PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER Pembelajaran Kesantunan Berbahasa Untuk Penanaman Pendidikan Karakter Bagi Siswa Di SMP.

0

PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA
UNTUK PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER
BAGI SISWA DI SMP
NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada
Program Studi Magister Pengkajian Bahasa
Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh:
Nama

: Suprihatin

NIM

: S.200.100.047


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

1

NASKAH PUBLIKASI

PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA
UNTUK PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER
BAGI SISWA DI SMP

Oleh:

SUPRIHATIN
S.200.100.047

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I


Pembimbing II

Prof. Dr. H.A Ngalim, M.M, M.Hum

Dr. Ali Imron, M.Hum

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

1

PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA
UNTUK PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER
BAGI SISWA DI SMP
1

Suprihatin, 2A.Ngalim, 2Ali Imron
Abstract


The purpose of this research are (1) To describe the learning plan of speak
politeness to planting character education for students in SMP N 1 Gondangrejo
Karanganyar. (2) To describe the implementation of learning of speak politeness
to planting character education for students in SMP N 1 Gondangrejo
Karanganyar. This study is a qualitative research that conducted in SMP N 1
Gondangrejo Karanganyar. The main subjects in this research are principals and
teachers. Data collection techniques used in this research is the observation,
interview and documentation. Data analysis techniques in this research used the
model of analysis, namely data collection, data reduction, data display, and
conclusion. The validity of the data in this research used triangulation.
The results of this research (1) Planning of planting character education in
learning speak politeness in SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar conducted by
Indonesian teachers. Teachers prepare the character values that will be imparted to
the students to write on the device in the form of learning syllabus and lesson
plans. These values include the value of honesty, tolerance, and communication.
Besides setting up those things, teachers also prepare teaching materials such as
textbooks from the Department of Education. (2) The implementation of character
education planting in learning speaks politeness in SMP N 1 Gondangrejo
Karanganyar be integrated with Indonesian subjects. The teacher inserts honest

value, tolerance, and communication on the sidelines in doing learning activities.
learning method that is used by the teacher is asked and questions and discussion
method. Assessment is done by teachers in two forms, namely the assessment of
results and assessment process.
Keywords: Learning, politeness, character education
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat,
manusia tidak pernah terlepas dari pemakaian bahasa. Manusia sebagai makhluk
sosial pada dasarnya selalu menginginkan adanya kontak dengan manusia lain,
sedangkan alat yang paling efektif untuk keperluan itu adalah bahasa, dengan
bahasa seseorang dapat menunjukkan peranan dan keberadaannya dalam
lingkungan. Pemakaian bahasa dapat dijumpai dalam berbagai segi kehidupan.
Kenyataan menunjukkan bahwa pemakaian bahasa dalam suatu segi kehidupan

2

yang satu berbeda dengan pemakaian bahasa dalam segi kehidupan yang lain.
Termasuk di dalamnya bahasa yang dipakai dalam suatu pembelajaran di lembaga
pendidikan.
Keberhasilan suatu program pembelajaran ditentukan oleh beberapa

komponen dan semua komponen tersebut harus saling berinteraksi. Salah satu
komponen tersebut adalah bahasa. Sejalan dengan pendapat di atas Nababan
(2005:68) berpendapat bahwa alat utama dalam interaksi belajar mengajar antara
murid, guru, dan pelajaran adalah bahasa. Dalam proses belajar mengajar
terjadilah komunikasi timbal balik atau komunikasi dua arah antara guru dan
siswa atau siswa dengan siswa.
Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya,

komunikasi masih dapat dilakukan dengan

menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya
tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut
komunikasi nonverbal. Austin (dalam Tarigan, 2008:196-46) menyatakan bahwa
komunikasi adalah serangkaian tindak ujar yang dipakai secara bersistem untuk
menyelesaikan tujuan tertentu.
Adanya interaksi guru dan murid dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari peran guru dalam usahanya mendidik dan membimbing para siswa agar
mereka dapat dengan sungguh-sungguh mengikuti proses belajar mengajar dengan
baik. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, banyak pengaruh komponen belajar

cukup banyak. Sebagai contoh, bagaimana cara mengorganisasikan materi ajar
dapat dipahami oleh siswa, metode yang diterapkan serta media yang digunakan.
Hal penting yang berkenaan dengan keberhasilan pengaturan interaksi
sosial melalui bahasa adalah strategi-strategi yang mempertimbangkan status
penutur dan mitra tutur. Keberhasilan menggunakan strategi-strategi ini
menciptakan suasana santun yang memungkinkan interaksi sosial berlangsung
tanpa mempermalukan penutur dan mitra tutur. Tata cara berbahasa, termasuk
santun berbahasa sangat penting diperhatikan oleh para peserta komunikasi
(penutur dan mitratutur) untuk kelancaran komunikasinya.

