Studi Deskriptif Mengenai Profil Komitmen Organisasi pada Agen Asuransi Jiwa di PT. "X" di Kota Bandung.

(1)

iii ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran profil komitmen organisasi pada agen di PT “X” di kota Bandung yang sudah bekerja selama satu tahun.

Teori yang digunakan sebagai landasan penelitian ini adalah teori komitmen organisasi dari Mayer dan Allen (1997) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi adalah suatu keadaan psikologis tertentu yang merupakan karakteristik hubungan antara anggota dengan organisasinya dan mempunyai implikasi berupa keputusan untuk berhenti atau terus menjadi anggota organisasi tersebut. Dalam teori ini disebutkan bahwa komitmen organisasi merupakan komposisi dari dari tiga komponen komitmen, yaitu affective commitment, continuance commitmen dan normative commitment.

Pemilihan sampel menggunakan metode accidental sampling dan sampel penelitian ini sebanyak 31 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan tehnik surey. Alat ukur yang digunakan modifikasi dari alat ukur yang dibuat oleh Meyer dan Allen yaitu Organizational Commitment Quisionare (OCQ). Berdasarkan hasil uji validitas alat ukur komitmen organisasi diperoleh nilai 0,375 sampai 0,710 dan reabilitas alat ukur 0,917 (Reliabel).

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka didapatkan hasil bahwa profil komitmen organisasi yang terdapat pada para agen adalah profil komitmen dengan komponen affective normative dan coninuance yang tinggi. Kesimpulannya adalah bahwa para agen tersebut memiliki ikatan emosional, menujukkan kepatuhan terhadap perusahaan, dan bergantung pada penghasilan yang didapatkan oleh perusahaan.

Saran yang dapat peneliti berikan adalah menambah jumlah sampel agar mendapatkan hasil yang lebih komprehensif. Selain itu perlu diberikan kegiatan setiap bulanan untuk meningkatkan keterikatan pada perusahaan yang berpengaruh pada affective commitment dan memberikan training pada agen untuk menunjang keberhasilan agen.


(2)

ABSTRACT

The study was conducted to determine the profile of the organization’s commitment the agent during work of the one year’s at the PT “X” Bandung.

The theory that used as the basic of this research is the theory of organizational commitment by Meyer and Allen (1997) stating that organizational commitment is a State specific psychological characteristic relationships between members of the Organization and has implications in the form of a decision to stop or continue to be a member of these organizations. In theory it is mentioned that organizational commitment is a composition of three components of the commitments, namely affective commitment, continuance commitment and normative commitment.

Selection of the sample using the method of sampling and sample accidental this research as many as 31 people. The methods used in this research is descriptive method with surey techniques. Measuring instrument used for modifications of a measurement tool made by Meyer and Allen i.e. Organizational Commitment Quisionare (OCQ). Based on the results of the test of the validity of the measuring instrument of commitment the organization obtained the value of 0,375 until 0,710 and reabilitas measuring instrument 0,917 (Reliability).

Based on research that has been done, it show that the organizational commitment profile contained to agent is a commitment profiles with affective commitment continuance commitment and normative commitment high. The conclusion is agen have to emotional ties, demonstrate compliance with the company and dependent on the income obtained from the company.

Suggestions from researchers is research still far from perfect state, so suggesting further with more sample in order to get a more comprehensive result. Also need given to activity gathering for month to increase tie of company to maintain the commitment influential for affective commitment and give training to agent for to the succes.


(3)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK...iii

ABSTRACT...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR BAGAN...xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

1.5 Kerangka Pikir ... 11


(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Komitmen Organisasi ... 23

2.1.1 PengertianTentang Komitmen Terhadap Organisasi ... 23

2.1.2 Komponen Komitmen Organisasi ... 23

2.1.3 Antasenden dari Komponen Komitmen Organisasi...25

2.1.4 Faktor – Faktor yang Berpengaruh Pada Komitmen Organisasi...27

2.1.5 Konsekuensi Komitmen Terhadap Organisasi...30

2.1.6 Pengukuran Komitmen ... 31

2.2 Masa Dewasa Awal ... 32

2.2.1 Perkembangan Fisik Dewasa Awal ... 32

2.2.2 Masa Dewasa Madya...33

2.3 Pengertian Agen ... 34

2.3.1 Beberapa definisi Agen…...34

2.3.2 Tugas umum Agen ... 35

2.3.3 Hak dan Kewajiban Agen...35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 37

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 37

3.3.1 Variabel Penelitian ... 38

3.3.2 Definisi Operasional ... 38

3.4 Alat Ukur ... 38


(5)

ix

3.4.2 Sistem Pemberian Nilai ... 40

3.4.2.1 Prosedur Pengisian ... 41

3.4.3 Data penunjang ... 41

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 42

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ... 40

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 43

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling ... 44

3.5.1 Populasi Sasaran ... 44

3.5.2 Karakteristik Sampel ... 44

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.6 Teknik Analis Data ... 45

BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil ...46

4.1.1 Gambaran Responden Penelitian...46

4.1.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...46

4.1.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia...47

4.1.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan...47

4.1.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir...48

4.1.1.5 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Kerja...48

4.1.1.6 Gambaran Hasil Data Penunjang...49

4.1.2 Hasil Penelitian...52


(6)

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan...66

5.2 Saran...67

5.2.1 Saran Teoritis...67

5.2.2 Saran Praktis...67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

DAFTAR RUJUKAN...70 LAMPIRAN


(7)

xi

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir ... 21 Bagan 3.2 Rancangan Penelitian ... 37


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur……….39

Tabel 3.2 Tabel Penilaian...40

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…..……….46

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia………...47

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan...47

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir...48

Tabel 4.5 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Kerja...48

Tabel 4.6 Gambaran Hasil Data Penunjang...49


(9)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Letter of Concent dan Alat Ukur Kuisioner

Lampiran B. Uji Validitas Alat Ukur dan Item Valid

Lampiran C. Tabulasi Silang Data Utama dan Data Penunjang

Lampiran D. Kisi – Kisi Sebaran Alat Ukur dan Item – Item Pernyataan


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi resiko yang terjadi di masa yang akan datang. Perkembangan perusahaan asuransi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat setelah pemerintah mengeluarkan deregulasi pada tahun 1980an dan diperkuat dengan keluarnya UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

Di Indonesia sendiri asuransi jiwa sudah ada ketika jaman penjajahan Hindia Belanda, sebagai akibat dari keberhasilan bangsa Belanda dalam sektor petanian dan perdagangan ditanah jajahannya. PT. Reasuransi Umum Indonesia yang mengeluarkan peraturan yang mengikat perusahann – perusahaan asing untuk menggunakan jasa perusahaan asuransi nasional. Sejak saat itu perusahaan asuransi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Majalah investor mencatat bahwa pada tahun 2007 sudah terdapat 90 perusahaan asuransi yang terdapat di Indonensia. Salah satu nya adalah PT “X”. (http://tripakarta.co.id/new/profil/sejarah-dan-pengertian-dasar-asuransi).

