Perancangan Kampanye Pelestarian Batik Belanda Sebagai Akulturasi Kebudayaan Indonesia.

(1)

ABSTRAK

PERANCANGAN KAMPANYE PELESTARIAN BATIK BELANDA SEBAGAI

AKULTURASU KEBUDAYAAN INDONESIA

Oleh

Josephine Wangge NRP 1264902

Perjalanan sejarah bangsa Indonesia hingga sampai pada masa ini melewati berbagai macam hal hingga terbentuknya suatu kebudayaan. Kedatangan Bangsa Belanda pada masa penjajahan menimbulkan berbagai dampak bagi Indonesia baik dari segi positif dan negatif. Pada masa penjajahan Bangsa Belanda terjadi pengakulturasian budaya, seperti budaya membatik yang merupakan salah satu kebudayaan Indonesia kini terakulturasi dengan kebudayaan Belanda, sehingga membentuk motif, teknik pembuatan, dan warna yang tidak biasa.

Maka dari itu, tujuan dari perancangan ini adalah untuk menyampaikan dan mengajak masyarakat untuk mengenal Batik Belanda sebagai salah satu warisan kebudayaan yang merupakan akulturasi dari kebudayaan Indonesia dengan Belanda. Manfaat perancangan ini adalah agar masyarakat mampu menjaga dan mengapresiasi kebudayaan Indonesia dan tidak menganggap negatif penjajahan Bangsa Belanda, karena tidak semuanya memberikan dampak buruk bagi Indonesia.

Metode yang digunakan ialah dengan membuat kampanye yang mengajak masyarakat untuk memiliki rasa penasaran, ingin tahu, dan menjaga kebudayaan yang telah ada sejak lama ini. Media kampanye berupa poster, website, X-Banner, Flyer, iklan majalah, iklan koran, umbul-umbul, Billboard, dan disertai dengan gimmick. Melalui kampanye Batik Belanda ini, anak muda Indonesia dapat mengenal, mengapresiasi, dan menjaga kebudayaan Indonesia yang sudah ada sejak lama ini.


(2)

ABSTRACT

BATIK BELANDA PRESERVATION CAMPAIGN AS INDONESIAN ACCULTURATION HERITAGE

Submitted by Josephine Wangge

NRP 1264902

The journey of Indonesian history up until this period passes all sorts of things until the formation of a culture. The Dutch arrival in the colonial period to the Indonesian cause various effects in terms of both positive and negative . In the Dutch colonial period occurred acculturation , such as batik culture which is one of Indonesian culture increasingly become acculturated with Dutch culture, thus forming motif, techniques, and used unusual color.

Therefore, the purpose of this campaign design is to convey and to invites the public to know the Dutch Batik as one of the cultural heritage which is the acculturation of Indonesian culture with the Dutch culture. The benefits of this campaign design is that the community is able to maintain and appreciate the culture of Indonesia, and not considered the negative colonial Dutch nation, because not all of them give bad impact for Indonesia .

The method used is to create a campaign that invites people to have a sense of curiosity, wonder, and preserve the culture that has existed since a long time ago. Campaigns media such as posters, website, X - Banner, Flyer, magazine ads, newspaper ads, banners, billboards, and equipped with gimmicks. Through this Dutch Batik Campaign, Indonesian young people could ecognize, appreciate, and preserve Indonesian culture that has existed since a long time ago .


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..…………. i

LEMBAR PENGESAHAN………... ii

KATA PENGANTAR……….. iii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN……… iv

ABSTRAK BAHASA INDONESIA……… v

ABSTRAK BAHASA INGGRIS………. vi

DAFTAR ISI………. vii

DAFTAR GRAFIK………..………. x

DAFTAR TABEL………. xi

DAFTAR GAMBAR……….... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….……... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup………..……….….... 3

1.2.1 Permasalahan………..……....…. 3

1.2.2 Ruang Lingkup………..………... 3

1.3 Tujuan Perancangan……….………..………... 3

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data………..… 4

1.4.1 Sumber………..……….….…. 4

1.4.2Teknik Pengumpulan Data……….………... 4

1.5 Skema Perancangan………...…….…... 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kampanye………..…………. 7

2.2 Kebudayaan………...……... 8

2.3 Komunikasi………..……….…….. 8

2.3.1 Strategi Komunikasi………..….……... 9

2.4 Batik………..………. 10

2.4.1 Sejarah Batik………...………..10


(4)

BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH

3.1 Data dan fakta……….……... 16

3.1.1 Museum Tekstil………..……….….…. 16

3.1.2 Komunitas Remaja Batik Indonesia………..………...……17

3.1.3 Tinjauan Terhadap Program Sejenis……..……….…….. 19

3.1.4 Hasil Kuesioner………..……….…….. 20

3.1.5 Hasil Wawancara…….……….…... 27

3.2 Analisis terhadap permasalahan berdasarkan data dan fakta……….…… 29

3.2.1 Analisis SWOT………..……….….…. 29

BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Konsep Komunikasi……….……….… 33

4.1.1 Tahapan Kampanye……….. 33

4.1.2 Creative Brief………... 34

4.2 Konsep Kreatif……….. 36

4.2.1 Konsep Verbal………. 36

4.2.2 Konsep Visual……….… 37

4.3 Konsep Media………... 37

4.4 Hasil Karya………... 42

4.4.1 Logo Kampany dan Logo Event………. 43

4.4.2. Poster……….. 46

4.4.2.1 Poster Seri Awareness………. 46

4.4.2.2 Poster Seri Informing……….. 51

4.4.2.3 Poster Seri Event………. 56

4.4.2.4 Poster Seri Reminding……… 59

4.4.3 Billboard Event……….. 62

4.4.4 Website………. . 64

4.4.5 X-banner……… 70

4.4.6 Iklan Koran……… 71

4.4.7 Iklan Majalah………. 71

4.4.8 Flyer………...… 72

4.4.9 Umbul-umbul……… 74


(5)

4.4.10.1 Kipas………. 75

4.4.10.2 Kaos……….. 77

4.4.10.3 Goodie Bag………... 79

4.4.11 Event……… 81

4.5 Timeline Media Kampanye The Tales of Batik………... 84

4.6 Budgeting Media……… 85

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………. 86

5.2 Saran Penulis……….. 86

DAFTAR PUSTAKA………... 88

DAFTAR ISTILAH………. 89

DAFTAR LAMPIRAN DAN LAMPIRAN………...… 90

DATA PENULIS……….…………. 93


(6)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Frekuensi Usia Respoden

Grafik 2 Frekuensi Jenis Kelamin Responden Grafik 3 Frekuensi Pendidikan

Grafik 4 Frekuensi Responden Mengenai Pengertian Batik

Grafik 5 Frekuensi Responden Mengenai Motif Batik yang Paling Digemari Grafik 6 Frekuensi Responden Mengenai Penyebaran Teknik Membatik Grafik 7 Frekuensi Responden Mengenai Kecintaan Terhadap Kain Batik Grafik 8 Frekuensi Responden Mengenai Fungsi Awal Kain Batik

Grafik 9 Frekuensi Responden Mengenai Kebanggan Terhadap Kain Batik Grafik 10 Frekuensi Responden Mengenai Penggunaan Kain Batik

Grafik 11 Frekuensi Responden Mengenai Ketertarikan pada Pameran Kain Batik Grafik 12 Frekuensi Responden Mengenai Makna dan Filosofi Batik

Grafik 13 Frekuensi Responden Mengenai Penggunaan Batik Dalam Sehari-hari Grafik 14 Frekuensi Responden Mengenai Edukasi Sejarah dan Makna Motif Batik.


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Timeline Media Kampanye Tabel 4.2 Budgeting Media Kampanye


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Batik Belanda dengan motif Red Riding Hood Gambar 2.2 Batik Belanda dengan motif Sleeping Beauty Gambar 2.3 Batik Belanda dengan motif Snow White Gambar 2.4 Batik Belanda dengan motif Hanzel and Gretel Gambar 3.1 Foto Museum Tekstil Jakarta

Gambar 3.2 Logo Komunitas Remaja Batik Indonesia Gambar 3.3 Poster acara Jakarta Batik Carnaval 2012 Gambar 4.1 Logogram The Tales of Batik

Gambar 4.2 Font Janda Stylish Script Gambar 4.3 Font RNS Camelia Gambar 4.4 Warna Logo Kampanye Gambar 4.5 Logo Grid

Gambar 4.6 Poster Awareness 1 Gambar 4.7 Poster Awareness 2 Gambar 4.8 Poster Awareness 3 Gambar 4.9 Poster Awareness 4

