Efek antidiare infusa daun putri malu [Mimosa pudica Linn.] pada mencit putih betina dengan metode transit intestinal - USD Repository

  

EFEK AN NTIDIARE E INFUSA D DAUN PUTR RI MALU ( (Mimosa pu dica Linn.)

PADA ME ENCIT PUT TIH BETINA A

DENG GAN METO ODE TRAN NSIT INTES STINAL

SKRIPSI

  Diaj jukan untuk Memenuhi Salah Satu S Syarat Mem mperoleh Ge elar Sarjana F Farmasi (S. F Farm)

  Program m Studi Ilmu u Farmasi D Diajukan ole eh :

  Nix xon Fernando o Joel NI

  IM : 058114 4017

  

FAKU ULTAS FAR RMASI

U UNIVERSIT TAS SANAT TA DHARM MA

YO OGYAKAR RTA

  

EFEK AN NTIDIARE E INFUSA D DAUN PUTR RI MALU ( (Mimosa pu dica Linn.)

PADA ME ENCIT PUT TIH BETINA A

DENG GAN METO ODE TRAN NSIT INTES STINAL

SKRIPSI

  Diaj jukan untuk Memenuhi Salah Satu S Syarat Mem mperoleh Ge elar Sarjana F Farmasi (S. F Farm)

  Program m Studi Ilmu u Farmasi Diajukan ole D eh :

  Nix xon Fernando o Joel NI

  IM : 058114 4017

  

FAKU ULTAS FAR RMASI

U UNIVERSIT TAS SANAT TA DHARM MA

YO OGYAKAR RTA

  Skripsi

  EFEK ANTIDIARE INFUSA DAUN PUTRI MALU (Mimosa pudica Linn.) PADA MENCIT PUTIH BETINA DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL

  Yang diajukan oleh : Nixon Fernando Joel

  NIM : 058114017 telah disetujui oleh Pembimbing Drs. Mulyono, Apt.

  Pengesahan Skripsi Berjudul EFEK ANTIDIARE INFUSA DAUN PUTRI MALU (Mimosa pudica Linn.) PADA MENCIT PUTIH BETINA DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL

  Oleh : Nixon Fernando Joel

  NIM : 058114017 Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

  Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

  Pada tanggal :

  14 Juli 2009 Mengetahui

  Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Dekan Rita Suhadi, M. Si., Apt.

  Pembimbing Utama Drs. Mulyono, Apt.

  Panitia Penguji : 1. Drs. Mulyono, Apt. ……………….

  2.

  ………………. Ipang Djunarko, S.Si.,Apt. Pikiran yang baik adalah akarnya, perkataan yang baik adalah bunganya, perbuatan yang baik adalah buahnya.

  KUPERSEMBAHKAN UNTUK MAMAKU YANG KUSAYANG TEMAN-TEMANKU

    Hati yang baik adalah sebuah taman.

  • Henry Wadsworth Longfellow-

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

  

PRAKATA

  Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul “Efek Antidiare Infusa Daun Putri Malu (Mimosa pudica Linn.) pada Mencit Putih Betina dengan Metode Transit intestinal”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Farmasi Sanata Dharma.

  Skripsi ini terbagi atas 5 bab antara lain bab I, bab II, bab III, bab IV dan bab

  V. Bab I adalah pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, permasalahan, manfaat dan tujuan penulisan skripsi ini. Bab II adalah penelahaan pustaka yang berisikan pustaka-pustaka yang mendungkung penelitian, antara lain uraian tanaman putri malu, pengertian diare, antidiare, infusa, tanin, loperamid, dan metode transit intestinal. Pada bab II juga terdapat landasan teori dan hipotesis yang dibuat oleh penulis. Bab III adalah metodologi penelitian yang berisi jenis dan rancangan penelitian, variabel dan definisi operasional, bahan penelitian, tata cara penelitian dan tata cara analisis hasil. Bab IV adalah hasil dan pembahasan yang berisi hasil dan pembahasan pada tahap determinasi tanaman, orientasi percobaan dan penetapan efek antidiare. Bab V adalah kesimpulan dan saran yang berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini dan saran yang dapat dilakukan untuk

  Penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan solusi kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

  2. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. dan Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji atas kesediaan menguji serta saran-saran yang diberikan.

  3. Keluargaku, bibi-bibiku dan nenekku, terutama mamaku atas doanya, dukungannya baik secara moral maupun materi kepada penulis.

  4. Yayasan Hidup Bahagia yang telah memberikan bea siswa kepada penulis yang digunakan untuk membiayai penulisan skripsi ini.

