"Katakan Tidak untuk Menkes...".

Pikiran Rakyat

17

1

OJan

o Senin . Selasa
- o Rabu o
2
~19 4 20 5 21 6 227 823
18
OPeb

o Mar OApr

OMei

Kamis 0
9


10
24

OJun

Jumat

12

11
25

o Sabtu o

26

13
27


OJul 0 Ags OSep

Minggu

14
28

15
29

OOkt

8Nov

16
30

31

ODes


"KatakanTidakuntukMenkes.....

K

ECEWA, perasaan
tersebut menyeruak
dalam hati wartawan.
Pada kunjungan pertamanya
ke Bandung, Menteri Kesehatan (Menkes) Dr. dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH.,
tidak mau menemui
wartawan yang sudah menunggu sejak pagi. Hal tersebut teIjadi pada seminar
menyambut Hari Pneumonia
se-Dunia 2009, di Gedung
Fakultas Kedokteran Unpad
di Jln. dr. Eijkman No. 38
Bandung, Senin (2/11).
Seusai membuka acara
tersebut, wartawan dari
berbagai media menunggu

dengan sabar Menkeskeluar
dari ruangan, tetapi Menkes
tidak munculjuga. Wartawan
bahkan diminta memasuki
ruangan lainnya untuk
mengikutijumpa pers. Akan
tetapi, wartawan tetap diam
di tempat tersebut menunggu
Menkes keluar.
Suasana agak sedikit tegang
karena panitia tetap meminta
wartawan untuk masuk ruanganjumpa pers yang sudah
disediakan dengan alasan agar
acara bisa berlangsung, sementara wartawan tetap menunggu
Menkes. Para wartawan cetak
akhirnya mengatakan mau masuk ke ruanganjumpa
pers
----

yang telah disediakan asalkan

Menkes juga mau datang pada
jumpa pers tersebut, karena
wartawan khawatir acara
jumpa pers tersebut merupakan salah satu cara untuk
mengalihkan perhatian
wartawan agartidak
mewawancarai Menkes. Namun, tidak teIjadi kata sepakat
antara panitia dan wartawan
sehingga acarajumpa pers
tersebut batal digelar.
Setelah menunggu lama,
akhirnya Menkes mau keluar
ruangan didampingi Direktur
Utama Rumah Sakit Hasan
Sadikin (RSHS) Bandung.
Akan tetapi, wartawan tetap
tidak bisa mewawancarainya
karena kawalan yang ketat
tethadap Menkes, baik dari
polisi maupun panitia.

Sepanjangjalan menuju
keluar gedung, Menkes tetap
tidak bersuara hingga beberapawartawanberteriakbahwa
mereka ingin minta informasi
keselamatanjemaah haji dari
kemungkinan teIjadinya
gelombang penyakit HINI,
bukan mau menanyakan tentang Namru. "Kenapa Menkes
takut sarna wartawan?" tutur
mereka. Namun, Menkes terus
berlalu meninggalkan gedung.
Wartawan yang kesal akhirnya duduk-duduk di depan

Kllplng

Humas
--

-


tangga gedung sambil berfotofoto dengan mengacungkan tangan kiri dan mengatakan
"Say No to Menkes".
Menkes baru mau menemui
wartawan seusai membuka
acara Pencanangan Pengobatan Massal Filariasis putaran
pertama di Kabupaten Bandung, di Gedung Ilmu
Penyakit Dalam RSHS. Pada
kesempatan tersebut, ditanya
kebijakan Depkes terkait dengan penelitian. Menkes mengatakan Depkes mempunyai
Badan Litbang yang akan
lebih memfungsikan dirinya
sebagai koordinator.
"Jadi riset itu bisa dilakukan oleh universitas, lembaga penelitian lain di Indonesia keIja sarna antara kita, dan juga ada keIja sarna
dengan luar negeri. Arahan
dari Bapak Presiden adalah
kita harus keIja sarna, jangan
pilih-pilih negara mana pun
danjangan cari musuh, zero
enemy termasuk dengan
Amerika," katanya.

Ditanya proteksi terhadap
sampel virus, Endang
mengatakan, akan membentuk sebuah komite atau
komisi yang terdiri dad para
pakar, seperti pakar spesialis
anak, spesialis penyakit
dalam, virologis, dan bakteri,-,.._~

Un pad

-..

2009

ologis. "Pokoknya pakarpakar dari universitas, bukan
dari Depkes. Mereka ini yang
akan menjadi semacam dewan pertimbangan sehingga
bila ada tawaran penelitian
yang besar-besar akan dibahas di situ," ujarnya.
Ditanya dalam konsep zero

enemy, ada kemungkinan
keIja sarna dengan Namru
dilanjutkan, Menkes hanya
menjawab bukan Namru
karena tidak bicara dengan
satu institusi karena Namru
itu keeil. "Kita bekeIja sarna
dengan negara," ujarnya.
Selanjutnya, Menkes
mengatakan, ada empat program yang akan dilaksanakan
Depkes. Pertama, pemenuhan
hak setiap individu untuk
pelayanan kesehatan dengan
Jamkesmas danjaminan kesehatan. Kedua,
meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui percepatan pencapaian Millennium Development Goals
(MDGs). Ketiga, pence9ahan
serta penanggulangan
penyakit infeksi dan program
keempat adalah distribusi,

pemerataan tenaga kesehatan
di daerah terpencil, kepulauan, perbatasan, dan daerah I
tertinggal. (Yeni Ratnadewi/"PR")***