PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAIRAN LAUT DI KELAS X SMA SWASTA RAKSANA MEDAN T.A 2013/2014.

(1)

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

PERAIARAN LAUT DI KELAS X SMA SWASTA

RAKSANA MEDAN T.A 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

ROMITA MARIANCE SIMAMORA NIM. 3103131065

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

vi

Raksana Medan T.A 2013/2014. Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan media Audiovisual pada materi Perairan Laut di Kelas X SMA Swasta Raksana Medan. (2) Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan media Audiovisual pada materi Perairan Laut di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Swasta Raksana Medan, tahun 2014. Jenis Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitian adalah kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 36 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. yaitu siklus I yang terdiri dari 1 pertemuan dan siklus II juga terdiri dari 1 pertemuan. Teknik pegumpul data yang digunakan adalah teknik observasi langsung dan komunikasi tidak langsung kemudian data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada peningkatan aktivitas belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dengan media Audiovisual pada materi Perairan Laut. Hal ini ditunjukkan dari hasil siklus I 65,20% meningkat menjadi 84% pada siklus II, (2) Ada peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Quantum Teaching dengan media Audiovisual pada materi Perairan Laut. Hal ini terbukti dari hasil siklus I yakni 66,67% meningkat menjadi 89 % pada siklus II.


(6)

xii

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

PERYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kerangka Teori ... 8

B. Penelitian Yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berfikir ... 29

D. Hipotesis ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 31

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 31

C. Variabel dan Defenisi Operasional ... 31

D. Jenis Penelitian ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Pengembangan Instrumen ... 38

G. Teknik Analisis Data ... 41


(7)

xiii

B. Kondisi Non Fisik ... 44

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian ... 54

B. Pembahasan ... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 78

A.Kesimpulan ... 78

B.Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(8)

ix

No Uraian Halaman

1. Langkah Pembelajaran Quantum Teaching ... 19

2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 34

3. Prosedur (PTK) Siklus I ... 34

4. Prosedur (PTK) Siklus II ... 36

5. Kriteria Penilaia Aktivitas ... 38

6. Kisi-Kisi Tes Setelah Validasi ... 39

7. Kriteria Penilaian Terhadap LKS ... 40

8. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam Persen (%) ... 43

9. Keadaan Siswa SMA Swasata Raksana Medan Tahun 2014... 46

10. Keadaan Fasilitas Belajar SMA Sw Rakasana, Medan Tahun 2014 ... 47

11. Media Pembelajaran Geografi... 49

12. Kategori Aktivitas Siswa Pada siklus I ... 60

13. Data Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 61

14. Frekuensi Skor Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 62

15. Kategori Aktivitas Siswa Pada siklus II ... 72

16. Data Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 72


(9)

x

No Uraian Halaman

1. Klasifikasi Laut Menurut Kedalamannya ... 22

2. Kerangka Berfikir... 30

3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 33

4. Ruang perpustakaan SMA Swasata Raksana Medan ... 48

5. Struktur Organisasi SMA Swasata Raksana Medan ... 50

6. Peta Kota Medan ... 51

7. Peta Kecamatan Medan Petisah ... 52

8. Denah SMA Swasta Raksana Medan ... 53

9. Peneliti Memotivasi Siswa Pada Tahap Tumbuhkan Pada Siklus I ... 56

10. Siswa Melakukan Diskusi Pada Siklus I ... 57

11. Demonstrasi Kelompok 3 Pada Siklus I ... 58

12. Siswa Kelas X-4 Mengerjakan Post Test Pada Siklus I ... 59

13. Grafik Persentase Aktivitas Siswa Pada Siklus I ... 62

14. Grafik Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I ... 63

15. Peneliti Memotivasi Siswa Pada Tahap Tumbuhkan Pada Siklus II ... 67

16. Siswa Sedang Bediskusi Pada Siklus II ... 68

17. Siswa Mempersentasekan Hasil Diskusi ... 69

18. Siswa Kelas X-4 Mengerjakan Post Test Pada Siklus II... 70

19. Pemberian Hadiah Kepada Kelompok Terbaik Pada Siklus II ... 70

20. Observer sedang mengamati Aktivitas siswa Pada Siklus II ... 71

21. Grafik Persentase Ketuntasan Aktivitas Siswa Pada Siklus II ... 73

22. Grafik Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II ... 74

23. Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Per Aspek Siklus I Ke II ... 75


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang paling diutamakan dan menjadi prioritas pemerintah guna meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tercantum pengertian pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan Sistem Pendidikan Nasional tersebut dibutuhkan peningkatan atau penyempurnaan penyelenggaran pendidikan nasional. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional, pemerintah telah melakukan berbagai upaya diantaranya pengembangan dan perbaikan standar kelulusan, pengembangan standar isi, perbaikan standar proses pendidikan, pengembangan sarana dan prasarana, perbaikan standar pengelolahan, standar pembiayaan, standar penilaian peningkatan standar pendidik dan tenaga kependidikan.


(11)

Selain itu usaha pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia juga tertuang di dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada dasarnya kebijakan pemerintah didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pendidikan disekolah tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran dan interaksi antara guru dan siswa.

Dalam kegiatan belajar mengajar guru memiliki berbagai peran dan fungsi yang sangat penting. Sebagai perencana pengajaran, seorang guru diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan pembelajaran, memilih model pembelajaran, memilih media, menetapkan evaluasi dan sebagainya. Sebagai pengelolah pengajaran, seorang guru harus mampu mengelolah seluruh proses kegiatan pembelajaran dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan efisien.

Keadaan di SMA Swasta Raksana Medan, guru Geografi yang mengajar di kelas X (Sinaga, 2014) menyatakan bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran masih tergolong rendah tepatnya pada materi Perairan Laut. Dalam


(12)

proses pembelajaran guru sudah pernah menggunakan model pembelajaran, tetapi hasilnya kurang maksimal, hal ini dikarenakan guru kurang memvariasikan penggunaan media pembelajaran sehingga aktivitas belajar lebih berpusat pada guru atau guru lebih aktif dibandingkan dengan siswa dalam proses pembelajaran sehingga aktivitas belajar siswa ini rendah. Hal ini ditandai dengan aktivitas siswa yang jarang mengajukan pertanyaan, menanggapi, mengeluarkan pendapat pada saat mengadakan diskusi kelompok di kelas dan kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti materi pelajaran yang disampaikan guru.

