Perancangan Kampanye Pelestarian Kesenian Musik Tanjidor Betawi.

(1)

vii

ABSTRAK

Indonesia memiliki banyak ragam dan macam budaya dan kesesnian. Kemunculan budaya ini berawal melalui kegiatan turun temurun yang dilakukan berulang-ulang yang akhirnya menjadi sebuah budaya kesenian yang perlu untuk dijaga dan dilestarikan. Meski telah dilakukan turun temurun namun kesadaran masyarakat semakin tergerus seiring berjalannya jaman. Hal ini ditandai dengan mulai punahnya beberapa kesenian dikarenakan kurangnya kesadaran dan ketidak pedulian masyarakat terhadap budayanya sendiri. Salah satunya adalah kesenian khas dari Jakarta yaitu musik Tanjidor betawi. Maka dari itu tujuan perancangan kampanye ini untuk meningkatkan minat masyarakat khususnya remaja di Kota Jakarta, dalam mengenal dan melestarikan kesenian musik Tanjidor betawi. Manfaat kampanye ini adalah agar para remaja dapat mengenal dan tergerak untuk memelihara budaya kesenian lokal dan melestarikannya dengan berbagai cara yang unik dan sesuai kaidah aturan yang berlaku.

Metode yang digunakan ialah dengan membuat kegiatan workshop dan kompetisi di kalangan remaja sebagai media utama serta didukung dengan media lainya, poster, stiker, pin, website, spanduk. Melalui perancangan workshop dan kegiatan kompetisi ini, para remaja dapat mengenal kesenian musik Tanjidor dan bagaimana cara melestarikan kesenian musik yang ada dengan mengkolaborasikannya dengan aliran masa kini sehingga kekayaan budaya Indonesia tidak akan dilupakan maupun punah.


(2)

ABSTRACT

Indonesia has a rich variety of cultures and arts. The emergence of these cultures starts with some activities which are done from generation to generation repeatedly untuil they become the cultures that should be preserved and developed. Although it has been done for a long time, the people's awareness is beginning to grow low along with the development of new and modern time. this is marked by extinction of some cultures because of the low awareness and ignorance of the people about their own culture. One of the examples is the Batavian music, Tanjidor.

Therefore, the aim of this campaign design is to increase the interest of people, especially the teenagers in Jakarta, in knowing and preserving Tanjidor. The benefit of this campaign is to make teenagers know and become moved to preserve the traditional art in several ways which are according to the law and regulations.

The method used by making a workshop and competition for teenagers as the primary media. This will be supported by other media such as posters, stickers, pins, websites, and banners. Through this design of workshop and competition, teenagers are expected to know Tanjidor, beside, they will know how to preserve it by collaborating it with the modern streams so as to make the traditional Indonesian culture not forgotten and extinct.


(3)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 3

1.3 Tujuan Perancangan ... 3

1.4 Sumber dan Tekhnik Pengumpulan Data ... 3

1.5 Skema Perancangan ... 5

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Kebudayaan ... 6

2.1.1 Unsur Kebudayaan ... 7

2.2 Musik Tradisional ... 8

2.2.1 Fungsi Musik ... 10

2.2.2 Instrumen Musik ... 11


(4)

2.3.1 Definisi Kampanye ... 11

2.3.2 Jenis Kampanye ... 12

2.3.3 Model Kampanye Difusi Inovasi ... 13

2.4 Psikologi Pekembangan ... 15

2.4.1 Prinsip Dasar Perkembangan ... 15

2.4.2 Kriteria Tahapan Perkembangan ... 16

2.5 Tipografi ... 18

2.6 Fotografi ... 19

BAB 3 DATA DAN ANALISIS MASALAH ... 21

3.1 Data dan Fakta ... 21

3.1.1 Musik Tanjidor ... 21

3.1.2 Lembaga Pendukung Kampanye... 22

3.1.3 Data Hasil Kuisioner ... 26

3.1.4 Data Hasil Wawancara ... 32

3.1.5 Tinjauan Proyek Sejenis ... 34

3.2 Analisis Terhadap Permasalahan ... 35

3.2.1 STP ... 35

3.2.2 SWOT ... 36

BAB 4 PEMECAHAN MASALAH ... 38

4.1 Konsep Komunikasi ... 38

4.2 Konsep Kreatif ... 40

4.2.1 Konsep Verbal ... 40

4.2.2 Konsep Visual ... 40


(5)