3

Pembelajaran akan mudah dilakukan jika murid-muridnya sejak kecil
sudah terbiasa untuk berbahasa Indonesia atau bahkan menjadi bahasa
pertamanya. Akan tetapi, hal tersebut menjadi sebuah permasalahan tersendiri jika
murid-muridnya belum terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi sehari-hari. Misalnya anak-anak yang tinggal di daerah pedesaan,
meraka belum menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Berkaitan
dengan hal ini, Soemiarti (2003:37) berpendapat bahwa guru hendaknya peka
terhadap kondisi anak yang memiliki kemampuan berbahasa Indonesia berbeda

yang disebabkan karena datang dari daerah sehingga terhambat sosialisasinya.
Dampak positif perkembangan zaman adalah semakin mudahnya manusia
dalam kehidupan sehari-hari baik dari segi komunikasi, tranportasi, serta fasilitas
kehidupan lainnya. Di samping itu kebutuhan manusia juga dengan mudah
dipenuhi. Teknologi canggih semakin mambantu kehidupan manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan semakin mudahnya memenuhi kebutuhan hidup
manusia, seharusnya perilaku mereka semakin baik, sopan santun yang tinggi
serta tata krama yang sesuai dengan etika dan estetika tertentu. Kondisi ini berarti
tujuan pembangunan tercapai baik material maupun spiritual. Tujuan pendidikan
ingin mewujudkan manusia yang berkarakter yang luhur. Dengan adanya
perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang canggih harus
diimbangi dengan IMTAQ (Iman dan Taqwa) yang tinggi pula.
Kesopansantunan dalam berbahasa dapat terlihat dari kondisi riil
dilapangan khususnya ketika siswa berbicara dengan temannya, dengan guru atau
dengan orang yang lebih tua usianya. Bahasa gaul mendominasi gaya bahasa
siswa, terkadang ketika siswa berbicara dengan guru atau orang yang lebih tua di
lingkungan sekolah,

karyawan


TU

misalnya,

siswa

sering

kebablasan

menggunakan bahasa gaul yang pasti mmembuat jengah para pendengar yang
paham perilaku bahasa yang baik dan santun, terutama bagi guru bahasa
Indonesia. Tapi sebaliknya, guru pun kadang tercetus bahasa-bahasa kasar ketika
ia dalam keadaan emosi.
Kesantunan (politiness), sopan santun, atau etiket adalah tata cara, adat
atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan

4

perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu

sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku
sosial. Oleh karena itu, kesantunan berbahasa ini juga disebut “tata krama”
berbahasa (Muslich, 2006:1).
Kesantunan berbahasa seseorang, dapat diukur dengan beberapa jenis
skala kesantunan. Chaer (2010:63) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
skala kesantunan adalah peringkat kesantunan, mulai dari yang tidak santun
sampai dengan yang paling santun. Rahardi (2005:66-67) menyebutkan bahwa
sedikitnya terdapat tiga macam skala pengukur peringkat kesantunan yang sampai
saat ini banyak digunakan sebagai dasar acuan dalam penelitian kesantunan.
Temuan berbahasa di kalangan siswa, yaitu kosakata kesantunan
berbahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi dengan guru, adalah
kosakata bahasa biasa atau wajar, yaitu kosakata bahasa yang digunakan siswa
dalam berkomunikasi dengan siswa yang lain, kosakata bahasa tidak santun dalam
komunikasi siswa biasanya terjadi bila siswa berkomunikasi dengan teman
akrabnya. Terdapat perbedaan persepsi tentang kesantunan berbahasa di kalangan
siswa, guru, dan karyawan Pandangan siswa terhadap kesantunan berbahasa lebih
ditekankan kepada segi pragmatis, sedangkan menurut guru dan karyawan
kesantunan berbahasa lebih cenderung normatif (berkaitan dengan nilai-nilai
norma) antara lain kebenaran, kejujuran, keadilan, kebaikan, lurus, halus, sopan,
pantas, penghargaan, khidmat, optimisme, indah menyenangkan, logis, fasih,

terang, tepat, menyentuh hati, selaras, mengesankan, tenang, efektif, lunak,
dermawan, lemah lembut, dan rendah hati.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas peranan guru amat penting. Guru
merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan
pendidikan. Gurulah yang mengatur, mengarahkan, dan menciptakan suasana
kegiatan belajar mengajar yang tepat untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan
nasional. Oleh karena itu, secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih
professional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas
pembelajaran. Demikian pula dalam hal keteladanan perilaku santun dalam
berbahasa.

