PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBERI LISENSI MEREK DALAM PERJANJIAN LISENSI YANG TELAH LEWAT WAKTU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBERI LISENSI MEREK DALAM
PERJANJIAN LISENSI YANG TELAH LEWAT WAKTU
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG MEREK DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
ABSTRAK
Merek sebagai bagian dari HKI memiliki hak eksklusif guna
mencegah pihak lain untuk menggunakan merek yang identik atau mirip
bagi keperluan perdagangan, dengan hak ekslusif tersebut pemilik merek
dapat memberikan lisensi kepada pihak lain untuk menggunakan
mereknya melalui perjanjian. Permasalahan akan muncul apabila
penerima lisensi tetap menggunakan merek yang dilisensikan walaupun
perjanjian lisensi telah habis masa berlakunya yang mengakibatkan
pemilik merek mengalami kerugian, maka bagaimanakah penggunaan
merek tersebut dan tindakan apa saja yang dapat dilakukan oleh pemilik
merek.
Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisa dan meneliti
studi kasus ini adalah melalui data yuridis normatif dengan data utama
berupa data sekunder yang diperoleh dengan studi kepustakaan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen dan
wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah yuridis normatif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui penggunaan merek oleh
penerima lisensi yang telah habis masa berlaku perjanjian lisensinya telah
melanggar Pasal 43 ayat (2) UUM 2001 dan Pasal 1234 KUHPerdata.
Maka tindakan yang dapat ditempuh oleh pemilik merek berdasarkan
Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek dapat dilakukan
tindakan preventif dengan cara mendaftarkan merek kepada Direrktorat
Jenderal HKI sebagaimana diatur dalam Pasal 3 UUM 2001 serta
membuat perjanjian lisensi dengan para pihak yang ingin menggunakan
merek yang sesuai dengan Pasal 43 sampai dengan Pasal 49 UUM 2001
dan juga dengan tindakan represif yang dapat dilakukan melalui nonlitigasi yaitu negosiasi sebagaimana diatur dalam Pasal 84 UUM 2001
maupun litigasi yaitu melalui penanganan perdata sebagaimana diatur
dalam Pasal 76 UUM 2001 dan juga melalui penanganan pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 90 sampai dengan Pasal 95 UUM 2001.
Sebaiknya para pihak membuat perjanjian lisensi merek karena dengan
adanya perjanjian lisensi maka pihak lain dapat menggunakan merek milik
pemilik merek. Para pihak yang akan melakukan perjanjian lisensi HKI
khususnya merek sebaiknya harus tetap memperhatikan prinsip
persaingan usaha sehat.
iv
PERJANJIAN LISENSI YANG TELAH LEWAT WAKTU
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG MEREK DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
ABSTRAK
Merek sebagai bagian dari HKI memiliki hak eksklusif guna
mencegah pihak lain untuk menggunakan merek yang identik atau mirip
bagi keperluan perdagangan, dengan hak ekslusif tersebut pemilik merek
dapat memberikan lisensi kepada pihak lain untuk menggunakan
mereknya melalui perjanjian. Permasalahan akan muncul apabila
penerima lisensi tetap menggunakan merek yang dilisensikan walaupun
perjanjian lisensi telah habis masa berlakunya yang mengakibatkan
pemilik merek mengalami kerugian, maka bagaimanakah penggunaan
merek tersebut dan tindakan apa saja yang dapat dilakukan oleh pemilik
merek.
Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisa dan meneliti
studi kasus ini adalah melalui data yuridis normatif dengan data utama
berupa data sekunder yang diperoleh dengan studi kepustakaan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen dan
wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah yuridis normatif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui penggunaan merek oleh
penerima lisensi yang telah habis masa berlaku perjanjian lisensinya telah
melanggar Pasal 43 ayat (2) UUM 2001 dan Pasal 1234 KUHPerdata.
Maka tindakan yang dapat ditempuh oleh pemilik merek berdasarkan
Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek dapat dilakukan
tindakan preventif dengan cara mendaftarkan merek kepada Direrktorat
Jenderal HKI sebagaimana diatur dalam Pasal 3 UUM 2001 serta
membuat perjanjian lisensi dengan para pihak yang ingin menggunakan
merek yang sesuai dengan Pasal 43 sampai dengan Pasal 49 UUM 2001
dan juga dengan tindakan represif yang dapat dilakukan melalui nonlitigasi yaitu negosiasi sebagaimana diatur dalam Pasal 84 UUM 2001
maupun litigasi yaitu melalui penanganan perdata sebagaimana diatur
dalam Pasal 76 UUM 2001 dan juga melalui penanganan pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 90 sampai dengan Pasal 95 UUM 2001.
Sebaiknya para pihak membuat perjanjian lisensi merek karena dengan
adanya perjanjian lisensi maka pihak lain dapat menggunakan merek milik
pemilik merek. Para pihak yang akan melakukan perjanjian lisensi HKI
khususnya merek sebaiknya harus tetap memperhatikan prinsip
persaingan usaha sehat.
iv