Makalah Belajar dan Pembelajaran Jenis J

JENIS JENIS BELAJAR
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran

Fitri Maiziani

Disusun oleh :

1.
2.
3.
4.

Mery Maharani
Nolis Febry Anggraini
Yuli Hartini
Ulli Pena Ardo Prianto

(150384205044)
(150384205048)
(150384205067)
(150384205079)


Program Studi Biologi
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tahun ajaran 2015/2016

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan karuniaNya lah makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini membahas tentang
Belajar dan Pembelajaran, dimana pada makalah ini pokok topic yang dibahas ialah Jenis
Jenis Belajar.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen matakuliah Belajar dan
Pembelajaran 2015 Ibu Fitri Maiziani, atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada
kami, serta ucapan terima kasih kepada teman - teman yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah ini.
Dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami memohon
kritik dan saran yang membangun, agar pada pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih
baik. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.


Tanjungpinang, 6 Oktober 2015

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar…………………………………………………………...

i

Daftar Isi …………………………………………………………………

ii

Pendahuluan …………………………………………………………….

1

A.
B.

C.

Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan

Isi …………………………………………………………………………

2-8

Penutup ………………………………………………………………….

9

D.
E.

Kesimpulan ……………………………………………………
Kritik & Saran ………………………………………………..


Revisi …………………………………………………………………….
F.
G.

9
9
10

Pertanyaan …………………………………………………….
Jawaban ……………………………………………………….

10
11

Daftar Pustaka …………………………………………………………..

12

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha
yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar.
Dalam belajar pun kita harus mengetahui jenis jenis belajar.
Dengan demikian, seorang guru harus mempelajari terlebih dahulu apa itu jenis
jenis belajar yang apat mempermudah proses mengajar. Karena tanpa adanya jenis
jenis belajar seorang guru akan sulit untuk menyampaikan materi sesui ranvangan
yang telah ditentukan.
Berkaitan dengan ini, kami membuat suatu makalah yang berisikan tentang jenis
jenis belajar. Dimana disana kami telah menguraikan beberapa konsep yang
mungkin dapat dipahami dan dapat menyelesaikan suatu permasalahan dari
seorang guru yang telah mengajar tanpa ada hambatan apapun. Kami akan
menguraikan jenis jenis belajar tentang belajar arti kata, belajar kognitif, belajar
menghapal, belajar teoritis, belajar konsep, belajar berpikir, belajar kaidah,
keterampilan motorik, dan belajar estetis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Jenis Jenis Belajar?
2. Komponen apa sajakah yang terdapat dalam jenis jenis belajar?

C. Tujuan

1. Dapat mengetahui serta memahami Jenis Jenis Belajar

2. Dapat mengetahui serta memahami komponen dari Jenis Jenis Belajar

ISI
A. Jenis Jenis Belajar
Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan perubahan
itu bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai cirri-ciri
masing-masing. Para ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba
membagi jenis-jenis belajar ini. Oleh karena itu, sampai saat ini belum ada
kesepakatan atau keragaman dalam merumuskannya. A. De Block misalnya
berbeda dengan C. Van Parreren dalam merumuskan sistematika jenis-jnis belajar.
Demikian juga antara rumusan sistematika jenis-jenis belajar yang dikemukakan
oleh C. Van Parreren dengan Robert M. Gagne.
Oleh karena itu, jenis-jenis belajar yang diuraikan berikut ini menyangkut
masalah belajar arti kata-kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar teoritis,
belajar kaedah, belajar konsef/pengertian, belajar keterampilan motorik, dan
belajar estetik. Untuk jelasnya ikutilah uraian berikut :
1. Belajar arti kata-kata
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang

terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah
dikenal, tetapi belum tahu artinya. Misalnya, pada anak kecil, dia sudah
mengetahui kata “kucing” atau “anjing”, tetapi dia belum mengetahui bendanya,
yaitu binatang yang disebutkan dengan kata itu. Namun lama kelamaan dia
mengetahui juga apa arti kata “kucing” atau “anjing”,. Dia sudah tahu bahwa
kedua binatang itu berkaki empat dan dapat berlari. Suatu ketika melihat seekor
anjing dan anak tadi menyebutnya “kucing”. Koreksi dilakukan bahwa itu bukan

kucing, tetapi anjing. Anak itu pun tahu bahwa anjing bertubuh besar dengan
telinga yang cukup panjang, dan kucing itu bertubuh kecil dengan telinga yang
kecil dari pada anjing.
Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang
belum diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalau pun dapat
menggunakannya, tidak urung ditemukan kesalahan penggunaan. Mengerti arti
kata-kata merupakan dasar-dasar terpenting. Orang yang membaca akan
mengalami kesukaran untuk memahami isi bacaan. Karena ide-ide yang terpatri
dalam setiap kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis atau pengarang
melukiskan ide-idenya kepada siding pembaca. Oleh karena itu, penguasaan arti
kata-kata adalah penting dalam belajar.
2. Belajar Kognitif

Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah
mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui
tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental.
Misalnya, seseorang menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalamannya
kepada temuannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam
perjalanan, dia tidak tidak dapat menghadirrkan objek-objek yang pernah
dilihatnya selama dalam perjalanan itu di hadapan temannya itu, dia hanya dapat
menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Gagasan
atau tanggapan tentang objek-objek yang dilihat itu dituangkan dalam kata-kata
atau kalimat yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
Bila tanggapan berupa objek-objek materiil dan tidak materiil telah dimiliki,
maka seseorang telah mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti semakin banyak
pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, semakin luaslah alam pikiran kognitif
orang itu.
Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa
melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak
berproses ketika memberikan tanggapan terhadap ojek-objek yang diamati.
Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental yang bergerak kearah
perubahan.


3. Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam
ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan {diingat} kembali secara harfiah,
sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu
waktu bila diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.
Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai
tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal
dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak
terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian
adalah kacau, dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.
4. Belajar Teoritis
Bentuk belajar ini bertujuan menempatkan semua data dan fakta {pengetahuan}
dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami dan digunakan
untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah.
Maka, diciptakan konsep dan relasi di antara konsep-konsep dan struktur-struktur
hubungan. Missalnya, “bujur sangkar” mencakup semua persegi empat; iklim dan
cuaca berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman; tumbuh-tumbuhan dibagi
dalam genus dan species. Sekaligus dikembangkan dalam metode-metode untuk
memecahkan problem-problem secara efektif dan efesien, misalnya dalam
penelitian fisika.

5. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan
abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan
dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam
bentuk repressentasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan
dalam bentuk suatu kata {lambang bahasa}.
Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan.
Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam
lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi,
tumbuhan, rumah, mobil, sepeda motor dan sebagainya. Konsep yang didefinisikan

adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada
realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Hanya
dirasakan adanya melalui proses mental. Misalnya, saudara sepupu, saudara
kandung, paman, bibi, belajar, perkawinan, dan sebagainya, adalah kata-kata yang
tidak dapat dilihat dengan mata biasa, bahkan dengan mikroskop sekalipun. Untuk
memberikan pengertian pada semua kata itu diperlukan konsep yang didefinisikan
dengan menggunakan lambang bahasa.
Ahmad adalah saudara sepupu Mahmud; merupakan kenyataan {realitas},

tetapi tidak dapat diketahui dengan mengamati Ahmad dan Mahmud. Kenyataan
itu dapat diketahui dengan menggunakan lambang bahasa. Kata “saudara sepupu”
dijelaskan. Penjelasan atas kata “saudara sepupu” itulah yang dimaksudkan disini
dengan konsep yang didefinisikan. Berdasarkan konsep yang didefinisikan,
didapatkan pengertian, sauadara sepupu adalah anak dari paman atau bibi.
Akhirnya, belajar konsep adalah berfikir dalam konsep dan belajar pengertian.
Taraf ini adalah taraf konprehensif. Taraf kedua dalam taraf berfikir. Taraf
pertamanya adalah taraf pengetahuan, yaitu belajar reseptif atau menerima.
6. Belajar Kaidah
Belajar kaidah termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual yang
dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih
dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu
keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan
beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, “besi dipanaskan memuai”, karena
seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai “besi”, “dipanaskan” dan
“memuai”, dan dapat menentukan adanya suatu relasi yang tetap antara ketiga
konsep dasar itu {besi, dipanaskan, dan memuai}, maka dia dengan yakin
mengatakan bahwa “besi dipanaskan memuai”.
Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah
merupakan suatu representasi {gambaran} mental dari kenyataan hidup dan sangat
berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah
merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu,
belajar kaidah sangat penting bagi seseorang sebagai salah salah satu upaya
penguasaan ilmu selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi {universitas}.

7. Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus
dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam
pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya
menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.
Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir divergen.
Berpikir konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban
yang paling tepat atau satu pemecahan dari suatu masalah.berpikir divergen adalah
berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh jawaban-jawaban unit yang
berbeda-beda tetapi benar.
Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah
adalah sebagai berikut:
a. Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.
b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.
d. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis,
kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima
atau ditolak.
e. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku
sabagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada
kesimpulan.
Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai
berikut:
a. Kesadaran akan adanya masalah.
b. Merumuskan masalah.
c. Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.

d. Menguji hipotesis-hipotesis itu.
e. Menerima hipotesis yang benar.
8. Keterampilan Motorik
Semua kegiatan manusia bergantung pada aspek motoriknya dalam
melaksanakan aktifitasnya mulai dari berjalan, berlari, bernapas. Sehingga David
Gallahue menyatakan bahwa motorik adalah factor dasar yang mempengaruhi
gerakan. Hal ini dikarenakan tanpa adanya motorik maka tdak akan ada gerakan
dan tidak ada aktifitas bila tidak ada gerakan. Sedangkan keterampilan motorik
menurut Gagne adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam
urusan dan kordinasi, sehingga terwujud gerak otomatisasi. Keterampilan motorik
yang dimaksud adalah keterampilan dalam melakukan gerakan-gerakan fisik yang
memerlukan koordinasi antara otot dengan saraf untuk menghasilkan gerakan yang
terotomatisasi.
Ketika seseorang melakukan sebuh keterampilan motorik berupa tindakan maka
bagian tubuh tersebut mendapat control gerakan yang alami dan sukarela dari
bagian tubuh yang meliputi tindakan tadi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
keterampilan motorik adalah tindakan yang berupa serangkaian gerakan sukarela
hasil control bagian-bagian tubuh yang melatari tindakan tersebut.
Penguasaan suatu keterampilan motorik merupakan suatu proses dimana
seseorang mengembangkan seperangkat respon kedalam suatu pola gerak yang
terkoordinasi, terorganisasi, dan terpadu. Tiap keterampilan motorik memerlukan
pengorganisasian berupa gerakan otot, baik dalam aspek tempat maupun waktu.
Keterampilan motorik dibagi menjadi keteranpilan motorik kasar dan
keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik kasar merupakan keterampilan
yang meliputi aktifitas otot besar, seperti menggerakkan lengan dan berjalan. Jadi
keterampilan motorik kasar lebih kepada kegiatan yang melibatkan control tubuh
dan koordinasi yang baik dan aktifitas yang bersifat bergerak.
Sedangkan keterampilan motorik halus melibatkan kegiatan yang diatur secara
halus seperti menggenggam mainan, mengancing baju, atau melakukan apapun
yang memerlukan keterampilan tangan menunjukkan keterampilan motorik halus.
Keterampilan motorik halus melibatkan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jari,

tangan, lengan dan membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata-tangan. Seperti
makan, menggambar, menulis, mengetik dan menjahit.
9. Belajar Estetis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk membentuk kemampuan menghayati keindahan,
bahkan menciptakan keindahan dalam berbagai segi kehidupan. Yang mana
keindahan itu terdapat dimana-mana. Seperti pelukis menuangkan imajinasinya
dalam lukisan, sastrawan dalam bentuk sajak, dan komponis dalam bentuk lagu.
Dalam diri manusia terdapat jiwa estetis yang perlu dikembangkan melalui belajar,
yaitu belajar estetis. Yang mana belajar ini mencakup fakta, seperti nama Mozart
sebagai pengubah music klasik, konsep seperti ritme, tema dan komposisi relasi
seperti hubungan antara bantuk dan isi; struktur seperti sistematika warna dan
aliran seni dalam seni lukis; dan metode seperti nilai motto dan orgnilitas karya
seni.

PENUTUP

D. Kesimpulan
Belajar itu sendiri memiliki beberapa jenis jenis belajar yang mana diantaranya
ialah, belajar arti kata, belajar kognitif, belajar menghafal,belajar teoritis, belajar
konsep, belajar kaidah belajar berpikir, keterampilan motorik, dan belajar estetis.

E. Kritik dan Saran

REVISI
A. Pertanyaan
1. Selly Soraya
Mengapa terjadi perbedaan dalam menghafal, serta fakor apa saja yang mempengaruhi cara
menghafal seseorang?
2. Azra Yulia Rahayu
Bagaimana cara pendidik menerapkan cara menghafal yang efektif agar para peserta didik tidak
mudah lupa?
3. Sandy Oktora
Setiap orang memiliki cara menghafal yang berbeda seperti seseorang akan mudah menghafal
suatu materi ketika berlari, dalam keadaan sunyi, ataupun mendengarkan lagu. Apakah cara-cara
tersebut baik atau tidak? Jelaskan!
4. Rosyanti
Apa keterkaitan jenis jenis belajar dengan belajar?
5. Azheinita Eka Putri
Bagaimana tanggapan para penyaji mengenai cara belajar siswa yang “bersikap santai” saat
proses pembelajaran sedang berlangsung?
6. Jumaira
Jelaskan dan berikan contoh cara belajar berpikir konvergen dan divergen?