  5. Brigitta Melati Iswahyulianti Ongirwalu atas cinta, doa dan perhatiannya.

  6. Stefanus Dani Cahya Pamungkas atas kerja samanya dalam proses penelitian.

  7. Teman-teman yang tergabung dalam UKKA (Sinta, Erlin, Sekar, Inus, Made, Yoyok, Berto, David) atas kebersamaan, hiburan dan canda tawanya.

  8. Romo Sunu atas bantuannya dalam pengolahan data dan pengolah hidup.

  9. Suster Inez atas nasehat-nasehatnya yang membangun diriku dalam proses pembuatan skripsi ini.

  10. Ius farmasi 07 atas bantuannya dalam memahami statistik.

  11. Mas Kayat, Mas Parjiman, Mas Heru dan Mas Yuwono atas bantuannya dalam

  13. Mas Wagiran yang bersedia meminjamkan alat-alat yang dibutuhkan penulis, Mas Andre yang membantu menyerbukkan simplisia dan Mas Sigit yang membantu dalam proses determinasi tanaman.

  14. Bapak-bapak satpam yang bersedia meminjamkan kunci lab saat penulis lupa memberi makan hewan uji.

  15. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

  Penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 28 Mei 2009 Penulis,

  Nixon Fernando Joel

  

INTISARI

  Telah dilakukan penelitian mengenai efek infusa daun putri malu (Mimosa

  

pudica Linn.) sebagai antidiare pada mencit putih betina. Adanya kadungan tanin

  dalam daun putri malu diduga dapat berperan sebagai antidiare. Tanin bekerja sebagai adstringent, yaitu melapisi mukosa usus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan khasiat daun putri malu (Mimosa pudica Linn.) sebagai antidiare secara praklinik, dengan menggunakan hewan uji.

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan mengikuti rancangan acak lengkap pola searah. Pada penelitian ini digunakan metode transit intestinal dengan mencit putih betina sebagai subyek uji. Subyek uji dibagi secara acak dalam enam kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok CMC Na 1%, kelompok kontrol positif, dan kelompok uji dengan dosis 1,30 mg/kg BB, 2 mg/kg BB dan 3 mg/kg BB dengan sepuluh ekor mencit tiap kelompok. Parameter yang diamati adalah rasio antara panjang usus yang ditempuh penanda (A) dengan panjang usus seluruhnya (B). Data yang diperoleh kemudian dianalisa secara statistik dengan menggunakan uji ANOVA satu arah dan dilanjutkan uji post hoc (Tukey) dengan taraf kepercayaan 95%.

  Data hasil penelitian menunjukkan infusa daun putri malu mempunyai efek antidiare pada dosis 1,30 mg/kg BB, 2 mg/kg BB dan 3 mg/kg BB dengan nilai rasio A/B secara berturut-turut 0,45; 0,28; dan 0,39. Kata kunci : antidiare, putri malu (Mimosa pudica Linn.), metode transit intestinal

  

ABSTRACT

  It has been conducted a research about the antidiarrhea effect of infusa

  

Mimosa pudica Linn. leaf on white female mice. Tannin in Mimosa pudica Linn. leaf

  foreseeable can contribute to antidiarrhea. Tannin works as astringent, that is lined intestinal mucosa. The research aimed to prove effect of Mimosa pudica Linn. leaf as an antidiarrhea according to pre clinic test, using experiment animals.

  This type of the research was pure experimental research with one way pattern random design. This research was using intestinal transit method with the test subject were white female mice. The test subject randomly devide into 6 groups, i.e. negative control group, CMC Na 1% group, positive control group and three test groups with dose 1,30 mg/kg BW, 2 mg/kg BW and 3 mg/kg BW with 10 mice in each group. The parameter which observed is the comparison ratio of the marker solution trace within the intestine (A) and the total of intestine length (B). The data obtained was analyzed statistically using One Way ANOVA and continued with post hoc test (Tukey) with interval 95%.

  The result data showed that Mimosa pudica Linn. leaf has antidiarrhea effect at dose 1,30 mg/kg BW, 2 mg/kg BW and 3 mg/kg BW with ratio A/B each one 0,45; 0,28; dan 0,39. Key word: antidiarrhea, Mimosa pudica Linn., intestinal transit method

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................................... ii   HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... iii   HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iv   HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v   HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................................. vi

   

  PRAKATA ................................................................................................................. vii   PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................................... x  

  INTISARI .................................................................................................................... xi  

  

ABSTRACT ................................................................................................................. xii  

  DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii

   

  DAFTAR TABEL ................................................................................................... xviii   DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xix   DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xx  

  BAB I PENGANTAR .................................................................................................. 1   A.

