pembahasan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan data merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan
jaminana layanan kesehatan. Data adalah catatan tentang sesuatu, baik yang
bersifat kuantitatif maupun kualitatif yang diproses menjadi informasi,
kemudian digunakan sebagai petunjuk dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan informasi, kita dapat mempelajari fakta-fakta yang ada,
kemudian membuat keputusan yang tepat berdasarkan informasi tersebut.
Tujuan pengumpulan data dan pemanfaatan data dalam konteks jaminan
mutu layanan kesehatan adalah untuk memantau dan mengendalikan proses
dan menganalisis hal-hal yang tidak sesuai. Jaminan mutu layanan kesehatan
merupakan aktivitas teknis dan manajerial yang digunakan untuk mengukur
karakteristik mutu dari keluaran, baik itu output maupun outcome yang
diinginkan serta melakukan perbaikan yang tepat apabila terjadi kesenjangan
antara kinerja actual dengan standar layanan kesehatan yang diterapkan. Agar
dapat selalu memenuhi harapan pasien dan atau masyarakat, layanan
kesehatan harus selalu memenuhi harapan pasien, layanan kesehatan harus
selalu melaksanakan peningkatan mutu yang berkesinambungan.


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Data Dan Jaminan Mutu Layanan Kesehatan ?
2. Bagaimana Penggunaan Data Dalam Siklus Pemecahan Masalah Mutu ?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Mutu Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada mahasiswa, dan melalui
makalah ini kita bisa mengetahui tentang apa itu Data Dan Jaminan Mutu
Layanan Kesehatan serta bagaimana Penggunaan Data Dalam Siklus
Pemecahan Masalah Mutu.

BAB II

1

PEMBAHASAN

2.1 Data Dan Jaminana Mutu Layanan Kesehatan
a. Data Dan Informasi
Keberhasilan penerapan jaminan mutu layanan kesehatan sangat

bergantung pada ketersediaan informasi yang tepat waktu dan akurat
yang dapat digunakan.
Apakah informasi itu ? informasi adalah hasil pengumpulan data
setelah data itu diolah dianalisis dan diinterpretasi. Suatu keputusan
baru dapat dibuat setelah informasi yang diperlukan tersedia. ketetapan
suatu keputusan yang diambil akan bergantung pada keakuratan
informasi yang tersedia dan ketersediaan informasi yang tepat waktu.
Data yang terdapat dalam tabel 1. adalah berat badan bayi yang lahir di
Puskesmas Sumber Waras dalam gram selama bulan Januari dan
Februari tahun 1999.
Berdasarkan rata-rata hitung berat badan bayi yang lahir pada bulan
Januari dan Februari informasi yang diperoleh antara lain :
1. Dalam bulan Januari rata-rata berat badan bayi lahir adalah 2933
gram.
2. Dalam bulan Februari rata-rata berat badan bayi lahir adalah 2700
gram .
3. Dalam bulan Februari rata-rata berat badan bayi lahir Mengalami
penurunan.
Table 1. Berat Badan Bayi (dalam gram)
Januari

3500
3300
2800
3400
2200
2900
3100
2400
2800
26.400

Februari
2700
2200
2900
3100
2400
2400
2800
3100

21.600

b. Sumber Dan Jenis Data
Pengalaman dan pengamatan lapangan menunjukkan bahwa
penggunaan data dalam siklus pemecahan masalah mutu layanan
2

kesehatan merupakan salah satu mata rantai kegiatan yang paling
lemah Oleh sebab itu sumber jenis data dan metode perolehan data
perlu dijelaskan. Data yang berada di lingkungan Puskesmas dapat
berasal dari rekam medic, catatan Puskesmas, catatan dan laporan
Puskesmas, pasien, petugas Puskesmas, masyarakat dan sebagainya.
Data juga dapat dibagi menjadi dua jenis data kualitatif dan data
kuantitatif Selain itu data juga dapat dikelompokkan berdasarkan
metode pengumpulannya antara lain :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya
misalnya keluhan pasien atau hasil wawancara dengan pasien.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak langsung dari
sumbernya misalnya diambil dari rekam medik laporan Puskesmas
atau catatan Puskesmas.

