Studi Deskriptif Mengenai Causality Orientation Pada Guru Sekolah Minggu Gereja "X" Kota Bandung.
iii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Studi dekriptif mengenai causality orientation pada guru sekolah minggu
gereja “X” di kota Bandung dilakukan untuk mengetahui causality orientation guru sekolah minggu gereja”X” di kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan teknik survei. Populasi sasaran adalah Guru Sekolah Minggu
gereja “X” di kota Bandung yang masih aktif melayani sebanyak 40 orang.
Teori yang digunakan adalah Causality Orientation dari Deci & Ryan (2001) yaitu melihat aspek dalam diri individu yang terintegrasi melalui proses regulasi antara tindakan dan pengalamannya. Causality orientation terdiri dari autonomy orientation, control orientation, dan impersonal orientation.
Alat ukur causality orientation dibuat oleh peneliti berdasarkan teori Deci & Ryan, 2001. Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan rumus korelasi Spearman dan uji reabilitas dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach diperoleh 60 item yang diterima, dengan validitas yang berkisar 0.36 – 0.57 dan realibilitas 0.8735. Data hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar (92%) guru sekolah minggu memiliki causality orientation autonomy.
Kesimpulan yang diperoleh adalah needs (needs autonomy, competence dan relatedness) tidak begitu terlihat pengaruhnya dengan causality orientation begitu juga dengan konteks sosial (informing dan controlling).
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan saran kepada gereja khususnya kepada pendeta dan dewan koinonia untuk mempertahankan kondisi lingkungan pelayanan sehingga guru sekolah minggu (92%) dapat mempertahankan orientasinya dalam melayani. Dan kepada sisanya yaitu (8%) disaranakan untuk diberikan seminar dan pelatihan kepada guru sekolah minggu yang memungkinkan untuk membentuk orientasi autonomy dalam melayani.
(2)
viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL………i
LEMBAR PENGESAHAN……….ii
ABSTRAK………...iii
KATA PENGANTAR………iv
DAFTAR ISI……….viii
DAFTAR TABEL………..xii
DAFTAR BAGAN………xiii
DAFTAR LAMPIRAN………xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………...1
1.2 Identifikasi Masalah……….9
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………9
1.3.1 Maksud Penelitian………...…..9
1.3.2 Tujuan Penelitian………...9
1.4 Kegunaan Penelitian………9
1.4.1 Kegunaan Teoritis………..9
1.4.2 Kegunaan Praktis………...9
1.5 Kerangka Pikir………...10
(3)
ix Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Self Determination Theory………20
2.1.1 Pengantar Self Detemination Theory………...20
2.1.2 Dasar dari Self Determination Theory……….21
2.1.3 Konsep tentang Needs……….22
2.1.3.1 Teori awal tentang needs………..22
2.1.3.2 needs dalam Self Determination Theory………..24
2.1.3.3 Needs for Autonomy………24
2.1.3.4 Needs for Competence……….25
2.1.3.5 Needs for Relatedness………..25
2.1.4 Motivasi Intrinsik……….27
2.1.4.1 Pengertian Motivasi Intrinsik………...27
2.1.5 Motivasi Ekstrinsik………..28
2.1.5.1 Pengertian Motivasi Ekstrinsik………28
2.1.5.2 Pengertian Internalisasi dan Integrasi………..28
2.1.6 Amotivation……….31
2.1.7 Locus of Causality………...31
2.1.8 Causality Orientation………...31
2.2 Konteks Sosial………...33
2.2.1 Informing……….33
2.2.2 Controlling………...33
2.3 Sekolah Minggu……….34
(4)
x Universitas Kristen Maranatha
2.3.2 Peran dan Fungsi Sekolah Minggu………..35
2.4 Guru Sekolah Minggu………35
2.4.1 Pengertian Sekolah Minggu……….35
2.4.2Arah Tugas dan Tanggung jawab Guru Sekolah Minggu………37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan penelitian……….38
3.2 Bagan rancangan penelitian………...39
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………39
3.3.1 Variabel Penelitian………...39
3.3.2 Definisi Operasional Variabel……….39
3.4 Alat Ukur………...40
3.4.1 Jenis Alat Ukur………40
3.4.2 Prosedur Pengisian Kuesioner……….41
3.4.3 Sistem Penilaian………...41
3.4.4 Data Pribadi dan Penunjang……….43
3.4.5 Validitas dan Relibialitas Alat ukur……….43
3.4.5.1 Validitas Alat Ukur………..43
3.4.5.2 Realibilitas Alat Ukur………...44
3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel………45
3.5.1 Populasi Sasaran………..45
3.5.2 Kriterian Responden………45
(5)
xi Universitas Kristen Maranatha BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Responden………47
4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….47
4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Rentang Usia………..47
4.2 Hasil Penelitian………..48
4.2.1 Gambaran Causality Orientation responden………..48
4.2.2 Gambaran jumlah basic needs yang terpenuhi dikaitkan dengan causality orientation responden………50
4.3 Pembahasan………...51
BAB V KESIMPULAN DAN SASARAN 5.1 Kesimpulan………55
5.2 Saran………..55
5.2.1 Saran untuk penelitian lanjutan………...56
5.2.2 Saran Gunalaksana………..56
DAFTAR PUSTAKA………57
DAFTAR RUJUKAN...58 LAMPIRAN
(6)
xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Keterangan Pilihan Jawaban………45
Tabel 3.2 Option dan Skor Item………..45
Tabel 4.1 Tabel Gambar Responden –Jenis Kelamin……….50
Tabel 4.2 Tabel Gambaran responden –Usia………..50
Tabel 4.3 Tabel causality orientation………..51
Tabel 4.4 Tabel Derajat autonomy orientation………52
Tabel 4.5 Tabel Derajat control orientation………52
Tabel 4.6 Tabel Derajat impersonal orientation………..52
(7)
xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN
Bagan 1.5 Bagan Kerangka Pemikiran………21 Bagan 3.2 Bagan Skema Rancangan Penelitian………..41
(8)
xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Data Penunjang Lampiran 2 : Kuesioner Alat Ukur Lampiran 3 : Tabel kisi-kisi alat ukur
Lampiran 4 : Tabel hasil Validitas dan reliabilitas Alat Ukur Lampiran 5 : Crosstabs hasil penelitian dengan data penunjang
Lampiran 4.1 Crosstabs antara causality orientation dan jenis kelamin Lampiran 4.2 Crosstabs antara causality orientation dan umur
Lampiran 4.3 Crosstabs antara causality orientation dan needs for autonomy Lampiran 4.4 Crosstabs antara causality orientation dan pemenuhan for
autonomy
Lampiran 4.5 Crosstabs antara causality orientation dan needs for competence
Lampiran 4.6 Crosstabs antara causality orientation dan pemenuhan for competence
Lampiran 4.7 Crosstabs antara causality orientation dan needs for relatedness Lampiran 4.8 Crosstabs antara causality orientation dan pemenuhan needs
relatedness
Lampiran 4.9 Crosstabs antara causality orientation dan konteks sosial
Lampiran 4.10 Crosstabs antara causality orientation dan lamanya menjadi guru sekolah minggu.
(9)
(10)
DATA PENUNJANG
Nama :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (coret yang tidak perlu)
Usia :
Menjadi guru SM sejak tahun :
Melayani di sektor :
Bacalah setiap persoalan dibawah ini dengan seksama. Saudara diminta untuk membandingkan pertanyaan tersebut dengan keadaaan diri saudara pada saat ini. Beri tanda (X) pada kolom A jika pertanyaan tersebut menggambarkan keadaan diri saudara. Pada kolom B jika pertanyaan tersebut cukup menggambarkan keadaan diri saudara, pada kolom C jika pertanyaan tersebut kurang menggambarkan diri saudara, dan pada kolom D jika pertanyaan tersebut tidak menggambarkan keadaan diri saudara.
Pertanyaan A B C D
1. Saya memiliki kebutuhan untuk menentukan bagaimana saya menjalani hidup dan mengambil keputusan sendiri apabila diperlukan
2. Saya merasa puas apabila saya dapat menentukan bagaimana saya menjalani hidup dan mengambil keputusan sendiri apabila diperlukan.
3. Saya memiliki kebutuhan untuk menunjukkan pada orang-orang bahwa saya berguna dan saya mampu mencapai hasil yang saya inginkan.
(11)
4. Saya merasa puas apabila saya dapat menunjukkan pada orang-orang bahwa saya berguna dan mampu mencapai hasil yang saya inginkan.
5. Saya memiliki kebutuhan untuk menjalin relasi dengan orang-orang di sekitar saya dan mendapatkan dukungan emosional dari keluarga serta teman.
6. Saya merasa puas apabila saya dapat menjalin relasi dengan orang-orang disekitar saya dan mendapatkan dukungan emosional dari keluarga serta teman.
Pada persoalan berikut saudara diminta untuk memberikan tanda (X) pada kolom yang ada, jika pernyataan yang ada sesuai dengan diri saudara berikanlah tanda (X) pada kolom “YA” dan bila tidak sesuai berikanlah tanda(X) di kolom “TIDAK”
Pernyataan YA TIDAK
1 Saat saya melakukan kelalaian dalam melaksanakan tugas-tugas saya sebagai seorang guru SM, saya merasa sangat takut akan teguran dari Ketua guru SM
2 Saya merasa mendapatkan kebebasan untuk dapat bertindak mandiri dalam lingkungan SM tempat saya melayani
3 Saya merasa teman-teman sepelayanan memberikan informasi mengenai kebutuhan anak-anak.
(12)
4 Ketua guru SM memberikan saya masukan mengenai kegiatan apa saja yang harus saya lakukan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas pelayanan saya dengan baik.