   

  Latar Belakang ........................................................................................................ 1

   

  1.   Permasalahan ....................................................................................................... 3   2.   Keaslian penelitian .............................................................................................. 3  

  B.   Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 5   1.   Tujuan umum ....................................................................................................... 5   2.   Tujuan khusus ...................................................................................................... 5  

  BAB II PENELAHAAN PUSTAKA........................................................................... 6  

     

  A. Uraian Tanaman ...................................................................................................... 6 1.   Sistematika tanaman ............................................................................................ 6   2.   Nama latin ........................................................................................................... 6   3.   Nama daerah ........................................................................................................ 7  

  4. Morfologi ............................................................................................................. 7  

     

  5. Khasiat ................................................................................................................. 8

  B.   Diare ........................................................................................................................ 8   1.   Pengertian ............................................................................................................ 8   2.   Penyebab .............................................................................................................. 9   3.   Gejala ................................................................................................................. 11  

     

  4. Patofisiologi ....................................................................................................... 12

  C.   Antidiare ................................................................................................................ 13  

  D.   Infusa ..................................................................................................................... 17  

  E.   Tanin ...................................................................................................................... 18  

  F.   Loperamida Hidroklorida ....................................................................................... 22  

  G.   Metode Uji Aktivitas Antidiare ............................................................................. 24  

  H.   Landasan Teori ...................................................................................................... 24   I.   Hipotesis ................................................................................................................. 25  

  BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................ 26   A.   Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................................ 26   B.   Variabel dan Definisi Operasional ........................................................................ 26   1.   Variabel utama ................................................................................................... 26   2.   Variabel pengacau ............................................................................................. 26  

     

  3. Definisi operasional ........................................................................................... 27

  C.   Bahan Penelitian .................................................................................................... 28  

  D.   Alat Penelitian ....................................................................................................... 29  

  E.   Tata Cara Penelitian ............................................................................................... 30   1.   Penentuan Metode Uji ....................................................................................... 30  

     

  2. Determinasi tumbuhan ....................................................................................... 30 3.   Pengumpulan bahan uji ..................................................................................... 30   4.   Pembuatan simplisia .......................................................................................... 30   5.   Pembuatan infusa ............................................................................................... 31  

  6.   Pembuatan CMC Na 1% ................................................................................... 31   7.   Penentuan dosis loperamid HCl ........................................................................ 31   8.   Pembuatan larutan loperamid HCl .................................................................... 32   9.   Pembuatan penanda ........................................................................................... 32  

     

  10. Perlakuan terhadap hewan uji .......................................................................... 32 11.   Skema kerja ..................................................................................................... 34  

  F.   Tata Cara Analisis Hasil ........................................................................................ 35  

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 36   A.   Determinasi Tanaman ............................................................................................ 36  

     

  B. Pengumpulan Bahan Uji dan Pembuatan Simplisia .............................................. 36

  C.   Penetapan Efek Antidiare ...................................................................................... 37  

  D.   Pemilihan Kontrol Positif ...................................................................................... 38  

  E.   Orientasi Percobaan ............................................................................................... 39  

  F.   Efek Antidiare Infusa Daun Putri Malu ................................................................. 44  

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 54   A.   Kesimpulan ............................................................................................................ 54   B.   Saran ...................................................................................................................... 54   DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 56  

  BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................... 85  

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I. Hasil orientasi kelompok kontrol negatif, dosis I, II, III, IV, V, VI, CMC Na

  1% dan kontrol positif .................................................................................. 41   Tabel II. Hasil rasio A/B kelompok kontrol negatif, dosis I, II, III, CMC Na 1% dan kontrol positif ............................................................................................... 46   Tabel III. Hasil uji ANOVA satu arah antar kelompok perlakuan ............................ 49   Tabel IV. Rangkuman hasil uji Tukey antar kelompok perlakuan ............................ 50  

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1. Bagan rekomendasi pengobatan diare akut .............................................. 16   Gambar 2. Bagan rekomendasi pengobatan diare kronis ........................................... 17   Gambar 3. Struktur kimia asam galat.........................................................................18 Gambar 4. Struktur kimia HHDP...............................................................................18 Gambar 5. Struktur kimia corilagin ........................................................................... 19   Gambar 6. Struktur kimia katekin...............................................................................20 Gambar 7. Struktur kimia epikatekin..........................................................................20

   

  Gambar 8. Struktur kimia prosianidin B-3 ................................................................. 20 Gambar 9. Struktur kimia loperamid hidroklorida ..................................................... 22   Gambar 10. Skema kerja perlakuan terhadap hewan uji ............................................ 34   Gambar 11. Diagram batang rata-rata rasio A/B tiap kelompok perlakuan ............... 48  