3. Data saling silang atau Cross sectional data yaitu data yang
dikumpulkan pada suatu saat tertentu misalnya jumlah pasien Pada
hari Kamis atau Jumlah kelahiran pada tanggal 3 Februari 1999.
4. Data longitudinal yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke
waktu misalnya jumlah kasus diare 3 bulan berturut-turut jumlah
layanan arti Natal setiap bulan dalam tiga tahun berturut-turut data
longitudinal dapat digunakan untuk melihat kecenderungan pola
penyakit musiman atau data di luar Kisaran.
c. Besar Sampel
Ada beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menentukan besar
sampel pengumpulan data . Besar sampel dalam penggunaan siklus
pemecahan masalah mutu layanan kesehatan tidak terlalu penting
karena pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan bukan kegiatan
penelitian atau riset.
Kumpulkan data sampai Anda yakin bahwa anda telah memahami pola
jawaban yang terkumpul sehingga dapat membuat suatu keputusan
Adakalanya diperlukan 15 sampel saja tetapi ada kalanya juga
diperlukan 100 sampel atau lebih. Besar sampel dapat ditentukan
berdasarkan variasi data dan jenis keputusan yang akan dibuat. Apabila
tidak ada variasi jawaban pengumpulan data tidak perlu banyak.

Pengumpulan data dapat dihentikan Jika data telah menunjukkan arah
suatu keputusan yang jelas contoh seorang pasien diberi obat
cotrimoxazole Sore harinya Pasien itu datang ke Puskesmas dengan
keluhan
gatal
pada
seluruh
badan
disertai
wajah yang bengkak akibat reaksi minum obat cotrimoxazole.
Agar pengumpulan data dapat dilakukan dengan mudah dan data
yang terkumpul tertata sesuai kebutuhan diperlukan suatu instrumen
pengumpulan data yaitu :
1. Lembar periksa (checksheet)
2. Daftar tilik atau (checklist),

3

3. Kuesioner atau (Questionnaires) dengan bentuk pertanyaan yang
jelas atau spesifik dalam kalimat yang sederhana dan tidak

memberikan pengertian ganda serta tidak sugestif.
d. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang berbentuk kuesioner ada tiga
macam antara lain kuesioner tertutup atau close ended kuesioner
terbuka atau Open ended dan kuesioner kombinasi.
1. Kuesioner tertutup, pada kuesioner tertutup responden hanya akan
memilih jawaban yang telah disediakan misalnya benar atau salah
sering jarang tidak pernah ya atau tidak pengolahan dan analisis
data yang dikumpulkan dengan kuesioner tertutup atau close ended
relatif lebih mudah karena dapat dikuantifikasikan.
2. Kuesioner terbuka pada kuesioner terbuka responden harus
memberikan uraian dari Jawaban pertanyaan yang terdapat dalam
kuesioner sehingga data yang terkumpul relative akan lebih sulit
dianalisis.
3. Kuesioner kombinasi dengan membuat kuesioner gabungan yang
terdiri dari kuesioner tertutup dan ke-9 terbuka informasi yang
diperoleh akan lebih luas data dapat dikumpulkan dengan berbagai
cara-cara pengumpulan data yang akan digunakan akan disesuaikan
dengan tujuan pengumpulan data dan data apa yang akan
diinginkan serta sumber data apa yang diperlukan.

e. Pengamatan langsung.
Data yang diperoleh dari pengamatan langsung merupakan data yang
relatif paling baik pengamatan langsung ini dapat dilakukan dengan
tiga cara yaitu:
1. Pengamatan langsung dengan daftar tilik , cara ini sangat lazim
digunakan untuk melihat apakah telah terjadi suatu penyimpangan
misalnya penyimpangan terhadap prosedur atau standar layanan
kesehatan.
2. Pengamatan langsung tanpa daftar tilik, cara ini kurang baik sebab
hasil pengamatannya akan menjadi sangat subjektif dan
kemungkinan besar setiap pengamat akan memberikan hasil
pengamatan
yang
berbeda
sehingga
akan
menyulitkan dalam membuatkesimpulannya.
3. Mystery shopper , maksudnya ialah Pengamatan dilakukan oleh
seseorang yang tidak dikenal atau misterius setelah dilatih
pengamat misterius itu akan berpura-pura menjadi passion dan

mencatat semua yang dialaminya selama menjadi pasien cara ini
dapat pula dilakukan dengan bertanya langsung kepada pasien
metode seperti ini biasanya digunakan untuk mengetahui atau
mengukur tingkat kepuasan pasien atau tingkat kepatuhan petugas

