Efek antidiare infusa biji atung (Parinarium glaberimum Hassk) pada mencit betina galur swiss dengan metode transit intestinal.

(1)

i

EFEK ANTIDIARE INFUSA BIJI ATUNG (Parinarium glaberimum Hassk) PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS DENGAN METODE

TRANSIT INTESTINAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Vania Jessica Ongkers 138114087

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk : Tuhan Yesus sumber kekuatan dan harapanku Kedua orang tuaku atas kasih sayang dan kesabarannya yang tak berujung Kakakku dan para sahabat atas doa dan motivasinya Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma


(5)

(6)

(7)

vii PRAKATA

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, cinta kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan naskah

skripsi yang berjudul “ Efek Antidiare Infusa Biji Atung (Parinarium glaberimum Hassk) pada Mencit Betina Galur Swiss Dengan Metode Transit Intestinal “.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis pergunakan untuk mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Sc., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing, atas bimbingan, waktu, dukungan, semangat dan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi. 3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Apt., Ph.D., selaku Dosen penguji atas saran dan dukungan

kepada penulis.

4. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini., Apt., selaku Dosen penguji atas saran dan dukungan kepada penulis.

5. Ibu Dr. Dewi Setianingsih, M.Sc., Apt., selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan izin dalam penggunaan fasilitas laboratorium untuk kepentingan skripsi ini.

6. Pak Heru, Pak Parjiman, Pak Kayat, Pak Wagiran, Pak Purwanto, Mas Sigit selaku Laboran dan staf Laboratorium Fakultas Farmasi atas bantuan dan dukungan kepada penulis selama pengerjaan skripsi.

7. Bapak Florentinus Dika Octa, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu setia membimbing dan menyemangati kelas FSM B 2013.

8. Keluarga terkasih Bapak Tonny Samuel Ongkers, Ibu Yuliana Natan dan kakak Jodi Fernando Ongkers atas segala cinta, doa, bantuan, motivasi dan perjuangannya untuk membantu dan mendukung penulis.

9. Tim skripsi ATUNG : Gregorius Kevin Besari, Willy Juneidi Sine, Willy Sandjojo, dan Aloysius Alpha Dewo Suryo Kusharyadi atas kerjasama, waktu, bantuan dan pengertian, juga kesabaran selama masa penelitian dan penulisan berlangsung.


(8)

viii

10.Tim Skripsi Meliana, Ajeng, dan Noni yang menjadi partner di laboratorium, seluruh rekan kuliah dan kost atas waktu, canda tawa serta kebersamaannya selama ini. 11.Para Sahabat terkasih Farmasi Angkatan 2013 terkhusus FSM B & FKK B.

12.Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan naskah skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di bidang ilmu Farmasi.

Yogyakarta, 2 Mei 2017


(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN ... 2

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

KESIMPULAN ... 12

SARAN ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 12

LAMPIRAN ... 15


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel I. Purata Hasil Uji Pendahuluan Rasio A/B ± SE ... 7

Tabel II. Hasil Uji Pendahuluan ... 8

Tabel III. Purata Hasil Perlakuan Rasio A/B ± SE ... 9


(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearence Pengunaan Hewan Uji ... 16

Lampiran 2. Surat Determinasi Tanaman ... 17

Lampiran 3. Bahan Uji Parinarium glaberimum Hassk... 18

Lampiran 4. Alat Dan Bahan Perlakuan ... 19

Lampiran 5. Hasil Uji Kadar Air ... 20

Lampiran 6. Perhitungan Dosis Loperamid (Kontrol Positif) dan Pembuatan Suspensi Loperamid ... 21

Lampiran 7. Perhitungan Dosis Infusa ... 22

Lampiran 8. Hasil Uji Kualitatif Tanin ... 23

Lampiran 9. Proses Pembedahan Mencit ... 23

Lampiran 10. Hasil Perlakuan Kontrol Positif Loperamid HCl dengan dosis 7,28 x 10-4 g/KgBB ... 24

Lampiran 11. Hasil Perlakuan Kontrol Negatif larutan garam fisiologik (NaCl 0,9%) .... 25

Lampiran 12. Hasil Perlakuan Infusa Parinarium glaberimum Hassk Dosis 5 g/Kgbb ... 25

Lampiran 13. Hasil Perlakuan Infusa Parinarium glaberimum Hassk Dosis 10 g/Kgbb . 25 Lampiran 14. Legalitas Pengunaan Software SPSS ... 26

Lampiran 15. Hasil Analisis Statistik Uji Pendahuluan ... 27


(12)

xii ABSTRAK

Diare didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh lebih dari tiga kali dalam jangka waktu 24 jam, tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian jika tidak ditangani. Salah satu tanaman yang digunakan secara empiris sebagai antidiare di Ambon adalah rebusan biji atung (Parinarium glaberimum Hassk) yang diketahui mengandung senyawa polifenolik dengan salah satu bentuknya yang diduga berkhasiat antidiare yaitu tanin. Mekanisme aksinya sebagai astrigent dengan meningkatkan aktivitas peristaltik dan mengurangi diare. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efek antidiare infusa biji Parinarium glaberimum Hassk pada mencit betina galur Swiss dengan metode transit intestinal.

Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah dengan menggunakan hewan uji mencit betina umur 2-3 bulan dengan berat ±20-30 gram. Tiga puluh ekor mencit dibagi dalam enam kelompok perlakuan. Kelompok I merupakan kontrol negatif NaCl 0,9%. Kelompok II merupakan kontrol pelarut CMC Na 1%. Kelompok III merupakan kontrol positif Loperamid dosis 7,28 x 10-4 g/KgBB. Kelompok IV-VI merupakan kelompok perlakuan infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dengan peringkat dosis 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB. Masing-masing hewan uji memperoleh volume pemberian 0,2mL/20g secara per oral. Empat puluh lima menit setelah pemberian perlakuan, mencit diberikan marker sebesar 0,2 mL/20gBB dan dua puluh menit kemudian mencit dikorbankan, diambil usus untuk diukur rasio panjang usus yang dilewati marker terhadap total panjang usus. Rasio panjang usus yang dilewati marker terhadap total panjang usus dianalisis secara statistik menggunakan Kolmogorov-smirnov dilanjutkan dengan uji One-way ANOVA taraf kepercayaan 95% dan uji post hoc Least Significant Difference (LSD).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa biji Parinarium glaberimum Hassk memiliki efek antidiare pada mencit betina galur Swiss dengan metode transit intestinal pada dosis 5; 7,5; dan 10 g/KgBB.


(13)

xiii ABSTRACT

Diarrhea is defined as the loss of body fluid more than three times within a period of 24 hours, frequently end up with shock and death if not treated. One plant which used empirically as an antidiarrheal in Ambon is stew of atung seed (Parinarium glaberimum Hassk) are known to contain polyphenolic compounds with one form that suspected as antidiarrhea agent namely tannins. The mechanism of action as an astringent with increasing peristaltic activity and reduce diarrhea. The aim of this research was to investigate the antidiarrhea effect of Parinarium glaberimum Hassk. seed infusion in Swiss female mice using intestinal transit method from comparison ratio of intestine length that marker solution trace within the intestine(A) dan total intestine length(B)

This research was purely experimental research with randomized complete direct sampling design. This research used female Swiss mice age 2-3 months, and 20-30 gram weight. Thirty mice were divided randomly into six group. Group I was the negative control NaCl 0.9%. Group II was the solution control CMC Na 1%. Group III was positive control Loperamid dosage 7.28 x 10-4 g/KgBW. Group IV-VI was group of Parinarium glaberimum Hassk seed infusion with dose 5; 7.5; dan 10 g/KgBB. Every mouse got 0.2mL/20gBW with per oral. Forty-five minute after the treatment, mice were given marker with volume 0.2mL/20gBW and twenty minutes after that, mice were sacrifice using neck dislocation for surgical and the intestine were taken for measure the ratio A/B. Ratio A/B was analyzed using Kolmogorov-smirnov statistical test, continue with One-way ANOVA test with 95% significancy level and Least Significant Difference (LSD) post hoc test.

The result of this research shown that Parinarium glaberimum Hassk seed infusion has an antidiarrhea effect in female Swiss strain mice using transit intestinal method at dose 5;7.5; and 10 g/KgBW.

Key Word: Infusion, Parinarium glaberimum Hassk seed, Antidiarrhea, Transit Intestinal Method.


(14)

1 PENDAHULUAN

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dan United Nations Children's Fund (UNICEF), dari dua milyar kasus penyakit diare di seluruh dunia setiap tahunnya, 1,9 juta diantaranya menyebabkan kematian pada anak kurang dari 5 tahun dengan mayoritas terbanyak pada negara- negara berkembang. Secara global, dalam kelompok umur ini, diare akut merupakan penyebab kedua tertinggi kematian (setelah pneumonia) (World Gastroenterology Organisation, 2012). Di Indonesia, penyakit diare merupakan salah satu penyakit endemik dan potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke-empat (13,2%) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Menurut WHO (2013) diare didefinisikan sebagai kehilangan 3 kali atau lebih cairan tubuh per hari (frekuensi yang lebih banyak daripada individu normal). Secara klinis, faktor penyebab diare yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Diare akan menghasilkan feses yang lembek atau cair, karena chymus melewati usus kecil dengan cepat, diikuti feses yang melewati usus besar dengan cepat pula sehingga tidak cukup waktu untuk absorpsi, hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium (hipokalemia) dan adakalanya asidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian jika tidak segera ditangani dan diberikan pengobatan yang tepat (Adnyana dkk, 2004).

