MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA BLAKRA’AN DI JTV ( Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Program Acara Blakra’an di JTV ).

MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA BLAKRA’AN DI J TV
( Studi Deskr iptif Motif Pemir sa di Surabaya Menonton Progr am
Acara Blakra’an di J TV )

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyar atan Memper oleh Gelar Sar jana pada
FISIP UPN “Veter an” Jawa Timur

Oleh :
YULIA PUSPITA
0843110282

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul “MOTIF PEMIRSA
MENONTON

PROGRAM

ACARA

BLAKRA’AN

DI

J TV”

(Studi

Deskr iptif Motif Pemir sa di Sur abaya Menonton Pr ogram Acara Blakra’an

di J TV) dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Dyva Claretta, MSi
selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, nasihat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak
menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual, maupun
materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dra, Ec, Hj, Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Dyva Claretta Msi, selaku pembimbing utama bagi penulis dalam
menyelesaikan penelitian.
4. Ibu Dra. Herlina Suksmawati, MSi, selaku dosen UPN “Veteran” Jatim yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam penelitian ini
5. Bapak H. Ir. Didiek Tranggono, MSi, selaku dosen penguji yang sudah
memberikan saran dan masukannya untuk hasil skripsi ini.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


6. Seluruh karyawan bagian data “Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil”
untuk meluangkan waktunya memberikan apa yang penulis inginkan.
7. Bagian T.U Bakesbang Pol Linmas atas dikeluarkannya surat perizinan
penelitian.
8. Keluarga, ayah, ibu, dan kakak yang selalu memberikan dukungan dan
do’anya dalam keadaan apapun
9. Untuk calon pendamping hidup “Wawan Setya Wicaksana” terima kasih atas
kesabarannya dalam membantu memberikan semangat sehingga penulis bisa
menyelesaikan proposal ini.
10. Semua orang / pihak yang telah membantu dan memberikan masukan atau
kritik kepada penulis namun tidak tersebutkan, penulis ucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya.
Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan
yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 28 Mei 2012


Penulis

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI

YULIA PUSPITA. MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM
ACARA BLAKRA’AN DI J TV (Studi Deskr iptif Motif Pemirsa di
Sur abaya Menonton Pr ogram Acar a Blakra’an di J TV).
Menonton program acara blakra’an di JTV memang selalu menarik
perhatian orang yang terlepas dari kejenuhan. Program acara blakra’an itu sendiri
adalah sebuah program dokumenter yang berisikan berita ringan (soft news) yang
memberikan informasi dan juga wawasan seputar berbagai unsur yang ada di
Surabaya, seperti informasi mengenai sejarah, informasi mengenai kebudayaan,
informasi mengenai cerita dari potret Surabaya tempo dulu, dan informasi
mengenai bahasa Surabaya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motif pemirsa Surabaya dalam

menonton program acara blakra’an di JTV.
Landasan teori yang digunakan yaitu Teori Uses and Gratifications
dimana anggapan dasar dari teori ini menyatakan bahwa teori ini tidak tertarik
pada apa yang dilakukan media, tetapi tertarik pada apa yang dilakukan media
terhadap orang. Jadi anggota khalayak dianggap aktif menggunakan media massa
untuk memenuhi kebutuhannya. Penelitian ini menganalisis fenomena tersebut
mengacu pada tiga motif, yaitu motif kognitif, motif identitas personal, dan motif
diversi dengan masing-masing indikatornya.
Segmentasi dari penelitian ini adalah para pemirsa yang berusia 18 – 40
tahun bertempat tinggal di Surabaya. Penarikan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data pada
tiap motif menggunakan kuesioener yang disebarkan ke 100 responden, dan
analisis data menggunakan analisis deskriptif.
Kesimpulannya, ada tiga motif yang mendasari penonton menyaksikan
acara blakra’an di JTV, yaitu motif kognitif, motif identitas personal, dan motif
diversi. Dari ketiga motif tersebut yang paling tinggi adalah motif kognitif, hal ini
dikarenakan penonton lebih banyak ingin mendapatkan informasi dibandingkan
mendapatkan hiburan, sedangkan motif yang terendah adalah motif identitas
personal, karena hanya terdapat 5 pertanyaan saja pada motif ini, dan pemirsa
cenderung menginginkan suatu hiburan dan informasi daripada hanya sekedar

menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau khalayak sendiri.

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
ABSTRAKSI .................................................................................................. iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................viii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................1
1.2. Perumusan Masalahan..........................................................12
1.3. Tujuan Penelitian..................................................................12

1.4. Kegunaan Penelitian.............................................................12

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori.....................................................................14
2.1.1.

Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa............14

2.1.2.

Awal Mula dan Perkembangan Televisi Lokal........16

2.1.3.

Blakra’an..................................................................18

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.4.

Pemirsa Sevagai Khalayak Aktif.............................21

2.1.5.

Pengertian Motif......................................................22

2.1.6.

Teori Uses and Gratifications...................................25

2.2. Kerangka Berpikir.................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional..............................................................32
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel..................38
3.2.1. Populasi....................................................................38
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel.....................38

3.3. Teknik Pengumpulan Data.....................................................43
3.4. Teknik Analisis Data.............................................................44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian .................................... 45
4.1.1. Sejarah Perkembangan JTV ................................... 45
4.1.2. Gambaran Umum Acara Blakra’an ........................ 48
4.2

Penyajian dan Analisis Data ...............................................51
4.2.1. Karakteristik Responden .........................................51
4.2.2. Motif Responden ................................................... 57

4.3
BAB V

Pembahasan ....................................................................... 81

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1


Kesimpulan ........................................................................ 82

5.2

Saran .................................................................................. 93

DAFTAR PUSTAKA
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1

Bagan Teori Uses and Gratifications ........................................... 28

