PENDAHULUAN PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA (Hylocereus undatus) DAN EKSTRAK UBI JALAR VARIETAS UNGU (Ipomoea batatas) SEBAGAI PEWARNA ALAMI UNTUK PENGAMATAN STOMATA.

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Preparat mikroskopis tumbuhan adalah salah satu media pembelajaran
Biologi yang sangat efektif, karena siswa dapat mempelajari hubungan
struktural dari jaringan tumbuhan melalui kegiatan praktikum atau
eksperimen. Salah satu contoh preparat mikroskopis yaitu preparat stomata
monokotil dan dikotil pada kelas VIII dalam pokok bahasan fungsi alat tubuh
tumbuhan.
Stomata adalah suatu celah pada epidermis yang dibatasi oleh dua sel
penutup yang berisi kloroplas dan mempunyai bentuk serta fungsi yang
berlainan dengan epidermis. Fungsi stomata sebagai jalan masuknya CO2 dari
udara pada proses fotosintesis, transpirasi dan respirasi. Untuk dapat
mengamati bentuk stomata secara jelas dilakukan pewarnaan pada preparat
(Octavia, 2010). Pewarnaan preparat dilakukan dengan menggunakan zat
warna tertentu yang dapat melekat di jaringan, misalnya methylen blue dan
safranin. Pewarna yang biasa digunakan untuk mengamati bentuk sel stomata
adalah safranin.

Safranin adalah noda biologis yang digunakan dalam histologi dan
sitologi. Safranin digunakan sebagai pewarna dalam beberapa pewarnaan
preparat dan memberikan warna merah pada preparat. Akhir-akhir ini banyak
sekolah yang mengeluhkan tentang harga safranin yang cukup mahal, yaitu

1

2

sekitar Rp. 85.000, 00 - Rp. 100.000, 00 per 100 ml. Selain itu pewarna
safranin juga sulit dalam penyimpanan serta mudah rusak (Sunarmin, 2007).
Safranin juga memiliki kelemahan diantaranya adalah pada preparat tertentu
warnanya sulit terserap. Berdasarkan keterbatasan sekolah dalam memperoleh
safranin dan kelemahan safranin maka perlu digunakan pewarna alami dari
tumbuhan yang memiliki fungsi sama seperti safranin.
Berdasarkan penelitian Jacobs (1999), kulit buah naga (Hylocereus
undatus) mengandung zat warna alami betasianin yang cukup tinggi, yaitu
45,81 mg/100 gr kulit buah naga. Betasianin merupakan zat warna yang
berperan memberikan warna merah dan merupakan golongan betalain yang
berpotensi menjadi pewarna alami.

Buah naga merupakan tanaman yang akan tumbuh subur jika berada di
media tanam porous (tidak becek), kaya akan unsur hara, berpasir, cukup sinar
matahari dan bersuhu antara 38-40ºC. Jika perawatan cukup baik, tanaman
akan mulai berbuah pada umur 11- 17 bulan. Buah naga dapat berkembang
dengan kondisi tanah dan ketinggian lokasi apapun. Namun, tumbuhan ini
memerlukan unsur hara yang sangat banyak, sehingga apabila tanah
mengandung pupuk yang bagus, maka pertumbuhannya pun akan sangat
pesat. Dalam waktu satu tahun, tanaman bisa mencapai ketinggian tiga meter
lebih (Cahyono, 2009).
Berdasarkan penelitian Saati (2002), ubi jalar varietas ungu (Ipomoea
batatas) mengandung antosianin 40 mg/100 gr berat segar. Antosianin
merupakan zat warna alami yang tersebar secara luas di alam. Antosianin

3

termasuk dalam golongan flavonoid yang memberikan warna ungu dan biru.
Ubi jalar merupakan tanaman dengan tiga varietas, yaitu ubi jalar
varietas kuning, merah dan ungu. Dibanding ubi jalar putih, tekstur ubi jalar
merah atau ungu memang lebih berair dan kurang masir tetapi lebih lembut.
Rasanya tidak semanis yang putih padahal kadar gulanya tidak berbeda. Ubi

jalar putih mengandung 260 mkg (869 SI) betakaroten per 100 gram, ubi
merah yang berwarna kuning emas tersimpan 2900 mkg (9675 SI)
betakaroten, ubi merah yang berwarna jingga 9900 mkg (32967 SI). Makin
pekat warna jingganya, makin tinggi kadar betakarotennya yang merupakan
bahan pembentuk vitamin A dalam tubuh (Anonim, 2007b).
Zat warna pada kedua bahan tersebut diharapkan dapat menjadi
pewarna alternatif pengganti safranin yang biasa digunakan oleh sekolah
tingkat menengah dalam kegiatan praktikum, terutama sebagai pewarna
preparat dalam pengamatan stomata. Berdasarkan penelitian Wahyuni (2010),
zat warna alami pada daun Tectona grandis melekat baik di jaringan dengan
waktu pewarnaan 1,5 jam. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan
mengadakan penelitian tentang pemanfaatan ekstrak kulit buah naga dan
ekstrak ubi jalar varietas ungu sebagai bahan pewarna alami pengganti
pewarna sintetik untuk pewarnaan preparat pengamatan mikroskopis stomata
daun. Adapun judul penelitian ini adalah PEMANFAATAN EKSTRAK
KULIT BUAH NAGA (Hylocereus undatus) DAN EKSTRAK UBI
JALAR VARIETAS UNGU (Ipomoea batatas) SEBAGAI PEWARNA
ALAMI UNTUK PENGAMATAN STOMATA.

4


B.

Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian sehingga tujuan penelitian
dapat dicapai dengan baik, perlu adanya pembatasan masalah yaitu :
1. Subyek
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kulit buah
naga dan ekstrak ubi jalar varietas ungu sebagai pewarna alami.
2. Obyek
Obyek dalam penelitian ini adalah epidermis daun.
3. Parameter penelitian
Pengamatan stomata daun yang meliputi kekontrasan warna dan kejelasan
preparat.

C.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan pembatasan masalah di atas
maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut “Apakah ekstrak

buah naga dan ekstrak ubi jalar varietas ungu dapat dimanfaatkan untuk
pewarnaan pada pengamatan stomata daun sehingga dapat digunakan sebagai
pewarna alami pengganti safranin?”.

D.

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas ekstrak kulit buah naga dan ekstrak ubi jalar varietas ungu untuk
pewarnaan preparat pada pengamatan stomata daun.

5

E.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah bagi :
1.

Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan tentang manfaat ekstrak kulit buah naga dan
ekstrak ubi jalar varietas ungu sebagai pewarna alami untuk pewarnaan
pada pengamatan stomata daun.

2. Ilmu pengetahuan
Mendapatkan pewarna preparat alami dari ekstrak kulit buah naga dan
ekstrak ubi jalar varietas ungu.