Gambar 4.1 Logogram The Tales of Batik Gambar 4.2 Font Janda Stylish Script Gambar 4.3 Font RNS Camelia Gambar 4.4 Warna Logo Kampanye Gambar 4.5 Logo Grid

Gambar 4.6 Poster Awareness 1 Gambar 4.7 Poster Awareness 2 Gambar 4.8 Poster Awareness 3 Gambar 4.9 Poster Awareness 4 Gambar 4.10 Poster Informing 1 Gambar 4.11 Poster Informing 2 Gambar 4.12 Poster Informing 3 Gambar 4.13 Poster Informing 4 Gambar 4.14 Poster Event 1 Gambar 4.15 Poster Event 2


(9)

Gambar 4.16 Poster Event 3 Gambar 4.17 Poster Reminding 1 Gambar 4.18 Poster Reminding 2 Gambar 4.19 Poster Remiding 3 Gambar 4.20 Billboard Event 1 Gambar 4.21 Billboard Event 2

Gambar 4.22 Aplikasi Billboard Event Gambar 4.23 Website halaman home Gambar 4.24 Website halaman About Us

Gambar 4.25 Website halaman Event – Talkshow Gambar 4.26 Website halaman Event - Workshop Gambar 4.27 Website halaman Event - Competition

Gambar 4.28 Website halaman Did you know – Batik Belanda Gambar 4.29 Website halaman Did you know – Batik Dongeng Gambar 4.30 Website halaman Did you know - Gallery

Gambar 4.31 Website halaman Contact

Gambar 4.32 X-Banner kampanye The Tales of Batik Gambar 4.33 Iklan Koran Kompas

Gambar 4.34 Iklan Majalah Gambar 4.35 Flyer 1 Gambar 4.36 Flyer 2 Gambar 4.37 Flyer 3 Gambar 4.38 Flyer 4

Gambar 4.39 Umbul-umbul Gambar 4.40 Variasi kipas 1 Gambar 4.41 Variasi kipas 2 Gambar 4.42 Variasi kipas 3 Gambar 4.43 Kaos Panitia Gambar 4.44 Variasi Kaos 1 Gambar 4.45 Variasi Kaos 2 Gambar 4.46 Variasi Kaos 3 Gambar 4.47 Variasi Goodie Bag 1 Gambar 4.48 Variasi Goodie Bag 2


(10)

Gambar 4.49 Variasi Name Tag 1 Gambar 4.50 Variasi Name Tag 2 Gambar 4.51 Variasi Name Tag 3 Gambar 4.52 Variasi Tiket 1 Gambar 4.53 Variasi Tiket 2 Gambar 4.54 Variasi Tiket 3


(11)

Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah Negara yang kaya akan kebudayaannya, salah satunya ialah batik. Batikpun bermacam-macam mulai dari asal daerah, warna, dan motifnya yang mempunyai makna dan filosofi tertentu. Dari secarik kain, terdapat sebuah cerita, harapan, dan juga doa. Motif Batik Indonesia diciptakan tidak hanya berdasarkan nilai estetis saja, namun tertuang harapan-harapan dalam bentuk banyak symbol yang dilukiskan sebagai motif di atas kain. “Dalam secarik kain, terdapat makna filosofi yang dalam, cerita, harapan, juga doa.” tutur Indra Tjahjani salah satu pengrajin Batik (Republika, 29/08/2013).

Banyak orang Indonesia yang tidak mengetahui kekayaan aneka ragam Batik dan kurangnya pengetahuan masyarakat akan sejarah dan perkembangan batik di Indonesia. Larasati Suliantoro, Ketua Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) Sekar Jagad, mengatakan euforia mengenakan batik saat ini luar biasa besar, akan tetapi catatan sejarah batik dari Indonesia tidak ada. Karena itu, tidak heran masyarakat Indonesia kurang punya pengetahuan tentang batik dan tidak peduli motif batik yang dikenakannya. (Bisnis.com 19/07/2013). Adanya paradigma dari anak-anak muda yang menganggap bahwa motif batik terlalu kuno sehingga berkesan tua jika dipakai sehari-hari. "Sebagai anak muda, saya sendiri tidak tahu motif batik masa lalu itu seperti apa, apalagi yang berusia ratusan tahun," ucap staf House of Sampoerna Surabaya, Diah (Bisnis.com 19/07/2013).