Tabel II.2

Bagan Kerangka Berpikir ............................................................ 31


Tabel III.1

Diagram Teknik Penarikan Sampel ............................................. 40

Tabel III.2

Tabel Jumlah Populasi Tiap Kecamatan ...................................... 40

Tabel III.3

Tabel Jumlah Sampel Tiap Kelurahan ......................................... 43

Tabel IV.1

Tabel Responden Berdasarkan Usia ............................................ 51

Tabel IV.2

Tabel Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 52

Tabel IV.3

Tabel Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................... 53

Tabel IV.4

Tabel Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan .......................... 54

Tabel IV.5

Durasi Menonton Acara Blakra’an di JTV ................................. 56

Tabel IV.6

Tabel Seberapa Sering Menonton Blakra’an .............................. 57

Tabel IV.7

Motif Ingin Mendapat Informasi Sejarah ................................... 58

Tabel IV.8

Motif Ingin Bernostalgia ............................................................ 59

Tabel IV.9

Motif Ingin Memperoleh Informasi Budaya .............................. 60

Tabel IV.10

Motif Ingin Mempelajari bahasa Surabaya ................................ 62

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Tabel IV.11

Tingkat Motif Kognitif ............................................................... 64

Tabel IV.12

Motif Ingin Menunjukkan Sejarah Sebagai Identitas ................ 65

Tabel IV.13

Motif Ingin Menunjukkan Budaya Orang Surabaya ................. 67

Tabel IV.14

Motif Ingin Memperkuat Cerita Dalam Foto ............................ 69

Tabel IV.15

Motif Ingin Menggunakan Bahasa Sebagai Identitas ............... 70

Tabel IV.16

Tingkat Motif Identitas Personal .............................................. 72

Tabel IV.17

Motif Ingin Mengunjungi Bangunan Cagar Budaya ................ 73

Tabel IV.18

Motif Ingin Mengunjungi Tempat Wisata ................................ 75

Tabel IV.19

Motif Ingin Berbagi Ilmu Bahasa ............................................. 76

Tabel IV.20

Motif Ingin Menikmati Kesenian Surabaya ............................. 78

Tabel IV.21

Tingkat Motif Diversi ............................................................... 79

Tabel IV.22

Rekapitulasi Motif .................................................................... 80

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Permohonan Pengisian Kuesioner

Lampiran 2

Lembar Kuesioner

Lampiran 3

Rekapitulasi Identitas Responden

Lampiran 4

Rekapitulasi Motif Kognitif

Lampiran 5

Rekapitulasi Motif Identitas Personal

Lampiran 6

Rekapitulasi Motif Diversi

Lampiran 7

Data Skor Jawaban Responden

Lampiran 8

Bukti Perijinan Dari Bakesbang Linmas

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia tidak terlepas dari ruang lingkup komunikasi.
Dalam konteks manusia sebagai makhluk sosial, maka komunikasi tidak
saja sebagai alat untuk melakukan kontak hubungan dengan antar individu,
namun komunikasi juga merupakan alat bagi manusia untuk bertahan
hidup.
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk menyampaikan informasi atau untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara langsung, lisan,
maupun tidak langsung melalui media. (Effendy, 2004:5)
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sedemikian pesat secara langsung maupun tidak langsung akan berakibat
terhadap perubahan peradaban manusia. Perubahan tersebut dapat
membawa ke arah positif maupun negatif. Disadari atau tidak, dengan
semakin berkembangnya teknologi komunikasi yang ada, dapat digunakan
oleh seorang pemasar untuk menimbulkan image dalam benak calon
konsumen bahwa produk yang mereka tawarkan akan memberikan sesuatu
yang lebih bagi calon konsumen tersebut.
Kehadiran media massa adalah salah satu gejala yang menandai
kehidupa masyarakat modern. Memasuki penghujung dasawarsa 1990-an
masyarakat seolah-olah diserbu di setiap penjuru waktu oleh berita,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

hiburan, atau informasi yang mengalir begitu saja dari berbagai media
massa. Mulai dari media cetak, seperti surat kabar, majalah, buku, sampai
media elektronik seperti televisi, radio, bahkan internet. Hampir setiap hari
selalu ada informasi terbaru yang disajikan oleh media massa.
Perkembangan teknologi yang sedemikian canggih dalam penggunaan
teknologi dan sistem elektronik modern, membuat semakin terbukanya
saluran komunikasi dalam masyarakat yang akhirnya menggiring
masyarakat ke abad informasi atau Alvin Toffler dalam Muchtar (2000:86)
menyebutnya sebagai “Gelombang Ketiga”, yaitu gelombang kemajuan
teknologi informasi akan mengalami puncaknya diawal millenium ketiga
yang tidak bisa dielakkan lagi. Hal ini merupakan era dimana masyarakat
menjadi sangat membutuhkan media dan menimbulkan ketergantungan
terhadap media.
Harold A Innis dalam Littlejohn (1996:266) mengatakan bahwa
komunikasi media adalah perpajangan dari pikiran manusia. Media massa
inilah yang dapat mewakili dalam mengetahui sesuatu. Fungsi-fungsi yang
dapat dijalankan oleh media massa di jaman modern ini memugkinkan
anggota masyarakat dapat memenuhi semua hal (informasi, hiburan,
pendidikan, dll) tanpa harus memindahkan tubuhnya kesana kemari.
Dari beberapa media massa yang ada, salah satu media yang
dibutuhkan masyarakat adalah media televisi. Televisi hanyalah salah satu
komponen media massa, seperti halnya surat kabar, dan radio. Tetapi jika
dibandingkan dengan media lain, televisi mempunyai bayak kelebihan,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

