Studi Deskriptif Mengenai Profil Komitmen Organisasi Pada Karyawan Sales di Perusahaan 'X' Kota Bandung.

(1)

city of Bandung, which is based on affective commitment, continuance commitment, and normative commitment. The population in this study were all employees of the sales company 'X' in the city of Bandung.

Measuring tool used to measure organizational commitment variable is the modification of the OCQ (Organizational Commitment Questionare) by Meyer and Allen (1996) consisting of 18 item. The validity of the construct validity of the formula based on Spearman correlation, to measure organizational commitment were in the range from 0.322 to 0.813. Reliability based on Alpha Cronbach, to measure affective component of organizational commitment 0.573, 0.785 continuance, and normative 0.607.

The results showed sales by 5 people (22.72%) had one commitment profiles, profiles have committed 7 (0%) no. This is related to age and length of service were less supportive.

Scientific advice from the researchers is to develop the next research studies related to organizational commitment. Practical advice to sales researchers who have low affective commitment, so that HR can pay more attention to more like giving encouragement and motivation to sales was noted by the company, so expect sales to increase its commitment to the company.


(2)

sales perusahaan ‘X’ kota Bandung yang dilandasi oleh affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment. Populasi pada penelitian ini

adalah semua karyawan sales perusahaan ‘X’ di kota Bandung.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel komitmen organisasi adalah modifikasi dari OCQ (Organizational Commitment Questionare) oleh Meyer & Allen (1996) yang terdiri dari 18 item. Validitas berdasarkan construct validity dengan rumus korelasi spearman, untuk alat ukur komitmen organisasi berada pada rentang 0,322-0,813. Reliabilitas berdasarkan Alpha Cronbach, untuk alat ukur komitmen organisasi komponen affective 0,573, continuance 0,785, dan normative 0,607.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 5 orang sales (22,72%) memiliki profil komitmen 1, yang memiliki profil komitmen 7 (0%) tidak ada. Hal ini berkaitan dengan faktor usia dan masa kerja yang kurang mendukung.

Saran ilmiah dari peneliti adalah agar penelitian berikutnya mengembangkan penelitian yang berhubungan dengan komitmen organisasi. Saran praktis peneliti kepada sales yang memiliki affective commitment rendah,agar HRD dapat lebih memperhatikan lebih seperti memberikan dorongan dan motivasi agar sales merasa diperhatikan oleh perusahaan, sehingga diharapkan sales dapat meningkatkan komitmennya terhadap perusahaan.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah... 1

1.2 Identifikasi masalah... 7

1.3 Maksud dan tujuan penelitian 1.3.1 Maksud penelitian... 7

1.3.2 Tujuan penelitian... 7

1.4 Kegunaan penelitian 1.4.1 Kegunaan teoritis... 7

1.4.2 Kegunaan praktis... 8

1.5 Kerangka pemikiran... 8

1.6 Asumsi penelitian... 20 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komitmen terhadap organisasi


(4)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian ……… 29

3.2 Variabel penelitian dan definisi operasional 3.2.1 Variabel penelitian ……… 29

3.2.2 Definisi operasional ………... 29

3.3 Alat ukur 3.3.1 Kuesioner....………... 30

3.3.2 Data pribadi dan data penunjang………... 32

3.3.2.1 Data pribadi………....` 32

3.3.2.2 Data penunjang... 32

3.4 Uji coba alat ukur 3.4.1 Validitas alat ukur ………. 32

3.4.2 Reliabilitas alat ukur ………. 33

3.5 Populasi sasaran, karakteristik populasi dan teknik Penarikan sampel 3.5.1 Populasi sasaran ……… 34


(5)

4.1 Gambaran responden... 37

4.1.1 Berdasarkan Usia... 37

4.1.2 Bedasarkan Jenis kelamin... 37

4.1.3 Berdasarkan Lama kerja... 38

4.1.4 Berdasarkan Tingkat pendidikan... 38

4.2 Hasil Penelitian... 39

4.2.1 Berdasarkan Profil komitmen... 39

4.3 Pembahasan... 40

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 48

5.2 Saran... 49

5.2.1. Saran Ilmiah... 49

5.2.2 Saran Praktis... 49

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi dan perdagangan bebas seperti sekarang ini, semua perusahaan dituntut untuk dapat bersaing. Hal ini dikarenakan pertumbuhan yang pesat di segala bidang usaha di seluruh dunia, sehingga perusahaan-perusahaan harus mampu melakukan kegiatan usahanya dengan lebih baik dan mampu mengoptimalkan sumber daya-sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya – sumber daya ini sangatlah penting dan menentukan kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing dan terus mengembangkan usahanya. Salah satu sumber daya yang penting dan harus dimiliki perusahaan adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah aset utama perusahaan yang selalu berperan aktif dalam setiap kegiatan organisasi baik sebagai perencana, pelaksana, dan bahkan sebagai penentu terwujudnya tujuan perusahaan.

Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jasa maupun yang bergerak di bidang pemasaran dan pendistribusian barang sangatlah bergantung pada karyawannya yang langsung terjun ke tengah-tengah masyarakat, karena dari mereka inilah masyarakat luas mengenal produk yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Karyawan-karyawan ini adalah para salesman, yaitu orang yang menjual produk atau jasa melalui kontak langsung dengan pelanggan. Tugasnya adalah menawarkan produk dengan cara melakukan pendekatan pada konsumen guna meraih hasil yang diharapkan. Pada banyak perusahaan, salesman menjadi


(7)

kekuatan penting yang menjadikan produk laris di pasaran, oleh karena itu pekerjaan seorang salesman bukanlah pekerjaan yang mudah walaupun itu bukan posisi yang tinggi di perusahaan. Seorang salesman biasanya mempunyai tuntutan kerja yang cukup tinggi karena perusahaan mematok target yang harus di penuhinya.

Perusahaan ’X’ ini bergerak di bidang penjualan mobil yang telah berdiri sejak tahun 1989. Pada tahun tersebut perusahaan ini belum dikenal masyarakat luas, berbeda halnya dengan tahun 1990. Perusahaan ini memiliki karyawan di berbagai unit kerja, salah satunya adalah sales. Perusahaan ini memberikan fasilitas kepada karyawan salesnya, berupa voucher pulsa untuk menelepon konsumennya. Selain itu para sales pun mendapat mobil atau motor untuk dipakai bila sekali waktu dibutuhkan. Dengan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan, diharapkan akan mempermudah pekerjaan mereka, dan mereka dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.

Apabila para salesman di perusahaan ini mengalami kendala dalam pekerjaannya dan kurang mampu mencapai target yang ditetapkan perusahaan, maka para salesman di perusahaan ini akan di bimbing oleh supervisor mereka dan juga konsultasi kepada supervisor atau manajer. Dalam satu group terdapat enam orang sales, yang tiap groupnya memiliki satu orang supervisor, supervisor membimbing sales-sales yang baru agar bisa mendapatkan konsumen dan melakukan penjualan dengan baik. Setiap unit mobil yang terjual memiliki insentif tersendiri, apabila salesman dapat menjual produk maka sales tersebut akan mendapat gaji insentif mereka, tetapi bila mereka tidak dapat menjual maka


(8)

mereka hanya mendapat gaji pokok saja. Hal ini lah yang akan merangsang para

salesman untuk mengejar target yang telah ditentukan oleh perusahaan.

Tugas sales bukanlah hal yang mudah, karena mereka dituntut untuk dapat menjual produk perusahaan dengan target tertentu dalam kurun waktu tertentu. Dengan begitu dibutuhkan keterampilan untuk meyakinkan orang lain dan juga kegigihan untuk mencari pelanggan.

Menurut HRD di perusahaan ini, tugas salesman adalah menjual produk diperusahaan, menciptakan citra yang positif di depan konsumen dengan cara memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan konsumen, memiliki cara tertentu yang menarik konsumen saat menawarkan produk. Untuk itu, dibutuhkan orang-orang yang mempunyai mental yang kuat serta kemampuan salesmanship yang baik agar dapat menjadi sales yang berhasil.

Target yang diberikan oleh perusahaan kepada sales untuk penjualan produknya yaitu 3 unit mobil perbulan. Untuk menjadi seorang sales tidak cukup hanya orang yang pandai saja, tetapi dibutuhkan komitmen yang kuat terhadap perusahaan, agar dapat memberikan hasil terbaik bagi perusahaan. Karyawan yang memiliki suatu komitmen, akan bekerja secara total, mencurahkan perhatian, pikiran, tenaga, dan waktunya, ia mengerjakan apa yang diharapkan perusahaan (http://www.psikologizone.com/komitmen-kerja).

Komitmen kerja karyawan terhadap perusahaannya dibutuhkan untuk melaksanakan aktifitas pelayanan yang baik kepada masyarakat. Menurut Mowday & Steers, setiap karyawan dapat memiliki penghayatan yang beragam terhadap perusahaan tempatnya bekerja yang ditampilkan dalam bentuk sikap dan


(9)

perilaku yang mencerminkan komitmen terhadap organisasi atau perusahaan tempat karyawan bekerja. Menurut Meyer & Allen (1991), komitmen adalah unsur psikologis yang menunjukkan karakteristik relasi antara pekerja dengan organisasi dan implikasi pekerja untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Komitmen tersebut dibagi ke dalam tiga komponen, yaitu : affective

commitment , continuance commitment dan normative commitment.

Menurut Meyer & Allen (1997) kepedulian karyawan terhadap masa depan perusahaan mendorong tenaga kerja untuk siap berkorban demi organisasi dengan menyediakan waktu, tenaga, energi terhadap pencapaian tujuan atau target perusahaan karena adanya perasaan telah menjadi bagian dalam perusahaan tersebut (Affective Commitment). Karyawan yang bertahan dalam perusahaan karena akan mengalami kerugian jika keluar dari perusahaan (Continuance

Commitment). Karyawan merasa wajib untuk menjalankan tanggung jawabnya

dalam perusahaan (Normative Continuance).