xi

4.3.1 Logo dan Aplikasinya ... 42

4.3.2 Media Kampanye ... 43

4.4 Timeline ... 43

4.5 Hasil Karya... 44

4.5.1 Poster Awarness ... 44

4.5.2 Poster Informing ... 45

4.5.3 Poster Reminding ... 46

4.5.4 Poster Workshop "Kite Peduli Kite Lestari" ... 47

4.5.5 Tiket Workshop "Kite Peduli Kite Lestari" ... 47

4.5.6 Spanduk Workshop "Kite Peduli Kite Lestari" ... 48

4.5.7 Website ... 48

4.5.8 Merchandise ... 51

4.6 Biaya Media ... 52

BAB 5 PENUTUP ... 53

5.1 Simpulan ... 53

5.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... xv

LAMPIRAN ... xvi

DATA PENULIS ... xvii


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kampanye Difusi Inovasi ... 14

Gambar 3.1. Logo BBB ... 24

Gambar 3.2 Pengetahuan Mengenain Tanjidor Betawi ... 26

Gambar 3.3 Ketertarikan Masyarakat terhadap Aliran Musik ... 27

Gambar 3.4 Kepedulian Masyarakat terhadap Perkembangan Musik Betawi ... 28

Gambar 3.5 Ketertarikan Masyarakat terhadap Perkembangan Musik Tanjidor ... 28

Gambar 3.6 Ketertarikan Masyarakat terhadap Kegiatan Musik Tanjidor ... 29

Gambar 3.7 Ketertarikan Masyarakat terhadap Aliran Kolaborasi Musik Tanjidor ... 30

Gambar 3.8 Motivasi Masyarakat terhadap Kegiatan Kesenian ... 30

Gambar 3.9 Kesadaran Masyarakat terhadap Tujuan Kegiatan Kesenian ... 31

Gambar 3.10 Media yang Digunakan Masyarakat dalam Mencari Informasi ... 32

Gambar 3.11 Kampanye Kesenian Institut Seni Indonesia ... 34

Gambar 3.12 Kampanye Kesenian Musik Rakyat ... 35

Gambar 4.1 Logo Kampanye ... 42

Gambar 4.2 Logo Grid ... 43

Gambar 4.3 Timeline Kampanye ... 44

Gambar 4.4 Poster Awarness ... 45

Gambar 4.5 Poster Informing ... 46

Gambar 4.6 Poster Reminding ... 47

Gambar 4.7 Poster Seminar... 48

Gambar 4.8 Tiket Seminar ... 48

Gambar 4.9 Spanduk Seminar... 49


(7)

xiii

Gambar 4.11 Halaman Activity ... 50

Gambar 4.12 Halaman Gallery ... 50

Gambar 4.13 Halaman Contact ... 51

Gambar 4.14 Media Sosial ... 51

Gambar 4.15 Pin dan Stiker ... 52


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Skema Perancangan ... 5 Tabel 4.1 Biaya Media ... 53


(9)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budaya di Indonesia ada begitu banyak ragam dan macamnya. Kemunculan budaya ini berawal melalui kegiatan turun temurun yang pada akhirnya menjadi sebuah budaya kesenian yang perlu untuk dijaga dan dilestarikan. Meski telah dilakukan turun temurun namun kesadaran masyarakat semakin tergerus seiring berjalannya jaman. Hal ini ditandai dengan mulai punahnya beberapa kesenian dikarenakan kurangnya kesadaran dan ketidak pedulian masyarakat terhadap budayanya sendiri. Salah satu kesenian yang telah turun temurun dan mulai hilang berada di tanah Betawi, yang menjadi akar identitas lokal ibukota Negara Indonesia yaitu Jakarta.

Melalui wawancara dengan Bapak Irianto Suwondo selaku pendiri Bagong dimana beliau adalah seorang seniman musik yang telah menyelesaikan thesis S2 musik di Institut Kesenian Jakarta mengenai kesenian musik Tanjidor dan beliau aktif dalam mengupayakan percampuran musik kolaborasi Tanjidor dengan musik Jazz agar dapat menarik minat kaum muda saat ini di Jakarta untuk turut melestarikan. Kelompok Bagong Bigband ini akan dapat membantu menarik minat masyarakat dengan pertunjukkan kolaborasi aliran musik Jazz dengan Tanjidor. Beliau mengatakan dengan seiring kemajuan jaman dan daya tarik Jakarta sebagai ibukota Negara, Jakarta sering menjadi tujuan pendatang untuk mengubah nasib mereka. Dengan masuknya para pendatang dari berbagai daerah menjadikan Jakarta sebagai kota multikultur. Banyaknya pendatang yang masuk ke ibukota membuat kesadaran dan kepedulian masyarakat Betawi semakin menurun terhadap kebiasaan dan budayanya. Hal ini wajar terjadi oleh karena fokus dan jumlah masyarakat di Jakarta semakin beragam sehingga fokus yang terjadi hanyalah untuk merubah perekonomian mereka dan mengesampingkan budaya lokal.