diantaranya bersifat auditif (merangsang indera pendengaran) sekaligus
bersifat visual (merangsang indera penglihatan) dan media ini juga mampu
menampilkan gambar-gambar bergerak dari realitas empiris.
Nyaris semua karakteristik yang dimiliki oleh media massa
terdapat dalam televisi. Penggunaannya oleh masyarakat bisa bermacammacam, mulai dari sebagai instrument untuk memperoleh hiburan,
informasi, pendidikan, sosialisasi pembangunan sampai dengan sekedar
menghabiskan waktu luang.
Televisi telah hadir dengan segala acaranya yang berisi pesanpesan pilihan dari pihak produser atau pengelola stasiun televisi, sehingga
khalayak dihadapkan dengan banyaknya pilihan program acara yang
disajikan di televisi. Khalayak atau pemirsa akan lebih selektif dalam
menonton suatu acara yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Melvin Defleur dan Mc Andrews dalam
Depari (1998:5) bahwa individu-individu sebagai anggota khalayak
sasaran media menaruh perhatian kepada pesan-pesan, terutama jika
berkaitan dengan kepentingannya.
Media televisi mempunyai daya tarik lebih tinggi dibandingkan
dengan radio yang sifatnya auditif (hanya dapat didengarkan), sedangkan
televisi bersifat audio visual, selain dapat didengarkan juga dapat dilihat,
dan segala sesuatunya berlangsung “hidup” seolah-olah khalayak berada di
tempat peristiwa yang disiarkan oleh pemancar televisi itu (Effendy,
1992:94).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang
menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan
informasi yang bersifat massa. Globalisasi komunikasi dan informasi
setiap media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan
perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.
Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibanding media
cetak dan radio ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam
sisi-sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Kemampuan televisi dalam
menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah
menguasai jarak secara geografis dan sosiologi. Televisi telah menjelma
menjadi teleskop atau jendela dunia tempat kita bisa menyaksikan semua
peristiwa, baik itu di bidag politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan
budaya dari luar maupun dalam negeri.
Daya tarik media televisi begitu besar, sehingga pola-pola
kehidupan rutinitas manusia setelah adanya televisi berubah total. Media
televisi telah menjadi panutan baru (new religius) bagi kehidupan manusia.
Tidak menonton televisi sama saja dengan makhluk buta yang hidup
dalam keterasingan.
Pada akhirnya media televisi mampu menjadi alat atau sarana
untuk mencapai tujuan hidup manusia, baik untuk kepentingan politik
maupun perdagangan, bahkan mampu melakukan perubahan ideologi serta
tatanan budaya manusia yang sudah ada sejak lama.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pertelevisian di
Indonesia berkembang pesat, yaitu dengan munculnya 11 stasiun televisi
swasta yang mengudara, antara lain: RCTI, SCTV, TPI, ANTV, METRO
TV, TRANS TV, GLOBAL TV, TV 7 yang pada akhir 2006 telah berganti
nama menjadi TRANS 7, dan LATIVI yang pada tahun 2008 telah
berganti nama menjadi TV ONE, ditambah dengan kehadiran TV Lokal,
seperti JTV, SBO TV, Arek TV, MNC TV yang merupakan stasiun lokal
Jawa Timur.
Munculnya banyak stasiun televisi, membuat khalayak dihadapkan
pada program acara yang disajikan oleh para pengelola stasiun tersebut.
Khalayak atau pemirsa akan lebih selektif dalam menonton suatu acara
yang sekiranya sesuai dengan kebutuhannya. Banyaknya pilihan program
acara mengenai berbagai macam informasi-informasi yang aktual, baik
lokal, nasional, maupun internasional yang meliputi berbagai bidang
kehidupan yang ada di masyarakat, baik politik, ekonomi, sosial, budaya,
hukum, dan lain-lain.
Oleh karena itu, ketika muncul televisi lokal situasinya tidak jauh
berbeda. Stasiun televisi lokal juga berusaha bersaing mengemas sajian
acara yang menarik untuk dapat disaksikan pemirsa televisi. PT Jawa Pos
Media Televisi (JTV) seperti yang dilansi oleh situs wikipedia merupakan
televisi swasta regional pertama di Indonesia, yang kemudian diikuti oleh
TV lokal lainnya di berbagai daerah di Indonesia, prospek ini didukung
pula dengan adanya UU No 32/Th.2002 tentang Penyiaran Berjaringan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

dan Peraturan Menkominfo No 32/Per/M.Kominfo/12/2007 mengenai
penerapan sistem jaringan lembaga jasa penyiaran televisi dimana lembaga
penyiaran stasiun televisi nasional akan dihapuskan menjadi stasiun tv
berjaringan atau stasiun tv lokal (Jawa Pos, 20 Februari 2009). Televisi
berjaringan dimaksudkan agar terjadi desentralisasi penyiaran dan tidak
lagi ada sentralisasi penyiaran yang hanya berada di Jakarta. Tujuannya,
agar semua aspek budaya dan SDM maupun sumber daya ekonomi bisa
dimasukkan dalam lembaga penyiaran yang bersifat lokal sehingga dengan
adanya sistem berjaringan, diharapkan lembaga penyiaran TV nasional
akan membuat stasiun TV lokal di daerah-daerah, mampu memberdayakan
potensi SDM maupun ekonomi lokal.
Akan tetapi tv lokal Surabaya yang on-air saat ini harus mampu
mencadangkan modal 2 hingga 5 kali lipat dari modal awal agar
bisa survive dan dapat berkembang sehat. Untuk menjadi kuat, maka TV
lokal harus efisien. TV lokal harus mampu menekan biaya produksi
program lokal. Hal ini disebabkan masih terlalu rendahnya harga iklan
yang diraih TV lokal. Tragisnya, sudah harga iklannya rendah, lahan itu
juga diserbu dan diperebutkan TV nasional yang memiliki jangkauan lebih
luas.