Karyawan yang memiliki affective commitment tinggi adalah seseorang yang memiliki suatu ikatan emosional yang kuat terhadap perusahaan dan memiliki keterlibatan aktif dengan kegiatan yang ada dalam perusahaan. Pada karyawan yang memiliki affective commitment rendah, tidak memiliki suatu hubungan emosional yang kuat dengan perusahaan dan kurang mau terlibat di dalam setiap kegiatan perusahaan.

Karyawan yang memiliki continuance commitment yang tinggi, menyadari bahwa dengan pekerjaannya saat ini, karyawan akan mengalami kerugian jika meninggalkan perusahaan. Pada karyawan yang memiliki


(10)

continuance commitment yang rendah akan merasa tidak rugi ketika harus

meninggalkan perusahaan, apalagi karyawan tersebut mendapatkan tawaran pekerjaan yang menarik diluar perusahaan.

Karyawan yang memiliki normative commitment yang tinggi akan merasa wajib menjalankan tanggung jawabnya di perusahaan sebagai bentuk dari nilai moral yang dipegang oleh karyawan tersebut. Pada karyawan yang memiliki

normative commitment yang rendah akan merasa tidak memiliki kewajiban untuk

menjalankan tanggung jawabnya di perusahaan.

Berdasarkan HRD di perusahaan ini terjadi turn over yang cukup tinggi, dalam satu bulan bisa ada satu orang yang ke luar. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya jarang sekali bahkan tidak ada salesman yang ke luar dari perusahaan ini. Hal ini dikarenakan para salesman tersebut tidak dapat mencapai target dalam masa kerja tiga bulan. Selain tidak dapat mencapai target yang ditetapkan perusahaan, ada juga sales yang ke luar dari perusahaan karena mendapatkan tawaran pekerjaan dari perusahaan lain, ada juga salesman yang ke luar dari pekerjaan karena tidak menyukai pekerjaannya dan juga jenuh dengan pekerjaannya. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan pencapaian target pemasaran yang telah ditentukan perusahaan sehingga menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Perilaku sehari-hari komitmen karyawan merupakan suatu hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Komitmen karyawan dapat dilihat dari keinginan dan rasa bangga dari karyawan menjadi bagian dari organisasi dan tidak ingin meninggalkan perusahaan. Selain itu karyawan juga memiliki kepedulian yang


(11)

besar terhadap organisasi dan menampilkan keaktifan yang tinggi dalam setiap aktifitas yang diadakan organisasi.

Berdasarkan hasil wawancara kepada 10 orang sales, 2 orang sales ( 20% ) mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka dapatkan di perusahaan ini merupakan tugas dan tangung jawab yang harus mereka kerjakan dan mereka menyenangi keanggotaannya dalam perusahaan, namun bila ada tawaran pekerjaan lain yang lebih baik mereka dapat saja keluar dari perusahaan. Sebanyak 4 orang sales ( 40% ) mengatakan bahwa mereka kurang menyenangi keberadaanya di perusahaan, namun tetap bertahan dalam perusahaannya karena merasa rugi apabila meninggalkan perusahaan dan tetap memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaannya. Sebanyak 4 orang sales ( 40% ) lainnya mengatakan bahwa mereka tetap bertahan dalam perusahaan karena adanya perasaan betah dan telah bekerja cukup lama di perusahaan, menyenangi pekerjaan yang diberikan perusahaan, adanya kepedulian yang besar terhadap majunya perusahaan dengan pencapaian target yang ditetapkan atau melebihi target, merasa bangga jika menyebutkan dirinya sebagai salah satu sales di perusahaan ”X”, dan tidak ingin meninggalkan perusahaan walaupun gaji yang diterima dirasakan belum cukup bagi mereka. Berdasarkan fenomena-fenomena di atas peneliti tertarik untuk meneliti profil komitmen organisasi pada sales di perusahaan ’X’ kota Bandung.


(12)

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimana profil komitmen yang dimiliki oleh sales perusahaan ”X” di Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran umum profil Organizational Commitment yang dimiliki sales perusahaan ”X” di Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana gambaran profil komponen Organizational

Commitment yang dimiliki sales perusahaan ”X” di Bandung yang dilandasi oleh Affective Commitment, Continuance commitment, dan

Normative Commitment.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberikan informasi tambahan kepada bidang psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi mengenai

Organizational Commitment karyawan terhadap perusahaan.

2. Memberikan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik yang serupa dan mendorong dikembangkannya penelitian yang berhubungan dengan komitmen.


(13)

1.4.2 Kegunaan Praktis

1) Memberikan informasi kepada karyawan oleh supervisor sales melalui HRD mengenai profil komitmen yang dimiliki setiap karyawan terhadap perusahaan, sehingga setiap karyawan dapat mengetahui apa saja yang harus diperbaiki dalam dirinya untuk lebih meningkatkan komitmennya terhadap diri sendiri maupun perusahaan.