4

kesehatan terhadap standar layanan kesehatan dari sudut pandang
pasien.
f. Pemeriksaan kartu rekam medik.
Rekam medik pasien Puskesmas seringkali tidak lengkap dan tidak
akurat namun suatu rekam medik selalu dapat memberikan informasi
yang bermanfaat mengenai mutu layanan kesehatan misalnya
kesalahan diagnosis kesalahan pengobatan berhenti atau terputusnya
suatu pengobatan kegagalan pengobatan pada penyakit kronis gagalnya
rencana pemeriksaan ulang atau tindak lanjut yang telah dijatuhkan
kelengkapan data dan tidak terlaksananya rujukan pasien.
g. Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data Dengan
melakukan tanya jawab pada seseorang atau sekelompok orang atau

responden untuk meminta pendapat atau keterangan mengenai sesuatu
hal yang dianggap perlu dan penting, ada dua macam wawancara :
1. Wawancara perorangan wawancara perorangan digunakan untuk
mengetahui pengetahuan sikap dan perilaku perorangan.
2. Wawancara kelompok, iyalah wawancara yang dilaksanakan
kepada sekelompok responden lima sampai 10 orang wawancara
kelompok tidak dapat digunakan untuk memberi informasi pribadi
pendapat atau tanggapan pribadi data kuantitatif serta informasi
yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh penerimaan masyarakat
atau kelompok.
Ada satu bentuk wawancara kelompok yang disebut dengan nama
diskusi kelompok terarah atau focus group discussion FGD.
Pelaksanaan diskusi ini harus memenuhi syarat antara lain :
kelompok responden harus setara dan homogen, jumlah responden
dalam kelompok 5 sampai 10 orang, dilaksanakan pada tempat
yang netral dan harus dipandu oleh seorang fasilitator yang dibantu
oleh seorang pembuat catatan jika mungkin dilengkapi pula dengan
alat perekam baik audio maupun visual. Lama diskusi 1-2 jam,
persiapan diskusi kelompok terarah antara lain menetapkan tujuan
diskusi menyusun skenario dan pertanyaan untuk pengarahan

menentukan responden dan memberikan pemberitahuan kepada
responden ( undangan). , manfaat diskusi kelompok terarah antara
lain peserta akan terangsang untuk memikirkan atau mengajukan
gagasan baru setelah mendengar apa yang diungkapkan peserta lain
dan menimbulkan keberanian kepada peserta untuk berbicara
mengenai sesuatu hal setelah mendengar peserta lain mengungkap
persoalan tersebut. , dapat mengetahui apakah ada hal yang di
pertentangankan jika terjadi perdebatan diantara peserta perdebatan
itu menunjukkan bahwa para peserta mempunyai suatu gagasan
atau pandangan yang kuat sehingga berupaya mempertahankannya.
5

Di puskesmas banyak sekali data yang telah terkumpul tetapi
jarang sekali atau hampir tidak pernah digunakan untuk
pengambilan keputusan data tersebut sebaiknya dapat digunakan
untuk pemantauan kecenderungan pemanfaatan puskesmas
perubahan mendadak dari kejadian penyakit kesinambungan
program serta terputus nya atau drop out suatu rencana pengobatan.
Data yang dikumpulkan perlu diolah agar menjadi informasi
yang digunakan untuk mengambil keputusan. Pengolahan data
adalah kegiatan untuk mengubah data yang terkumpul menjadi
suatu bentuk yang dapat dianalisis atau diinterpretasikan.
Interpretasi data adalah upaya untuk menggali masalah yang
terkandung dalam data sehingga data dapat dimanfaatkan dengan
optimal dan upaya itu dilakukan melalui analisis data.
Data yang diolah perlu disajikan dalam bentuk yang mudah
dibaca dan mudah disimpulkan. Interprestasi data akan
menghasilkan informasi yang merupakan tujuan utama
pengumpulan data. Data dapat disajikan dalam berbagai bentuk,
antara lain :
1. Tulisan,
2. Tabel,
3. Grafik. Apabila pengumpulan data menggunakan kuesioner
tertutup atau data yang diperoleh dalam bentuk kategori,
hasilnya dapat disajikan dalam bentuk grafik.
4. Diagram, misalnya diagram batang, gunanya untuk melihat
hubungan antara faktor penyebab terhadap waktu, sedang
diagram tebar (scatter diagram), bertujuan untuk mengetahui
adanya hubungan antara dua variabel dengan segala kelebihan
dan kekurangannya masing-masing, bergantung pada
kebutuhan kita.