5 Saya merasa dijadikan sebagai orang yang disuruh-suruh saja oleh rekan-rekan saya di Sekolah Minggu
6 Saya mengerjakan kegiatan sebagai seorang guru SM hanya karena takut ditegur.
7 Rekan-rekan guru SM memberikan saya umpan balik yang positif saat melakukan kegiatan/pelayanan Sekolah Minggu
8 Saya tetap menjadi guru SM karena saya takut akan kehilangan teman-teman saya jika saya mengundurkan diri
General Causality Orientation Scale
Dalam lembaran soal ini terdapat serangkaian vignette (gambaran situasi-situasi secara singkat). Tiap vignette menggambarkan suatu kejadian dan tiga cara menanggapai kejadian tersebut. Saudara diminta untuk membaca tiap vignette tersebut dan mertimbangkan tiap respon satu persatu. Saudara diminta untuk membandingkan kesesuaian tiap respon yang ada dengan diri saudara. Kita semua menanggapi suatu situasi dengan cara yang berbeda-beda dan kemugkinan dalam tiap respon ada yang sesuai dengan diri saudara.
a. pilihlah angka 1 jika respon sangat tidak sesuai dengan diri Saudara b. pilihlah angka 2 jika respon tidak sesuai dengan diri Saudara
(13)
d. pilihlah angka 4 jika respon cukup sesuai dengan diri Saudara
e. Pilihlah angka 5 jika respon sebagian besar cukup sesuai dengan diri Saudara f. Pilihlah angka 6 jika respon sesuai dengan diri Saudara
g. Pilihlah angka 7 jika respon sangat sesuai dengan Saudara
Saudara diminta untuk memilih satu angka yang sesuai dengan diri saudara untuk setiap respon dan tuliskan dilembar jawaban. Apabila saudara telah selesai mengerjakan, tolong diperiksa kembali agar jangan sampai ada respon yang terlewat. Perlu diperhatikan pula bahwa lembar soal tidak boleh dilipat, dicoret atau dijadikan alas untuk menulis.
Contoh:
1. Saudara diminta untuk mendatangi rumah salah seorang anak sekolah minggu yang sedang mengalami masalah dalam keluarganya. pikiran yang muncul dipikiran saudara ketika mendapatkan tawaran tersebut adalah: a. Apakah saya akan bisa memenuhi tanggung jawab baru tersebut?
1 2 3 4 5 6 7
b. Saya akan melakukan tugas itu walaupun kurang menarik bagi saya, karena itu sudah ditugaskan.
1 2 3 4 5 6 7
c. pelayanan ini akan menjadi pelayanan yang menantang buat saya
1 2 3 4 5 6 7
Persoalan 1-20, kerjakan sesuai dengan contoh diatas!
1. Saudara mendapat tawaran dari ketua sekolah minggu untuk menjadi ketua dalam sebuah kegiatan gereja dimana saudara melayani. Apa yang saudara pikirkan ketika mendapatkan tawaran tersebut adalah:
(14)
a. Apakah saya dapat memenuhi tanggung jawab baru tersebut? 1 2 3 4 5 6 7
b. Apakah saya akan melakukan yang lebih baik dalam posisi ini? 1 2 3 4 5 6 7
c. Saya berharap jika posisi tersebut akan menarik dan menambah pengalaman 1 2 3 4 5 6 7
2. Pada awalnya saudara dicalonkan oleh ketua untuk menjadi koordinator divisi acara, namun beberapa hari kemudian ternyata sudah ada yang menjabat posisi tersebut. Hal yang terpikirkan ketika anda mengevaluasi situasi tersebut adalah?
a. Pengetahuan dan kemampuan tidaklah terlalu penting, yang penting adalah siapa kita atau siapa yang kita kenal.
1 2 3 4 5 6 7 b. Mungkin saya tidak cukup baik menjabat posisi tersebut. 1 2 3 4 5 6 7
c. Bagaimanapun mereka tidak melihat kualifikasi saya cocok dengan posisi tersebut.
1 2 3 4 5 6 7
3. Saudara sebagai ketua sebuah acara diminta oleh koordinator sekolah minggu untuk membuat jadwal rapat pengganti untuk sebuah acara, dikarenakan tiga teman saudara yang lain tidak bisa dengan hari yang sudah ditentukan sebelumnya, saudara akan mengatasinya dengan cara? a. Saudara mengatakan kepada ketiga teman tersebut mengenai situasi ini dan meminta kesediaan mereka untuk bekerjasama untuk mengatur jadwal.
1 2 3 4 5 6 7
b. Mengatur jadwal mereka sendiri, untuk menghindari masalah lebih lanjut 1 2 3 4 5 6 7
(15)
c. Menanyakan pada Pendeta atau rekan GSM saudara, apa yang harus saudara lakukan atau apa yang biasanya dilakukan
1 2 3 4 5 6 7
4. Saudara baru saja menerima penilaian (umpan balik) rekan-rekan GSM, mengenai kinerja saudara sebagai GSM dan anda dinilai kurang efektif selama menjalankan tugas, reaksi awal saudara?
a. “Saya tidak dapat mengerjakan apapun dengan benar” dan merasa sedih. 1 2 3 4 5 6 7
b. “saya berpikir bagaimana bisa pelayanan yang saya lakukan seburuk itu,” dan merasa kecewa.
1 2 3 4 5 6 7
c. Saya merasa marah, tidak suka dan berkata “feedback tersebut konyol dan
tidak menggambarkan apapun tentang diri saya”
1 2 3 4 5 6 7
5. Saudara dan teman saudara diminta untuk membuat konsep acara family gathering sekolah minggu, kemungkinan saudara akan melakukan? a. Menyerahkan itu kepada teman saudara, mungkin saja dia tidak mau melakukan apa yang saya sarankan.
1 2 3 4 5 6 7
b. menjalankan yang telah ditugaskan kepada saya sesuai dengan kesepakatan yang secara bersama-sama
1 2 3 4 5 6 7
c. Mengatakan kepada teman untuk mengikuti apa yang saudara usulkan” 1 2 3 4 5 6 7
6. Saudara diutus oleh gereja dimana saudara melayani, untuk menghadiri rapat GSM se-distrik, dimana kemungkinan saudara mengenal sedikit orang
(16)
yang ada di pertemuan tersebut, selama saudara menunggu saat pertemuan tersebut tiba, anda akan mengharapkan?
a. Saudara akan berusaha mencari teman yang saudara kenal untuk pergi bersama-sama mengikuti pertemuan tersebut sehingga saudara tidak sendirian. 1 2 3 4 5 6 7
b. Saya merasa senang dan bersemangat karena akan menambah pengalaman dan pengetahuan untuk meningkatkan pelayanan saya di gereja
1 2 3 4 5 6 7 c. Saya akan merasa terasing dan merasa tidak dapat berbuat banyak
1 2 3 4 5 6 7
7. Saudara diminta untuk merencanakan acara paskah anak sekolah minggu yang biasa di lakukan setiap tahun, saudara akan merancangkan acara ini dengan cara?
a. Mengambil tanggung jawab tersebut: sehingga saudara dapat mengambil keputusan utama terhadap acara tersebut..
1 2 3 4 5 6 7 b. Mengikuti kebiasaan seperti tahun-tahun sebelumnya
1 2 3 4 5 6 7
c. Mengumpulkan pendapat: meminta masukkan dari rekan-rekan guru sekolah minggu lainnya sebelum saudara mengambil keputusan akhir
1 2 3 4 5 6 7
8. Saudara adalah wakil ketua sebuah acara sekolah mingggu, ditengah perjalanan persiapan acara tersebut ternyata ketua acara tersebut mengundurkan diri karena ada perkerjaan mendadak diluar kota, dimana biasanya posisi tersebut akan jatuh kepada saudara, namun koordinator sekolah minggu menunjuk rekan saudara yang lain menjadi ketua acara tersebut. Selama mengevaluasi situasi ini saudara berpikiran?
(17)
a. Sebenarnya saudara tidak begitu mengharapkan posisi tersebut; namun saudara sering dilewati setiap ada kesempatan menduduki posisi tertentu.
1 2 3 4 5 6 7
b. Saudara berpikir mungkin rekan saudara yang menjabati posisi tersebut memiliki hubungan baik dengan koordinator.
1 2 3 4 5 6 7
c. Saya akan melihat kedalam diri mengapa saya tidak bisa mendapatkan posisi tersebut
1 2 3 4 5 6 7
9. Saudara baru saja menjadi guru sekolah minggu di kelas remaja yang menjadi pertimbangan saudara adalah?
a. Apakah anda dapat mengerjakan pekerjaan tersebut tanpa menjadi kewalahan 1 2 3 4 5 6 7
b. Seberapa tertarik saudara pada tugas yang diberikan.
1 2 3 4 5 6 7
c. Memang itu tugas saya karena itu adalah tugas dari koordinator sekolah minggu.
1 2 3 4 5 6 7
10.Salah satu rekan guru sekolah mingggu yang dekat dengan anda, selalu bersemangat di setiap pelayanannya di sekolah minggu namun dalam dua minggu terakhir ini tida seperti biasanya, ia terlihat tidak bersemangat, reaksi saudara?
a. Mengatakan kepadanya bahwa kinerja pelayanannya diluar yang diharapkan dan dia harus berusaha lebih keras lagi.
1 2 3 4 5 6 7
b. Bertanya kepada teman saudara tersebut tentang masalahnya dan bilang bahwa saudara bersedia membantunya
(18)
1 2 3 4 5 6 7
c. Sangat sulit mengetahui apa yang harus saya lakukan untuk membantunya keluar dari masalahnya.
1 2 3 4 5 6 7
11.Anda diminta untuk membantu sekolah minggu dari gereja pagaran, dimana mereka kekurangan guru sekolah minggu dan letaknya cukup jauh dari gereja saudara sekarang dan tempat tinggal saudara, mengenai masalah tersebut apa yang sadara pikirkan?
a. Merasa tertantang dengan adanya tugas pelayanan tersebut sekaligus bersemangat karena akan mendapatkan pengalaman baru.
1 2 3 4 5 6 7
b. Mau tidak mau saya harus melakukannya karena tugas dari koordinator dan siapa tau hal ini menguntungkan bagi posisi saya di mata pendeta dan penatua.
1 2 3 4 5 6 7
c. Merasa gugup dan merasa tidak mampu dalam mengahadapi situasi yang akan terjadi.
1 2 3 4 5 6 7
12.Secara mendadak saudara diminta untuk menggantikan teman sepelayanan saudara yang berhalangan hadir untuk menggantikan dirinya mengajar di salah satu kelas maka saudara akan?
a. Saya siap menerima tawaran tersebut, karena merupakan hal menantang bagi saya.
1 2 3 4 5 6 7 b. Menolak karena saudara akan sangat gugup jika dadakan.