(http://surochiem.blogspot.com/2011/03/survivalitas-tv-tv-lokal-

surabaya.html)
Segmen utama JTV adalah dari kelompok status ekonomi sosial
yang berasal dari kalangan menengah ke bawah, karena target dari JTV
adalah untuk lebih dekat dengan masyarakat kalangan tersebut, sedangkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

karakter profil pemirsanya memiliki karakter khas masyarakat Jawa Timur
yaitu: bersifat dinamis memiliki fanatisme tinggi terhadap budayanya,
solidaritas yang kuat, lugas dan ekspresif, memiliki keingintahuan yang
tinggi, senang terlibat dengan acara televisi, dan agamis.
Jangkauan siaran JTV meliputi seluruh wilayah Jawa Timur, mulai
dari wilayah siaran Surabaya dan sekitarnya, Malang dan sekitarnya,
Kediri dan sekitarnya, Magetan dan sekitarnya, Tuban dan sekitarnya,
Jember dan sekitarnya, Banyuwangi dan sekitarnya, Tulungagung dan
sekitarnya, sebagaimana ditetapkan oleh keputusan Menteri Perhubungan
Nomor KM76 tahun 2003 tentang rencana induk (Master Plan) Frekuensi
Radio penyelenggara Telekomunikasi Khusus untuk keperluan televisi
siaran analog pada pita Ultra High Frequency (UHF).
Dipilihnya JTV menjadi objek penelitian karena JTV merupakan
TV lokal pertama di Jawa Timur dan merupakan TV lokal terbesar dengan
jangkauan terluas dibandingkan dengan beberapa TV lokal yang ada di
Jawa Timur maupun TV lokal yang ada di Surabaya, seperti: SBO, Arek
TV, Spacetoon, BC TV.
Program acara Blakra’an di JTV merupakan sebuah acara
dokumenter yang ditayangkan setiap hari Selasa dan Kamis setelah
tayangan berita pojok kampung di JTV pada +/- pukul 21.40 – 22.00.
Program blakra’an ini pertama kali tayang di JTV pada tanggal 09 Mei
2011, dan sempat menduduki 10 besar program unggulan yang ada di JTV.
Target blakra’an adalah pemirsa Jawa Timur, khususnya Surabaya dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

program ini pernah mendapatkan penghargaan adiwarta pada bulan
November 2011.
Dokumenter sendiri adalah program informasi yang bertujuan
untuk pembelajaran dan pendidikan, namun disajikan dengan menarik.
Misalnya program dokumenter yang menceritakan mengenai suatu tempat,
kehidupan, ataupun sejarah seorang tokoh atau kehidupan atau sejarah
suatu masyarakat atau kehidupan, dan sebagainya. Gaya atau penyajian
dokumenter sangat beragam dalam hal teknik pengambilan gambar,
tekhnik editing, dan teknik penceritaannya, mulai dari yang sederhana
hingga yang tersulit.
Dengan durasi +/- 20 menit Cak Albaroyo - host (Ahli Bahasa
Suroboyo) mengajak pemirsa untuk menelusuri dan menggali jejak
sejarah, nostalgia, bahasa, dan budaya kota Surabaya. Banyak sekali
bangunan bersejarah yang ada di Surabaya yang bisa menjadi cagar
budaya dan patut di lestarikan, karena dibalik bangunan nya yang tua dan
dingin, dahulu nya terdapat banyak cerita dan saksi bisu kemerdekaan
masyarakat Surabaya. Dan bangunan – bangunan tersebut sepertinya
lambat laun kurang diperhatikan oleh masyarakat Surabaya khususnya,
sehingga hal ini bisa berakibat hilangnya / lunturnya pengetahuan warga
Surabaya terhadap aset penting yang dimiliki Surabaya.. Disini cak
Albaroyo dalam program acaranya “blakra’an” mengajak para pemirsa
untuk menelusuri jejak sejarah kota Surabaya, diharapkan agar para
pemirsa Surabaya dapat mengetahui sedikit / banyak informasi tentang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

sejarah kebudayaan atau bangunan-bangunan tua yang ada di Surabaya
dengan menggunakan bahasa khas Surabaya agar lebih familiar di telinga
pemirsa.
Konsep dari program acara Blakra’an didasari bahwa potensi
kebudayaan, sejarah, dan bahasa Surabaya khususnya patut untuk
dipelajari, dipahami, dan dilestarikan yang kemudian bisa untuk
diberitahukan / diinformasikan kepada para pemirsa bahwa Surabaya
adalah kota yang memiliki beberapa cerita dan keunikan baik itu berupa
bangunan tua ataupun bahasanya yang patut untuk dijadikan edukasi untuk
generasi muda selanjutnya, agar aset yang dimiliki Surabaya ini tidak
luntur oleh perkembangan zaman yang semakin modern seperti sekarang
ini.
Tujuan utama program acara Blakra’an di JTV adalah sebagai
sarana edukasi yang bisa memberikan informasi kepada masyarakat
Surabaya tentang sejarah kota Surabaya. Program acara Blakra’an
disiarkan setiap selasa dan kamis setelah tayangan berita pojok kampung
dengan durasi +/- 20 menit dari pukul 21.40 hingga 22.00 WIB.
Segmentasi penonton acara Blakra’an adalah para pemirsa yang berusia 18
– 40 tahun yang bertempat tinggal di Surabaya.
Pemilihan program acara blakra’an sebagai objek penelitian
dikarenakan acara ini merupakan satu-satunya program berita (soft news)
yang diproduksi oleh JTV yang menyajikan sebuah berita yang kocak,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