5

Pendidikan karakter bagi siswa diperlukan sekali untuk menyeimbangkan
antara perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan IMTAQ
(Imam dan Taqwa). Pendidikan karakter merupakan proses yang ditujukan untuk
mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku siswa yang memancarkan akhlak mulia
atau karakter luhur yang menunjukkan ciri khas bangsa Indoesia. Pendidikan
karakter sering juga dipadankan dengan pendidikan moral, atau pendidikan watak,
atau pendidikan budi pekerti, atau bahkan pendidikan akhlak (Suud, 2010:7).

Pelaksanaan pendidikan karakter bagi siswa sesuai dengan program Manajemen
Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (MPMBS) maupun pendidikan
yang berbasis kompetensi.
Hidayatullah (2010:12) karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau
moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus
yang menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu
lain. Menurut Samani & Hariyanto (2011:44) pendidikan karakter adalah
pendidikan yang mengembangkan karakter mulia (character good) dari siswa
dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan
keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam
hubungannya dengan Tuhannya.
Pendidikan karakter harus diberikan pada siswa dengan baik. Dalam hal
ini guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah diharapkan mengadakan
kegiatan pembelajaran yang lebih menarik perhatian dan mudah dipahami siswa
serta mengadakan evaluasi secara berkala dari semua komponen yang meliputi
nilai-nilai dalam pendidikan karakter. Hal ini mengacu pada pendapat Koesoema
(2010:205) yang menjabarkan tentang nilai-nilai pendidikan karakter meliputi
nilai agama, nilai moral, nilai-nilai umum, dan nilai-nilai kewarganegaraan.
Dengan adanya pendidikan karakter ini tugas guru untuk menanamkan sembilan
pilar pendidikan karakter mutlak diperlukan. Model pembelajaran yang diberikan
guru hendaknya mengacu pada 9 pilar pendidikan karakter yang sesuai dengan
materi pelajaran yang diberikan.
Berkenaan dengan pendidikan karakter tersebut, Koesoema (2010: 177)
menjelaskan bahwa sebuah prasyarat penting keberhasilan pendidikan karakter

6

adalah formasi guru. Penanaman nilai-nilai dalam pendidikan karakter dapat
ditanamkan oleh guru melalui model pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang
mencerminkan pendidikan karakter hendaknya direncanakan dengan matang
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Berkaitan dengan hal di atas,
perlu kiranya dirumuskan model pembelajaran yang dapat mengakomodasi dua
hal, yaitu (a) penyampaian substansi materi sesuai dengan matapelajaran yang
diajarkan dan (b) sekaligus mampu menjadi wadah pengembangan nilai-nilai
karakter.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia, sebagai salah satu mata pelajaran pokok
pada semua jenjang sekolah, tentunya saat ini juga mengemban kedua tugas
tersebut. Adanya tambahan tugas tersebut, dirasakan semakin berat beban yang
harus dipikul oleh para guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sebelum ada
tambahan muatan pendidikan karakter saja, sebagai kritik yang ditujukan terhadap
ketidakberhasilan

mata

pelajaran

Bahasa

Indonesia

banyak

dilontarkan

masyarakat maupun cendekia akademis. Untuk itu, perlu kiranya dirumuskan
model pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mampu mengemban
dua tugas tersebut, lebih-lebih di tengah isu otonomi daerah sekarang ini.
SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar merupakan salah satu sekolah yang
memiliki guru Bahasa Indonesia santun dalam bertutur kata (berbahasa) dalam
melakukan kegiatan pembelajarannya. Para guru tersebut selalu berusaha untuk
menjadi teladan bagi siswa dalam bertutur bahasa. Hal itu terbukti dari tutur
bahasa yang diucapkan oleh para siswa baik di kelas maupun di lingkungan
rumah. Dengan tutur bahasa yang sopan dapat menjadi pencerminan karakter
siswa yang baik. Ada 3 alasan peneliti melakukan penelitian di SMP N 1
Gondangrejo Karanganyar.
a. Guru di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar sudah menerapkan
pembelajaran kesantunan yang terlihat pada saat guru bertutur kata
(berbahasa) dalam melakukan kegiatan pembelajarannya.
b. Guru sudah berhasil dalam menerapkan nilai-nilai karakter dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.

