PAPARAN KEBIJAKAN INKLUSIF
KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF
DALAM PEMERATAAN KESEMPATAN DAN AKSES SERTA
PENINGKATAN MUTU
DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KHUSUS & LAYANAN KHUSUS
DIKDAS
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2014
VISI & MISI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
MISI
TAHUN 2010
2014
VISI
•
Terselenggaranya
Layanan Prima
Pendidikan dan
Kebudayaan Nasional
untuk Membentuk
Insan Indonesia yang
Cerdas dan
Berkarakter Kuat
Sumber :Renstra Kemdikbud 2010 2014
Meningkatkan KETERSEDIAAN
layanan pendidikan dan
kebudayaan;
•Memperluas
KETERJANGKAUAN layanan
pendidikan dan kebudayaan;
•Meningkatkan
KUALITAS layanan pendidikan
dan kebudayaan;
•Mewujudkan KESETARAAN
dalam memperoleh layanan
pendidikan dan kebudayaan;
•Menjamin KEPASTIAN /
KETERJAMINAN memperoleh
layanan pendidikan;
•MELESTARIKAN DAN
Milestone 10 Tahun
2012
Pembangunan Pendidikan
dan
Kebudayaan
Perbaikan Penyaluran •
201
BOS •
4
Rintisan PMU •
UU-Dikti •
BOP-PTN •
2010 Subak diakui
Reformasi Birokrasi •
UNESCO
PP 66/2010 •
2013
Beasiswa Bidik Misi •
• PMU
DPPN •
2008
• Integrasi UN
WAJAR DIKDAS
• Kurikulum 2013
9 Tahun
• Akademi Komunitas
tercapai
• World Cultural Forum
2006
2011
Sertifikasi
• Pendidikan Karakter
Guru
• Integrasi Kebudayaan
• Rehab SD-SMP
• Sarjana Mengajar di 3T
2009
2007
200 2005
• Tari Saman diakui
Tunjangan 20% APBN
• Awal BOS
untuk
UNESCO
4
Profesi
• UU Guru
pendidikan
Guru
dan Dosen
Target Target RPJMN/
baseline
Capaian 2013 Kontrak Kinerja
*
94,1
% APM SD/MI
95,55
95,7
95,8
96,0
58,0
% APM SMP/MTs
77,71
78,8
80,0
76,0
49,0
% APK SMA/SMK/MA
76,40
78,7
82,0
85,0
14,3
% APK PT
27,10
27,9
28,7
25,0
* Angka sementara
3
4 Isu Pokok Pembangunan
Pendidikan dan Kebudayaan
AKSES
MUTU & RELEVANSI
PELESTARIAN DAN
PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN
TATA KELOLA
Masalah & Tantangan
Populasi yang besar
Disparitas sosial, ekonomi,
geografis
Daya tampung terbatas
Pemerataan Layanan.
…
• Peningkatan kelayakan Saranaprasarana
• Kualitas & distribusi guru
• Pendidikan karakter
• Keselarasan dengan dunia
kerja
• Kompetensi Lulusan
• Konservasi produk budaya masih
• …
terbatas
• Diplomasi budaya belum
dimanfaatkan secara efektif
• Pengembangan, pembinaan, dan
pelindungan bahasa dan sastra
masih terbatas
•• Penggunaan
sumberdaya belum
...
efisien
• Kurang fokus pada tupoksi
• Kurang transparan
• Kurang akuntabel
• …
Arah Kebijakan
memastikan
ketersediaan dan
keterjangkauan
meningkatkan
mutu dan
relevansi secara
berkelanjutan
menuntaskan
konservasi,
pengembangan, dan
promosi budaya dan
bahasa
memastikan
sumberdaya
dikelola efisien,
efektif,
transparan,
5
Hak Belajar
Hak Belajar 9 Tahun
Wajib
Belajar
9
Tahun
Kepastian bagi semua
warga negara untuk
memperoleh pendidikan
minimal sampai lulus
Setara SMP tanpa
kecuali!
Kesetaraan Dalam Pendidikan
“..setiap warga negara, tidak memandang
ras, agama, suku, jender, keterbatasan fisik dan
mental berhak memperoleh layanan pendidikan dan
perlindungan dari diskriminasi.. ”
umu
m
khusus
khusu
s
●Kebutuhan Khusus: Disabilitas ,
Istimewa,
●Layanan Khusus: Terluar, Terpencil,.