B. Jawaban
1. Adanya perbedaan cara menghafal ini membuktikan bahwa setiap individu memiliki cara
tersendiri yang membedakannya dengan individu lain. Ada individu yang akan dengan
mudah menyerap apa yang ia baca jika ia dalam keadaan sunyi, ada yang lebih mudah
menyerap jika melakukan gerakan tertentu (seperti, mengayun-ayunkan kaki, atau jemari
tangan mengetuk-ketuk meja, dsb), ada yang akan mudah menyerap jika mendengarkan
(seperti saat pelajaraan sedang berlangsung guru menerangkan didepan kelas, atau seperti
telah mendengarkan lagu-lagu tertentu sehingga membuatnya lebih rileks saat akan
memulai suatu pelajaran).
Factor yang mempengaruhi cara menghafal ialah :
 Kecerdasan IQ : karena setiap individu memiliki tingkat IQ yang berbeda. Ada
yang IQ mereka diatas standar sehingga materi pembelajaran akan sangat mudah
untuk diserap, ada pula yang IQ mereka masih sangat standar sehingga mereka
memerlukan pengulangan materi untuk beberapa kali agar dapat diserap oleh
mereka.
 Keseriusan : jika seseorang sudah serius dalam mengerjakan sesuatu maka
hambatan sesulit apapun akan tertempuh. Tidak hanya dalam menghafal.
Seseorang yang sudah memiliki keseriusan dalam mengahafal akan
 Kesiapan Mental : seseorang yang telah memiliki kesiapan mental akan selalu
merasa siap tentang hal yang akan dilakukannya. Sama halnya dengan menghafal,
jika seseorang belum cukup siap mental nya untuk menghafal suatu materi
pembelajaran maka ia tidak akan pernah bisa menhghafal, jikapun ia telah hafal
pasti ada saja sesuatu yang membuat hafalannya menjadi kacau dan tidak terarah.
2. Ada banyak sekali cara menghafal, hanya saja disini membutuhkan kreaktifitas pendidik
dan peserta didik. Misalnya pendidik bisa menggunakan metode menghafal seperti ; jika
dalam kimia, cara mudah untuk menghafal system periodic dan deret volta adalah dengan
memberikan istilah yang mudah diingat oleh peserta didik, yang mana peserta didik
diberi kesmpatan untuk berkreaksi dalam mengganti istilah tersebut ke dalam apa yang ia
mudah mengeri dan ingat ; jika dalam biologi, pendidik bisa menyingkat suatu istilah
yang rumit menjadi sesuatu yang mudah diingat seperti pada materi strukur batang

tumbuhan “EKor Endo Kambing S(x)y Emen” dimana artinya adalah Epidermis,
Korteks, Endodermis, Kambium, Xylem, Floem, Empulur. Dll
3. Metode menghafal apa saja itu adalah baik, akan tetapi metode itu harus sesuai dengan
kemampuan individu tersebut, tanpa harus mengganggu aktivitas yang lainnya. Misalnya
saja seseoarang akan lebih mudah menghafal jika berlari, selama kegiatan itu tidak
membuatnya terganggu adalah tidak masalah, karena selama hal itu membuatnya nyaman
dan mudah mengerti tentang hal yang ia lakukan it is not a problem.
4. Belajar itu sendiri adalah perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan seperti
membaca, melihat, mendengar, meniru dan mengamati untuk memperoleh keterampilan,
nilai-nilai, serta sikap-sikap yang berguna dalam kehidupan. Walaupun belajar dikataka
berubah, namun untuk mendapatkan perubahan tersebut memiliki berbagai macam ciri
atau jenis. Sehingga terdapat didalamnya jenis-jenis belajar.
5. Memiliki keunikan metode dalam menghafal adalah suatu kewajaran, tetapi tetap harus
memiliki batasan. Ketika metode tersebut membuat orang disekitar tidak nyaman maka

6. Belajar berpikir konvergen adalah cara berpikir satu arah atau langsung mengacu pada
jawaban sebenarnya. Contoh ; perhitungan matematika 9x9 sudah pasti jawabannya 81.
Maka ketika seseorang bertanya 9x9 kita sudah dengan cepat menjawab 81.
Belajar berikir divergen yaitu belajar berpikir dalam arah berbeda atau sudut pandang
berbeda yang mana akan dihasilkan jawaban yang beragam tetapi jawaban tersebut benar.
Contoh : jika dalam perhitungan maka pandangan yang berbeda adalah cara-cara untuk
mendapatkan hasil. Dalam matematika ada banyak sekali cara-cara mendapatkan jawaban
dari cara cepat dan cara panjang. Atau dalam menjawab soal essay, kita diminta
menjelaskan pendapat para ahli mengenasi teori tertentu kita tentu sudah memiliki pointpoint penting ata teori para ahli tersebut tetapi point penting itu harus dikembangkan lagi
sehingga menjadi suatu pernyatan.