2.2 Penggunaan Data Dalam Siklus Pemecahan Masalah Mutu
Pemanfaatan data merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan
jaminana layanan kesehatan. Data adalah catatan tentang sesuatu, baik
yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif yang diproses menjadi
informasi, kemudian digunakan sebagai petunjuk dalam pengambilan

6

keputusan. Berdasarkan informasi, kita dapat mempelajari fakta-fakta yang
ada, kemudian membuat keputusan yang tepat berdasarkan informasi
tersebut.
Tujuan pengumpulan data dan pemanfaatan data dalam konteks
jaminan mutu layanan kesehatan adalah untuk memantau dan
mengendalikan proses dan menganalisis hal-hal yang tidak sesuai.
Jaminan mutu layanan kesehatan merupakan aktivitas teknis dan
manajerial yang digunakan untuk mengukur karakteristik mutu dari
keluaran, baik itu output maupun outcome yang diinginkan serta
melakukan perbaikan yang tepat apabila terjadi kesenjangan antara kinerja
actual dengan standar layanan kesehatan yang diterapkan. Agar dapat
selalu memenuhi harapan pasien dan atau masyarakat, layanan kesehatan
harus selalu memenuhi harapan pasien, layanan kesehatan harus selalu
melaksanakan peningkatan mutu yang berkesinambungan.
Dari tiga belas langkah siklus pemecahan masalah mutu layanan
kesehatan yang dijelaskan dalam Bab 18, enam langkah diantaranya
nmemerlukan kegiatan pengumpulan dan pemanfaatan data dalam
pelaksanaannya, yaitu :
a. Identifikasi Masalah
b. Pernyataan masalah
c. Pemahaman proses lokasi masalah.
d. Pengumpulan data penyebab masalah
e. Penentuan penyebab masalah terpilih
f. Pemantauan dan evaluasi.
Berikut merupakan penjelasan dari enam langkah tersebut, yaitu :
a. Langkah Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah interventarisasi atau pengumpulan segala
sesuatu yang dianggap sebagai masalah mutu layanan kesehatan. Setelah
semua masalah itu terkumpul, kegiatan dilanjutkan dengan klarifikasi dan
konfirmasi terhadap masalah mutu layanan kesehatan yang terkumpul.
Adapun langkah-langkah dalam kegiatan klafifikasi masalah, salah
satunya adalah melihat kembali apakah masalah mutu yang dikumpulkan
tersebut benar-benar marupakan masalah mutu atau tidak. Jika tidak,
singkirkan dari kumpulan masalah mutu tesebut, dan pemeriksa apakah
terdapat masalah mutu yang mirip atau tumpang tindih. Jika demikian
perbaiki masalahnya agar kemiripan dan atau tumpang tindih tersebut
dapat dihindarkan atau dihilangkan.
Dalam kegiatan konfrimasi masalah perlu dilakukan pengesahan
terhadap masalah mutu yang telah lulus klarifikasi. Dengan kata lain,
masalah mutu perlu dibuktikan atau didukung oleh data. Oleh sebab itu,
perlu dilakukan pengumpulan data untuk mengkonfrimasi masalah mutu

7

yang telah lulus klarifikasi tersebut. Data untuk keperluan konfirmasi
tersebut dapat berupa data primer dan data sekunder.
Data sekunder, artinya data yang telah ada sehingga tidak perlu mencari
data baru, tetapi data itu perlu dikumpulkan misalnya data dalam rekam
medik, catatan dan laporan puskesmas. Data primer, artinya datanya belum
tersedia sehingga data yang diperlukan harus dicari terlebih dahulu.
Pengumpulan data dapat dilakukan melalui pengamatan langsung,
wawancara kepuasan pasien, kepuasan petugas puskesmas, keluhan
pasien, survey cepat dan lain-lain.
Contohnya : saurat kabar local dalam minggu pertama bulan Februari 1999
memberitakan bahwa dalam lingkungan Kecamatan Sukajadi sejak bulan
januari 1999 telah terjadi banyak kematian balita karena menderita batuk
dan sesak nafas. Setelah membaca berita yang mengejutkan tersebut,
Kepala puskesmas di ibukota kecamatan Sukajadi tentu ingin segera
melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran atau mengkonfirmasi berita
kematian balita tersebut.
Untuk melalukan konfirmasi terhadap berita tersebut, kepala
puskesmas perlu melakukan kegiatan sebagai berikut.
1. Memeriksa laporan puskesmas bulan Januari 1999 (bulan lalu) untuk
mengetahui apakah benar banyak pasien balita yang menderita batuk
dan kesulitan bernafas.
2. Dari jumlah balita yang menderita batuk dan kesulitan bernafas
tersebut di cari berapa balita yang tlah didiagnosis menderita
pneumonia.
3. Dari pemeriksaan rekam medic, balita yang mempunyai keluhan batuk
dan kesulitan bernafas dalam bulan januari 1999, terdapat 19 balita
didiagnosis menderita pneumonia.
4. Melalui pemeriksaan rekam medic tersebut dapat ditelusuri bahwa
hanya 5 balita yang data berobat kembali ke Puskesmas untuk
melakukan tindak lanjut setelah 2 hari berobat di rumah.
5. Sejumlah 3 balita datang kembali berobat ke puskesmas setelah 4 hari.
6. Sejumlah 11 balita tidak pernah datang kembali berobat ke puskesmas
untuk tindak lanjut sesuai standar layanan batuk dan kesulitan
bernafas.
Apa penyebab ketidakdatangan 11 balita tersebut ke puskesmas setelah
2 hari berobat di rumah ? apakah baligta meninggal dunia di rumah atau
karena penyebab lain ? untuk mengetahui penyebab ketidakhadiran 11
balita di puskesmas, petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah pada
11 balita tersebut. Dari hasil kunjungan rumah tersebut dijumpai data
berikut :
1. Sejumlah 7 balita meniggal dunia dalam bulan Januari 1999.
2. Sejumlah 2 balita sedang menderita pneumonia berat di rumah.