●Non-formal
●Informal
selalu saja ada warga yang khusus…
yang memerlukan perhatian sangat khusus…
dengan layanan yang sangat khusus pula…
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
JIKA ANAK DIBESARKAN
CELAANDENGAN
PERMUSUHAN
KETAKUTAN
RASA IBA
OLOK
IRI HATI
DIPERMALUKAN
JIKA ANAK DIBESARKAN
1. DORONGAN
2. TOLERANSI
3. PUJIAN
4. PENERIMAAN
5. DUKUNGAN
6. PENGAKUAN
7. RASA BERBAGI
8. KEJUJURAN DAN
KETERBUKAAN
9. RASA AMAN
DIA AKAN BELAJAR
1. MEMAKI
2. BERKELAI
3. GELISAH
4. MENYESALI DIRI
5. RENDAH DIRI
6. KEDENGKIAN
7. MERASA BERSALAH
JIKA ANAK DIBESARKAN
1. PERCAYA DIRI
2. MENAHAN DIRI
3. MENGHARGAI
4. MENCINTAI
5. MENYENANGI DIRI
6. MENGENALI TUJUAN
7. KEDERMAWANAN
8. KEBENARAN DAN
KEADILAN
9. MENARUH KEPERCAYAAN
8
KESEPAKATAN DUNIA
1.
Komitmen Education for All (EFA) disepakati oleh
Negara-negara Utara dan Selatan dalam rangka
memenuhi hak-hak dasar pendidikan bagi semua
anak.
2.
Sekitar 90 – 98% anak penyandang difabel di
Negara-negara utara mengikuti program pendidikan
secara inklusif (sisanya di sekolah khusus)
3.
Salah satu tujuan pembangunan millenium (MDGs)
adalah “Pada 2015 semua anak tanpa kecuali harus
mendapatkan akses pendidikan yang layak dan
bermutu”.
9
FALSAFAH PENDIDIKAN INKLUSIF
Pendidikan untuk semua
◦ Setiap anak berhak untuk mengakses dan mendapatkan fasilitas
pendidikan yang layak
Belajar hidup bersama dan bersosialisasi
◦ Setiap anak berhak untuk mendapatkan perhatian yang sama
sebagai peserta didik
Integrasi pada lingkungan
◦ Setiap anak berhak menyatu dengan lingkungannya dan menjalin
kehidupan sosial yang harmonis
Penerimaan terhadap perbedaan
◦ Setiap anak berhak dipandang sama dan tidak mendapatkan
diskriminasi dalam pendidikan
10
Apa itu PENDIDIKAN INKLUSIF
Dalam penjelasan Ps 15 UU No. 20/2003 : “pendidikan
khusus bagi peserta didik yang mengalami hambatan
belajar karena kelainan fisik, mental, intelektual, emosi dan
social, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa, dapat diselenggarakan secara inklusif dan/atau
berupa satuan pendidikan khusus.
Permendiknas Nomor 70 tahun 2009. Pendidikan Inklusif
adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara
bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
11
Konsep PENDIDIKAN INKLUSIF
Menurut UNESCO :
“Sebuah pendekatan untuk mencari cara bagaimana
mengubah sistem pendidikan guna menghilangkan
hambatan yang menghalangi siswa untuk terlibat secara
penuh dalam pendidikan. Hambatan tersebut dapat
berhubungan dengan latar belakang suku, jender, status
sosial, kemiskinan, kecacatan, dan lain-lain......
Sumber: http://www.unescobkk.org/education/appeal.
12
Levels of Interventions/Supports
Tipe Intervensi
Prevensi Tersier/Intervensi
Anak dengan
kebutuhan
lebih khusus
(1% - 5%)
Intervensi dengan Target
•
•
•
Individual Student Planning Team
Penanganan individual
Kerja sama dengan stakeholder
(keluarga/komunitas)
Intervensi Terpilih
Anak dengan kebutuhan
khusus dan beresiko
mengalami gangguan (5%
- 15%)
Anak tanpa kebutuhan
khusus (80% - 90%)
Prevensi Sekunder/Intervensi
Prevensi Primer
Instruksi khusus
Mentoring
Manajemen Diri
• Perubahan jadual
• Dukungan tambahan
•
•
•
Intervensi Umum Terencana
•
•
•
•
•
Instruksi akademik umum
Kolaborasi
Akomodasi
Aktivitas vokasional
Violence Prevention Skills
Walker, H. M., Horner, R. H., Sugai, G., Bullis, M., Sprague, J. R., Bricker, D., & Kaufman, M.J. (1996). Integrated approaches to preventing 13
antisocial behavior patterns among school-age children and youth. Journal of Emotional and Behavioral Disorders, 4, 194-209.