7

c. Nilai karakter yang ditanamkan pada siswa oleh guru terlihat pada tutur
bahasa siswa yang ramah dan menghormati orang yang lebih tua.
Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan pendidikan karakter
dan kesantunan berbahasa yaitu Agbola dan Tsai (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul “Bring Character Education into Classroom” menyatakan bahwa “The
outcome of character education has always been encouraging, solidly, and
continually preparing the leaders of tomorrow.” (Hasil dari pendidikan karakter
selalu mendorong, kokoh, dan terus mempersiapkan pemimpin masa depan.)
Hasil penelitian menyatakan bahwa Pendidikan karakter adalah disiplin ilmu yang
berkembang dengan usaha yang disengaja untuk mengoptimalkan perilaku etis
dari para siswa.
Narvaez dan Lapsley (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Teaching
Moral Character: Two Strategies for Teacher Education” menyatakan bahwa
“Student moral development is both implicit and inevitable in standard
educational practice.”(Perkembangan moral siswa dapat dilakukan secara
implisit dan tak terelakkan dalam praktek pendidikan standar.) Hasil penelitian
ini menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan nilai diperlukan adanya
strategi khusus yang sesuai dengan kemampuan guru. Setidaknya terdapat lima
langkah dalam pengembangan pendidikan nilai yaitu iklim yang mendukung,
keterampilan etika, instruksi magang, self-regulation, dan mengadopsi pendekatan
sistem perkembangan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti akan melakukan penelitian dengan
judul “Pembelajaran Kesantunan Berbahasa Untuk Penanaman Pendidikan
Karakter bagi siswa Di SMP”.
Dalam penelitian ini ada tujuan yang akan dicapai (1) Untuk
mendeskripsikan perencanaan pembelajaran

kesantunan berbahasa

untuk

penanaman pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1 Gondangrejo
Karanganyar. (2) Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kesantunan
berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1
Gondangrejo Karanganyar.

8

METODE PENELITIAN
Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan metode deskriptif.
Menurut Mahsun (2007:233), penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata bertujuan untuk memahami
fenomena sosial termasuk fenomena kebahasaan. Strategi yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan strategi studi kasus terpancang (embedded research
and case study). Sutopo (2000:

112) memaparkan bahwa pada penelitian

terpancang, peneliti di dalam proposalnya sudah memilih dan menentukan
variabel yang menjadi fokus utama sebelum memasuki lapangan.
Moleong (2007: 157) menjelaskan bahwa sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. Nara sumber dalam penelitian ini ada 3 yaitu
kepala sekolah, guru dan siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah terdiri dari tiga
langkah yaitu wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Pengujian data
dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2006:
330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan
sesuatu yang lain.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Interaktif
dari Miles dan Huberman (2007:20), yang membagi langkah-langkah dalam
kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi
(conclutions).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Perencanaan

pembelajaran

kesantunan

berbahasa

untuk

penanaman

pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar.
Kesantunan berbahasa terkait langsung dengan norma yang dianut
oleh masyarakatnya. Jika masyarakat menerapkan norma dan nilai secara
ketat, maka berbahasa santun pun menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat.
Dalam kaitan dengan pendidikan, maka masyarakat yang menjunjung tinggi

9

nilai kesantunan akan menjadikan berbahasa santun sebagai bagian penting
dari proses pendidikan, khususnya pendidikan persekolahan.
Pembentukan karakter anak memang semestinya dilakukan oleh
orang tua. Namun, ketika anak berada di sekolah, maka yang menjadi orang
tua anak adalah guru. Sehubungan dengan perannya sebagai pembentuk
karakter anak di sekolah, maka guru dituntut untuk sungguh-sungguh
menjalankan peran tersebut, karena salah membentuk karakter anak akan
berakibat fatal bagi kehidupan anak. Pembentukan karakter siswa merupkan
salah satu kegiatan yang saat ini sedang dilaksanakan oleh sekolah.
Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan
moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang
salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation)
tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (domain
kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (domain
afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (domain perilaku). Jadi
pendidikan karakter terkait erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang
terus menerus dipraktekan atau dilakukan (Ditjen, 2010:10).
Pendidikan

karakter

menjadi bagian

penting

dalam

proses

pendidikan, sehingga manakala pendidikan gagal dalam mencetak manusiamanusia yang berkarakter maka sudah semestinya ada sebuah evaluasi
terhadap pelaksanaan pendidikan yang ada, adapun secara epistimologis
beberapa pakar memberikan definisi pendidikan karakter sebagai berikut:
Mustakin (2011:29) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai
suatu proses internalisasi sifat-sifat utama yang menjadi ciri khusus dalam
sebuah masyarakat ke dalam peserta didik sehingga dapat tumbuh dan
bekembang menjadi manusia dewasa sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
Pembentukan karakter siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar
adalah kegiatan dalam pembentukan karakter siswa melalui kegiatan
pembelajaran kesantunan berbahasa. Penanaman karakter siswa adalah
kegiatan dalam pembentukan perilaku siswa yang didasari oleh nilai-nilai
berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum, adat istiadat dan nilai