1 2 3 4 5 6 7
c. Menerima tugas tersebut karena akan memperlihatkan kepada koordinator bahwa saya mampu.
(19)
1 2 3 4 5 6 7
13.Saudara menjadi koordinator acara natal sekolah minggu, kemudian saudara mendapat masukan dari guru yang lain bahwa bagian divisi acara kurang efektif dalam mempersiapkan acara natal ini. Saudara sebagai koordinator apa yang akan saudara lakukan?
a. Langsung mengatakannya kepada divisi acara untuk megetahui lebih lanjut masalah yang sebenarnya.
1 2 3 4 5 6 7
b. Langsung menegur divisi acara dan berharap mereka melakukan yang lebih baik lagi.
1 2 3 4 5 6 7
c. Memastikan mereka melakukan tugas-tugas mereka dengan benar, karena mereka harus berusaha lebih keras lagi karena acara tersebut semakin dekat.
1 2 3 4 5 6 7
14.Teman sepelayanan saudara mempunyai kebiasaan yang sangat mengganggu saudara, yang dapat membuat saudara marah. Kemungkinan saudara akan:
a. Memberitahu kepada dia setiap kebiasaan itu muncul, mungkin dengan cara demikian ia akan berhenti melakukan hal tersebut
1 2 3 4 5 6 7
b. Mencoba untuk mengabaikan kebiasaan tersebut karena membicarakan tentang kebiasaan tersebut dengannya tidak ada gunanya.
1 2 3 4 5 6 7
c. Mencoba memahami mengapa partner anda melakukan hal tersebut dan dan mengatakan kepadanya mengapa hal tersebut sangat membuat saudara kecewa.
(20)
15.Teman sepelayanan saudara belakangan ini sangat banyak dipengaruhi oleh suasana hati. Ia juga sering marah tanpa alasan yang jelas. Saudara akan:
a. Memberi tahu padanya hasil pengamatan saudara dan mencoba untuk mengetahui apa yang terjadi padanya.
1 2 3 4 5 6 7 b. Mengabaikannya karena tidak banyak yang saudara bisa buat
1 2 3 4 5 6 7 c. Memberitahu apa yang orang katakan tentang dirinya
1 2 3 4 5 6 7
16.Seseorang baru saja bergabung menjadi guru sekolah minggu sebulan yang lalu, GSM baru tersebut mengatakan bahwa ia belum maksimal dalam melakukan tugas pelayanannya dan ia bertanya apa yang seharusnya ia lakukan. Anda akan menasihatinya seperti:
a. Untuk lebih percaya diri karena ia mampu dan bisa melakukan setiap pelayanan yang ada
1 2 3 4 5 6 7 b. Tidak melakukan apa-apa karena tidak ada yang bisa saudara lakukan
1 2 3 4 5 6 7
c. Mengatakan kepadanya bahwa sangat penting untuknya melakukan yang lebih baik lagi, oleh karena itu dia harus berusaha lebih keras lagi.
1 2 3 4 5 6 7
17.Saudara merasakan bahwa teman sepelayanan saudara kurang menaruh perhatian kepada anak-anak yang dilayaninya, anda akan melakukan? a. Mencoba mencari kesempatan untuk menjelaskan kepada teman saudara mengapa hal tersebut sangat mengganggu saudara; dia mungkin tidak menyadari seberapa mengganggunya hal tersebut
(21)
1 2 3 4 5 6 7 b. Tidak bilang apapun; seharusnya dia tidak seperti itu
1 2 3 4 5 6 7 c. Mengatakan bahwa apa yang kita lakukan di perhatikan oleh Jemaat.
1 2 3 4 5 6 7
18.Diantara teman-teman pelayanan saudara, dengan teman seperti apa saudara akan menghabiskan waktu lebih banyak?
a. Dengan orang-orang yang bisa bertukaran pikiran dan perasaan saya. 1 2 3 4 5 6 7 b. Dengan orang yang paling popular diantara mereka.
1 2 3 4 5 6 7
c. Dengan orang yang paling membutuhkan saya sebagai teman. 1 2 3 4 5 6 7
19.Teman sepelayanan saudara seringkali tidak hadir dalam pelayanan bahkan tanpa pemberitahuan, mengevaluasi situasi ini apa yang akan saudara lakukan?
a. Mendatanginya kemudian mengatakan bahwa: dia sudah melakukan kesalahan dalam pelayanan, dan ia harus berubah bila tidak ingin mendapatkan sanksi.
1 2 3 4 5 6 7
b. Membiarkannya karena saya tidak pantas menasihatinya, karena merasa belum melakukan sesuatu yang baik buat pelayanan ini.
1 2 3 4 5 6 7
c. Mengatakan kepadanya bila dalam melayani kita tidak bolah setengah hati, dan dalam pelayanan kita akan mempertanggung jawabkannya kepada Tuhan. 1 2 3 4 5 6 7
(22)
20.Situasi sekolah minggu dimana saudara melayani minim akan guru sekolah minggu dan sering keluar masuknya guru-guru baru, sehingga sedikit guru yang bertahan lama, melihat situasi ini apa yang ada di pikiran saudara mengenai guru-guru yang tidak bisa bertahan lama?
a. Mungkin mereka merasa tidak mampu dalam melayani di sekolah minggu, dikarenakan tanggung jawab yang besar.
1 2 3 4 5 6 7 b. Mungkin saja mereka tidak tertantang dengan pelayanan ini.
1 2 3 4 5 6 7
c. Mungkin awalnya karena mereka diajak teman untuk melayani di sekolah minggu ternyata mereka kurang cocok melayani disekolah minggu.
(23)
Tabel Kisi-kisi Alat ukur
Aspek Indikator item keterangan
Autonomy
• yang
menarik bagi individu
1C Saya berharap jika posisi tersebut akan menarik dan menambah pengalaman
6B Saya merasa senang dan bersemangat karena akan menmabah pengalaman dan pengetahuan untuk meningkatkan pelayanan saya di gereja
9B Seberapa tertarik saudara pada tugas yang diberikan
18A Dengan orang yang bisa bertukar pikiran dan perasaan saya • yang secara
optimal menantang
11A Merasa tertantang dengan adanya tugas pelayanan tersebut sekaligus bersemangat karena mendapatkan pengalaman baru.
12A Saya siap menerima tawaran tersebut, karena merupakan hal yang menantang buat saya. 20B Mungkin saja mereka tidak tertantang dengan pelayanan ini.
•
mendapatkan feedback yang informatif
2C Bagaimanapun mereka tidak melihat kualifikasi saya cocok dengan posisi tersebut.
3A Saudara mengatakan kepada ketiga teman tersebut mengenai situasi ini dan meminta kesediaan mereka untuk bekerjasama untuk mengatur jadwal.
4B saya berpikir bagaimana bisa pelayanan yang saya lakukan seburuk itu,” dan merasa kecewa 5B menjalankan yang telah ditugaskan kepada saya sesuai dengan kesepakatan yang secara
bersama-sama
8C Saya akan melihat kedalam diri mengapa saya tidak bisa mendapatkan posisi tersebut 15A Memberi tahu padanya hasil pengamatan saudara dan mencoba untuk mengetahui apa yang
terjadi padanya • menunjukkan inisiatif yang baik dan bertanggung jawab atas tindakannya
7C Mengumpulkan pendapat: meminta masukkan dari rekan-rekan guru sekolah minggu lainnya sebelum saudara mengambil keputusan akhir
10B Bertanya kepada teman saudara tersebut tentang masalahnya dan bilang bahwa saudara bersedia membantunya
13A Langsung mengatakannya kepada divisi acara untuk megetahui lebih lanjut masalah yang sebenarnya
14C Mencoba memahami mengapa partner anda melakukan hal tersebut dan dan mengatakan kepadanya mengapa hal tersebut sangat membuat saudara kecewa
(24)
17A Mencoba mencari kesempatan untuk menjelaskan kepada teman saudara mengapa hal tersebut sangat mengganggu saudara; dia mungkin tidak menyadari seberapa mengganggunya hal tersebut
19C Mengatakan kepadanya bila dalam melayani kita tidak bolah setengah hati, dan dalam pelayanan kita akan mempertanggung jawabkannya kepada Tuhan
Aspek Indikator Item keterangan
Controlled
• dikendalikan reward
1B Apakah saya akan melakukan yang lebih baik dalam posisi ini?