PT “X” adalah perusahaan asuransi jiwa “X” yang ada di Indonesia merupakan bagian dari “X” plc, sebuah group perusahaan jasa keuangan terkemuka dari Inggris yang mengelola dana sebesar lebih dari US$ 510 miliar


(11)

2

dan melayani lebih dari 21 juta nasabah di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri PT. “X” berdiri pada tahun 1995 dan memiliki 7 kantor pemasaran yaitu di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, medan dan Batam serta 161 Kantor keagenan (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Bali, Batam dan Medan ). Agen asuransi jiwa tersebut mempunyai 59.00 jaringan tenaga pemasaran di seluruh Indonesia dan sudah melayani lebih dari 720.000 nasabah. (http://pt “x”.com/2010/11/profil-perusahaan.html).

Pada asuransi jiwa di PT “X” setiap agen diberikan kesempatan untuk berkarir, dimana setiap agen asuransi jiwa memiliki level – level jabatan sendiri dengan jenjang jabatan yaitu tahun 1 AGEN, penghasilan 5jt/bulan, tahun 2 AUM (associate unit manager) penghasilan 10jt/bulan, tahun 3 UM (unit manager) penghasilan 20jt/bulan, thn 4 SUM (senior unit manager) penghasilan 40jt/bulan, dan tahun 5 AM (agency manager) penghasilan 100jt/bulan. Contoh perhitungan komisi yang diperoleh agen, misalnya nasabah menabung sebesar Rp 1.000.000 dimana RP 800.000 ditabungkan untuk biaya kesehatan dan Rp 200.000 untuk investasi. Maka komisi yang diperoleh oleh agen 30% dari dana kesehatan dan 3% dari dana investasi. Keuntungan dari bekerja sebagai agen asuransi sendiri adalah dimana setiap agen bebas menentukan waktu, posisi bisa meningkat seiring kita bekerja karena selalu ada peluang, jabatan bisa di wariskan kepada anak anda atau orang yang ditentukan, bisa merekrut orang sebanyak yang diinginkan untuk menjadi agen, hal itu didapat berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan pada agen.


(12)

3

PT “X” juga merupakan perusahaan asuransi yang pertama kali meluncurkan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (unit link) di Indonesia, yaitu tahun 1999 dan juga menyediakan berbagai produk yang di rancang untuk memenuhi dan melengkapi setiap kebutuhan para nasabahnya di Indonesia. Di Indonesia PT “X” menduduki peringkat pertama industri asuransi selama tujuh tahun berturut-turut (2001-2007). Data – data tersebut didapat dari majalah SWA,

Infobank, Investor, Bisnis Indonesia dan Tempo. Berbagai jenis asuransi

ditawarkan kepada masyarakat, antara lain asuransi jiwa, asuransi pendidikan , asuransi dana pensiun dan asuransi lainnya.

Dalam sistem perusahaan PT “X” penghasilan yang didapatkan oleh para agen asuransi disebut dengan komisi, yang besarannya tergantung dari jumlah nasabah dan jumlah premi yang berhasil didapatkan. Selain komisi dari premi, para agen juga akan mendapatkan bonus produksi (didapatkan setiap 4 bulan sekali) dan bonus persistensi (yang didapatkan jika mampu mempertahankan nasabaha selama 2 tahun). Diluar komisi dan bonus tersebut, para agen asuransi tidak mendapatkan penghasilan lain. Penghasilan para agen sepenuhnya bergantung pada jumlah nasabah.

Tuntuntan kerja yang diberikan perusahaan dapat dikatakan cukup tinggi. Bagi para agen baru dalam satu tahun mereka harus mendapatkan minimal 6 orang nasabah dan ketika sudah melewati masa satu tahun maka harus mendapatkan minimal 6 nasabah. Apabila para agen tidak mampu memenuhi target kerja tersebut, sebagai sanksinya adalah diberhentikan dari pekerjaan


(13)

4

sebagai agen asuransi (determinate), data tersebut didapatkan berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan pada para agen.

Di indonesia sendiri perusahaan asuransi mengalami persaingan yang ketat dari perusahaan lain, perusahaan asuransi sekarang ini juga harus mampu bertahan menghadapi krisis keuangan global. Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2007 telah membuat regulasi asuransi di Indonesia semakin meningkat, dimana hal ini mengakibatkan resiko yang dihadapi perusahaan asuransi menjadi semakin tinggi jika dibandingkan dengan sebelum terjadi krisis. Mengingat kondisi tersebut, maka sangat penting bagi setiap perusahaan asuransi untuk mampu mempertahankan kualitas, bersaing dengan perusahaan yang lain dan bertahan menghadapi krisis keuangan. Berbagai cara akan dilakukan dalam tujuan untuk mampu mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, salah satunya adalah dengan mengoptimalkan sumber daya manusia, yaitu para agen yang bekerja di dalam perusahaan asuransi tersebut. (http://repository.binus.ac.id/2009-2/content/F0882/F088267957.pdf).

Agen asuransi adalah duta perusahaan yang mewakili perusahaan untuk menyampaikan produk yang dapat dipasarkan dalam pemenuhan kebutuhan nasabah/ calon nasabah, atau bisa disebut juga bahwa agen asuransi dapat disebut sebagai ujung tombak pemasaran asuransi. Para agen asuransi memiliki fokus dalam bertemu dan memilih calon nasabah, lalu menyakinkan para calon nasabah tersebut akan keuntungan jika mengikuti program asuransi. Jika usaha mereka berhasil, maka nasabah kemudian akan membayarkan premi dalam jumlah


(14)

5

tertentu yang telah disepakati. Dapat dikatakan, bahwa para agen memiliki peranan penting dalam mempertahankan kelangsungan perusahaan.