8

3. Sejumlah 2 balita sedang dirawat rumah sakit kabupaten karena
menderita pneumonia berat.
Setelah semua data terkumpul, dapat disimpulkan bahwa berita surat
kabar tersebut memang benar adanya. Apa yang menyebabkan
malapetakan tersebut ? petugas puskesmas dilatih menggunakan standar
layanan batuk dan kesulitasn bernafas, tetaoi mengapa masih saja terjadi
kematian balita pneumonia, apa yang salah ? sesuai yang tertulis dalam
rekam medic tidak seorang pun anak balita itu yang menderita pneumonia
berat, tetapi mengapa mereka tidak dibawah kembali berobat ke
puskesmas untuk melakukan tindak lanjut setelah 2 hari berobat di rumah
agar malapetaka demikian tidak terulang dimasa mendatang, kepala
puskesmas perlu memperoleh fakta apa yang menyebabkan para ibu tidak
membawa balitanya kembali ke puskesmas untuk melakukan tindak lanjut
Untuk mencari fakta penyebab kejadian ini, dilakukan pengamatan
terhadap petugas puskesmas yang memberikan layanan kesehatan kepada
balita yang menderita batuk dan kesulitan bernafas. Melalui pengamatan
langsung, akan di ketahui apakah petugas puskesmas menyampaikan pesan
penyuluhan kesehatan agar balita dibawa kembali ke puskesmas untuk
diperiksa oleh dokter setelah 2 hari berobat di rumah. Untuk mendapatkan
data tersebut, perlu dibuat daftar tilik pengamatan terhadap petugas
puskesmas yang sedang menangani balita yang menderita batuk dan
kesulitan bernafas.
Table 2.
Balita pneumonia yang datang/tidak datang ke puskesmas untuk tindak
lanjut, Januari 1999.
No
.
1.
2.
3.

Kembali berobat untuk
balita tindak lanjut
Setelah 2 hari
Setelah 4 hari
Tidak datang sama sekali

Jumlah Anak
5 anak balita
3 anak balita
11 anak balita

Table 3. Hasil pengamatan petugas puskesmas dalam menangani kasus
batuk dan kesulitan bernafas
No
.
1.
2.
3.
4.
5.

Kegiatan

Ya

Menanyakan berapa lama batuk
Menanyakan kesulitan bernafas
Menanyakan gejala kejang
Memeriksa frekuensi pernafasan
Memeriksa tarikan dinding dada bawah

90
80
90
100
100

9

Tida
k
10
20
10
0
0

Persen
90%
80%
90%
100%
100%

6.
Menjelaskan tanda bahaya
50
50
50%
7.
Menganjurkan setelah 2 hari kembali
40
60
40%
8.
Jika keadaan memburuk segera kembali
60
40
60%
Sumber : Dikutip dari Mimeograph Modul Pemanfaatan Data, Pemecahan
Masalah Bersumber Daya Tim
Dari data yang terkumpul dalam table 4 dapat disimpulkan bahwa
penegakan diagnosis pneumonia telah dilakukan dengan benar, tetapi penyuluhan
kesehatan mengenai pengobatan tindak lanjut dan tanda-tanda bahaya pneumonia
tidak dilakukan dengan baik. Agar diperolah fakta yang lebih akurat mengenai
penyuluhan kesehatan tersebut, dilakukan wawancara terhadap para ibu yang
anaknya mendapat diagnosis pneumonia yaitu, pada saat para ibu tersebut hendak
meninggalkan puskesmas (exit interview). Sebelumnya, dipersiapkan suatu
kuesioner yang sederhana seperti dibawah ini dan hasil wawancara itu terdapat
dalam Tabel 2.
Table 4. Hasil wawancara kepada 17 ibu yang anaknya mendapat diagnosis
pneumonia 1-27 Februari 1999
No.
1.
2.