9C Memang itu tugas saya karena itu adalah tugas dari koordinator sekolah minggu
11B Mau tidak mau saya harus melakukannya karena tugas dari koordinator dan siapa tau hal ini menguntungkan bagi posisi saya di mata pendeta dan penatua
16C Mengatakan kepadanya bahwa sangat penting untuknya melakukan yang lebih baik lagi, oleh karena itu dia harus berusaha lebih keras lagi
• dikendalikan tenggat waktu
3B Mengatur jadwal mereka sendiri, untuk menghindari masalah lebih lanjut • dikendalikan
struktur
6A Saudara akan berusaha mencari teman yang saudara kenal untuk pergi bersama-sama mengikuti pertemuan tersebut sehingga saudara tidak sendirian
10A Mengatakan kepadanya bahwa kinerja pelayanannya diluar yang diharapkan dan dia harus berusaha lebih keras lagi
18B Dengan orang yang paling popular diantara mereka
19A Mendatanginya kemudian mengatakan bahwa: dia sudah melakukan kesalahan dalam pelayanan, dan ia harus berubah bila tidak ingin mendapatkan sanksi
(25)
• dikendalikan keterlibatan ego
2A Pengetahuan dan kemampuan tidaklah terlalu penting, yang penting adalah siapa kita atau siapa yang kita kenal
4C Saya merasa marah, tidak suka dan berkata “feedback tersebut konyol dan tidak menggambarkan apapun tentang diri saya
5C Mengatakan kepada teman untuk mengikuti apa yang saudara usulkan
7A Mengambil tanggung jawab tersebut: sehingga saudara dapat mengambil keputusan utama terhadap acara tersebut
8B Saudara berpikir mungkin rekan saudara yang menjabati posisi tersebut memiliki hubungan baik dengan koordinator
12C Menerima tugas tersebut karena akan memperlihatkan kepada koordinator bahwa saya mampu 13C Memastikan mereka melakukan tugas-tugas mereka dengan benar, karena mereka harus
berusaha lebih keras lagi karena acara tersebut semakin dekat
14C Mencoba memahami mengapa partner anda melakukan hal tersebut dan dan mengatakan kepadanya mengapa hal tersebut sangat membuat saudara kecewa
• dikendalikan orang
15C Memberitahu apa yang orang katakan tentang dirinya
17C Mengatakan bahwa apa yang kita lakukan di perhatikan oleh Jemaat
20C Mungkin awalnya karena mereka diajak teman untuk melayani di sekolah minggu ternyata mereka kurang cocok melayani disekolah minggu
(26)
Aspek Indikator Item keterangan
impersonal
• keyakinan bahwa mencapai suatu outcome diluar control dirinya
1A Apakah saya dapat memenuhi tanggung jawab baru tersebut? 7B Mengikuti kebiasaan seperti tahun-tahun sebelumnya
17B Tidak bilang apapun; seharusnya dia tidak seperti itu
18C Dengan orang yang paling membutuhkan saya sebagai teman • Prestasi hanyalah
masalah
keberuntungan dan takdir
8A Sebenarnya saudara tidak begitu mengharapkan posisi tersebut; namun saudara sering dilewati setiap ada kesempatan menduduki posisi tertentu
• merasa tidak efektif dan gugup
2B Mungkin saya tidak cukup baik menjabat posisi tersebut
11C Merasa gugup dan merasa tidak mampu dalam mengahadapi situasi yang akan terjadi 12B Menolak karena saudara akan sangat gugup jika dadakan
• merasa diri tak mampu
mempengaruhi suatu outcome dan tidak mampu menghadapi suatu tuntutan atau perubahan
3C Menanyakan pada Pendeta atau rekan GSM saudara, apa yang harus saudara lakukan atau apa yang biasanya dilakukan
4A Saya tidak dapat mengerjakan apapun dengan benar” dan merasa sedih
5A Menyerahkan itu kepada teman saudara, mungkin saja dia tidak mau melakukan apa yang saya sarankan
(27)
9A Apakah anda dapat mengerjakan pekerjaan tersebut tanpa menjadi kewalahan
10C Sangat sulit mengetahui apa yang harus saya lakukan untuk membantunya keluar dari masalahnya
13B Langsung menegur divisi acara dan berharap mereka melakukan yang lebih baik lagi 14B Mencoba untuk mengabaikan kebiasaan tersebut karena membicarakan tentang
kebiasaan tersebut dengannya tidak ada gunanya
15B Mengabaikannya karena tidak banyak yang saudara bisa buat
16B Tidak melakukan apa-apa karena tidak ada yang bisa saudara lakukan
19B Membiarkannya karena saya tidak pantas menasihatinya, karena merasa belum melakukan sesuatu yang baik buat pelayanan ini
20A Mungkin mereka merasa tidak mampu dalam melayani di sekolah minggu, dikarenakan tanggung jawab yang besar
(28)
HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN REABILITAS ALAT UKUR CAUSALITY ORIENTATION
A. VALIDITAS ASPEK AUTONOMY item aspek validitas STATUS
1 A 0.495 terima
2 A 0.513 terima
3 A 0.564 terima
4 A 0.466 terima
5 A 0.397 terima
6 A 0.547 terima
7 A 0.326 terima
8 A 0.413 terima
9 A 0.486 terima
10 A 0.522 terima
11 A 0.494 terima
12 A 0.344 terima
13 A 0.345 terima
14 A 0.578 terima
15 A 0.344 terima
16 A 0.472 terima
17 A 0.538 terima
18 A 0.566 terima
19 A 0.549 terima
(29)
B. VALIDITAS ASPEK CONTROLLED item aspek validitas STATUS
1 C 0.384 terima
2 C 0.563 terima
3 C 0.502 terima
4 C 0.382 terima
5 C 0.551 terima
6 C 0.505 terima
7 C 0.561 terima
8 C 0.421 terima
9 C 0.389 terima
10 C 0.37 terima
11 C 0.437 terima
12 C 0.474 terima
13 C 0.364 terima
14 C 0.374 terima
15 C 0.36 terima
16 C 0.383 terima
17 C 0.396 terima
18 C 0.488 terima
19 C 0.338 terima
(30)
C. VALIDITAS ASPEK IMPERSONAL item aspek validitas STATUS
1 I 0.409 terima
2 I 0.57 terima
3 I 0.481 terima
4 I 0.486 terima
5 I 0.47 terima
6 I 0.409 terima
7 I 0.414 terima
8 I 0.457 terima
9 I 0.471 terima
10 I 0.576 terima
11 I 0.325 terima
12 I 0.375 terima
13 I 0.445 terima
14 I 0.566 terima
15 I 0.469 terima
16 I 0.403 terima
17 I 0.331 terima
18 I 0.438 terima
19 I 0.51 terima
20 I 0.455 terima
D. REABILITAS
(31)
rekan_SM_memberi_umpan_balik_positif * causality_orientation Crosstabulation causality_orientation
Total Autonomy control Impersonal
rekan_SM_memberi_um pan_balik_positif
tidak Count 17 0 0 17
% within
rekan_SM_memberi_um pan_balik_positif
100.0% .0% .0% 100.0%
ya Count 20 2 1 23
% within
rekan_SM_memberi_um pan_balik_positif
87.0% 8.7% 4.3% 100.0%
Total Count 37 2 1 40
% within
rekan_SM_memberi_um pan_balik_positif
92.5% 5.0% 2.5% 10
0.0%
ketua_SM_memberi_masukan_mengenai_kegiatan_yang_harus_dilakukan * causality_orientation Crosstabulation
causality_orientation
Total Autonomy control Impersonal
ketua_SM_memberi_ma sukan_mengenai_kegiat an_yang_harus_dilakuk an
tidak Count 1 0 0 1
% within
ketua_SM_memberi_ma sukan_mengenai_kegiat an_yang_harus_dilakuk an
100.0% .0% .0% 100.0%
ya Count 36 2 1 39
% within
ketua_SM_memberi_ma sukan_mengenai_kegiat an_yang_harus_dilakuk an
92.3% 5.1% 2.6% 100.0%
(32)
ketua_SM_memberi_masukan_mengenai_kegiatan_yang_harus_dilakukan * causality_orientation Crosstabulation
causality_orientation
Total Autonomy control Impersonal
ketua_SM_memberi_ma sukan_mengenai_kegiat an_yang_harus_dilakuk an
tidak Count 1 0 0 1
% within
ketua_SM_memberi_ma sukan_mengenai_kegiat an_yang_harus_dilakuk an
100.0% .0% .0% 100.0%
ya Count 36 2 1 39
% within
ketua_SM_memberi_ma sukan_mengenai_kegiat an_yang_harus_dilakuk an
92.3% 5.1% 2.6% 100.0%
Total Count 37 2 1 40
% within
ketua_SM_memberi_ma sukan_mengenai_kegiat an_yang_harus_dilakuk an
(33)
rekan_SM_memberi_informasi * causality_orientation Crosstabulation causality_orientation
Total Autonomy control Impersonal
rekan_SM_memberi_inf ormasi
tidak Count 2 0 0 2
% within
rekan_SM_memberi_inf ormasi
100.0% .0% .0% 100.0%
ya Count 35 2 1 38
% within
rekan_SM_memberi_inf ormasi
92.1% 5.3% 2.6% 100.0%
Total Count 37 2 1 40
% within
rekan_SM_memberi_inf ormasi
92.5% 5.0% 2.5% 100.0%
saya_diberikan_kebebasan_bertindak_mandiri_oleh_rekan * causality_orientation Crosstabulation
causality_orientation
Total Autonomy control Impersonal
saya_diharapkan_mandi ri_oleh_rekan
tidak Count 5 0 0 5
% within
saya_diharapkan_mandi ri_oleh_rekan
100.0% .0% .0% 100.0%
ya Count 32 2 1 35
% within
saya_diharapkan_mandi ri_oleh_rekan
91.4% 5.7% 2.9% 100.0%
Total Count 37 2 1 40
% within
saya_diharapkan_mandi ri_oleh_rekan
(34)
saya_disuruh_suruh_saja_oleh_rekan * causality_orientation Crosstabulation causality_orientation
Total Autonomy control Impersonal
saya_disuruh_suruh_saj a_oleh_rekan
tidak Count 34 1 1 36
% within
saya_disuruh_suruh_saj a_oleh_rekan
94.4% 2.8% 2.8% 100.0%
ya Count 3 1 0 4
% within
saya_disuruh_suruh_saj a_oleh_rekan
75.0% 25.0% .0% 100.0%
Total Count 37 2 1 40
% within
saya_disuruh_suruh_saj a_oleh_rekan
92.5% 5.0% 2.5% 100.0%
saya_menjalankan_tugas_karena_takut_ditegur * causality_orientation Crosstabulation causality_orientation
Total Autonomy control Impersonal
saya_menjalankan_tuga s_karena_takut_ditegur
tidak Count 36 2 1 39
% within
saya_menjalankan_tuga s_karena_takut_ditegur
92.3% 5.1% 2.6% 100.0%
ya Count 1 0 0 1
% within
saya_menjalankan_tuga s_karena_takut_ditegur
100.0% .0% .0% 100.0%
Total Count 37 2 1 40
% within
saya_menjalankan_tuga s_karena_takut_ditegur
(35)
saat_lalai_saya_takut_ditegur_ketua_SM * causality_orientation Crosstabulation causality_orientation