2) Memberikan informasi kepada para supervisor sales melalui HRD perusahaan ‘X’ mengenai profil komitmen organisasi yang dimiliki

sales terhadap perusahaan, sehingga perusahaan dapat meningkatkan

pembentukan komitmen bagi karyawannya, sehingga komitmen karyawan terhadap perusahaan diharapkan semakin meningkat juga, dengan begitu dapat lebih menguntungkan perusahaan.

1.5. Kerangka Pemikiran

Karyawan sales perusahaan ‘X’ berusia antara 21-54 tahun, yaitu pada masa perkembangan dewasa awal dan masa setengah baya (Hurlock, 1996). Menurut Piaget, tahap perkembangan kognitif pada masa ini adalah tahap operasional formal, diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.

Perusahaan ’X’ adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa otomotif dan merupakan salah satu agen resmi dari perusahaan ‘Y’ untuk daerah Bandung dan sekitarnya. Perusahaan ini memiliki karyawan di berbagai unit kerja, salah satunya adalah sales. Sales di perusahaan ’X’ mendapat kejelasan tugasnya,


(14)

mengetahui tujuan perusahaan yang harus dikerjakannya. Sales mendapatkan imbalan bonus setelah mampu mencapai target dalam 3 bulan dan tersedianya fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam bekerja seperti uang makan siang, bonus pemasaran jika mampu mencapai target pemasaran dalam waktu 3 bulan, voucher pulsa untuk menelepon konsumennya, mobil atau motor untuk dipakai bila sekali waktu dibutuhkan. Hal-hal tersebut diharapkan dapat memberikan unjuk kerja yang optimal dari para salesnya dan adanya komitmen terhadap organisasi yang tinggi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di perusahaan.

Menurut Meyer & Allen (1997) komitmen terhadap organisasi adalah keadaan psikologis yang menentukan karakteristik hubungan karyawan dengan organisasi dan terkait dengan keputusan mempertahankan keanggotaan dalam organisasi. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komitmen karyawan di dalam organisasi yaitu karakteristik pribadi (usia, lama bekerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan), karakteristik pekerjaan (tantangan tugas), dan kepuasan kerja (fasilitas dan imbalan). Karakteristik pribadi adalah usia, masa kerja, tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Karakteristik ini berhubungan dengan

Continuance Commitment (Allutto, Hrebiniak & Alonso, 1973 dalam Meyer &

Allen, 1997).

Pada pencapaian usia yang semakin tua alternatif pilihan kerja yang bisa didapatkannya sudah semakin sedikit sehingga setelah mendapatkan pekerjaan tertentu, orang dengan usianya yang lebih tua akan lebih mempertahankan keanggotaannya dalam pekerjaannya dan lebih berusaha untuk lebih menunjukkan


(15)

unjuk kerja yang lebih baik pada pekerjaannya saat ini sehingga orang yang lebih tua usianya memiliki Continuance Commitment yang lebih dominan.

Orang yang telah memiliki masa kerja yang sudah berjalan lama akan mendapatkan pengalaman-pengalaman dalam menjalankan pekerjaannya, melewati proses pembelajaran hingga mampu melakukan pencapaian target yang ditentukan oleh perusahaan dan semakin banyaknya penghasilan / reward yang akan didapatkan dalam masa kerjanya yang semakin lama, misalnya dana pensiun yang semakin banyak sehingga juga menunjukkan Continuance Commitment yang dominan.

Berdasarkan jenis kelamin, wanita lebih mau berupaya menjalankan tugasnya sesuai dengan harapan perusahaan dan lebih mudah diatur dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehingga wanita menunjukkan

Continuance Commitment yang kuat. Namun, pada pendidikan, Continuance Commitment akan semakin lemah jika semakin tinggi pendidikannya, hal ini

dikarenakan semakin tinggi pendidikan yang dimiliki seseorang maka ketika ia mendapatkan pekerjaan di tempat kerja tertentu, ia akan memastikan bahwa pekerjaan yang dikerjakannya sesuai dengan pendidikan yang telah ditempuhnya dan dimilikinya. Jika pekerjaannya ternyata terlalu mudah maka ia akan lebih memilih keluar dari pekerjaan tersebut karena ia tidak dapat menyalurkan atau tidak terpakainya ilmu-ilmu pendidikan yang dimilikinya dalam pekerjaannya.

Pada karakteristik pribadi, usia dan lama kerja juga berhubungan dengan

Affective Commitment (Meyer & Allen, 1997). Karyawan dengan usia yang lebih


(16)

ia bekerja, semakin menikmati pekerjaannya, dan lebih mampu mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi tempatnya bekerja sehingga dengan usia yang semakin tua karyawan akan menunjukkan Affective Commitment yang tinggi. Karyawan dengan lamanya masa kerja yang telah dijalaninya dalam pekerjaannya saat ini membuatnya mendapatkan semakin banyak pengalaman kerja, semakin betah, dan semakin kuat ikatan attachment yang terbentuk dengan organisasi tempatnya bekerja sehingga memiliki Affective Commitment yang tinggi.

