tahap informasi adalah
menentukan
rasiocost/woth.Rasiocost/worth
mengindikasikan efisiensi dari suatu desain atau item
dari sini juga dapat diketahui biaya–biaya tinggi atau
pun biaya–biaya yang tidak diperlukan.
Tahap Kreatif (creative phase)
Pada tahap ini akan digali sebanyak
mungkin ide dan gagasan alternatif dengan tujuan
untuk mendapatkan pemecahan pilihan dengan biaya

lebih murah dari harga awal tanpa mengurangi fungsi
pokoknya.
Dalam
tahap kreatif
dikembangkan
sejumlah metode alternatif demi tercapainya fungsi
dasar. Pertanyaan yang harus dijawab pada tahap ini
adalah hal-hal alternatif apa sajakah yang dapat
dilakukan untuk menampilkan fungsi aktifitas
pekerjaan.
Oleh
karena
itu,
pemahaman
permasalahan
sangatlah
diperlukan
untuk
memecahkan masalah.Pemikiran ataupun ide - ide
kreatif digunakan untuk memunculkan alternatif
pemecahan dengan biaya yang lebih murah.
Tahap Analisa(analysis phase)
Pada tahap analisa ini dilakukan studi lebih
lanjut terhadap gagasan-gagasan alternatif antara
lain; menyeleksi keutungan dan kerugian analisa
sirklus hidup proyek, dan analisa pembobotan
kreteria dalam pemilihan alternatif guna mendapat
alternatif yang paling potensial dan menguntungkan.
Ide-ide dan pemikiran yang telah muncul
sebelumnya akan mengalami analisa dan kritik pada
tahap ini. Penyaringan dan kombinasi antara
kepentingan proses produksi, pemasaran dan fungsi
akan mengalami kristalisasi, artinya yang pada tahap
sebelumnya masih berupa ide dan pemikiran, kini
meningkat pada pemecahan secara konkrit. Proses ini
berkaitan dengan pemilihan dan pemberian
keputusan yang akan memberi jalan pengembangan
pemecahan yang bisa diimplementasikan.
Pada analisa keuntungan dan kerugian, ideide didapatkan pada tahap kreatif dicatat keuntungan
dan
kerugiannya,
kemudian
diberi
bobot
nilai.Evaluasi ide harus seobjektif mungkin.Langkah
selanjutnya adalah keuntungan dan kerugian masingmasing ide kreatif dicatat, kemudian masing-masing
alternatif diberi peringkat (rangking).Pemberian
rangking ini bertujuan untuk mengklasifikasikan
alternatif-alternatif sesuai urutan keuntungan dan
kerugiannya.Alternatif dengan rangking tertinggi
ditunjukkan dengan pemberian angka terkecil, yaitu
menunjukkan bahwa alternatif tersebut merupakan
alternatif terbaik.Demikian sebaliknya, alternatif
dengan rangking terendah ditunjukkan dengan
pemberian nilai tertinggi, yang menunjukkan
alternatif terjelek.

Pemberian rangking kepada setiap alternatif
dalam analisa ini mengikutkan aturan-aturan sebagai
berukut :
a.

Rangking tertinggi diberikan kepada alternatif
yang mempunyai keuntungan lebih banyak dan
kerugian paling sedikit

b.

Rangking-rangking berikutnya diberikan kepada
alternatif-alternatif dengan keuntungan lebih
sedikit dari rangking sebelumnya dan
mempunyai kerugian lebih banyak dari rangking
sebelumnya

c.

Rangking terendah diberikan kepada alternatifalternatif yang mempunyai biaya (cost)
termahal, mempunyai keuntungan lebih sedikit
dan kerugian terbanyak

Untuk menangani tahap analisa, diperlukan
personil yang berpengalaman mengenai pengetahuan
luas berkaitan dengan obyek yang dikaji.
Tahap Rekomendasi (Recommendation Phase)
Pada tahap ini merupakan tahap akhir yang
bertujuan untuk memberikan rekomendasi secara
tertulis dari alternafif terpilih dengan pertimbangan
dari analisa sebelumnya. Tahap rekomendasi
merupakan proses mengajukan ide terbaik yang
diusulkan untuk bisa diterima dan dilaksanakan
untuk pemilik. Rekomendasi bisa mengubah desain
dan penghematan menjadi salah satu ukuran bahwa
usulan tersebut bisa diterima.Dalam tahap
rekomendasi
disajikan
keistemewaan
dan
keunggulan konsep dari usulan desain baru yang bisa
menjadi dasar alasan bagi pemilik untuk menerima
perubahan.
PENERAPAN REKAYASA NILAI
Studi Rekayasa Nilai
Studi rekayasa nilai dimaksudkan untuk
mencari dan mendapatkan item-item pekerjaan
proyek yang sekiranya cukup signifikan untuk
dianalisa dengan metode rekayasa nilai. Namun
dalam penelitian ini, karena keterbatasan waktu dan
pengusaan pengetahuaan hanya akan ditinjau pada
pekerjaan struktur dan arsitektur tidak termasuk
pekerjaan mekanikal dan elektrikal, maka penulis
memberikan batasan yang akan ditinjau untuk