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1: Foto tanaman putri malu (Mimosa pudica Linn.) .................................. 60   Lampiran 2: Foto daun putri malu ............................................................................. 61  

   

  Lampiran 3: Perhitungan dosis I ................................................................................ 62 Lampiran 4: Perhitungan dosis II ............................................................................... 62   Lampiran 5: Perhitungan dosis III.............................................................................. 63   Lampiran 7: Pembuatan larutan kontrol positif ......................................................... 64   Lampiran 8: Tabel hasil orientasi kelompok kontrol negatif, kontrol positif dan

   

  beberapa dosis infusa daun putri malu ....................................................................... 65 Lampiran 9: Data hasil penelitian pada kelompok kontrol negatif larutan garam fisiologik (NaCl 0,9%) ............................................................................................... 67   Lampiran 10: Data hasil penelitian pada kelompok dosis I (1,30 mg/kg BB) infusa daun putri malu .......................................................................................................... 67   Lampiran 11: Data hasil penelitian pada kelompok dosis II (2 mg/kg BB) infusa daun

  Lampiran 12: Data hasil penelitian pada kelompok dosis III (3 mg/kg BB) infusa daun putri malu .......................................................................................................... 68   Lampiran 13: Data hasil penelitian pada kelompok CMC Na 1% ............................. 69   Lampiran 14: Data hasil penelitian pada kelompok kontrol positif loperamid HCl

  • 4

   

  dengan dosis 7,28 × 10 g/kg BB .............................................................................. 69 Lampiran 15: Foto usus pada perlakuan kontrol negatif larutan garam fisiologik (NaCl 0,9%) ............................................................................................................... 70   Lampiran 16: Foto usus pada perlakuan infusa daun putri malu dosis I (1,30 mg/kg BB) ............................................................................................................................. 71   Lampiran 17: Foto usus pada perlakuan infusa daun putri malu dosis II (2 mg/kg BB) .................................................................................................................................... 72   Lampiran 18: Foto usus pada perlakuan infusa daun putri malu dosis III (3 mg/kg BB) ............................................................................................................................. 73   Lampiran 19: Foto usus pada perlakuan CMC Na 1% .............................................. 74   Lampiran 20: Foto usus pada perlakuan kontrol positif loperamid HCl dengan dosis

  • 4

  7,28 × 10 g/kg BB .................................................................................................... 75  

  Lampiran 22: Hasil perhitungan dengan uji ANOVA satu arah ................................ 77   Lampiran 23: Hasil perhitungan dengan uji Tukey.................................................... 78   Lampiran 24:   Histogram rasio antara panjang usus yang dilewati penanda dan panjang usus seluruhnya pada kelompok kontrol negatif .......................................... 79  

   

  Lampiran 25: Histogram rasio antara panjang usus yang dilewati penanda dan panjang usus seluruhnya pada kelompok dosis I (1,30 mg/kg BB) ........................... 80   Lampiran 26:   Histogram rasio antara panjang usus yang dilewati penanda dan panjang usus seluruhnya pada kelompok dosis II (2 mg/kg BB) ............................... 81   Lampiran 27:   Histogram rasio antara panjang usus yang dilewati penanda dan

   

  panjang usus seluruhnya pada kelompok dosis III (3 mg/kg BB) ............................. 82 Lampiran 28:   Histogram rasio antara panjang usus yang dilewati penanda dan panjang usus seluruhnya pada kelompok CMC Na ................................................... 83   Lampiran 29:   Histogram rasio antara panjang usus yang dilewati penanda dan panjang usus seluruhnya pada kelompok kontrol positif ........................................... 84  

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Diare merupakan penyebab umum terjadinya kematian terutama pada balita

  dan anak-anak. Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dengan jumlah kematian sebanyak 100.000 balita tiap tahun (Anonim, 2007).

  Diare adalah defekasi yang sering (peningkatan frekuensi defekasi) dalam sehari dengan feses yang lembek atau cair, terjadi karena kimus yang melewati usus kecil dengan cepat, kemudian feses melewati usus besar dengan cepat pula sehingga tidak cukup waktu untuk absorpsi, hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium (hipokalemia) dan adakalanya asidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang berakhir dengan syok dan kematian (Andyana dkk., 2004).

  Faktor penyebab terjadinya diare antara lain infeksi kuman penyebab diare, keadaan gizi, higiene dan sanitasi, sosial budaya, musim, sosial ekonomi dan lain- alam sekeliling bagi kesehatan termasuk menanggulangi diare (Winarno dan Sundari, 1996).