ringan, tetapi padat akan pengetahuan tentang sejarah dan budaya
Surabaya dan sekitarnya dengan menggunakan bahasa khas asli Surabaya.
Sementara dipilihnya kota Surabaya sebagai lokasi penelitian
karena program acara blakra’an adalah satu-satunya program acara tv lokal
yang menyuguhkan sejarah wilayah Surabaya dan sekitarnya dengan
menggunakan bahasa khas Surabaya yang sesuai dengan budaya lokal
setempat, selain itu Surabaya menempati posisi tertinggi untuk jumlah
penonton tayangan ini, selain sidoarjo, tanggulangin, malang.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang motif pemirsa terhadap program acara blakra’an di JTV.
Ketertarikan itu dilandasi bahwa potensi kebudayaan, sejarah, dan bahasa
Surabaya khususnya patut untuk dipelajari, dipahami, dan dilestarikan
yang kemudian bisa untuk diberitahukan / diinformasikan kepada para
pemirsa bahwa Surabaya adalah kota yang memiliki beberapa cerita dan
keunikan yang patut dijadikan edukasi untuk generasi muda selanjutnya.
Tentunya motif antara satu individu dengan individu yang lain tidak ada
yang sama, sehingga aktifitas penggunaan media dan tujuan akhir yang
diperolehpun tidak ada yang sama. Individu bebas dalam memilih dan
menggunakan media beserta isinya atau sumber – sumber rujukan lain
untuk mencapai tujuan akhir yaitu untuk memenuhi kebutuhannya akan
sebuah informasi dan hibura beragam acara di televisi yang menyajikan
berbagai informasi, baik yang dikemas dalam bentuk formal maupun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

dikemas menghibur yang seolah menjadi alternatif pilihan bagi para
pemirsa.
Penelitian motif pemirsa terhadap program acara Blakra’an ini
akan difokuskan pada pendapat Blumer, J.G dalam (Rahmat 2007 : 66),
yakni:
1. Motif Kognitif

: Motif ini berkaitan dengan keinginan individu

untuk memenuhi kebutuhan selain informasi, mengeksplorasi realitas
atau surveilance.
2. Motif Identitas Personal : Motif yang berkaitan dengan keinginan
individu menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan
sesuatu yang penting dalam kehidupan.
3. Motif Diversi

: Motif ini berkenaan dengan keinginan individu

akan kebutuhan pelepasan sari tekanan dan kebutuhan akan hiburan.
Objek dalam penelitian ini adalah para pemirsa yang berusia di atas
18 – 40 tahun. Dipilihnya pemirsa yang berusia di atas 18 – 40 tahun
sebagai responden karena segmentasi pemirsa blakra’an adalah usia 18
tahun ke atas, selain itu menurut Prof. Dr. M. Djawad Dahlan menyatakan
bahwa secara psikologis pada masa tersebut merupakan permulaan awal
masa dewasa, emosinya mulai stabil, pemikirannya mulai matang, dan
bisa bersifat lebih bijak lagi untuk menanggapi suatu permasalahan yang
ada di lingkungan sekitarnya.
Sesuai dengan pendekatan Uses and Gratification bahwa model ini
tidak tertarik dengan apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

model ini tertarik pada apa yang dilakukan orang pada media. Anggota
khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhannya. Dari sinilah timbul Uses and Gratification, penggunaan dan
pemenuhan kebutuhan (Rahmat, 2007:65)

1.2

Perumusan Masalah
Dari berbagai uraian berdasarkan latar belakang diatas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana motif pemirsa
Surabaya dalam menonton program acara “Blakra’an” di JTV.

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana motif pemirsa Surabaya dalam
menonton program acara “Blakra’an” di JTV.

1.4

Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Memberikan sumbangsih kajian ilmu komunikasi mengenai penelitian
Uses and Gratification khususnya tentang motif pemirsa menggunakan
media massa pada umumnya dan media elektronik, khususnya program
acara blakra’an di JTV, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
masukan atau bahan referensi yang berguna untuk kegiatan penelitian
selanjutnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

2. Secara Praktis
a. Memberikan wawasan dan peningkatan pengetahuan remaja
metropolis dan masyarakat Surabaya
b. Memberikan masukan pada pihak JTV terhadap program yang ada
untuk mengembangkan JTV agar lebih sesuai dengan harapan serta
keinginan penonton.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teor i

2.1.1

Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
Televisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siaran (Televisi
Broadcast) yang merupakan media elektronik dan memiliki ciri-ciri yang
berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat
umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya
heterogen (Effendy, 1993:17).
Televisi secara umum adalah melihat jauh, hal ini sesuai dengan
kenyataannya bahwa di saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung
dari Jakarta atau kota-kota lain dari rumah masing-masing. Dengan
demikian televisi adalah salah satu media massa yang memancarkan suara
dan gambar yang berarti sebagai reproduksi dan kenyataan yang disiarkan
melalui gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh
pesawat penerima di rumah (Effendy, 1993:10).
Media massa juga dikenal sebagai media hiburan, sebagian besar
media melakukan fungsi sebagai media yang memberikan hiburan bagi
khalayak, jadi peran media massa sebagai hiburan merupakan peran yang
akan dibahas dalam penelitian ini.