Jika dilihat dari nilai mata pelajaran Geeografi siswa kelas X-4 pada tahun sebelumnya dengan materi yang sama, hanya 40% dari 40 siswa yang mampu memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran Geografi yang ditetapkan sekolah yakni 75. Oleh karena itu, diperlukan suatu perubahan dalam proses pembelajaran yang dapat menjadikan kegiatan belajar lebih menarik dan menyenangkan untuk mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan optimal

Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran dengan media yang lebih bervariasi, menyenangkan dan efektif sesuai dengan materi Perairan Laut. Salah satu model pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan itu adalah Quantum Teaching. Model pembelajaaran Quantum Teaching merupakan suatu strategi yang menempatkan pendidik dan siswa pada jalur cepat menuju kesuksesan belajar, dimana dalam hal ini harus diciptakan cara belajar yang efektif bukan pasif. Model pembelajaran Quantum Teaching dikenal dengan istilah TANDUR dengan kata Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan. Didalam


(13)

istilah TANDUR ini akan digunakan media audio visual berjenis video yaitu media pembelajaran yang melibatkan pendengaran dan penglihatan yang berfungsi merangsang daya tarik siswa untuk belajar dan juga mempermudah siswa untuk memahami materi yang bersifat abstrak.

Kelebihan model pembelajaran Quantum Teaching yaitu (1) Mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan ke dalam suasana belajar yang meriah dan gembira, (2) Memberikan kebebasan kepada siswa untuk bereaksi sehingga pemahaman yang didapat khususnya tentang materi pengajaran akan lebih dalam dan berkesan, (3) Membuat siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran dan dapat juga memastikan siswa mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi siswa itu sendiri, dan mencapai sukses, (5) Membuat pemahaman siswa akan pelajaran lebih mudah dengan mengulang pelajaran terutama pada tahap demonstrasi, (6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat dan berpikir dalam memecahkan masalah. Sedangkan media audio visual membantu memberikan penguatan dan pengetahuan akan materi Perairan Laut dengan bantuan vidio pembelajaran.

Model pembelajaran Quantum Teaching dapat diterapkan pada materi Perairan Laut karena sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai yaitu siswa mampu menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. Selain itu model pembelajaran Quantum Teaching juga sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran materi Perairan Laut yang akan dicapai dilihat dari kegiatan siswa berdiskusi kelompok dalam mengklasifikasi dan menganalisis


(14)

gambar atau video mengenai materi Perairan Laut yang ditampilkan melalui infokus berdasarkan model Quantum Teaching.

Melalui pemilihan model pembelajaran Quantum Teaching dan media audio visual yang juga menggunakan metode bervariasi seperti ceramah, tanya jawab, dan penugasan lewat diskusi diharapkan mampu meningkatkan hasil aktivitas dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu perlu diterapkan model pembelajaran Quantum Teaching dengan media audio visual pada materi Perairan Laut di kelas X SMA Swasta Raksana Medan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Dalam pembelajaran guru kurang maksimal menvariasikan penggunaan media pembelajaran, (2) Pembelajaran yang berlangsung selama ini lebih berpusat pada guru dan kurang berorientasi pada siswa sehingga aktivitas belajar siswa masih rendah, (3) Hasil belajar siswa pada materi perairan laut masih rendah dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah 75, persentase siswa yang belum memenuhi KKM sebesar 60% .

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan media audio visual pada materi Perairan Laut di kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2013/2014.


(15)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dengan media audio visual pada materi Perairan Laut di kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2013/2014? 2. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model

pembelajaran Quantum Teaching dengan media audio visual pada materi Perairan Laut di kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2013/2014?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa melalui penerapan model

pembelajaran Quantum Teaching dengan media audio visual pada materi Perairan Laut di kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2013/2014

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui melalui penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dengan media audio visual pada materi Perairan Laut di kelas X SMA Swasta Raksana Medan T.A 2013/2014

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bahan masukan bagi Dinas Pendidikan Kota Medan, untuk menentukan kebijakan dibidang pendidikan dalam penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dengan media audio visual pada materi Perairan Laut di kelas X SMA Swasta Raksana T.A 2013/2014


(16)

2. Bahan masukan bagi sekolah, guru dan calon guru untuk menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dengan media audio visual pada materi Perairan Laut di kelas X SMA Swasta Raksana T.A 2013/2014

3. Bahan masukan bagi penulis dalam hal penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi.

4. Bahan referensi dan perbandingan bagi penulis lain yang melakukan penelitian sejenisnya.


(17)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

Penelitian ini diadakan pada tanggal 26 April sampai dengan 27 Mei 2014 di Kelas X-4 semester II SMA Swasata Raksana Medan T.A 2013/2014. Rencana pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang menekankan pada model pembelajaran Quantum Teaching dengan media audiovisual pada materi Perairan Laut. Dalam mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan, pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Satu siklus terdiri dari 2 x 45 menit setiap kali pertemuan. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan sebagai berikut:

1. Pratindakan

Pelaksanaan pratindakan yang dilakukan adalah kegiatan observasi ke sekolah, uji validitas soal diadakan di kelas XI IPS-2, serta melakukan wawancara dengan guru bidang studi geografi (Ibu Febrini Sinaga, S.Pd untuk mengetahui permasalahan dan kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran yaitu guru kurang melaksanakan model pembelajaran bervariasi, jarang memakai media pembelajaran dalam mengajar yang mengakibatkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Dari kendala inilah peneliti bersama guru berusaha mengatasi permasalahan tersebut dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dengan media audiovisual. Pemilihan model ini diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami materi Perairan Laut.