Prinsip Pengelolaan Pendidikan Inklusif
Belajar
Kooperatif
Evaluasi Belajar
Alternatif
Kelas
Menyenangkan
Kolaborasi Guru
14
6 KUNCI PROSES LAYANAN ABK DI SEK. INKLUSI
2
Menetapkan Tujuan
dan Target Belajar
1
3
Merancang Materi
Pembelajaran yang
Fleksibel
Memahami Peta
Karakter Peserta Didik
PENDIDIKAN INKLUSIF
6
Monitoring
dan
Evaluasi
4
5
Membagi Tugas
Dan Peran Guru
(Co-Teaching)
Menyiapkan
Sumber Daya
(Resources)
15
LANDASAN INTERNASIONAL DAN
NASIONAL
DEKLARASI
DUNIA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Deklarasi
HAM 1948
Konvensi
PBB hak
anak 1989
Deklarasi
Jomtien
1990 ttg
EFA
Pernyataan
Salamanca
1994 PKK
Forum
Dakar 2000,
dll
MDGs (1915
EFA selesai)
UUD 1945,
UUSPN
2003
1.
UUD 1945
2.
UUSPN
2003 Ps. 5
(1-4)
3.
UUSPN
2003 Ps.
15
(penjelasan)
PP No. 17
2010 (PP
60)
Penyelengg
araan dan
Pengelolaan
Pendidikan
PERMEN.
70/2009
•TENTANG
Pend.
Inklusi
•Jumlah
sekolah per
Kab/Kota/K
ec
•Wajib
GPK
•Kurikulum
dan
Pembelajar
an
•Penilaian
•Kelulusan
16
PEMERINTAH PUSAT
PENDIDIKAN
INKLUSIF
PEMERINTAH
DAERAH
(PROV/KAB/KOTA)
MASYARAKAT
17
IMPLEMENTASI GERAKAN
PEMBUDAYAAN PENDIDIKAN
INKLUSIF
1.Mengembangkan
sekolah model
2.Memiliki peraturan daerah yang
mendukung pendidikan inklusif
3.Membentuk POKJA pendidikan inklusif
4.Memiliki komitmen daerah yang
diwujudkan dalam bentuk penyediaan
dana APBD untuk pendidikan inklusif
STRATEGI PEMBUDAYAAN
1. Pembentukan dan Pemberdayaan POKJA PI
2. Penyusunan dan/atau Evaluasi grand design
pendidikan inklusif
3. Pendataan ABK usia sekolah belum sekolah
dan Penelusuran ABK Pasca Sekolah
4. Pendampingan dan Penguatan Sekolah
Inklusi
5. Pengadaan dan Peningkatan kapasitas SDM
Pendidikan Inklusif
6. Publikasi, (media cetak dan media elektronik
dan web.), pameran dan promosi,
19
STRATEGI PEMBUDAYAAN
7. Regulasi (Perda, Perbub/Perwali, Kebijakan,
Panduan, Juklak, Juknis, aksesibilitas, dll)
8. Pengembangan Model Sekolah Inklusi
9. Pengembangan Pusat Dukungan (Pusat Sumber)
10. Pemberian penghargaan (anugerah, lomba, unjuk
gelar, vestival)
11. Pemberian bantuan social
12. Penguatan pangkalan data informasi (PADATI)
13. Membangun komitmen bersama melalui
networking
14. Monitoring dan Evaluasi
20
PROGRAM PENDUKUNG GERAKAN
PEMBUDAYAAN PENDIDIKAN INKLUSIF
1. Program transisi ke pasca sekolah:
• Sertifikasi kompetensi instruktur dengan P4TK
Bisnis dan Pariwisata Sawangan dan P4TK
Kesenian Yogyakarta
• Biaya operasional program
2. Pembangunan Autis Centre
3. Pengembangan sentra braile (Revitalisasi mesin
braille A200 dan A400 bekerjasama dengan ITS)
4. Beasiswa untuk semua ABK dan Biaya
Operasional Pendidikan untuk semua SLB
5. Reformasi kurikulum pendidikan khusus
6. Penghargaan pendidikan inklusif
PERTIMBANGAN DALAM PENEMPATAN ABK DI
SEKOLAH
1. Setiap ABK memiliki hak untuk mengikuti pendidikan di
sekolah khusus atau sekolah reguler.
2. Filosofi dasarnya adalah LRE (Least restrictive
environmental) = mendorong ABK semaksimal mungkin
untuk bergabung dalam lingkungan yang umum/luas
(mainstream/inclussion).
3. Beberapa ABK dengan kondisi (kriteria) tertentu,
disarankan untuk mengikuti pendidikan di sekolah khusus.