selanjutnya di lakukan identifikasi permasalahan dan
tahapan-tahapan penerapan rekayasa nilai. Yaitu
pada pekerjaan struktur yang mempunyai bobot 60 %
dan pekerjaan arsitektur 15 % dari total bobot
keseluruhan pekerjaan proyek. Bila kedua pekerjaan
ini yang dilakukan analisa rekaysa nilaimaka potensi
penghematan dari penerapan rekayasa nilai sudah
cukup besar dan memenuhi harapan dari upaya
penghematan.
Penerapan rekaysa nilai dilakukan melalui
tahapan-tahapan seperti disajikan dalam Gambar
4.1.berikut :

Uraian
Data Teknis Proyek
Kreteria Design Mutu Beton :
1
Gambar 4.1 Tahapan Penerapan Rekayasa Nilai

Pekerjaan Struktur
Hasil identifikasi pekerjaan struktur berbiaya tinggi disajikan pada Tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.1. Breakdown Cost Model Pekerjaan Struktur
N
o

Uraian Pekerjaan

1

Pekerjaan Struktur
Beton plat lantai 2 K. 350 tebal 15 cm

2

Beton plat lantai 3 K. 350 tebal 15 cm

3

Beton plat lantai 4 K. 350 tebal 15 cm

4

Beton plat lantai atap K. 350 tebal 15 cm

5

Beton plat lantai atap K. 350 tebal 15 cm

6

Beton tangga gedung parkir K.350 type 2 dari lt.04 ke lt.atap

7

Beton plat lantai dasar K. 350 tebal 15 cm

8

Beton plat oprit K.350 tebal 15 cm

9

Beton plat oprit K.350 tebal 15 cm

10

Beton plat oprit K.350 tebal 15 cm

11

Beton plat oprit K.350 tebal 15 cm

12

Beton plat atap gedung parkir K.350 tebal 15 cm

13

Beton kolom lantai 1 K. 350 type K1a

14

Beton kolom lantai 2 K. 350 type K1a

15

Beton balok lantai 1 K. 350 type G1

16

Beton balok lantai 2 K. 350 type G1

17

Beton balok lantai 3 K. 350 type G1

18
19

Beton balok lantai 4 K. 350 type G1

Beton balok lantai atap K. 350 type G1

Berikut ini dengan mengunakan dasar
hukum distribusi pareto disajikan pada Gambar 4.3. :

GRAFIK PARETO
100
90
80
70
60

Bobot

Kumulatif

Satuan
( Rp )

Biaya
(%)

Biaya
(%)

1,415,581,394.38
1,415,581,394.3
8
867,897,551.7
7
867,897,551.7
7
867,897,551.7
7
697,232,915.9
3
511,589,433.8
7
492,987,722.1
9
492,987,722.1
9
492,987,722.1
9
492,987,722.1
9
372,571,714.0
1
289,240,762.0
9
289,240,762.0
9
279,512,194.4
2
279,512,194.4
2
279,512,194.4
2
279,512,194.4
2
279,512,194.4
2
279,512,194.4
2

Beton balok lantai atap K. 350 type G1
20

Jumlah Harga

Kumulatif
Item
Pekerjaan
(%)

6.605

6.605

15.646

6.605

13.211

24.838

4.050

17.261

29.867

4.050

21.310

33.721

4.050

25.360

37.133

3.253

28.614

40.545

2.387

31.001

43.674

2.300

33.301

45.941

2.300

35.602

48.208

2.300

37.902

50.300

2.300

40.203

52.391

1.739

41.941

54.483

1.350

43.291

56.575

1.350

44.640

57.912

1.304

45.945

59.100

1.304

47.249

60.288

1.304

48.553

61.477

1.304

49.857

62.665

1.304

51.162

63.660

1.304

52.466

64.616

Gambar 4.2. Diagram Pareto untuk Pekerjaan
Struktur
Breakdown cost model dan grafikpareto
pekerjaan Strukturproyek didapatkan 16 item
pekerjaan yaitu sebanyak 60 % dari item pekerjaan
total proyek yang memiliki biaya tinggi mencapai 47
% dari nilai total pekerjaan struktur, biaya tertinggi
yaitu sebagai berikut :
a.
b.