Salah satu pengobatan yang umumnya digunakan pada diare adalah obat obstipansia seperti Loperamid untuk mengatasi gejala dengan cara menekan peristaltik, menyerap zat-zat beracun yang dihasilkan bakteri, serta menciutkan selaput lendir usus (astrigent) (Tjay dan Rahardja, 2008). Namun, pengobatan diare dengan obat sintesis cenderung menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti mual, muntah, nyeri abdomen dan ruam pada kulit (Purwaningdyah, 2015). Efek samping yang ditimbulkan menyebabkan organisasi dunia seperti WHO melakukan studi menggunakan bahan alam sebagai alternatif treatment untuk kemungkinan aktivitas antidiare yang lebih aman, lebih terjangkau, dan sesuai standar pengobatan (Bahekar, 2015).


(15)

2

Salah satu tanaman yang dikenal oleh masyarakat di Kawasan Timur Indonesia (KTI), terutama di daerah Maluku adalah tanaman atung (Parinarium glaberimum Hassk) yang secara empiris digunakan untuk mengatasi diare (Moniharapon, 2004). Tanaman ini telah digunakan pada penelitian Moniharapon (1998) mengenai antibakteri dan penelitian Sarastani (2002) mengenai antioksidan. Salah satu kandungan senyawa yang terdapat dalam tanaman ini adalah senyawa polifenolik (Moniharapon, 1998) yang sangat beragam bentuknya, seperti: fenol sederhana, fenol eter, fenilpropanoid, flavonoid, kuinon, dan tanin, dimana senyawa fenolik cenderung memiliki potensi larut dalam air dengan pKa 8 hingga 11 (Cseke et al, 2006) sehingga dapat terambil dengan pelarut air dalam bentuk sediaan infusa. Diantara bentuk polifenol, yang diduga dapat bekerja sebagai antidiare adalah tanin (Mailoa dkk, 2013).

Metode transit intestinal digunakan untuk mengevaluasi aktivitas obat diare berdasarkan pengaruhnya pada rasio jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus keseluruhan pada hewan percobaan mencit atau tikus. Obat antidiare akan memiliki rasio yang lebih kecil dibandingkan rasio pada hewan tanpa perlakuan (Kelompok Kerja Ilmiah, 1991).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai efek antidiare infusa biji Parinarium glaberimum Hassk pada mencit betina galur Swiss dengan metode transit intestinal dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai tanaman yang memiliki efek antidiare.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.

Alat dan Bahan

Bahan penelitian yang digunakan adalah biji Parinarium glaberimum Hassk yang matang di pohon dan jatuh sendiri, umur panen 3 bulan berwarna cokelat merah bata tua., mencit betina galur Swiss berusia 2-3 bulan dengan berat 20-30 g, Loperamid dengan merek dagang Imodium®, aquadest, CMC Na, Gom arab, NaCl Padat, Arang aktif, FeCl3, dan asam sulfat encer. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven, mesin penyerbuk, ayakan mesh 40-60, panci enamel, labu takar, corong, penangas air, kain flannel, stopwatch, thermometer, beaker glass, gelas ukur, sendok, mortir dan stamper, batang pengaduk, moisture balance, kandang mencit, kotak kaca, timbangan analitik Mettler


(16)

3

Toledo®, timbangan mencit OHAUS ScoutTm Pro, kertas HVS, spuit p.o mencit, pisau bedah, pinset, penggaris, dan meja bedah.

Metode

Penelitian ini mengevaluasi aktivitas antidiare berdasarkan pengaruhnya pada rasio jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus keseluruhan pada hewan percobaan. Obat antidiare akan memiliki rasio yang lebih kecil dibandingkan rasio pada hewan tanpa perlakuan. Subjek penelitian ini adalah mencit betina galur Swiss yang diperoleh dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, berusia 2-3 bulan dengan berat 20-2-30 g. Mencit tersebut dibagi kedalam kelompok orientasi dan perlakuan. Biji Parinarium glaberimum Hassk diperoleh dari lingkungan Fakultas Perikanan Universitas Pattimura, Ambon, Maluku.

Determinasi Tanaman Parinarium glaberimum Hassk

Determinasi tanaman Parinarium glaberimum Hassk dilakukan dengan mencocokan ciri-ciri tanaman yang diperoleh dari lingkungan Fakultas Perikanan, Universitas Pattimura, Ambon, Maluku di Fakultas Biologi Farmasi Universitas Gadjah Mada melalui sampel yang diberikan meliputi bagian batang, daun, buah hingga bunga.

Pengumpulan, pengeringan dan pembuatan infusa

Biji Parinarium glaberimum Hassk yang dipanen 3 bulan setelah jatuh dari pohon dicuci dengan air mengalir hingga bersih dan diangin-anginkan hingga kering kemudian diiris tipis agar luas permukaan semakin besar dan pengeringan dioptimalkan dengan menggunakan oven pada suhu 50°C selama 148 jam. Biji yang telah kering kemudian diserbuk dengan alat penyerbuk. Setelah didapatkan serbuk kasar biji, dilakukan pengayakan dengan ayakan no.40 untuk mendapatkan serbuk yang lebih halus. Pembuatan Infusa diawali dengan penimbangan serbuk kering biji Parinarium glaberimum Hassk sebanyak 100 g, kemudian menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (2010) simplisia dicampur dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90°C sambil sekali-kali diaduk. Serkai selagi panas melalui flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.

Uji Kadar air

Uji kadar air dilakukan di Laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan Farmasi-Solid Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sampel serbuk biji Parinarium glaberimum Hassk sebanyak 200 mg dimasukkan ke dalam alat moisture balance dan diratakan.


(17)

4

Kemudian dipanaskan hingga suhu 120°C dan ditunggu hingga satu menit terhitung mulai dari suhu mencapai 120°C. Kadar air akan tertera pada layar moisture balance dan dilakukan tiga kali replikasi.

Pembuatan Suspensi Marker

Suspensi marker terdiri dari 2 macam larutan, yaitu: suspensi Gom Arab 20% dan karbo adsorben 5% yang berfungsi memberikan warna hitam. Suspensi gom arab dibuat dengan menimbang 10 gram gom yang dilarutkan dengan sedikit aquadest, kemudian dituangkan ke dalam labu takar 50 mL lalu di ad aquadest hingga mencapai 50 mL. Proses pelarutan dibantu dengan pengadukan yang cepat dan sesering mungkin untuk menghindari penggumpalan Gom arab. Larutan yang kedua adalah karbo adsorben 5% yang dibuat dengan menimbang 2,5 gram karbo adsorben yang dilarutkan dalam 50 mL aquadest. Uji Pendahuluan

a. Uji Kualitatif Tanin

Uji kualitatif bertujuan untuk membuktikan bahwa biji yang digunakan mengandung senyawa tanin yang diduga mekanisme aksinya dapat menimbulkan efek antidiare. Uji kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan infusa biji Parinarium glaberimum Hassk sebanyak 2 mL yang ditambahkan beberapa tetes FeCl3 hingga terbentuk warna hitam kebiruan. Kemudian ditambahkan larutan asam sulfat encer hingga warna hitam kebiruan menghilang dan menjadi endapan coklat kekuningan. Endapan coklat kekuningan merupakan hasil positif yang menunjukkan adanya tanin (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

b. Pemilihan Kontrol Positif

Penelitian ini membandingkan rasio A/B kelompok kontrol positif dengan kelompok kontrol negatif. Jika rasio A/B kontrol positif lebih kecil dibandingkan kontrol negatif, artinya kontrol positif yang digunakan memiliki efek antidiare. Selain itu digunakan 2 dosis Loperamid yaitu dosis terapi dan ½ dosis terapi, dimana seiring penurunan dosis kontrol positif, nilai rasio A/B akan meningkat sehingga terjadi penurunan efek antidiare, artinya kontrol positif yang digunakan benar memiliki efek antidiare (Joel, 2009)

c. Penetapan dosis Infusa biji Parinarium glaberimum Hassk

Penetapan dosis berdasarkan pada konsentrasi tertinggi infusa yang dapat dispuit dan tidak menyebabkan kematian. Penetapan ini didapatkan melalui orientasi beberapa variasi dosis yaitu yaitu 1,5; 2,5; 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB dengan konsentrasi tertinggi


(18)

5

yang didapatkan yaitu 100% sehingga dosis tertinggi 10,0 g/KgBB sesuai rumus D x BB = C x V berdasarkan volume pemberian maksimal (1mL) dan bobot mencit tertinggi (30 g). Penentuan volume pemberian adalah 0,2 mL/ 20gBB (Kelompok Kerja Ilmiah, 1991).

Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

Penelitian ini menggunakan 30 ekor mencit yang dibagi ke dalam 6 kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok terdiri atas 5 ekor mencit. Sebelum diberi perlakuan, mencit akan dipuasakan lebih kurang 18 jam dengan tetap diberikan minum secara ad libitum. Kemudian mencit akan diberikan perlakuan sesuai kelompok. Kelompok I merupakan kelompok kontrol negatif diberikan cairan fisiologik tubuh (NaCl 0,9%) sebanyak 0,2mL/20gBB secara per oral. Kelompok II merupakan kelompok kontrol pelarut (CMC Na 1%) yang diberikan sebanyak 0,2mL/20gBB secara per oral. Kelompok III merupakan kontrol positif diberikan suspensi Loperamid HCl dosis terapi 7,28 x 10-3 g/100mL dengan volume pemberian 0,2mL/ 20gBB secara per oral. Kelompok IV-VI merupakan kelompok perlakuan dosis 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB dengan volume pemberian sebesar 0,2mL/20gBB secara per oral. Kemudian 45 menit setelah perlakuan (t=45), masing- masing mencit di setiap kelompok perlakuan diberikan suspensi marker dengan volume pemberian 0,2mL/20gBB secara per oral. Setelah 20 menit (t=65) semua hewan uji dikorbankan dengan dislokasi tulang leher, kemudian dilakukan pembedahan dan usus dikeluarkan secara hati-hati hingga merenggang (Kelompok Kerja Ilmiah, 1991).

Dilakukan pengukuran panjang usus yang dilewati marker mulai dari pilorus sampai ujung akhir yang berwarna hitam (A), kemudian diukur panjang seluruh usus dari pilorus hingga rektum (B). Rasio antar jarak yang ditempuh marker dibandingkan terhadap panjang usus keseluruhan (A:B) kemudian di hitung rata-rata setiap kelompok dan dibandingkan. Bila senyawa memiliki aktivitas antidiare, maka nilai rasionya lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol positif. Sebaliknya, bila rasio lebih besar, maka senyawa obat uji tersebut memiliki aktivitas laksansia.

HASIL DAN PEMBAHASAN Determinasi tanaman

Determinasi tanaman pada penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah benar tanaman Parinarium glaberimum Hassk. Determinasi tanaman dilakukan oleh bagian Biologi Farmasi Universitas Gadjah


(19)

6

Mada Yogyakarta. Hasil yang diperoleh dari determinasi ini membuktikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parinarium glaberimum Hassk. Hasil determinasi tanaman seperti dilihat pada Lampiran 2.

Penetapan Kadar air

Penetapan kadar air biji Parinarium glaberimum Hassk bertujuan untuk mengetahui kandungan air dalam serbuk biji Parinarium glaberimum Hassk, sehingga dapat diketahui apakah serbuk yang digunakan memenuhi persyaratan serbuk yang baik atau tidak, berkaitan dengan kualitas dan penyimpanan serbuk (pertumbuhan mikroba dengan media air). Penetapan kadar air dilakukan dengan alat moisture balance dengan rata-rata kadar air dari 3 kali replikasi yang diperoleh dari serbuk Parinarium glaberimum Hassk sebesar 6,522% (Lampiran 5). Hal ini menunjukkan bahwa serbuk yang digunakan memenuhi persyaratan serbuk yang baik karena kadar air kurang dari 10% (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014).

Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan bertujuan untuk memastikan tanaman yang digunakan mengandung senyawa yang memiliki mekanisme aksi sebagai antidiare dan penentuan dosis infusa biji Parinarium glaberimum Hassk.

a. Uji kualitatif tanin.

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa infusa biji Parinarium glaberimum Hassk mengandung tanin. Hal ini dibuktikan dengan penambahan beberapa tetes FeCl3 ke dalam 2 mL infusa terbentuk warna hitam kebiruan yang kemudian menghilang dan menjadi endapan coklat kekuningan dengan penambahan asam sulfat encer seperti terlihat pada Lampiran 8.

b. Pemilihan kontrol positif.

Kontrol positif berfungsi sebagai pembanding untuk mengetahui apakah bahan uji memiliki efek yang sama dengan kontrol positif, dimana kontrol positif yang digunakan sebaiknya adalah senyawa yang telah terbukti memiliki efek antidiare dan disesuaikan dengan metode uji yang digunakan (mekanisme kerja pada metode uji). Penelitian ini menggunakan Loperamid HCl sebagai kontrol positif karena Loperamid HCl merupakan senyawa yang menunjukkan aksi antidiare pada saluran pencernaan dengan menghambat gerakan peristaltik dan memperpanjang waktu transit penyerapan cairan dan elekrolit di dalam mukosa usus (AphA, 2003). Hal ini sesuai dengan mekanisme


(20)

7

kerja metode transit intestinal yang bekerja pada salah satu mekanisme patofisiologi terjadinya diare, yaitu perubahan motilitas usus.

c. Penetapan dosis infusa biji Parinarium glaberimum Hassk

Penetapan dosis infusa Parinarium glaberimum Hassk bersifat eksploratif. Dosis tertinggi didapatkan dari orientasi berdasarkan pada berat badan maksimal mencit yang digunakan (30 g), konsentrasi maksimal infusa biji Parinarium glaberimum Hassk adalah 100% dan volume per oral maksimal yang diberikan pada mencit yaitu 1 mL. Dosis tertinggi infusa biji Parinarium glaberimum Hassk sebesar 10 g/KgBB kemudian

dilakukan beberapa penurunan dosis, yaitu 1,5; 2,5; 5,0; 7,5; 10,0 g/KgBB. Tabel I. Purata Hasil Uji Pendahuluan Rasio A/B ± SE Keterangan : SE = Standard Error

Dari tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata rasio A/B kelompok kontrol positif dosis terapi dan ½ dosis terapi (kelompok II dan III) secara berurutan adalah 0,20 ± 0,009 dan 0,31 ± 0,012. Secara teori, semakin tinggi dosis yang diberikan maka efek yang ditimbulkan akan semakin besar. Dari data hasil uji pendahuluan dapat dilihat bahwa dengan peningkatan dosis pada kontrol positif dari ½ dosis terapi ke dosis terapi, terdapat penurunan rata-rata rasio A/B, yang artinya efek yang ditimbulkan ikut meningkat seiring dengan peningkatan dosis. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini menimbulkan efek antidiare yang semakin besar seiring peningkatan dosis. Sehingga, penelitian ini dilanjutkan dengan Loperamid HCl dosis terapi 7,28 x 10-4 g/KgBB karena memiliki efek antidiare yang paling besar berdasarkan rasio A/B yang semakin kecil.

Tabel II menunjukkan bahwa perbandingan rasio A/B pada semua kelompok infusa biji Parinarium glaberimum Hassk berbeda bermakna (p<0,05) dengan kelompok kontrol negatif, hal ini didukung dengan data pada Tabel I yang menunjukkan bahwa purata semua

No Kelompok Uji Jumlah Hewan

Uji (ekor)

Purata rasio A/B ± SE

I NaCl 0,9 % 3 0,51 ± 0,025

II CMC Na 1% 3 0,50 ± 0,014

III Loperamid dosis 7,28 x 10-4 g/KgBB 3 0,20 ± 0,009 IV Loperamid dosis 3,64 x 10-4 g/KgBB 3 0,31 ± 0,012

V Infusa dosis 1,5 g/ KgBB 3 0,41 ± 0,035

VI Infusa dosis 2,5 g/ KgBB 3 0,41 ± 0,023

VII Infusa dosis 5,0 g/ KgBB 3 0,30 ± 0,019

VIII Infusa dosis 7,5 g/ KgBB 3 0,26 ± 0,012


(21)

8

kelompok infusa biji Parinarium glaberimum Hassk lebih kecil dari pada kontrol negatif, yang artinya terjadi peningkatan efek antidiare.

Tabel II juga menunjukkan bahwa rata-rata rasio A/B kelompok kontrol positif (kelompok III) berbeda tidak bermakna (p>0,05) jika dibandingkan dengan kelompok infusa dosis 7,5 dan 10 g/KgBB(kelompok VIII dan IX). Hal ini memberikan pengertian bahwa efek antidiare yang ditimbulkan pada kedua dosis tersebut sebanding dengan kontrol positif yang digunakan. Maka, penelitian ini dilanjutkan dengan 3 peringkat dosis yang memberikan efek antidiare paling besar dilihat dari rasio A/B yang terkecil, yaitu dosis 5,0; 7,5; dan 10 g/KgBB.