4. Kriteria yang menjadi dasar pertimbangan yaitu:
ABK yang disertai hambatan intelektual.
ABK yang disertai hambatan perilaku (sosio-emosi) yang
cukup signifikan.
ABK dengan derajat kelainan berat
ABK dengan kelainan kompleks (tunaganda)
KURIKULUM PENDIDIKAN UNTUK ABK
ONE CURRICULUM FRAMEWORK FOR ALL
KURIKULUM 2013
YANG
DISESUAIKAN
DENGAN
KARAKTERISTIK
ABK
KURIKULUM
2013
SEKOLAH
REGULER
SEKOLAH
KHUSUS
TUNANETRA
TUNARUNGU
KELAS
INKLUSI
TUNAGRAHIT
A
TUNADAKSA
AUTIS
KELAS
KHUSUS
MODEL LAYANAN PENDIDIKAN BAGI
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
1
2
KELAS INKLUSI
KELAS KHUSUS
inklusi
SEKOLAH KHUSUS
3
Segregasi
SEBARAN PUSAT LAYANAN
AUTIS
PLA DI PEKANBARU – RIAU
PLA DI YOGYAKARTA
Program Revitalisasi Printer Braillo 200/400
Visitasi
SLB
Perbaikan & Penyempurnaan ke
LESSON LEARNT DAERAH LAIN
KABUPATEN BOJONEGORO
SEBELUM
Belum ada
0
53
24
5
6
0
47
24
15
12
0
sekolah
sekolah
sekolah
sekolah
anak
anak
anak
anak
210 anak
1
KETERANGAN
Peraturan Daerah/Pergub/
Perbup/Perwali
2
a
b
c
d
e
3
a
b
c
d
e
4
a
b
c
d
e
Jumlah Sekolah Inklusif
TK
SD
SMP
SMA
SMK
ABK Belum bersekolah
TK
SD
SMP
SMA
SMK
ABK BeRsekolah (SLB)
TK
SD
SMP
SMA
SMK
1.
SESUDAH
Perbup No. 38 Tahun 2013,
Tanggal, 2 September 2013
(BERTAMBAH)
a
1
b
75
c
30
d
10
e
10
(BERKURANG)
a
0
b
12
c
5
d
6
e
2
(BERTAMBAH)
a
0
b
c
215
d
e
Sekolah
Sekolah
Sekolah
Sekolah
Sekolah
anak
anak
anak
anak
anak
anak
anak
LANJUTAN ......
KABUPATEN BOJONEGORO
242 anak
17
anak
5
a
b
ABK DI SEKOLAH INKLUSIF
(BERTAMBAH)
TK
292 anak
SD
c
SMP
22
anak
19
8
anak
d
SMA
anak
9
anak
e
6
SMK
GPK
15
anak
(BERTAMBAH)
12 orang
a
TK
75
orang
28 orang
b
SD
56
orang
24 orang
c
SMP
49
orang
5
orang
d
SMA
20
orang
6
orang
e
SMK
20
orang
31
PROFIL DAERAH INKLUSIF KABUPATEN BANGKA
NO
SEBELUM
1
Nomor : 188.45/748/DIK/2012
2
Rp. 107.870.000,00
3
1. SD = 8 Sekolah
2. SMP = 1 Sekolah
4
20 Siswa
5
a. SD = 237 Siswa
b. SMP = 12 Siswa
6
a. SD = 31 Siswa
b. SMP = 5 Siswa
7
400 Orang
URAIAN
Peraturan Bupati
Bangka
Alokasi Dana APBD
Jumlah Sekolah
Inklusif
SESUDAH
Nomor : 188.45/ /DIK/2014 (Perubahan)
Rp. 431.035.000,00
1. SD = 40 Sekolah
2. SMP = 7 Sekolah
ABK yang bersekolah
di SLB
84 Siswa
ABK yang bersekolah 1. SD = 380 Siswa
Di sekolah Inklusif
2. SMP = 73 Siswa
Jumlah Guru
Pembimbing Khusus
(GPK)
Sosialisasi ke
masyarakat
1. SD = 53 Siswa
2. SMP = 6 Siswa
750 Orang
8
a. Pelatihan GPK = 30 Orang
Pelatihan-pelatihan
a. Pelatihan GPK = 65 Orang
b. IHT Guru Sekolah Piloting = 38 Orang
c. Peny. Kurikulum Pend. Inklusi = 28
Orang
b. IHT Guru Sekolah Piloting = 76 Orang
c. Peny. Kurikulum Pend. Inklusi = 65
Orang
32
DALAM PEMERATAAN KESEMPATAN DAN AKSES SERTA
PENINGKATAN MUTU
DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KHUSUS & LAYANAN KHUSUS
DIKDAS
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2014