Pertanyaan
Apakah ibu tahu bahwa harus
membawa anak ibu kembali ke
Puskesmas untuk tindak lanjut ?
Kapan ibu harus membawa anak untuk
pemeriksaan tindak lanjut ?
Setelah 2 hari
Setelah 2 hari

Tahu
5

Tidak Tahu
12

2
3

12

Dari hasil pengumpulan data wawancara exit terhadap para ibu yang anaknya
mendapat diagnosis pneumonia di atas, dapat disimpulkan bahwa kemungkinan
penyebab ketidakdatangan ibu untuk membawa anak balitanya ke Puskesmas
setelah 2 hari berobat di rumah ialah karena perawat tidak melakukan penyuluhan
kesehatan dengan optimal. Mungkin cara penyampaian penyuluhan kesehatan
tidak jelas, terlalu rebut, atau ibu tidak mengerti pesan penyuluhannya, dan lain
sebagainya.
b. Langkah pernyataan Masalah
Pernyataan masalah adalah rumusan tentang apa dan berapa besar masalah
dimana dan bilamana masalah terjadi, dan siapa yang terkena masalah.
Oleh sebab itu, langkah pernyataan masalah memerlukan data, yaitu data
yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Pernyataan masalah yang jelas
akan memudahkan pemahaman masalah dan dapat memfokuskan
pencarian penyebab dan pemecahannya. Selain itu pernyataan masalah
yang jelas akan memudahkan pemahaman masalah, dan penyebab masalah

10

dan memudahkan penetapan kegiatan untuk mencapai tujuan pemecahan
masalah serta pemantauan dan evaluasinya.
Pernyataan masalah tidak boleh menyalahkan seseorang atau
menjadikannya “kambing hitam” dan tidak boleh menyebutkan penyebab
serta cara pemecahan masalah. Seperti dijelaskan sebelumnya, data yang
digunakan dapat berasal dari data sekunder yang bersumber dari laporan
puskesmas, rekam medic, dan lain-lain ataupun data primer yang didapat
dari pengamatan langsung, wawancara, dan survei.
Berikut ini contoh pernyataan masalah.
1. Pada puskesmas Mayasari selama bulan Januari 1999, 60% dari pasien
yang tersangka malaria tidak mau menunggu hasil pemeriksaan
sediaan tetes darah tebal. Data diperoleh dari Rekam Medik pasien
yang tersangkan menderita malaria selama bulan Januari 1999 pada
Puskesmas Mayasari.
2. Seorang bayi meninggal karena tetanus neonarotum dalam bulan
Januari 1999 di Desa Karangnyar. Data diperoleh dari laporan
kematian/persalinan Desa Karanganyar, bulan januari 1999 yang
merupakan salah satu desa di dalam wilayah kerja puskesmas
Karanganyar.
3. Hanya 70% ibu hamil yang mendapat vaksinasi TT, dalam tahun 1998
di wilayah kerja puskesmas Karangteruna. Data diperoleh dari laporan
pemantauan wilayah setempat imunisasi atau register kohort ibu.
c. Langkah Pemahaman Proses Lokasi Masalah
Agar proses lokasi dapat idtentukan terkadang perlu dibuat dahulu suatu
bagan alur (flow chart diagramme) layanan kesehatan yang bermasalah
tersebut. Bagan alur layanan itu adalah bagan alur yang sekarang
digunakan untuk melayani pasien, bukan bagan alur layanan yang ideal
atau yang diinginkan. Agar dapat menyususn suatu bagan alur layanan itu
harus sudah standardisasikan, artinya hanya bagan alur tersebut satusatunya yangdigunakan dalam melayani pasien. Yang terpenting ialah
bahwa bagan alur layanan itu harus terkait dengan masalah.
Apabila bagan alur layanan yang digunakan dalam melayani pasien
bukan satu, tetapi ada beberapa bagan, proses lokasi masalah tidak dapat
ditentukan sehingga pemecahan masalah tidak mungkin dilakukan. Ada
kalanya setelah sautu bagan alur layanan tersusun, perlu disusun juga
bagan alur layanan yang lebih rinci agar proses lokasi masalah yang lebih
tepat dapat ditentukan. Data harus dikumpulkan dari setiap simpul bagan
alur layanan yang dianggap sebagai lokasi masalah. Pengumpula data
tersebut dapat dilakukan antara lain melalui :
1. Pengumpulan data primer, dengan melakukan :
a) Pegamatan langsung. Contoh masalah ialah ibu-ibu tidak
membawa anaknya untuk imunisasi berikutnya. Pengumpulan data
akan dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap petugas