Bagian dari karakteristik pekerjaan adalah tantangan kerja, yaitu sejauh mana pelaksanaan pekerjaannya dilakukan dengan bertanggung jawab ( Dorstein & Malaton, 1989 dalam Meyer & Allen, 1997). Karakteristik ini berkaitan dengan Normative Commitment (Ashforth & Saks, 1996 dalam Meyer &Allen, 1997). Karyawan yang telah mengetahui tantangan kerjanya atau tuntutan pekerjaannya akan memiliki kesadaran bahwa tantangan kerja yang diberikan merupakan tanggung jawab yang harus dikerjakan dengan benar dan mereka merasa tertantang untuk mengusahakan kemampuan mereka semaksimal mungkin dalam pemenuhan tantangan kerja tersebut. Oleh karena itu, karyawan yang telah mengetahui tantangan kerjanya akan memiliki

Normative Commitment yang tinggi.

Bagian kepuasan kerja mencakup fasilitas dan imbalan. Karakteristik ini berkaitan dengan Continuance Commitment. Imbalan dan fasilitas yang diberikan perusahaan dan dibutuhkan karyawan dalam bekerja dapat menjadi pendorong bagi individu untuk mempertahankan keanggotaannya dalam


(17)

perusahaan. Imbalan yang sepadan dengan pekerjaan yang diberikan akan membuat karyawan tetap bertahan dalam pekerjaannya dan semakin lengkap fasilitas yang diberikan pada karyawan dalam mengerjakan tugas-tugasnya akan membuat mereka semakin tertarik dan semakin mudah melaksanakan pekerjaannya sehingga tetap mempertahankan keanggotaannya dalam pekerjaannya.

Meyer & Allen (1997) mengatakan bahwa Organizational

Commitment merupakan keterikatan karyawan terhadap tempat ia bekerja.

Terdapat 3 komponen Organizational Commitment, yaitu Affective

Commitment yang merupakan ikatan yang berasal dari keterikatan emosional

karyawan terhadap perusahaannya., Continuance Commitment diartikan sebagai tidak adanya alternatif pilihan kecuali tetap bertahan dalam perusahaan dan karyawan akan mengalami kerugian jika meninggalkan perusahaan, dan Normative Commitment yang merupakan keyakinan seseorang untuk bertanggung jawab dan merasa wajib untuk tetap bertahan dalam perusahaan. Setiap komponen memiliki dasar yang berbeda.

Sales di perusahaan ”X” dengan Affective Commitment, akan tetap

bergabung dengan organisasi karena kemauannya sendiri dan karena menyukai pekerjaannya. Sales perusahaan ”X” yang memiliki Affective

Commitment akan bertahan dalam perusahaan ”X” karena ia memang ingin

melakukan hal tersebut (want). Pada sales yang memiliki Continuance

Commitment akan memilih untuk tetap bertahan di perusahaan karena percaya


(18)

yang memiliki Normative Commitment tetap menjadi anggota organisasi karena merasa wajib melakukannya dan bertanggung jawab untuk menjalankan tugas dan pekerjaannya di dalam perusahaan. Artinya, sales yang memiliki Normative Commitment akan bertahan dalam perusahaan karena merasa memang sudah seharusnya demikian (ought to). Berdasarkan ketiga aspek komitmen tersebut, dapat dihasilkan delapan profil komitmen yang merupakan hasil dari perbedaan derajat setiap aspek yang ada yaitu

affective, continuance, dan normative.

Profil yang pertama merupakan komitmen dengan affective yang tinggi, continuance yang tinggi, serta normative yang tinggi. Sales dengan profil komitmen seperti ini, memiliki perasaan senang terhadap perusahaan dan mau mengikuti meeting yang ada diadakan perusahaan. Hal ini berkaitan juga dengan adanya kesadaran bahwa sales tidak akan mendapatkan gaji atau pekerjaan lain apabila meninggalkan perusahaan tersebut. Kedua komitmen berhubungan juga dengan adanya suatu keyakinan bahwa sales harus terus berada di dalam perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab karyawan tersebut. Profil ini dapat muncul akibat pengaruh karakteristik organisasi dan karakteristik individu yang sesuai dan saling melengkapi. Selain itu, ditunjang juga dengan pengalaman seseorang selama berada dalam perusahaan yang membuatnya semakin yakin dengan keberadaannya dalam perusahaan tersebut.

Profil yang kedua merupakan komitmen dengan affective yang tinggi,


(19)

tetap bertahan di perusahaan karena memiliki perasaan senang terhadap perusahaan dan bersedia untuk meeting yang ada di dalam perusahaan. Sales juga menyadari bahwa dengan pekerjaannya saat ini, akan mengalami kerugian jika meninggalkan perusahaan yaitu tidak mendapatkan gaji atau pekerjaan lain. Namun, dalam menjalankan pekerjaan tersebut bukan sebuah keharusan atau tanggung jawabnya sebagai alasan untuk terus berada dalam perusahaan. Artinya, sales dengan profil seperti ini akan kurang bertanggung jawab dalam melakukan pekerjaannya. Pada profil ini, komitmen lebih dipengaruhi oleh karakteristik individu yang dimiliki ditunjang dengan pengalaman kerja yang telah didapat dianggap dapat saling melengkapi, walaupun karakteristik organisasi tersebut kurang sesuai dengan diri sales.