10

estetika. Dan pembentukan karakter bangsa adalah upaya untuk menjadikan
peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga
peserta didik berperilaku sebagai insan yang berpancasila. Penanaman
karakter dalam pembelajaran kesantunan berbahasa adalah agar para siswa
lebih sopan dalam berkomunikasi dengan orang lain baik dengna teman
sebaya maupun dengan orang orang yang lebih tua.
Maksud dan tujuan dari pendidikan karakter adalah membimbing
dan mengarahkan anak berdisiplin dalam mengerjakan segala sesuatu yang
baik, dan meninggalkan yang buruk atas kemauan sendiri dalam segala hal
dan setiap waktu. Dengan singkat, dapat dikatakan bahwa pendidikan
karakter

adalah mendidik anak menjadi orang yang berkepribadian dan

berwatak baik.
Pendidikan karakter/akhlak memang wajib diberikan kepada anak
didik, tetapi Pendidikan Karakter/Akhlak tidak perlu dijadikan program
pengajaran yang berdiri sendiri (Sutrisno 2005:93-94). Nilai karakter yang
dapat ditanamkan untuk tingkat sekolah menengah atas meliputi 18 nilai
karakter. Kedelapan eblas nilai tersebut yaitu yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3)
Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)
Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta
Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14)
Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli
Sosial, & (18) Tanggung Jawab. Dari kedelapan belas nilai tersebut, nilai
karakter yang akan ditanamkan kepada siswa SMP N 1 Gondangrejo
Karanganyar hanya beberapa saja yaitu nilai jujur, toleransi, dan komunikasi.
Alasan dipilihnya beberapa nilai karakter tersebut adalah mengingat waktu
belajar sedikit dan kemampuan peserta yang terbatas.
Kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang
dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya karena didalam
terdapat komunikasi, penutur dan petutur tidak hanya dituntut menyampaikan
kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan

11

hubungan. Kesantunan berbahasa tercermin dalam tata cara berkomunikasi
lewat tanda verbal atau tata cara berbahasa.
Pembelajaran kesantunan berbahasa di SMP 1 Gondangrejo
Karanganyar di ajarkan oleh guru Bahasa Indonesia. Pembelajaran
kesantunan berbahasa yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk untuk
penanaman nilai karakter pada siswa.
Kesantunan dalam berbahasa memang sangat penting karena dapat
membantu dalam berkomunikasi, agar tidak tidak terjadi kesalahpahaman
ketika berkomunikasi. Oleh karena itu, para guru bahasa Indonesia di SMP 1
Gondangrejo Karanganyar memberikan pembelajaran kesantunan berbahasa
pada siswa yang diintegrasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Selain
bertujuan untuk berbahasa yang santun dalam berkomunikasi, pembelajaran
kesantunan berbahasa juga digunakan untuk menanamkan nilai-nilai karakter
kepada siswa.
Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa
yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan
dan siapa yang akan mengerjakannya. Perencanaan adalah proses penentuan
tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan serta sumber
yang diperlukan untuk seefisien dan seefektif mungkin. Memang tidak bisa
dipungkiri bahwa dalam membuat perencanaan membutuhkan data dan
informasi agar keputusan yang diambil tidak lepas kaitannya dengan masalah
yang dihadapi pada masa yang akan datang.
Pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan
karakter siswa guru di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar membuat
perencanaan

terlebih

dahulu.

Perencanaan

pembelajaran

kesantunan

berbahasa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar yang bertujuan untuk
penanaman pendidikan karakter diawali dengan pemilihan nilai-nilai karakter
yang akan ditanamkan pada siswa. Nilai karakter yang di berikan oleh guru
antara lain toleransi, jujur dan tanggungjawab. Alasannya adalah keempat
nilai karakter tersebut sesuai dengan pembelajaran Bahasa Indonesia.

12

Setelah guru menentukan nilai-nilai pendidikan karakter yang akan
di tanamkan pada siswa dalam pembelajaran kesantunan bahasa pada
pembelajaran Bahasa Indonesia kemudian dituangkan dalam perangkat
pembelajaran yang merupakan langkah perencanaan dalam penanaman nilai
karakter dalam pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut meliputi
silabus dan RPP. Dalam silabus guru membuat tabel tentang nilai karakter
yang akan ditanamkan pada siswa yaitu toleransi, komunikasi dan jujur.
Penyusunan perangkat pembelajaran tersebut berpedoman pada kurikulum
Nasional.