(10)

Salah satu budaya lokal Jakarta adalah musik Tanjidor Betawi. Musik Tanjidor diduga masuk dan dibawa oleh bangsa Portugis pada abad-18, seorang ahli musik dari Belanda Ernst Heinz berpendapat musik Tanjidor Betawi asalnya dimainkan oleh para budak yang ditugaskan bermain musik untuk menghibur tuannya. Alat musik yang dimainkan semuanya berasal dari Eropa yang dipinjamkan kepada para budak untuk menghibur para tuan tanah. Selepas masa perbudakan para pemain Tanjidor Betawi membentuk grup pemusik (Emot Rahmat, 1996).

Bila dibandingkan dengan kesenian musik lain, Tanjidor Betawi memilki keunikan yang lain, oleh karena Tanjidor sendiri menggunakan tangga nada diatonis yang merupakan tangga nada Barat, yang tersusun dalam 8 not dalam satu interval (do re mi fa so la si do) yang berbeda dengan kebiasaan alat musik tradisional Indonesia pada umumnya yang menggunakan pentatonis (da mi na ti la da) sehingga Tanjidor sendiri dapat dengan mudah untuk dikolaborasikan dengan berbagai macam aliran musik yang ada. Namun sayangnya kesenian ini hampir punah (kompasnews.com, 23 November).

Pada masa kejayaannya musik Tanjidor sering mendapat panggilan untuk acara-acara terutama pada saat pernikahan maupun khitanan, selain mengamen dari kampung ke kampung, grup Tanjidor sering mengisi pada acara tahun baru imlek sampai perayaan Cap Go Meh. Namun seiring majunya budaya urban di Jakarta, musik Tanjidor Betawi semakin tersisih dan kurang diminati, masyarakat semakin menyukai budaya pop yang serba instant yang cenderung semakin menggerus budaya. Menyurutnya eksistensi musik Tanjidor pun semakin membuat pemainnya untuk beralih profesi dan tidak melanjutkan pelestarian musik Tanjidor. Di kalangan generasi muda, Tanjidor juga nyaris terlupakan dan tidak mendapat apresiasi oleh karena pengaruh dari budaya barat sehingga menilai kesenian Tanjidor ini sebagai hal yang memalukan karena salah satu kebiasaannya adalah arak-arakan.


(11)

Universitas Kristen Maranatha 3 1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

Jika dirumuskan dalam poin-poin, maka permasalahan yang ada adalah

 Bagaimana agar generasi muda Jakarta tertarik untuk melestarikan musik tradisional Tanjidor ?

 Bagaimana merancang sebuah kampanye kesenian musik Tanjidor yang menarik anak muda Jakarta ?

1.3 Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan adalah

 Membuat generasi muda Jakarta tertarik dan mau turut serta dalam pelestarian musik Tanjidor.

 Membuat sebuah kampanye kesenian musik Betawi yang menarik anak muda Jakarta melalui sebuah kegiatan-kegiatan dan media visual untuk meningkatkan kesadaran.

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyusun laporan ini, metoda perolehan dan pengolahan data yang digunakan adalah

1. Metoda observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada Bagong Big Band yang merupakan salah satu grup modern yang berkolaborasi dengan aliran musik betawi.

2. Wawancara, dengan bertanya dan mencatat mengenai informasi, data dari grup Bagong Big Band, Lembaga Kebudayaan Betawi, dan Bapak Irianto Suwondo pendiri Bagong Bigband.


(12)

3. Studi pustaka, yaitu menggunakan internet dan buku untuk lebih memperdalam wawasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Tanjidor Betawi.

4. Kuisioner, yaitu pengumpulan data untuk validitas pernyataan kepada masyarakat yang berdomisili di Jakarta.

5. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan foto-foto dari Bagong Big Band dan sanggar Jagakarsa.