Total Autonomy control Impersonal
saat_lalai_saya_takut_di tegur_ketua_SM
tidak Count 6 0 0 6
% within
saat_lalai_saya_takut_di tegur_ketua_SM
100.0% .0% .0% 100.0%
ya Count 31 2 1 34
% within
saat_lalai_saya_takut_di tegur_ketua_SM
91.2% 5.9% 2.9% 100.0%
Total Count 37 2 1 40
% within
saat_lalai_saya_takut_di tegur_ketua_SM
92.5% 5.0% 2.5% 100.0%
saya_tetap_jadi_guru_SM_karena_takut_kehilangan_teman * causality_orientation Crosstabulation
causality_orientation
Total Autonomy control Impersonal
saya_tetap_jadi_guru_S M_karena_takut_kehilan gan_teman
tidak Count 33 2 1 36
% within
saya_tetap_jadi_guru_S M_karena_takut_kehilan gan_teman
91.7% 5.6% 2.8% 100.0%
ya Count 4 0 0 4
% within
saya_tetap_jadi_guru_S M_karena_takut_kehilan gan_teman
100.0% .0% .0% 100.0%
(36)
saya_tetap_jadi_guru_SM_karena_takut_kehilangan_teman * causality_orientation Crosstabulation
causality_orientation
Total Autonomy control Impersonal
saya_tetap_jadi_guru_S M_karena_takut_kehilan gan_teman
tidak Count 33 2 1 36
% within
saya_tetap_jadi_guru_S M_karena_takut_kehilan gan_teman
91.7% 5.6% 2.8% 100.0%
ya Count 4 0 0 4
% within
saya_tetap_jadi_guru_S M_karena_takut_kehilan gan_teman
100.0% .0% .0% 100.0%
Total Count 37 2 1 40
% within
saya_tetap_jadi_guru_S M_karena_takut_kehilan gan_teman
(37)
Lampiran 4.1 Crosstabs antara causality orientation dan jenis kelamin jenis_kelamin * causality_orientation Crosstabulation
causality_orientation
Total Autono
my control
Imperso nal
jenis_kelamin laki-laki Count 6 0 0 6
% within jenis_kela min
100.0% .0% .0% 100.0%
perempua n
Count 31 2 1 34
% within jenis_kela min
91.2% 5.9% 2.9% 100.0%
Total Count 37 2 1 40
% within jenis_kela min
92.5% 5.0% 2.5% 100.0%
Lampiran 4.2 Crosstabs antara Causality Orientation dan umur usia * causality_orientation Crosstabulation
causality_orientation
Total Autonomy control Impersonal
(38)
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
19.00 Count 1 0 0 1
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
20.00 Count 4 0 1 5
% within usia 80.0% .0% 20.0% 100.0 %
21.00 Count 2 0 0 2
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
22.00 Count 7 0 0 7
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
23.00 Count 3 0 0 3
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
24.00 Count 3 0 0 3
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
(39)
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
26.00 Count 0 1 0 1
% within usia .0% 100.0% .0% 100.0 %
28.00 Count 1 1 0 2
% within usia 50.0% 50.0% .0% 100.0 %
29.00 Count 1 0 0 1
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
30.00 Count 2 0 0 2
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
31.00 Count 1 0 0 1
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
32.00 Count 1 0 0 1
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
(40)
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
35.00 Count 1 0 0 1
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
37.00 Count 1 0 0 1
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
38.00 Count 1 0 0 1
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
43.00 Count 1 0 0 1
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
44.00 Count 1 0 0 1
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
47.00 Count 1 0 0 1
% within usia 100.0% .0% .0% 100.0 %
Total Count 37 2 1 40
% within usia 92.5% 5.0% 2.5% 100.0 %
(41)
Lampiran 4.3 Crosstabs antara Causality Orientation dan needs for autonomy keb_autonomy dengan causality_orientation
causality_orientation
Total Autonom
y
contro l
Imperso nal keb_autono
my
Kuat Jumlah 22 1 1 24
% dalam keb_autonomy
91.7% 4.2% 4.2% 100.0%
cenderun g kuat
Jumlah 13 1 0 14
% dalam keb_autonomy
92.9% 7.1% .0% 100.0%
cenderun g lemah
Jumlah 2 0 0 2
% dalam keb_autonomy
100.0% .0% .0% 100.0%
Total Jumlah 37 2 1 40
% dalam keb_autonomy
(42)
Lampiran 4.4 Crosstabs antara Causality Orientation dan pemenuhan for autonomy pemenuhan_autonomy dengan causality_orientation
causality_orientation
Total Autonomy control Impersonal pemenuha
n_autono my
Terpenuhi Jumlah 25 1 1 27
% dalam pemenuhan _autonomy
92.6% 3.7% 3.7% 100.0 %
cenderung terpenuhi
Jumlah 7 1 0 8
% dalam pemenuhan _autonomy
87.5% 12.5% .0% 100.0 %
cenderung tidak terpenuhi
Jumlah 2 0 0 2
% dalam pemenuhan _autonomy
100.0% .0% .0% 100.0
%
tidak terpenuhi
Jumlah 3 0 0 3
% dalam pemenuhan _autonomy
100.0% .0% .0% 100.0
%
Total Jumlah 37 2 1 40
% dalam pemenuhan _autonomy
92.5% 5.0% 2.5% 100.0 %
(43)
Lampiran 4.5 Crosstabs antara Causality Orientation dan needs for competence keb_competence dengan causality_orientation
causality_orientation
Total Autonomy control Impersonal keb_com
petence
Kuat Jumlah 12 0 0 12
% dalam keb_compete
nce
100.0% .0% .0% 100.0
%
cenderu ng kuat
Jumlah 15 1 1 17
% dalam keb_compete
nce
88.2% 5.9% 5.9% 100.0
%
cenderu ng lemah
Jumlah 8 1 0 9
% dalam keb_compete
nce
88.9% 11.1% .0% 100.0
%
Lemah Jumlah 2 0 0 2
% dalam keb_compete
nce
100.0% .0% .0% 100.0
%
Total Jumlah 37 2 1 40
% dalam keb_compete
nce
92.5% 5.0% 2.5% 100.0
(44)
Lampiran 4.6 Crosstabs antara Causality Orientation dan pemenuhan for competence pemenuhan_competence * causality_orientation Crosstabulation
causality_orientation
Total Autonomy control
Imperson al pemenu han_co mpetenc e
terpenuhi Count 15 0 1 16
% within pemenuhan _competen ce
93.8% .0% 6.3% 100.0%
cenderung terpenuhi
Count 13 1 0 14
% within pemenuhan _competen ce
92.9% 7.1% .0% 100.0%
cenderung tidak terpenuhi
Count 9 1 0 10
% within pemenuhan _competen ce
90.0% 10.0% .0% 100.0%
Total Count 37 2 1 40
% within pemenuhan _competen ce
(45)
Lampiran 4.7 Crosstabs antara Causality Orientation dan needs for relatedness
keb_relatedness * causality_orientation Crosstabulation causality_orientation
Total Autonomy control
Imper sonal keb_relat
edness
kuat Count 25 1 0 26
% within keb_relatedness
96.2% 3.8% .0% 100.0 % cender
ung kuat
Count 12 1 0 13
% within keb_relatedness
92.3% 7.7% .0% 100.0 % cender
ung lemah
Count 0 0 1 1
% within keb_relatedness
.0% .0% 100.0 %
100.0 %
Total Count 37 2 1 40
% within keb_relatedness
92.5% 5.0% 2.5% 100.0 %
(46)
Lampiran 4.8 Crosstabs antara causality orientation dan pemenuhan needs relatedness
pemenuhan_relatedness * causality_orientation Crosstabulation causality_orientation
Total Autonom
y control
Imperson al pemen
uhan_r elatedn ess
terpenuhi Count 24 1 1 26
% within pemenuhan_r elatedness
92.3% 3.8% 3.8% 100.0%
cenderung terpenuhi
Count 12 1 0 13
% within pemenuhan_r elatedness
92.3% 7.7% .0% 100.0%
cenderung tidak terpenuhi
Count 1 0 0 1
% within pemenuhan_r elatedness
100.0% .0% .0% 100.0%
Total Count 37 2 1 40
% within pemenuhan_r elatedness
(47)
Lampiran 4.9 Crosstabs antara Causality Orientation dan konteks sosial konteks_sosial dengan causality_orientation
causality_orientation
Total Autonomy control Impersonal
konteks _sosial
informing Jumlah 36 2 1 39
% dalam konteks_sos
ial
92.3% 5.1% 2.6% 100.0%
controlling Jumlah 1 0 0 1
% dalam konteks_sos
ial
100.0% .0% .0% 100.0%
Total Jumlah 37 2 1 40
% dalam konteks_sos
ial
(48)
Lampiran 4.10 Crosstabs antara Causality Orientation dan lamanya menjadi guru sekolah minggu
lama_menjadi_GSM * causality_orientation Crosstabulation causality_orientation
Total Autonomy control Impersonal lama_menja
di_GSM
.00 Count 4 0 0 4
% within
lama_menjadi_G SM
100.0% .0% .0% 100.0
%
1.0 0
Count 5 1 0 6
% within
lama_menjadi_G SM
83.3% 16.7% .0% 100.0 %
2.0 0
Count 9 1 1 11
% within
lama_menjadi_G SM
81.8% 9.1% 9.1% 100.0 %
4.0 0
Count 1 0 0 1
% within
lama_menjadi_G SM
100.0% .0% .0% 100.0
%
(49)
0 % within
lama_menjadi_G SM
100.0% .0% .0% 100.0
%
6.0 0
Count 4 0 0 4
% within
lama_menjadi_G SM
100.0% .0% .0% 100.0
%
7.0 0
Count 5 0 0 5
% within
lama_menjadi_G SM
100.0% .0% .0% 100.0
%
8.0 0
Count 1 0 0 1
% within
lama_menjadi_G SM
100.0% .0% .0% 100.0
%
9.0 0
Count 1 0 0 1
% within
lama_menjadi_G SM
100.0% .0% .0% 100.0
%
11. 00
Count 2 0 0 2
% within
lama_menjadi_G SM
100.0% .0% .0% 100.0
%
(50)
00 % within
lama_menjadi_G SM
100.0% .0% .0% 100.0
%
17. 00
Count 1 0 0 1
% within
lama_menjadi_G SM
100.0% .0% .0% 100.0
%
26. 00
Count 1 0 0 1
% within
lama_menjadi_G SM
100.0% .0% .0% 100.0
%
Total Count 37 2 1 40
% within
lama_menjadi_G SM
92.5% 5.0% 2.5% 100.0 %
(51)
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Kristen Protestan, merupakan salah satu agama yang diakui keberadaannya oleh Departemen Agama Repubulik Indonesia. Data yang diperoleh dari Pusat Pembinaan Masyarakat Kristen (BIMAS Kristen, 2010) Departemen Agama Propinsi Jawa Barat, menunjukkan bahwa di Bandung terdapat 370 gereja, masing-masing gereja memiliki kekhasan tersendiri dalam menjalankan kegiatan agamanya.