(18)

2. Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan Tindakan

Sejalan dengan hasil yang ditemukan pada tahap pratindakan maka peneliti dan guru mempersiapkan beberapa hal yakni: (1) menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran Quantum Teaching dengan media audiovisual, sehingga proses penyampaian pelajaran yang akan diberikan kepada siswa optimal, (2) menyiapkan media pembelajaran audiovisual berupa video sesuai dengan topik materi, (3) menyusun lembar kegiatan siswa, (4) menetapkan aspek-aspek aktivitas belajar siswa yang akan diamati selama proses pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan, (5) membagi siswa dalam satu kelas ke dalam enam kelompok yang masing-masing terdiri dari enam orang, (6) untuk mengetahui hasil belajar, siswa diberikan post test. Post test disusun sesuai dengan kompetensi pada materi Perairan Laut yang berjumlah 15 butir soal dan telah divalidasi. Agar kegiatan observasi dapat dilaksanakan dengan baik, peneliti dibantu oleh observer yaitu guru geografi Ibu Febrini Sinaga, S.Pd. sebelum observasi dilakukan terlebih dahulu peneliti menjelaskan kepada observer aspek-aspek yang akan diobservasi selama kegiatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap tindakan ini, proses pembelajaran yang dilakukan berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran Quantum Teaching dengan media audio visual mulai dari kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti sampai pada bagian akhir penutup. Metode TANDUR yang diterapkan terdapat pada langkah-langkah berikut ini:


(19)

1) Tumbuhkan

Pada kegiatan awal pertemuan I peneliti memberikan pengarahan yang bertujuan untuk menstimulus dan menumbuhkan motivasi siswa agar siswa mengetahui apa manfaat mereka mempelajari materi tersebut dengan cara peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang pemikiran siswa supaya aktif misalnya bertanya kepada siswa tentang bagaimana perbedaan antara pantai dan pesisir? Siswa menjawab pertanyaan dari peneliti (Pantai yaitu daerah pertemuan antara darat dan laut yang langsung mendapat pengaruh gelombang dan pasang surut, sedangkan pesisir yaitu bagian pantai, mulai dari batas muka air laut, ketika pasang terendah menuju ke arah darat sampai pengaruh pasang tertinggi atau gelombang laut besar). Hal ini dapat merangsang siswa lebih berfikir mengapa seperti itu, sehingga mereka akan berusaha mengaktifkan pemikirannya agar bisa mengetahuinya sehingga bermanfaat untuk dipelajari apabila dihubungkan juga dalam keadaan sehari-hari. Siswa diberi kesempatan untuk menanggapinya selama 5 menit. Pada gambar berikut ini guru sedang memberikan/menumbuhkan motivasi siswa.

Gambar 9. Peneliti Sedang Memotivasi Siswa Pada Tahap Tumbuhkan


(20)

2) Alami

Ditahap alami peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendapat-pendapat berdasarkan pengalaman yang pernah mereka alami dalam kehidupan sehari-hari, contoh-contoh, maupun informasi-informasi lain yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas. Pada tahap ini juga peneliti mengarahkan seluruh siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing. Setelah siswa siap untuk mengikuti pelajaran, peneliti mulai menjelaskan materi tentang perairan laut dengan menggunakan / memutar video pembelajaran materi Perairan Laut.

3) Namai

Pada tahap ini guru mengarahkan siswa untuk mengadakan diskusi kelompok bersama teman sekelompoknya berdasarkan LKK yang telah diberikan dengan cara memberikan nama dan penjelasan pada gambar morfologi laut serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKK.

Gambar 10. Siswa Sedang Melakukan Diskusi Pada Siklus I di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2014


(21)

4) Demonstrasikan

Pada tahap ini Guru menerapkan pengetahuan siswa ke dalam pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempersentasekan hasil diskusi mereka dan mendemonstrasikan faktor-faktor yang mempengaruhi gelombang. Guru mengarahkan semua kelompok menyiapkan diri agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan tanggapan teman kelompoknya yang lain.

Gambar 11. Demonstrasi Kelompok 3 Pada Siklus I di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2014

5. Ulangi

Tahap ini sudah merupakan bagian penutup dari rancangan pembelajaran. Dalam tahap ini guru akan mengulangi seputar materi yang belum jelas diketahui oleh siswa kemudian menyimpulkan pembelajaran dan point-point penting yang harus diingat siswa setelah proses pembelajaran. Setelah selesai menyimpulkan materi, siswa mulai mengerjakan soal post test berjumlah 15 butir soal (15 menit) untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa. Selama post test berlangsung


(22)

peneliti dan observer mengawasi setiap siswa agar tidak ada yang bekerjasama dan melakukan tindakan yang menganggu keyamanan saat mengerjakan post test.

Gambar 12. Siswa Kelas X-4 Mengerjakan Post Test Pada Siklus I di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2014

6. Rayakan

Pada tahap ini guru dan peneliti memberikan penilaian kepada setiap kelompok setelah melihat dan mendengarkan hasil pemaparan diskusi kelompok maka guru dibantu peneliti akan memilih satu kelompok terbaik yang akan diberikan penghargaan berupa hadiah untuk memberi semangat dan berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Kemudian kemenangan itu juga dinyatakan dengan perayaan pemberian tepuk tangan juga dari teman-teman kelompoknya.

c. Observasi

Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti dibantu oleh observer (Febrini Sinaga, S.Pd) melakukan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan siswa dengan menggunakan lembar observasi. Tahap observasi dilakukan selama penelitian berlangsung, mulai dari awal pelaksanaan tindakan


(23)

sampai berakhirnya tindakan. Dari hasil observasi yang dilakukan diperoleh informasi sebagai berikut:

1) Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini di ukur dengan 5 aspek. Siswa diamati berdasrkan aspek mengamati, bertanya, menaggapi, berdiskusi dan bersemangat. Masing-masing aspek diberi skor 1 sampai 3. Data hasil observasi aktivitas siswa untuk siklus I dapat dilihat pada lampiran 25. Hasil observasi yang diperoleh tersebut di kelompokkan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan terdapat pada tabel 12.

Tabel 12. Kategori Aktivitas Siswa Pada siklus I di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2014

No Kategori Aktivitas Jumlah Persentase %

1 2 3 Baik Cukup Kurang 17 16 3 47,22 44,45 8,33

Jumlah 36 100

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Dari data aktivitas siswa pada tabel 12 menunujukkan bahwa 17 orang (47,22%) siswa dikategorikan baik/aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, namun demikian masih ada siswa yang dikategorikan cukup dalam proses pembelajaran yaitu sebanyak 16 orang (44,45%) dan siswa yang dikategorikan kurang sebanyak 3 orang (8,33%).