  Pengobatan diare lazimnya secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu; pengobatan simtomatik dan kausatif. Pada pengobatan simtomatik daya kerja obat adalah mengurangi peristaltik langsung ke usus atau memproteksi, menciutkan lapisan permukaan usus (adstringensia), dan zat-zat yang dapat menyerap racun yang dihasilkan bakteri (adsorben), sedangkan secara kausatif, bakteri dimatikan dengan zat antibakteri (Winarno dan Sundari, 1996).

  Hasil survei kesehatan rumah tangga antara lain menunjukkan bahwa penggunaan tumbuhan obat untuk mengobati diare pada anak balita sebesar 4% (Ajizah, 2004). Salah satu kandungan dalam tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati diare adalah tanin, yang dapat berefek sebagai adstringensia. Tanin juga dapat menyerap racun dan menggumpalkan protein (Winarno dan Sundari, 1996). Salah satu tanaman yang mengandung tanin adalah tanaman putri malu (Mimosa pudica Linn.).

  Putri malu sering ditemukan tumbuh di pinggir jalan dan tanah lapang. Tanaman putri malu memiliki ciri khas, yaitu bila daun disentuh akan segera menutup. Dalam masyarakat tanaman putri malu dipercaya dapat digunakan sebagai obat susah tidur (insomnia), radang saluran nafas, panas tinggi pada anak-anak, herpes, cacingan dan rheumatik. Daun putri malu mengandung tanin, flavonoid, Adanya kadungan tanin dalam daun putri malu diduga dapat berperan sebagai antidiare.

  Dalam penelitian pengujian efek daun putri malu sebagai antidiare ini digunakan metode transit intestinal dengan parameter yang diamati adalah rasio antara panjang usus yang ditempuh penanda dengan panjang usus seluruhnya. Pada penelitian ini digunakan metode transit intestinal karena metode ini relatif lebih mudah, cepat dan akurat dibanding metode lainnya yaitu metode proteksi terhadap diare oleh oleum ricini.

1. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka muncul permasalahan:

  a. Apakah infusa daun putri malu memiliki efek sebagai antidiare pada mencit putih betina dengan metode transit intestinal? b. Pada dosis berapa infusa daun putri malu memiliki efek sebagai antidiare? c.

  Berapakah nilai rasio antara panjang usus yang ditempuh penanda dengan panjang usus seluruhnya yang dihasilkan pada dosis infusa daun putri malu memiliki efek sebagai antidiare?

2. Keaslian penelitian

  Sepengetahuan penulis melalui pengamatan di perpustakaan Universitas daun putri malu sebagai antidiare. Penelitian yang pernah dilakukan menggunakan daun putri malu antara lain: a.

  Isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid dari daun Mimosa pudica Linn. (Widowati, dkk., 1994).

  Diperoleh hasil bahwa dalam daun Mimosa pudica Linn. terdapat senyawa golongan flavonoid bentuk aglikon.

  b. Pengaruh ekstrak daun putri malu (Mimosa pudica Linn.) terhadap batu kandung kemih yang diinduksi pada tikus putih jantan (Widowati, dkk., 1997).

  Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa ekstrak daun putri malu ini pada konsentrasi 25 % b/v dan 50 % b/v menunjukkan efek menghancurkan batu kandung kemih dan pada pemberian larutan ekstrak daun putri malu dengan konsentrasi 10; 25 dan 50 % b/v menunjukkan efek diuresis.

  c.

  Pemeriksaan farmakognosi daun putri malu (Mimosa pudica Linn.) (Sari, 2002) Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa dari uji tabung daun putri malu kemungkinan mengarah pada golongan senyawa alkaloid, polifenol, saponin dan tanin. Pada uji kualitatif secara KLT daun putri malu menunjukkan senyawa flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin. Dan setelah dilakukan analisis diskriptif-komparatif, hasil yang diperoleh (kadar bahan organik asing dan kadar air) memenuhi persyaratan dalam Materia Medika Indonesia.

3. Manfaat penelitian

  Dengan adanya penelitian mengenai efek antidiare daun putri malu ini diharapkan akan memperoleh manfaat sebagai berikut : a. Manfaat teoritis : untuk melengkapi teori yang sudah ada mengenai obat tradisional khususnya tentang tanaman putri malu.

  b.

  Manfaat praktis : untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai dosis efektif infusa daun putri malu sebagai obat diare.

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum

  Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membuktikan khasiat daun putri malu sebagai antidiare secara pra klinik.

