PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBERI HIBAH YANG TELAH KELIRU MELAKUKAN PENGHIBAHAN TERHADAP PENERIMA HIBAH DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.

ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBERI HIBAH YANG TELAH
KELIRU MELAKUKAN PENGHIBAHAN TERHADAP PENERIMA HIBAH
DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
PERDATA
Fitriani Iswandari
110110090202

Hibah adalah suatu perjanjian dengan mana pemberi hibah diwaktu
hidupnya dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali
menyerahkan sesuatu barang guna keperluan penerima hibah yang
menerima penyerahan itu. Secara umum, pemberian hibah kepada
seseorang harus dipikir dengan matang terlebih dahulu dan betul-betul
atas kemauan sukarela pemberi hibah sehingga tidak menyesal
dikemudian hari, namun pada kenyataannya terdapat penghibahan yang
terjadi karena kekeliruan pemberi hibah dalam menyatakan kehendaknya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keabsahan pemberian
hibah tanah yang telah dilakukan secara keliru oleh pemberi hibah kepada
penerima hibah dihubungkan dengan KUHPerdata dan untuk mengetahui
perlindungan hukum bagi pemberi hibah atas kerugian yang dialami akibat
kekeliruannya tersebut.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
yuridis-normatif yaitu dengan mengkaji dan menguji data sekunder atau
bahan-bahan kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan
hibah. Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif-analitis yaitu
menggambarkan praktik pelaksanaan menyangkut penghibahan yang
telah dilakukan secara keliru oleh pemberi hibah dikaitkan dengan teori
hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Data yang
terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis
yuridis-kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keabsahan penghibahan yang
telah dilakukan secara keliru oleh pemberi hibah adalah tidak sah karena
tidak memenuhi syarat subjektif Pasal 1320 KUHPerdata mengenai
persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian
(consensus). Perlindungan hukum bagi pemberi hibah dapat dilakukan
dengan mengajukan gugatan pembatalan hibah ke Pengadilan Negeri dan
apabila objek hibah telah dibaliknama atau disertifikatkan atas nama
penerima hibah maka pemberi hibah juga harus mengajukan gugatan
pembatalan hak atas tanah ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

iv