Beton pelat lantai-2 K.350 tebal 15 cm
Beton pelat lantai-3 K.350 tebal 15 cm

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Beton pelat lantai-4 K.350 tebal 15 cm
Beton pelat lantai atap K.350 tebal 15 cm
Beton pelat lantai atap K.350 tebal 15 cm
Beton tangga gedung parkir K.350 type 2 dari
lt.4 ke atap
Beton pelat lantai daras K.350 tebal 15 cm
Beton kolom oprit K.350 tebal 15 cm
Beton kolom oprit K.350 tebal 15 cm
Beton kolom oprit K.350 tebal 15 cm

k. Beton kolom oprit K.350 tebal 15 cm
l. Pondasi bored pile K.250 type 2
m. Beton pelat atap gedung parkir K.350 tebal 15
cm
n. Beton kolom lantai 1 K 350 type K1a
o. Beton kolom lantai 2 K 350 type K1a
p. Beton balok lantai 1 K 350 type G1

Pekerjaan Arsitektur
Hasil identifikasi pekerjaan arsitektur berbiaya tinggi disajikan pada Tabel 4.6.berikut ini :
Tabel 4.2. BreakdownCost Model Pekerjaan Artsitektur

No

Uraian Pekerjaan

Kumulatif

Jumlah Harga

Bobot

Kumulatif

Satuan

Biaya

Biaya

Pekerjaan

( Rp )

(%)

(%)

(%)

Item

Pekerjaan Arsitektur
1

Mini vault room ( spesifikasi terpasang ) :

250,000,000.00

4.809

4.809

6.210

2

Finishing dinding lapis ACP setara ALCOPLA

197,820,000.00

3.805

8.614

12.209

3

Finishing dinding lapis ACP setara ALCOPLA

197,820,000.00

3.805

12.419

18.122

4

Finishing dinding lapis ACP setara ALCOPLA

197,820,000.00

3.805

16.224

23.961

5

Pas.batu bata 1:6 lantai 1

148,866,319.88

2.863

19.087

29.604

6

Pasangan batu bata 1:6

142,064,440.68

2.733

21.820

35.087

7

Pasangan batu bata 1:6

138,033,619.17

2.655

24.475

38.585

8

Plesteran 1:6 lantai 1

115,362,225.37

2.219

26.694

42.084

9

Plesteran 1:6

110,091,188.09

2.118

28.811

45.041

10

Plesteran 1:6

106,967,549.78

2.058

30.869

47.862

11

Lantai floor hardener

100,321,800.00

1.930

32.799

50.604

12

Lantai floor hardener

100,321,800.00

1.930

34.728

52.943

13

Lantai floor hardener

100,321,800.00

1.930

36.658

55.283

14

Lantai floor hardener

100,321,800.00

1.930

38.588

57.623

15

Lantai floor hardener

100,321,800.00

1.930

40.517

59.963

Dengan
mengunakan
dasar
hukum
distribusi pareto pekerjaan arsitekturdisajikan pada
Gambar 4.4. berikut ini :

GRAFIK PARETO

%
K
U
M
U
L
A
T
I
F
B
I
A
Y
A

100
90
Gambar 4.3. Diagram Pareto untuk Pekerjaan
80
Arsitektur
70Dari hasil Breakdown cost model dan
pembacaan grafik pareto untuk pekerjaan arsitektur
60 13 item pekerjaan berbiaya tinggi.
didapatkan
Melalui pembacaan grafik yaitu bahwa 80 %
kumulatif50biaya total pekerjaan adalah dari bobot
kumulatif item pekerjaan sebesar 55 %. Sehingga
didapatkan
40 pula nilai biaya tinggi mencapai 36 %
dari nilai total pekerjaan arsitektur yang paling
srategis 30
untuk dilakukan rekayasa nilai. Item
pekerjaan berbiaya tertinggi 36 % tersebut
terdistribusi
20 ke 13 item pekerjaan yaitu sebagai
berikut :
10
1. Minivault room ( spesifikasi terpasang)
0 dinding lapis ACP setara ALCOPLA
2. Finishing
3.

Finishing dinding lapis ACP setara ALCOPLA

4.

Finishing dinding lapis ACP setara ALCOPLA

5.

Pasang dinding batu bata 1:6 lantai 1

6.

Pasang dinding batu bata 1:6 lantai 2

7.