(13)

Universitas Kristen Maranatha 5 1.5 Skema Perancangan

Musik Tanjidor Betawi

Permasalahan

Kurangnya apresiasi generasi muda terhadap seni musik Betawi

Teori

 Budaya

 Musik Tradisonal

 Psikologi perkembangan

 Kampanye

Solusi

Diperlukan perencanaan kampanye kesadaran yang komunikatif untuk dapat meningkatkan kesadaran melestarikan Musik Tanjidor

Konsep Perencanaan

Tujuan Akhir

Mengetahui dan melestarikan seni musik Tanjidor

Konsep Kreatif

Konsep kreatif dibuat dengan simple, modern dan terdapat

unsur khas tradisi Betawi, yang disesuaikan untuk target market yaitu kaum muda kalangan

menengah.

Konsep Media

 Media sosial

 Iklan  Poster  dll. Konsep Komunikasi Memberikan informasi dengan pembuatan workshop dan kampanye lomba dokumentasi, dan bermusik kolaborasi. Kekuatan kampanye ini akan ditunjukkan dengan fotografi dan


(14)

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Membuat kampanye kesenian musik Tanjidor ini sangat penting untuk membuat kebiasaan baru dalam mengaplikasikan suatu kebiasaan dengan mengkolaborasikannya agar sesuai dengan perkembangan jaman kini.

Ada beberapa faktor yang dapat sangat membantu dalam pembuatan kampanye terutama kamapanye kesenian tanjidor yaitu antara lain, data lengkap tentang permasalahan masa kini terhadap kesenian tanjidor, kebiasaan dan pendapat masyarakat masa kini mengenai kesenian musik Tanjido, dan kebiasaan baru yang perlu diciptakan guna menjadi langkah awal dalam pelestarian.

Penggunaan visual yang menarik perhatian target sasaran juga penting, agar kampanye ini tidak terkesan membosankan dan terlihat lampau oleh karena mengusung kebudayaan. Pembuatan kampanye ini memilki kesulitan dan halangan karena sulitnya mencari narasumber yang pada masa kini sudah tidak aktif maupun telah meninggalnya narasumber tanpa meninggalkan bukti sejarah yang kuat dan ditambah sulitnya berinteraksi terhadap narasumber yang lanjut usia dan pada umumnya bersikap introvert. Pola pikir generasi muda yang tergolong mulai malas menjadi hambatan tersendiri juga untuk meyakinkan adanya cara baru menikmati musik tradisional tanpa dilibatkan bukti yang kuat.

Pelaksanaan kampanye selama 10 bulan sudah mencukupi waktu yang diinginkan karena bila lebih lama dari 9 bulan pengadaan acara dan kampanye akan tidak efektif dan menurunnya antusiasisme dari targetyang mayoritas anak muda.


(15)

Universitas Kristen Maranatha 55 5.2 Saran

Para penguji memberikan saran pada penulis untuk perancangan kampanye skala besar diharapkan untuk lebih mengobservasi biaya yang dikeluarkan agar lebih efisien dan menghitung jumlah media yang akan disebarkan serta lokasi yang akan menjadi tempat pemasangan atau pun penyebaran agar hasil yang dicapai lebih maksimal.

Diharapkan dengan adanya kampanye ini masyarakat menjadi lebih memperhatikan kesenian terhadap masing-masing daerah dan mulai peduli akan eksistensi budaya kita yang sudah hampir dilupakan dan punah.

Agar kampanye kesenian musik Tanjidor dalam perwujudannya lebih maksimal pengumpulan data, riset yang lengkap, dan pengerjaan tim yang besar akan sangat mendukung karena setiap komponen kampanye dapat dikerjakan secara detil.


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin Rakhmat, 2004, Manajemen Kampanye, Simbiosa Rekatama Media.

http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.com/2013/07/jenis-jenis-kampanye.html ( diakses pada tanggal 20.2.2014 )

Koentjaraningrat, 1974, Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Ratna, Nyoman Kutha, 2005, Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harris, Marvin, 1999, Theories of Culture in Postmodern Times. New York: Altamira Press.