VISI & MISI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
MISI
TAHUN 2010
2014
VISI
•
Terselenggaranya
Layanan Prima
Pendidikan dan
Kebudayaan Nasional
untuk Membentuk
Insan Indonesia yang
Cerdas dan
Berkarakter Kuat
Sumber :Renstra Kemdikbud 2010 2014
Meningkatkan KETERSEDIAAN
layanan pendidikan dan
kebudayaan;
•Memperluas
KETERJANGKAUAN layanan
pendidikan dan kebudayaan;
•Meningkatkan
KUALITAS layanan pendidikan
dan kebudayaan;
•Mewujudkan KESETARAAN
dalam memperoleh layanan
pendidikan dan kebudayaan;
•Menjamin KEPASTIAN /
KETERJAMINAN memperoleh
layanan pendidikan;
•MELESTARIKAN DAN
Milestone 10 Tahun
2012
Pembangunan Pendidikan
dan
Kebudayaan
Perbaikan Penyaluran •
201
BOS •
4
Rintisan PMU •
UU-Dikti •
BOP-PTN •
2010 Subak diakui
Reformasi Birokrasi •
UNESCO
PP 66/2010 •
2013
Beasiswa Bidik Misi •
• PMU
DPPN •
2008
• Integrasi UN
WAJAR DIKDAS
• Kurikulum 2013
9 Tahun
• Akademi Komunitas
tercapai
• World Cultural Forum
2006
2011
Sertifikasi
• Pendidikan Karakter
Guru
• Integrasi Kebudayaan
• Rehab SD-SMP
• Sarjana Mengajar di 3T
2009
2007
200 2005
• Tari Saman diakui
Tunjangan 20% APBN
• Awal BOS
untuk
UNESCO
4
Profesi
• UU Guru
pendidikan
Guru
dan Dosen
Target Target RPJMN/
baseline
Capaian 2013 Kontrak Kinerja
*
94,1
% APM SD/MI
95,55
95,7
95,8
96,0
58,0
% APM SMP/MTs
77,71
78,8
80,0
76,0
49,0
% APK SMA/SMK/MA
76,40
78,7
82,0
85,0
14,3
% APK PT
27,10
27,9
28,7
25,0
* Angka sementara
3
4 Isu Pokok Pembangunan
Pendidikan dan Kebudayaan
AKSES
MUTU & RELEVANSI
PELESTARIAN DAN
PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN
TATA KELOLA
Masalah & Tantangan
Populasi yang besar
Disparitas sosial, ekonomi,
geografis
Daya tampung terbatas
Pemerataan Layanan.
…
• Peningkatan kelayakan Saranaprasarana
• Kualitas & distribusi guru
• Pendidikan karakter
• Keselarasan dengan dunia
kerja
• Kompetensi Lulusan
• Konservasi produk budaya masih
• …
terbatas
• Diplomasi budaya belum
dimanfaatkan secara efektif
• Pengembangan, pembinaan, dan
pelindungan bahasa dan sastra
masih terbatas
•• Penggunaan
sumberdaya belum
...
efisien
• Kurang fokus pada tupoksi
• Kurang transparan
• Kurang akuntabel
• …
Arah Kebijakan
memastikan
ketersediaan dan
keterjangkauan
meningkatkan
mutu dan
relevansi secara
berkelanjutan
menuntaskan
konservasi,
pengembangan, dan
promosi budaya dan
bahasa
memastikan
sumberdaya
dikelola efisien,
efektif,
transparan,
5
Hak Belajar
Hak Belajar 9 Tahun
Wajib
Belajar
9
Tahun
Kepastian bagi semua
warga negara untuk
memperoleh pendidikan
minimal sampai lulus
Setara SMP tanpa
kecuali!
Kesetaraan Dalam Pendidikan
“..setiap warga negara, tidak memandang
ras, agama, suku, jender, keterbatasan fisik dan
mental berhak memperoleh layanan pendidikan dan
perlindungan dari diskriminasi.. ”
umu
m
khusus
khusu
s
●Kebutuhan Khusus: Disabilitas ,
Istimewa,
●Layanan Khusus: Terluar, Terpencil,.
