Efek antidiare infusa biji atung (Parinarium glaberimum Hassk) pada mencit betina galur swiss dengan metode transit intestinal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFEK ANTIDIARE INFUSA BIJI ATUNG (Parinarium glaberimum Hassk)
PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS DENGAN METODE
TRANSIT INTESTINAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Vania Jessica Ongkers
138114087
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus sumber kekuatan dan harapanku
Kedua orang tuaku atas kasih sayang dan kesabarannya yang tak berujung
Kakakku dan para sahabat atas doa dan motivasinya
Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, cinta kasih dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan naskah
skripsi yang berjudul “ Efek Antidiare Infusa Biji Atung (Parinarium glaberimum Hassk)
pada Mencit Betina Galur Swiss Dengan Metode Transit Intestinal “.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Farmasi (S.Farm) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari
bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis pergunakan untuk mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Sc., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing, atas bimbingan,
waktu, dukungan, semangat dan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Apt., Ph.D., selaku Dosen penguji atas saran dan dukungan
kepada penulis.
4. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini., Apt., selaku Dosen penguji atas saran dan dukungan
kepada penulis.
5. Ibu Dr. Dewi Setianingsih, M.Sc., Apt., selaku Kepala Laboratorium Fakultas
Farmasi yang telah memberikan izin dalam penggunaan fasilitas laboratorium untuk
kepentingan skripsi ini.
6. Pak Heru, Pak Parjiman, Pak Kayat, Pak Wagiran, Pak Purwanto, Mas Sigit selaku
Laboran dan staf Laboratorium Fakultas Farmasi atas bantuan dan dukungan kepada
penulis selama pengerjaan skripsi.
7. Bapak Florentinus Dika Octa, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu setia membimbing dan menyemangati kelas FSM B 2013.
8. Keluarga terkasih Bapak Tonny Samuel Ongkers, Ibu Yuliana Natan dan kakak Jodi
Fernando Ongkers atas segala cinta, doa, bantuan, motivasi dan perjuangannya untuk
membantu dan mendukung penulis.
9. Tim skripsi ATUNG : Gregorius Kevin Besari, Willy Juneidi Sine, Willy Sandjojo,
dan Aloysius Alpha Dewo Suryo Kusharyadi atas kerjasama, waktu, bantuan dan
pengertian, juga kesabaran selama masa penelitian dan penulisan berlangsung.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10. Tim Skripsi Meliana, Ajeng, dan Noni yang menjadi partner di laboratorium, seluruh
rekan kuliah dan kost atas waktu, canda tawa serta kebersamaannya selama ini.
11. Para Sahabat terkasih Farmasi Angkatan 2013 terkhusus FSM B & FKK B.
12. Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
naskah skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir
kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di
bidang ilmu Farmasi.
Yogyakarta, 2 Mei 2017
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................................
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ vi
PRAKATA ........................................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xii
ABSTRAK ........................................................................................................................ xiii
ABSTRACT ........................................................................................................................ xiv
PENDAHULUAN .............................................................................................................
1
METODE PENELITIAN ..................................................................................................
2
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................................
5
KESIMPULAN ................................................................................................................. 12
SARAN.............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 15
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................................... 32
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I. Purata Hasil Uji Pendahuluan Rasio A/B ± SE..................................................
7
Tabel II. Hasil Uji Pendahuluan .......................................................................................
8
Tabel III. Purata Hasil Perlakuan Rasio A/B ± SE ............................................................
9
Tabel IV. Hasil Uji Kelompok Perlakuan .........................................................................
9
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearence Pengunaan Hewan Uji ..................................................... 16
Lampiran 2. Surat Determinasi Tanaman ......................................................................... 17
Lampiran 3. Bahan Uji Parinarium glaberimum Hassk.................................................... 18
Lampiran 4. Alat Dan Bahan Perlakuan ............................................................................ 19
Lampiran 5. Hasil Uji Kadar Air ....................................................................................... 20
Lampiran 6. Perhitungan Dosis Loperamid (Kontrol Positif) dan Pembuatan Suspensi
Loperamid ..................................................................................................... 21
Lampiran 7. Perhitungan Dosis Infusa .............................................................................. 22
Lampiran 8. Hasil Uji Kualitatif Tanin ............................................................................. 23
Lampiran 9. Proses Pembedahan Mencit .......................................................................... 23
Lampiran 10. Hasil Perlakuan Kontrol Positif Loperamid HCl dengan dosis 7,28 x 10-4
g/KgBB ........................................................................................................ 24
Lampiran 11. Hasil Perlakuan Kontrol Negatif larutan garam fisiologik (NaCl 0,9%) .... 25
Lampiran 12. Hasil Perlakuan Infusa Parinarium glaberimum Hassk Dosis 5 g/Kgbb ... 25
Lampiran 13. Hasil Perlakuan Infusa Parinarium glaberimum Hassk Dosis 10 g/Kgbb . 25
Lampiran 14. Legalitas Pengunaan Software SPSS .......................................................... 26
Lampiran 15. Hasil Analisis Statistik Uji Pendahuluan ................................................... 27
Lampiran 16. Hasil Analisis Statistik Kelompok Perlakuan ............................................. 28
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Diare didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh lebih dari tiga kali dalam
jangka waktu 24 jam, tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian jika tidak ditangani.
Salah satu tanaman yang digunakan secara empiris sebagai antidiare di Ambon adalah
rebusan biji atung (Parinarium glaberimum Hassk) yang diketahui mengandung senyawa
polifenolik dengan salah satu bentuknya yang diduga berkhasiat antidiare yaitu tanin.
Mekanisme aksinya sebagai astrigent dengan meningkatkan aktivitas peristaltik dan
mengurangi diare. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efek antidiare infusa biji
Parinarium glaberimum Hassk pada mencit betina galur Swiss dengan metode transit
intestinal.
Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola
searah dengan menggunakan hewan uji mencit betina umur 2-3 bulan dengan berat ±20-30
gram. Tiga puluh ekor mencit dibagi dalam enam kelompok perlakuan. Kelompok I
merupakan kontrol negatif NaCl 0,9%. Kelompok II merupakan kontrol pelarut CMC Na
1%. Kelompok III merupakan kontrol positif Loperamid dosis 7,28 x 10-4 g/KgBB.
Kelompok IV-VI merupakan kelompok perlakuan infusa biji Parinarium glaberimum Hassk
dengan peringkat dosis 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB. Masing-masing hewan uji memperoleh
volume pemberian 0,2mL/20g secara per oral. Empat puluh lima menit setelah pemberian
perlakuan, mencit diberikan marker sebesar 0,2 mL/20gBB dan dua puluh menit kemudian
mencit dikorbankan, diambil usus untuk diukur rasio panjang usus yang dilewati marker
terhadap total panjang usus. Rasio panjang usus yang dilewati marker terhadap total panjang
usus dianalisis secara statistik menggunakan Kolmogorov-smirnov dilanjutkan dengan uji
One-way ANOVA taraf kepercayaan 95% dan uji post hoc Least Significant Difference
(LSD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa biji Parinarium glaberimum Hassk
memiliki efek antidiare pada mencit betina galur Swiss dengan metode transit intestinal pada
dosis 5; 7,5; dan 10 g/KgBB.
Kata Kunci: Infusa, biji Parinarium glaberimum Hassk, antidiare, metode transit intestinal
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Diarrhea is defined as the loss of body fluid more than three times within a period
of 24 hours, frequently end up with shock and death if not treated. One plant which used
empirically as an antidiarrheal in Ambon is stew of atung seed (Parinarium glaberimum
Hassk) are known to contain polyphenolic compounds with one form that suspected as
antidiarrhea agent namely tannins. The mechanism of action as an astringent with increasing
peristaltic activity and reduce diarrhea. The aim of this research was to investigate the
antidiarrhea effect of Parinarium glaberimum Hassk. seed infusion in Swiss female mice
using intestinal transit method from comparison ratio of intestine length that marker solution
trace within the intestine(A) dan total intestine length(B)
This research was purely experimental research with randomized complete direct
sampling design. This research used female Swiss mice age 2-3 months, and 20-30 gram
weight. Thirty mice were divided randomly into six group. Group I was the negative control
NaCl 0.9%. Group II was the solution control CMC Na 1%. Group III was positive control
Loperamid dosage 7.28 x 10-4 g/KgBW. Group IV-VI was group of Parinarium glaberimum
Hassk seed infusion with dose 5; 7.5; dan 10 g/KgBB. Every mouse got 0.2mL/20gBW with
per oral. Forty-five minute after the treatment, mice were given marker with volume
0.2mL/20gBW and twenty minutes after that, mice were sacrifice using neck dislocation for
surgical and the intestine were taken for measure the ratio A/B. Ratio A/B was analyzed
using Kolmogorov-smirnov statistical test, continue with One-way ANOVA test with 95%
significancy level and Least Significant Difference (LSD) post hoc test.
The result of this research shown that Parinarium glaberimum Hassk seed infusion
has an antidiarrhea effect in female Swiss strain mice using transit intestinal method at dose
5;7.5; and 10 g/KgBW.
Key Word: Infusion, Parinarium glaberimum Hassk seed, Antidiarrhea, Transit Intestinal
Method.
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAHULUAN
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dan United Nations
Children's Fund (UNICEF), dari dua milyar kasus penyakit diare di seluruh dunia setiap
tahunnya, 1,9 juta diantaranya menyebabkan kematian pada anak kurang dari 5 tahun dengan
mayoritas terbanyak pada negara- negara berkembang. Secara global, dalam kelompok umur
ini, diare akut merupakan penyebab kedua tertinggi kematian (setelah pneumonia) (World
Gastroenterology Organisation, 2012). Di Indonesia, penyakit diare merupakan salah satu
penyakit endemik dan potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan
kematian. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, diare merupakan penyebab
kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan
semua umur merupakan penyebab kematian yang ke-empat (13,2%) (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Menurut WHO (2013) diare didefinisikan sebagai kehilangan 3 kali atau lebih
cairan tubuh per hari (frekuensi yang lebih banyak daripada individu normal). Secara klinis,
faktor penyebab diare yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorbsi,
alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2011).
Diare akan menghasilkan feses yang lembek atau cair, karena chymus melewati
usus kecil dengan cepat, diikuti feses yang melewati usus besar dengan cepat pula sehingga
tidak cukup waktu untuk absorpsi, hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan
elektrolit. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium
(hipokalemia) dan adakalanya asidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang berakhir
dengan shock dan kematian jika tidak segera ditangani dan diberikan pengobatan yang tepat
(Adnyana dkk, 2004).
Salah satu pengobatan yang umumnya digunakan pada diare adalah obat
obstipansia seperti Loperamid untuk mengatasi gejala dengan cara menekan peristaltik,
menyerap zat-zat beracun yang dihasilkan bakteri, serta menciutkan selaput lendir usus
(astrigent) (Tjay dan Rahardja, 2008). Namun, pengobatan diare dengan obat sintesis
cenderung menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti mual, muntah, nyeri
abdomen dan ruam pada kulit (Purwaningdyah, 2015). Efek samping yang ditimbulkan
menyebabkan organisasi dunia seperti WHO melakukan studi menggunakan bahan alam
sebagai alternatif treatment untuk kemungkinan aktivitas antidiare yang lebih aman, lebih
terjangkau, dan sesuai standar pengobatan (Bahekar, 2015).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Salah satu tanaman yang dikenal oleh masyarakat di Kawasan Timur Indonesia
(KTI), terutama di daerah Maluku adalah tanaman atung (Parinarium glaberimum Hassk)
yang secara empiris digunakan untuk mengatasi diare (Moniharapon, 2004). Tanaman ini
telah digunakan pada penelitian Moniharapon (1998) mengenai antibakteri dan penelitian
Sarastani (2002) mengenai antioksidan. Salah satu kandungan senyawa yang terdapat dalam
tanaman ini adalah senyawa polifenolik (Moniharapon, 1998) yang sangat beragam
bentuknya, seperti: fenol sederhana, fenol eter, fenilpropanoid, flavonoid, kuinon, dan tanin,
dimana senyawa fenolik cenderung memiliki potensi larut dalam air dengan pKa 8 hingga
11 (Cseke et al, 2006) sehingga dapat terambil dengan pelarut air dalam bentuk sediaan
infusa. Diantara bentuk polifenol, yang diduga dapat bekerja sebagai antidiare adalah tanin
(Mailoa dkk, 2013).