Suparlan, Parsudi, 1981/82, “Kebudayaan, Masyarakat, dan Agama: Agama sebagai

Sasaran Penelitian Antropologi”, Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia (Indonesian

Journal of Cultural Studies), Juni jilid X nomor 1. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Yusuf LN, H. Syamsu, Dr., M.pd. 2006. Psikoogi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Universal categories of culture. In Anthropology today, A. L. Kroeber, ed. Chicago, University of Chicago Press. (Arabic translation by Mr. Farwq Abd-il-qadir for Readings in the social sciences, Winger 1958-59, I :9-34 [Published by the UNESCO Middle East Science Corporation Office, 1959]).

Zarella, D. (2010). The Social Media Marketing Book. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta Anggota IKAPI.


(17)

xvi

DATA PENULIS

Nama : Alfred Tjahjadi

Alamat

: Jl. Cibuntu Tengah 91/82c

Telepon :

022 - 6031168

Handphone

: 0899 - 7868 - 353

Email

: alfredzhou@yahoo.com

Pendidikan

: SMAK 2 BPK PENABUR Bandung / 2007-2010


(18)

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Kedua orang tua penulis, Sulung Tjahjadi dan Sylvie Mulyani S, yang telah memberikan cinta, kasih sayang, dukungan, dan dorongan kepada penulis selama ini,

2. Vania Utami S, kekasih yang selalu meberikan dukungan dan bantuan hingga akhir pameran kepada penulis,

3. Teman seperjuangan yang juga bersama penulis berjuang dalam penyelesaian tugas akhir, David Januar, Edwin Jonathan, Jeffry Iskandar, Henry Limargo yang telah memberi saran, masukan, kritik, dukungan sehingga kita bisa bersama-sama melewati tugas akhir ini,

4. Egi Realino, Alfian Thio, yang telah banyak meluangkan waktunya membantu penulis disaat membutuhkan tenaga dan saran-saran objektif dalam proyek ini, 5. Bapak Irianto Suwondo, yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu

penulis mendapatkan data yang lengkap dan penjelasan yang baik,

6. Zul Fahmi BBB, yang sudah bersedia menemani penulis untuk mencari dan melengkapi sumber informasi, data dan meluangkan waktunya untuk wawancara, 7. Ko Peter Rhian, yang terus dengan sabar membimbing penulis sampai pada

tahap akhir proyek akhir ini,

8. Sunty Chandra, Moonty Chandra, Gian Dasuki, Ci Devi, Aldius Beke, Jason Adi terima kasih atas dukungan dan bantua selama proyek tugas akhir,

9. Para responden yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk melengkapi kuisioner dari penulis

10.Para staff TU FSRD, terutama Pak Willyanto Wirawan Ngapon, terimakasih atas semua pemberitahuan dan informasinya,

11.Semua para dosen FSRD yang pernah mendidik penulis selama berkuliah di Universitas Kristen Maranatha, terima kasih,


(19)

xviii

12.Dan semua pihak yang telah banyak membantu penulis, namun tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih banyak atas semua bantuaanya.


(1)

Universitas Kristen Maranatha 54

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Membuat kampanye kesenian musik Tanjidor ini sangat penting untuk membuat kebiasaan baru dalam mengaplikasikan suatu kebiasaan dengan mengkolaborasikannya agar sesuai dengan perkembangan jaman kini.

Ada beberapa faktor yang dapat sangat membantu dalam pembuatan kampanye terutama kamapanye kesenian tanjidor yaitu antara lain, data lengkap tentang permasalahan masa kini terhadap kesenian tanjidor, kebiasaan dan pendapat masyarakat masa kini mengenai kesenian musik Tanjido, dan kebiasaan baru yang perlu diciptakan guna menjadi langkah awal dalam pelestarian.

Penggunaan visual yang menarik perhatian target sasaran juga penting, agar kampanye ini tidak terkesan membosankan dan terlihat lampau oleh karena mengusung kebudayaan. Pembuatan kampanye ini memilki kesulitan dan halangan karena sulitnya mencari narasumber yang pada masa kini sudah tidak aktif maupun telah meninggalnya narasumber tanpa meninggalkan bukti sejarah yang kuat dan ditambah sulitnya berinteraksi terhadap narasumber yang lanjut usia dan pada umumnya bersikap introvert. Pola pikir generasi muda yang tergolong mulai malas menjadi hambatan tersendiri juga untuk meyakinkan adanya cara baru menikmati musik tradisional tanpa dilibatkan bukti yang kuat.

Pelaksanaan kampanye selama 10 bulan sudah mencukupi waktu yang diinginkan karena bila lebih lama dari 9 bulan pengadaan acara dan kampanye akan tidak efektif dan menurunnya antusiasisme dari targetyang mayoritas anak muda.


