PERANAN PENYIDIK KEPOLISIAN DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOBA (STUDI KASUS POLRESTA MEDAN).

(1)

PERANAN PENYIDIK KEPOLISIAN DALAM

PENYELESAIAN TINDAK PIDANA

PENYALAHGUNAAN NARKOBA

(Studi Kasus Polresta Medan)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Adi Nugraha Pane NIM. 309311002

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahamat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagai syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan PP-Kn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Skripsi ini disusun berdasarkan sumber pustaka yang mendukung tulisan ini yang berjudul: “Peranan Penyidik Kepolisian Dalam Penyelesaian Tindak

Pidana Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus Polresta Medan)”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar penulis, teristimewa kepada orang tua penulis yang Drs. A Pane/Ayah dan D sitinjak AM.Keb/Mama, sebagai motivator dalam hidup penulis, yang banyak memberikan semangat, doa serta bantuan moril dan materil kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan kuliah serta skripsi ini dapat tersusun dengan baik. Serta kepada Ibu Dra. Yusna Melianti, MH selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta kritik dan saran terhadap penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir penyelesaian skripsi ini.

Serta kepada semua pihak yang dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, selaku Rektor Universitas Negeri Medan 2. Bapak Dr. H. Restu, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial


(5)

3. Ibu Dra. Yusna Melianti, MH, selaku Ketua jurusan dan dosen pembimbing skripsi penulis.

4. Bapak Parlaungan G Siahaan, SH, M.Hum selaku sekretaris jurusan. 5. Ibu Dra. Rosnah Siregar, SH, M.Si selaku penguji skripsi penulis. 6. Bapak Drs. Liber Siangian, M.Si selaku penguji skripsi penulis. 7. Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si selaku dosen skripsi penulis.

8. Bapak Joni selaku bagian tata usaha Jurusan PPKn yang banyak membantu dalam kelengkapan berkas yang dibutuhkan penulis.

9. Bapak Dony Alexander, SIK Kasat Res Narkoba Polresta Medan yang ikut berperan dan mau meluangkan waktunya dalam melengkapi data dalam penyusunan skripsi ini.

10.Adik penulis (Ira Febrina pane dan Ari Sanjaya pane) yang turut mendukung penulis, memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Kakak dan Abang penulis (kel. Ckristian pasaribu) yang selalu mendukung penulis mulai dari penulis kuliah hingga selesainya.

12.Buat Hafny Febryanti yang selalu memotivasi penulis dari awal perkulian hingga selesainya.

13.Tak lupa buat kakak Devi yulianti stambuk 2008 yang selalu meberi yang lainnya yang telah memberi dukungan, motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

14.Teman-teman dekat penulis (Dear, Irma, DT Arsyanul Kadri, Aulia dan yang lainnya) yang selalu memberi semangat dan doa, penulis akan selalu merindukan kalian semua.


(6)

15.Satu kelas ektensi A dan B 2009, yang terus saling memotivasi dalam penyusunan skripsi ini.

16.Buat teman seperjuangan penulis di PPLT 2012 SMP 1 Sei Rampah.

17.Tak lupa buat seluruh keluarga Pane dan Sitinjak dan yang lainnya yang telah memberi dukungan, motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 18.Serta semua pihak dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang ikut serta memberi saran dalam penyelesaian skripsi ini.

Sebagai manusia, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis meminta saran dan kritikan yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

.

Medan, Agustus 2013 Penulis

Adi Nugraha Pane NIM. 3093110002


(7)

ABSTRAK

Adi Nugraha Pane, NIM. 309311002. Peranan Penyidik Kepolisian Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus Polresta Medan). Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan penyidik kepolisian dalam penyelesaian tindak pidana penyalahgunaan narkoba di Polresta Medan.

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Tekni pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan angket secara langsung dengan penyidik di Dit Narkoba Polresta Medan. Angket merupakan alat pengumpul data yang berisi pertanyaan tertulis (quisioner) yang akan diisi oleh responden (sampel) dan wawancara, dengan pengambilan data mengenai penyalahgunaan narkoba di kota Medan.