Jika dilihat dari data peraspek diperoleh persentase yaitu memperhatikan sebanyak (74,00%) dan bersemangat (79,67%) dalam kategori baik. Sedangkan untuk aspek bertanya (50,00%), menanggapi (59,33%), berdiskusi (63,00%), masih kategori cukup, sehingga secara umum (klasikal) hasil observasi aktivitas


(24)

belajar siswa berdasarkan tabel 13 menunjukkan rata-rata sebesar 1,95 (65,20%), artinya tergolong sedang sehingga perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

Tabel 13. Data Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2014

No Aspek yang Dinilai

Skala nilai

Jumlah

Rata-rata Kategori

Perse ntase

3 2 1

F SC F SC F SC F SC

1 Memperhatikan 13 39 18 36 5 5 36 80 2.22 Baik 74 2 Bertanya 5 15 8 16 23 23 36 54 1.5 Cukup 50 3 Menanggapi 5 15 18 36 13 13 36 64 1.78 Cukup 59.33 4 Berdiskusi 7 21 17 34 13 13 36 68 1.89 Cukup 63 5 Bersemangat 19 57 12 24 5 5 36 86 2.39 Baik 79.67

Jumlah 49 147 73 146 59 59 180 352 9.78 Sedang 326

1.95 65.2

Sumber : Data Primer Olahan, 2014 Keterangan :

F=Frekuensi Nilai 0,00 - 0,99 = Kurang SC=Skor Nilai Nilai 1,00 - 2,00 = Cukup

Nilai 2,01 – 3,00= Baik

Berdasarkan pengamatan diduga rendahnya aktivitas belajar siswa disebabkan. (1) masih ada rasa takut dan malu untuk melakukan demonstrasi, megajukan pertanyaan, menaggapi pertanyaan yang telah diberikan (2) masih ada siswa yang memberikan respon negatif seperti bermain-main dan mengganggu temannya yang serius saat menonton video pembelajaran dan berdiskusi sehingga suasana belajar menjadi kurang kondusif dan waktu berdiskusi kurang. Untuk lebih jelasnya gambar aktivitas siswa pada siklus I, secara visual dapat dilihat pada gambar 13.


(25)

Gambar 13. Grafik Persentase Aktivitas Siswa Siklus I di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2014

2) Hasil Belajar Siswa

Untuk ketuntasan hasil belajar siswa diperoleh dari penggabungan 40% nilai LKK siswa (Lampiran 18) dan 60% nilai post test (lampiran 20) untuk mempermudah melihat ketuntasan hasil belajar siswa, dapat dilihat pada tabel 14 .

Tabel 14. Frekuensi Skor Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2014

No Interval Keterangan Frekuensi Persentase

1 2 3 4 5 90-100 80-89 70-79 60-69 < 60 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 1 13 15 6 1 2.78 36.11 44.44 13.89 2.78

Jumlah 36 100,00

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Memperhatik

an Bertanya Menanggapi Berdiskusi Bersemangat

1 2 3 4 5

Series1 74 50 59.33 63 79.67

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Persentase Aktivitas Belajar Siklus I


(26)

Siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar secara individual pada siklus I hanya (67%) yang memiliki nilai KKM ≥75 untuk lebih jelas perhatikan lampiran 22. Berdasarkan data tersebut menunjukkan kriteria ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I belum tercapai, karena suatu kelas dapat dikatakan tuntas dalam belajar jika persentase ketuntasan klasikal telah mencapai paling sedikit 85%. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 14.

Gambar 14. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2014

d. Refleksi

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis perolehan test dan observasi yang dilakukan. Hasil analisis menjadi bahan dalam menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Pada siklus I hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I masih ditemukan beberapa permasalahan yaitu: (1) dalam hal demonstrasi, megajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan yang telah diberikan, jumlahnya masih kurang karena siswa malu dan takut untuk bicara atau mengeluarkan komentar karena akan ditertawakan oleh teman yang lainnya, (2) masih ada siswa yang memberikan respon negatif seperti bermain-main dan

67% 33%

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

Tuntas Tidak Tuntas


(27)

mengganggu temannya yang serius saat menonton video pembelajaran dan berdiskusi sehingga suasana belajar menjadi kurang kondusif dan waktu berdiskusi kurang, (3) interaksi dan kerjasama diantara siswa dalam kelompok kurang dalam mengerjakan LKK. Ada beberapa siswa dalam satu kelompok yang tidak aktif bebekerjasama menyelesaikan LKK, karena ia mengharapkan teman kelompoknya yang lain untuk mengerjakan., (4) masih ada siswa menunggu jawaban dari teman yang berada di dekatnya dan bekerjasama pada saat pelaksanaan tes siklus I, hal ini disebapkan karena siswa tersebut tidak percaya diri dalam menjawab soal-soal yang diberikan, (5) hasil belajar siswa belum optimal, masih ada siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKM, (6) dari 7 sub pokok bahasan yang dipelajari terdapat 3 sub pokok bahasan yang kurang dimengerti siswa maka ketiga materi ini akan dipelajari di siklus berikutnya.

Untuk mengatasi kelemahan siklus I agar tidak terulang atau bahkan memberikan hasil lebih jelek, yaitu pada saat pembelajaran berlangsung maka peneliti member motivasi kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan LKK untuk siswa yang selalu membuat keributan langsung ditegur. Senantiasa mengigatkan siswa untuk lebih berani dan tidak perlu merasa malu bila di tertawakan oleh temannya dalam mengungkapkan pertanyaan manakala ada materi yang belum dimengerti demikian halnya juga dalam menjawab pertanyaan dan memberikan tanggapan agar siswa lebih berani dalam mengemukakan pendapatnya. Dalam mengerjakan soal post test siswa juga dimotivasi untuk lebih percaya diri menjawab soal-soal dan tidak kerjasama ataupun meyontek.