(2)

5.2 Saran

Para penguji memberikan saran pada penulis untuk perancangan kampanye skala besar diharapkan untuk lebih mengobservasi biaya yang dikeluarkan agar lebih efisien dan menghitung jumlah media yang akan disebarkan serta lokasi yang akan menjadi tempat pemasangan atau pun penyebaran agar hasil yang dicapai lebih maksimal.

Diharapkan dengan adanya kampanye ini masyarakat menjadi lebih memperhatikan kesenian terhadap masing-masing daerah dan mulai peduli akan eksistensi budaya kita yang sudah hampir dilupakan dan punah.

Agar kampanye kesenian musik Tanjidor dalam perwujudannya lebih maksimal pengumpulan data, riset yang lengkap, dan pengerjaan tim yang besar akan sangat mendukung karena setiap komponen kampanye dapat dikerjakan secara detil.


(3)

xv

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin Rakhmat, 2004, Manajemen Kampanye, Simbiosa Rekatama Media.

http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.com/2013/07/jenis-jenis-kampanye.html ( diakses pada tanggal 20.2.2014 )

Koentjaraningrat, 1974, Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Ratna, Nyoman Kutha, 2005, Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan

Fakta.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harris, Marvin, 1999, Theories of Culture in Postmodern Times. New York: Altamira Press.

Suparlan, Parsudi, 1981/82, “Kebudayaan, Masyarakat, dan Agama: Agama sebagai

Sasaran Penelitian Antropologi”, Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia (Indonesian

Journal of Cultural Studies), Juni jilid X nomor 1. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas

Indonesia.

Yusuf LN, H. Syamsu, Dr., M.pd. 2006. Psikoogi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Universal categories of culture. In Anthropology today, A. L. Kroeber, ed. Chicago, University of Chicago Press. (Arabic translation by Mr. Farwq Abd-il-qadir for Readings in the social sciences, Winger 1958-59, I :9-34 [Published by the UNESCO Middle East Science Corporation Office, 1959]).

Zarella, D. (2010). The Social Media Marketing Book. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta Anggota IKAPI.


(4)

DATA PENULIS

Nama : Alfred Tjahjadi

Alamat

: Jl. Cibuntu Tengah 91/82c

Telepon :

022 - 6031168

Handphone

: 0899 - 7868 - 353

Email

: alfredzhou@yahoo.com

Pendidikan

: SMAK 2 BPK PENABUR Bandung / 2007-2010


(5)

xvii

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Kedua orang tua penulis, Sulung Tjahjadi dan Sylvie Mulyani S, yang telah memberikan cinta, kasih sayang, dukungan, dan dorongan kepada penulis selama ini,

2. Vania Utami S, kekasih yang selalu meberikan dukungan dan bantuan hingga akhir pameran kepada penulis,

3. Teman seperjuangan yang juga bersama penulis berjuang dalam penyelesaian tugas akhir, David Januar, Edwin Jonathan, Jeffry Iskandar, Henry Limargo yang telah memberi saran, masukan, kritik, dukungan sehingga kita bisa bersama-sama melewati tugas akhir ini,

4. Egi Realino, Alfian Thio, yang telah banyak meluangkan waktunya membantu penulis disaat membutuhkan tenaga dan saran-saran objektif dalam proyek ini, 5. Bapak Irianto Suwondo, yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu

penulis mendapatkan data yang lengkap dan penjelasan yang baik,

6. Zul Fahmi BBB, yang sudah bersedia menemani penulis untuk mencari dan melengkapi sumber informasi, data dan meluangkan waktunya untuk wawancara, 7. Ko Peter Rhian, yang terus dengan sabar membimbing penulis sampai pada

tahap akhir proyek akhir ini,

8. Sunty Chandra, Moonty Chandra, Gian Dasuki, Ci Devi, Aldius Beke, Jason Adi terima kasih atas dukungan dan bantua selama proyek tugas akhir,

9. Para responden yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk melengkapi kuisioner dari penulis

10.Para staff TU FSRD, terutama Pak Willyanto Wirawan Ngapon, terimakasih atas semua pemberitahuan dan informasinya,

11.Semua para dosen FSRD yang pernah mendidik penulis selama berkuliah di Universitas Kristen Maranatha, terima kasih,


(6)

12.Dan semua pihak yang telah banyak membantu penulis, namun tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih banyak atas semua bantuaanya.