  2. Tujuan khusus

  Tujuan khusus penelitian ini antara lain :

  a. Untuk mengetahui efek daun putri malu sebagai antidiare pada mencit putih betina dengan metode transit intestinal.

  b.

  Untuk mengetahui dosis infusa daun putri malu yang memiliki efek sebagai antidiare.

  c.

  Untuk mengetahui nilai rasio antara panjang usus yang dilewati penanda dan

BAB II PENELAHAAN PUSTAKA A. Uraian Tanaman

  1. Sistematika tanaman

  Tanaman putri malu (Mimosa pudica Linn.) memiliki urutan determinasi sebagai berikut : Kerajaan : Plantae Divisi : Spermatophyta Anak divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Rosales Suku : Mimosaceae Marga : Mimosa Jenis : Mimosa pudica Linn. (Van Steenis, 1992).

  2. Nama latin

  Tanaman putri malu memiliki beberapa nama latin antara lain Mimosa

  

pudica Linn. dan Mimosa asperat Blanco. Dari kedua nama latin tersebut yang

paling sering digunakan adalah Mimosa pudica Linn. (Van Steenis, 1992).

3. Nama daerah Mimosa pudica Linn. memiliki nama yang berbeda-beda di beberapa daerah.

  Mimosa pudica Linn.yang dikenal di beberapa daerah antara lain :

  Minangkabau : rebah bangun; Manado : daun kaget – kaget; Sumatera : sikerput, sikajuik, jakut anting; Jawa : kucingan, jukut borang, jukut rijud, jakut gehgehran, bujang kagit, rondo (Anonim, 1996 dan Van Steenis, 1992).

4. Morfologi

  Herba memanjat atau berbaring atau setengah perdu; tinggi 0,3-1,5 m. Akar pena kuat. Batang dengan rambut sikat yang mengarah miring ke bawah dan duri tempel bengkok yang tersebar. Daun penumpu bentuk lanset, panjang 1 cm. Daun pada sentuhan melipatkan diri, menyirip rangkap. Sering terkumpul rapat, panjang 4- 5,5 cm. Anak daun tiap sirip 5-26 pasang, kerapkali warna tepi ungu, berumbai, 6-16 kali 1-3 mm. Bongkol memanjang, panjang 1 cm, 2-4 menjadi satu; tangkai dengan rambut sekat yang panjang 2-5 cm. Kelopak sangat kecil, bergigi 4 seperti selaput putih. Benang sari 4, lepas, ungu. Polongan pipih, bentuk garis, di antara biji-biji menyempit tidak dalam, pada sambungan dengan banyak rambut sekat panjang yang pucat, beruas 2-4, panjang 1-2 cm, lebar 4 mm, pada waktu masak lepas ke dalam pecahan berbiji satu, yang melepaskan diri dari tempat sambungan yang tidak rontok. Biji bulat, pipih. Dari Amerika tropis, herba; 1-1200 m. Terutama pada daerah tanah perkebunan yang kering (Van Steenis,1992).

5. Khasiat

  Tanaman putri malu dipercaya dapat mengobati penyakit susah tidur, bronchitis, panas tinggi pada anak, herpes, rheumatik dan cacingan. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun, akar, seluruh tanaman baik yang segar maupun yang sudah dikeringkan. Arisandi dan Andriani (2006) menambahkan efek farmakologi yang dimiliki tanaman puti malu antara lain penenang (tranquiliser), sedatif, peluruh dahak (expectorant), anti batuk (antitusive), penurun panas (antipiretik), antiradang, dan peluruh air seni (diuretik).

B. Diare 1.

   Pengertian

  Diare berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan suatu keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu serius (Sugiyanto, 1997). Diare adalah defekasi yang sering dalam sehari dengan feses yang lembek atau cair, terjadi karena kimus yang melewati usus kecil dengan cepat, kemudian feses melewati usus besar dengan cepat pula sehingga tidak cukup waktu untuk absorpsi (Andyana dkk., 2004).

  Diare dibagi menjadi 2 yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut timbul secara mendadak dan bisa berlangsung terus selama beberapa hari. Diare akut adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (Anonim, 1989). mengakibatkan tubuh kekeringan (dehidrasi), kekurangan kalium (hipokalemia) dan adanya darah menjadi asam (asidosis) yang tidak jarang berakhir dengan syok dan kematian. Gejala pertama dari dehidrasi adalah perasaan haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput, berkurangnya air seni dan menurunnya berat badan juga keadaan gelisah. Kekurangan kalium terutama mempengaruhi sistem neuromuskuler dengan gejala-gejala mengantuk (letargi), lemah otot dan sesak nafas (Tjay dan Rahardja, 2002).