(28)

3. Pelaksanaan Siklus II

a. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus II dilakukan dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai lampiran 2. Hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus I 67% masih belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian yaitu 85%, dan rata-rata aktivitas siswa 1,95 masih tergolong kategori cukup sehingga perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil refleksi dan analisis data pada Siklus I maka pada siklus II peneliti dan guru bidang studi melakukan upaya untuk mengatasi masalah yang terjadi pada siklus I oleh karena itu perlu dilakukan langkah-lagkah sebagai berikut : (1) melaksanakan KBM sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun dengan baik, (2) bekerjasama dengan observer dalam mengamankan dan membimbing siswa selama KBM, (3) memberikan motivasi kepada siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya, setiap siswa yang mau bertanya dan mengemukakan pendapatnya guru memberikan pujian agar siswa siswa yang lain terangsang untuk berani tampil, hal ini juga berguna untuk membina mental siswa, (4) menegur siswa dan memberi pertanyaan pada siswa yang bermain-main atau kurang serius saat proses pembelajaran berlangsung dan juga bagi siswa yang jarang bertanya dalam belajar, (5) meningkatkan kerjasama antar sesama anggota kelompok dalam berdiskusi dan bersemangat serta kompak menegrjakan LKK pada saat diskusi (6) memberikan post test yang telah divalidasi pada lampiran 7 sebanyak 15 butir soal pilihan berganda diakhir pembelajaran untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi Perairan Laut. (7) Peneliti dan guru bekerja


(29)

sama dalam memanfaatkan waktu secara maksimal tanpa menyita waktu yang terbatas dalam proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap tindakan proses pembelajaran yang dilakukan berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran Quantum Teaching dengan menggunakan media audiovisual mulai dari kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti sampai pada bagian akhir penutup. Metode TANDUR yang diterapkan terdapat pada langkah-langkah berikut ini:

1. Tumbuhkan

Pada kegiatan awal siklus II guru lebih bersemangat untuk menumbuhkan dan memberikan motivasi yang lebih membangkitkan agar siswa semakin bersemangat mengetahui apa manfaatnya mempelajari topik yang akan diajarkan guru dan juga menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari. Stimulus yang diberikan oleh guru adalah berupa pertanyaan tentang kecerahan air laut. Pertanyaan yang diajukan guru adalah mengapa warna air laut berbeda-beda/bermacam-macam. Selama 10 menit guru menstimulus siswa melalui berbagai pertanyaan. Jawaban yang benar adalah warna air laut bermacam-macam, tergantung kepada gelombang warna yang terpantul atau sedimen yang

diendapkan, kandungan zat larutan atau organisme yang ada di dalam laut

tersebut. Misalnya warna biru akibat pantulan sinar matahari terdiri atas banyak gelombang warna. Jika cahaya itu memancar ke atas samudera gelombang warna biru dipantulkan kembali, warna merah karena banyak ganggang merah di sekitar laut tersebut.


(30)

Gambar 15. Peneliti Sedang Memotivasi Siswa Pada Tahap Tumbuhkan Siklus II di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2014

Pada tahap ini guru sudah lebih terampil dalam memberikan stimulus sebagai refleksi dari siklus I dapat dilihat dari perkembangan yang siswa sudah mulai memberikan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dapat dilihat pada lembar aktivitas siswa yang semakin baik. Siswa mempelajari pokok bahasan ini bertujuan agar siswa dapat menganalisis kecerahan air laut dan kualitas air laut.

2. Alami

Ditahap alami ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendapat-pendapat, contoh, tentang materi yang akan dibahas, berdasarkan pengalaman yang pernah mereka alami dalam kehidupan sehari-hari maupun informasi-informasi lain yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas. Guru mengarahkan seluruh siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing. Setelah siswa siap untuk mengikuti pelajaran, guru mulai


(31)

menjelaskan materi tentang perairan laut dengan menggunakan / memutar video pembelajaran.

3. Namai

Pada tahap ini guru mengarahkan siswa untuk mengadakan diskusi kelompok berdasarkan LKK yang telah diberikan dan memberikan nama ataupun penjelasan pada batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan batas laut teritorial Indonesia. Di tahap ini siswa sudah semakin aktif untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya

Gambar 16. Siswa Sedang Bediskusi Pada Siklus II di Kelas X-4 SMA SwastaRaksana Medan Tahun 2014

4. Demonstrasikan

Pada tahap ini Guru menerapkan pengetahuan siswa ke dalam pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempersentasekan hasil diskusi mereka. Setiap perwakilan kelompok akan dipersilahkan maju ke depan untuk menunjukkan kemampuan mereka menjelaskan peta batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan batas laut teritorial Indonesia. Guru mengarahkan semua kelompok menyiapkan diri agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan tanggapan teman kelompoknya yang lain.


(32)

Dengan berjalannya diskusi ini guru mengarahkan siswa untuk menanggapi dan bertanya tentang materi yang akan diperesentasekan. Apabila ada tanggapan dan beberapa pertanyaan setiap kelompok harus dapat bertanggung jawab atas hasil diskusi mereka. Pada pertemuan 2 siswa sudah mulai aktif memberikan pendapatnya. Sebab siswa sudah mempelajari materi tersebut terlebih dahulu di rumah.

Gambar 17. Siswa Mempersentasekan Hasil Diskusi dan Memberikan Nama Pada Batas Perairan Laut Indonesia Siklus II di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2014

5. Ulangi

Tahap ini sudah masuk ke dalam kegiatan penutup dimana guru akan mengulang kembali materi yang belum jelas diketahui oleh siswa kemudian bersama-sama menyimpulkan pembelajaran dan point-point penting yang harus diingat siswa setelah proses pembelajaran. Setelah selesai menyimpulkan materi,baru siswa mulai mengerjakan post test yang berbentuk pilihan berganda sebanyak 15 soal dalam jangka waktu 15 menit.


(33)

Gambar 18. Siswa Kelas X-4 Mengerjakan Post Test Siklus II di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2014

6. Rayakan

Pada tahap ini guru dan peneliti memberikan penilaian kepada setiap kelompok setelah melihat dan mendengarkan hasil pemaparan diskusi kelompok mereka. Kemudian kemenagan itu juga dinyatakan dengan perayaan pemberian tepuk tangan dan pemberian hadiah.