14

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beberapa media
massa yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling
akhir kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai sebagai media
massa yang paling efektif saat ini dan banyak menarik simpati kalangan
masyarakat luas karena perkembangan teknologinya begitu cepat.. Hal ini
disebabkan oleh audio visualnya yang tidak lain penayangannya
mempunya jangkauan yang relatif tidak terbatas dengan modal audio
visual yang dimiliki siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan
pesannya, karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya
pembentukan sikap, perilaku, dan sekaligus perubahan pola berfikir.
Pengaruh televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar.
Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi
kejiwaan.
Menurut Effendy (1993:24), fungsi televisi sebagai media massa
adalah:
1. Fungsi Penerangan (The Information Function), yaitu memberikan
informasi – informasi acara televisi seperti acara kuis, pilihan sinetron
di setiap stasiun televisi.
2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function), yaitu memberikan
informasi pendidikan yakni untuk meningkatkan pengetahuan dan
penalaran masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function), acara – acara yang
ditayangkan di televisi seperti acara sinetron di setiap stasiun televisi
memberikan hiburan terhadap khalayak luas.
Sedangkan Kuswandi (1996:21-23) berpendapat bahwa munculnya
media televisi dalam keidupan manusia, memang menghadirkan suatu
peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap
media massa jelas melarikan satu efek sosial yang bermuatan perubahan
nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik
perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut menguasai jarak
secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi sedemikian
besar, sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul televisi
berubah total sama sekali. Pengaruh dari televisi lebih kuat dibandingkan
dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio televisi
yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi
telah menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi
dan komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi
menembus ruang dan jarak geografis pemirsa.
2.1.2

Awal Mula dan Per kembangan Televisi Lokal
Bersamaan dengan munculnya gagasan tentang desentralisasi dan
kemudian munculnya undang-undang tentang otonomi daerah, bergulir
pula tentang industry televisi ditingkat lokal, sebagaimana dimunculkan
dalam pasal-pasal undang-undang nomor 32/2002 tentang penyiaran.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Diantaranya soal pembatasan siaran nasional, kecuali melakukan
kerjasama dengan televisi-televisi lokal.
Dari segi legalitas formal (berdasarkan undang-undang), dan logika moral
kebudayaan yang beragam, televisi lokal mempunyai dukungan yang
sangat kuat. Televisi lokal adalah sebuah keniscayaan, karena dengan
demikian tekad pemerintah dan rakyat untuk melakukan de-sentralisasi
dan semangat untuk membangun otonomi daerah akan mendapatkan daya
dukung.
Persepsi dan perspektif televisi lokal harus berbeda dengan televisi Jakarta
yang berskala nasional. Strategi ini akan berguna untuk terus mencari
peluang dan mengembangkan kiat-kiat untuk mengatasi kendala dan
keterbatasannya. Bahwa ia berbeda dengan Jakarta, harus mencari
kepentingan bagi masyarakatnya pula. Jika tidak, masyarakat juga merasa
tidak perlu untuk memiliki televisi lokalnya .(Wirodono, 2005:127)
Menurut Sudibyo (2004:100) sejauh ini materi siaran 11 stasiun televisi
nasional memang sangat Jakarta minded. Bukan semata-mata karena
lokasi 11 stasiun televisi ini di Jakarta, namun karena yang mereka
tonjolkan bukan persoalan bagaimana melayani kepentingan publik secara
luas, melainkan bagaimana mengoptimalkan potensi masyarakat sebagai
konsumen. Dalam bahasa Effendi Gazali, pendirian televisi komunitas
menjadi kebutuhan, karena sejauh ini televisi swasta hanya menajamkan
kesenjangan sosial dalam masyarakat, coba lihat televisi sekarang jika

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

dibagi dalam dua sisi, maka satu sisi isinya baik-baik, bagus, tampan,
cantik, kaya, mewah, penuh mimpi, dan nyaris sempurna ditampilkan
secara positif sebagai masyarakat atas. Sedang sisi lain masyarakat bawah
ditampilkan sebagai jahat, kasar, maling, acara kriminal, pelacuran, sisi
gelap kehidupan manusia” (Sudibyo, 2004:100).
Hadirnya banyak televisi lokal saat ini harus diakui sangat
berpengaruh terkait keinginan masyarakat untuk mendapatkan informasi
dan program dari daerahnya sendiri secara optimal, karena hanya dengan
televisi lokal yang bisa mengakomodasikan hal itu.
Perjuangan televisi lokal mencapai puncaknya ketika undangundang penyiaran yang baru diundangkan, yaitu pada 28 November 2002.
Undang-undang ini memberi pengakuan hukum atas eksistensi lembaga
penyiaran lokal. Bahkan ada satu pasal (pasal 30) yang membatasi siaran
televisi swasta nasional, denga mengharuskan untuk berjaringan denga
televisi-televis lokal (Sudibyo, 2004:102).
2.1.3

Blakra’an
Program acara Blakra’an di JTV merupakan sebuah acara
dokumenter yang ditayangkan setiap hari Selasa dan Kamis setelah
tayangan berita pojok kampung di JTV pada +/- pukul 21.40 – 22.00.
Program blakra’an ini pertama kali tayang di JTV pada tanggal 09 Mei
2011, dan sempat menduduki 10 besar program unggulan yang ada di JTV.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Targer blakra’an adalah pemirsa Jawa Timur, khususnya Surabaya dan
pernah mendapatkan penghargaan adiwarta pada bulan November 2011.
Dokumenter sendiri adalah program informasi yang bertujuan
untuk pembelajaran dan pendidikan, namun disajikan dengan menarik.
Misalnya program dokumenter yang menceritakan mengenai suatu tempat,
kehidupan, ataupun sejarah seorang tokoh atau kehidupan atau sejarah
suatu masyarakat atau kehidupan, dan sebagainya. Gaya atau penyajian
dokumenter sangat beragam dalam hal teknik pengambilan gambar,
tekhnik editing, dan teknik penceritaannya, mulai dari yang sederhana
hingga yang tersulit.
Dengan durasi +/- 20 menit Cak Albaroyo - host (Ahli Bahasa
Suroboyo) mengajak pemirsa untuk menelusuri dan menggali jejak
sejarah, nostalgia, bahasa, dan budaya kota Surabaya. Banyak sekali
bangunan bersejarah yang ada di Surabaya yang bisa menjadi cagar
budaya dan patut di lestarikan, karena dibalik bangunan nya yang tua dan
dingin, dahulu nya terdapat banyak cerita dan saksi bisu kemerdekaan
masyarakat Surabaya. Dan bangunan – bangunan tersebut sepertinya
lambat laun kurang diperhatikan oleh masyarakat Surabaya khususnya,
sehingga hal ini bisa berakibat hilangnya / lunturnya pengetahuan warga
Surabaya terhadap aset penting yang dimiliki Surabaya.. Disini cak
Albaroyo dalam program acaranya “blakra’an” mengajak para pemirsa
untuk menelusuri jejak sejarah kota Surabaya, diharapkan agar para
pemirsa Surabaya dapat mengetahui sedikit / banyak informasi tentang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