Tugas utama dari agen asuransi adalah melakukan kegiatan mempelajari kebutuhan calon nasabahnya, memberikan informasi yang lengkap kepada calon nasabah, menawarkan secara jelas dan lengkap bagaimana produk asuransi bisa berfungsi baik fitur, manfaat dan syarat – syarat yang berlaku didalamnya, mengisi surat pengajuan asuransi jiwa (SPAJ) secara lengkap dan jelas, menyerahkan polis apabila telah selesesai pada nasabah dan menjelaskan manfaat polis yang sudah diambil oleh nasabah. Agen asuransi juga harus memberikan informasi yang diminta oleh nasabah dan harus berhubungan langsung dengan nasabah karena menyangkut attitude kerja yang harus menjaga kenyamanan nasabah. Sering terjadi permasalahan kecil yang memberatkan agen asuransi seperti halnya seorang nasabah yang tidak keluar klaimnya atau ditolak dalam pengajua klaim serta terjadi miscommunication antara agen dan nasabah yang menimbulkan ketidakpuasaan nasabah yang didapatkan dari hasil survey awal terhadap agen.

Dalam proses mencapai targetnya, para agen mendapatkan hambatan dan tantangan yang berasal dari pihak luar, yaitu dari para calon nasabah. Beberapa hambatan yang dirasakan paling berat bagi para agen adalah betapa sulitnya menyakinkan para calon nasabah untuk menanamkan uang diperusahaan asuransi. Masih banyak yang belum paham benar dan masih memandang perusahaan asuransi secara negatif, apalagi jika calon nasabah tersebut sudah banyak mendengar berbagai cerita yang kurang menyenangkan tentang asuransi.


(15)

6

Hambatan yang terjadi pada agen asuransi yaitu sering menerima penolakan ketika berusaha menarik nasabah baru. (http://asuransijiwaku.org/kurangnya-pengetahuan-yang-benar-tentang-asuransi-jiwa/)

Hambatan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri adalah seringkali bagian manajemen menolak calon nasabah yang diajukan oleh para agen dikarenakan 2 hal yaitu mengenai surat kesehatan dan keterangan gaji. Apabila calon nasabah baru tidak jujur mengenai rekam medis yang pernah dilakukan oleh calon nasabah dan calon nasabah tidak mencantumkannya dalam pengisian formulir, maka pihak perusahaan tidak akan mengeluarkan polis tersebut, dan juga calon nasabah juga harus mencantumkan keterangan gaji supaya pihak perusahaan tidak akan tertipu dengan pencucian uang palsu yang terjadi sekarang, karena mereka akan menabung dengan rentang waktu 10 – 20 tahun. Pihak perusahaan juga tidak segan untuk tidak membayarkan komisi seorang agen apabila terdapat kesalahan dalam transaksi dengan nasabah yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan berdasarkan hasil dari survey awal kepada para agen.

Berdasarkan hal – hal yang sudah dijelaskan di atas , maka tidaklah mudah menjadi agen asuransi. Para agen ini akan memiliki peranan yang penting terhadap keberhasilan ataupun kegagalan perusahaan. Sebagai salah satu bagian dari perusahaan, maka agen memiliki hubungan timbal balik dengan perusahaan. Di satu pihak perusahaan menuntut kontribusi dan kerja keras agen namun di pihak lain para agen akan menuntut apresiasi dan penghargaan dari perusahaan atas kerja keras para agen, apalagi mereka tentunya memiliki harapan dan keinginan sendiri atas perusahaan terkait dengan kebutuhan pribadi mereka.


(16)

7

Keberadaan para agen dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan merupakan salah satu bentuk dari komitmen terhadap organisasi.

Menurut Meyer & Allen (1997) komitmen organisasi adalah suatu keadaan psikologis tertentu yang merupakan karakteristik hubungan antara anggota dengan organisasinya, dan mempunyai implikasi berupa keputusan untuk berhenti atau terus menjadi anggota organisasi tersebut. Meyer & allen (1997 ) membagi 3 komitmen organisasi dalam 3 komponenyaitu affective commitment, continuance

commitment, dan normative commitment.

Menurut Meyer & allen (1997), bila karyawan memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi maka karyawan akan memunculkan perilaku untuk meningkatkan performance organisasinya seperti karyawan akan selalu berusaha untuk selalu hadir dalam bekerja, menampilkan unjuk kerja yang baik dan juga mau bertahan dalam organisasi walaupun banyak tantangan yang dihadapi sedangkan bila karyawan memiliki komitmen yang rendah pada organisasinya maka karyawan tidak optimal dalam menjalankan tugasnya dalam bekerja, tidak produktif dalam menghasilkan barang produksi dan juga tidak betah dalam organisasi.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada agen asuransi di kota “X “ didapatkan bahwa dalam melakukan pekerjaannya setiap agen sudah mengetahu

job description yang harus mereka lakukan yang mereka dapatkan ketika proses fast star dan training – training yang mereka ikuti. Tingkat pendidikan sendiri


(17)

8

setiap agen sudah lulus dari test tertulis yang dilakukan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI).

Berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 orang agen asuransi jiwa di kota “X”, diperoleh fakta bahwa ada beberapa alasan yang mendorong mereka untuk bekerja sebagai agen asuransi. Sebanyak 60 % memiliki alasan utama untuk mendapatkan penghasilan. Sedangkan 40 % mengatakan bahwa dengan mereka bekerja sebagai agen asuransi , mereka mampu memenuhi kebutuhan – kebutuhan mereka, baik secara materi dan non materi.

Berdasarkan kepuasaan kerja agen terhadap perusahaan didapatkan hasil bahwa 40 % merasa puas bekerja sebagai agen asuransi karena ada nya reward yang diberikan atas prestasi kerja mereka dalam bentuk bonus. 30 % dari agen asuransi merasa cukup puas mendapatkan komisi yang diterima cukup sepadan dengan kerja mereka.