Gambar 19. Peneliti Memberikan Hadiah Kepada Kelompok Terbaik Siklus II di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2014


(34)

c. Observasi 1) Aktivitas Belajar

Pada tahap ini pengamatan dilakukan sama seperti pada siklus I observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan siswa dengan menggunakan lembar observasi untuk lebih mudah melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa. Berdasarkan pengamatan observer kemudian dianalisis dan dihitung nilai persentasenya.

Gambar 20. Observer Sedang Mengamati Aktivitas Siswa Siklus II di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2014

Data hasil observasi aktivitas siswa untuk pertemuan ke II dapat dilihat pada lampiran 26. Hasil observasi yang diperoleh tersebut di kelompokkan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan terdapat pada tabel 15.


(35)

Tabel 15. Kategori Aktivitas Siswa siklus II di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2014

No Kategori Aktivitas Jumlah Persentase %

1 2 3 Baik Cukup Kurang 29 6 1 80.55 16.67 2.78

Jumlah 36 100

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Dari data aktivitas siswa pada tabel 15 menunujukkan aktivitas siswa secara individu mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 29 orang siswa (80,55%) dikategorikan baik/aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, 6 orang (16,67%) dikategorikan cukup dan sebanyak 1 orang (16,67%) dan 1 orang (2,7%) dikategorikan kurang. Secara umum rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II tergolong baik dengan persentase rata-rata 84.02%. Hasil persentase siswa peraspek dapat dilihat pada tabel 16 dan grafik aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada gambar 21.

Tabel 16. Data Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2014

N o

Aspek yang Dinilai

Skala nilai

Jumlah Rata-rata

Kateg

ori %

3 2 1

F SC F SC F SC F SC

1 Memperhatikan 26 78 8 16 2 2 36 96 2.67 Baik 89 2 Bertanya 16 48 15 30 5 5 36 83 2.3 Baik 76.67 3 Menanggapi 18 54 13 26 5 5 36 85 2.36 Baik 78.67 4 Berdiskusi 25 75 7 14 4 4 36 93 2.58 Baik 86 5 Bersemangat 27 81 8 16 1 1 36 98 2.69 Baik 89.67

Jumlah 86 258 43 86 15 15 144 359 12.6 420.01

2.52 Baik 84.002

Sumber : Data Primer Olahan, 2014 Keterangan :

F=Frekuensi Nilai 0,00 - 0,99 = Kurang Nilai 2,01 – 3,00= Baik SC=Skor Nilai Nilai 1,00 - 2,00 = Cukup


(36)

Gambar 21. Grafik Persentase Ketuntasan Aktivitas Siswa Siklus II di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2014

2) Hasil Belajar

Untuk ketuntasan hasil belajar siswa diperoleh dari penggabungan 40% nilai LKK siswa (Lampiran 19) dan 60% nilai post test (lampiran 21) untuk mempermudah melihat ketuntasan hasil belajar siswa, dapat dilihat pada tabel 17 .

Tabel 17. Frekuensi Skor Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2014

No Interval Keterangan Frekuensi Persentase

1 2 3 4 90-100 80-89 70-79 60-69 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah 6 22 7 1 16.67 61.11 19.44 2.78

Jumlah 36 100,00

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Memperhatik

an Bertanya Menanggapi Berdiskusi Bersemangat

1 2 3 4 5

Series1 89 76.67 78.67 86 89.67

70 75 80 85 90 95

Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus II


(37)

Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat bahwa siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 89%. Untuk lebih jelasnya perhatikan lampiran 23, dengan demikian maka ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dapat dikatakan sudah mencapai tingkat ketuntasan belajar, karena suatu kelas dikatakan tuntas dalam belajar jika perentase ketuntasan klasikal telah mencapai paling sedikit 85% siswa telah mencapai nilai KKM 75. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 22.

Gambar 22. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2014

d. Refleksi

Hasil refleksi penelitian yang dilakukan pada siklus II ditemukan peningkatan aktivitas dari siklus I yakni : (1) siswa sudah serius mendengarkan penjelasan guru, terbukti saat guru menanyakan tentang materi yang baru dijelaskan siswa sudah dapat menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tidak mau mengganggu teman yang sedang belajar, (2) Tugas kelompok (LKS) dikejakan oleh siswa sudah baik, ini tampak dari nilai yang diperoleh mereka yang lebih tinggi dari siklus I, (3) keberanian untuk bertanya dan menanggapi

89% 11%

Persentase Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Tuntas Tidak Tuntas


(38)

makin meningkat meskipun sebagian siswa harus ditunjuk oleh guru untuk memberi tanggapan atau pertanyaan, guru juga menambah waktu untuk mempersentasekan hasil diskusi dan memberikan tambahan nilai bagi siswa yang aktif, namun guru membuat batasan maksimal untuk bertanya dan menanggapi agar siswa yang lain memiliki kesempatan yang sama, (4) pemanfaatan waktu yang digunakan guru sudah efisien dan efektif karena semua semua kegiatan pembelajaran mulai dari awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup dapat terlaksana dengan baik.

Dari hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II yang dilakukan di kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan tahun pelajaran 2013/2014 pada materi Perairan Laut, diperoleh adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dari silkus I (65,20%) menjadi (84%) pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,80%

Gambar 23. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Per Aspek dari Siklus I Ke Siklus II di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2014

Memperhatik

an Bertanya Menanggapi Berdiskusi Bersemangat

1 2 3 4 5

Siklus I 74 50 59.33 63 79.67

Siklus II 89 76.67 78.67 86 89.67

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Persentase Aktivitas Belajar Siswa Dari Siklus I Ke Siklus II


(39)

Sementara ketuntasan hasil belajar siswa siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan juga dimana pada siklus I (66,67%) dan pada siklus II menjadi (89,00% dengan peningkatan hasil belajar dari tes I dan II sebesar 22,33% .Untuk lebih jelas dapat diperhatikan pada gambar 24.