Metode transit intestinal digunakan untuk mengevaluasi aktivitas obat diare
berdasarkan pengaruhnya pada rasio jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker dalam
waktu tertentu terhadap panjang usus keseluruhan pada hewan percobaan mencit atau tikus.
Obat antidiare akan memiliki rasio yang lebih kecil dibandingkan rasio pada hewan tanpa
perlakuan (Kelompok Kerja Ilmiah, 1991).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai efek antidiare
infusa biji Parinarium glaberimum Hassk pada mencit betina galur Swiss dengan metode
transit intestinal dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai tanaman yang
memiliki efek antidiare.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak
lengkap pola searah.
Alat dan Bahan
Bahan penelitian yang digunakan adalah biji Parinarium glaberimum Hassk yang
matang di pohon dan jatuh sendiri, umur panen 3 bulan berwarna cokelat merah bata tua.,
mencit betina galur Swiss berusia 2-3 bulan dengan berat 20-30 g, Loperamid dengan merek
dagang Imodium®, aquadest, CMC Na, Gom arab, NaCl Padat, Arang aktif, FeCl3, dan
asam sulfat encer. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven, mesin
penyerbuk, ayakan mesh 40-60, panci enamel, labu takar, corong, penangas air, kain flannel,
stopwatch, thermometer, beaker glass, gelas ukur, sendok, mortir dan stamper, batang
pengaduk, moisture balance, kandang mencit, kotak kaca, timbangan analitik Mettler
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Toledo®, timbangan mencit OHAUS ScoutTm Pro, kertas HVS, spuit p.o mencit, pisau
bedah, pinset, penggaris, dan meja bedah.
Metode
Penelitian ini mengevaluasi aktivitas antidiare berdasarkan pengaruhnya pada rasio
jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus
keseluruhan pada hewan percobaan. Obat antidiare akan memiliki rasio yang lebih kecil
dibandingkan rasio pada hewan tanpa perlakuan. Subjek penelitian ini adalah mencit betina
galur Swiss yang diperoleh dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, berusia 23 bulan dengan berat 20-30 g. Mencit tersebut dibagi kedalam kelompok orientasi dan
perlakuan. Biji Parinarium glaberimum Hassk diperoleh dari lingkungan Fakultas Perikanan
Universitas Pattimura, Ambon, Maluku.
Determinasi Tanaman Parinarium glaberimum Hassk
Determinasi tanaman Parinarium glaberimum Hassk dilakukan dengan mencocokan
ciri-ciri tanaman yang diperoleh dari lingkungan Fakultas Perikanan, Universitas Pattimura,
Ambon, Maluku di Fakultas Biologi Farmasi Universitas Gadjah Mada melalui sampel yang
diberikan meliputi bagian batang, daun, buah hingga bunga.
Pengumpulan, pengeringan dan pembuatan infusa
Biji Parinarium glaberimum Hassk yang dipanen 3 bulan setelah jatuh dari pohon
dicuci dengan air mengalir hingga bersih dan diangin-anginkan hingga kering kemudian
diiris tipis agar luas permukaan semakin besar dan pengeringan dioptimalkan dengan
menggunakan oven pada suhu 50°C selama 148 jam. Biji yang telah kering kemudian
diserbuk dengan alat penyerbuk. Setelah didapatkan serbuk kasar biji, dilakukan pengayakan
dengan ayakan no.40 untuk mendapatkan serbuk yang lebih halus. Pembuatan Infusa diawali
dengan penimbangan serbuk kering biji Parinarium glaberimum Hassk sebanyak 100 g,
kemudian menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (2010) simplisia dicampur dengan
derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air
selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90°C sambil sekali-kali diaduk. Serkai
selagi panas melalui flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga
diperoleh volume infus yang dikehendaki.
Uji Kadar air
Uji kadar air dilakukan di Laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan FarmasiSolid Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sampel serbuk biji Parinarium glaberimum
Hassk sebanyak 200 mg dimasukkan ke dalam alat moisture balance dan diratakan.
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kemudian dipanaskan hingga suhu 120°C dan ditunggu hingga satu menit terhitung mulai
dari suhu mencapai 120°C. Kadar air akan tertera pada layar moisture balance dan dilakukan
tiga kali replikasi.
Pembuatan Suspensi Marker
Suspensi marker terdiri dari 2 macam larutan, yaitu: suspensi Gom Arab 20% dan
karbo adsorben 5% yang berfungsi memberikan warna hitam. Suspensi gom arab dibuat
dengan menimbang 10 gram gom yang dilarutkan dengan sedikit aquadest, kemudian
dituangkan ke dalam labu takar 50 mL lalu di ad aquadest hingga mencapai 50 mL. Proses
pelarutan dibantu dengan pengadukan yang cepat dan sesering mungkin untuk menghindari
penggumpalan Gom arab. Larutan yang kedua adalah karbo adsorben 5% yang dibuat
dengan menimbang 2,5 gram karbo adsorben yang dilarutkan dalam 50 mL aquadest.
Uji Pendahuluan
a. Uji Kualitatif Tanin
Uji kualitatif bertujuan untuk membuktikan bahwa biji yang digunakan mengandung
senyawa tanin yang diduga mekanisme aksinya dapat menimbulkan efek antidiare. Uji
kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan infusa biji Parinarium glaberimum Hassk
sebanyak 2 mL yang ditambahkan beberapa tetes FeCl3 hingga terbentuk warna hitam
kebiruan. Kemudian ditambahkan larutan asam sulfat encer hingga warna hitam
kebiruan menghilang dan menjadi endapan coklat kekuningan. Endapan coklat
kekuningan merupakan hasil positif yang menunjukkan adanya tanin (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
b. Pemilihan Kontrol Positif
Penelitian ini membandingkan rasio A/B kelompok kontrol positif dengan kelompok
kontrol negatif. Jika rasio A/B kontrol positif lebih kecil dibandingkan kontrol negatif,
artinya kontrol positif yang digunakan memiliki efek antidiare. Selain itu digunakan 2
dosis Loperamid yaitu dosis terapi dan ½ dosis terapi, dimana seiring penurunan dosis
kontrol positif, nilai rasio A/B akan meningkat sehingga terjadi penurunan efek
antidiare, artinya kontrol positif yang digunakan benar memiliki efek antidiare (Joel,
2009)
c. Penetapan dosis Infusa biji Parinarium glaberimum Hassk
Penetapan dosis berdasarkan pada konsentrasi tertinggi infusa yang dapat dispuit dan
tidak menyebabkan kematian. Penetapan ini didapatkan melalui orientasi beberapa
variasi dosis yaitu yaitu 1,5; 2,5; 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB dengan konsentrasi tertinggi
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang didapatkan yaitu 100% sehingga dosis tertinggi 10,0 g/KgBB sesuai rumus D x
BB = C x V berdasarkan volume pemberian maksimal (1mL) dan bobot mencit tertinggi
(30 g). Penentuan volume pemberian adalah 0,2 mL/ 20gBB (Kelompok Kerja Ilmiah,
1991).
Pengelompokan dan perlakuan hewan uji
Penelitian ini menggunakan 30 ekor mencit yang dibagi ke dalam 6 kelompok
perlakuan dengan masing-masing kelompok terdiri atas 5 ekor mencit. Sebelum diberi
perlakuan, mencit akan dipuasakan lebih kurang 18 jam dengan tetap diberikan minum
secara ad libitum. Kemudian mencit akan diberikan perlakuan sesuai kelompok. Kelompok
I merupakan kelompok kontrol negatif diberikan cairan fisiologik tubuh (NaCl 0,9%)
sebanyak 0,2mL/20gBB secara per oral. Kelompok II merupakan kelompok kontrol pelarut
(CMC Na 1%) yang diberikan sebanyak 0,2mL/20gBB secara per oral. Kelompok III
merupakan kontrol positif diberikan suspensi Loperamid HCl dosis terapi 7,28 x 10-3
g/100mL dengan volume pemberian 0,2mL/ 20gBB secara per oral. Kelompok IV-VI
merupakan kelompok perlakuan dosis 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB dengan volume pemberian
sebesar 0,2mL/20gBB secara per oral. Kemudian 45 menit setelah perlakuan (t=45),
masing- masing mencit di setiap kelompok perlakuan diberikan suspensi marker dengan
volume pemberian 0,2mL/20gBB secara per oral. Setelah 20 menit (t=65) semua hewan uji
dikorbankan dengan dislokasi tulang leher, kemudian dilakukan pembedahan dan usus
dikeluarkan secara hati-hati hingga merenggang (Kelompok Kerja Ilmiah, 1991).
Dilakukan pengukuran panjang usus yang dilewati marker mulai dari pilorus sampai
ujung akhir yang berwarna hitam (A), kemudian diukur panjang seluruh usus dari pilorus
hingga rektum (B). Rasio antar jarak yang ditempuh marker dibandingkan terhadap panjang
usus keseluruhan (A:B) kemudian di hitung rata-rata setiap kelompok dan dibandingkan.
Bila senyawa memiliki aktivitas antidiare, maka nilai rasionya lebih kecil dibandingkan
kelompok kontrol positif. Sebaliknya, bila rasio lebih besar, maka senyawa obat uji tersebut
memiliki aktivitas laksansia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi tanaman
Determinasi tanaman pada penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa
tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah benar tanaman Parinarium glaberimum
Hassk. Determinasi tanaman dilakukan oleh bagian Biologi Farmasi Universitas Gadjah
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mada Yogyakarta. Hasil yang diperoleh dari determinasi ini membuktikan bahwa tanaman
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parinarium glaberimum Hassk. Hasil
determinasi tanaman seperti dilihat pada Lampiran 2.
Penetapan Kadar air
Penetapan kadar air biji Parinarium glaberimum Hassk bertujuan untuk mengetahui
kandungan air dalam serbuk biji Parinarium glaberimum Hassk, sehingga dapat diketahui
apakah serbuk yang digunakan memenuhi persyaratan serbuk yang baik atau tidak, berkaitan
dengan kualitas dan penyimpanan serbuk (pertumbuhan mikroba dengan media air).
Penetapan kadar air dilakukan dengan alat moisture balance dengan rata-rata kadar air dari
3 kali replikasi yang diperoleh dari serbuk Parinarium glaberimum Hassk sebesar 6,522%
(Lampiran 5). Hal ini menunjukkan bahwa serbuk yang digunakan memenuhi persyaratan
serbuk yang baik karena kadar air kurang dari 10% (Badan Pengawas Obat dan Makanan,
2014).
Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan bertujuan untuk memastikan tanaman yang digunakan mengandung
senyawa yang memiliki mekanisme aksi sebagai antidiare dan penentuan dosis infusa biji
Parinarium glaberimum Hassk.
a. Uji kualitatif tanin.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa infusa biji Parinarium glaberimum Hassk
mengandung tanin. Hal ini dibuktikan dengan penambahan beberapa tetes FeCl3 ke
dalam 2 mL infusa terbentuk warna hitam kebiruan yang kemudian menghilang dan
menjadi endapan coklat kekuningan dengan penambahan asam sulfat encer seperti
terlihat pada Lampiran 8.
b. Pemilihan kontrol positif.