Tabel II. Hasil Uji Pendahuluan

I II III IV V VI VII VIII IX

I - BTB BB BB BB BB BB BB BB

II BTB - BB BB BTB BB BB BB BB

III BB BB - BB BB BB BB BTB BTB

IV BB BB BB - BB BB BTB BTB BB

V BB BB BB BB - BTB BB BB BB

VI BB BB BB BB BTB - BB BB BB

VII BB BB BB BTB BB BB - BB BB

VIII BB BB BTB BTB BB BB BB - BTB

IX BB BB BTB BB BB BB BB BTB -

Keterangan : BB= Berbeda Bermakna (p<0,05); BTB= Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05) Uji efek antidiare

Efek antidiare infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dilakukan dengan menggunakan 30 ekor hewan uji yang terbagi sama banyak secara acak ke dalam 6 kelompok perlakuan. Sebelum diberi perlakuan, setiap hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama lebih kurang 18 jam dengan minum tetap diberikan sepuasnya (ad libitum). Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan pengaruh makanan yang ada dalam usus pada proses kerja bahan atau zat uji. Selain itu jika terdapat makanan dalam usus, gerakan marker (penanda) dari lambung menuju rektum akan terhambat dan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Hewan uji kemudian diberi perlakuan sesuai kelompok perlakuan; kelompok I merupakan kelompok kontrol negatif yang diberikan cairan fisiologik tubuh (NaCl 0,9%); kelompok II merupakan kelompok kontrol pelarut (CMC Na 1%); kelompok III merupakan kelompok kontrol positif (suspensi Loperamid HCl dosis terapi 7,28 x 10-3 g/100mL); kelompok IV-VI merupakan kelompok perlakuan dosis 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB. Masing-masing hewan uji pada kelompok perlakuan memperoleh volume pemberian 0,2mL/20g BB yang diberikan secara per oral. Empat puluh lima menit setelah pemberian senyawa atau


(22)

9

bahan uji, hewan diberikan larutan marker dengan tujuan untuk memberikan waktu kerja atau onset terhadap senyawa atau bahan uji. Dua puluh menit kemudian dilakukan pembedahan terhadap hewan uji dengan dikorbankan terlebih dahulu dengan cara dislokasi leher. Pembedahan dilakukan untuk mengambil lambung hingga rektum hewan uji sehingga dapat ditentukan rasio A/B dengan cara mengukur panjang usus yang dilalui marker (A) dan panjang usus seluruhnya (B) lalu dibandingkan. Purata hasil perlakuan rasio A/B ± SE disajikan dalam Tabel III.

Tabel III. Purata Hasil Perlakuan Rasio A/B ± SE

Kelompok Uji Jumlah

Hewan Uji (ekor)

Purata Rasio A/B ± SE (cm)

I NaCl 0,9% 5 0,52 ± 0,01

II CMC Na 1% 5 0,50 ± 0,01

III Loperamid HCl dosis 7,28 x 10-4 g/KgBB 5 0,29 ± 0,03

IV Infusa dosis 5,0 g/KgBB 5 0,40 ± 0,02

V Infusa dosis 7,5 g/KgBB 5 0,34 ± 0,04

VI Infusa dosis 10,0 g/KgBB 5 0,30 ± 0,01

Hasil analisis statistik rasio A/B pada Lampiran 16 menunjukkan bahwa data terdistribusi normal (p>0,05) menggunakan uji Kolmogorov-smirnov , dilanjutkan dengan uji One-way ANOVA dengan nilai p<0,05 yang artinya terdapat perbedaan rerata rasio A/B antar kelompok perlakuan. Kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc Least Significant Difference (LSD) untuk melihat kelompok mana yang memiliki perbedaan, ditunjukkan pada Tabel IV.

Tabel IV. Hasil Uji Kelompok Perlakuan

I II III IV V VI

I 0,529BTB 0,000BB 0,000BB 0,000BB 0,000BB II 0,529BTB 0,000BB 0,001BB 0,000BB 0,000BB III 0,000BB 0,000BB 0,000BB 0,079BTB 1,000BTB IV 0,000BB 0,001BB 0,000BB 0,021BB 0,000BB

V 0,000BB 0,000BB 0,079BTB 0,021BB 0,079BTB VI 0,000BB 0,000BB 1,000BTB 0,000BB 0,079BTB

Keterangan :

BB : Berbeda Bermakna (p<0,05) BTB : Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)

I : Kelompok kontrol negatif dengan pemberian larutan garam fisiologik (NaCl 0,9%). II : Kelompok kontrol pelarut dengan pemberian CMC Na 1%

III : Kelompok kontrol positif Loperamid dosis 7,28 x 10-4 g/KgBB

IV : Kelompok perlakuan infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dosis I (5,0 g/KgBB) V : Kelompok perlakuan infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dosis II (7,5 g/KgBB) VI : Kelompok perlakuan infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dosis III (10,0 g/KgBB)


(23)

10

Penelitian ini menggunakan CMC Na 1% yang berfungsi untuk memastikan apakah CMC Na 1% memiliki efek sebagai antidiare, laksansia atau tidak termasuk keduanya dikarenakan Loperamid HCl disuspensikan ke dalam CMC Na 1%. Jika CMC Na 1% memiliki salah satu efek tersebut (antidiare atau laksansia) maka tentunya akan mempengaruhi nilai rasio A/B yang dihasilkan kontrol positif. Seperti terlihat pada Tabel IV, rata-rata rasio A/B kelompok kontrol negatif berbeda tidak bermakna (p>0,05) dengan rata-rata rasio A/B kelompok CMC Na 1%. Hal ini menunjukkan bahwa CMC Na 1% tidak memiliki efek antidiare maupun efek laksansia sehingga tidak akan mempengaruhi hasil yang ditimbulkan suspensi Loperamid HCl. Hal ini sesuai dengan data rata-rata rasio A/B yang terdapat pada Tabel III bahwa rata-rata rasio A/B antara kelompok CMC Na 1% dan kontrol negatif NaCl 0,9% tidak jauh berbeda yaitu 0,52 ± 0,01 dan 0,50 ± 0,01, sehingga dapat dikatakan bahwa CMC Na 1% tidak memiliki efek sebagai antidiare maupun laksansia. Berdasarkan Tabel IV, diketahui bahwa kelompok kontrol negatif memiliki rata-rata rasio A/B yang berbeda bermakna (p< 0,05) terhadap kontrol positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini (Loperamid HCl dosis 7,28 x 10-4 g/Kg BB) memiliki efek sebagai antidiare. Hal ini sesuai dengan data pada Tabel III yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata rasio A/B kelompok kontrol positif Loperamid HCl dosis 7,28 x 10-4 g/Kg BB yaitu 0,29 ± 0,03 lebih kecil dari pada nilai rata-rata rasio A/B kelompok kontrol negatif (NaCl 0,9%) yaitu 0,52 ± 0,01.

Tabel IV menunjukkan bahwa rata-rata rasio A/B kelompok perlakuan infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dosis 5,0; 7,5 dan 10,0 g/KgBB berbeda bermakna (p< 0,05) dengan kelompok kontrol negatif sehingga dapat dikatakan bahwa infusa biji Parinarium glaberimum Hassk memiliki efek antidiare. Hal ini didukung dengan data rata-rata rasio A/B yang tersaji pada Tabel III yaitu rata-rata rasio A/B kelompok infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dosis 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB secara berturut-turut adalah 0,40 ± 0,24; 0,34 ± 0,04 ; dan 0,30 ± 0,01 lebih kecil daripada rata-rata rasio A/B kelompok kontrol negatif dengan nilai rata-rata rasio A/B 0,52 ± 0,01. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa infusa biji Parinarium glaberimum Hassk memiliki efek sebagai antidiare pada dosis 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB.

Berdasarkan Tabel IV, diketahui bahwa bahwa rata-rata rasio A/B kelompok perlakuan dosis infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dosis 5,0 g/KgBB berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kontrol positif yang artinya infusa dosis 5,0 g/KgBB memiliki


(24)

11

efek antidiare, namun belum cukup untuk memberikan efek yang optimal seperti kontrol positif pada dosis terapi.

Kemudian, Tabel IV menunjukkan bahwa kelompok perlakuan infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dosis 7,5 dan 10,0 g/KgBB memiliki rata-rata rasio A/B yang berbeda tidak bermakna (p> 0,05) dengan kelompok kontrol positif Loperamid HCl dosis terapi 7,28 x 10-4 g/KgBB. Hal ini didukung dengan data pada Tabel III, yaitu perbandingan rata-rata rasio A/B infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dosis 7,5 dan 10,0 g/KgBB secara berturut-turut yaitu 0,34 ± 0,04 dan 0,30 ± 0,01 sebanding dengan kelompok kontrol positif dengan nilai 0,29 ± 0,03. Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis 7,5 dan 10,0 g/KgBB, infusa biji Parinarium glaberimum Hassk memberikan efek antidiare yang sebanding dengan kontrol positif yang digunakan.

Berdasarkan Elya dkk (2010), penetapan dosis untuk mendapatkan hasil yang baik dihitung mengikuti progresi geometri (R) melalui hasil perkalian dengan faktor kelipatan. Maka, sebaiknya penelitian selanjutnya dapat menggunakan dosis dengan faktor kelipatan yaitu 2,5;5,0; dan 10g/KgBB dimana menurut Karalliedde (2011) untuk membuat Kurva Dosis-Respon dibutuhkan minimal 3 peringkat dosis dibandingkan dengan efek yang ditimbulkan.