Gambar 24. Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I ke Silkus II di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2014 B. Pembahasan Penelitian

1. Aktivitas Belajar Siswa Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan

Aktivitas beajar siswa pada siklus I sebesar 65,20% dengan rata-rata aktivitas 1,95 termasuk kategori cukup (1,00-2,00) meningkat menjadi 84% pada siklus II dengan rata-rata aktivitas 2,52 termasuk kategori baik (2,01-3,00). Sesuai dengan keadaan tersebut maka ada peningkatan aktivitas belajar sebesar 18,80% . Hal tersebut terlihat dari adanya peningkatan dari masing-masing kegiatan memperhatikan pada siklus I yakni 74% menjadi 89% pada siklus II, aktivitas bertanya pada siklus I yakni 50% menjadi 76,67% pada siklus II, aktivitas menanggapi pada siklus I yakni 59,33% menjadi 78,67% pada siklus II, aktivitas

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Siklus I Siklus II

Tidak Tuntas Tuntas


(40)

berdiskusi pada siklus I yakni 63% menjadi 86% pada siklus II, aktivitas bersemangat pada siklus I yakni 79,67% menjadi 89,67% pada siklus II.

Dilihat dari setiap aspek aktivitas belajar siswa, aspek memperhatikan meningkat 15%, aspek bertanya meningkat 26,67%,aspek menanggapi meningkat19,34%, aspek berdiskusi meningkat 23%, aspek bersemangat meningkat 10%. Hal ini diperkuat oleh penyataan Kunandar (2008), bahwa peningkatan aktivitas siswa adalah meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran.

2. Hasil Belajar Siswa Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan

Hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 66,67 % meningkat menjadi 89% pada siklus II. Sesuai dengan keadaan tersebut maka dapat dikatakan ada peningkatan hasil belajar sebesar 22,33%. Hal ini terlihat dari hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus I (lampiran 22) menunjukkan 24 orang siswa (66,67%) nilainya tuntas dan 12 orang siswa (33,33%) nilainya tidak tuntas sedangkan pada hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus II (lampiran 23) menunjukkan 32 orang siswa (88,89%) nilainya tuntas dan 4 orang siswa (11,11%) nilainya tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar siswa dinyatakan tuntas apabila >85% siswa telah mencapai nilai KKM yaitu 75.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimin. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. . 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. . 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pres.

Daryanto. 2010. Media pembelajaran. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Deporter, B, Mark, dkk. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Eva H Silitonga. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Biosfer di Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sipahutar T.P. 2011/2012. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS–UNIMED.

Gading. 2008. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan Model Quantum Teaching Kompetensi dan Rmendeskripsikan Gejala-Gejala Yang Terjadi Di Atmosfer Dan Hidrosfer, Serta Dampaknya Terhadap Kehidupan Kelas VIIA SMP Negeri 3 Klaten Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univertsitas Sebelas Maret

Guruvalah. 2002. Quantum Teaching Melejitkan Prestasi Belajar, (Online), Vol. 3, no 2, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, diakses 30 Januari 2014).

Harna Winanda. 2011. Efektifitas Pengunaan Media Audiovisual Pada Materi Sejarah Pembentukan Bumi Di SMA Swasta Cerdas Murni T.A. 2010/2011. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS–UNIMED. Herianto Tamba.(2009). Implementasi Model Pembelajaran Quantum Teaching

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Wilayah Dalam Kajian Negara Maju dan Negara Berkembang di SMP Parulian I Medan di Kelas XI Semester I T.P. 2009/2010. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS–UNIMED.

Hetti T Simanjuntak. 2011. Penggunaan Media Audio-Visual pada Pembelajaran Materi Bentuk Muka Bumi di Kelas VII SMP Swasta Pembangunan galang. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS–UNIMED. Imelda. 2005. Perbandingan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Model

Pembelajaran Quantum Teaching dengan Metode Ceramah pada Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia di Kelas XI IPA SMA Negeri 7


(42)

Medan Tahun Pembelajaran 2008/2009. Skripsi. Medan: FMIPA UNIMED.

Riyanto, Y. H. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group.

Sadiman, Arief, dkk., (2003), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada.

Saripah Naipospos. 2012. Kolaborasi Model Pembelajaran Quantum Teaching Dengan Word Square Pada Materi Perairan Laut di Kelas X SMA Negeri 1 Pardingggaran. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS– UNIMED.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Soekamto, dkk. 2007. Paradigma Baru Pembelajaran. Bandung: Tarsito. Sudjana. 2009. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Wardiyatmoko, K. 2006. Geografi SMA Untuk kelas X. Jakarta: Erlangga

Widarningsih, Sri, (2009). Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Kalori di Kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Pura Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Medan: FMIPA UNIMED.


(1)

Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat bahwa siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 89%. Untuk lebih jelasnya perhatikan lampiran 23, dengan demikian maka ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dapat dikatakan sudah mencapai tingkat ketuntasan belajar, karena suatu kelas dikatakan tuntas dalam belajar jika perentase ketuntasan klasikal telah mencapai paling sedikit 85% siswa telah mencapai nilai KKM 75. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 22.

Gambar 22. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2014

d. Refleksi

Hasil refleksi penelitian yang dilakukan pada siklus II ditemukan peningkatan aktivitas dari siklus I yakni : (1) siswa sudah serius mendengarkan penjelasan guru, terbukti saat guru menanyakan tentang materi yang baru dijelaskan siswa sudah dapat menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tidak mau mengganggu teman yang sedang belajar, (2) Tugas kelompok (LKS) dikejakan oleh siswa sudah baik, ini tampak dari nilai yang diperoleh mereka yang lebih tinggi dari siklus I, (3) keberanian untuk bertanya dan menanggapi

89% 11%

Persentase Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Tuntas Tidak Tuntas


(2)

makin meningkat meskipun sebagian siswa harus ditunjuk oleh guru untuk memberi tanggapan atau pertanyaan, guru juga menambah waktu untuk mempersentasekan hasil diskusi dan memberikan tambahan nilai bagi siswa yang aktif, namun guru membuat batasan maksimal untuk bertanya dan menanggapi agar siswa yang lain memiliki kesempatan yang sama, (4) pemanfaatan waktu yang digunakan guru sudah efisien dan efektif karena semua semua kegiatan pembelajaran mulai dari awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup dapat terlaksana dengan baik.