11

puskesmas yang sedang melakukan penyuluhan kesehatan kepada
beberapa ibu yang sedang membawa anaknya untuk mendapat
imunisasi.
b) Wawancara. Contoh masalah ialah pasien yang disangka menderita
malaria tidak mau menunggu hasil pemeriksaan sediaan tetes darah
tebal yang dilakukan oleh laboratorium puskesmas. Pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara terhadap pasien tersebut, yaitu
sewaktu pasien hendak meninggalkan puskesmas (exit interviem).
Dalam wawancara, ditanyakan mengapa merak tidak mau
menunggu hasil pemeriksaan sediaan tetes darah tebal, padahl hasil
pemeriksaan itu sangat penting untuk menentukan pengobatannya.
2. Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan melalui pemeriksaan
rekam medic. Contoh masalah ialah hasil pemeriksaan sediaan darah
tebal baru dapat selesai dan dapat diambil dari laboratorium puseksmas
setelah dua hari. Pemeriksaan rekam medic dilakukan pada semua
pasien yang tersangka menderita malaria yang sediaan tetes darah
tebalnya diperiksa oleh laboratorium puskesmas. Kemudia perhatikan
tanggal dan jam diterimanya sediaan tetes darah tebal tersebut di
laboratorium puskesmas dan kapan sediaan darah itu diperiksa oleh
petugas laboratorium. Dengan demikian dapat diketahui berapa lama
satu sediaan tetes darah tebal harus menunggu sebelum dapat diperiksa
oleh petugas laboratorium.
d. Langkah Pengumpulan Data Penyebab Masalah
Kelompok pemecah masalah yang menggunakan teknik curah pendapat
dan atau teknik kelompok nominal dengan menggunakan diagram tulang
ikan dapat menetukan semua kemungkinan penyebab masalah. Dari daftar
penyebab masalah tersebut dapa ditentukan beberapa penyebab masalah
yang paling mungkin.

Table 5. Matriks data putus pengobatan TB Paru
Penyebab Yang
Pertanyaan
Paling Mungkin
Data
Setelah 2 bulan Berapa pasien TB
pasien berobat paru yang merasa
merasa sehat
sehat setelah 2 bul
an berobat ?
Tempat tinggal
Berapa pasien TB
jauh
paru yang rumahn
12

Sumber
Metodologi
Data
Pengumpulan
Semua
Wawancara
pasien drop dan kunjungan
out TB paru rumah?
Rekam med
is

Memeriksa
rekam medic,

Hasil
?

?

ya jauh ?
Obat tidak cukup Berapa pasien TB
paru yang tidak
cukup mendapat
obat ?
Penyuluhan
kesehatan
pasien TB
kurang baik

-Berapa penyuluh
kesehatan pasien
TB?
-Siapa penyuluh
kesehatan
yang
tidak
menyuluh
pasien TB dengan
baik ?

semua pasie
n drop out
TB
-Rekam
Medik
-stok obat
TB
puskesmas
-Daftar
penyuluh
kesehatan
pasien TB
-Penyuluh
kesehatan
menyuluh
pasien TB
paru

lihat alamat
-memeriksa
rekam
- stok obat TB
di
dalam
puskesmas
-Lihat daftar
penyuluh
kesehatan

?

?
?

-pengamatan
langsung
petugas
penyuluhan
pasien TB

Penyebab masalah yang tidak dapat diatasi puskesmas misalnya hambatan
seperti jalan buruk, transportasi sulit, kemiskinan, dan tingkat pendidikan rendah,
harus disingkirkan daritar penyebab masalah sehingga yang tersisa hanya
penyebab yang paling mungkin. Penyebab tersebut kemudia dimasukkan dalam
matriks data.
Semua penyebab masalah yang paling mungkin dimasukkan ke dalam
kolom paling kiri, pertanyaan data dimasukkan dalam kolom kedua, sumber data
dimasukkan dalam kolom ketiga, dan metodologi pengumpulan data dalam kolom
keempat, sementara hasilnya dalam kolom kelima. Sebagai contoh akan
digunakan masalah putus (drop out) pengobatan pasien TB paru 60%. Penyebab
yang paling mungkin antara lain, setelah 2 bulan berobat pasien merasa sehata,
tempat tinggalnya jauh, obat TB tidak cukup, dan penyuluhan kesehatan kepada
pasien TB paru kurang baik.