  Diare sangat berbahaya terutama bagi bayi dan anak-anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstra- selnya lebih mudah lepas daripada orang dewasa (Andyana dkk., 2004).

2. Penyebab

  Menurut Djamhuri (1995) penyebab diare sebagian besar adalah bakteri dan parasit, penyebab lain seperti racun, alergi dan dispepsi. Penyebab utama diare adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air dan atau terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal, proses resorpsi dan sekresi dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Proses ini diatur oleh beberapa hormone, yaitu resorpsi oleh enkefalin, sedangkan sekresi oleh prostaglandin dan neurohormon VIP (Vasoactive Intestinal Peptide).

  Biasanya resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu sebab sekresi menjadi lebih besar daripada resorpsi, maka terjadilah diare. Terganggunya keseimbangan antara gastroenteritis (radang lambung) yang disebabkan oleh kuman dan toksinnya. Penyebab lain terjadinya diare adalah adanya alergi terhadap makanan atau minuman, gangguan gizi, kekurangan enzim tertentu, dan adanya pengaruh psikis seperti keadaan terkejut dan ketakutan (Tjay dan Rahardja, 2002).

  Salah satu faktor penyebab terjadinya diare antara lain karena infeksi kuman penyebab diare. Brooks et al (1996) telah menginventarisasi 12 jenis bakteri, yaitu:

  

Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perferingens, Escherichia coli,

Vibrio cholerae, Shigella sp., Salmonella sp., Clostridium difficile, Campylobacter

jejuni, Yersinia enterolitica, Klebsiella pnemoniae, Vibrio haemolyticus. Namun

  menurut Dzulkarnain (1996) kasus diare di Indonesia lebih sering disebabkan oleh

  

Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Vibrio cholerae, Salmonella sp., selain

Shigella sp., dan Campylobacter. Dari percobaan binatang yang diinfeksi dengan

Salmonella typhimurium menunjukkan perubahan-perubahan pada cairan ileum,

  transport elektrolit dan terjadi perangsangan enzim adenil siklase dan peningkatan siklik AMP intraseluler sehingga menyebabkan sekresi cairan dan diare (Ajizah, 2004). Jenis virus yang menyebabkan diare antara lain Adnovirus, Rotavirus, virus

  

Norwalk, Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus , dan virus bulat kecil

  (Firdaus, 1997). Jenis parasit penyebab diare adalah Balantidium coli, Capillaria

  

philippinensis, Cryptosporodium, Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Isospora (Sugiyanto, 1997). billi, Fasiolopis Sarcocystis suihominis a.

  Malabsorbsi karbohidrat. Pada bayi, kepekatan terhadap laktoglobusis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak terganggu.

  b. Malabsorbsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trigliserida, dengan bantuan lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi muncul karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak. Diare yang dilihat dari faktor makanan, diketahui bahwa makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang. Faktor psikologis yang menyebabkan diare adalah rasa cemas, takut, dan tegang, dan jika hal ini terjadi pada anak, dapat menyebabkan diare kronis (Widjaja, 2002).

3. Gejala

  Menurut Widjaja (2002), gejala-gejala klinis yang timbul apabila penderita terkena diare adalah : i. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meningkat, dan nafsu makan berkurang. ii. Tinja makin encer, mengandung darah/lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. iv.

  Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang. v. Muntah sebelum atau sesudah diare. vi.

  Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah). vii. Dehidrasi (kekurangan cairan). Bila terjadi dehidrasi timbul rasa haus, clastisitas

  (turgir san tonus) kulit menurun, bibir dan mulut kering, mata cowong, air mata tidak keluar, tekanan darah rendah.

4. Patofisiologi

  Terdapat empat mekanisme umum patofisiologi yang mengganggu keseimbangan air dan elektrolit yang memacu diare. Empat mekanisme ini merupakan dasar diagnosis dan terapi, antara lain : (1) perubahan aktivitas transfer ion oleh penurunan absorpsi sodium atau peningkatan sekresi klorida, (2) perubahan motilitas usus, (3) peningkatan osmolaritas lumen dan (4) peningkatan tekanan hidrostatik pada jaringan otot. Mekanisme-mekanisme ini telah dihubungkan pada 4 kelompok diare klinis, yaitu : sekretori, osmotik, eksudatif dan perubahan transit usus (Longe & DiPiro, 1997).

  Perubahan motilitas usus menyebabkan diare dengan tiga mekanisme, yaitu : mengurangi waktu kontak kimus pada usus halus, pengosongan kolon sebelum waktunya (prematur), dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan (Longe & DiPiro, 1997).