Profil yang ketiga merupakan komitmen dengan affective yang tinggi,

continuance rendah, serta normative yang tinggi. Profil ini, sales tetap

bertahan di perusahaan karena ia merasa senang terhadap perusahaannya dan bersedia untuk ikut terlibat meeting yang ada di dalamnya. Sales ini juga memiliki suatu keterikatan untuk terus berada dalam suatu perusahaan. Akan tetapi sales ini juga merasa tidak rugi jika harus meninggalkan perusahaan, apalagi sales tersebut mendapatkan tawaran pekerjaan yang menarik diluar perusahaan. Artinya, sales dengan profil seperti ini akan lebih mudah meninggalkan pekerjaan di perusahaan apabila ada tawaran pekerjaan di perusahaan lain yang lebih besar gajinya. Sales dengan profil tersebut bertahan dalam perusahaan lebih dipengaruhi oleh pengalaman kerja yang sebelumnya


(20)

didapat dan karakteristik perusahaan yang menurutnya baik, walaupun hal tersebut kurang sesuai dengan karakteristik pribadinya.

Profil yang keempat merupakan komitmen dengan affective yang tinggi, continuance rendah, serta normative yang rendah. Pada profil ini, sales tetap berada dalam perusahaan semata-mata karena didasari oleh suatu perasaan yang telah terbangun dengan cukup baik dengan perusahaan atau dengan rekan kerja. Hal tersebut membuat sales merasa nyaman dan mau terus terlibat dalam kegiatan yang ada di perusahaan, walaupun merasa tidak akan mengalami kerugian finansial jika meninggalkan perusahaan. Sales juga tidak memiliki suatu keharusan di dalam dirinya untuk terus berada di dalam perusahaan. Artinya, sales dengan profil seperti ini akan terus bertahan dalam perusahaan selama masih nyaman dengan rekan kerjanya, dan belum tentu kinerjanya optimal karena merasa tidak memiliki tanggung jawab terhadap perusahaan. Pada profil ini, pengaruh terbesar pada komitmen karyawan adalah pengalaman bekerjanya, sedangkan karakteristik organisasi dan karakteristik kepuasan kerja kurang dapat saling melengkapi sehingga tidak banyak berpengaruh pada komitmennya di perusahaan.

Profil yang kelima merupakan komitmen dengan affective yang rendah, continuance tinggi, serta normative yang tinggi. Pada profil ini menggambarkan seorang sales yang memiliki suatu keyakinan akan keterikatan dan keharusan untuk terus berada di dalam perusahaan. Hal ini juga berhubungan dengan adanya kesadaran akan adanya kerugian jika meninggalkan perusahaan, walaupun sales tersebut tidak memiliki suatu


(21)

perasaan yang kuat dengan perusahaan dan kurang mau terlibat dalam meeting di perusahaan. Artinya, sales dengan tipe seperti ini dapat bertahan di perusahaan semata-semata karena merasa bertanggung jawab akan pekerjaannya dan merasa rugi apabila meninggalkan perusahaan. Profil komitmen ini muncul akibat adanya karakteristik individu dan karakteristik perusahaan yang saling melengkapi dan dianggap sesuai dengan diri karyawan, walaupun karyawan tersebut memiliki pengalaman kerja yang kurang baik di dalam perusahaan tersebut.

Profil yang keenam merupakan komitmen dengan affective yang rendah, continuance tinggi, serta normative yang rendah. Pada profil ini, sales terus berada dalam perusahaan karena adanya kesadaran bahwa akan mengalami kerugian jika meninggalkan perusahaan berupa tidak adanya kesempatan di luar perusahaan, segi finansial, maupun kerugian segala sesuatu yang telah diberikan untuk perusahaan, baik tenaga, waktu dan pikiran. Sales tidak memiliki suatu perasaan yang kuat dengan perusahaan dan tidak memiliki keyakinan akan keharusan untuk terus berada dalam perusahaan. Artinya, sales dengan profil seperti ini akan lebih mudah meninggalkan perusahaan apabila ada tawaran dan kesempatan lain yang lebih baik di perusahaan lain. Pekerjaan yang dilakukannya hanya untuk mendapatkan gaji. Pada profil ini, komitmen muncul akibat adanya pengaruh karakteristik individu yang dapat dipengaruhi dengan tetap bekerja pada perusahaan, walaupun karakteristik organisasi dan juga pengalaman kerja yang dimiliki kurang sesuai dengan karakteristik individu yang dimiliki.