Dengan masa kerja yang berbeda – beda , para agen asuransi memiliki jumlah produktifitas yang berbeda – beda dalam memenuhi target. Sebanyak 60% mampu mendapatkan nasabah 3 s/d 6 orang dalam satu tahun nya, sementar 10% mampu menghasilkan rata – rata 10 s/d 15 orang nasabah, dan 30% mampu mendapatkan 20 s/d 25 nasabah dalam satu tahun.

50 % dari agen tersebut mengatakan bahwa mereka selalu hadir dalam kegiatan yang diadakan oleh perusahaan, kecuali ada beberapa halangan yang membuat mereka tidak bisa datang karena mereka mengetahui hal tersebut adalah peraturan perusahaan. 30 % agen asuransi lainnya tidak bisa hadir karena urusan


(18)

9

lain dan 20 % agen asuransi mengaku jarang sekali hadir dalam kegiatan perusahaan karena tidak ada alasan yang jelas.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 agen asuransi diperoleh pendapat yang berbeda – beda megenai peraturan perusahaan mereka, 40 % mengatakan bahwa peraturan perusahaan sesuai dengan kondisi para agen. 40 % mengatakan bahwa peraturan yang dibuat oleh perusahaan cukup ketat dan 20 % mengatakan bahwa peraturan yang dibuat perusahaan cukup longgar. Kesepuluh agen tersebut mengatakan mereka tetap mengikuti setiap peraturan yang ada di perusahaan.

Ditambah dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada leader didapatkan informasi bahwa ada beberapa agen yang secara bertahap mengundurkan diri sebagai agen asuransi dikarenakan agen tersebut mendapatkan pekerjaan yang baru dimana agen yang mencari gaji tetap per bulannya dan ditambah agen yang masih ada bekerja part time sebagai karyawan di perusahaan dan sebagai agen sehingga sulit untuk membagi waktu dan akhirnya memilih tetap bekerja sebagai karyawan di perusahaan.

Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap 10 agen asuransi, setiap agen menampilkan perilaku dan penghayatan yang berbeda – beda dalam pekerjaan mereka. Hal tersebut dikarenakan oleh ketiga komponen komitmen kerja yang ada dalam diri mereka. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran mengenai komitmen orgnisasi pada agen asuransi di PT “X” di kota bandung.


(19)

10

1.2 Identifikasi Masalah

Ingin mengetahui bagaimana gambaran profil komitmen organisasi yang dimiliki oleh para agen asuransi di PT “X”di kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mengetahui gambaran tentang profil komitmen organisasi yang terdapat pada agen asuransi di PT “X” di kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil mengenai komitmen organisasi berdasarkan affective commitment, normative commitment,

continuance commitment dam faktor – faktor yang berkaitan seperti karakteristik individu, karakteristik pekerjan dan pengalaman bekerja pada agen asuransi di PT “X”di kota Bandung serta gambarannya.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memberikan informasi mengenai profil komitmen organisasi agen pada bidang psikologi khususnya psikologi industri dan organisasi mengenai komitmen yang dimiliki oleh para agen asuransi

2. Memperoleh informasi tambahan bagi bidang Psikologi Industri dan Organisasi mengenai komitmen organisasi pada agen asuransi.


(20)

11

3. Memberikan informasi tambahan kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti profil komitmen organisasi dan mendorong dikembangkannya penelitian yang berhubungan dengan hal ters

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi mengenai profil komitmen organisasi pimpinan perusahaan dalam hal ini adalah PT “X” mengenai komitmen yang dimiliki oleh agen yang bekerja di perusahaan tersebut sebagai agen asuransi.

2. Memberikan informasi mengenai profil komitmen organisasi kepada agen asuransi di PT “X” sehingga dapat dijadikan bahan evaluatif bagi setiap agen untuk meningkatkan komitmen organisasi yang nantinya akan bermanfaat pada pencapaian tujuan perusahaan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Asuransi adalah perjanjian di mana penanggung membuat ikatan dengan tertanggung dengan menerima sejumlah premi untuk memberikan suatu penggantian kepada tertanggung atas suatu risiko kerugian, kerusakan, atau kehilangan yang mungkin akan dialami akibat peristiwa yang tidak terduga.

Di dalam perusahaan asuransi tersebut dibutuhkan agen yang bekerja didalamnya. Agen asuransi itu sendiri duta perusahaan yang mewakili perusahaan untuk menyampaikan produk yang dapat dipasarkan dalam pemenuhan kebutuhan nasabah / calon nasabah. Job description dari agen itu sendiri adalah mempelajari kebutuhan calon nasabahnya menawarkan secara jelas dan lengkap bagaimana


(21)

12

produk asuransi bisa berfungsi baik fitur, manfaat dan syarat syarat yang berlaku didalamnya mengisi surat pengajuan asuransi jiwa (SPAJ) secara lengkap dan jelas, menyerahkan polis apabila telah selsesai pada nasabah.

Adapun pemasalahan yang mereka hadapi dimana mereka bertugas untuk bertemu langsung dengan calon nasabah yang baru, harus mampu menyakinkan calon nasabah yang baru untuk mau menabung di perusahaan tersebut, merencanakan keuangan jangka panjang sesuai dengan kebutuhan masing – masing dari para calon nasabah, dan juga para agen harus memiliki kemampuan dalam menjelaskan produk asuransi jiwa dengan baik dan jelas sehingga bisa terjadi salah komunikasi dan kesalahpahaman antara agen dengan calon nasabah, sulitnya menyakinkan para calon nasabah untuk menanamkan uang diperusahaan asuransi, dan masih memandang perusahaan asuransi secara negatif apalagi jika calon nasabah tersebut sudah banyak mendengar berbagai cerita yang kurang menyenangkan tentang asuransi. Apabila sudah mendapatkan nasabah tugas mereka selanjutnya adalah membuat claim sewaktu – waktu nasabah membutuhkannya, seperti jika mengalami kecelakaan atau sakit yang membutuhkan perawatan dirumah sakit sesuai jumlah premi yang dibayarkan nasabah.