Kontrol positif berfungsi sebagai pembanding untuk mengetahui apakah bahan uji
memiliki efek yang sama dengan kontrol positif, dimana kontrol positif yang digunakan
sebaiknya adalah senyawa yang telah terbukti memiliki efek antidiare dan disesuaikan
dengan metode uji yang digunakan (mekanisme kerja pada metode uji). Penelitian ini
menggunakan Loperamid HCl sebagai kontrol positif karena Loperamid HCl
merupakan senyawa yang menunjukkan aksi antidiare pada saluran pencernaan dengan
menghambat gerakan peristaltik dan memperpanjang waktu transit penyerapan cairan
dan elekrolit di dalam mukosa usus (AphA, 2003). Hal ini sesuai dengan mekanisme
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kerja metode transit intestinal yang bekerja pada salah satu mekanisme patofisiologi
terjadinya diare, yaitu perubahan motilitas usus.
c. Penetapan dosis infusa biji Parinarium glaberimum Hassk
Penetapan dosis infusa Parinarium glaberimum Hassk bersifat eksploratif. Dosis
tertinggi didapatkan dari orientasi berdasarkan pada berat badan maksimal mencit yang
digunakan (30 g), konsentrasi maksimal infusa biji Parinarium glaberimum Hassk
adalah 100% dan volume per oral maksimal yang diberikan pada mencit yaitu 1 mL.
Dosis tertinggi infusa biji Parinarium glaberimum Hassk sebesar 10 g/KgBB kemudian
No
Kelompok Uji
Jumlah Hewan Purata rasio
Uji (ekor)
A/B ± SE
NaCl 0,9 %
3
0,51 ± 0,025
I
CMC Na 1%
3
0,50 ± 0,014
II
3
0,20 ± 0,009
III Loperamid dosis 7,28 x 10-4 g/KgBB
-4
Loperamid dosis 3,64 x 10 g/KgBB
3
0,31 ± 0,012
IV
Infusa
dosis
1,5
g/
KgBB
3
0,41 ± 0,035
V
Infusa dosis 2,5 g/ KgBB
3
0,41 ± 0,023
VI
Infusa dosis 5,0 g/ KgBB
3
0,30 ± 0,019
VII
Infusa dosis 7,5 g/ KgBB
3
0,26 ± 0,012
VIII
Infusa dosis 10,0 g/KgBB
3
0,25 ± 0,007
IX
dilakukan beberapa penurunan dosis, yaitu 1,5; 2,5; 5,0; 7,5; 10,0 g/KgBB.
Tabel I. Purata Hasil Uji Pendahuluan Rasio A/B ± SE
Keterangan : SE = Standard Error
Dari tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata rasio A/B kelompok kontrol positif dosis
terapi dan ½ dosis terapi (kelompok II dan III) secara berurutan adalah 0,20 ± 0,009 dan 0,31
± 0,012. Secara teori, semakin tinggi dosis yang diberikan maka efek yang ditimbulkan akan
semakin besar. Dari data hasil uji pendahuluan dapat dilihat bahwa dengan peningkatan dosis
pada kontrol positif dari ½ dosis terapi ke dosis terapi, terdapat penurunan rata-rata rasio
A/B, yang artinya efek yang ditimbulkan ikut meningkat seiring dengan peningkatan dosis.
Hal ini menunjukkan bahwa kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini menimbulkan
efek antidiare yang semakin besar seiring peningkatan dosis. Sehingga, penelitian ini
dilanjutkan dengan Loperamid HCl dosis terapi 7,28 x 10-4 g/KgBB karena memiliki efek
antidiare yang paling besar berdasarkan rasio A/B yang semakin kecil.
Tabel II menunjukkan bahwa perbandingan rasio A/B pada semua kelompok infusa
biji Parinarium glaberimum Hassk berbeda bermakna (p0,05) jika dibandingkan dengan kelompok infusa
dosis 7,5 dan 10 g/KgBB(kelompok VIII dan IX). Hal ini memberikan pengertian bahwa
efek antidiare yang ditimbulkan pada kedua dosis tersebut sebanding dengan kontrol positif
yang digunakan. Maka, penelitian ini dilanjutkan dengan 3 peringkat dosis yang memberikan
efek antidiare paling besar dilihat dari rasio A/B yang terkecil, yaitu dosis 5,0; 7,5; dan 10
g/KgBB.
Tabel II. Hasil Uji Pendahuluan
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
BTB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
I
BTB
BB
BB
BTB
BB
BB
BB
BB
II
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BTB BTB
III
BB
BB
BB
BB
BB
BTB BTB
BB
IV
BB
BB
BB
BB
BTB
BB
BB
BB
V
BB
BB
BB
BB
BTB
BB
BB
BB
VI
BB
BB
BB
BTB
BB
BB
BB
BB
VII
BB
BB
BTB BTB
BB
BB
BB
BTB
VIII
BB
BB
BTB
BB
BB
BB
BB
BTB
IX
Keterangan : BB= Berbeda Bermakna (p0,05)
Uji efek antidiare
Efek antidiare infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dilakukan dengan
menggunakan 30 ekor hewan uji yang terbagi sama banyak secara acak ke dalam 6 kelompok
perlakuan. Sebelum diberi perlakuan, setiap hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama
lebih kurang 18 jam dengan minum tetap diberikan sepuasnya (ad libitum). Hal ini bertujuan
untuk mengurangi kemungkinan pengaruh makanan yang ada dalam usus pada proses kerja
bahan atau zat uji. Selain itu jika terdapat makanan dalam usus, gerakan marker (penanda)
dari lambung menuju rektum akan terhambat dan mempengaruhi hasil yang diperoleh.
Hewan uji kemudian diberi perlakuan sesuai kelompok perlakuan; kelompok I
merupakan kelompok kontrol negatif yang diberikan cairan fisiologik tubuh (NaCl 0,9%);
kelompok II merupakan kelompok kontrol pelarut (CMC Na 1%); kelompok III merupakan
kelompok kontrol positif (suspensi Loperamid HCl dosis terapi 7,28 x 10-3 g/100mL);
kelompok IV-VI merupakan kelompok perlakuan dosis 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB. Masingmasing hewan uji pada kelompok perlakuan memperoleh volume pemberian 0,2mL/20g BB
yang diberikan secara per oral. Empat puluh lima menit setelah pemberian senyawa atau
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahan uji, hewan diberikan larutan marker dengan tujuan untuk memberikan waktu kerja
atau onset terhadap senyawa atau bahan uji. Dua puluh menit kemudian dilakukan
pembedahan terhadap hewan uji dengan dikorbankan terlebih dahulu dengan cara dislokasi
leher. Pembedahan dilakukan untuk mengambil lambung hingga rektum hewan uji sehingga
dapat ditentukan rasio A/B dengan cara mengukur panjang usus yang dilalui marker (A) dan
panjang usus seluruhnya (B) lalu dibandingkan. Purata hasil perlakuan rasio A/B ± SE
disajikan dalam Tabel III.
I
II
III
IV
V
VI
Tabel III. Purata Hasil Perlakuan Rasio A/B ± SE
Kelompok Uji
Jumlah
Purata Rasio
Hewan Uji A/B ± SE (cm)
(ekor)
NaCl 0,9%
5
0,52 ± 0,01
CMC Na 1%
5
0,50 ± 0,01
-4
Loperamid HCl dosis 7,28 x 10 g/KgBB
5
0,29 ± 0,03
Infusa dosis 5,0 g/KgBB
5
0,40 ± 0,02
Infusa dosis 7,5 g/KgBB
5
0,34 ± 0,04
Infusa dosis 10,0 g/KgBB
5
0,30 ± 0,01
Hasil analisis statistik rasio A/B pada Lampiran 16 menunjukkan bahwa data
terdistribusi normal (p>0,05) menggunakan uji Kolmogorov-smirnov , dilanjutkan dengan
uji One-way ANOVA dengan nilai p0,05) dengan
rata-rata rasio A/B kelompok CMC Na 1%. Hal ini menunjukkan bahwa CMC Na 1% tidak
memiliki efek antidiare maupun efek laksansia sehingga tidak akan mempengaruhi hasil
yang ditimbulkan suspensi Loperamid HCl. Hal ini sesuai dengan data rata-rata rasio A/B
yang terdapat pada Tabel III bahwa rata-rata rasio A/B antara kelompok CMC Na 1% dan
kontrol negatif NaCl 0,9% tidak jauh berbeda yaitu 0,52 ± 0,01 dan 0,50 ± 0,01, sehingga
dapat dikatakan bahwa CMC Na 1% tidak memiliki efek sebagai antidiare maupun laksansia.
Berdasarkan Tabel IV, diketahui bahwa kelompok kontrol negatif memiliki rata-rata
rasio A/B yang berbeda bermakna (p< 0,05) terhadap kontrol positif. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini (Loperamid HCl
dosis 7,28 x 10-4 g/Kg BB) memiliki efek sebagai antidiare. Hal ini sesuai dengan data pada
Tabel III yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata rasio A/B kelompok kontrol positif
Loperamid HCl dosis 7,28 x 10-4 g/Kg BB yaitu 0,29 ± 0,03 lebih kecil dari pada nilai ratarata rasio A/B kelompok kontrol negatif (NaCl 0,9%) yaitu 0,52 ± 0,01.
Tabel IV menunjukkan bahwa rata-rata rasio A/B kelompok perlakuan infusa biji
Parinarium glaberimum Hassk dosis 5,0; 7,5 dan 10,0 g/KgBB berbeda bermakna (p< 0,05)
dengan kelompok kontrol negatif sehingga dapat dikatakan bahwa infusa biji Parinarium
glaberimum Hassk memiliki efek antidiare. Hal ini didukung dengan data rata-rata rasio A/B
yang tersaji pada Tabel III yaitu rata-rata rasio A/B kelompok infusa biji Parinarium
glaberimum Hassk dosis 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB secara berturut-turut adalah 0,40 ± 0,24;
0,34 ± 0,04 ; dan 0,30 ± 0,01 lebih kecil daripada rata-rata rasio A/B kelompok kontrol
negatif dengan nilai rata-rata rasio A/B 0,52 ± 0,01. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa infusa biji Parinarium glaberimum Hassk memiliki efek sebagai antidiare pada dosis
5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB.
Berdasarkan Tabel IV, diketahui bahwa bahwa rata-rata rasio A/B kelompok
perlakuan dosis infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dosis 5,0 g/KgBB berbeda
bermakna (p 0,05) dengan kelompok kontrol positif Loperamid HCl dosis
terapi 7,28 x 10-4 g/KgBB. Hal ini didukung dengan data pada Tabel III, yaitu perbandingan
rata-rata rasio A/B infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dosis 7,5 dan 10,0 g/KgBB
secara berturut-turut yaitu 0,34 ± 0,04 dan 0,30 ± 0,01 sebanding dengan kelompok kontrol
positif dengan nilai 0,29 ± 0,03. Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis 7,5 dan 10,0
g/KgBB, infusa biji Parinarium glaberimum Hassk memberikan efek antidiare yang
sebanding dengan kontrol positif yang digunakan.
Berdasarkan Elya dkk (2010), penetapan dosis untuk mendapatkan hasil yang baik
dihitung mengikuti progresi geometri (R) melalui hasil perkalian dengan faktor kelipatan.
Maka, sebaiknya penelitian selanjutnya dapat menggunakan dosis dengan faktor kelipatan
yaitu 2,5;5,0; dan 10g/KgBB dimana menurut Karalliedde (2011) untuk membuat Kurva
Dosis-Respon dibutuhkan minimal 3 peringkat dosis dibandingkan dengan efek yang
ditimbulkan.
Dari hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa infusa biji Parinarium
glaberimum Hassk memiliki efek antidiare. Efek antidiare tersebut kemungkinan disebabkan
oleh kandungan tanin di dalamnya, karena tanin diketahui memiliki efek astrigensia yang
timbul ketika kontak dengan membran mukosa melalui ikatan silang dengan kedua sel
mukosa dan epitel yang menyebabkan mukosa berikatan semakin rapat sehingga
mengurangi permeabilitas, selain itu tanin juga menciutkan lapisan permukaan usus dengan
membuat lapisan pelindung dari protein terkoagulasi pada mukosa di sepanjang dinding
usus, sehingga mematikan ambang saraf sensorik dan mengurangi stimulus yang
merangsang peningkatan aktivitas peristaltik usus (Mills & Bone, 2000).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Senyawa identitas
adalah kandungan kimia simplisia yang dapat digunakan untuk identifikasi. Dalam hal
senyawa identitas tidak tersedia, identifikasi simplisia dan sediaannya dapat menggunakan
zat pembanding (bahan yang memenuhi semua persyaratan monografi Farmakope Herbal
Indonesia). Hasil uji kualitatif tanin dari penelitian ini dengan menggunakan FeCl3,
menunjukkan bahwa biji Parinarium glaberimum Hassk mengandung tanin, namun perlu
digunakan zat pembanding untuk mengetahui jenis tanin (tanin terhidrolisis atau tanin
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terkondensasi) apakah yang terkandung di dalam infusa biji Parinarium glaberimum Hassk.