Sedangkan sampel dalam penelitian adalah seluruh penyidik yang ada di Dit Narkoba Polresta Medan, yang kurang dari 100 orang yakni sebanyak 84 orang sampel yang terdiri dari 83 penyidik dan 1 orang pegawai. Adapun rumus yang digunakan dalam pengolahan data adalah teknik analisis tabel frekuensi.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari lapangan kebenarannya dapat diuji sesuai dengan hasil data yang diperoleh. Bahwa penyelesaian tindak pidana penyalahgunaan narkoba oleh penyidik dilaksanakan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku, dalam pemberantasan narkoba penyidik kepolisian menemukan beberapa hambatan, diantaranya kurangnya partisipasi masyarakat, pelaku yang merupakan sindikat narkoba sehingga sangat sulit untuk diungkap. Upaya yang dilakukan oleh kepolisian dalam mencegah dan memberantas narkoba adalah dengan melakukan razia khusus pada tempat-tempat yang berpotensi terjadi transaksi narkoba seperti tempat hiburan malam, diskotik, warung-warung remang-remang. Sedangkan upaya lain yang dapat dilakukan yakni dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dengan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... i

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Permasalahan ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penelitian. ... 5

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Kajian Teori ... 6

B. Kerangka Berpikir ... 26

BAB III : METODE PENELITIAN ... 28

A. Lokasi Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

E. Teknis Analisis Data ... 31

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket 2. Wawancara 3. Dokumentasi

4. Data kasus Narkoba Jajaran polresta Medan Tahun 2012- 2013 5. Nota Tugas

6. Surat ijin penerbitan penelitian dari jurusan

7. Surat keterangan ijin mengadakan penelitian dari fakultas

8. Surat keterangan telah mengadakan penelitian dari Polresta Medan 9. Surat keterangan bebas pustaka dari perpustakaan jurusan PPKn 10.Surat keterangan bebas pustaka dari perpustakaan UNIMED 11.Daftar peserta seminar proposal penelitian

12.Surat keterangan penyerahan buku dan tidak ada masalah dengan perpustakaan fakultas

13.Kartu Bimbingan Skripsi 14.Peryataan keaslian penulisan 15.Daftar Riwayat Hidup


(10)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku/buku

Andi Hamzah, 2008, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta, Edisi Ke dua Sinar Grafika.

Adami Chazawi. 2002, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I. Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada.

Arikunto, 2010, Metode Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Abimayu, Soli dan M. Thayeb Manrihu. 2010, Bimbingan dan Penyuluhan Di

Sekolah. Jakarta : CV. Rajawali.

Budianto. 2007, Narkoba dan Pengaruhnya, Bandung, Ganeca Exact. Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta

P.A.F. Lamintang. 2008, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung, PT Citra Aditya Bakti.

Moeljatno. 2008, Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta, PT.Rineka Cipta.

Marwan Effendy, 2011, Sistem Peradilan Pidana, Tinjauan Terhadap Beberapa

Perkembangan Hukum Pidana, Referensi, Jakarta.

M. Yahya Harahap, 2010, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP,

Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta, Sinar Grafika.

Rusli Muhammad, 2011, Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Dilengkapi Dengan

4 Undang-undang di Bidang Sistem Peradilan Pidana, Yokyakarta, UII

Press.

Romli Atmasasmita, 2011, Sistem Peradilan Pidana Komtemporer, Jakarta, Kencana

Siswanto Sunarso, 2004, Penegakan Hukum Psikotropika Dalam Kajian Sosiologi

Hukum. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tolib, Effendi, 2013, Sistem Peradilan Pidana, Perbandingan Komponen Sistem


(11)

B. Peraturan Perundang-undang

Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Undang-undang No. 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional

Undang-undang No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan penyalahgunaan narkoba memiliki dimensi yang sangat kompleks, baik dari sudut medis, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial ekonomi, politik, sosial, budaya, kriminalitas dan sebagainya. Penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, yaitu penyakit kronik yang berulangkali kambuh, yang hingga sekarang belum ditemukan upaya penanggulangan secara universal memuaskan, dari sudut prevensi, terapi maupun rehabilitasi.