Dengan banyaknya tuntutan dari perusahaan, dibutuhkan komitmen organisasi dari setiap agen asuransi untuk dapat menyelesaikan tanggung jawabnya. Komitmen menurut Meyer & Allen (1997) merujuk pada suatu keterikatan psikologis tertentu yang merupakan karakteristik hubungan anggota dengan organisasinya dan mempunyai implikasi terhadap keputusan yang diambil


(22)

13

untuk terus menjadi anggota organisasi. Meyer & Allen (1997) menyatakan bahwa di dalam komitmen secara umum mencerminkan hubungan antara karyawan dengan perusahaan, dan hal itu mempunyai implikasi bagi karyawan untuk memutuskan tetap berkeinginan menjadi anggota, dan ini memungkinkan bagi karyawan untuk tetap tinggal bersama-sama dalam perusahaan. Komitmen organisasi mengandung pengertian sebagai sesuatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif terhadap perusahaan, dengan kata lain komitmen menyiratkan hubungan karyawan dengan perusahaan secara aktif. Karyawan yang menunjukkan komitmen pada perusahaan, memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab untuk menyokong kesejahteraan dan keberhasilan perusahaan.

Meyer & Allen (1997) membedakan komitmen organisasi atas tiga aspek, yaitu Affective commitment, Continuance commitment dan Normative

commitment.

Affective commitment adalah ikatan yang berasal dari keterikatan emosional

anggota pada organisasinya. Continuance commitment adalah tidak adanya alternatif pilihan kecuali tetap bertahan dalam organisasi, karena jika tidak, maka agen akan mengalami kerugian (side bets) yang akan dialaminya jika meninggalkan organisasi. Normative commitment adalah keyakinan seseorang untuk bertanggung jawab dan merasa wajib untuk tetap bertahan dalam organisasi.

Meyer & Allen (1997) berpendapat bahwa setiap komponenmemiliki dasar yang berbeda. Agen yang memiliki affective commitment akan tetap berada pada


(23)

14

perusahaan karena mereka menginginkannya (want to), mereka ingin melakukan sesuatu yang berarti. Agen dengan komponenaffective commitment tinggi, masih tetap bergabung dengan perusahaan karena keinginan untuk tetap menjadi anggota, dan aktif ikut serta dalam kegiatan – kegiatan organisasi dalam rangka menunjukkan kesenangannya sebagai agen. Para agen di PT “X” menunjukkan upaya yang kerasa agar mampu memenuhi target kerjanya atau bahkan melebihi target yang diberikan, karena mereka merasa pekerjaannya menyenangkan. Target kerja yang diberikan perusahaan pada tiap agen adalah mendapatkan enam orang nasabah dalam waktu satu tahun. Bagi agen dengan affective commitment yang tinggi mereka akan selalu berusaha mendapatkan jumlah nasabah yang jauh melebihi target kerja tersebut. Mereka juga tidak pernah absen dalam mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dan mereka memiliki keterikatan secara emosional dengan perusahaan dan pekerjaan sehingga akan selalu melakukan yang terbaik bagi perusahaan.

Agen yang memiliki continuance commitment akan bertahan dalam perusahaan karena mereka membutuhkannya (need to) serta tidak mempunyai pilihan pekerjaan lain. Sementara itu agen dengan komponen Continuance

commitment tinggi, akan tetap bergabung dengan perusahaan karena mereka

memang membutuhkannya. Para agen di PT “X” dengan continuance commitment

yang tinggi akan bertahan bekerja sebagai agen asuransi karena mereka membutuhkannya (need) meskipun kurang menyukai pekerjaan tersebut. Para agen akan mempertahankan pekerjaannya sebagai agen karena membutuhkan penghasilan guna membantu perekonomian dan memenuhi kebutuhan sehari –


(24)

15

hari. Bertahannya agen asuransi lebih didasari atas ketakutan akan mengalami kerugian jika meninggalkan pekerjaannya tersebut. Misalnya tidak mendapatkan gaji dan bonus yang dapat berakibat turunnya perekonomian keluarga.

Agen dengan normative commitment mengarah pada kewajiban untuk tetap berada dalam pekerjaannya dan setia berada di perusahaan. Agen yang memiliki komponen Normative commitment tinggi, tetap menjadi anggota perusahaan karena mereka harus melakukannya Hal tersebut dilakukan karena para agen tersebut merasa bahwa perilaku mereka dapat menujukkan loyalitas mereka terhadap perusahaan.

Agen yang memiliki komitmen yang tinggi menunjukkan perilaku seperti keinginan untuk bertahan di dalam organisasi, turut serta dalam kegiatan, tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan pekerjaan. Agen yang memiliki komitmen rendah akan menunjukkan perilaku yang sebaliknya seperti memiliki alasan untuk keluar bila perusahaan tidak memberikan keuntungan, memiliki semangat kerja yang rendah, tidak bersedia ikut kegiatan yang diadakan oleh perusahaan , dan memiliki tanggung jawab yang rendah terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Meyer & Allen (1997) menambahkan, bahwa setiap individu memiliki derajat komponenkomitmen yang bervariasi. Setiap komponenkomitmen yang dimiliki seseorang, berkembang sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman yang berbeda serta memiliki implikasi berbeda pada tingkah laku dalam bekerja. Sebagai contoh, agen yang memiliki komitmen yang tinggi maka ia akan merasa bahwa dirinya memiliki kelekatan perasaaan yang kuat terhadap perusahaannya


(25)

16

(affective) sehingga agen tersebut merasa memiliki kewajiban untuk mengembangkan dirinya sebagai bentuk rasa tanggung jawab dirinya terhadap perusahaan (normative) dan akhirnya agen tersebut menyadari bahwa dirinya tersebut harus bertahan dan tetap bekerja di dalam perusahaa (continuence), hal tersebut bisa saja dipengaruhi oleh lamanya bekerja ataupun agen tersebut merasa bahwa hubungan dirinya baik dengan perusahaan maupun rekan kerjanya sangat baik dan nyaman.

Di samping itu pula, agen bisa saja memiliki komitmen yang rendah. Agen bisa saja kurang senang terhadap pekerjaannya di dalam perusahaan (affective) sehingga dirinya merasa tidak perlu mengerjakan kewajiban – kewajiban yang lebih bagi perusahaannya (normative) dan pada akhinya keinginan untuk tetap bertahan dalam perusahaan pun sedikit berkurang dan berusaha untuk mencari perusahaan lain (continuance), hal tersebut bisa saja dipengaruhi oleh tantangan pekerjaan yang menurutnya kurang menantang ataupun kurang bervariasinya jenis pekerjaan yang dilakukan.