Salah satu Gereja yang memfasilitasi kegiatan beribadah umat nasrani di kota Bandung adalah Gereja “X”, yang menjadi wadah bagi para penganut agama Kristen Protestan. Dalam Gereja “X” kegiatan keagamaan tentu bukan merupakan hal yang eksklusif bagi para jemaat dewasa, melainkan juga bagi anak-anak. Kegiatan keagamaan yang dilakukan bagi anak-anak ini disebut sekolah minggu. Sekolah minggu diadakan bersamaan dengan kegiatan kebaktian orang dewasa di hari Minggu. Dengan adanya sekolah minggu ini, kebutuhan kerohanian untuk anak-anak dapat difasilitasi melalui aktivitas yang menyenangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak.
Konsep Sekolah Minggu berawal dari Inggris di tahun 1780 di bawah seorang guru bernama Robert Raikes. Pada awalnya, Sekolah Minggu merupakan sebuah sekolah sederhana untuk anak-anak miskin belajar menulis dan membaca, sehingga mereka bisa mengerti apa yang tertulis di dalam Alkitab. Konsep ini ternyata sangat
(52)
2
Universitas Kristen Maranatha berhasil dan diikuti oleh banyak gereja. Hal inilah yang menjadi salah satu dasar gereja “X” membentuk Sekolah Minggu.
Gereja “X” di Bandung terbagi menjadi tiga resort. Setiap resort memiliki
Sekolah Minggu, yang menjadi pengajar di Sekolah Minggu disebut Guru Sekolah Minggu. Dengan beragamnya usia anak Sekolah Minggu di gereja “X , agar pengajaran dapat tersampaikan secara optimal, sekolah minggu dibagi ke dalam empat kelas, yaitu kelas kecil A (usia 3-5 tahun), kecil B (usia 6-8 tahun), kelas tanggung (usia 9-11 tahun) dan kelas remaja ( usia 12-15 tahun). Setiap kelas biasanya diajar oleh satu sampai tiga guru, disesuaikan dengan jumlah murid kelas tersebut. Kegiatan sekolah minggu seperti kotbah atau pembacaan Firman Tuhan dilakukan dengan cara yang sesuai dengan usia anak-anak atau kelasnya masing-masing. Misalnya pada kelas kecil A biasanya pengajaran disampaikan dengan panggung boneka atau drama. Sedangkan untuk kelas kecil B biasanya bercerita menggunakan gambar-gambar, drama atau panggung boneka. Di kelas tanggung guru masih menggunakan gambar dalam bercerita tetapi ditambah permainan-permainan yang berhunganya dengan pengajaran saat itu. Lain lagi dengan kelas remaja, biasanya penyampaian pelajaran lebih banyak menggunakan metode diskusi mengenai topik dan ditambah dengan permainan. Dengan mengajarkan berbagai kebenaran sesuai ajaran agama melalui berbagai metode, diharapkan dapat menjadi dasar yang mendorong terciptanya kesehatan mental bagi anak-anak tersebut di kemudian hari.
(53)
3
Universitas Kristen Maranatha Keberadaan aktivitas dalam sekolah minggu tidak dapat dipisahkan dari adanya guru sekolah minggu. Hasil wawancara dengan majelis, didapat bahwa Gereja
“X” memiliki peraturan yang jelas bagi jemaatnya yang ingin menjadi guru sekolah
minggu atau yang disebut calon guru sekolah minggu. Bila ada yang ingin menjadi guru sekolah minggu mereka harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, antara lain: sudah menjalani katekisasi, terdaftar sebagai anggota jemaat gereja “X”, dan terpanggil melayani Tuhan di sekolah minggu. Mereka tidak akan langsung diberikan kesempatan mengajar, tetapi memasuki masa orientasi terlebih dahulu. Calon guru sekolah minggu akan berada dalam masa orientasi selama enam bulan sampai satu tahun. Selama masa orientasi tersebut calon guru sekolah minggu menemani atau membantu guru sekolah minggu senior mengajar. Mereka juga mendapatkan pengenalan mengenai sekolah minggu dan pelatihan. Selama itu pula calon guru akan dilihat kesungguhanya oleh ketua dan guru sekolah minggu senior, kriteria nilai yang dijadikan standar penilaian antara lain kehadiran, keaktifan, kepedulian terhadap sekolah minggu, dan keterlibatan di setiap kegiatan sekolah minggu. Hasil pengamatan tersebut akan disampaikan kepada dewan koinonia yang membawahi sekolah minggu.
Guru sekolah minggu berbeda dengan guru reguler yang biasa temui disekolah. Guru sekolah minggu mengajar dengan kerelaan, karena mereka mengajar tanpa mendapatkan bayaran. Guru sekolah minggu di gereja “X” 80% adalah mahasiswa dan selebihnya (20%) karyawan, ibu rumah tangga. Guru sekolah minggu di gereja “X” dikenai tuntutan hadir di setiap pelayanan sekolah minggu, guru yang
(54)
4
Universitas Kristen Maranatha mengajar harus mempersiapkan bahan ajar, datang pada kebaktian persiapan mengajar dan mempresentasikannya. Bila berhalangan hadir harus memberitahu kepada koordinator atau rekan guru sekolah minggu yang lain.
Seorang guru sekolah minggu mempunyai peranan penting di gereja dalam proses pendidikan rohani anak. Guru sekolah minggu juga merupakan perpanjangan tangan majelis dalam melakukan pembinaan terhadap anak-anak. Tugas dan panggilan seorang guru sekolah minggu terhadap anaknya pertama, mengajar (1Timotius 2:7), guru sekolah minggu menyampaikan pokok-pokok iman yang menjadi dasar kehidupan kekristenan.
Kedua, memberikan teladan (1Korintus 11:1; Filipi 3:7; 1 Timotius 4:11-13). Seorang guru sekolah minggu akan mempunyai pengaruh luar biasa terhadap muridnya karena mereka mudah sekali meniru tutur kata dan tingkah laku gurunya. Oleh sebab itu guru sekolah minggu perlu selalu memerhatikan dirinya sendiri apakah ia telah menjadi teladan yang baik bagi muridnya, baik ketika berada dalam kelas maupun di luar lingkungan sekolah minggu.
Ketiga, menginjili (1Tiomtius2:7). Dalam mengajar seorang guru sekolah minggu tidak hanya menyampaikan kebenaran iman Kristen, tetapi memberitakan kabar baik bahwa Allah mengasihi manusia supaya jiwa anak-anak diselamatkan. Keempat, mendoakan (IITiomotius 1:11-12). Mendoakan anak-anak dan keluarganya merupakan bagian penting yang harus dilakukan oleh seorang guru sekolah minggu untuk menjalin komunikasi dan keakraban dengan anak-anak dan orangtuanya.
(55)
5
Universitas Kristen Maranatha Terakhir menggembalakan (Yehezkiel 34:2-6; Yohanes 10:11-18). Seorang guru sekolah minggu tidak hanya pengajar tapi juga gembala bagi domba-dombanya. Seorang gembala yang baik mengenal dan mengasihi setiap dombanya; dan tidak akan membiarkan seekor domba pun berada dalam kesulitan. Itulah juga peran yang harus dilakukan oleh guru sekolah minggu. Ia harus mengenal dam membimbing anak-anak yang berada di kelasnya dan menolong anak-anak yang sedang mengalami kesulitan sejauh yang dapat dilakukan. Pelawatan (kunjungan) ke rumah anak dan juga kepada orangtua merupakan hal yang penting lainnya yang harus dan perlu dilakukan oleh guru sekolah minggu (blessedday4us.wordpress,2010).
Bila lihat paparan di atas, seorang guru sekolah minggu secara umum memiliki tugas yang sama dengan pendeta yakni memberitakan firman Tuhan. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengajaran Firman Tuhan di dalam Gereja hanya dilakukan oleh pendeta dan guru sekolah minggu, namun guru sekolah minggu hanya mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak. Dapa dilihat bahwa posisi menjadi guru sekolah minggu sangatlah penting karena guru sekolah minggu menjadi tonggak pemberitaan Firman Tuhan kepada anak sekolah minggu. Oleh karena itu dibutuhkan guru-guru sekolah minggu yang mau dan mampu bertahan melayani di sekolah minggu.
Alasan seseorang bertahan menjadi guru sekolah minggu dalam self-determination theory disebutkan sebagai causality orientation. Causality orientation membahas proses mengenai pengaruh dari konteks sosial terhadap motivasi, perilaku, dan pengalaman individu serta mendefirensiasikannya dengan melakukan proses
(56)
6
Universitas Kristen Maranatha regulasi, sehingga individu menunjukkan perilaku serta derajat causality orientation yang berbeda satu sama lain. Alasan individu meregulasi dirinya dalam melakukan kegiatan tertentu dapat dibagi menjadi tiga bentuk orientasi, yaitu autonomy, controlled, dan impersonal. setiap individu dalam hal ini guru sekolah minggu gereja
“X” memiliki ketiga bentuk causality orientation namun terdapat satu bentuk
dominan dalam diri individu. Guru sekolah minggu yang memiliki alasan bertahan melayani karena merasakan kepuasan saat bisa mengembangkan potensi yang ada dalam diri, menunjukkan insiatif di setiap kegiatan sekolah minggu, mau menerima tanggung jawab, bertanggung jawab terhadap tugas, merupakan bentuk dari causality orientation autonomy. Guru sekolah minggu yang memiliki perilaku dalam mengajar yang sangat dipengaruhi oleh aspek di luar diri seperti reward, tenggat waktu, struktur organisasi, keterlibatan emosi dan perintah dari significant person, lebih mudah dipengaruhi oleh apa yang orang lain inginkan, dari pada apa yang mereka inginkan bentuk ini disebut dengan causality orientation control. Guru sekolah minggu yang mudah merasa cemas, tidak efektif, cenderung kurang memiliki kemampuan untuk mengendalikan hasil atau mengatasi perubahan. Mereka cenderung tidak termotivasi dan menginginkan semua berjalan sebagaimana adanya. Individu berakhir pada kesimpulan bahwa hasil yang akan ia dapat berada di luar kontrolnya, dan prestasi merupakan masalah keberuntungan atau nasib. Guru sekolah minggu yang memiliki perilaku tersebut memiliki bentuk orientasi impersonal. Adanya perbedaan alasan yang melatarbelakangi para guru sekolah minggu untuk bertahan menjadi guru sekolah minggu menggambarkan adanya causality orientation
(57)
7
Universitas Kristen Maranatha dalam diri mereka. Pendekatan ini memiliki tujuan untuk melihat aspek dalam diri individu yang terintegrasi melalui proses regulasi antara tindakan dan pengalamannya (Deci & Ryan, 2001).