Dari hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II yang dilakukan di kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan tahun pelajaran 2013/2014 pada materi Perairan Laut, diperoleh adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dari silkus I (65,20%) menjadi (84%) pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,80%

Gambar 23. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Per Aspek dari Siklus I Ke Siklus II di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2014

Memperhatik

an Bertanya Menanggapi Berdiskusi Bersemangat

1 2 3 4 5

Siklus I 74 50 59.33 63 79.67

Siklus II 89 76.67 78.67 86 89.67

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Persentase Aktivitas Belajar Siswa Dari Siklus I Ke Siklus II


(3)

Sementara ketuntasan hasil belajar siswa siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan juga dimana pada siklus I (66,67%) dan pada siklus II menjadi (89,00% dengan peningkatan hasil belajar dari tes I dan II sebesar 22,33% . Untuk lebih jelas dapat diperhatikan pada gambar 24.

Gambar 24. Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I ke Silkus II di Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan, Tahun 2014 B. Pembahasan Penelitian

1. Aktivitas Belajar Siswa Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan

Aktivitas beajar siswa pada siklus I sebesar 65,20% dengan rata-rata aktivitas 1,95 termasuk kategori cukup (1,00-2,00) meningkat menjadi 84% pada siklus II dengan rata-rata aktivitas 2,52 termasuk kategori baik (2,01-3,00). Sesuai dengan keadaan tersebut maka ada peningkatan aktivitas belajar sebesar 18,80% . Hal tersebut terlihat dari adanya peningkatan dari masing-masing kegiatan memperhatikan pada siklus I yakni 74% menjadi 89% pada siklus II, aktivitas bertanya pada siklus I yakni 50% menjadi 76,67% pada siklus II, aktivitas menanggapi pada siklus I yakni 59,33% menjadi 78,67% pada siklus II, aktivitas

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Siklus I Siklus II

Tidak Tuntas Tuntas


(4)

berdiskusi pada siklus I yakni 63% menjadi 86% pada siklus II, aktivitas bersemangat pada siklus I yakni 79,67% menjadi 89,67% pada siklus II.

Dilihat dari setiap aspek aktivitas belajar siswa, aspek memperhatikan meningkat 15%, aspek bertanya meningkat 26,67%,aspek menanggapi meningkat19,34%, aspek berdiskusi meningkat 23%, aspek bersemangat meningkat 10%. Hal ini diperkuat oleh penyataan Kunandar (2008), bahwa peningkatan aktivitas siswa adalah meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran.

2. Hasil Belajar Siswa Kelas X-4 SMA Swasta Raksana Medan

Hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 66,67 % meningkat menjadi 89% pada siklus II. Sesuai dengan keadaan tersebut maka dapat dikatakan ada peningkatan hasil belajar sebesar 22,33%. Hal ini terlihat dari hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus I (lampiran 22) menunjukkan 24 orang siswa (66,67%) nilainya tuntas dan 12 orang siswa (33,33%) nilainya tidak tuntas sedangkan pada hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus II (lampiran 23) menunjukkan 32 orang siswa (88,89%) nilainya tuntas dan 4 orang siswa (11,11%) nilainya tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar siswa dinyatakan tuntas apabila >85% siswa telah mencapai nilai KKM yaitu 75.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimin. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. . 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. . 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pres.

Daryanto. 2010. Media pembelajaran. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Deporter, B, Mark, dkk. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Eva H Silitonga. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Biosfer di Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sipahutar T.P. 2011/2012. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS–UNIMED.

Gading. 2008. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan Model Quantum Teaching Kompetensi dan Rmendeskripsikan Gejala-Gejala Yang Terjadi Di Atmosfer Dan Hidrosfer, Serta Dampaknya Terhadap Kehidupan Kelas VIIA SMP Negeri 3 Klaten Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univertsitas Sebelas Maret

Guruvalah. 2002. Quantum Teaching Melejitkan Prestasi Belajar, (Online), Vol. 3, no 2, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, diakses 30 Januari 2014).

Harna Winanda. 2011. Efektifitas Pengunaan Media Audiovisual Pada Materi Sejarah Pembentukan Bumi Di SMA Swasta Cerdas Murni T.A. 2010/2011. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS–UNIMED. Herianto Tamba.(2009). Implementasi Model Pembelajaran Quantum Teaching

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Wilayah Dalam Kajian Negara Maju dan Negara Berkembang di SMP Parulian I Medan di Kelas XI Semester I T.P. 2009/2010. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS–UNIMED.

Hetti T Simanjuntak. 2011. Penggunaan Media Audio-Visual pada Pembelajaran Materi Bentuk Muka Bumi di Kelas VII SMP Swasta Pembangunan galang. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS–UNIMED. Imelda. 2005. Perbandingan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Model

Pembelajaran Quantum Teaching dengan Metode Ceramah pada Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia di Kelas XI IPA SMA Negeri 7


(6)

Medan Tahun Pembelajaran 2008/2009. Skripsi. Medan: FMIPA UNIMED.

Riyanto, Y. H. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group.

Sadiman, Arief, dkk., (2003), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada.

Saripah Naipospos. 2012. Kolaborasi Model Pembelajaran Quantum Teaching Dengan Word Square Pada Materi Perairan Laut di Kelas X SMA Negeri 1 Pardingggaran. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS– UNIMED.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Soekamto, dkk. 2007. Paradigma Baru Pembelajaran. Bandung: Tarsito. Sudjana. 2009. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Wardiyatmoko, K. 2006. Geografi SMA Untuk kelas X. Jakarta: Erlangga

Widarningsih, Sri, (2009). Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Kalori di Kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Pura Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Medan: FMIPA UNIMED.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI HUKUM NEWTON DAN PENERAPANNYA DI SMAN 1 INGIN JAYA

0 4 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X IS-1 SMA NEGERI 8 BANDA ACEH

1 17 1

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI TERMOKIMIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDA ACEH

1 7 1

APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN DAUR HIDUP HEWAN SISWA KELAS IV SDN SUMBERSARI 02 JEMBER

0 7 19

ENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA FLASH UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA DI KELAS X TSM 2 SMK NEGERI 1 SUBOH SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010/2011

0 4 16

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DAN SEQIP UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN

2 16 47

PENERAPAN MODEL ARTIKULASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 08 METRO SELATAN

0 18 80

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KALIREJO

0 5 53

PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

0 0 10

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN VERBAL-LINGUISTIK SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS Roni Rodiyana PGSD-Universitas Majalengka ABSTRAK - PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN VERBAL-LINGUISTIK SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

1 1 12