  C.

  

Antidiare

  Antidiare adalah obat yang diminum pada saat terserang diare akan menunjukkan efek menghentikan diare. Zat-zat yang menekan peristaltik sebetulnya tidak begitu layak untuk digunakan karena pada waktu diare pergerakan usus sudah banyak berkurang, lagi pula virus dan toksin perlu dikeluarkan secepat mungkin dari dalam tubuh. Obat-obat untuk pengobatan diare sebaiknya jangan diberikan lebih dari 7-10 hari, karena bisa jadi diare yang diderita bukan benar-benar penyakit diare tetapi merupakan dari gejala penyakit yang lain (Tjay dan Rahardja, 2002).

  Diare viral dan diare akibat enterotoksin pada hakikatnya sembuh dengan sendirinya sesudah lebih kurang 5 hari, setelah sel-sel epitel mukosa yang rusak diganti oleh sel-sel baru. Maka, pada dasarnya tidak perlu diberikan obat, hanya bila mencretnya hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya, misalnya asam samak (tannalbumin), aluminium hidroksida dan karbon adsorbsi (arang halus yang sudah diaktifkan). Zat-zat yang menekan peristaltik sebetulnya tidak begitu layak untuk digunakan karena pada waktu diare pergerakan usus sudah banyak berkurang, lagi pula virus dan toksin perlu dikeluarkan secepat mungkin dari tubuh. Dari zat-zat di atas mungkin loperamid adalah pengecualian karena daya kerjanya dapat menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa. Antibiotika pada diare jenis ini tidak berguna karena tidak mempercepat sembuhnya penyakit. Hanya pada infesi oleh bakteri invasive perlu diberikan suatu obat kemoterapeutik yang

  Antidiare diberikan untuk mengurangi peristaltik, spasme usus, menahan iritasi, absorpsi racun dan sering terpadu dengan anti-mikroba. Diare yang menyerupai kolera mengakibatkan dehidrasi dan sering memerlukan infusa, sebab penderita dapat meninggal karena kekurangan cairan dan elektrolit. Bila diare tidak disertai muntah maka cairan garam rehidrasi (oralit) banyak menolong sebagai pertolongan pertama (Djamuri, 1995).

  Kelompok obat yang sering kali digunakan pada terapi diare adalah : a. Kemoterapeutika untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare.

  Contohnya antibiotika, sulfonamide, kinolon, dan furazolidon.

  b. Obstipansia untuk terapi simptomatik, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara : 1. zat-zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus. Contohnya adalah candu dan alkaloidnya, turunan petidin (defenoksilat dan loperamida) dan antikolinergik (atropin, ekstrak belladonna).

  2. adstrigensia, yang menciutkan selaput lendir usus. Misalnya asam samak (tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan aluminium.

  3. adsorbensia, misalnya karbo adsorben yang pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat racun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk juga zat-zat lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain dalam buah apel), garam-garam bismuth dan aluminium c.

  Spasmolitika, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare. Misalnya papaverin dan oksifenonium (Tjay dan Rahardja, 2002).

  Ketika terjadi diare tujuan terapinya antara lain : (1) untuk mencegah kehilangan air, elektrolit dan asam basa yang berlebihan, (2) untuk mengadakan pertolongan simptomatik, (3) untuk mengobati penyebab, (4) untuk mengatur kekacauan sekunder yang menyebabkan diare. Petugas kesehatan harus mengerti diare yang seperti batuk, mungkin diare yang terjadi merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk membersihkan tubuh dari zat-zat berbahaya atau patogen.

  Tanggapan terapi yang benar adalah tidak harus menghentikan diare berapapun biayanya (Longe & DiPiro, 1997).

  Longe dan DiPiro (1997) memberikan bagan rekomendasi untuk pengobatan diare akut dan kronis sebagai berikut :

  Gambar 1. Bagan rekomendasi pengobatan diare akut (Longe & DiPiro, 1997 )

  

Gambar 2. Bagan rekomendasi pengobatan diare kronis (Longe & DiPiro, 1997

  ) D.

  

Infusa

  Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia

  o

  nabati dengan air pada suhu 90 C selama 15 menit. Pembuatan infusa dilakukan dengan cara: campur simplisia dengan derajat kehalusan yang sesuai dalam air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu

  o

  mencapai 90 C sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa

E. Tanin

  Tanin adalah senyawa fenolik larut air yang memiliki berat molekul antara 500 – 3000 memberikan reaksi fenolik yang umum dan memiliki sifat khusus seperti kemampuan untuk mengendapkan alkaloid, gelatin dan protein (Hagerman, 2002).