Peneliti telah mewawancarai 10 orang guru sekolah minggu di gereja ”X”
cabang “Y” Bandung, mengenai alasan mereka tetap bertahan menjadi guru sekolah
minggu. Empat orang (40%) mengungkapkan bahwa mereka bertahan menjadi guru sekolah minggu karena menyayangi anak-anak, ingin dan tertarik untuk melayani Tuhan. Alasan ini termasuk causality orientation autonomy. Empat orang (40%) bertahan karena disuruh oleh majelis dan rekan guru sekolah minggu lain, dan merasa tidak enak bila tidak mengikuti kegiatan sekolah minggu. Alasan-alasan ini termasuk ke dalam causality orientation controlled. Sementara dua orang (20%) mengungkapkanbahwa mereka tidak mengetahui alasan untuk bertahan , sehingga mereka kurang peduli atau acuh tak acuh terhadap kegiatan sekolah minggu. Alasan-alasan ini dapat di kategorikan ke dalam causality orientation impersonal.
Paulus Lie (2003) mengatakan bahwa seorang guru sekolah minggu harus rela mempersembahkan totalitas dirinya bagi pelayanan anak. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku selalu hadir ke sekolah minggu tepat waktu, mempersiapkan materi pengajaran jauh-jauh hari. Sekolah minggu diharapkan dapat membuat anak semakin mengenal dan bertumbuh dalam Yesus. Idealnya guru sekolah minggu melayani kegiatan sekolah minggu dikarenakan ketertarikan dari dalam dirinya atau panggilan dari dalam hatinya dengan kata lain memiliki autonomy oriented.
(58)
8
Universitas Kristen Maranatha Dilihat dari paparan paragraf-paragraf sebelumnya bahwa peran guru sekolah minggu sangatlah penting yaitu menjadi tonggak pemberitaan firman Tuhan kepada anak-anak. Berarti secara tidak langsung akan membentuk perkembangan mental anak melalui pengajaran oleh karena itu penting mengetahui alasan seorang guru bertahan menjadi guru sekolah minggu. Dalam kaitan itu peneliti tertarik melakukan penelitian deskriptif mengenai causality orientation pada guru sekolah minggu Gereja ”X” di kota Bandung.
1.2Identifikasi Masalah
Bagaimana gambaran causality orientation pada guru sekolah minggu ”X” di kota Bandung.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud diadakan penelitian ini adalah guna mengetahui gambaran dari causality orientation pada guru sekolah minggu Gereja “X” di kota Bandung.
1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis
Sebagai sumbangan yang diharapkan dapat memperkaya informasi mengenai causality orientation dalam bidang ilmu psikologi sosial, pendidikan.
(59)
9
Universitas Kristen Maranatha Memberi informasi sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain mengenai
causality orientation.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Memberi informasi bagi koordinator sekolah minggu “X” untuk dapat
mengetahui gambaran causality orientation pada guru sekolah minggu. Informasi ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Gereja untuk mengingatkan kembali kepada setiap guru sekolah minggu pentingnya melayani dan memiliki motivasi melayani dari dalam diri.
Agar gereja dapat memberikan pelatihan kepada guru sekolah minggu mengenai metode mengajar agar lebih optimal dalam mengajar di sekolah minggu.
1.5Kerangka Pemikiran
Guru sekolah minggu gereja “X” di kota Bandung memiliki motivasi dalam melayani di sekolah minggu. Dimana motivasi sendiri terdiri dari tiga yaitu, amotivation, extrinsic motivation, dan Intrinsic motivation. Amotivation adalah merupakan suatu keadaan dimana guru sekolah minggu merasa tidak ada niatan atau keinginan untuk bertindak. Jika guru sekolah minggu dalam melayani tanpa melihat tujuan akhir dalam melayani dan menunjukkan perlaku yang tidak efektif sehingga mengganggu aktivitas pelayanan, maka guru sekolah minggu tersebut akan
(60)
10
Universitas Kristen Maranatha memandang setiap pelayanannya terasa sulit, merasa tidak kompeten dan tidak dapat menguasai situasi, berarti di dalam dirinya tidak ada proses regulasi atau yang disebut non-regulation. Guru sekolah minggu yang tidak mengalami proses regulasi memiliki locus of causality impersonal yaitu cara mencermati suatu situasi secara impersonal dan menyebabkan guru sekolah minggu memiliki causality orientation impersonal.
Ekxtrinsic motivation adalah motivasi guru sekolah minggu dalam berperilaku didasari pada kepuasan yang terletak pada reward eksternal seperti status, uang, pujian dan penghargaan. terdapat empat bentuk regulasi, yaitu external regulation adalah perilaku guru sekolah minggu yang didasari oleh reward, menghindari hukuman dan memuaskan permintaan dari orang-orang sekitar terutama significant person, maka guru sekolah minggu dengan regulasi ini memiliki locus of causality external. Bentuk kedua, introjected regulation adalah seorang guru sekolah minggu berperilaku hanya karna didasari karena menghindari rasa bersalah dan malu atau untuk mencapai peningkatan ego yaitu supaya dihargai. Introjected regulation ini sudah terdapat proses internalisasi yaitu proses oerubahan bentuk dari eksternal menjadi internal walaupun belum sepenuhnya, sehingga guru sekolah mingu dengan regulasi ini masih memilki locus of causality external. Kedua bentuk regulasi ini memiliki locus of causality external yaitu cara mencermati suatu situasi secara external dan yang akan mengarahkan pada causality orientation controlled. Dan memunculkan perilaku pada guru sekolah minggu disebabkan kontrol dari lingkungan.
(61)
11
Universitas Kristen Maranatha Bentuk regulasi extrinsic motivation ketiga yaitu identified regulation, guru sekolah minggu sudah menginternalisasikan faktor-faktor dari luar dirinya sebagai suatu hal yang mengarahkan perilaku mereka. Pada bentuk ini proses internalisasi belum terjadi sepenuhnya sehingga dapat dikatakan locus of causality cenderung internal. Bentuk keempat, integrated regulation menunjukkan dasar paling autonomous dari motivasi ektrinsik, dimana proses internalisasi sudah terjadi sepenuhnya sehingga dapat dikatakan memiliki locus of causality internal yaitu cara mencermati suatu situasi secara internal. Integrated regulation ini sudah menunjukkan kemauan dalam melakukan pelayanan, tapi masih tergolong ektrinsik karena dilakukan untuk mencapai outcomes daripada ketertarikan terhadap pelayanan tersebut. Sehingga perilaku yang mungkin muncul, melakukan pekayanan karena significant person namun individu merasakan juga bahwa pelayanan itu sendiri sangat penting.
Guru sekolah minggu dengan intrinsic motivation akan mengalami proses intrinsic regulation, dengan locus of causality internal. Maka guru sekolah minggu tersebut akan melakukan tugas dan tanggung jawab pelayanannya atas dasar pinsip kenikmatan dan ketertarikan. Mereka tidak akan menunjukkan penurunan kinerja pelayanannya walupun tidak ada reward yang menyertainya.
Selain motivasi guru sekolah minggu gereja “X” juga memiliki kebutuhan dasar psikologis yang dapat mempengaruhi causality orientation pada diri guru sekolah minggu, yaitu needs autonomy, needs competence,dan needs relatedness. Jika ketiga
(62)
12
Universitas Kristen Maranatha needs tersebut terpenuhi maka akan mendukung guru sekolah minggu untuk lebih proaktif, berkembang lebih optimal, dan sejahtera secara psikologis.
Needs for competence menekankan pengoptimalisasian akan tugas menantang sesuai dengan kapasitas mereka, dan secara terus menerus berusaha untuk memelihara dan meningkatkan skill melalui suatu aktivitas. Serta berusaha untuk mencapai outcome yang diinginkan (White, 1959). Needs for competence pada guru sekolah minggu akan terpuaskan ketika guru sekolah minggu mencoba pelayanan yang belum pernah dilakukan sebelumnya yaitu untuk mengajar di kelas gabungan, dan mendapatkan feedback positif terhadap pelayanan yang dilakukannya berupa pujian.
Needs for relatedness menekankan pada kebutuhan pada manusia dalam proses membangun interaksi dengan sesama, peduli dan saling menghormati secara timbal balik (Baumeister & Leary, 1995). Manusia merupakan mahluk sosial dimana sebagian besar kegiatan yang ada berhubungan dan membutuhkan orang lain. Guru sekolah minggu yang memiliki dukungan dalam persiapan mengajar dengan oleh sesama rekan akan merasakan needs ini terpuaskan. Dukungan emosional bisa di dapat dari orangtua, teman, penatua dan pendeta.
Needs for autonomy berkaitan dengan kebutuhan manusia untuk menjadi agen penyebab, membuat keputusan sendiri, bertindak sesuai penghayatan diri yang sudah terintegrasi (sesuai dengan minat yang ada pada dirinya) dan mengesahkan tindakannya dalam tingkat tertinggi kapasitas refleksinya (deCharms, 1968). Maksud aspek-aspek kepribadian dalam dirinya menjadi selaras dan menjadi dasar baginya
(63)
13
Universitas Kristen Maranatha untuk bertindak. Needs ini merupakan needs yang mendasar untuk terciptanya perilaku yang ditentukan oleh diri sendiri (self determined). Seseorang mengambil keputusan untuk bertahan menjadi guru sekolah minggu karena pilihannya sendiri, telah menunjukkan sense of autonomy pribadi. Terpuaskannya needs competence dan relatedness tanpa disertai autonomy terpuaskan, tidak akan mengarahkan pada kesejahteraan psikologis. Terpuaskannya ketiga needs tersebut akan merangsang munculnya motivasi intrinsic yang akan mengarahkan guru sekolah minggu menjadi causality orientation autonomy (Deci & Ryan,2001).