Dari hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa infusa biji Parinarium glaberimum Hassk memiliki efek antidiare. Efek antidiare tersebut kemungkinan disebabkan oleh kandungan tanin di dalamnya, karena tanin diketahui memiliki efek astrigensia yang timbul ketika kontak dengan membran mukosa melalui ikatan silang dengan kedua sel mukosa dan epitel yang menyebabkan mukosa berikatan semakin rapat sehingga mengurangi permeabilitas, selain itu tanin juga menciutkan lapisan permukaan usus dengan membuat lapisan pelindung dari protein terkoagulasi pada mukosa di sepanjang dinding usus, sehingga mematikan ambang saraf sensorik dan mengurangi stimulus yang merangsang peningkatan aktivitas peristaltik usus (Mills & Bone, 2000).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Senyawa identitas adalah kandungan kimia simplisia yang dapat digunakan untuk identifikasi. Dalam hal senyawa identitas tidak tersedia, identifikasi simplisia dan sediaannya dapat menggunakan zat pembanding (bahan yang memenuhi semua persyaratan monografi Farmakope Herbal Indonesia). Hasil uji kualitatif tanin dari penelitian ini dengan menggunakan FeCl3, menunjukkan bahwa biji Parinarium glaberimum Hassk mengandung tanin, namun perlu digunakan zat pembanding untuk mengetahui jenis tanin (tanin terhidrolisis atau tanin


(25)

12

terkondensasi) apakah yang terkandung di dalam infusa biji Parinarium glaberimum Hassk. Selain itu, kandungan tanin yang menimbulkan efek antidiare dalam infusa biji Parinarium glaberimum Hassk baru sebatas dugaan yang tentunya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, dikarenakan tanin bukan hanya satu-satunya zat aktif yang dapat bekerja dari tanaman sebagai antidiare, ada pula zat aktif lain seperti flavonoid dan alkaloid (Winarno dan Sundari, 1996).

KESIMPULAN

Infusa biji Parinarium glaberimum Hassk memiliki efek antidiare pada mencit betina galur Swiss dengan metode transit intestinal pada dosis 5; 7,5; dan 10 g/KgBB.

SARAN

1. Perlu dilakukan uji kualitatif menggunakan zat pembanding tanin serta uji kuantitatif terhadap kandungan dalam biji Parinarium glaberimum Hassk yang memiliki efek sebagai antidiare.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan tiga peringkat kelipatan dosis yaitu 2,5: 5,0 dan; 10,0 g/KgBB agar dapat dibuat Kurva Dosis- Respon.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I.K., Yulinah, E., Sigit, J.I., K, N. Fisheri., dan Insanu, M., 2004. Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan Jambu Biji Daging Buah Merah Sebagai Antidiare. Acta Pharmaceutica Indonesia., 1(8), 19-27

American Pharmaceutical Association (APhA)., 2003. Drug Information Handbook , Lexi-Comp, 836.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010. Acuan Sediaan

Herbal, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia., 1(4), 3.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2014, Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Bahekar, Satish., and Kale, R.S., 2015. Antidiarrheal Activity of Ethanolic Extract of Manihot Esculenta Crantz Leaves in Wistar Rats. J-AIM., 6(1), 35–40.


(26)

13

Cseke, L.J., Kirakosyan, A., Kaufman, P.B., Warber, S.L., Duke, J.A., and Brielmann, H.L., 2006, Natural Products from Plants, 2nd Ed., Taylor & Francis Group, United States of America: 19, 271-272.

Elya, B., Amin, J., Emiyanah, 2010, Toksisitas Akut Daun Justicia gendarussa Burm.., Makara Sains 14(2), 130.

Kelompok Kerja Ilmiah, 1991. Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka : Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik., Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phytco Medica. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta: 23-25,179-185.

Darmono, S., 2011. Buku Ajar Farmakologi Eksperimental, UI Press, 7-12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Farmakope Herbal Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2-5.

Joel, Nixon., 2009. Efek Antidiare Infusa Daun Putri Malu (Mimosa pudica Linn.) pada Mencit Putih Betina dengan Metode Transit Intestinal, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Karalliedde, L., 2010. Dose-Response Curves. Faculty of Medicine University of Peradineya (online). https://goo.gl/8eQtKa diakses tanggal 13 Juni 2017.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1033-1158.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta, 147.

Mailoa, M.N., Mhendradatta, M., Laga, A., dan Djide, N., 2013. Tannin Extract Of Guava Leaves (Psidium guajava L) Variation With Consentration Organic Solvents, International Journal Of Scientific & Technology Research, 2(9).

Moniharapon, Trijunianto., 1998. Kajian Fraksi Bioaktif dari Buah Atung (Parinarium glaberimum Hassk) Sebagai Bahan Pengawet Pangan, Disertasi, Program Studi Ilmu Pangan Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Moniharapon, Trijunianto., 2004. Antimicrobial Activity of Atung(Parinarium glaberimum Hassk.) Fruit Extract., Pakistan Journal of Biological Sciences,Pakistan. 7(6), 1057-1061.


(27)

14

Mills, S and , Bone,K., 2002. Principles and Practice of Phytotheraphy: Modern Herbal Medicine. United Kingdom, Churcill Livingstone, 34-37, 68-71, 133, 170-171. Purwaningdyah, Y.G., Widyaningsih, T.D., dan Wijayanti, N., 2015, Efektivitas Ekstrak Biji

Pepaya (Carica Pepaya L.) Sebagai Antidiare Pada Tikus Yang Diinduksi Salmonella typhimurium., Jurnal Pangan dan Agroindustri, Malang, 3(4), 1283-1293.

Sarastani, D., Soekarto, S.T., Muchtadi, T.R., Fardiaz, D., dan Apriyantono, A., 2002. Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Ekstrak Biji Atung (Parinarium glaberimum Hassk)., Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Bogor, 8(2), 149-156. Tjay, T.H dan Rahardja, K., 2008. Obat-obat Penting : Khasiat, Pengunaan daan Efek-efek

Sampingnya. Jakarta, Gramedia, 292-293.

Winarno, M. W., dan Sundari, D., 1996, Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat Diare di Indonesia, Cermin Dunia Kedokteran, 26, 109

World Health Organization., 2013. Factsheet about Diarrhoeal disease. WHO(Online),

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/, diakses 21 April 2016.

World Gastroenterology Organisation (WGO)., 2012. Acute Diarrhea in Adults and Children: a global Perspective. World Gastroenterology Organisation Global Guidelines, (February).


(28)

15


(29)

16


(30)

17


(31)

18

Lampiran 3. Bahan Uji Parinarium glaberimum Hassk

Pohon Parinarium glaberimum Hassk.

Biji Parinarium glaberimum Hassk.

Hasil Pengeringan biji Parinarium glaberimum Hassk.


(32)

19

Lampiran 4. Alat dan Bahan Perlakuan

Alat dan Bahan Preparasi Infusa

Infusa Biji Parinarium glaberimum Hassk

Meja bedah, gunting, pinset, spuit per oral, alat gelas, Infusa dan Suspensi Marker


(33)

20

Lampiran 5. Hasil Uji Kadar Air


(34)

21

Lampiran 6. Perhitungan Dosis Loperamid (Kontrol Positif) dan Pembuatan Suspensi Loperamid

1. Perhitungan Dosis Loperamid

Berdasarkan Tjay dan Rahardja, 2003, dosis terapi pemberian Loperamid untuk orang Dewasa Indonesia adalah 4 mg/ 50KgBB. Maka, konversi dosis dewasa Indonesia ke dosis orang dewasa Eropa (70 KgBB), yaitu :

� . − � = , − g/ 70 KgBB

Faktor Konversi dosis manusia 70 Kg ke mencit 20 g = 0,0026 (Darmono,2011), sehingga: 0,0026 x 5,6 . − = 1,456 x 10-5 g/20gBB = 7,28 x 10-4 g/KgBB

2. Pembuatan Suspensi Loperamid a. Konsentrasi Loperamid

C x V = D x BB C = x

V

=

, x − KgBBg � , �

, �

= 7,28 x 10-5 g/mL = 7,28 x 10-3 g/ 100 mL b. Pembuatan Suspensi Loperamid

Maka, Loperamid HCl yang diambil sebanyak 7,28 x 10-3 g. Banyaknya Loperamid yang harus digunakan mengacu pada perhitungan kesetaraan bobot, diambil 10 tablet Immodium yang mengandung 2 mg Loperamid HCl tiap tablet. Berat tablet yang harus diambil dihitung dengan cara :

� �

ℎ =

� �

� ℎ � , �

, � =

, . −

� Berat tablet yang diambil = , . −3� ,

,

Berat tablet yang diambil = 0,362544 ~ ,

Berat tablet yang diambil sebesar 0,3625 g (± 10% = 0,32625 - 0,3988) kemudian dilarutkan ke dalam CMC Na 1% hingga 100 mL, sehingga suspensi Loperamid HCl ini mengandung Loperamid HCl dengan konsentrasi 7,28 x 10-3 g/100mL


(35)

22

Lampiran 7. Perhitungan Dosis Infusa Dosis I

Serbuk simplisia biji Parinarium glaberimum Hassk ditimbang sebanyak 50 g kemudian dibasahi dan dimasukkan ke dalam 100 mL Aquadest, dengan volume pemberian 0,2 mL per berat badan mencit 20 gram.