Batik yang merupakan Warisan Budaya Indonesia adiluhung (tinggi mutunya: seni budaya yg bernilai – wajib dipelihara) sempat hampir diklaim sebagai Warisan Budaya oleh Malaysia. Masyarakat Indonesia pada Tahun 2007 lalu sempat panik dengan kabar pengklaiman tersebut. Pemerintah Indonesia pun mulai mencari akal untuk menghak patenkan Batik sebagai warisan budaya Indonesia hingga akhirnya, pada tanggal 28 September 2009 UNESCO secara resmi mengukuhkan batik sebagai


(12)

Universitas Kristen Maranatha 2 daftar warisan budaya bukan benda (intangible cultural heritage). Bahkan batik mendapatkan nilai tertinggi kategori peninggalan budaya dari 111 usulan negara-negara di dunia. Batik juga mendapatkan penghargaan secara resmi dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009. (Media Indonesia 30 Oktober 2009). Klaim kain batik oleh Malaysia, sebaiknya dijadikan sebagai sebuah momentum yang menggugah kesadaran kita semua agar lebih serius menjaga asset budaya bangsa. Jangan sampai terjadi lagi pengklaiman budaya Indonesia oleh Negara lain.

Beberapa motif batik juga hampir punah, seperti motif Nitik dari daerah Yogyakarta dan Solo yang baru-baru ini koleksinya dipamerkan di Museum Tekstil Jakarta. Naik daunnya batik saat ini tidak disertai dengan apresiasi yang tinggi terhadap motif-motif batik yang lama. Sekarang muncul batik-batik baru yang dibuat secara asal-asalan, asalkan kain decanting lalu disebut dengan batik. Batik mengalami penurunan nilai filosofisnya, kini batik tulis yang di print di atas kain mulai merajai pasar karena harganya lebih murah dan produksinya lebih cepat karena menggunakan mesin. Proses printing motif Batik tulis tersebut tidak disosialisasikan bahwa kain batik printing tidak tergolong batik.

Salah satu batik yang keberadaannya kurang menjadi perhatian masyarakat Indonesia adalah Batik peranakan dari Belanda. Warna dan motifnya yang unik sempat menjadi pusat perhatian masyarakat pada 7 November 2012 lalu dalam acara Jakarta Fashion Week, Erasmus menampilkan sejumlah kain tua Batik Belanda tersebut. Batik Belanda mempunyai beberapa keunikan dari segi motif, pewarnaan, dan juga warna-warna yang digunakannya.

Para desainer Indonesia kini mulai mengangkat batik ke dalam desain baju dengan karakter desain yang berbeda-beda dari tiap desainer. “Kain Negeri adalah branding yang dibuat IPMI dan dicanangkan sejak 1987. Kami konsisten mengangkat kain daerah dan membina perajinnya. Ini salah satu tanggung jawab kami menjadikan kain negeri sebagai tuan rumah di negeri sendiri,” kata Era Soekamto pada pagelaran Jakarta Fashion and Food Festival pada Mei 2013 lalu. Di dalam buku fashion trend pun sudah mulai keluar subtema yang mengangkat budaya etnik. Ragam busana yang


(13)

Universitas Kristen Maranatha 3 menggunakan batik juga sudah mulai variatif dan tidak terkesan kuno. “Ini komitmen kami pada Jakarta Fashion and Food Festival akan selalu mengangkat dan mengolah produk kerajinan tekstil Indonesia,” kata Syamsidar Isa, Pembina IPMI.

Batik yang kini menjadi salah satu trend fashion Indonesia, tetap dilestarikan diharapkan agar nilai filosofi, pesan, dan makna yang terkandung didalamnya tidak luntur oleh perkembangan teknologi dan pola pikir praktis masyarakat saat ini. Sebagai mahasiswi Fashion Graphic penulis ingin mengkampanyekan Batik Belanda sebagai Warisan budaya dan trend fashion Indonesia. Perancangan Kampanye Batik Belanda tersebut diharapkan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat Indonesia untuk kembali menoleh kepada filosofi, pesan, dan cerita yang ada di balik secarik kain batik.