Dengan mengumpulkan data melalui matriks data tersebut, setiap penyebab
masalah yang paling mungkin dapat dibuktikan atau didukung oleh data.
Berdasarkan data tersebut, penyebab masalah terpilih dapat ditentukan dari
beberapa penyebab yang mungkin.
e. Langkah Penentuan Penyebab Terpilih
Jika data pembuktian atau data pendukung penyebab masalah terpilih
merupakan frekuensi kejadian , berdasarkan tingkat frekuensi itu, kita
dapat menentukan penyebab masalah terpilih. Dengan menggunakan
diagram batang, perbedaan frekuensi kejadian dapat tergambar dengan
jelas. Selain menggunakan perbedaan frekuensi kejadian, untuk
13

menentukkan penyebab masalah terpilih dapat juga digunakan matriks
data seperti yang dijelaskan sebelumnya.
f. Langkah Pemantauan Dan Evaluasi
Penilaian hasil pemecahan masalah harus dilakukan melalui pengumpulan
pemanfaatan data, yaitu bahwa :
1. Jika pemecahan meningkatkan pengetahuan, buktikan apakah telah
terjadi penambahan pengetahuan.
2. Jika pemecahannya adalah mengubah perilaku, lakukan pengamatan
apakah telah terjadi perubahan perilaku.
3. Jika pemecahannya adalah mengubah prosedur, kaji apakah prosedur
telah diubah, kemudian lakukan pengamatan apakah prosedur tersebut
telah di terapkan.
4. Jika pemecahannya adalah mendapatkan sumber daya, buktikan
apakah sumber daya yang dimaksud telah tersedia.
Cara menilai apakah suatu masalah sudah dipecahkan atau belum tidak
termasuk dalam siklus pemecahan masalah mutu layanan kesehatan,
kegiatan tersebut akan masuk di dalam langkah pemantauan dan evaluasi
penerapan pemecahan masalah. Umumnya data yang sama, yaitu tempat
ditemukannya data masalah. Kegiatan pemantauan dan evaluasi itu, antara
lain sebagai berikut :
1. Lakukan pengamatan langsung terhadap proses, perhatikan apakah
proses dilakukan dengan benar ?
2. Periksa rekam medic, perhatikan apakah sekarang kegiatan telah
dilakukan
dengan
benar
(anamnesis,
pemeriksaan
fisk,
klasifikasi/diagnosis, pengobatan/intervensi, penyuluhan kesehatan,
rujukan, tindak lanjut, dan lain-lain) ?
3. Baca laporan puskesmas, apakah terjadi peningkatan kinerja
puskesmas, seperti cakupan, kesinambungan, dan lain-lain ?
4. Lakukan wawancara dengan pasien untuk membuktikan apakah
pengetahuan, sikap atau perilaku pasien berubah kea rah yang
diinginkan ?
5. Lakukan wawancara dengan petugas puskesmas, untuk membuktikan
apakah pengetahuan, sikap atau perilaku petugas puskesmas berubah
kea rah yang dikehendaki ?
6. Lakukan survey masyarakat, untuk membuktikan apakah pengetahuan,
sikap, atau perilaku masyarakat berubah kea rah yang diinginkan ?

14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemanfaatan data merupakan salah satu kunci keberhasilan
pelaksanaan jaminana layanan kesehatan. Data adalah catatan tentang
sesuatu, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif yang diproses
menjadi informasi, kemudian digunakan sebagai petunjuk dalam
pengambilan keputusan. Berdasarkan informasi, kita dapat
mempelajari fakta-fakta yang ada, kemudian membuat keputusan yang
tepat berdasarkan informasi tersebut.
Tujuan pengumpulan data dan pemanfaatan data dalam konteks
jaminan mutu layanan kesehatan adalah untuk memantau dan
mengendalikan proses dan menganalisis hal-hal yang tidak sesuai.

15

3.2 Saran
Hendaknya didalam mengumpulkan data kita harus melihat dengan
baik data yang dipilih harus jelas berdasarkan fakta yang terjadi
sehingga data yang akan kita kelolah bisa menjadi informasi yang tepat
sesuai kebutuhan atau dalam hal ini kita akan memperoleh informasi
yang tidak akurat dan tepat karena data yang kita kumpulkan tidak
sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Pohan S, Imbalo. 2007. JAMINAN MUTU LAYANAN KESEHATAN: DASARDASAR PENGERTIAN DAN PENERAPAN. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

16