(22)

Profil yang ketujuh merupakan komitmen dengan affective yang rendah, continuance rendah, serta normative yang tinggi. Pada profil ini menggambarkan sales yang terus berada dalam perusahaan karena memiliki tanggung jawab dan keharusan untuk terus berada dalam perusahaan sesuai dengan nilai yang ada dalam dirinya. Ia kurang menyenangi keberadaannya di perusahaan maupun relasi dengan rekan kerjanya, dan tidak merasa rugi jika harus meninggalkan perusahaan. Artinya, sales dengan profil seperti ini bertahan di perusahaan karena merasa bertanggung jawab akan pekerjannya tanpa dipengaruhi perasaan dengan perusahaan dan pertimbangan finansial. Pada profil ketujuh ini, komitmen muncul lebih karena perngaruh karakteristik organisasi yang menurutnya baik, walaupun hal tersebut kurang sesuai dengan karakteristik pribadinya dan juga tidak ditunjang oleh pengalaman kerja yang selama ini dimiliki.

Profil yang kedelapan merupakan komitmen dengan affective yang rendah, continuance rendah, serta normative yang rendah. Pada profil ini dimiliki sales yang bekerja tanpa memiliki suatu bentuk komitmen yang jelas.

Sales ini tidak memiliki perasaan senang dengan perusahaan dan juga tidak

merasa rugi jika harus meninggalkan perusahaan, serta tidak memiliki suatu keharusan untuk terus berada dalam perusahaan. Artinya, sales dengan profil seperti ini sangat memungkinkan untuk tidak loyal terhadap perusahaan dan memiliki kinerja yang kurang baik. Profil komitmen ini dapat muncul akibat karakteristik organisasi tidak sesuai dengan karakteristik individu, ditambah lagi dengan tidak ditunjangnya pengalaman kerja yang baik selama bekerja di


(23)

dalam perusahaan, sehingga hal-hal tersebut mempengaruhi suatu bentuk komitmen seseorang yang sangat rendah terhadap perusahaan.


(24)

(25)

Asumsi:

Komitmen organisasi sales perusahaan ‘X’ kota Bandung terdiri dari

affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment.

Komitmen organisasi sales perusahaan ‘X’ kota Bandung dipengaruhi oleh faktor karakteristik kepribadian, karakteristik pekerjaan, dan kepuasan kerja.

Komitmen organisasi sales perusahaan ‘X’ kota Bandung memiliki

affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment yang berbeda-beda derajatnya.

Sales yang memiliki profil komitmen pertama merupakan komitmen

dengan affektif commitment tinggi, continuance commitment tinggi, dan

normative commitment tinggi.

Sales yang memiliki profil komitmen kedua merupakan komitmen dengan affektif commitment tinggi, continuance commitment tinggi, dan normative commitment rendah.

Sales yang memiliki profil komitmen ketiga merupakan komitmen dengan affektif commitment tinggi, continuance commitment rendah, dan normative commitment tinggi.

Sales yang memiliki profil komitmen keempat merupakan komitmen

dengan affektif commitment tinggi, continuance commitment rendah, dan


(26)

Sales yang memiliki profil komitmen kelima merupakan komitmen dengan affektif commitment rendah, continuance commitment tinggi, dan normative commitment tinggi.

Sales yang memiliki profil komitmen keenam merupakan komitmen

dengan affektif commitment rendah, continuance commitment tinggi, dan

normative commitment rendah.

Sales yang memiliki profil komitmen tujuh merupakan komitmen dengan affektif commitment rendah, continuance commitment rendah, dan normative commitment tinggi.

Sales yang memiliki profil komitmen kedelapan merupakan komitmen

dengan affektif commitment rendah, continuance commitment rendah, dan


(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 22 orang responden mengenai profil komitmen organisasi pada sales PT ”X” di Bandung, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Profil komitmen yang paling banyak yaitu profil komitmen yang memiliki

affective commitment tinggi, continuance commitment tinggi, dan normative commitment yang tinggi. Profil komitmen yang memiliki affective commitment rendah, continuance commitment rendah, dan normative commitment yang tinggi tidak ada.

2. Karyawan sales yang memiliki normative commitment yang rendah terdapat pada sales yang memiliki masa kerja pada rentang selama 1 bulan- 2 tahun. Hal ini sales masih kurang bertanggung jawab penuh pada perusahaan.

3. Karyawan sales yang memiliki affective commitment yang rendah terdapat pada sales yang memiliki masa kerja pada rentang selama 1 bulan – 2 tahun. Hal ini sales belum memiliki ikatan emosional yang kuat terhadap perusahaan.

4. Karyawan sales yang memiliki continuance commitment yang rendah terdapat pada sales yang berusia pada rentang 31-54 tahun. Hal ini sales merasa bahwa imbalan yang diterimanya belum cukup.


(28)

5.2. Saran

5.2.1. Saran Ilmiah

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti mengenai profil komitmen organisasi, disarankan untuk mengembangkan penelitian yang berhubungan dengan komitmen organisasi.