1.2 Permasalahan dan ruang lingkup 1.2.1 Permasalahan

Dalam penyusunan laporan ini, penulis mengidentifikasi masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi perancangan kampanye ‘Batik Belanda sebagai Akulturasi Kebudayaan Indonesia.’ sehingga dapat menarik masyarakat Indonesia, khususnya remaja untuk tidak hanya mengenakan batik tetapi juga mengetahui sejarah dan pengetahuan mengenai batik?

2. Bagaimana memilih media kampanye yang tepat untuk mengkampanyekan ‘Batik Belanda sebagai Akulturasi Kebudayaan Indonesia’?

1.2.2 Ruang Lingkup

Dalam pembuatan laporan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa ruang lingkupnya sangat luas. Penulis membatasi ruang lingkup dengan target audience remaja usia 17-25 tahun yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan di Indonesia khususnya yang tinggal di Kota Jakarta pada tahun 2013 dengan materi Batik Belanda sebagai bagian warisan budaya Indonesia.


(14)

Universitas Kristen Maranatha 4 1.3 Tujuan Perancangan

Mengkampanyekan dengan mandatory oleh Erasmus Huis dan Komunitas Remaja Batik Indonesia (KRBI) yang didukung oleh Museum Tekstil bergerak dalam bidaag kebudayaan yang mendidik. Kampanye ini dapat menarik masyarakat untuk lebih mengapresiasi Batik lagi dan mengetahui sejarah mengenai Batik Belanda. Media yang digunakan diantaranya adalah poster awareness, informing, dan poster event. Media lain seperti billboard, iklan Koran, iklan majalah, umbul-umbul, x-banner, serta website.

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 1.4.1 Sumber

Sumber yang digunakan untuk membuat kampanye dan laporan tugas akhir ini adalah melalui media massa seperti Koran Media Indonesia dan Kompas. Selain melalui media massa, data juga diperoleh dari Komunitas Remaja Batik Indonesia, informasi di museum tekstil, buku, dan situs-situs internet.

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, digunakan teknik wawancara terstruktur, kuesioner, dan studi pustaka.

1. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur merupakan kegiatan tanya jawab yang dilakukan dengan pihak yang dianggap kompeten dalam bidang permasalahan guna mendapatkan data yang akurat. Dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sampel.


(15)

Universitas Kristen Maranatha 5 Kuesioner dibagikan kepada 100 orang responden untuk mengetahui seberapa pentingnya desain event promotion untuk mempopulerkan kepada anak usia dini mengenai lagu daerah.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku ataupun literatur seperti buku-buku pedoman yang sudah ada, koran, media lainnya yang berhubungan dengan permasalahan perancangan. Juga dapat melalui literatur dari internet yang benar, terpadu, dan referensi yang tepat yang dapat mendukung data.


(16)

(17)

Universitas Kristen Maranatha 87

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan fakta yang didapat sebelumnya mengenai pola pikir masyarakat Indonesia yang menganggap Belanda sebagailawan dari Bangsa Indonesia, sehingga berasumsi bahwa Batik Belanda bukan merupakan salah satu kebudayaan Indonesia. Dalam mengatasi asumsi tersebut, maka dibutuhkan upaya untuk memperlihatkan dan memperkenalkan kepada masyarakat seperti apa Batik Belanda dengan visual dan cara yang menarik sehingga mampu menarik perhatian masyarakat Indonesia, khususnya anak muda untuk menjaga warisan budaya yang telah ada sejak lama ini.

Dalam hal ini, dilakukan sebuah kampanye melalui tiga tahap, yaitu pada tahap awal diberinya beberapa visual yang membuat masyarakat bertanya-tanya, berpikir, dan penasaran mengenai Batik Belanda, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti visual-viusal berikutnya. Pada tahap kedua diberikan informasi, keunggulan, serta alasan kenapa Batik Belanda patut dijaga sebagai kebudayaan Indonesia juga, dan pada bagian informasi ini sudah diletakkan alamat website, jika masyarakat penasaran dan tertarik bisa mencaritahu melalui website yang tersedia. Pada tahap akhir, diberikan beberapa visual lagi sehingga masyarakat tidak lupa, dan mampu menjaga apa yng sudah diketahui dari apa yang didapat selama tahap sebelumnya. Cara yang paling efektif untuk menginformasikan dan mengajak masyarakat untuk mengenal dan menjaga Batik Belanda sebagai salah satu kekayaan akluturasi kebudayaan Indonesia adalah dengan menagejar sasaran dengan berbagai media kampanye yang menarik dan fun sehingga anak muda mau berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

5.2 Saran Penulis

Berdasarkan pada hasil analisis yang dilakukan maka penulis mencoba untuk memberikan masukan dan saran yang sekiranya dapat berguna dalam melakukan


(18)

Universitas Kristen Maranatha 88

kampanye, yaitu dalam merancang sebuah kampanye ada baiknya melakukan

research ke berbagai tempat yang mendukung proses perancangan, membuat sistem kerangka berpikir, dan sistematis timeline yang jelas untuk memperlancar kegiatan kampanye dan dapat mencakup target audience.