Penyalahgunaan nakorba menimbulkan dampak yang sangat besar, merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan untuk membedakan mana yang baik dan buruk, perubahan perilaku menjadi anti sosial, mempertinggi kecelakaan lalulintas, meningkatkan kriminalitas dan tidak kekerasan lainnya.

Melihat kenyataan ini, meskipun hingga saat ini peredaran dan penyalahgunaan narkoba terus mengalami peningkatan, sehingga dirasakan adanya ketidak efektifpan hukum dalam mencegah, dan dampak sanksi hukum tidak memberikan jera bagi para pelaku, namun pemerintah terus berupaya untuk mempersempit ruang gerak dari peredaran narkoba dan penyalahgunaan narkoba.

Penegakkan hukum terhadap tindak pidana narkoba, telah banyak dilakukan oleh aparat penegak hukum dan telah banyak mendapat putusan hakim di sidang pengadilan. Penegakkan hukum ini diharapkan mampu sebagai faktor


(13)

penangkal terhadap merebaknya peredaran perdagangan dan penyalahgunaan narkoba, tetapi dalam kenyataannya justru semakin intensif dilakukan penegakkan hukum, semakin meningkat pula peredaran perdagangan narkoba tersebut.

Narkoba adalah singkatan narkotika dan obat-obatan terlarang (psikotropika). Narkotika dan obat-obatan memiliki jenis yang berbeda, sehingga diatur dalam undang-undang tersendiri. Narkotika diatur dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sedangkan obat-obat terlarang (Psikotropika) diatur dalam Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika.

Penyalahgunaan psikotropika (obat-obat terlarang) dinyatakan dalam Pasal 4 ayat (3) Undang-undang No. 5 Tahun 1997, yang menyebutkan: “selain penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), psikotropika golongan I dinyatakan sebagai barang terlarang”.

Lebih lanjut dalam Pasal 59 Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika diatur tentang ketentuan pidana penyalahgunaan psikotropika sebagai berikut:

(1) Barangsiapa:

a. menggunakan psikotropika golongan I selain dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) atau;

b. memproduksi dan/ atau menggunakan dalam proses produksi psikotropika golongan I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; atau; c. mengedarkan psikotropika golongan I tidak memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) atau;

d. mengimpor psikotropika golongan I selain untuk kepentingan ilmu pengetahuan; atau

e. secara tanpa hak memiliki, menyimpan dan /atau membawa psikotropika golongan I dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun, paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta), dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)


(14)

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terorganisir dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda sebesar RP. 750.000.000,00 (tujuh raus lima puluh juta rupiah)

(3) Jika tindak pidana dalam pasal ini dilakukan oleh korporaso, maka disamping dipidananya pelaku tindak pidana, kepada korporasi dikenakan pidana denda sebesar Rp. 5.000.000.000,00(lima miliar)

Selanjutnya dalam Pasal 111 ayat (1) Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika disebutkan: “setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000.,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.8.000.000.000.,00 (delapan miliar rupiah)”

Berkaitan dengan penanggulangan penyalahgunaan tindak pidana narkoba di tengah masyarakat, peran kepolisian sangatlah menentukan, baik itu dalam upaya preventif maupun refresif. Peran Polri dalam melakukan pencegahan narkoba, sudah barang tentu Polri sebagai institusi aparat penegak hukum dalam garda terdepan untuk menciptakan keamanan, dan ketertiban masyarakat, selain itu Polri berfungsi untuk melakukan penyelidikan terhadap berbagai tindak pidana yang terjadi di tengah masyarakat, salah satunya adalah tindak pidana penyalahgunaan narkoba.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 butir 4 KUHAP: Penyelidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan. Selanjutnya sesuai dengan Pasal 4, yang berwenang melakukan fungsi penyelidikan adalah: “setiap pejabat Polisi


(15)

Negara Republik Indonesia. Dengan kata lain penyelidik adalah setiap pejabat Polri. Jaksa atau pejabat lain tidak berwenang melakukan penyelidikan, oleh dengan demikian “penyelidikan” merupakan “monopoli tunggal” kewenangan yang dimiliki oleh Polri.