C x V = D x BB D = x V

=

5 �

��� , �

, �

= 5 g/ KgBB

Faktor Konversi mencit 20g ke Manusia 70 Kg = 387,9 (Darmono, 2011), maka : 5g/Kg x 0,02 Kg x 387,9 = 13,5765g / 70 Kg = 0,1939 g/KgBB

Dosis II

Serbuk simplisia biji Parinarium glaberimum Hassk ditimbang sebanyak 75 g kemudian dibasahi dan dimasukkan ke dalam 100 mL Aquadest, dengan volume pemberian 0,2 mL per berat badan mencit 20 gram.

C x V = D x BB D =

75�

��� , �

, �

D = 7,5 g/ KgBB

Faktor Konversi mencit 20g ke Manusia 70 Kg = 387,9 (Darmono, 2011), maka : 7,5g/Kg x 0,02 Kg x 387,9 = 58,185g / 70 Kg = 0,8312 g/KgBB

Dosis III

Serbuk simplisia biji Parinarium glaberimum Hassk ditimbang sebanyak 100 g kemudian dibasahi dan dimasukkan ke dalam 100 mL Aquadest, dengan volume pemberian 0,2 mL per berat badan mencit 20 gram.

C x V = D x BB D =

� ��� , �

, �

D = 10 g/ KgBB

Faktor Konversi mencit 20g ke Manusia 70 Kg = 387,9 (Darmono, 2011), maka : 10g/Kg x 0,02 Kg x 387,9 = 77,58g / 70 Kg = 1,1082 g/KgBB


(36)

23

Lampiran 8. Hasil Uji Kualitatif Tanin

A B C

Keterangan:

A = Infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dosis I (5,0 g/KgBB) B = Setelah ditambah FeCl3 berwarna biru kehitaman

C = Setelah penambahan beberapa tetes asam sulfat encer (muncul endapan coklat kekuningan)

Lampiran 9. Proses Pembedahan Mencit

Mencit sebelum dibedah

Mencit setelah dibedah


(37)

24

Lampiran 10. Hasil Perlakuan Kontrol Positif Loperamid HCl dengan dosis 7,28 x 10-4 g/KgBB

Keterangan :

A : Panjang usus yang dilewati marker B : Panjang usus keseluruhan

1 : Lambung 2 : Pilorus 3 : Apendiks

Lampiran 11. Hasil Perlakuan Kontrol Negatif larutan garam fisiologik (NaCl 0,9%)

Keterangan :

A : Panjang usus yang dilewati marker B : Panjang usus keseluruhan

1 : Lambung 2 : Pilorus 3 : Apendiks

A 2

B 1

3

B 1 2 3


(38)

25

Lampiran 12. Hasil Perlakuan Infusa Parinarium Glaberimum Hassk Dosis 5 g/Kgbb

Keterangan :

A : Panjang usus yang dilewati marker B : Panjang usus keseluruhan

1 : Lambung 2 : Pilorus 3 : Apendiks

Lampiran 13. Hasil Perlakuan Infusa Parinarium Glaberimum Hassk Dosis 10 g/Kgbb

Keterangan :

A : Panjang usus yang dilewati marker B : Panjang usus keseluruhan

1 : Lambung 2 : Pilorus 3 : Apendiks

B 1

A 2

3

1 2 3

A


(39)

26


(40)

27

Lampiran 15. Hasil Analisis Statistik Uji Pendahuluan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Rasio

N 27

Normal Parametersa,b Mean ,3505 Std.

Deviation ,11144 Most Extreme

Differences

Absolute ,156

Positive ,156

Negative -,110

Test Statistic ,156

Asymp. Sig. (2-tailed) ,089c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction. Test of Homogeneity of Variances Rasio

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

2,331 8 18 ,065

Multiple Comparisons Dependent Variable: Rasio

LSD (I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower

Bound

Upper Bound

NaCl 0,9% CMC Na 1% ,00567 ,02722 ,837 -,0515 ,0628

Loperamid I ,30667* ,02722 ,000 ,2495 ,3638

Loperamid II ,20333* ,02722 ,000 ,1462 ,2605

Infusa I ,10000* ,02722 ,002 ,0428 ,1572

Infusa II ,10000* ,02722 ,002 ,0428 ,1572

Infusa III ,20667* ,02722 ,000 ,1495 ,2638

Infusa IV ,25000* ,02722 ,000 ,1928 ,3072

Infusa V ,26333* ,02722 ,000 ,2062 ,3205

CMC Na 1%

NaCl 0,9% -,00567 ,02722 ,837 -,0628 ,0515

Loperamid I ,30100* ,02722 ,000 ,2438 ,3582

Loperamid II ,19767* ,02722 ,000 ,1405 ,2548

Infusa I ,09433* ,02722 ,003 ,0372 ,1515


(41)

28

Infusa III ,20100* ,02722 ,000 ,1438 ,2582

Infusa IV ,24433* ,02722 ,000 ,1872 ,3015

Infusa V ,25767* ,02722 ,000 ,2005 ,3148

Loperamid I NaCl 0,9% -,30667* ,02722 ,000 -,3638 -,2495

CMC Na 1% -,30100* ,02722 ,000 -,3582 -,2438

Loperamid II -,10333* ,02722 ,001 -,1605 -,0462

Infusa I -,20667* ,02722 ,000 -,2638 -,1495

Infusa II -,20667* ,02722 ,000 -,2638 -,1495

Infusa III -,10000* ,02722 ,002 -,1572 -,0428

Infusa IV -,05667 ,02722 ,052 -,1138 ,0005

Infusa V -,04333 ,02722 ,129 -,1005 ,0138

Loperamid II

NaCl 0,9% -,20333* ,02722 ,000 -,2605 -,1462

CMC Na 1% -,19767* ,02722 ,000 -,2548 -,1405

Loperamid I ,10333* ,02722 ,001 ,0462 ,1605

Infusa I -,10333* ,02722 ,001 -,1605 -,0462

Infusa II -,10333* ,02722 ,001 -,1605 -,0462

Infusa III ,00333 ,02722 ,904 -,0538 ,0605

Infusa IV ,04667 ,02722 ,104 -,0105 ,1038

Infusa V ,06000* ,02722 ,041 ,0028 ,1172

Infusa I NaCl 0,9% -,10000* ,02722 ,002 -,1572 -,0428

CMC Na 1% -,09433* ,02722 ,003 -,1515 -,0372

Loperamid I ,20667* ,02722 ,000 ,1495 ,2638

Loperamid II ,10333* ,02722 ,001 ,0462 ,1605

Infusa II ,00000 ,02722 1,000 -,0572 ,0572

Infusa III ,10667* ,02722 ,001 ,0495 ,1638

Infusa IV ,15000* ,02722 ,000 ,0928 ,2072

Infusa V ,16333* ,02722 ,000 ,1062 ,2205

Infusa II NaCl 0,9% -,10000* ,02722 ,002 -,1572 -,0428

CMC Na 1% -,09433* ,02722 ,003 -,1515 -,0372

Loperamid I ,20667* ,02722 ,000 ,1495 ,2638

Loperamid II ,10333* ,02722 ,001 ,0462 ,1605

Infusa I ,00000 ,02722 1,000 -,0572 ,0572

Infusa III ,10667* ,02722 ,001 ,0495 ,1638

Infusa IV ,15000* ,02722 ,000 ,0928 ,2072

Infusa V ,16333* ,02722 ,000 ,1062 ,2205

Infusa III NaCl 0,9% -,20667* ,02722 ,000 -,2638 -,1495

CMC Na 1% -,20100* ,02722 ,000 -,2582 -,1438

Loperamid I ,10000* ,02722 ,002 ,0428 ,1572

Loperamid II -,00333 ,02722 ,904 -,0605 ,0538

Infusa I -,10667* ,02722 ,001 -,1638 -,0495

Infusa II -,10667* ,02722 ,001 -,1638 -,0495

Infusa IV ,04333 ,02722 ,129 -,0138 ,1005


(42)

29

Infusa IV NaCl 0,9% -,25000* ,02722 ,000 -,3072 -,1928

CMC Na 1% -,24433* ,02722 ,000 -,3015 -,1872

Loperamid I ,05667 ,02722 ,052 -,0005 ,1138

Loperamid II -,04667 ,02722 ,104 -,1038 ,0105

Infusa I -,15000* ,02722 ,000 -,2072 -,0928

Infusa II -,15000* ,02722 ,000 -,2072 -,0928

Infusa III -,04333 ,02722 ,129 -,1005 ,0138

Infusa V ,01333 ,02722 ,630 -,0438 ,0705

Infusa V NaCl 0,9% -,26333* ,02722 ,000 -,3205 -,2062

CMC Na 1% -,25767* ,02722 ,000 -,3148 -,2005

Loperamid I ,04333 ,02722 ,129 -,0138 ,1005

Loperamid II -,06000* ,02722 ,041 -,1172 -,0028

Infusa I -,16333* ,02722 ,000 -,2205 -,1062

Infusa II -,16333* ,02722 ,000 -,2205 -,1062

Infusa III -,05667 ,02722 ,052 -,1138 ,0005

Infusa IV -,01333 ,02722 ,630 -,0705 ,0438


(43)

30

Lampiran 16. Hasil Analisis Statistik Kelompok Perlakuan

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound Upper Bound

NaCl 0,9% 5 ,5180 ,02588 ,01158 ,4859 ,5501

CMC Na 1% 5 ,5020 ,02049 ,00917 ,4766 ,5274

Loperamid 5 ,2960 ,05983 ,02676 ,2217 ,3703

Infusa I 5 ,4040 ,05320 ,02379 ,3379 ,4701

Infusa II 5 ,3420 ,03564 ,01594 ,2978 ,3862

Infusa III 5 ,2960 ,02510 ,01122 ,2648 ,3272

Total 30 ,3930 ,09876 ,01803 ,3561 ,4299

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Rasio

N 30

Normal Parametersa,b Mean ,3930 Std.