Dalam rangka memperkenalkan Batik Belanda sebagai salah satu kebudayaan akulturasi antara Indonesia dengan Belanda yang juga harus dijaga, dibutuhkan sebuah cara yang berbeda dan out of the box sehingga masyarakat tertarik dan mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan.

Saran-saran yang diberikan oleh penguji dan pembimbing antara lain adalah megenai pengkomposisian dari desain supaya dibuat tidak terlalu berkesan wangi dan supaya prinsip dari Batik Belanda tidak hilang. Penggunaan website juga dari awareness, sehingga alamat website dimungkinkan untuk selalu diletakkan di hampir setiap media kampanye untuk mempermudah penyampaian informasi kepada masyarakat.


(19)

Universitas Kristen Maranatha 89

DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, Edward, 2006. Part One. Jakarta, Jayakarta Agung Offset. Roojen, Peppin Van, 2001. Batik Design. Amsterdam, The Pepin Press. Smend, Rudolf G., 2004. Batik. Singapore, Periplus edition.

Achjadi , Judi. 1999. Batik Spirit of Indonesia. Jakarta, Yayasan Batik Indonesia. Veldhuisen, Harmen C. 2007. Batik Belanda 1840-1940. Jakarta, Gaya Favorit Press. Kerlogue, Fiona. 2004. The Book of Batik. Singapore, Archipelago Press.

Koran Republika Indonesia tanggal 31 Agustus 2013 Brosur Museum Tekstil Jakarta

http://www.antaranews.com/print/222195/ 2 September, 20:05

http://female.kompas.com/read/2013/06/02/20041481/Ada.Apa.di.Balik.Kain.Batik. 5 September, 13:17

http://www.tempo.co/read/news/2012/06/20/173411787/Malaysia-Tor-tor-Tetap-Milik-Suku-Mandailing 5 September, 14:20


(20)

Universitas Kristen Maranatha 90

DAFTAR ISTILAH

Akulturasi : percampuran antara dua kebudayaan

sehingga membentuk suatu kebudayaan baru.

Batik

: corak, motif, atau gambar yang dibuat

dengan teknik khusus dan memiliki makna dan

filosofi tertentu di balik setiap gambarnya. Batik

biasanya dibuat menggunakan lilin dan canting.

Budaya

: suatu kebiasaan yang terbentuk dari

sekelompok orang

Canting

: merupakan suatu alat yang digunakan

dalam proses membatik, berupa pencedok lilin yang

berserat, dengan bahan terbuat dari tembaga.

Layout

: cara untuk menempatkan objek-objek

pada proses pemvisualisasian, sehingga secara

estetis enak dilihat.

Logo

: simbol yang berupa gambar atau huruf

yang mengandung suatu makna tertentu.

Tracing

: salah satu teknik mengikuti gambar

sehingga dapat membentuk gambar yang serupa.


(1)

Kuesioner dibagikan kepada 100 orang responden untuk mengetahui seberapa pentingnya desain event promotion untuk mempopulerkan kepada anak usia dini mengenai lagu daerah.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku ataupun literatur seperti buku-buku pedoman yang sudah ada, koran, media lainnya yang berhubungan dengan permasalahan perancangan. Juga dapat melalui literatur dari internet yang benar, terpadu, dan referensi yang tepat yang dapat mendukung data.


(2)

(3)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan fakta yang didapat sebelumnya mengenai pola pikir masyarakat Indonesia yang menganggap Belanda sebagailawan dari Bangsa Indonesia, sehingga berasumsi bahwa Batik Belanda bukan merupakan salah satu kebudayaan Indonesia. Dalam mengatasi asumsi tersebut, maka dibutuhkan upaya untuk memperlihatkan dan memperkenalkan kepada masyarakat seperti apa Batik Belanda dengan visual dan cara yang menarik sehingga mampu menarik perhatian masyarakat Indonesia, khususnya anak muda untuk menjaga warisan budaya yang telah ada sejak lama ini.