Dengan

adanya

RPP

yang

menggambarkan

pelaksanaan

penanaman pendidikan karakter, guru tidak akan bingung karakter apa yang
akan disampaikan atau yang akan ditanamkan kepada peserta didik.
Selain silabus dan RPP, dalam kegiatan perencanaan pembelajaran
guru juga harus mempersiapkan bahan ajar. Bahan ajar yang digunakan oleh
guru Bahasa Indonesia adalah buku paket disediakan oleh Dinas Pendidikan
yang

dimiliki

sekolah

serta

beberapa

buku

yang

dimiliki

oleh

siswa.Tujuannya adalah agar para siswa memiliki banyak referensi materi
pelajaran.
Perencanaan kegiatan pembelajaran kesantunan berbahasa juga
membahas tentang metode pembelajaran yang akan digunakan oleh guru.
Dalam kegiatan pembelajaran kesantunan berbahasa metode yang sering
digunakan adalah metode Tanya jawab dan demonstrasi. Hasil observasi
peneliti di lapangan pada saat guru melakukan pembelajaran dapat diketahui
bahwa guru sedang bertanya kepada siswa tentang materi yang telah
dijelaskan. Kemudian siswa menjawab dengan menggunakan bahasa yang
sopan.
Perencanaan guru juga harus membahas tentang metode apa yang
akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran kesantunan berbahasa seperti
Tanya jawab dan demonstrasi. Untuk metode demonstrasi dilakukan untuk
mengetahui apakah siswa memiliki toleransi ketika temannya mau
memberikan pendapatnya, atau siswa tersebut hanya menganggap kalau
pendapatnya yang paling benar.

13

Kegiatan di awal kegiatan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk
penanaman

pendidikan karakter

siswa,

kita

memang sudah harus

merencanakan jenis penilaian seperti apa yang akan kita gunakan. Rencana
penilaian yang kami gunakan adalah tes tertulis dan praktek. Penilaian tertulis
digunakan pada saat siswa menjawab soal secara tertulis. Sedangkan tets
praktek biasa kami gunakan pada saat siswa menjawab pertanyaan, pada saat
siswa menyampaikan pendapat serta pada saat siswaberkomunikasi dengan
teman-temannya atau dengan orang yang lebih tua yaitu guru, kepala sekolah
serta karyawan lainnya.
2. Pelaksanaan

pembelajaran

kesantunan

berbahasa

untuk

penanaman

pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar.
Pendidikan karakter merupakan hal yang baru sekarang ini meskipun
bukan sesuatu yang baru. Penanaman nilai-nilai sebagai sebuah karakteristik
seseorang sudah berlangsung sejak dahulu kala. Akan tetapi, seiring dengan
perubahan jaman, agaknya menuntut adanya penanaman kembali nilai-nilai
tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap pengajaran.
Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam RPP dengan
maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini semakin
memudar. Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan
ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan
fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbedabeda.
Penanaman pendidikan karakter siswa pada pembelajaran kesantunan
berbahasa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar diintegrasikan pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Pengintegrasian tersebut bertujuan agar nilainilai karakter bangsa dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dari siswa
yang bersangkutan yang disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan.
Penanaman pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi dan
tidak berdiri sendiri menjadi suatu mata pelajaran. Kami memberikan atau
menanamkan nilai-nilai karakter yang telah dipilih sebelumnya di sela-sela
kegiatan pembelajaran berlangsung. Dapat dikatakan bahwa disamping

14

belajar akademik peserta juga belajar bagaimana mengimplementasikan nilainilai pendidikan karakter. Nilai-nilai karakter diberikan di sela-sela kegiatan
pembelajaran. Jadi siswa tidak hanya mendapatkan materi pelajaran tetapi juga
sekaligus mengaplikasikan karakter.
Penanaman nilai karakter dalam pembelajaran difokuskan pada nilai-nilai
yang memang dianggap penting bagi siswa yang disesuaikan dengan mata
pelajaran. Tidak semua nilai ditanamkan secara praktis, pihak pengelola
memberikan rambu-rambu nilai-nilai yang akan diberikan kepada peserta.
Pemilihan nilai-nilai karakter di seseuaikan dengan materi yang akan diajarkan
oleh guru sehingga penyampaiannya dapat berjalan lancar. Pemilihan nilai-nilai
karakter yang akan diberikan kepada siswa disesuaikan dengan materi yang
diajarkan. Tidak semua nilai ditanamkan dalam pemelajaran kesantunan
berbahasa. Dari 18 nilai karakter, para guru hanya fokus pada 3 nilai karakter.
Nilai karakter tersebut meliputi toleransi, komunikasi, dan jujur.