Selain itu, kandungan tanin yang menimbulkan efek antidiare dalam infusa biji Parinarium
glaberimum Hassk baru sebatas dugaan yang tentunya perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut, dikarenakan tanin bukan hanya satu-satunya zat aktif yang dapat bekerja dari tanaman
sebagai antidiare, ada pula zat aktif lain seperti flavonoid dan alkaloid (Winarno dan Sundari,
1996).
KESIMPULAN
Infusa biji Parinarium glaberimum Hassk memiliki efek antidiare pada mencit betina
galur Swiss dengan metode transit intestinal pada dosis 5; 7,5; dan 10 g/KgBB.
SARAN
1. Perlu dilakukan uji kualitatif menggunakan zat pembanding tanin serta uji kuantitatif
terhadap kandungan dalam biji Parinarium glaberimum Hassk yang memiliki efek
sebagai antidiare.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan tiga peringkat kelipatan dosis yaitu
2,5: 5,0 dan; 10,0 g/KgBB agar dapat dibuat Kurva Dosis- Respon.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I.K., Yulinah, E., Sigit, J.I., K, N. Fisheri., dan Insanu, M., 2004. Efek Ekstrak
Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan Jambu Biji Daging Buah Merah Sebagai
Antidiare. Acta Pharmaceutica Indonesia ., 1(8), 19-27
American Pharmaceutical Association (APhA)., 2003. Drug Information Handbook , LexiComp, 836.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010. Acuan Sediaan
Herbal, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia., 1(4), 3.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2014, Persyaratan Mutu Obat
Tradisional, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.
Bahekar, Satish., and Kale, R.S., 2015. Antidiarrheal Activity of Ethanolic Extract of
Manihot Esculenta Crantz Leaves in Wistar Rats. J-AIM., 6(1), 35–40.
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cseke, L.J., Kirakosyan, A., Kaufman, P.B., Warber, S.L., Duke, J.A., and Brielmann, H.L.,
2006, Natural Products from Plants, 2nd Ed., Taylor & Francis Group, United States
of America: 19, 271-272.
Elya, B., Amin, J., Emiyanah, 2010, Toksisitas Akut Daun Justicia gendarussa Burm..,
Makara Sains 14(2), 130.
Kelompok Kerja Ilmiah, 1991. Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka :
Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik., Yayasan
Pengembangan Obat Bahan Alam Phytco Medica . Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta: 23-25,179-185.
Darmono, S., 2011. Buku Ajar Farmakologi Eksperimental, UI Press, 7-12.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Farmakope Herbal Indonesia .
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2-5.
Joel, Nixon., 2009. Efek Antidiare Infusa Daun Putri Malu (Mimosa pudica Linn.) pada
Mencit Putih Betina dengan Metode Transit Intestinal, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Karalliedde, L., 2010. Dose-Response Curves. Faculty of Medicine University of
Peradineya (online). https://goo.gl/8eQtKa diakses tanggal 13 Juni 2017.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1033-1158.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2014, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta, 147.
Mailoa, M.N., Mhendradatta, M., Laga, A., dan Djide, N., 2013. Tannin Extract Of Guava
Leaves (Psidium guajava L) Variation With Consentration Organic Solvents,
International Journal Of Scientific & Technology Research, 2(9).
Moniharapon, Trijunianto., 1998. Kajian Fraksi Bioaktif dari Buah Atung (Parinarium
glaberimum Hassk) Sebagai Bahan Pengawet Pangan, Disertasi, Program Studi Ilmu
Pangan Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Moniharapon, Trijunianto., 2004. Antimicrobial Activity of Atung(Parinarium glaberimum
Hassk.) Fruit Extract., Pakistan Journal of Biological Sciences,Pakistan. 7(6), 10571061.
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mills, S and , Bone,K., 2002. Principles and Practice of Phytotheraphy: Modern Herbal
Medicine. United Kingdom, Churcill Livingstone, 34-37, 68-71, 133, 170-171.
Purwaningdyah, Y.G., Widyaningsih, T.D., dan Wijayanti, N., 2015, Efektivitas Ekstrak Biji
Pepaya (Carica Pepaya L.) Sebagai Antidiare Pada Tikus Yang Diinduksi Salmonella
typhimurium., Jurnal Pangan dan Agroindustri, Malang, 3(4), 1283-1293.
Sarastani, D., Soekarto, S.T., Muchtadi, T.R., Fardiaz, D., dan Apriyantono, A., 2002.
Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Ekstrak Biji Atung (Parinarium
glaberimum Hassk)., Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Bogor, 8(2), 149-156.
Tjay, T.H dan Rahardja, K., 2008. Obat-obat Penting : Khasiat, Pengunaan daan Efek-efek
Sampingnya . Jakarta, Gramedia, 292-293.
Winarno, M. W., dan Sundari, D., 1996, Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat Diare di
Indonesia, Cermin Dunia Kedokteran, 26, 109
World Health Organization., 2013. Factsheet about Diarrhoeal disease. WHO(Online),
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/, diakses 21 April 2016.
World Gastroenterology Organisation (WGO)., 2012. Acute Diarrhea in Adults and
Children: a global Perspective. World Gastroenterology Organisation Global
Guidelines, (February).
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Ethical Clearence Pengunaan Hewan Uji
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2. Surat Determinasi Tanaman
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3. Bahan Uji Parinarium glaberimum Hassk
Pohon Parinarium glaberimum Hassk.
Biji Parinarium glaberimum Hassk.
Hasil Pengeringan biji Parinarium glaberimum Hassk.
Serbuk biji Parinarium glaberimum Hassk
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4. Alat dan Bahan Perlakuan
Alat dan Bahan Preparasi Infusa
Infusa Biji Parinarium glaberimum Hassk
Meja bedah, gunting, pinset, spuit per oral, alat gelas, Infusa dan Suspensi Marker
Hewan Uji Mencit Betina galur Swiss umur 2-3 bulan dengan Berat 20-30 g
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5. Hasil Uji Kadar Air
Rata-rata Kadar Air =
(
,
+ ,
20
+ ,
) % = 6,523 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6. Perhitungan Dosis Loperamid (Kontrol Positif) dan Pembuatan
Suspensi Loperamid
1. Perhitungan Dosis Loperamid
Berdasarkan Tjay dan Rahardja, 2003, dosis terapi pemberian Loperamid
untuk orang Dewasa Indonesia adalah 4 mg/ 50KgBB. Maka, konversi dosis dewasa
Indonesia ke dosis orang dewasa Eropa (70 KgBB), yaitu :
�
�
.
−
−
�= ,
g/ 70 KgBB
Faktor Konversi dosis manusia 70 Kg ke mencit 20 g = 0,0026 (Darmono,2011),
sehingga: 0,0026 x 5,6 . − = 1,456 x 10-5 g/20gBB = 7,28 x 10-4 g/KgBB
2. Pembuatan Suspensi Loperamid
a. Konsentrasi Loperamid
C x V = D x BB
x
C=
V
g
� ,
�
, x −
KgBB
=
, �
= 7,28 x 10-5 g/mL
= 7,28 x 10-3 g/ 100 mL
b. Pembuatan Suspensi Loperamid
Maka, Loperamid HCl yang diambil sebanyak 7,28 x 10-3 g. Banyaknya
Loperamid yang harus digunakan mengacu pada perhitungan kesetaraan bobot,
diambil 10 tablet Immodium yang mengandung 2 mg Loperamid HCl tiap tablet.
Berat tablet yang harus diambil dihitung dengan cara :
�
�
�
�
�
ℎ
ℎ
=
�
ℎ
,
,
�
=
�
,
−
.
Berat tablet yang diambil =
,
�
.
−3 �
,
,
Berat tablet yang diambil = 0,362544 ~ ,
Berat tablet yang diambil sebesar 0,3625 g (± 10% = 0,32625 - 0,3988)
kemudian dilarutkan ke dalam CMC Na 1% hingga 100 mL, sehingga suspensi
Loperamid HCl ini mengandung Loperamid HCl dengan konsentrasi 7,28 x 10-3
g/100mL
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7. Perhitungan Dosis Infusa
Dosis I
Serbuk simplisia biji Parinarium glaberimum Hassk ditimbang sebanyak 50 g
kemudian dibasahi dan dimasukkan ke dalam 100 mL Aquadest, dengan volume pemberian
0,2 mL per berat badan mencit 20 gram.
C x V = D x BB
D=
=
xV
5 �
�
��
,
, �
�
= 5 g/ KgBB
Faktor Konversi mencit 20g ke Manusia 70 Kg = 387,9 (Darmono, 2011), maka :
5g/Kg x 0,02 Kg x 387,9 = 13,5765g / 70 Kg = 0,1939 g/KgBB
Dosis II
Serbuk simplisia biji Parinarium glaberimum Hassk ditimbang sebanyak 75 g
kemudian dibasahi dan dimasukkan ke dalam 100 mL Aquadest, dengan volume pemberian
0,2 mL per berat badan mencit 20 gram.
C x V = D x BB
D=
75�
�
��
,
, �
�
D = 7,5 g/ KgBB
Faktor Konversi mencit 20g ke Manusia 70 Kg = 387,9 (Darmono, 2011), maka :
7,5g/Kg x 0,02 Kg x 387,9 = 58,185g / 70 Kg = 0,8312 g/KgBB
Dosis III
Serbuk simplisia biji Parinarium glaberimum Hassk ditimbang sebanyak 100 g
kemudian dibasahi dan dimasukkan ke dalam 100 mL Aquadest, dengan volume pemberian
0,2 mL per berat badan mencit 20 gram.
C x V = D x BB
D=
�
�
��
,
, �
�
D = 10 g/ KgBB
Faktor Konversi mencit 20g ke Manusia 70 Kg = 387,9 (Darmono, 2011), maka :
10g/Kg x 0,02 Kg x 387,9 = 77,58g / 70 Kg = 1,1082 g/KgBB
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8. Hasil Uji Kualitatif Tanin
A
B
C
Keterangan:
A = Infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dosis I (5,0 g/KgBB)
B = Setelah ditambah FeCl3 berwarna biru kehitaman
C = Setelah penambahan beberapa tetes asam sulfat encer (muncul endapan coklat
kekuningan)
Lampiran 9. Proses Pembedahan Mencit
Mencit sebelum dibedah
Mencit setelah dibedah
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 10. Hasil Perlakuan Kontrol Positif Loperamid HCl dengan dosis 7,28 x
10-4 g/KgBB
3
1
2
A
B
A
B
1
2
3
Keterangan :
: Panjang usus yang dilewati marker
: Panjang usus keseluruhan
: Lambung
: Pilorus
: Apendiks
Lampiran 11. Hasil Perlakuan Kontrol Negatif larutan garam fisiologik (NaCl 0,9%)
1
2
A
B
3
A
B
1
2
3
Keterangan :
: Panjang usus yang dilewati marker
: Panjang usus keseluruhan
: Lambung
: Pilorus
: Apendiks
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 12. Hasil Perlakuan Infusa Parinarium Glaberimum Hassk Dosis 5 g/Kgbb
1
2
B
A
3
A
B
1
2
3
Keterangan :
: Panjang usus yang dilewati marker
: Panjang usus keseluruhan
: Lambung
: Pilorus
: Apendiks
Lampiran 13. Hasil Perlakuan Infusa Parinarium Glaberimum Hassk Dosis 10 g/Kgbb
3
1
2
A
B
A
B
1
2
3
Keterangan :
: Panjang usus yang dilewati marker
: Panjang usus keseluruhan
: Lambung
: Pilorus
: Apendiks
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 14. Legalitas Pengunaan Software SPSS
EFEK ANTIDIARE INFUSA BIJI ATUNG (Parinarium glaberimum Hassk)
PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS DENGAN METODE
TRANSIT INTESTINAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Vania Jessica Ongkers
138114087
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus sumber kekuatan dan harapanku
Kedua orang tuaku atas kasih sayang dan kesabarannya yang tak berujung
Kakakku dan para sahabat atas doa dan motivasinya
Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, cinta kasih dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan naskah
skripsi yang berjudul “ Efek Antidiare Infusa Biji Atung (Parinarium glaberimum Hassk)
pada Mencit Betina Galur Swiss Dengan Metode Transit Intestinal “.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Farmasi (S.Farm) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari
bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis pergunakan untuk mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Sc., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing, atas bimbingan,
waktu, dukungan, semangat dan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Apt., Ph.D., selaku Dosen penguji atas saran dan dukungan
kepada penulis.
4. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini., Apt., selaku Dosen penguji atas saran dan dukungan
kepada penulis.
5. Ibu Dr. Dewi Setianingsih, M.Sc., Apt., selaku Kepala Laboratorium Fakultas
Farmasi yang telah memberikan izin dalam penggunaan fasilitas laboratorium untuk
kepentingan skripsi ini.
6. Pak Heru, Pak Parjiman, Pak Kayat, Pak Wagiran, Pak Purwanto, Mas Sigit selaku
Laboran dan staf Laboratorium Fakultas Farmasi atas bantuan dan dukungan kepada
penulis selama pengerjaan skripsi.
7. Bapak Florentinus Dika Octa, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu setia membimbing dan menyemangati kelas FSM B 2013.
8. Keluarga terkasih Bapak Tonny Samuel Ongkers, Ibu Yuliana Natan dan kakak Jodi
Fernando Ongkers atas segala cinta, doa, bantuan, motivasi dan perjuangannya untuk
membantu dan mendukung penulis.
9. Tim skripsi ATUNG : Gregorius Kevin Besari, Willy Juneidi Sine, Willy Sandjojo,
dan Aloysius Alpha Dewo Suryo Kusharyadi atas kerjasama, waktu, bantuan dan
pengertian, juga kesabaran selama masa penelitian dan penulisan berlangsung.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10. Tim Skripsi Meliana, Ajeng, dan Noni yang menjadi partner di laboratorium, seluruh
rekan kuliah dan kost atas waktu, canda tawa serta kebersamaannya selama ini.
11. Para Sahabat terkasih Farmasi Angkatan 2013 terkhusus FSM B & FKK B.
12. Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
naskah skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir
kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di
bidang ilmu Farmasi.
Yogyakarta, 2 Mei 2017
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................................
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ vi
PRAKATA ........................................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xii
ABSTRAK ........................................................................................................................ xiii
ABSTRACT ........................................................................................................................ xiv
PENDAHULUAN .............................................................................................................
1
METODE PENELITIAN ..................................................................................................
2
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................................
5
KESIMPULAN ................................................................................................................. 12
SARAN.............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 15
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................................... 32
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I. Purata Hasil Uji Pendahuluan Rasio A/B ± SE..................................................
7
Tabel II. Hasil Uji Pendahuluan .......................................................................................
8
Tabel III. Purata Hasil Perlakuan Rasio A/B ± SE ............................................................
9
Tabel IV. Hasil Uji Kelompok Perlakuan .........................................................................
9
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearence Pengunaan Hewan Uji ..................................................... 16
Lampiran 2. Surat Determinasi Tanaman ......................................................................... 17
Lampiran 3. Bahan Uji Parinarium glaberimum Hassk.................................................... 18
Lampiran 4. Alat Dan Bahan Perlakuan ............................................................................ 19
Lampiran 5. Hasil Uji Kadar Air ....................................................................................... 20
Lampiran 6. Perhitungan Dosis Loperamid (Kontrol Positif) dan Pembuatan Suspensi
Loperamid ..................................................................................................... 21
Lampiran 7. Perhitungan Dosis Infusa .............................................................................. 22
Lampiran 8. Hasil Uji Kualitatif Tanin ............................................................................. 23
Lampiran 9. Proses Pembedahan Mencit .......................................................................... 23
Lampiran 10. Hasil Perlakuan Kontrol Positif Loperamid HCl dengan dosis 7,28 x 10-4
g/KgBB ........................................................................................................ 24
Lampiran 11. Hasil Perlakuan Kontrol Negatif larutan garam fisiologik (NaCl 0,9%) .... 25
Lampiran 12. Hasil Perlakuan Infusa Parinarium glaberimum Hassk Dosis 5 g/Kgbb ... 25
Lampiran 13. Hasil Perlakuan Infusa Parinarium glaberimum Hassk Dosis 10 g/Kgbb . 25
Lampiran 14. Legalitas Pengunaan Software SPSS .......................................................... 26
Lampiran 15. Hasil Analisis Statistik Uji Pendahuluan ................................................... 27
Lampiran 16. Hasil Analisis Statistik Kelompok Perlakuan ............................................. 28
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Diare didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh lebih dari tiga kali dalam
jangka waktu 24 jam, tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian jika tidak ditangani.
Salah satu tanaman yang digunakan secara empiris sebagai antidiare di Ambon adalah
rebusan biji atung (Parinarium glaberimum Hassk) yang diketahui mengandung senyawa
polifenolik dengan salah satu bentuknya yang diduga berkhasiat antidiare yaitu tanin.
Mekanisme aksinya sebagai astrigent dengan meningkatkan aktivitas peristaltik dan
mengurangi diare. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efek antidiare infusa biji
Parinarium glaberimum Hassk pada mencit betina galur Swiss dengan metode transit
intestinal.
Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola
searah dengan menggunakan hewan uji mencit betina umur 2-3 bulan dengan berat ±20-30
gram. Tiga puluh ekor mencit dibagi dalam enam kelompok perlakuan. Kelompok I
merupakan kontrol negatif NaCl 0,9%. Kelompok II merupakan kontrol pelarut CMC Na
1%. Kelompok III merupakan kontrol positif Loperamid dosis 7,28 x 10-4 g/KgBB.
Kelompok IV-VI merupakan kelompok perlakuan infusa biji Parinarium glaberimum Hassk
dengan peringkat dosis 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB. Masing-masing hewan uji memperoleh
volume pemberian 0,2mL/20g secara per oral. Empat puluh lima menit setelah pemberian
perlakuan, mencit diberikan marker sebesar 0,2 mL/20gBB dan dua puluh menit kemudian
mencit dikorbankan, diambil usus untuk diukur rasio panjang usus yang dilewati marker
terhadap total panjang usus. Rasio panjang usus yang dilewati marker terhadap total panjang
usus dianalisis secara statistik menggunakan Kolmogorov-smirnov dilanjutkan dengan uji
One-way ANOVA taraf kepercayaan 95% dan uji post hoc Least Significant Difference
(LSD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa biji Parinarium glaberimum Hassk
memiliki efek antidiare pada mencit betina galur Swiss dengan metode transit intestinal pada
dosis 5; 7,5; dan 10 g/KgBB.
Kata Kunci: Infusa, biji Parinarium glaberimum Hassk, antidiare, metode transit intestinal
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Diarrhea is defined as the loss of body fluid more than three times within a period
of 24 hours, frequently end up with shock and death if not treated. One plant which used
empirically as an antidiarrheal in Ambon is stew of atung seed (Parinarium glaberimum
Hassk) are known to contain polyphenolic compounds with one form that suspected as
antidiarrhea agent namely tannins. The mechanism of action as an astringent with increasing
peristaltic activity and reduce diarrhea. The aim of this research was to investigate the
antidiarrhea effect of Parinarium glaberimum Hassk. seed infusion in Swiss female mice
using intestinal transit method from comparison ratio of intestine length that marker solution
trace within the intestine(A) dan total intestine length(B)
This research was purely experimental research with randomized complete direct
sampling design. This research used female Swiss mice age 2-3 months, and 20-30 gram
weight. Thirty mice were divided randomly into six group. Group I was the negative control
NaCl 0.9%. Group II was the solution control CMC Na 1%. Group III was positive control
Loperamid dosage 7.28 x 10-4 g/KgBW. Group IV-VI was group of Parinarium glaberimum
Hassk seed infusion with dose 5; 7.5; dan 10 g/KgBB. Every mouse got 0.2mL/20gBW with
per oral. Forty-five minute after the treatment, mice were given marker with volume
0.2mL/20gBW and twenty minutes after that, mice were sacrifice using neck dislocation for
surgical and the intestine were taken for measure the ratio A/B. Ratio A/B was analyzed
using Kolmogorov-smirnov statistical test, continue with One-way ANOVA test with 95%
significancy level and Least Significant Difference (LSD) post hoc test.
The result of this research shown that Parinarium glaberimum Hassk seed infusion
has an antidiarrhea effect in female Swiss strain mice using transit intestinal method at dose
5;7.5; and 10 g/KgBW.
Key Word: Infusion, Parinarium glaberimum Hassk seed, Antidiarrhea, Transit Intestinal
Method.
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAHULUAN
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dan United Nations
Children's Fund (UNICEF), dari dua milyar kasus penyakit diare di seluruh dunia setiap
tahunnya, 1,9 juta diantaranya menyebabkan kematian pada anak kurang dari 5 tahun dengan
mayoritas terbanyak pada negara- negara berkembang. Secara global, dalam kelompok umur
ini, diare akut merupakan penyebab kedua tertinggi kematian (setelah pneumonia) (World
Gastroenterology Organisation, 2012). Di Indonesia, penyakit diare merupakan salah satu
penyakit endemik dan potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan
kematian. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, diare merupakan penyebab
kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan
semua umur merupakan penyebab kematian yang ke-empat (13,2%) (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Menurut WHO (2013) diare didefinisikan sebagai kehilangan 3 kali atau lebih
cairan tubuh per hari (frekuensi yang lebih banyak daripada individu normal). Secara klinis,
faktor penyebab diare yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorbsi,
alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2011).
Diare akan menghasilkan feses yang lembek atau cair, karena chymus melewati
usus kecil dengan cepat, diikuti feses yang melewati usus besar dengan cepat pula sehingga
tidak cukup waktu untuk absorpsi, hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan
elektrolit. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium
(hipokalemia) dan adakalanya asidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang berakhir
dengan shock dan kematian jika tidak segera ditangani dan diberikan pengobatan yang tepat
(Adnyana dkk, 2004).
Salah satu pengobatan yang umumnya digunakan pada diare adalah obat
obstipansia seperti Loperamid untuk mengatasi gejala dengan cara menekan peristaltik,
menyerap zat-zat beracun yang dihasilkan bakteri, serta menciutkan selaput lendir usus
(astrigent) (Tjay dan Rahardja, 2008). Namun, pengobatan diare dengan obat sintesis
cenderung menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti mual, muntah, nyeri
abdomen dan ruam pada kulit (Purwaningdyah, 2015). Efek samping yang ditimbulkan
menyebabkan organisasi dunia seperti WHO melakukan studi menggunakan bahan alam
sebagai alternatif treatment untuk kemungkinan aktivitas antidiare yang lebih aman, lebih
terjangkau, dan sesuai standar pengobatan (Bahekar, 2015).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Salah satu tanaman yang dikenal oleh masyarakat di Kawasan Timur Indonesia
(KTI), terutama di daerah Maluku adalah tanaman atung (Parinarium glaberimum Hassk)
yang secara empiris digunakan untuk mengatasi diare (Moniharapon, 2004). Tanaman ini
telah digunakan pada penelitian Moniharapon (1998) mengenai antibakteri dan penelitian
Sarastani (2002) mengenai antioksidan. Salah satu kandungan senyawa yang terdapat dalam
tanaman ini adalah senyawa polifenolik (Moniharapon, 1998) yang sangat beragam
bentuknya, seperti: fenol sederhana, fenol eter, fenilpropanoid, flavonoid, kuinon, dan tanin,
dimana senyawa fenolik cenderung memiliki potensi larut dalam air dengan pKa 8 hingga
11 (Cseke et al, 2006) sehingga dapat terambil dengan pelarut air dalam bentuk sediaan
infusa. Diantara bentuk polifenol, yang diduga dapat bekerja sebagai antidiare adalah tanin
(Mailoa dkk, 2013).