●Non-formal
●Informal
selalu saja ada warga yang khusus…
yang memerlukan perhatian sangat khusus…
dengan layanan yang sangat khusus pula…
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
JIKA ANAK DIBESARKAN
CELAANDENGAN
PERMUSUHAN
KETAKUTAN
RASA IBA
OLOK
IRI HATI
DIPERMALUKAN
JIKA ANAK DIBESARKAN
1. DORONGAN
2. TOLERANSI
3. PUJIAN
4. PENERIMAAN
5. DUKUNGAN
6. PENGAKUAN
7. RASA BERBAGI
8. KEJUJURAN DAN
KETERBUKAAN
9. RASA AMAN
DIA AKAN BELAJAR
1. MEMAKI
2. BERKELAI
3. GELISAH
4. MENYESALI DIRI
5. RENDAH DIRI
6. KEDENGKIAN
7. MERASA BERSALAH
JIKA ANAK DIBESARKAN
1. PERCAYA DIRI
2. MENAHAN DIRI
3. MENGHARGAI
4. MENCINTAI
5. MENYENANGI DIRI
6. MENGENALI TUJUAN
7. KEDERMAWANAN
8. KEBENARAN DAN
KEADILAN
9. MENARUH KEPERCAYAAN
8
KESEPAKATAN DUNIA
1.
Komitmen Education for All (EFA) disepakati oleh
Negara-negara Utara dan Selatan dalam rangka
memenuhi hak-hak dasar pendidikan bagi semua
anak.
2.
Sekitar 90 – 98% anak penyandang difabel di
Negara-negara utara mengikuti program pendidikan
secara inklusif (sisanya di sekolah khusus)
3.
Salah satu tujuan pembangunan millenium (MDGs)
adalah “Pada 2015 semua anak tanpa kecuali harus
mendapatkan akses pendidikan yang layak dan
bermutu”.
9
FALSAFAH PENDIDIKAN INKLUSIF
Pendidikan untuk semua
◦ Setiap anak berhak untuk mengakses dan mendapatkan fasilitas
pendidikan yang layak
Belajar hidup bersama dan bersosialisasi
◦ Setiap anak berhak untuk mendapatkan perhatian yang sama
sebagai peserta didik
Integrasi pada lingkungan
◦ Setiap anak berhak menyatu dengan lingkungannya dan menjalin
kehidupan sosial yang harmonis
Penerimaan terhadap perbedaan
◦ Setiap anak berhak dipandang sama dan tidak mendapatkan
diskriminasi dalam pendidikan
10
Apa itu PENDIDIKAN INKLUSIF
Dalam penjelasan Ps 15 UU No. 20/2003 : “pendidikan
khusus bagi peserta didik yang mengalami hambatan
belajar karena kelainan fisik, mental, intelektual, emosi dan
social, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa, dapat diselenggarakan secara inklusif dan/atau
berupa satuan pendidikan khusus.
Permendiknas Nomor 70 tahun 2009. Pendidikan Inklusif
adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara
bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
11
Konsep PENDIDIKAN INKLUSIF
Menurut UNESCO :
“Sebuah pendekatan untuk mencari cara bagaimana
mengubah sistem pendidikan guna menghilangkan
hambatan yang menghalangi siswa untuk terlibat secara
penuh dalam pendidikan. Hambatan tersebut dapat
berhubungan dengan latar belakang suku, jender, status
sosial, kemiskinan, kecacatan, dan lain-lain......
Sumber: http://www.unescobkk.org/education/appeal.
12
Levels of Interventions/Supports
Tipe Intervensi
Prevensi Tersier/Intervensi
Anak dengan
kebutuhan
lebih khusus
(1% - 5%)
Intervensi dengan Target
•
•
•
Individual Student Planning Team
Penanganan individual
Kerja sama dengan stakeholder
(keluarga/komunitas)
Intervensi Terpilih
Anak dengan kebutuhan
khusus dan beresiko
mengalami gangguan (5%
- 15%)
Anak tanpa kebutuhan
khusus (80% - 90%)
Prevensi Sekunder/Intervensi
Prevensi Primer
Instruksi khusus
Mentoring
Manajemen Diri
• Perubahan jadual
• Dukungan tambahan
•
•
•
Intervensi Umum Terencana
•
•
•
•
•
Instruksi akademik umum
Kolaborasi
Akomodasi
Aktivitas vokasional
Violence Prevention Skills
Walker, H. M., Horner, R. H., Sugai, G., Bullis, M., Sprague, J. R., Bricker, D., & Kaufman, M.J. (1996). Integrated approaches to preventing 13
antisocial behavior patterns among school-age children and youth. Journal of Emotional and Behavioral Disorders, 4, 194-209.