Ada pun agen di PT ”X” yang memiliki kemauan (affective), kebutuhan

(continuance) dan kewajiban (normative) untuk bertahan dalam perusahaan namun memiliki ukuran yang berbeda-beda. Dengan adanya variasi ukuran dalam komponen komitmen ini, maka dapat diketahui derajat komitmen organsisasi yang dimiliki seorang agen terhadap organisasinya.

Pada dasarnya ketiga komponen tersebut ada dalam setiap agen dengan derajat yang berbeda. Perbedaan derajat tersebut yang akan memunculkan profil


(26)

17

komitmen pada agen tersebut. Ketiga komponen tersebut akan memunculkan delapan profil komitmen organisasi.

Profil 1 affective normative continuance rendah. Artinya agen tidak menyukai keanggotaanya di perusahaan, merasa tidak memiliki kewajiban untuk memajukan perusahaan dan kebutuhannya tidak terpenuhi. Profil 2 affective continuance rendah dan normative tinggi. Artinya agen tidak menyukai kenggotaannya di perusahaan dan kebutuhannya tidak terpenuhi namun merasa memiliki kewajiban untuk memajukan perusahaan, Profil 3 affective normative rendah dan

continuance tinggi. Artinya agen tidak menyukai keanggotaannya di perusahaan

dan tidak merasa memiliki kewajiban untuk memajukan perusahaan meskipun kebutuhannya terpenuhi.

Profil 4 affective rendah, normative dan continuance tinggi. Artinya agen tidak menyukai keanggotaa di perusahaan namun merasa memiliki kewajiban untuk memajukan perusahaan dan kebutuhannya terpenuhi. Profil 5 affective tinggi continuance dan normative rendah. Artinya agen menyukai keanggotaannya di perusahaan namun tidak memiliki kewajiban untuk memajukan perusahaan dan merasa kebutuhannya tidak tercukupi. Profil 6

affective dan normative tinggi , continuance rendah. Artinya agen menyukai

keanggotaannya di perusahaan dan memiliki kewajiban untuk memajukan perusahaan namun kebutuhannya tidak terpenuhi.

. Profil 7 affective dan continuance yang tinggi normative rendah. Artinya agen menyukai keanggotaannya di perusahaan dan kebutuhannya terpenuhi tetapi tidak merasa memilki kewajiban untuk memajukan perusahaan. Profil 8 terdiri


(27)

18

dari affective, continuance dan normative tinggi. Artinya para agen tersebut menyukai keanggotaannya di perusahaan, memiliki kewajiban untuk memajukan perusahaan dan merasa kebutuhannya tercukupi.

Ketiga komponen komitmen yang sudah diuraikan di atas dipengaruhi kerja para agen yang nanti berperan dalam pencapaian target mereka. Apabila perpaduan ketiga komponen tersebut mampu membuat para agen bekerja dengan lebih giat, maka target kerja yang diberikan oleh perusahaan kepada mereka dapat selalu tercapai. Terkait dengan komitmen organisasi di antaranya adalah, karakteristik individu (usia, lama kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan), karakteristik pekerjaan (job design, variasi, tantangan tugas), dan pengalaman kerja (fasilitas, imbalan).

Adapun yang termasuk dalam karakteristik pribadi adalah usia, masa kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin, serta status marital. Usia menunjukkan catatan biografis lamanya masa hidup agen yang digolongkan dalam dua dimensi yakni usia yang lebih tua dan usia yang lebih muda. Dengan bertambahnya usia seseorang akan membuat seseorang tersebut sulit mendapatkan pekerjaan yang diinginkan dibandingkan dengan yang masih usia muda. Lama kerja merupakan lamanya agen bekerja atau menjabat suatu posisi dalam organisasi. Pada umumnya seseorang dengan lama kerja cukup lama akan memiliki normative

commitment yang lebih tinggi dibandingkan dengan agen yang masa kerja belum

terlalu lama. Jenis kelamin memiliki pengaruh dalam menentukan komitmen organisasi. Status marital berkaitan dengan tanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan hidup pasangan dan anak-anaknya, sehingga agen di PT ”X” yang


(28)

19

telah menikah menunjukkan komitmen yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan yang tinggi memberi peluang yang lebih besar untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, sehingga agen di PT ”X” yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung menunjukkan komitmen terhadap organisasi. (Meyer & Allen, 1997).

Tingkat pendidikan (Lee, dalam Meyer & Allen, 1997), usia dan lama kerja (Ferris & Aranya, dalam Meyer & Allen, 1997) berpengaruh terhadap

Continuance commitment. Semakin tinggi pendidikan maka akan semakin tinggi Continuance commitment, dan semakin tua usia serta lama kerja seorang agen,

maka Continuance commitment semakin tinggi karena kesempatan seorang agen untuk berpindah organisasi semakin kecil.

Selain itu ditemukan pula bahwa pengalaman kerja yang menyenangkan dan kepuasan kerja memiliki korelasi positif dengan normative commitment. Semakin tinggi kepuasan kerja seorang agen maka akan semakin tinggi pula Normative

commitment agen tersebut. Karakteristik pekerjaan adalah tantangan dalam

bekerja, yaitu sejauh mana pekerjaannya menunjukkan kreatifitas, membutuhkan tanggung jawab (Dorstein & Matalon, 1989, Meyer & Allen, 1997). Agen yang merasa pekerjaannya memiliki tantangan akan mempersepsikan pekerjaannya sebagai pekerjaan yang menarik. Ketertarikan untuk mengatasi tantangan tersebut, akan membuat agen memiliki komitmen organisasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan agen yang menggangap bahwa pekerjaannya tidak memiliki tantangan. Oleh karena itu agen yang merasa pekerjaannya memiliki tantangan akan memiliki keinginan untuk melakukan inovasi sebagai bentuk perubahan dari kreativitas. Agen yang merasa bahwa pekerjaannya menantang dan memiliki


(29)

20

affective commitment yang lebih tinggi dibandingkan dengan agen yang merasa

pekerjaannya monoton. Adanya variasi membuat agen tidak menjadi jenuh dalam mengerjakan tugasnya. Agen yang menggangap pekerjaannya memiliki variasi tidak mudah jenuh dan dan memiliki ide – ide dalam mencari nasabah. Kepuasan kerja adalah sejauh mana agen tersebut merasa senang dan dihargai pekerjaannya oleh organisasi. Oleh karena itu agen yang merasa puas terhadap perusahaan akan memperkuat komitmennya terhadap perusahaan tersebut. Hal tersebut akan membuat agen tidak tertarik untuk bekerja dibidang yang lain dan tetap bekerja di perusahaan tersebut.