sejarah kebudayaan atau bangunan-bangunan tua yang ada di Surabaya
dengan menggunakan bahasa khas Surabaya agar lebih familiar di telinga
pemirsa.
Konsep dari program acara Blakra’an didasari bahwa potensi
kebudayaan, sejarah, dan bahasa Surabaya khususnya patut untuk
dipelajari, dipahami, dan dilestarikan yang kemudian bisa untuk
diberitahukan / diinformasikan kepada para pemirsa bahwa Surabaya
adalah kota yang memiliki beberapa cerita dan keunikan baik itu berupa
bangunan tua ataupun bahasanya yang patut untuk dijadikan edukasi untuk
generasi muda selanjutnya, agar aset yang dimiliki Surabaya ini tidak
luntur oleh perkembangan zaman yang semakin modern seperti sekarang
ini.
Tujuan utama program acara Blakra’an di JTV adalah sebagai
sarana edukasi yang bisa memberikan informasi kepada masyarakat
Surabaya tentang sejarah kota Surabaya, seperti bangunan – bangunan
bersejarah yang ada di Surabaya lambat laun sudah tidak dihiraukan lagi
oleh warga Surabaya khususnya, sehingga hal ini bisa berakibat hilangnya
/ lunturnya pengetahuan warga Surabaya terhadap aset penting yang
dimiliki Surabaya.. Disini cak Albaroyo dalam program acaranya
“blakra’an” mengajak para pemirsa untuk menelusuri jejak sejarah kota
Surabaya, diharapkan agar para pemirsa Surabaya dapat mengetahui
sedikit / banyak informasi tentang sejarah kebudayaan atau bangunanbangunan tua yang ada di Surabaya, karena didasari dari berbagai masalah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

masyarakat di Surabaya khususnya yang kurang mengetahui informasi
bahwa di Surabaya sendiri banyak sekali kebudayaan atau bangunan
bersejarah yang perlu untuk dilestarikan ataupun dirawat agar bisa menjadi
aset kota di masa kini dan juga masa yang akan datang.
2.1.4

Pemir sa Televisi Sebagai Khalayak Aktif
Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup
dan bekerjasama cukup lama, sehingga mereka dapat engatur diri mereka
dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batasbatas yang dirumuskan dengan jelas dan mempunyai sfat yang heterogen
dan anonim. Dimana dalam hal ini masyarakat yang diteliti adalah pemirsa
televisi sebagai khalayak aktif yang mempunyai motif untuk memenuhi
kebutuhannya mengenai informasi. Sesuai prinsip Uses and Gratification
adalah bahwa khalayak secara aktif menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhannya.
Frank Bioca (little john 1993:337) lebih jelas mengungkapkan
empat karakteristik audiens yang aktif, yaitu:
1. Selectivity

: khalayak yang aktif melakukan pertimbagan dan

seleksi untuk menentukan media yang akan mereka gunakan.
2. Utilirianism

: khalayak yang aktif menggunakan media untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan untuk mencapai tujuannya.
3. Intentionality

: mennjukkan bahwa salah satu kegunaan media

adalah memberi kepuasaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

4. Involvement of effort : khalayak mengikuti dan berpikir dengan aktif
dan menggunakan media. Dengan kata lain mereka tidak mudah
dipengaruhi oleh media.
Pemirsa televisi sebagai khalayak yang aktif dalam hal ini berusaha
untuk memenuhi kebutuhannya, bebas memilih, menyeleks, dan
menggunakan berbagai media massa untuk mencapai tjuan tertentu. Media
massa yang digunakan dalam penelitian ini adalah televisi, karena televisi
merupakan barang yang sudah umum dan dimiliki oleh sebagian
masyarakat. Jadi khalayak aktif disini adalah khalayak yang memenuhi
kebutuhan akan informasi dengan menggunakan media televisi.
2.1.5