Pasang dinding batu bata 1:6 lantai 3

8.

Plesteran dinding 1:6 lantai 1

9.

Plesteran 1:6 lantai 2

% KUMULATIF ITEM PEKERJAAN

10. Plesteran 1:6 lantai 3
11. Lantai floor hardener

12. Lantai floor hardener
13. Lantai floor hardener
Pekerjaan berbiaya tinggi tersebut diatas
dikelompokan menjadi pekerjaan sejenis yang masih
ada keterkaitan sebagai komponen pekerjaan utama.
Dalam pekerjaan arsitektur, yang terdeteksi
pekerjaan berbiaya tinggi hanya akan dibahas pada
pekerjaan pasangan dinding dan plesteran yang
bukan merupakan produk jadi.
Identifikasi Item Pekerjaan Berbiaya Tidak
Diperlukan
Langkah final pada tahap informasi adalah
menentukan rasio cost/woth.Rasio cost/worth
mengindikasikan efisiensi dari suatu desain atau item
dari sini juga dapat diketahui biaya–biaya tinggi atau
pun biaya–biaya yang tidak diperlukan. Untuk
identifikasi item pekerjaan berbiaya tidak diperlukan,
selanjutnya akan disajikan pada tahap analisa fungsi
dalam pembahasan penerapan rekayasa nilai.

Column J

Analisa Perangkingan dengan Metode Zero – One
dan Indeks
Analisa perangkingan adalah suatu cara
yang digunakan dalam perekayasaan untuk mengkaji
lebih dalam semua alternatif yang dihadirkan baik
secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Dalam analisa perangkingan dilakukan
dengan 2 (dua) cara yang disajikan saling berkaitan
yaitu :
1.

Perangkingan metode zero – one

Sebelum kegiatan penelitian dilakukan
maka terlebih dahulu ditentukan kreteria yang
menjadi dasar penelitian untuk semua alternatif
rekayasa nilai.Dengan dihitung bobot sementara
untuk masing-masing alternatif rekayasa nilai
tersebut. Penghitungan bobot alternatif ini
didasarkan atas rumus :

Bobot

prioritas

(%)

angka rangking yang dimiliki
¿
x 100
jumlah angka rangking
Untuk penentuan angka rangking dilakukan
dengan cara terbalik tergantung jumlah fungsi yang

akan diprioritaskan. Dalam penelitian ini fungsi yang
akan diuji disajikan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.3. Kriteria Fungsi Alternatif

Uraian
Kreteria Design

Data Teknis Proyek
Mutu Beton :
2.
1

Kemudian setelah didapatkan angka bobot
diatas maka dilakukan analisa selanjutnya yaitu
dengan metode zero-one. Menurut Julianus (1995)
metode zero-one adalah salah satu cara pengambilan
keputusan yang bertujuan untuk menentukan urutan
prioritas fungsi-fungsi (kriteria).
Prinsip metode ini adalah menentukan
retalivitas suatu fungsi “lebih penting” atau “kurang
penting” terhadap fungsi lainnya.Fungsi yang “lebih
penting” diberi nilai (one), sedangkan fungsi yang
“jurang penting” diberi nilai (zero).Kemudian
dengan menghadirkan referensi perbandingan maka
akhirnya didapatkan indek untuk masing-masing
alternatif rekayasa nilai berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan.Keuntungan metode ini adalah
mudah dimengerti dan pelaksanaannya cepat dan
mudah.
Tabel 4.4. Penilaian dengan Zero-One terhadap
Fungsi

Uraian
Kreteria Design

Sebagai contoh untuk matriks diatas pada
baris 1 kolom 3 bernilai 1, sebaliknya baris 2 kolom
2 bernilai 0, artinya fungsi A lebih penting dari
fungsi B. Dari matriks diatas diperoleh urutan
prioritas adalah A, B, dan C (berdasarkan jumlah
nilai). Akhirnya pemakaian metode zero-one ini
digunakan secara terus menerus untuk semua
alternatif terhadap fungsi yang dimilikinya hingga
diketahui nilai indeknya.
Penilaian akhir
(pembobotan)

alternatif

dan

existing

Kemudian setelah diperoleh nilai indeks dan
bobot sementara dari semua kriteria untuk alternatif
yang dipakai maka dilakukan pembobotan akhir
dengan matrik evaluasi.Bagian dari metode ini yaitu
untuk mengetahui nilai prioritas dari suatu item yang
dihadirkan adalah dengan metode penilaian alternatif
dan existing.Seperti halnya contoh dalam Tabel
4.9.sebagai berikut :
Tabel 4.5. Penilaian Exiting dan Alternatif yang
Muncul