Dalam pelaksanaan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk
penanaman pendidikan karakter siswa dimulai dengan persiapan guru
mengenai materi dan metode yang akan diajarkan. Guru mempersiapkan
materi

yang

nantinya

akan

disisipkan

nilai-nilai

karakter

dalam

pelaksanannya sehingga diperlukan adanya metode pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan diajarkan. Karena pelaksanaan pembelajaran
kesantunan berbahasa

untuk penanaman pendidikan karakter

siswa

diintegrasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga para guru
harus mempersiapkan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Misalnya
untuk materi mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan
bercerita. Siswa diminta untuk bercerita dengan jujur tentang pengalaman
liburan sekolah. Pada saat bercerita tersebut guru dapat mengetahui apakah
siswa mampu menggunakan bahasa yang sopan atau tidak?.
Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dipengaruhi oleh metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan metode

15

pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain dan tiap-tipa mata pelajaran
juga dapat menggunakan metode yang berbeda pula. Untuk itu seorang guru
harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran.
Pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan
karakter siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar menggunakan metode
Tanya jawab dan demonstrasi. Alasan paar guru bahasa Indonesia di SMP N
1 Gondangrejo Karanganyar memilih metode tersebut adalah ketika siswa
bertanya atau menjawab pertanyaan guru dapat mengetahui bahasa yang
digunakan oleh siswa sudah sopan atau belum, apakah siswa ketika
mengemukakan pendapatnya dapat mengahargai pendapat orang lain atau
tidak.
Selain metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran
kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa,
keberadaan guru dikelas juga sangat penting. Keberadaan guru dalam
kegiatan pembentukan karakter siswa adalah sebagai contoh bagi siswa.
Karena dengan adanya teladan yang dapat dicontoh oleh siswa diharapkan
lebih memudahkan siswa dalam memahami nilai-nilai karakter.
Pembentukan karakter siswa juga dapat dilakukan melalui keteladanan
guru yang dapat dicontoh oleh siswanya. Karena kita sedang membahas
tentang kesantunan berbahasa dengan nilai karakter toleransi, komunikasi dan
jujur. Keteladan yang dapat di contohkan guru kepada siswa adalah
penggunaan kalimat yang sopan seperti “Alvin, tolong kamu ceritakan
kembali dengan menggunakan bahasa kamu tentang cerita yang telah kita
baca bersama tadi.”
Di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar, pembelajaran kesantunan
berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa untuk nilai karakter
toleransi dilakukan pada saat diksusi. Pada saat observasi peneliti melihat
ketika guru meminta siswa untuk berdiskusi tentang cerita yang telah
diajarkan oleh guru. Guru bertanya kepada siswa dengan menggunakan
bahasa yang sopan seperti, “Kalian semua boleh berpendapat tetapi juga harus
mau mendengarkan pendapat orang lain, OK!.” Di awal kegiatan diskusi,

16

biasanya guru selalu mengingatkan tentang penggunaan bahasa yang sopan
ketika siswa akan berdiskusi. Dalam diskusi siswa juga diminta untuk selalu
menghargai pendapat dari teman yang berbeda.
Setelah pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman
pendidikan karakter siswa dilakukan maka diperlukan adanya evaluasi.
Fungsi evaluasi di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dan tujuan
evaluasi itu sendiri. Tujuan evaluasi pendidikan ialah untuk mendapat data
pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan
keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler. Di samping itu,
juga dapat digunakan oleh guru-guru dan para pengawas pendidikan untuk
mengukur atau menilai sampai di mana keefektifan pengalaman-pengalaman
mengajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan metode-metode mengajar yang
digunakan. Dengan demikian, dapat dikatakan betapa penting peranan dan
fungsi evaluasi itu dalam proses belajar-mengajar.
Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan dari
kegiatan tersebut sudah tercapai atau belum. Evaluasi merupakan kegiatan
yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar
yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Dari evaluasi kemudian
akan tersedia informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah
dicapai sehingga bisa diketahui bila terdapat selisih antara standar yang telah
ditetapkan dengan hasil yang bisa dicapai. Kegiatan evaluasi yang dilakukan
oleh guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran kesantunan berbahasa untuk
penanaman karakter siswa.
Sebelum melakukan kegiatan pengamatan untuk menilai sikap peserta
yang menunjukkan nilai-nilai karakter bangsa, para guru sudah menyiapkan
indikator sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan penilaian. Pedoman
tersebut tentu saja sesuai dengan nilai karakter yang ditanamkan kepada
peserta yang meliputi 3 nilai karakter bangsa. Guru menyusun indikator
pencapaian sikap siswa. Setiap guru menilai aspek karakter ini yang nantinya
merupakan komponen yang menentukan nilai raport siswa. Misalnya saja
untuk nilai toleransi indikatornya adalah peserta menunjukkan sikap dan