Sedangkan yang termasuk dalam pengalaman kerja adalah sejauh mana agen merasa dihargai dan dibutuhkan. Semakin agen merasa dihargai atau dibutuhkan maka komitmennya juga akan semakin kuat. Bagaimana persepsinya mengenai gaji atau imbalan ekstrinsik yang diterimanya selain gaji-gaji pokok seperti tunjangan-tunjangan, bonus, insentif dan pensiun. Imbalan ekstrinsik ini dapat menjadi rangsangan bagi agen untuk mempertahankan keanggotaannya (Meyer & Allen, 1997).

Tentunya agen di PT “X” ini memiliki beberapa macam karakteristik seperti usia, lama bekerja, tingkat pendidikan, persepsi mengenai tugas dan pekerjaannya, tingkat otonomi, tantangan tugas, kejelasan peran dan hubungan dengan atasan maupun rekan kerja. Hal ini tentunya akan mempengaruhi profil komitmen agen yang bekerja di PT “X”. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat digambarkan dengan skema kerangka pemikiran sebagai berikut


(30)

21


(31)

22

1.6 Asumsi Penelitian

1. Profil komitmen organisasi dari agen di PT “X” di kota Bandung dipengaruhi oleh faktor karakteristik individu, karakteristik pekerjaan dan pengalaman bekerja.

2. Komitmen organisasi agen dapat dilihat berdasarkan ketiga komponen

affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment.

3. Komitmen agen di PT “X” terhadap perusahaan merupakan keterikatan agen di PT “X” terhadap perusahaan mereka.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan mengenai hasil analisis dan pengolahan data terhadap 31 agen di PT “X” Kota Bandung, beserta saran yang bernilai teoritis dan praktis yang terarah sesuai dengan hasil penelitian.

5.1 Kesimpulan

1. Profil komitmen organisasi yang paling menonjol pada agen di PT “X” dikota Bandung adalah affective commitment tinggi normative commitment tinggi

continuance commitment tinggi yaitu sebesar 41,9% dari jumlah agen yang

ada. Hal ini menggambarkan agen bertahan dikarenakan ikatan emosional terhadap perusahaan , memperhitungkan keuntungan / kerugian yang agen dapatkan di dalam perusahaan dan rasa tanggung jawab agen terhadap perusahaan.

2. Profil komitmen organisasi yang menonjol kedua pada agen di PT “X” di kota Bandung adalah affective commitment rendah normative commitment rendah continuance commitment rendah yaitu sebesar 22,6%. Hal ini menggambarkan tidak ada kecintaan agen terhadap perusahaan dan ikatan secara emosional terhadap perusahaan, tidak ada rasa tanggung jawab terhadap perusahaan, dan tidak memikirkan kerugian apabila agen keluar dari perusahaan.

3. Faktor – faktor yang berpengaruh pada komitmen organisasi pada agen dalam bekerja adalah masa kerja, dimana didalam teori Mayer & Allen (1997)


(33)

67

dikatakan semakin lama masa kerja seseorang semakin tinggi continuance

commitment, tetapi dari hasil yang didapatkan, agen dengan masa kerja

kurang dari 5 tahun memiliki komitmen yang tinggi.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian dapat diajukan beberapa saran yaitu : 5.2.1 Saran Teoritis

1. Disarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut apakah faktor – faktor seperti karakteristik individu, karakteristik pekerjaan, dan pengalaman kerja mempengaruhi profil komitmen organisasi para agen, sehingga dalam penelitian selanjutnya dapat diperoleh hasil yang lebih mendalam mengenai profil komitmen organisasi pada agen.

2. Disarankan untuk penelitian lain untuk menambah jumlah sampel agen dalam meneliti komitmen organisasi pada agen, sehingga hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi umum.

3. Disarankan untuk penelitian lain untuk melihat apakah ada hubungan antara komitmen organisasi agen dengan kinerja agen di dalam perusahaan.

5.2.2 Saran Praktis :

1. Disarankan kepada pimpinan PT “X” di kota Bandung memberikan training

yang lebih kepada setiap agen, khususnya agen – agen yang mendapatkan kendala dalam mencapai target yang sudah ditetapkan oleh perusahaan, guna memotivasi agen dalam mencari nasabah. Hal itu juga akan membuat agen mendapatkan komisi yang lebih banyak serta bonus – bonus yang diberikan oleh perusahaan sehingga akan membuat agen bertahan di dalam perusahaan.


(34)

68

2. Disarankan kepada Pimpinan PT “X” di kota Bandung agar mengadakan kegiatan – kegiatan bulanan atau tahunan secara rutin, yang dapat membangun rasa keterikatan agen terhadap perusahaan. Hal ini membuat para agen akan ikut berperan aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan dan juga akan membuat para agen merasa lebih terikat dan memiliki ikatan rasa memiliki terhadap perusahaan.


(35)

69 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing, Design, Analysis and Use. USA: Allyn & Bacon A Simon & Schuster Company.

Gulo, W. 2002. Metedologi Penelitian. Jakarta : Grasindo

Kaplan, Robert M. Dan Dennis P Saccuzzo. 2005. Psychological Testing : Principles, Applications, and Issues (Sixth Edition). Belmont: Thomson Wadsworth.