Deviation ,09876 Most Extreme

Differences

Absolute ,149

Positive ,137

Negative -,149

Test Statistic ,149

Asymp. Sig. (2-tailed) ,088c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction. Test of Homogeneity of Variances Rasio

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1,458 5 24 ,240

ANOVA Rasio

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between

Groups ,245 5 ,049 31,306 ,000

Within Groups ,038 24 ,002


(44)

31

*. The mean difference is significant at the 0.05 level. Multiple Comparisons

Dependent Variable: Rasio LSD (I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower

Bound

Upper Bound

NaCl 0,9% CMC Na 1% ,01600 ,02503 ,529 -,0357 ,0677

Loperamid ,22200* ,02503 ,000 ,1703 ,2737

Infusa I ,11400* ,02503 ,000 ,0623 ,1657

Infusa II ,17600* ,02503 ,000 ,1243 ,2277

Infusa III ,22200* ,02503 ,000 ,1703 ,2737

CMC Na 1%

NaCl 0,9% -,01600 ,02503 ,529 -,0677 ,0357

Loperamid ,20600* ,02503 ,000 ,1543 ,2577

Infusa I ,09800* ,02503 ,001 ,0463 ,1497

Infusa II ,16000* ,02503 ,000 ,1083 ,2117

Infusa III ,20600* ,02503 ,000 ,1543 ,2577

Loperamid NaCl 0,9% -,22200* ,02503 ,000 -,2737 -,1703

CMC Na 1% -,20600* ,02503 ,000 -,2577 -,1543

Infusa I -,10800* ,02503 ,000 -,1597 -,0563

Infusa II -,04600 ,02503 ,079 -,0977 ,0057

Infusa III ,00000 ,02503 1,000 -,0517 ,0517

Infusa I NaCl 0,9% -,11400* ,02503 ,000 -,1657 -,0623

CMC Na 1% -,09800* ,02503 ,001 -,1497 -,0463

Loperamid ,10800* ,02503 ,000 ,0563 ,1597

Infusa II ,06200* ,02503 ,021 ,0103 ,1137

Infusa III ,10800* ,02503 ,000 ,0563 ,1597

Infusa II NaCl 0,9% -,17600* ,02503 ,000 -,2277 -,1243

CMC Na 1% -,16000* ,02503 ,000 -,2117 -,1083

Loperamid ,04600 ,02503 ,079 -,0057 ,0977

Infusa I -,06200* ,02503 ,021 -,1137 -,0103

Infusa III ,04600 ,02503 ,079 -,0057 ,0977

Infusa III NaCl 0,9% -,22200* ,02503 ,000 -,2737 -,1703

CMC Na 1% -,20600* ,02503 ,000 -,2577 -,1543

Loperamid ,00000 ,02503 1,000 -,0517 ,0517

Infusa I -,10800* ,02503 ,000 -,1597 -,0563


(45)

32

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Efek Antidiare Infusa Biji

Atung (Parinarium glaberimum Hassk) pada Mencit Betina Galur Swiss dengan Metode Transit Intestinal” memiliki nama lengkap Vania Jessica Ongkers, merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang lahir di Ambon pada tanggal 17 September 1996. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Tonny Samuel Ongkers dan Yuliana Natan. Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu TK Fransiskus Xaverius Ambon, Sekolah Dasar Kristen Kalam Kudus Ambon, Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Ambon, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambon, dan saat ini menyelesaikan studi Strata 1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2013-2017. Penulis memiliki pengalaman kerja sebagai asisten dosen Praktikum Biokimia 2016. Penulis aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi tahun 2015-2016 dan organisasi lainnya. Penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti Herbal Garden Team. Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang kegiatan Pengabdian Masyarakat yang didanai DIKTI dengan judul:

”KEPO” Loker Pohon- Sebuah Upaya Meningkatkan Motivasi untuk Sembuh dan Sehat Bagi Anak Penderita Kanker di Yayasan Kasih Anak Kanker Yogyakarta”.


(46)

i ABSTRAK

Diare didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh lebih dari tiga kali dalam jangka waktu 24 jam, tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian jika tidak ditangani. Salah satu tanaman yang digunakan secara empiris sebagai antidiare di Ambon adalah rebusan biji atung (Parinarium glaberimum Hassk) yang diketahui mengandung senyawa polifenolik dengan salah satu bentuknya yang diduga berkhasiat antidiare yaitu tanin. Mekanisme aksinya sebagai astrigent dengan meningkatkan aktivitas peristaltik dan mengurangi diare. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efek antidiare infusa biji Parinarium glaberimum Hassk pada mencit betina galur Swiss dengan metode transit intestinal.

Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah dengan menggunakan hewan uji mencit betina umur 2-3 bulan dengan berat ±20-30 gram. Tiga puluh ekor mencit dibagi dalam enam kelompok perlakuan. Kelompok I merupakan kontrol negatif NaCl 0,9%. Kelompok II merupakan kontrol pelarut CMC Na 1%. Kelompok III merupakan kontrol positif Loperamid dosis 7,28 x 10-4 g/KgBB. Kelompok IV-VI merupakan kelompok perlakuan infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dengan peringkat dosis 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB. Masing-masing hewan uji memperoleh volume pemberian 0,2mL/20g secara per oral. Empat puluh lima menit setelah pemberian perlakuan, mencit diberikan marker sebesar 0,2 mL/20gBB dan dua puluh menit kemudian mencit dikorbankan, diambil usus untuk diukur rasio panjang usus yang dilewati marker terhadap total panjang usus. Rasio panjang usus yang dilewati marker terhadap total panjang usus dianalisis secara statistik menggunakan Kolmogorov-smirnov dilanjutkan dengan uji One-way ANOVA taraf kepercayaan 95% dan uji post hoc Least Significant Difference (LSD).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa biji Parinarium glaberimum Hassk memiliki efek antidiare pada mencit betina galur Swiss dengan metode transit intestinal pada dosis 5; 7,5; dan 10 g/KgBB.


(47)

ii ABSTRACT

Diarrhea is defined as the loss of body fluid more than three times within a period of 24 hours, frequently end up with shock and death if not treated. One plant which used empirically as an antidiarrheal in Ambon is stew of atung seed (Parinarium glaberimum Hassk) are known to contain polyphenolic compounds with one form that suspected as antidiarrhea agent namely tannins. The mechanism of action as an astringent with increasing peristaltic activity and reduce diarrhea. The aim of this research was to investigate the antidiarrhea effect of Parinarium glaberimum Hassk. seed infusion in Swiss female mice using intestinal transit method from comparison ratio of intestine length that marker solution trace within the intestine(A) dan total intestine length(B)

This research was purely experimental research with randomized complete direct sampling design. This research used female Swiss mice age 2-3 months, and 20-30 gram weight. Thirty mice were divided randomly into six group. Group I was the negative control NaCl 0.9%. Group II was the solution control CMC Na 1%. Group III was positive control Loperamid dosage 7.28 x 10-4 g/KgBW. Group IV-VI was group of Parinarium glaberimum Hassk seed infusion with dose 5; 7.5; dan 10 g/KgBB. Every mouse got 0.2mL/20gBW with per oral. Forty-five minute after the treatment, mice were given marker with volume 0.2mL/20gBW and twenty minutes after that, mice were sacrifice using neck dislocation for surgical and the intestine were taken for measure the ratio A/B. Ratio A/B was analyzed using Kolmogorov-smirnov statistical test, continue with One-way ANOVA test with 95% significancy level and Least Significant Difference (LSD) post hoc test.

The result of this research shown that Parinarium glaberimum Hassk seed infusion has an antidiarrhea effect in female Swiss strain mice using transit intestinal method at dose 5;7.5; and 10 g/KgBW.

Key Word: Infusion, Parinarium glaberimum Hassk seed, Antidiarrhea, Transit Intestinal Method.


(48)

(1)

30

Lampiran 16. Hasil Analisis Statistik Kelompok Perlakuan

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound Upper Bound

NaCl 0,9% 5 ,5180 ,02588 ,01158 ,4859 ,5501

CMC Na 1% 5 ,5020 ,02049 ,00917 ,4766 ,5274

Loperamid 5 ,2960 ,05983 ,02676 ,2217 ,3703

Infusa I 5 ,4040 ,05320 ,02379 ,3379 ,4701

Infusa II 5 ,3420 ,03564 ,01594 ,2978 ,3862

Infusa III 5 ,2960 ,02510 ,01122 ,2648 ,3272

Total 30 ,3930 ,09876 ,01803 ,3561 ,4299

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Rasio

N 30

Normal Parametersa,b Mean ,3930 Std.