Metode transit intestinal digunakan untuk mengevaluasi aktivitas obat diare
berdasarkan pengaruhnya pada rasio jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker dalam
waktu tertentu terhadap panjang usus keseluruhan pada hewan percobaan mencit atau tikus.
Obat antidiare akan memiliki rasio yang lebih kecil dibandingkan rasio pada hewan tanpa
perlakuan (Kelompok Kerja Ilmiah, 1991).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai efek antidiare
infusa biji Parinarium glaberimum Hassk pada mencit betina galur Swiss dengan metode
transit intestinal dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai tanaman yang
memiliki efek antidiare.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak
lengkap pola searah.
Alat dan Bahan
Bahan penelitian yang digunakan adalah biji Parinarium glaberimum Hassk yang
matang di pohon dan jatuh sendiri, umur panen 3 bulan berwarna cokelat merah bata tua.,
mencit betina galur Swiss berusia 2-3 bulan dengan berat 20-30 g, Loperamid dengan merek
dagang Imodium®, aquadest, CMC Na, Gom arab, NaCl Padat, Arang aktif, FeCl3, dan
asam sulfat encer. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven, mesin
penyerbuk, ayakan mesh 40-60, panci enamel, labu takar, corong, penangas air, kain flannel,
stopwatch, thermometer, beaker glass, gelas ukur, sendok, mortir dan stamper, batang
pengaduk, moisture balance, kandang mencit, kotak kaca, timbangan analitik Mettler
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Toledo®, timbangan mencit OHAUS ScoutTm Pro, kertas HVS, spuit p.o mencit, pisau
bedah, pinset, penggaris, dan meja bedah.
Metode
Penelitian ini mengevaluasi aktivitas antidiare berdasarkan pengaruhnya pada rasio
jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus
keseluruhan pada hewan percobaan. Obat antidiare akan memiliki rasio yang lebih kecil
dibandingkan rasio pada hewan tanpa perlakuan. Subjek penelitian ini adalah mencit betina
galur Swiss yang diperoleh dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, berusia 23 bulan dengan berat 20-30 g. Mencit tersebut dibagi kedalam kelompok orientasi dan
perlakuan. Biji Parinarium glaberimum Hassk diperoleh dari lingkungan Fakultas Perikanan
Universitas Pattimura, Ambon, Maluku.
Determinasi Tanaman Parinarium glaberimum Hassk
Determinasi tanaman Parinarium glaberimum Hassk dilakukan dengan mencocokan
ciri-ciri tanaman yang diperoleh dari lingkungan Fakultas Perikanan, Universitas Pattimura,
Ambon, Maluku di Fakultas Biologi Farmasi Universitas Gadjah Mada melalui sampel yang
diberikan meliputi bagian batang, daun, buah hingga bunga.
Pengumpulan, pengeringan dan pembuatan infusa
Biji Parinarium glaberimum Hassk yang dipanen 3 bulan setelah jatuh dari pohon
dicuci dengan air mengalir hingga bersih dan diangin-anginkan hingga kering kemudian
diiris tipis agar luas permukaan semakin besar dan pengeringan dioptimalkan dengan
menggunakan oven pada suhu 50°C selama 148 jam. Biji yang telah kering kemudian
diserbuk dengan alat penyerbuk. Setelah didapatkan serbuk kasar biji, dilakukan pengayakan
dengan ayakan no.40 untuk mendapatkan serbuk yang lebih halus. Pembuatan Infusa diawali
dengan penimbangan serbuk kering biji Parinarium glaberimum Hassk sebanyak 100 g,
kemudian menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (2010) simplisia dicampur dengan
derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air
selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90°C sambil sekali-kali diaduk. Serkai
selagi panas melalui flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga
diperoleh volume infus yang dikehendaki.
Uji Kadar air
Uji kadar air dilakukan di Laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan FarmasiSolid Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sampel serbuk biji Parinarium glaberimum
Hassk sebanyak 200 mg dimasukkan ke dalam alat moisture balance dan diratakan.
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kemudian dipanaskan hingga suhu 120°C dan ditunggu hingga satu menit terhitung mulai
dari suhu mencapai 120°C. Kadar air akan tertera pada layar moisture balance dan dilakukan
tiga kali replikasi.
Pembuatan Suspensi Marker
Suspensi marker terdiri dari 2 macam larutan, yaitu: suspensi Gom Arab 20% dan
karbo adsorben 5% yang berfungsi memberikan warna hitam. Suspensi gom arab dibuat
dengan menimbang 10 gram gom yang dilarutkan dengan sedikit aquadest, kemudian
dituangkan ke dalam labu takar 50 mL lalu di ad aquadest hingga mencapai 50 mL. Proses
pelarutan dibantu dengan pengadukan yang cepat dan sesering mungkin untuk menghindari
penggumpalan Gom arab. Larutan yang kedua adalah karbo adsorben 5% yang dibuat
dengan menimbang 2,5 gram karbo adsorben yang dilarutkan dalam 50 mL aquadest.
Uji Pendahuluan
a. Uji Kualitatif Tanin
Uji kualitatif bertujuan untuk membuktikan bahwa biji yang digunakan mengandung
senyawa tanin yang diduga mekanisme aksinya dapat menimbulkan efek antidiare. Uji
kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan infusa biji Parinarium glaberimum Hassk
sebanyak 2 mL yang ditambahkan beberapa tetes FeCl3 hingga terbentuk warna hitam
kebiruan. Kemudian ditambahkan larutan asam sulfat encer hingga warna hitam
kebiruan menghilang dan menjadi endapan coklat kekuningan. Endapan coklat
kekuningan merupakan hasil positif yang menunjukkan adanya tanin (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
b. Pemilihan Kontrol Positif
Penelitian ini membandingkan rasio A/B kelompok kontrol positif dengan kelompok
kontrol negatif. Jika rasio A/B kontrol positif lebih kecil dibandingkan kontrol negatif,
artinya kontrol positif yang digunakan memiliki efek antidiare. Selain itu digunakan 2
dosis Loperamid yaitu dosis terapi dan ½ dosis terapi, dimana seiring penurunan dosis
kontrol positif, nilai rasio A/B akan meningkat sehingga terjadi penurunan efek
antidiare, artinya kontrol positif yang digunakan benar memiliki efek antidiare (Joel,
2009)
c. Penetapan dosis Infusa biji Parinarium glaberimum Hassk
Penetapan dosis berdasarkan pada konsentrasi tertinggi infusa yang dapat dispuit dan
tidak menyebabkan kematian. Penetapan ini didapatkan melalui orientasi beberapa
variasi dosis yaitu yaitu 1,5; 2,5; 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB dengan konsentrasi tertinggi
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang didapatkan yaitu 100% sehingga dosis tertinggi 10,0 g/KgBB sesuai rumus D x
BB = C x V berdasarkan volume pemberian maksimal (1mL) dan bobot mencit tertinggi
(30 g). Penentuan volume pemberian adalah 0,2 mL/ 20gBB (Kelompok Kerja Ilmiah,
1991).
Pengelompokan dan perlakuan hewan uji
Penelitian ini menggunakan 30 ekor mencit yang dibagi ke dalam 6 kelompok
perlakuan dengan masing-masing kelompok terdiri atas 5 ekor mencit. Sebelum diberi
perlakuan, mencit akan dipuasakan lebih kurang 18 jam dengan tetap diberikan minum
secara ad libitum. Kemudian mencit akan diberikan perlakuan sesuai kelompok. Kelompok
I merupakan kelompok kontrol negatif diberikan cairan fisiologik tubuh (NaCl 0,9%)
sebanyak 0,2mL/20gBB secara per oral. Kelompok II merupakan kelompok kontrol pelarut
(CMC Na 1%) yang diberikan sebanyak 0,2mL/20gBB secara per oral. Kelompok III
merupakan kontrol positif diberikan suspensi Loperamid HCl dosis terapi 7,28 x 10-3
g/100mL dengan volume pemberian 0,2mL/ 20gBB secara per oral. Kelompok IV-VI
merupakan kelompok perlakuan dosis 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB dengan volume pemberian
sebesar 0,2mL/20gBB secara per oral. Kemudian 45 menit setelah perlakuan (t=45),
masing- masing mencit di setiap kelompok perlakuan diberikan suspensi marker dengan
volume pemberian 0,2mL/20gBB secara per oral. Setelah 20 menit (t=65) semua hewan uji
dikorbankan dengan dislokasi tulang leher, kemudian dilakukan pembedahan dan usus
dikeluarkan secara hati-hati hingga merenggang (Kelompok Kerja Ilmiah, 1991).
Dilakukan pengukuran panjang usus yang dilewati marker mulai dari pilorus sampai
ujung akhir yang berwarna hitam (A), kemudian diukur panjang seluruh usus dari pilorus
hingga rektum (B). Rasio antar jarak yang ditempuh marker dibandingkan terhadap panjang
usus keseluruhan (A:B) kemudian di hitung rata-rata setiap kelompok dan dibandingkan.
Bila senyawa memiliki aktivitas antidiare, maka nilai rasionya lebih kecil dibandingkan
kelompok kontrol positif. Sebaliknya, bila rasio lebih besar, maka senyawa obat uji tersebut
memiliki aktivitas laksansia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi tanaman
Determinasi tanaman pada penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa
tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah benar tanaman Parinarium glaberimum
Hassk. Determinasi tanaman dilakukan oleh bagian Biologi Farmasi Universitas Gadjah
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mada Yogyakarta. Hasil yang diperoleh dari determinasi ini membuktikan bahwa tanaman
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parinarium glaberimum Hassk. Hasil
determinasi tanaman seperti dilihat pada Lampiran 2.
Penetapan Kadar air
Penetapan kadar air biji Parinarium glaberimum Hassk bertujuan untuk mengetahui
kandungan air dalam serbuk biji Parinarium glaberimum Hassk, sehingga dapat diketahui
apakah serbuk yang digunakan memenuhi persyaratan serbuk yang baik atau tidak, berkaitan
dengan kualitas dan penyimpanan serbuk (pertumbuhan mikroba dengan media air).
Penetapan kadar air dilakukan dengan alat moisture balance dengan rata-rata kadar air dari
3 kali replikasi yang diperoleh dari serbuk Parinarium glaberimum Hassk sebesar 6,522%
(Lampiran 5). Hal ini menunjukkan bahwa serbuk yang digunakan memenuhi persyaratan
serbuk yang baik karena kadar air kurang dari 10% (Badan Pengawas Obat dan Makanan,
2014).
Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan bertujuan untuk memastikan tanaman yang digunakan mengandung
senyawa yang memiliki mekanisme aksi sebagai antidiare dan penentuan dosis infusa biji
Parinarium glaberimum Hassk.
a. Uji kualitatif tanin.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa infusa biji Parinarium glaberimum Hassk
mengandung tanin. Hal ini dibuktikan dengan penambahan beberapa tetes FeCl3 ke
dalam 2 mL infusa terbentuk warna hitam kebiruan yang kemudian menghilang dan
menjadi endapan coklat kekuningan dengan penambahan asam sulfat encer seperti
terlihat pada Lampiran 8.
b. Pemilihan kontrol positif.
Kontrol positif berfungsi sebagai pembanding untuk mengetahui apakah bahan uji
memiliki efek yang sama dengan kontrol positif, dimana kontrol positif yang digunakan
sebaiknya adalah senyawa yang telah terbukti memiliki efek antidiare dan disesuaikan
dengan metode uji yang digunakan (mekanisme kerja pada metode uji). Penelitian ini
menggunakan Loperamid HCl sebagai kontrol positif karena Loperamid HCl
merupakan senyawa yang menunjukkan aksi antidiare pada saluran pencernaan dengan
menghambat gerakan peristaltik dan memperpanjang waktu transit penyerapan cairan
dan elekrolit di dalam mukosa usus (AphA, 2003). Hal ini sesuai dengan mekanisme
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kerja metode transit intestinal yang bekerja pada salah satu mekanisme patofisiologi
terjadinya diare, yaitu perubahan motilitas usus.
c. Penetapan dosis infusa biji Parinarium glaberimum Hassk
Penetapan dosis infusa Parinarium glaberimum Hassk bersifat eksploratif. Dosis
tertinggi didapatkan dari orientasi berdasarkan pada berat badan maksimal mencit yang
digunakan (30 g), konsentrasi maksimal infusa biji Parinarium glaberimum Hassk
adalah 100% dan volume per oral maksimal yang diberikan pada mencit yaitu 1 mL.