Prinsip Pengelolaan Pendidikan Inklusif
Belajar
Kooperatif
Evaluasi Belajar
Alternatif
Kelas
Menyenangkan
Kolaborasi Guru
14
6 KUNCI PROSES LAYANAN ABK DI SEK. INKLUSI
2
Menetapkan Tujuan
dan Target Belajar
1
3
Merancang Materi
Pembelajaran yang
Fleksibel
Memahami Peta
Karakter Peserta Didik
PENDIDIKAN INKLUSIF
6
Monitoring
dan
Evaluasi
4
5
Membagi Tugas
Dan Peran Guru
(Co-Teaching)
Menyiapkan
Sumber Daya
(Resources)
15
LANDASAN INTERNASIONAL DAN
NASIONAL
DEKLARASI
DUNIA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Deklarasi
HAM 1948
Konvensi
PBB hak
anak 1989
Deklarasi
Jomtien
1990 ttg
EFA
Pernyataan
Salamanca
1994 PKK
Forum
Dakar 2000,
dll
MDGs (1915
EFA selesai)
UUD 1945,
UUSPN
2003
1.
UUD 1945
2.
UUSPN
2003 Ps. 5
(1-4)
3.
UUSPN
2003 Ps.
15
(penjelasan)
PP No. 17
2010 (PP
60)
Penyelengg
araan dan
Pengelolaan
Pendidikan
PERMEN.
70/2009
•TENTANG
Pend.
Inklusi
•Jumlah
sekolah per
Kab/Kota/K
ec
•Wajib
GPK
•Kurikulum
dan
Pembelajar
an
•Penilaian
•Kelulusan
16
PEMERINTAH PUSAT
PENDIDIKAN
INKLUSIF
PEMERINTAH
DAERAH
(PROV/KAB/KOTA)
MASYARAKAT
17
IMPLEMENTASI GERAKAN
PEMBUDAYAAN PENDIDIKAN
INKLUSIF
1.Mengembangkan
sekolah model
2.Memiliki peraturan daerah yang
mendukung pendidikan inklusif
3.Membentuk POKJA pendidikan inklusif
4.Memiliki komitmen daerah yang
diwujudkan dalam bentuk penyediaan
dana APBD untuk pendidikan inklusif
STRATEGI PEMBUDAYAAN
1. Pembentukan dan Pemberdayaan POKJA PI
2. Penyusunan dan/atau Evaluasi grand design
pendidikan inklusif
3. Pendataan ABK usia sekolah belum sekolah
dan Penelusuran ABK Pasca Sekolah
4. Pendampingan dan Penguatan Sekolah
Inklusi
5. Pengadaan dan Peningkatan kapasitas SDM
Pendidikan Inklusif
6. Publikasi, (media cetak dan media elektronik
dan web.), pameran dan promosi,
19
STRATEGI PEMBUDAYAAN
7. Regulasi (Perda, Perbub/Perwali, Kebijakan,
Panduan, Juklak, Juknis, aksesibilitas, dll)
8. Pengembangan Model Sekolah Inklusi
9. Pengembangan Pusat Dukungan (Pusat Sumber)
10. Pemberian penghargaan (anugerah, lomba, unjuk
gelar, vestival)
11. Pemberian bantuan social
12. Penguatan pangkalan data informasi (PADATI)
13. Membangun komitmen bersama melalui
networking
14. Monitoring dan Evaluasi
20
PROGRAM PENDUKUNG GERAKAN
PEMBUDAYAAN PENDIDIKAN INKLUSIF
1. Program transisi ke pasca sekolah:
• Sertifikasi kompetensi instruktur dengan P4TK
Bisnis dan Pariwisata Sawangan dan P4TK
Kesenian Yogyakarta
• Biaya operasional program
2. Pembangunan Autis Centre
3. Pengembangan sentra braile (Revitalisasi mesin
braille A200 dan A400 bekerjasama dengan ITS)
4. Beasiswa untuk semua ABK dan Biaya
Operasional Pendidikan untuk semua SLB
5. Reformasi kurikulum pendidikan khusus
6. Penghargaan pendidikan inklusif
PERTIMBANGAN DALAM PENEMPATAN ABK DI
SEKOLAH
1. Setiap ABK memiliki hak untuk mengikuti pendidikan di
sekolah khusus atau sekolah reguler.
2. Filosofi dasarnya adalah LRE (Least restrictive
environmental) = mendorong ABK semaksimal mungkin
untuk bergabung dalam lingkungan yang umum/luas
(mainstream/inclussion).
3. Beberapa ABK dengan kondisi (kriteria) tertentu,
disarankan untuk mengikuti pendidikan di sekolah khusus.