Uraian
Kreteria Design

Data Teknis Proyek
Mutu Beton :
1

Dari Tabel 4.9 nilai dari x didapat dengan

Data Teknis Proyek hasil perkalian indeks dengan bobot sementara. Dan
hasil total dari total (∑x) menjadi bobot kesemuanya
Mutu Beton :
alternatif yang berfungsi menjadi suatu alat untuk
1

Cara pelaksanaan metode zero-one ini
adalah dengan mengumpulkan fungsi-fungsi yang
tingkatannya sama, kemudian disusun dalam suatu
matriks zero–one yang berbentuk bujur sangkar.
Kemudian dilakukan penilaian fungsi-fungsi secara
berpasangan, sehingga ada matriksakan terisi x.
Nilai-nilai pada matriks ini kemudian dijumlah
menurut baris dan dikumpulkan pada kolom jumlah.

mengambil keputusan yang dapat menggabungkan
kriteria kualitatif (tak dapat diukur) dan kriteria
kuantitatif (dapat diukur). Dengan adanya
pembobotan dengan cara perbandingan nilai existing
dan alternatif nanti bertujuan agar dalam
penganalisaan
rekayasa
nilai
untuk
suatu
pembangunan konstruksi dengan menghadirkan
alternatif-alternatif tertentu ternyata mempunyai
tingkat kelemahan ataupun kelebihan yang berbeda
dilihat dalam segi yang lain.
Penerapan Rekayasa Nilai

Penerapan rekayasa nilai yang telah
dilakukan identifikasi terhadap item pekerjaan
berbiaya tinggi yang telah dibahas sebelumnya
dalam tinjauan studi rekayasa nilai yaitu :

perbandingan harga terhadap desain awal. Berikut
adalah tahapan-tahapan kreatif yang dilakukan untuk
pekerjaan pelat lantai yaitu :
1.

Pengumpulan gagasan alternatif pekerjaan
pelat lantai
Pengumpulan gagasan alternatef yang
didapatkan dari hasil survey, untuk pekerjaan pelat
lantai yang diharapkan bisa menggantikan desain
awal yaitu seperti disajikan dalam Tabel 4.11.berikut
ini :

Penerapa Rekayasa Nilai untuk Pekerjaan Pelat
Lantai
Penerapan rekayasa nilai untuk pekerjaan
pelat lantai dengan tahapan-tahapan berikut :
A. Tahap informasi pekerjaan pelat lantai
Berikut analisa fungsi terhadap pekerjaan
pelat exsisting yaitu mengunakan metode pelat lantai
beton konvensional, dapat dijelaskan pada tabel 4.10:

Tabel 4.7. Pengumpulan Alternatif Pekerjaan Pelat
Lantai
Tabel 4.6. Analisa Fungsi Pekerjaan Pelat Lantai

Uraian
Kreteria Design

Proyek
Lokasi
Item
Fungsi
Notasi
A0

Data Teknis Proyek
Mutu Beton :
1

Hasil rasio cost/worth dari desain atau item
pekerjaan pelat lantai beton menunjukan angka 1,89
yang berarti potensial untuk dilakukan rekayasa nilai
karena adanya komponen berbiaya tidak diperlukan
yang sebenarnya bisa dihilangkan dengan metode
pengerjaan yang lebih sederhana.
B. Tahap kreatif pekerjaan pelat lantai
Tahap kreatif pekerjaan pelat lantai yaitu
mengumpulkan
gagasan
alternatif
untuk
mengantikan desain awal yang diharapkan
mempunya kehandalan yang lebih baik.Alternatif
yang dihadirkan perlu diketahui spesifikasi teknis
dan biaya yang dibutuhkan, sehingga diperoleh

A1
A2

2.

TAHAP KREATIF
Pengumpulan Alternatif
: Pembangunan Gedung Serbaguna Universitas
Negeri Semarang
: Universitas Negeri Semarang
: Pekerjaan Beton Pelat Lantai
: Menerima Beban
Alternatif
Desain Original :
Pelat Lantai Beton Konvensional : mutu beton
K350, besi polos, begesting
Pelat lantai dengan floor deck: beton mutu
K350, pembesian, pelat baja gelombang
Pelat lantai precast : Hollo cor slab, angkur,
crene

Perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai

Setelah dilakukan analisa pada masingmasing alternatif yang dihadirkan mendapatkan
perbandingan biaya seperti Tabel 4.15.sebagai
berikut :
Tabel 4.8. Hasil Perbandingan Biaya peke