Dosis tertinggi infusa biji Parinarium glaberimum Hassk sebesar 10 g/KgBB kemudian
No
Kelompok Uji
Jumlah Hewan Purata rasio
Uji (ekor)
A/B ± SE
NaCl 0,9 %
3
0,51 ± 0,025
I
CMC Na 1%
3
0,50 ± 0,014
II
3
0,20 ± 0,009
III Loperamid dosis 7,28 x 10-4 g/KgBB
-4
Loperamid dosis 3,64 x 10 g/KgBB
3
0,31 ± 0,012
IV
Infusa
dosis
1,5
g/
KgBB
3
0,41 ± 0,035
V
Infusa dosis 2,5 g/ KgBB
3
0,41 ± 0,023
VI
Infusa dosis 5,0 g/ KgBB
3
0,30 ± 0,019
VII
Infusa dosis 7,5 g/ KgBB
3
0,26 ± 0,012
VIII
Infusa dosis 10,0 g/KgBB
3
0,25 ± 0,007
IX
dilakukan beberapa penurunan dosis, yaitu 1,5; 2,5; 5,0; 7,5; 10,0 g/KgBB.
Tabel I. Purata Hasil Uji Pendahuluan Rasio A/B ± SE
Keterangan : SE = Standard Error
Dari tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata rasio A/B kelompok kontrol positif dosis
terapi dan ½ dosis terapi (kelompok II dan III) secara berurutan adalah 0,20 ± 0,009 dan 0,31
± 0,012. Secara teori, semakin tinggi dosis yang diberikan maka efek yang ditimbulkan akan
semakin besar. Dari data hasil uji pendahuluan dapat dilihat bahwa dengan peningkatan dosis
pada kontrol positif dari ½ dosis terapi ke dosis terapi, terdapat penurunan rata-rata rasio
A/B, yang artinya efek yang ditimbulkan ikut meningkat seiring dengan peningkatan dosis.
Hal ini menunjukkan bahwa kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini menimbulkan
efek antidiare yang semakin besar seiring peningkatan dosis. Sehingga, penelitian ini
dilanjutkan dengan Loperamid HCl dosis terapi 7,28 x 10-4 g/KgBB karena memiliki efek
antidiare yang paling besar berdasarkan rasio A/B yang semakin kecil.
Tabel II menunjukkan bahwa perbandingan rasio A/B pada semua kelompok infusa
biji Parinarium glaberimum Hassk berbeda bermakna (p0,05) jika dibandingkan dengan kelompok infusa
dosis 7,5 dan 10 g/KgBB(kelompok VIII dan IX). Hal ini memberikan pengertian bahwa
efek antidiare yang ditimbulkan pada kedua dosis tersebut sebanding dengan kontrol positif
yang digunakan. Maka, penelitian ini dilanjutkan dengan 3 peringkat dosis yang memberikan
efek antidiare paling besar dilihat dari rasio A/B yang terkecil, yaitu dosis 5,0; 7,5; dan 10
g/KgBB.
Tabel II. Hasil Uji Pendahuluan
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
BTB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
I
BTB
BB
BB
BTB
BB
BB
BB
BB
II
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BTB BTB
III
BB
BB
BB
BB
BB
BTB BTB
BB
IV
BB
BB
BB
BB
BTB
BB
BB
BB
V
BB
BB
BB
BB
BTB
BB
BB
BB
VI
BB
BB
BB
BTB
BB
BB
BB
BB
VII
BB
BB
BTB BTB
BB
BB
BB
BTB
VIII
BB
BB
BTB
BB
BB
BB
BB
BTB
IX
Keterangan : BB= Berbeda Bermakna (p0,05)
Uji efek antidiare
Efek antidiare infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dilakukan dengan
menggunakan 30 ekor hewan uji yang terbagi sama banyak secara acak ke dalam 6 kelompok
perlakuan. Sebelum diberi perlakuan, setiap hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama
lebih kurang 18 jam dengan minum tetap diberikan sepuasnya (ad libitum). Hal ini bertujuan
untuk mengurangi kemungkinan pengaruh makanan yang ada dalam usus pada proses kerja
bahan atau zat uji. Selain itu jika terdapat makanan dalam usus, gerakan marker (penanda)
dari lambung menuju rektum akan terhambat dan mempengaruhi hasil yang diperoleh.
Hewan uji kemudian diberi perlakuan sesuai kelompok perlakuan; kelompok I
merupakan kelompok kontrol negatif yang diberikan cairan fisiologik tubuh (NaCl 0,9%);
kelompok II merupakan kelompok kontrol pelarut (CMC Na 1%); kelompok III merupakan
kelompok kontrol positif (suspensi Loperamid HCl dosis terapi 7,28 x 10-3 g/100mL);
kelompok IV-VI merupakan kelompok perlakuan dosis 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB. Masingmasing hewan uji pada kelompok perlakuan memperoleh volume pemberian 0,2mL/20g BB
yang diberikan secara per oral. Empat puluh lima menit setelah pemberian senyawa atau
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahan uji, hewan diberikan larutan marker dengan tujuan untuk memberikan waktu kerja
atau onset terhadap senyawa atau bahan uji. Dua puluh menit kemudian dilakukan
pembedahan terhadap hewan uji dengan dikorbankan terlebih dahulu dengan cara dislokasi
leher. Pembedahan dilakukan untuk mengambil lambung hingga rektum hewan uji sehingga
dapat ditentukan rasio A/B dengan cara mengukur panjang usus yang dilalui marker (A) dan
panjang usus seluruhnya (B) lalu dibandingkan. Purata hasil perlakuan rasio A/B ± SE
disajikan dalam Tabel III.
I
II
III
IV
V
VI
Tabel III. Purata Hasil Perlakuan Rasio A/B ± SE
Kelompok Uji
Jumlah
Purata Rasio
Hewan Uji A/B ± SE (cm)
(ekor)
NaCl 0,9%
5
0,52 ± 0,01
CMC Na 1%
5
0,50 ± 0,01
-4
Loperamid HCl dosis 7,28 x 10 g/KgBB
5
0,29 ± 0,03
Infusa dosis 5,0 g/KgBB
5
0,40 ± 0,02
Infusa dosis 7,5 g/KgBB
5
0,34 ± 0,04
Infusa dosis 10,0 g/KgBB
5
0,30 ± 0,01
Hasil analisis statistik rasio A/B pada Lampiran 16 menunjukkan bahwa data
terdistribusi normal (p>0,05) menggunakan uji Kolmogorov-smirnov , dilanjutkan dengan
uji One-way ANOVA dengan nilai p0,05) dengan
rata-rata rasio A/B kelompok CMC Na 1%. Hal ini menunjukkan bahwa CMC Na 1% tidak
memiliki efek antidiare maupun efek laksansia sehingga tidak akan mempengaruhi hasil
yang ditimbulkan suspensi Loperamid HCl. Hal ini sesuai dengan data rata-rata rasio A/B
yang terdapat pada Tabel III bahwa rata-rata rasio A/B antara kelompok CMC Na 1% dan
kontrol negatif NaCl 0,9% tidak jauh berbeda yaitu 0,52 ± 0,01 dan 0,50 ± 0,01, sehingga
dapat dikatakan bahwa CMC Na 1% tidak memiliki efek sebagai antidiare maupun laksansia.
Berdasarkan Tabel IV, diketahui bahwa kelompok kontrol negatif memiliki rata-rata
rasio A/B yang berbeda bermakna (p< 0,05) terhadap kontrol positif. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini (Loperamid HCl
dosis 7,28 x 10-4 g/Kg BB) memiliki efek sebagai antidiare. Hal ini sesuai dengan data pada
Tabel III yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata rasio A/B kelompok kontrol positif
Loperamid HCl dosis 7,28 x 10-4 g/Kg BB yaitu 0,29 ± 0,03 lebih kecil dari pada nilai ratarata rasio A/B kelompok kontrol negatif (NaCl 0,9%) yaitu 0,52 ± 0,01.
Tabel IV menunjukkan bahwa rata-rata rasio A/B kelompok perlakuan infusa biji
Parinarium glaberimum Hassk dosis 5,0; 7,5 dan 10,0 g/KgBB berbeda bermakna (p< 0,05)
dengan kelompok kontrol negatif sehingga dapat dikatakan bahwa infusa biji Parinarium
glaberimum Hassk memiliki efek antidiare. Hal ini didukung dengan data rata-rata rasio A/B
yang tersaji pada Tabel III yaitu rata-rata rasio A/B kelompok infusa biji Parinarium
glaberimum Hassk dosis 5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB secara berturut-turut adalah 0,40 ± 0,24;
0,34 ± 0,04 ; dan 0,30 ± 0,01 lebih kecil daripada rata-rata rasio A/B kelompok kontrol
negatif dengan nilai rata-rata rasio A/B 0,52 ± 0,01. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa infusa biji Parinarium glaberimum Hassk memiliki efek sebagai antidiare pada dosis
5,0; 7,5; dan 10,0 g/KgBB.
Berdasarkan Tabel IV, diketahui bahwa bahwa rata-rata rasio A/B kelompok
perlakuan dosis infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dosis 5,0 g/KgBB berbeda
bermakna (p 0,05) dengan kelompok kontrol positif Loperamid HCl dosis
terapi 7,28 x 10-4 g/KgBB. Hal ini didukung dengan data pada Tabel III, yaitu perbandingan
rata-rata rasio A/B infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dosis 7,5 dan 10,0 g/KgBB
secara berturut-turut yaitu 0,34 ± 0,04 dan 0,30 ± 0,01 sebanding dengan kelompok kontrol
positif dengan nilai 0,29 ± 0,03. Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis 7,5 dan 10,0
g/KgBB, infusa biji Parinarium glaberimum Hassk memberikan efek antidiare yang
sebanding dengan kontrol positif yang digunakan.
Berdasarkan Elya dkk (2010), penetapan dosis untuk mendapatkan hasil yang baik
dihitung mengikuti progresi geometri (R) melalui hasil perkalian dengan faktor kelipatan.
Maka, sebaiknya penelitian selanjutnya dapat menggunakan dosis dengan faktor kelipatan
yaitu 2,5;5,0; dan 10g/KgBB dimana menurut Karalliedde (2011) untuk membuat Kurva
Dosis-Respon dibutuhkan minimal 3 peringkat dosis dibandingkan dengan efek yang
ditimbulkan.
Dari hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa infusa biji Parinarium
glaberimum Hassk memiliki efek antidiare. Efek antidiare tersebut kemungkinan disebabkan
oleh kandungan tanin di dalamnya, karena tanin diketahui memiliki efek astrigensia yang
timbul ketika kontak dengan membran mukosa melalui ikatan silang dengan kedua sel
mukosa dan epitel yang menyebabkan mukosa berikatan semakin rapat sehingga
mengurangi permeabilitas, selain itu tanin juga menciutkan lapisan permukaan usus dengan
membuat lapisan pelindung dari protein terkoagulasi pada mukosa di sepanjang dinding
usus, sehingga mematikan ambang saraf sensorik dan mengurangi stimulus yang
merangsang peningkatan aktivitas peristaltik usus (Mills & Bone, 2000).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Senyawa identitas
adalah kandungan kimia simplisia yang dapat digunakan untuk identifikasi. Dalam hal
senyawa identitas tidak tersedia, identifikasi simplisia dan sediaannya dapat menggunakan
zat pembanding (bahan yang memenuhi semua persyaratan monografi Farmakope Herbal
Indonesia). Hasil uji kualitatif tanin dari penelitian ini dengan menggunakan FeCl3,
menunjukkan bahwa biji Parinarium glaberimum Hassk mengandung tanin, namun perlu
digunakan zat pembanding untuk mengetahui jenis tanin (tanin terhidrolisis atau tanin
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terkondensasi) apakah yang terkandung di dalam infusa biji Parinarium glaberimum Hassk.