Deviation ,09876 Most Extreme

Differences

Absolute ,149

Positive ,137

Negative -,149

Test Statistic ,149

Asymp. Sig. (2-tailed) ,088c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction. Test of Homogeneity of Variances Rasio

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1,458 5 24 ,240

ANOVA Rasio

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between

Groups ,245 5 ,049 31,306 ,000

Within Groups ,038 24 ,002


(2)

31

*. The mean difference is significant at the 0.05 level. LSD (I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower

Bound

Upper Bound

NaCl 0,9% CMC Na 1% ,01600 ,02503 ,529 -,0357 ,0677

Loperamid ,22200* ,02503 ,000 ,1703 ,2737

Infusa I ,11400* ,02503 ,000 ,0623 ,1657

Infusa II ,17600* ,02503 ,000 ,1243 ,2277

Infusa III ,22200* ,02503 ,000 ,1703 ,2737

CMC Na 1%

NaCl 0,9% -,01600 ,02503 ,529 -,0677 ,0357

Loperamid ,20600* ,02503 ,000 ,1543 ,2577

Infusa I ,09800* ,02503 ,001 ,0463 ,1497

Infusa II ,16000* ,02503 ,000 ,1083 ,2117

Infusa III ,20600* ,02503 ,000 ,1543 ,2577

Loperamid NaCl 0,9% -,22200* ,02503 ,000 -,2737 -,1703 CMC Na 1% -,20600* ,02503 ,000 -,2577 -,1543

Infusa I -,10800* ,02503 ,000 -,1597 -,0563

Infusa II -,04600 ,02503 ,079 -,0977 ,0057

Infusa III ,00000 ,02503 1,000 -,0517 ,0517

Infusa I NaCl 0,9% -,11400* ,02503 ,000 -,1657 -,0623 CMC Na 1% -,09800* ,02503 ,001 -,1497 -,0463

Loperamid ,10800* ,02503 ,000 ,0563 ,1597

Infusa II ,06200* ,02503 ,021 ,0103 ,1137

Infusa III ,10800* ,02503 ,000 ,0563 ,1597

Infusa II NaCl 0,9% -,17600* ,02503 ,000 -,2277 -,1243 CMC Na 1% -,16000* ,02503 ,000 -,2117 -,1083

Loperamid ,04600 ,02503 ,079 -,0057 ,0977

Infusa I -,06200* ,02503 ,021 -,1137 -,0103

Infusa III ,04600 ,02503 ,079 -,0057 ,0977

Infusa III NaCl 0,9% -,22200* ,02503 ,000 -,2737 -,1703 CMC Na 1% -,20600* ,02503 ,000 -,2577 -,1543

Loperamid ,00000 ,02503 1,000 -,0517 ,0517

Infusa I -,10800* ,02503 ,000 -,1597 -,0563


(3)

32

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Efek Antidiare Infusa Biji

Atung (Parinarium glaberimum Hassk) pada Mencit Betina Galur

Swiss dengan Metode Transit Intestinal” memiliki nama lengkap

Vania Jessica Ongkers, merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang lahir di Ambon pada tanggal 17 September 1996. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Tonny Samuel Ongkers dan Yuliana Natan. Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu TK Fransiskus Xaverius Ambon, Sekolah Dasar Kristen Kalam Kudus Ambon, Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Ambon, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambon, dan saat ini menyelesaikan studi Strata 1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2013-2017. Penulis memiliki pengalaman kerja sebagai asisten dosen Praktikum Biokimia 2016. Penulis aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi tahun 2015-2016 dan organisasi lainnya. Penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti Herbal Garden Team. Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang kegiatan Pengabdian Masyarakat yang didanai DIKTI dengan judul:

”KEPO” Loker Pohon- Sebuah Upaya Meningkatkan Motivasi untuk Sembuh dan Sehat


(4)

i ABSTRAK

Diare didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh lebih dari tiga kali dalam jangka waktu 24 jam, tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian jika tidak ditangani. Salah satu tanaman yang digunakan secara empiris sebagai antidiare di Ambon adalah rebusan biji atung (Parinarium glaberimum Hassk) yang diketahui mengandung senyawa polifenolik dengan salah satu bentuknya yang diduga berkhasiat antidiare yaitu tanin. Mekanisme aksinya sebagai astrigent dengan meningkatkan aktivitas peristaltik dan mengurangi diare. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efek antidiare infusa biji Parinarium glaberimum Hassk pada mencit betina galur Swiss dengan metode transit intestinal.

Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah dengan menggunakan hewan uji mencit betina umur 2-3 bulan dengan berat ±20-30 gram. Tiga puluh ekor mencit dibagi dalam enam kelompok perlakuan. Kelompok I merupakan kontrol negatif NaCl 0,9%. Kelompok II merupakan kontrol pelarut CMC Na 1%. Kelompok III merupakan kontrol positif Loperamid dosis 7,28 x 10-4 g/KgBB.

Kelompok IV-VI merupakan kelompok perlakuan infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dengan peringkat dosis 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB. Masing-masing hewan uji memperoleh volume pemberian 0,2mL/20g secara per oral. Empat puluh lima menit setelah pemberian perlakuan, mencit diberikan marker sebesar 0,2 mL/20gBB dan dua puluh menit kemudian mencit dikorbankan, diambil usus untuk diukur rasio panjang usus yang dilewati marker terhadap total panjang usus. Rasio panjang usus yang dilewati marker terhadap total panjang usus dianalisis secara statistik menggunakan Kolmogorov-smirnov dilanjutkan dengan uji One-way ANOVA taraf kepercayaan 95% dan uji post hoc Least Significant Difference (LSD).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa biji Parinarium glaberimum Hassk memiliki efek antidiare pada mencit betina galur Swiss dengan metode transit intestinal pada dosis 5; 7,5; dan 10 g/KgBB.


(5)

ii ABSTRACT

Diarrhea is defined as the loss of body fluid more than three times within a period of 24 hours, frequently end up with shock and death if not treated. One plant which used empirically as an antidiarrheal in Ambon is stew of atung seed (Parinarium glaberimum Hassk) are known to contain polyphenolic compounds with one form that suspected as antidiarrhea agent namely tannins. The mechanism of action as an astringent with increasing peristaltic activity and reduce diarrhea. The aim of this research was to investigate the antidiarrhea effect of Parinarium glaberimum Hassk. seed infusion in Swiss female mice

using intestinal transit method from comparison ratio of intestine length that marker solution

trace within the intestine(A) dan total intestine length(B)

This research was purely experimental research with randomized complete direct sampling design. This research used female Swiss mice age 2-3 months, and 20-30 gram weight. Thirty mice were divided randomly into six group. Group I was the negative control NaCl 0.9%. Group II was the solution control CMC Na 1%. Group III was positive control Loperamid dosage 7.28 x 10-4 g/KgBW. Group IV-VI was group of Parinarium glaberimum Hassk seed infusion with dose 5; 7.5; dan 10 g/KgBB. Every mouse got 0.2mL/20gBW with per oral. Forty-five minute after the treatment, mice were given marker with volume 0.2mL/20gBW and twenty minutes after that, mice were sacrifice using neck dislocation for surgical and the intestine were taken for measure the ratio A/B. Ratio A/B was analyzed using Kolmogorov-smirnov statistical test, continue with One-way ANOVA test with 95% significancy level and Least Significant Difference (LSD) post hoc test.

The result of this research shown that Parinarium glaberimum Hassk seed infusion has an antidiarrhea effect in female Swiss strain mice using transit intestinal method at dose 5;7.5; and 10 g/KgBW.

Key Word: Infusion, Parinarium glaberimum Hassk seed, Antidiarrhea, Transit Intestinal Method.


(6)

Dokumen yang terkait

Efektivitas Infusa Herba Elephantopus scaber Linn Sebagai Antidiare Pada Mencit Dengan Metode Transit Intestinal Usus.

0 0 15

Efek hepatoprotektif jangka pendek infusa biji atung (Parinarium glaberimum Hassk) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 68

Efek hepatoprotektif jangka panjang infusa biji atung (Parinarum glaberimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 65

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 49

Efek hepatoprotektif jangka pendek infusa biji atung (Parinarium glaberimum Hassk) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida

0 2 66

Efek antidiare infusa biji atung (Parinarium glaberimum Hassk) pada mencit betina galur swiss dengan metode transit intestinal

0 3 45

Efek hepatoprotektif jangka panjang infusa biji atung (Parinarum glaberimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida

0 0 63

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida

0 0 47

Efek antidiare infusa kulit batang jambu mede (anarcardiae cortex) pada mencit putih betina dengan metode transit intestinal - USD Repository

0 1 119

Efek antidiare infusa daun putri malu [Mimosa pudica Linn.] pada mencit putih betina dengan metode transit intestinal - USD Repository

0 0 107