Melihat peran dan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam penanggulanga dan penyelesaian tindak pidana penyalahgunaan narkoba sangat begitu kompleks, maka penulis tertarik untuk membahas lebih mendalam dan jauh lagi tentang bagaimana peran dari kepolisian sebagai penyelidik dalam perkara tindak pidana narkoba di Wilayah Hukum Polresta Medan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis ingin mengupas permasalahan yang dijadikan obyek di dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Peranan penyidik dalam menjalankan tugas untuk menangani tindak pidana Narkoba.

2. Hambatan-hambatan yang ditemui para penyidik dalam penyelesaian terhadap pelaku tindak pidana narkoba.

C. Pembatasan Masalah

Setiap tulisan yang berupa karya ilmiah haruslah ada batasan penulisannya supaya penulisan tadi lebih terarah, tidak mengambang dan fokus kepada permasalahan yang ada. Demikian halnya dalam tulisan ini, penulis membatasi diri untuk mengkaji peranan dari penyidik dalam membantu penyelesaian tindak pidana narkoba di wilayah hukum Polresta Medan.


(16)

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena perumusan masalah adalah inti dari seluruh permasalahan yang telah diidentifikasi terlebih dahulu. Dengan demikian, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peranan penyidik dalam menjalankan tugas untuk menangani tindak pidana Narkoba di wilayah hukum medan?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan atau penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui serta mempelajari secara lebih mendalam bagaimana peranan penyidik dalam penyelesaian kasus tindak pidana Narkoba.

F. Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian, adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Untuk memperluas wawasan penulis dalam memahami peranan dari penyidik

dalam penanggulangan tindak pidana narkoba.

2. Bagi masyarakat diharapkan dapat menambah informasi tentang permasalahan narkoba dan penyalahgunaan narkoba serta peran masyarakat dalam penanggulanggan narkoba di tengah masyarakat.


(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dalam bab-bab terdahulu dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Dengan adanya Penyidik Polri upaya penyidikan terhadap pelaku tindak pidana Narkoba dapat dilaksanakan dengan baik, bahkan dengan hasil memuaskan. Hal ini karena instrumen yang ada di dalam Poltabes Medan bekerjasama dalam menuntaskan kasus-kasus tindak pidana narkoba yang terjadi.

2. Dengan keberadaan UU No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan telah dirubah menjadi Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan UU No 5 Tahun 1997 tentang psikotropika diharapkan agar para pelaku tindak pidana narkoba semakin jera, karena sanksi yang diatur di dalamnya mengatur tegas tentang kejahatan-kejahatan narkotika dan psikotropika.

3. Perjalanannya proses penyidikan perkara tindak pidana narkoba serta keberhasilan penyidik dapat membersihkan seseorang benar-benar melakukan tindak pidana narkoba, dapat kita lihat dari tabel-1, ini karena ditunjang oleh kebersamaan para anggota penyidik Polri serta fasilitas- fasilitas penunjang terlaksananya penyidikan suatu kasus.

4. Diharapkan berlanjutnya Berita Acara Pemeriksaan yang diserahkan penyidik Polri kepada ke Kejaksaan dapat segera diselesaikan sesuai prosedur dan bisa diserahkan ke Pengadilan.


(18)

5. Kekuatan pembuktian dari alat bukti serta adanya pemeriksaan laboratorium kriminal (tes urine), maupun barang bukti, cukup menguatkan keyakinan Hakim.

6. Berdasarkan sanksi-sanksi yang telah diatur oleh UU No. 35 Tahun 2009 dan Undang-undang No. 5 Tahun 1997, menunjukkan usaha-usaha dari Penyidik Polri benar-benar diperhatikan oleh Hakim dalam menjatuhkan putusannya.

B. SARAN-SARAN

Bertitik tolak dari kesimpulan di atas, berikut ini dikemukakan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat penyelesaian perkara tindak pidana/ narkoba antara lain :

1. Perlu dipikirkan peningkatan secara terus menerus tentang cara-cara yang diperlukan dalam membantu proses penyidikan guna memberikan titik terang suatu kejahatan narkoba melalui barang bukti seperti dibuatkan suatu buku tentang jenis-jenis obat Psikotropika dan buku ini disebarkan kepada masyarakat luas dan diharapkan masyarakat dapat menginformasikan kepada pihak yang berwenang tentang adanya peredaran obat-obatan tertentu setelah mengetahui jenis obat itu dilarang untuk diedarkan.