Meyer, J.P and Allen 1997. Commitment in the Workplace : Theory, Reserch,

and Appliatication.Inc. United State of America : Saga Publication

Nazir, Ph.D, Moh. Metedologi Penelitian 2009. Jakarta : Ghalia Indonesia

Santrock, John W.2002. Life – Span Development Fifth edition. Jakarta : Erlangga


(36)

DAFTAR RUJUKAN Buku Panduan PRU Fast start

Asuransi. 2014. Pengertian Asuransi, Profil dan Sejarahnya

(http://tripakarta.co.id/new/profil/sejarah-dan-pengertian-dasar-asuransi diakses tanggal 10 agustus 2013)

Profil Peusahaan. 2010. Profil Perusahaan

(http://pruagentregina.com/2010/11/profil-perusahaan.html diakses tanggal 23 november 2013)

Asuransi Jiwa. 2008. Jenis asuransi

(http://erikaja.wordpress.com/2008/04/29/asuransi-jiwa/ diakses tanggal agustus 2014)

Asuransi Jiwa. 2013. Pengetahuan Mengenai Asuransi

(http://asuransijiwaku.org/kurangnya-pengetahuan-yang-benar-tentang-asuransi-jiwa/ diakses tanggal 11 oktober 2013)


(1)

22

1.6 Asumsi Penelitian

1. Profil komitmen organisasi dari agen di PT “X” di kota Bandung dipengaruhi oleh faktor karakteristik individu, karakteristik pekerjaan dan pengalaman bekerja.

2. Komitmen organisasi agen dapat dilihat berdasarkan ketiga komponen affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment.

3. Komitmen agen di PT “X” terhadap perusahaan merupakan keterikatan agen di PT “X” terhadap perusahaan mereka.


(2)

66 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan mengenai hasil analisis dan pengolahan data terhadap 31 agen di PT “X” Kota Bandung, beserta saran yang bernilai teoritis dan praktis yang terarah sesuai dengan hasil penelitian.

5.1 Kesimpulan

1. Profil komitmen organisasi yang paling menonjol pada agen di PT “X” dikota Bandung adalah affective commitment tinggi normative commitment tinggi continuance commitment tinggi yaitu sebesar 41,9% dari jumlah agen yang ada. Hal ini menggambarkan agen bertahan dikarenakan ikatan emosional terhadap perusahaan , memperhitungkan keuntungan / kerugian yang agen dapatkan di dalam perusahaan dan rasa tanggung jawab agen terhadap perusahaan.

2. Profil komitmen organisasi yang menonjol kedua pada agen di PT “X” di kota Bandung adalah affective commitment rendah normative commitment rendah continuance commitment rendah yaitu sebesar 22,6%. Hal ini menggambarkan tidak ada kecintaan agen terhadap perusahaan dan ikatan secara emosional terhadap perusahaan, tidak ada rasa tanggung jawab terhadap perusahaan, dan tidak memikirkan kerugian apabila agen keluar dari perusahaan.

3. Faktor – faktor yang berpengaruh pada komitmen organisasi pada agen dalam bekerja adalah masa kerja, dimana didalam teori Mayer & Allen (1997)


(3)

67

dikatakan semakin lama masa kerja seseorang semakin tinggi continuance commitment, tetapi dari hasil yang didapatkan, agen dengan masa kerja kurang dari 5 tahun memiliki komitmen yang tinggi.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian dapat diajukan beberapa saran yaitu : 5.2.1 Saran Teoritis

1. Disarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut apakah faktor – faktor seperti karakteristik individu, karakteristik pekerjaan, dan pengalaman kerja mempengaruhi profil komitmen organisasi para agen, sehingga dalam penelitian selanjutnya dapat diperoleh hasil yang lebih mendalam mengenai profil komitmen organisasi pada agen.

2. Disarankan untuk penelitian lain untuk menambah jumlah sampel agen dalam meneliti komitmen organisasi pada agen, sehingga hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi umum.

3. Disarankan untuk penelitian lain untuk melihat apakah ada hubungan antara komitmen organisasi agen dengan kinerja agen di dalam perusahaan.

5.2.2 Saran Praktis :

1. Disarankan kepada pimpinan PT “X” di kota Bandung memberikan training yang lebih kepada setiap agen, khususnya agen – agen yang mendapatkan kendala dalam mencapai target yang sudah ditetapkan oleh perusahaan, guna memotivasi agen dalam mencari nasabah. Hal itu juga akan membuat agen mendapatkan komisi yang lebih banyak serta bonus – bonus yang diberikan oleh perusahaan sehingga akan membuat agen bertahan di dalam perusahaan.


(4)

68

Universitas Kristen Maranatha 2. Disarankan kepada Pimpinan PT “X” di kota Bandung agar mengadakan

kegiatan – kegiatan bulanan atau tahunan secara rutin, yang dapat membangun rasa keterikatan agen terhadap perusahaan. Hal ini membuat para agen akan ikut berperan aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan dan juga akan membuat para agen merasa lebih terikat dan memiliki ikatan rasa memiliki terhadap perusahaan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing, Design, Analysis and Use. USA: Allyn & Bacon A Simon & Schuster Company.

Gulo, W. 2002. Metedologi Penelitian. Jakarta : Grasindo

Kaplan, Robert M. Dan Dennis P Saccuzzo. 2005. Psychological Testing : Principles, Applications, and Issues (Sixth Edition). Belmont: Thomson Wadsworth.

Meyer, J.P and Allen 1997. Commitment in the Workplace : Theory, Reserch, and Appliatication.Inc. United State of America : Saga Publication

Nazir, Ph.D, Moh. Metedologi Penelitian 2009. Jakarta : Ghalia Indonesia

Santrock, John W.2002. Life – Span Development Fifth edition. Jakarta :


(6)

70 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Buku Panduan PRU Fast start

Asuransi. 2014. Pengertian Asuransi, Profil dan Sejarahnya

(http://tripakarta.co.id/new/profil/sejarah-dan-pengertian-dasar-asuransi diakses tanggal 10 agustus 2013)

Profil Peusahaan. 2010. Profil Perusahaan

(http://pruagentregina.com/2010/11/profil-perusahaan.html diakses tanggal 23 november 2013)

Asuransi Jiwa. 2008. Jenis asuransi

(http://erikaja.wordpress.com/2008/04/29/asuransi-jiwa/ diakses tanggal agustus 2014)

Asuransi Jiwa. 2013. Pengetahuan Mengenai Asuransi

(http://asuransijiwaku.org/kurangnya-pengetahuan-yang-benar-tentang-asuransi-jiwa/ diakses tanggal 11 oktober 2013)