17

tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.”
Evaluasi

kegiatan

pembelajaran

kesantunan

berbahasa

untuk

penanaman pendidikan karakter siswa merupakan suatu usaha untuk menilai
efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pembelajaran demi peningkatan hasil.
Evaluasi dalam pembelajaran kesantunan berbahasa teridi dari dua jenis
penilaian yaitu penilaian hasil dan penilaian proses. Untuk penilaian hasil
meliputi penilaian segera, penilaian jangka pendek dan penilaian jangka
panjang. Sedangkan untuk penilaian proses digunakan untuk mengetahui
sejauh mana pelaksanaan pembelajaran kesantunan berbahasa.

SIMPULAN
1. Perencanaan

pembelajaran

kesantunan

berbahasa

untuk

penanaman

pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar.
Perencanaan penanaman pendidikan karakter dalam pembelajaran
kesantunan berbahasa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar dilakukan oleh
guru Bahasa Indonesia. Guru menyiapkan nilai-nilai karakter yang akan
ditanamkan

kepada

siswa

dengan

menuliskannya

pada

perangkat

pembelajaran yang berupa silabus dan RPP. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai
jujur, toleransi, dan komunikasi. Disamping menyiapkan hal tersebut, guru
juga menyiapkan bahan ajar berupa buku paket dari Dinas Pendidikan.
2. Pelaksanaan

pembelajaran

kesantunan

berbahasa

untuk

penanaman

pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar
Pelaksanaan penanaman pendidikan karakter dalam pembelajaran
kesantunan berbahasa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar dilakukan
secara terpadu dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Guru menyisipkan
nilai jujur, toleransi, dan komunikasi di sela-sela kegiatan pembelajaran yang
dilakukannya. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah metode
Tanya jawab dan diskusi. Penilaian yang dilakukan oleh guru dilakukan
dalam dua bentuk yaitu penilain hasil dan penilaian proses.

18

DAFTAR PUSTAKA
Agboola, Alex dan Tsai, Kaun Chen. 2012. Bring Character Education into
Classroom. International Journal of Environmental & Science Ed. Vol. 1,
No. 2, 163-170
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Ditjen. 2010. Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010.
Jakarta : Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan Nasional 2010
Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban
Bangsa. Surakarta : Yuma Pustaka.
Koesoema, Albertus Doni. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di
Zaman Global. Jakarta : PT. Grasindo.
Masnur Muslich. 2006. “Kesantunan Berbahasa Indonesia sebagai Pembentuk
Kepribadian Bangsa”.
Dalam http://researchengines.com/1006
masnur2.html. Diunduh pada tanggal 5 Maret 2013 Pukul 09.48 WIB.
Miles, Mattew B dan Amichael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi
Rohisi. Jakarta : Universitas Indonesia.
Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rasda
Karya.
Mustakim, Bagus. 2011. Pendidikan karakter: Membangun Delapan Karakter
Emas Menuju Indonesia Bermartabat, Yogyakarta : Samudra biru
Narvez, Darcia dan Lapsley, Daniel K. 2007.Teaching Moral Character: Two
Strategies for Teacher Education. Running Head: Teaching For Moral
Character
Nababan ,P.W.J. 2005. Ilmu pragmatic(teori dan penerapannya). Jakarta :
Departemen pendidikan dan kebudayaan.
Pala, Aynur. 2011. The Need For Character Education. International Journal of
Social Sciences and Humanity Studies. Vol 3, no 2, 2011 issn: 1309-8063
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta : Penerbit Erlangga.

19

Raka, Gede, 2011 Pendidikan Karakter Karakter Disekolah. Jakarta: PT
Gramedia.
Samani, A dan Harianto. 2011. Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung
: PT Remaja Rosda Karya.
Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif; Dasar Teori dan Terapannya
dalam Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Press.
Sutrisno. 2005. Revolusi Pendidikan di Indonesia: Membedah Metode Dan
Tehnik Pendidikan Berbasis Kompetensi. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Su'ud, Abu dkk. 2011. Pendidikan Karakter disekolah dan perguruan tinggi.
Semarang : IKIP PGRI Semarang Press.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung : Angkasa.