Selain needs, konteks sosial juga dapat mempengaruhi causality orientation guru sekolah minggu gereja “X” di kota Bandung. Terdapat dua jenis konteks sosial yang dapat mempengaruhi tingkah laku mereka, yaitu informing dan controlling (Deci, 1975: Deci & Ryan, 1980). Meskipun mereka dalam lingkungan yang sama, belum tentu mereka mempunyai persepsi yang sama dalam menghayati lingkungannya. Lingkungan yang informing yaitu, lingkungan yang cenderung memberikan feedback positif sehingga mendukung mereka untuk memilih bertahan menjadi guru sekolah minggu dan merasa puas atas apa yang dilakukannya. Lingkungan informing dapat meningkatkan dan memelihara motivasi intrinsic dan dapat mengarah menjadi causality orientation autonomy. Sedangkan lingkungan controlling adalah lingkunan yang menggunakan reward ekternal seperti status, pujian, penghargaan dan perintah dari significant person daripada yang mereka inginkan. Guru sekolah minggu yang tetap bertahan dalam pelayananya karena ada yang ingin dicapainya yaitu reward eksternal maka hal tersebut akan menurunkan motivasi intrinsic guru sekolah minggu
(64)
14
Universitas Kristen Maranatha Gereja “X”. (Deci 1971, 1972a, 1072b; Krugalnski, Friedman, & Zwwvi, 1971; Leppr, Greene, & Nisbett, 1973).
(65)
52 Universitas Kristen Maranatha BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data causality orientation terhadap 40 orang guru sekolah mingu Gereja “X” di kota Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Sebagian besar (92%) sekolah minggu gereja “X” memiliki causality orientation autonomy.
2. Sebagian besar (77.5%) guru sekolah minggu Gereja “X” mengalami
pemenuhan dalam tiga basic needs dan memiliki causality orientation autonomy. Hal ini juga diperkuat oleh penghayatan guru sekolah minggu terhadap konteks sosial, dimana mereka menghayati lingkungan yang informing yang juga dapat mendukung perilaku yang autonomous.
3. Guru sekolah minggu yang memiliki causality orientation control memiliki kecenderungan untuk berperilaku berdasarkan motivasi ekstrinsik. Hal ini dipengaruhi oleh needs guru sekolah minggu sendiri. Mereka memiliki needs autonomy yang kuat dan cenderung kuat, needs for competence yang kuat dan kurang terpenuhi serta relatedness yang kuat dan cenderung kuat.
(66)
53 Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu:
5.2.1 Saran untuk Penelitian Lanjutan
Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan causality orientation dengan kinerja guru sekolah minggu, sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai causality orientation yang lebih luas.
Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kaitan antara causality orientation, needs dan konteks sosial.
5.2.2 Saran Gunalaksana
1. Disarankan kepada pendeta, dewan koinonia dan ketua sekolah minggu gereja “X” kota Bandung agar dapat memanfaatkan informasi ini untuk dapat mempertahankan situasi lingkungan pelayanan informing yang dapat menunjang autonomy orientation.
2. Disarankan kepada pendeta, dewan koinonia dan ketua sekolah minggu gereja “X” kota Bandung agar dapat memanfaatkan informasi ini untuk memperhatikan lebih lagi guru sekolah minggu terutama yang memiliki causality orientation control dan impersonal serta memfasilitasi untuk peningkatan pelayanan guru sekolah minggu dengan cara memberikan pembinaan mengenai materi pelayanan, seperti mengikuti seminar, ret-ret.
(67)
54
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Deci. E. L., & Ryan R.M. 2000. The What and of Goal Pursuit: Human Needs and the Self- Determination of Behavior
Deci. E. L., & Ryan R.M. 1985. The General Causality Orientation Scale: Self-Determination in Personality. U.S: Academy Press. Inc
Deci. E. L., & Ryan R.M. 2001. Handbook of Self-Determination Research The University Of Rochester Press. National Institute of Education Library, Singapore
Sitepu, Nirwana S.K. 1995. Analisi Korelasi . Bandung: Unit Pelayanan Statistika FMIPA, Universitas Padjajaran.
Ryan R.M. 1985. Psycjology Needs and the Facilitation on Integrative Proecesess. Journal of Personality.
Ryan R.M., & Deci. E. L. 2000. Self Determination Theory and the Facilitation of Intrinsic Motivation, Social Development, and Well-Being, American Psychologist.
Denscombe, Martyn 2003. The Good Reasearch Guide(second edition) Glasgow: open university press.
(68)
55
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Annisa K. Djakaria. 2008. Studi Deskriptif mengenai Causality Orientation pada anggota AIESEC di Indonesia: skripsi, Fakultas Pasikologi –
Universitas Kristen Maranatha.
http://www.blessedday$us.wordpress.com
http://www.gsn-soeki.com
http://pendidikan.radensomad.com/pengertian-pendidikan-nonformal.html
(1)
13
Universitas Kristen Maranatha untuk bertindak. Needs ini merupakan needs yang mendasar untuk terciptanya perilaku yang ditentukan oleh diri sendiri (self determined). Seseorang mengambil keputusan untuk bertahan menjadi guru sekolah minggu karena pilihannya sendiri, telah menunjukkan sense of autonomy pribadi. Terpuaskannya needs competence dan relatedness tanpa disertai autonomy terpuaskan, tidak akan mengarahkan pada kesejahteraan psikologis. Terpuaskannya ketiga needs tersebut akan merangsang munculnya motivasi intrinsic yang akan mengarahkan guru sekolah minggu menjadi causality orientation autonomy (Deci & Ryan,2001).
Selain needs, konteks sosial juga dapat mempengaruhi causality orientation guru sekolah minggu gereja “X” di kota Bandung. Terdapat dua jenis konteks sosial yang dapat mempengaruhi tingkah laku mereka, yaitu informing dan controlling (Deci, 1975: Deci & Ryan, 1980). Meskipun mereka dalam lingkungan yang sama, belum tentu mereka mempunyai persepsi yang sama dalam menghayati lingkungannya. Lingkungan yang informing yaitu, lingkungan yang cenderung memberikan feedback positif sehingga mendukung mereka untuk memilih bertahan menjadi guru sekolah minggu dan merasa puas atas apa yang dilakukannya. Lingkungan informing dapat meningkatkan dan memelihara motivasi intrinsic dan dapat mengarah menjadi causality orientation autonomy. Sedangkan lingkungan controlling adalah lingkunan yang menggunakan reward ekternal seperti status, pujian, penghargaan dan perintah dari significant person daripada yang mereka inginkan. Guru sekolah minggu yang tetap bertahan dalam pelayananya karena ada yang ingin dicapainya yaitu reward eksternal maka hal tersebut akan menurunkan motivasi intrinsic guru sekolah minggu
(2)
14
Gereja “X”. (Deci 1971, 1972a, 1072b; Krugalnski, Friedman, & Zwwvi, 1971; Leppr, Greene, & Nisbett, 1973).
(3)
52 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data causality orientation terhadap 40 orang guru sekolah mingu Gereja “X” di kota Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Sebagian besar (92%) sekolah minggu gereja “X” memiliki causality orientation autonomy.
2. Sebagian besar (77.5%) guru sekolah minggu Gereja “X” mengalami
pemenuhan dalam tiga basic needs dan memiliki causality orientation autonomy. Hal ini juga diperkuat oleh penghayatan guru sekolah minggu terhadap konteks sosial, dimana mereka menghayati lingkungan yang informing yang juga dapat mendukung perilaku yang autonomous.
3. Guru sekolah minggu yang memiliki causality orientation control memiliki kecenderungan untuk berperilaku berdasarkan motivasi ekstrinsik. Hal ini dipengaruhi oleh needs guru sekolah minggu sendiri. Mereka memiliki needs autonomy yang kuat dan cenderung kuat, needs for competence yang kuat dan kurang terpenuhi serta relatedness yang kuat dan cenderung kuat.
(4)
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu:
5.2.1 Saran untuk Penelitian Lanjutan
Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan causality
orientation dengan kinerja guru sekolah minggu, sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai causality orientation yang lebih luas.
Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kaitan antara causality
orientation, needs dan konteks sosial.
5.2.2 Saran Gunalaksana
1. Disarankan kepada pendeta, dewan koinonia dan ketua sekolah minggu gereja “X” kota Bandung agar dapat memanfaatkan informasi ini untuk dapat mempertahankan situasi lingkungan pelayanan informing yang dapat menunjang autonomy orientation.
2. Disarankan kepada pendeta, dewan koinonia dan ketua sekolah minggu gereja “X” kota Bandung agar dapat memanfaatkan informasi ini untuk memperhatikan lebih lagi guru sekolah minggu terutama yang memiliki causality orientation control dan impersonal serta memfasilitasi untuk peningkatan pelayanan guru sekolah minggu dengan cara memberikan pembinaan mengenai materi pelayanan, seperti mengikuti seminar, ret-ret.
(5)
54
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Deci. E. L., & Ryan R.M. 2000. The What and of Goal Pursuit: Human Needs and the Self- Determination of Behavior
Deci. E. L., & Ryan R.M. 1985. The General Causality Orientation Scale: Self-Determination in Personality. U.S: Academy Press. Inc
Deci. E. L., & Ryan R.M. 2001. Handbook of Self-Determination Research The University Of Rochester Press. National Institute of Education Library, Singapore
Sitepu, Nirwana S.K. 1995. Analisi Korelasi . Bandung: Unit Pelayanan Statistika FMIPA, Universitas Padjajaran.
Ryan R.M. 1985. Psycjology Needs and the Facilitation on Integrative Proecesess. Journal of Personality.
Ryan R.M., & Deci. E. L. 2000. Self Determination Theory and the Facilitation of Intrinsic Motivation, Social Development, and Well-Being, American Psychologist.
Denscombe, Martyn 2003. The Good Reasearch Guide(second edition) Glasgow: open university press.
(6)
55
DAFTAR RUJUKAN
Annisa K. Djakaria. 2008. Studi Deskriptif mengenai Causality Orientation pada anggota AIESEC di Indonesia: skripsi, Fakultas Pasikologi –
Universitas Kristen Maranatha.
http://www.blessedday$us.wordpress.com
http://www.gsn-soeki.com
http://pendidikan.radensomad.com/pengertian-pendidikan-nonformal.html