2. Harus diusahakan penambahan personil dari kantor kepolisian Kota Besar Medan karena untuk proses penanganan kasus narkoba membutuhkan waktu yang lama ,untuk itu dibutuhkan personil yang banyak dalam arti pembagian tugas dari pada penyidik baik lapangan maupun kantor telah dibagi tugasnya masing-masing.


(19)

terlibat dalam penanganan tindak pidana narkoba karena dilihat dari berbagai macam jenis-jenis Psikotropika yang disalahgunakan dan beredar di masyarakat, diharapkan penyidik telah mengetahui jenis-jenis obat psikotropika yang beredar di masyarakat.

4. Diharapkan masyarakat Kota Medan Khususnya membantu tugas Polri dalam memberi informasi apabila adanya peredaran obat-obat terlarang dilingkungan masing-masing.

5. Dan diharapkan kepada Masyarakat, agar menyadari bahwa mengkonsumsi obat-obat yang identitasnya tidak jelas dan dilarang oleh pemerintah dapat merusak kesehatan dan mempunyai sanksi hukum yang tegas.


(1)

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terorganisir dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda sebesar RP. 750.000.000,00 (tujuh raus lima puluh juta rupiah)

(3) Jika tindak pidana dalam pasal ini dilakukan oleh korporaso, maka disamping dipidananya pelaku tindak pidana, kepada korporasi dikenakan pidana denda sebesar Rp. 5.000.000.000,00(lima miliar)

Selanjutnya dalam Pasal 111 ayat (1) Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika disebutkan: “setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000.,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.8.000.000.000.,00 (delapan miliar rupiah)”

Berkaitan dengan penanggulangan penyalahgunaan tindak pidana narkoba di tengah masyarakat, peran kepolisian sangatlah menentukan, baik itu dalam upaya preventif maupun refresif. Peran Polri dalam melakukan pencegahan narkoba, sudah barang tentu Polri sebagai institusi aparat penegak hukum dalam garda terdepan untuk menciptakan keamanan, dan ketertiban masyarakat, selain itu Polri berfungsi untuk melakukan penyelidikan terhadap berbagai tindak pidana yang terjadi di tengah masyarakat, salah satunya adalah tindak pidana penyalahgunaan narkoba.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 butir 4 KUHAP: Penyelidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan. Selanjutnya sesuai dengan Pasal 4, yang berwenang melakukan fungsi penyelidikan adalah: “setiap pejabat Polisi


(2)

Negara Republik Indonesia. Dengan kata lain penyelidik adalah setiap pejabat Polri. Jaksa atau pejabat lain tidak berwenang melakukan penyelidikan, oleh dengan demikian “penyelidikan” merupakan “monopoli tunggal” kewenangan yang dimiliki oleh Polri.

Melihat peran dan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam penanggulanga dan penyelesaian tindak pidana penyalahgunaan narkoba sangat begitu kompleks, maka penulis tertarik untuk membahas lebih mendalam dan jauh lagi tentang bagaimana peran dari kepolisian sebagai penyelidik dalam perkara tindak pidana narkoba di Wilayah Hukum Polresta Medan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis ingin mengupas permasalahan yang dijadikan obyek di dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Peranan penyidik dalam menjalankan tugas untuk menangani tindak pidana Narkoba.

2. Hambatan-hambatan yang ditemui para penyidik dalam penyelesaian terhadap pelaku tindak pidana narkoba.

C. Pembatasan Masalah

Setiap tulisan yang berupa karya ilmiah haruslah ada batasan penulisannya supaya penulisan tadi lebih terarah, tidak mengambang dan fokus kepada permasalahan yang ada. Demikian halnya dalam tulisan ini, penulis membatasi diri untuk mengkaji peranan dari penyidik dalam membantu penyelesaian tindak pidana narkoba di wilayah hukum Polresta Medan.


(3)

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena perumusan masalah adalah inti dari seluruh permasalahan yang telah diidentifikasi terlebih dahulu. Dengan demikian, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peranan penyidik dalam menjalankan tugas untuk menangani tindak pidana Narkoba di wilayah hukum medan?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan atau penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui serta mempelajari secara lebih mendalam bagaimana peranan penyidik dalam penyelesaian kasus tindak pidana Narkoba.

F. Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian, adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Untuk memperluas wawasan penulis dalam memahami peranan dari penyidik

dalam penanggulangan tindak pidana narkoba.

2. Bagi masyarakat diharapkan dapat menambah informasi tentang permasalahan narkoba dan penyalahgunaan narkoba serta peran masyarakat dalam penanggulanggan narkoba di tengah masyarakat.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dalam bab-bab terdahulu dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Dengan adanya Penyidik Polri upaya penyidikan terhadap pelaku tindak pidana Narkoba dapat dilaksanakan dengan baik, bahkan dengan hasil memuaskan. Hal ini karena instrumen yang ada di dalam Poltabes Medan bekerjasama dalam menuntaskan kasus-kasus tindak pidana narkoba yang terjadi.

2. Dengan keberadaan UU No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan telah dirubah menjadi Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan UU No 5 Tahun 1997 tentang psikotropika diharapkan agar para pelaku tindak pidana narkoba semakin jera, karena sanksi yang diatur di dalamnya mengatur tegas tentang kejahatan-kejahatan narkotika dan psikotropika.

3. Perjalanannya proses penyidikan perkara tindak pidana narkoba serta keberhasilan penyidik dapat membersihkan seseorang benar-benar melakukan tindak pidana narkoba, dapat kita lihat dari tabel-1, ini karena ditunjang oleh kebersamaan para anggota penyidik Polri serta fasilitas- fasilitas penunjang terlaksananya penyidikan suatu kasus.

4. Diharapkan berlanjutnya Berita Acara Pemeriksaan yang diserahkan penyidik Polri kepada ke Kejaksaan dapat segera diselesaikan sesuai prosedur dan bisa diserahkan ke Pengadilan.


(5)

5. Kekuatan pembuktian dari alat bukti serta adanya pemeriksaan laboratorium kriminal (tes urine), maupun barang bukti, cukup menguatkan keyakinan Hakim.

6. Berdasarkan sanksi-sanksi yang telah diatur oleh UU No. 35 Tahun 2009 dan Undang-undang No. 5 Tahun 1997, menunjukkan usaha-usaha dari Penyidik Polri benar-benar diperhatikan oleh Hakim dalam menjatuhkan putusannya.

B. SARAN-SARAN

Bertitik tolak dari kesimpulan di atas, berikut ini dikemukakan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat penyelesaian perkara tindak pidana/ narkoba antara lain :

1. Perlu dipikirkan peningkatan secara terus menerus tentang cara-cara yang diperlukan dalam membantu proses penyidikan guna memberikan titik terang suatu kejahatan narkoba melalui barang bukti seperti dibuatkan suatu buku tentang jenis-jenis obat Psikotropika dan buku ini disebarkan kepada masyarakat luas dan diharapkan masyarakat dapat menginformasikan kepada pihak yang berwenang tentang adanya peredaran obat-obatan tertentu setelah mengetahui jenis obat itu dilarang untuk diedarkan.

2. Harus diusahakan penambahan personil dari kantor kepolisian Kota Besar Medan karena untuk proses penanganan kasus narkoba membutuhkan waktu yang lama ,untuk itu dibutuhkan personil yang banyak dalam arti pembagian tugas dari pada penyidik baik lapangan maupun kantor telah dibagi tugasnya masing-masing.


(6)

terlibat dalam penanganan tindak pidana narkoba karena dilihat dari berbagai macam jenis-jenis Psikotropika yang disalahgunakan dan beredar di masyarakat, diharapkan penyidik telah mengetahui jenis-jenis obat psikotropika yang beredar di masyarakat.

4. Diharapkan masyarakat Kota Medan Khususnya membantu tugas Polri dalam memberi informasi apabila adanya peredaran obat-obat terlarang dilingkungan masing-masing.

5. Dan diharapkan kepada Masyarakat, agar menyadari bahwa mengkonsumsi obat-obat yang identitasnya tidak jelas dan dilarang oleh pemerintah dapat merusak kesehatan dan mempunyai sanksi hukum yang tegas.