4. Kriteria yang menjadi dasar pertimbangan yaitu:
ABK yang disertai hambatan intelektual.
ABK yang disertai hambatan perilaku (sosio-emosi) yang
cukup signifikan.
ABK dengan derajat kelainan berat
ABK dengan kelainan kompleks (tunaganda)
KURIKULUM PENDIDIKAN UNTUK ABK
ONE CURRICULUM FRAMEWORK FOR ALL
KURIKULUM 2013
YANG
DISESUAIKAN
DENGAN
KARAKTERISTIK
ABK
KURIKULUM
2013
SEKOLAH
REGULER
SEKOLAH
KHUSUS
TUNANETRA
TUNARUNGU
KELAS
INKLUSI
TUNAGRAHIT
A
TUNADAKSA
AUTIS
KELAS
KHUSUS
MODEL LAYANAN PENDIDIKAN BAGI
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
1
2
KELAS INKLUSI
KELAS KHUSUS
inklusi
SEKOLAH KHUSUS
3
Segregasi
SEBARAN PUSAT LAYANAN
AUTIS
PLA DI PEKANBARU – RIAU
PLA DI YOGYAKARTA
Program Revitalisasi Printer Braillo 200/400
Visitasi
SLB
Perbaikan & Penyempurnaan ke
LESSON LEARNT DAERAH LAIN
KABUPATEN BOJONEGORO
SEBELUM
Belum ada
0
53
24
5
6
0
47
24
15
12
0
sekolah
sekolah
sekolah
sekolah
anak
anak
anak
anak
210 anak
1
KETERANGAN
Peraturan Daerah/Pergub/
Perbup/Perwali
2
a
b
c
d
e
3
a
b
c
d
e
4
a
b
c
d
e
Jumlah Sekolah Inklusif
TK
SD
SMP
SMA
SMK
ABK Belum bersekolah
TK
SD
SMP
SMA
SMK
ABK BeRsekolah (SLB)
TK
SD
SMP
SMA
SMK
1.
SESUDAH
Perbup No. 38 Tahun 2013,
Tanggal, 2 September 2013
(BERTAMBAH)
a
1
b
75
c
30
d
10
e
10
(BERKURANG)
a
0
b
12
c
5
d
6
e
2
(BERTAMBAH)
a
0
b
c
215
d
e
Sekolah
Sekolah
Sekolah
Sekolah
Sekolah
anak
anak
anak
anak
anak
anak
anak
LANJUTAN ......
KABUPATEN BOJONEGORO
242 anak
17
anak
5
a
b
ABK DI SEKOLAH INKLUSIF
(BERTAMBAH)
TK
292 anak
SD
c
SMP
22
anak
19
8
anak
d
SMA
anak
9
anak
e
6
SMK
GPK
15
anak
(BERTAMBAH)
12 orang
a
TK
75
orang
28 orang
b
SD
56
orang
24 orang
c
SMP
49
orang
5
orang
d
SMA
20
orang
6
orang
e
SMK
20
orang
31
PROFIL DAERAH INKLUSIF KABUPATEN BANGKA
NO
SEBELUM
1
Nomor : 188.45/748/DIK/2012
2
Rp. 107.870.000,00
3
1. SD = 8 Sekolah
2. SMP = 1 Sekolah
4
20 Siswa
5
a. SD = 237 Siswa
b. SMP = 12 Siswa
6
a. SD = 31 Siswa
b. SMP = 5 Siswa
7
400 Orang
URAIAN
Peraturan Bupati
Bangka
Alokasi Dana APBD
Jumlah Sekolah
Inklusif
SESUDAH
Nomor : 188.45/ /DIK/2014 (Perubahan)
Rp. 431.035.000,00
1. SD = 40 Sekolah
2. SMP = 7 Sekolah
ABK yang bersekolah
di SLB
84 Siswa
ABK yang bersekolah 1. SD = 380 Siswa
Di sekolah Inklusif
2. SMP = 73 Siswa
Jumlah Guru
Pembimbing Khusus
(GPK)
Sosialisasi ke
masyarakat
1. SD = 53 Siswa
2. SMP = 6 Siswa
750 Orang
8
a. Pelatihan GPK = 30 Orang
Pelatihan-pelatihan
a. Pelatihan GPK = 65 Orang
b. IHT Guru Sekolah Piloting = 38 Orang
c. Peny. Kurikulum Pend. Inklusi = 28
Orang
b. IHT Guru Sekolah Piloting = 76 Orang
c. Peny. Kurikulum Pend. Inklusi = 65
Orang
32