Dalam hal ini, dilakukan sebuah kampanye melalui tiga tahap, yaitu pada tahap awal diberinya beberapa visual yang membuat masyarakat bertanya-tanya, berpikir, dan penasaran mengenai Batik Belanda, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti visual-viusal berikutnya. Pada tahap kedua diberikan informasi, keunggulan, serta alasan kenapa Batik Belanda patut dijaga sebagai kebudayaan Indonesia juga, dan pada bagian informasi ini sudah diletakkan alamat website, jika masyarakat penasaran dan tertarik bisa mencaritahu melalui website yang tersedia. Pada tahap akhir, diberikan beberapa visual lagi sehingga masyarakat tidak lupa, dan mampu menjaga apa yng sudah diketahui dari apa yang didapat selama tahap sebelumnya. Cara yang paling efektif untuk menginformasikan dan mengajak masyarakat untuk mengenal dan menjaga Batik Belanda sebagai salah satu kekayaan akluturasi kebudayaan Indonesia adalah dengan menagejar sasaran dengan berbagai media kampanye yang menarik dan fun sehingga anak muda mau berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

5.2 Saran Penulis


(4)

kampanye, yaitu dalam merancang sebuah kampanye ada baiknya melakukan

research ke berbagai tempat yang mendukung proses perancangan, membuat sistem kerangka berpikir, dan sistematis timeline yang jelas untuk memperlancar kegiatan kampanye dan dapat mencakup target audience.

Dalam rangka memperkenalkan Batik Belanda sebagai salah satu kebudayaan akulturasi antara Indonesia dengan Belanda yang juga harus dijaga, dibutuhkan sebuah cara yang berbeda dan out of the box sehingga masyarakat tertarik dan mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan.

Saran-saran yang diberikan oleh penguji dan pembimbing antara lain adalah megenai pengkomposisian dari desain supaya dibuat tidak terlalu berkesan wangi dan supaya prinsip dari Batik Belanda tidak hilang. Penggunaan website juga dari awareness, sehingga alamat website dimungkinkan untuk selalu diletakkan di hampir setiap media kampanye untuk mempermudah penyampaian informasi kepada masyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, Edward, 2006. Part One. Jakarta, Jayakarta Agung Offset. Roojen, Peppin Van, 2001. Batik Design. Amsterdam, The Pepin Press. Smend, Rudolf G., 2004. Batik. Singapore, Periplus edition.

Achjadi , Judi. 1999. Batik Spirit of Indonesia. Jakarta, Yayasan Batik Indonesia. Veldhuisen, Harmen C. 2007. Batik Belanda 1840-1940. Jakarta, Gaya Favorit Press. Kerlogue, Fiona. 2004. The Book of Batik. Singapore, Archipelago Press.

Koran Republika Indonesia tanggal 31 Agustus 2013 Brosur Museum Tekstil Jakarta

http://www.antaranews.com/print/222195/ 2 September, 20:05

http://female.kompas.com/read/2013/06/02/20041481/Ada.Apa.di.Balik.Kain.Batik. 5 September, 13:17

http://www.tempo.co/read/news/2012/06/20/173411787/Malaysia-Tor-tor-Tetap-Milik-Suku-Mandailing 5 September, 14:20


(6)

DAFTAR ISTILAH

Akulturasi : percampuran antara dua kebudayaan

sehingga membentuk suatu kebudayaan baru.

Batik

: corak, motif, atau gambar yang dibuat

dengan teknik khusus dan memiliki makna dan

filosofi tertentu di balik setiap gambarnya. Batik

biasanya dibuat menggunakan lilin dan canting.

Budaya

: suatu kebiasaan yang terbentuk dari

sekelompok orang

Canting

: merupakan suatu alat yang digunakan

dalam proses membatik, berupa pencedok lilin yang

berserat, dengan bahan terbuat dari tembaga.

Layout

: cara untuk menempatkan objek-objek

pada proses pemvisualisasian, sehingga secara

estetis enak dilihat.

Logo

: simbol yang berupa gambar atau huruf

yang mengandung suatu makna tertentu.

Tracing

: salah satu teknik mengikuti gambar