Selain itu, kandungan tanin yang menimbulkan efek antidiare dalam infusa biji Parinarium
glaberimum Hassk baru sebatas dugaan yang tentunya perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut, dikarenakan tanin bukan hanya satu-satunya zat aktif yang dapat bekerja dari tanaman
sebagai antidiare, ada pula zat aktif lain seperti flavonoid dan alkaloid (Winarno dan Sundari,
1996).
KESIMPULAN
Infusa biji Parinarium glaberimum Hassk memiliki efek antidiare pada mencit betina
galur Swiss dengan metode transit intestinal pada dosis 5; 7,5; dan 10 g/KgBB.
SARAN
1. Perlu dilakukan uji kualitatif menggunakan zat pembanding tanin serta uji kuantitatif
terhadap kandungan dalam biji Parinarium glaberimum Hassk yang memiliki efek
sebagai antidiare.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan tiga peringkat kelipatan dosis yaitu
2,5: 5,0 dan; 10,0 g/KgBB agar dapat dibuat Kurva Dosis- Respon.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I.K., Yulinah, E., Sigit, J.I., K, N. Fisheri., dan Insanu, M., 2004. Efek Ekstrak
Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan Jambu Biji Daging Buah Merah Sebagai
Antidiare. Acta Pharmaceutica Indonesia ., 1(8), 19-27
American Pharmaceutical Association (APhA)., 2003. Drug Information Handbook , LexiComp, 836.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010. Acuan Sediaan
Herbal, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia., 1(4), 3.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2014, Persyaratan Mutu Obat
Tradisional, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.
Bahekar, Satish., and Kale, R.S., 2015. Antidiarrheal Activity of Ethanolic Extract of
Manihot Esculenta Crantz Leaves in Wistar Rats. J-AIM., 6(1), 35–40.
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cseke, L.J., Kirakosyan, A., Kaufman, P.B., Warber, S.L., Duke, J.A., and Brielmann, H.L.,
2006, Natural Products from Plants, 2nd Ed., Taylor & Francis Group, United States
of America: 19, 271-272.
Elya, B., Amin, J., Emiyanah, 2010, Toksisitas Akut Daun Justicia gendarussa Burm..,
Makara Sains 14(2), 130.
Kelompok Kerja Ilmiah, 1991. Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka :
Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik., Yayasan
Pengembangan Obat Bahan Alam Phytco Medica . Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta: 23-25,179-185.
Darmono, S., 2011. Buku Ajar Farmakologi Eksperimental, UI Press, 7-12.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Farmakope Herbal Indonesia .
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2-5.
Joel, Nixon., 2009. Efek Antidiare Infusa Daun Putri Malu (Mimosa pudica Linn.) pada
Mencit Putih Betina dengan Metode Transit Intestinal, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Karalliedde, L., 2010. Dose-Response Curves. Faculty of Medicine University of
Peradineya (online). https://goo.gl/8eQtKa diakses tanggal 13 Juni 2017.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1033-1158.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2014, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta, 147.
Mailoa, M.N., Mhendradatta, M., Laga, A., dan Djide, N., 2013. Tannin Extract Of Guava
Leaves (Psidium guajava L) Variation With Consentration Organic Solvents,
International Journal Of Scientific & Technology Research, 2(9).
Moniharapon, Trijunianto., 1998. Kajian Fraksi Bioaktif dari Buah Atung (Parinarium
glaberimum Hassk) Sebagai Bahan Pengawet Pangan, Disertasi, Program Studi Ilmu
Pangan Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Moniharapon, Trijunianto., 2004. Antimicrobial Activity of Atung(Parinarium glaberimum
Hassk.) Fruit Extract., Pakistan Journal of Biological Sciences,Pakistan. 7(6), 10571061.
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mills, S and , Bone,K., 2002. Principles and Practice of Phytotheraphy: Modern Herbal
Medicine. United Kingdom, Churcill Livingstone, 34-37, 68-71, 133, 170-171.
Purwaningdyah, Y.G., Widyaningsih, T.D., dan Wijayanti, N., 2015, Efektivitas Ekstrak Biji
Pepaya (Carica Pepaya L.) Sebagai Antidiare Pada Tikus Yang Diinduksi Salmonella
typhimurium., Jurnal Pangan dan Agroindustri, Malang, 3(4), 1283-1293.
Sarastani, D., Soekarto, S.T., Muchtadi, T.R., Fardiaz, D., dan Apriyantono, A., 2002.
Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Ekstrak Biji Atung (Parinarium
glaberimum Hassk)., Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Bogor, 8(2), 149-156.
Tjay, T.H dan Rahardja, K., 2008. Obat-obat Penting : Khasiat, Pengunaan daan Efek-efek
Sampingnya . Jakarta, Gramedia, 292-293.
Winarno, M. W., dan Sundari, D., 1996, Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat Diare di
Indonesia, Cermin Dunia Kedokteran, 26, 109
World Health Organization., 2013. Factsheet about Diarrhoeal disease. WHO(Online),
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/, diakses 21 April 2016.
World Gastroenterology Organisation (WGO)., 2012. Acute Diarrhea in Adults and
Children: a global Perspective. World Gastroenterology Organisation Global
Guidelines, (February).
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Ethical Clearence Pengunaan Hewan Uji
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2. Surat Determinasi Tanaman
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3. Bahan Uji Parinarium glaberimum Hassk
Pohon Parinarium glaberimum Hassk.
Biji Parinarium glaberimum Hassk.
Hasil Pengeringan biji Parinarium glaberimum Hassk.
Serbuk biji Parinarium glaberimum Hassk
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4. Alat dan Bahan Perlakuan
Alat dan Bahan Preparasi Infusa
Infusa Biji Parinarium glaberimum Hassk
Meja bedah, gunting, pinset, spuit per oral, alat gelas, Infusa dan Suspensi Marker
Hewan Uji Mencit Betina galur Swiss umur 2-3 bulan dengan Berat 20-30 g
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5. Hasil Uji Kadar Air
Rata-rata Kadar Air =
(
,
+ ,
20
+ ,
) % = 6,523 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6. Perhitungan Dosis Loperamid (Kontrol Positif) dan Pembuatan
Suspensi Loperamid
1. Perhitungan Dosis Loperamid
Berdasarkan Tjay dan Rahardja, 2003, dosis terapi pemberian Loperamid
untuk orang Dewasa Indonesia adalah 4 mg/ 50KgBB. Maka, konversi dosis dewasa
Indonesia ke dosis orang dewasa Eropa (70 KgBB), yaitu :
�
�
.
−
−
�= ,
g/ 70 KgBB
Faktor Konversi dosis manusia 70 Kg ke mencit 20 g = 0,0026 (Darmono,2011),
sehingga: 0,0026 x 5,6 . − = 1,456 x 10-5 g/20gBB = 7,28 x 10-4 g/KgBB
2. Pembuatan Suspensi Loperamid
a. Konsentrasi Loperamid
C x V = D x BB
x
C=
V
g
� ,
�
, x −
KgBB
=
, �
= 7,28 x 10-5 g/mL
= 7,28 x 10-3 g/ 100 mL
b. Pembuatan Suspensi Loperamid
Maka, Loperamid HCl yang diambil sebanyak 7,28 x 10-3 g. Banyaknya
Loperamid yang harus digunakan mengacu pada perhitungan kesetaraan bobot,
diambil 10 tablet Immodium yang mengandung 2 mg Loperamid HCl tiap tablet.
Berat tablet yang harus diambil dihitung dengan cara :
�
�
�
�
�
ℎ
ℎ
=
�
ℎ
,
,
�
=
�
,
−
.
Berat tablet yang diambil =
,
�
.
−3 �
,
,
Berat tablet yang diambil = 0,362544 ~ ,
Berat tablet yang diambil sebesar 0,3625 g (± 10% = 0,32625 - 0,3988)
kemudian dilarutkan ke dalam CMC Na 1% hingga 100 mL, sehingga suspensi
Loperamid HCl ini mengandung Loperamid HCl dengan konsentrasi 7,28 x 10-3
g/100mL
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7. Perhitungan Dosis Infusa
Dosis I
Serbuk simplisia biji Parinarium glaberimum Hassk ditimbang sebanyak 50 g
kemudian dibasahi dan dimasukkan ke dalam 100 mL Aquadest, dengan volume pemberian
0,2 mL per berat badan mencit 20 gram.
C x V = D x BB
D=
=
xV
5 �
�
��
,
, �
�
= 5 g/ KgBB
Faktor Konversi mencit 20g ke Manusia 70 Kg = 387,9 (Darmono, 2011), maka :
5g/Kg x 0,02 Kg x 387,9 = 13,5765g / 70 Kg = 0,1939 g/KgBB
Dosis II
Serbuk simplisia biji Parinarium glaberimum Hassk ditimbang sebanyak 75 g
kemudian dibasahi dan dimasukkan ke dalam 100 mL Aquadest, dengan volume pemberian
0,2 mL per berat badan mencit 20 gram.
C x V = D x BB
D=
75�
�
��
,
, �
�
D = 7,5 g/ KgBB
Faktor Konversi mencit 20g ke Manusia 70 Kg = 387,9 (Darmono, 2011), maka :
7,5g/Kg x 0,02 Kg x 387,9 = 58,185g / 70 Kg = 0,8312 g/KgBB
Dosis III
Serbuk simplisia biji Parinarium glaberimum Hassk ditimbang sebanyak 100 g
kemudian dibasahi dan dimasukkan ke dalam 100 mL Aquadest, dengan volume pemberian
0,2 mL per berat badan mencit 20 gram.
C x V = D x BB
D=
�
�
��
,
, �
�
D = 10 g/ KgBB
Faktor Konversi mencit 20g ke Manusia 70 Kg = 387,9 (Darmono, 2011), maka :
10g/Kg x 0,02 Kg x 387,9 = 77,58g / 70 Kg = 1,1082 g/KgBB
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8. Hasil Uji Kualitatif Tanin
A
B
C
Keterangan:
A = Infusa biji Parinarium glaberimum Hassk dosis I (5,0 g/KgBB)
B = Setelah ditambah FeCl3 berwarna biru kehitaman
C = Setelah penambahan beberapa tetes asam sulfat encer (muncul endapan coklat
kekuningan)
Lampiran 9. Proses Pembedahan Mencit
Mencit sebelum dibedah
Mencit setelah dibedah
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 10. Hasil Perlakuan Kontrol Positif Loperamid HCl dengan dosis 7,28 x
10-4 g/KgBB
3
1
2
A
B
A
B
1
2
3
Keterangan :
: Panjang usus yang dilewati marker
: Panjang usus keseluruhan
: Lambung
: Pilorus
: Apendiks
Lampiran 11. Hasil Perlakuan Kontrol Negatif larutan garam fisiologik (NaCl 0,9%)
1
2
A
B
3
A
B
1
2
3
Keterangan :
: Panjang usus yang dilewati marker
: Panjang usus keseluruhan
: Lambung
: Pilorus
: Apendiks
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 12. Hasil Perlakuan Infusa Parinarium Glaberimum Hassk Dosis 5 g/Kgbb
1
2
B
A
3
A
B
1
2
3
Keterangan :
: Panjang usus yang dilewati marker
: Panjang usus keseluruhan
: Lambung
: Pilorus
: Apendiks
Lampiran 13. Hasil Perlakuan Infusa Parinarium Glaberimum Hassk Dosis 10 g/Kgbb
3
1
2
A
B
A
B
1
2
3
Keterangan :
: Panjang usus yang dilewati marker
: Panjang usus keseluruhan
: Lambung
: Pilorus
: Apendiks
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 14. Legalitas Pengunaan Software SPSS