5.2.2. Saran praktis

Ditujukan bagi supervisor sales :

1. Memberi perhatian lebih seperti memberikan dorongan dan motivasi kepada sales, sehingga sales dapat lebih meningkatkan komitmennya terhadap perusahaan.

2. Memberikan feedback kepada para sales, sehingga sales dapat lebih bertanggung jawab dan lebih merasa memiliki kewajiban akan tugasnya di perusahaan.

3. Meninjau kembali imbalan dan fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada para sales, sehingga sales lebih termotivasi untuk lebih komitmen kepada perusahaan.


(29)

research & application. Sage Publication. London

Mowday, R.T, L.W. Steers. 1987. Organizational Commitment Questionare

(OCQ)

Robins, Stephen. P. 1994. Teori Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi. Jakarta : Arcan

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.


(30)

Perusahaan N di Kota Bandung

Martha Isabella. 2010. Suatu Penelitian Deskriptif Mengenai Profil Komitmen Organisasi Pada Karyawan Divisi ”Engineering Service” PT. ’X’ Bandung

www.psikologizone.com/komitmen-kerja


(1)

Asumsi:

Komitmen organisasi sales perusahaan ‘X’ kota Bandung terdiri dari affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment.

Komitmen organisasi sales perusahaan ‘X’ kota Bandung dipengaruhi oleh faktor karakteristik kepribadian, karakteristik pekerjaan, dan kepuasan kerja.

Komitmen organisasi sales perusahaan ‘X’ kota Bandung memiliki affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment yang berbeda-beda derajatnya.

Sales yang memiliki profil komitmen pertama merupakan komitmen dengan affektif commitment tinggi, continuance commitment tinggi, dan normative commitment tinggi.

Sales yang memiliki profil komitmen kedua merupakan komitmen dengan affektif commitment tinggi, continuance commitment tinggi, dan normative commitment rendah.

Sales yang memiliki profil komitmen ketiga merupakan komitmen dengan affektif commitment tinggi, continuance commitment rendah, dan normative commitment tinggi.


(2)

21

Universitas Kristen Maranatha

Sales yang memiliki profil komitmen kelima merupakan komitmen dengan affektif commitment rendah, continuance commitment tinggi, dan normative commitment tinggi.

Sales yang memiliki profil komitmen keenam merupakan komitmen dengan affektif commitment rendah, continuance commitment tinggi, dan normative commitment rendah.

Sales yang memiliki profil komitmen tujuh merupakan komitmen dengan affektif commitment rendah, continuance commitment rendah, dan normative commitment tinggi.

Sales yang memiliki profil komitmen kedelapan merupakan komitmen dengan affektif commitment rendah, continuance commitment rendah, dan normative commitment rendah.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 22 orang responden mengenai profil komitmen organisasi pada sales PT ”X” di Bandung, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Profil komitmen yang paling banyak yaitu profil komitmen yang memiliki affective commitment tinggi, continuance commitment tinggi, dan normative commitment yang tinggi. Profil komitmen yang memiliki affective commitment rendah, continuance commitment rendah, dan normative commitment yang tinggi tidak ada.

2. Karyawan sales yang memiliki normative commitment yang rendah terdapat pada sales yang memiliki masa kerja pada rentang selama 1 bulan- 2 tahun. Hal ini sales masih kurang bertanggung jawab penuh pada perusahaan.

3. Karyawan sales yang memiliki affective commitment yang rendah terdapat pada sales yang memiliki masa kerja pada rentang selama 1 bulan – 2 tahun. Hal ini sales belum memiliki ikatan emosional yang kuat terhadap perusahaan.


(4)

49

Universitas Kristen Maranatha 5.2. Saran

5.2.1. Saran Ilmiah

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti mengenai profil komitmen organisasi, disarankan untuk mengembangkan penelitian yang berhubungan dengan komitmen organisasi.

5.2.2. Saran praktis

Ditujukan bagi supervisor sales :

1. Memberi perhatian lebih seperti memberikan dorongan dan motivasi kepada sales, sehingga sales dapat lebih meningkatkan komitmennya terhadap perusahaan.

2. Memberikan feedback kepada para sales, sehingga sales dapat lebih bertanggung jawab dan lebih merasa memiliki kewajiban akan tugasnya di perusahaan.

3. Meninjau kembali imbalan dan fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada para sales, sehingga sales lebih termotivasi untuk lebih komitmen kepada perusahaan.


(5)

research & application. Sage Publication. London

Mowday, R.T, L.W. Steers. 1987. Organizational Commitment Questionare (OCQ)

Robins, Stephen. P. 1994. Teori Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi. Jakarta : Arcan

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.


(6)

vii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Widhia S. K, Ardhi. 2003. Studi Deskriptif Mengenai Komitmen Kerja di Sebuah Perusahaan N di Kota Bandung

Martha Isabella. 2010. Suatu Penelitian Deskriptif Mengenai Profil Komitmen Organisasi Pada Karyawan Divisi ”Engineering Service” PT. ’X’ Bandung www.psikologizone.com/komitmen-kerja