Penger tian Motif
Untuk dapat mengamati seseorang dalam melakukan suatu
tindakan ataupun perbuatan perlu memperhatikan hal – hal yang
melatarbelakanginya, apa saja yang mendorong melakukan tindakan
perbuatan tersebut, apa motifnya, untuk itu peneliti menjelaskan mengenai
motif.
Lebih lanjut pengertian motif adalah suatu pengertian yang
meliputi semua penggerak alasan – alasan atau dorongan – dorongan
dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Istilah berbuat
sesuatu tersebut disebabkan adanya tujuan yang hendak dicapai.
Pencapaian tujuan itu merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Kebutuhan – kebutuhan inilah yang menyebabkan timbulnya motif
yang mendorong aktivitas individu menggunakan media tertentu, artinya
individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari pengguna media
karena didorong oleh sejumlah hirarki kebutuhan yang ditampilkan oleh
Abraham Maslow (1995) dan Effendy (2003:290), beliau membedakan 5
perangkat kebutuhan dasar, antara lain:
1. Psychological need adalah kebutuhan primer yang menyangkut fungsi
biologis bagi organisme manusia, seperti kebutuhan sandang, pangan,
papan, dan kesehatan.
2. Safety need adalah kebutuhan mengenai perlindunga dari bahaya,
perlakuan tidak adil, dan terjaminnya keamanan diri.
3. Love need adalah kebutuhan aka dicintai dan diperhitungkan secara
pribadi
4. Esteen need adalah kebutuhan untuk dihargai secara prestasi,
kemampuan, kedudukan, atau status.
5. Self actualization adalah kebutuha mempertinggi potensi –potensi yang
dimiliki, pengembanga diri secara maksimal, kreativitas, dan ekspresi
diri.
Motif adalah pengertian yang melingkupi penggerak, alasan –
alasan atau dorongan – dorongan dalam diri manusia untuk berbuat sesuatu
(Gerungan, 2000:140)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Purwanto menjelaskan bahwa fungsi dari motif adalah:
1. Motif sebagai pendorong manusia utuk bertindak atau berbuat. Motif
itu berfungsi sebagai motor yang memberikan energi kepada seseorang
untuk melakukan suatu tugas.
2. Motif menentukan arah peruahan yakni ke arah perwujudan suatu
tujuan / cita – cita.
3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan –
perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai
tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermafaat
bagi tujuan tersebut . (Purwanto, 1996:60)
Dengan demikian dari ketiga fungsi tersebut, maka pada dasarnya
motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif
merupakan ciri dari kebutuhan atau motif dapat diidentifikasikan dengan
kebutuhan.
Menurut Blumer (Rahmat, 2007:66) motif meliputi: motif kognitif
yaitu keinginan akan kebutuhan informasi, surveillance, atau eksplorasi
realitas ; motif diversi yaitu keinginan akan kebutuhan pelepasan dari
tekanan dan kebutuhan akan hiburan ; motif identiras personal yaitu
keinginan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjlkan
sesuatu yang penting dalam kehidupan atau khalayak sendiri.
Motif itu akan dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan
efektifitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan kepuasan pada diri individu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

dan motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman
yang bersifat konstan meskipun ada kemungkinan untuk berubah.
2.1.6

Teor i Uses and Gratification
Media massa dalam berbagai bentuk merupakan saluran arus pesan
dari sumber ke sasaran. Dengan kekuatan yang ada pada media massa,
pada awal perkembangan dianggap mampu mempengaruhi bahkan
mengubah masyarakat. Namun pada perkembangannya para ahli mulai
sadar bahwa audiens tidak pasif, namun aktif terlibat dalam proses
komunikasi.
Teori Uses and Gratification digambarkan sebagai suatu loncatan
dramatis dari teori jarum hipodermik (Swanson, 1979) yang muncul
sebagai akibat dari ketidakpuasan pada penelitian – penelitian sebelumnya
yang gagal membuktikan bahwa khalayak langsung dapat dipengaruhi oleh
media massa. Oleh karena itu, model ini dapat juga digambarkan sebagai A
Dramatic Break With Effect Tradition of the Past (Swanson dalam
Rahmat, 2007:65)
Model Uses and Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi
permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan
perilaku khalayak. Jadi bobotnya ialah pada khalayak aktif yang sengaja
menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendy, 2000:289).
Model ini merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan
komunikan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Pendekatan Uses and Gratification menitik beratkan pada
penggunaan isi media untuk memperoleh kepuasan dan pemenuhan
kebutuhan. Dalam hal ini adalah kebutuhan individu merupakan titik
tolaknya (Mc Quail, 1993:133). Individu berharap bahwa penggunaan
media tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya.
Menurut Elihu Katz, Jay G, Blumer, dan Michael Gurevitch dalam
(Rahmat, 204:205) Uses and Gratification menjelaskan asal mula
kebutuhan secara psikologis da sosial, yang menimbulkan harapan tertentu
dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola
terpaan media yang berlainan, dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan
dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan.
Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori sebagai berikut:
1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan
media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengkaitkan
pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
khalayak.
3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk
memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah
bagian dari bentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana
kebutuhan ini bisa terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung
kepada perlaku khalayak yang bersangkutan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang
diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti

Dokumen yang terkait

“MOTIF PEMIRSA MENONTON ACARA “X-FACTOR INDONESIA” (Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Menonton Acara “X-Factor Indonesia” di RCTI).

2 3 118

MOTIF MASYARAKAT MENONTON PROGRAM ACARA ”JAM MALAM” DI TELEVISI (Studi Deskriptif Motif Masyarakat Surabaya Menonton Program Acara ”Jam Malam” di Trans 7).

0 2 86

MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA TAHAN TAWA DI TRANS TV ( studi deskriptif tentang motif masyarakat Surabaya menonton program acara Tahan Tawa di Trans Tv ).

0 0 88

MOTIF PEMIRSA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA “J-TRAX” DI JTV (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara “J-Trax” Di JTV).

0 3 101

MOTIF PEMIRSA MENONTON REALITY SHOW BELAJAR INDONESIA (Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Acara Reality Show “Belajar Indonesia” di Trans TV).

0 1 98

OPINI PEMIRSA TERHADAP DUBBING DALAM PROGRAM ACARA FILM ASING SUROBOYOAN DI JTV (Studi Deskriptif tentang Opini Pemirsa JTV di Surabaya terhadap Dubbing dalam Program Acara Film Asing Suroboyoan di JTV) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 153

MOTIF PEMIRSA MENONTON REALITY SHOW BELAJAR INDONESIA (Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Acara Reality Show “Belajar Indonesia” di Trans TV).

0 0 24

MOTIF PEMIRSA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA “J-TRAX” DI JTV (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara “J-Trax” Di JTV)

0 1 24

MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA BLAKRA’AN DI JTV ( Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Program Acara Blakra’an di JTV )

0 1 22

MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA TAHAN TAWA DI TRANS TV ( studi deskriptif tentang motif masyarakat Surabaya menonton program acara Tahan Tawa di Trans Tv )

0 0 20