PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DAN SEQIP UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN

(1)

(2)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DAN SEQIP UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN

Oleh

MUHAMMAD KHOIRUL HUDA

Pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan belum sesuai harapan. Aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas belum memuaskan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model quantum teaching dan SEQIP.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data diperoleh melalui teknik non tes dan tes dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa serta soal tes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Data dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model quantum teaching dan SEQIP dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari penguasaan aktivitas siswa pada siklus I berada pada kategori cukup, meningkat menjadi kategori baik pada siklus II. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 43,75% meningkat 17,85% menjadi 84,37% pada akhir siklus II.


(3)

(4)

(5)

(6)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah... 5

C.Rumusan Masalah... 6

D.Tujuan Penelitian ... 6

E.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8

A.Quantum Teaching ... 8

1. Sejarah Quantum Teaching ... 8

2. Pengertian Quantum Teaching... 9

3. Prinsip Quantum Teaching ... 9

4. Kelebihan dan Kekurangan Quantum Teaching ... 10

5. Langkah-langkah Pembelajaran Quantum Teaching ... 11

B.SEQIP ... 14

C.Belajar ... 15

1. Pengertian Belajar ... 15

2. Aktivitas Belajar ... 16

3. Hasil Belajar ... 17

4. Penilaian Kinerja Guru (PKG) ... 19

D.Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 20

1. Pengertian IPA ... 20

2. Karakteristik Pembelajaran IPA ... 21

3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 22

E.Hipotesis Tindakan ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A.Jenis Penelitian ... 23

B.Prosedur Penelitian ... 23

C.Setting Penelitian ... 25

D.Teknik Pengumpulan Data ... 25

E.Alat Pengumpulan Data ... 25

F. Teknik Analisis Data ... 26


(7)

vi

A.Profil Sekolah ... 34

B.Prosedur Penelitian ... 35

1. Deskripsi Awal... 35

2. Refleksi Awal ... 36

3. Jadwal Penelitian... 37

C.Hasil Penelitian ... 37

1. Siklus I ... 37

a. Perencanaan... 37

b. Pelaksanaan ... 38

c. Hasil Observasi Siklus I ... 43

d. Refleksi Siklus I ... 53

e. Saran dan Perbaikan Siklus I... 54

2. Siklus II ... 55

a. Perencanaan... 55

b. Pelaksanaan ... 56

c. Hasil Observasi Siklus II ... 60

d. Refleksi Siklus II ... 67

3. Rekapitulasi siklus1 dan siklus 2 ... 68

D.Pembahasan ... 74

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 74

2. Kinerja Guru ... 75

3. Hasil Belajar ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A.Kesimpulan ... 77

B.Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(8)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Ulangan Mid Semester ... 3

2. Kriteria Aktivitas Siswa ... 27

3. Kategori Kinerja Guru... 28

4. Data Guru dan Pegawai ... 34

5. Rincian Kegiatan PTK tiap Siklus ... 37

6. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I pertemuan 1 ... 45

7. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I pertemuan 2 ... 47

8. Kinerja Guru pada Siklus I pertemuan 1 ... 48

9. Kinerja Guru pada Siklus I pertemuan 2 ... 50

10. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 52

11. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II pertemuan 1 ... 61

12. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II pertemuan 2 ... 62

13. Kinerja Guru Siklus II pertemuan 1 ... 63

14. Kinerja Guru Siklus II pertemuan 2 ... 65

15. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 67

16. Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa ... 69

17. Rekapitulasi Kinerja Guru ... 72


(9)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Spiral tindakan kelas ... 25

2. Pembiasan cahaya ... 42

3. Grafik persentase Aktivitas belajar siswa ... 69

4. Grafik nilai kinerja guru ... 72

5. Grafik persentase hasil belajar siswa ... 74


(10)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan Penelitian dari Fakultas ... 82

2. Surat Penelitian pendahuluan ... 83

3. Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 84

4. Surat Izin Penelitian dari SD ... 85

5. Surat Pernyataan ... 86

6. Surat Keterangan Penelitian dari SD ... 87

7. Pemetaan ... 88

8. Silabus ... 92

9. Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP)... 98

10. Rekapitulasi Hasil Penilaian Aktivitas siswa ... 117

11. Lembar Test Hasil Belajar ... 118

12. Lembar Kerja Siswa ... 124

13. Lembar IPKG ... 134

14. Rekap Nilai Test Formatif ... 138


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan sebuah kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan zaman secara bertahap. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur dan berdaya guna mampu mempercepat pembangunan bangsa yang berdasarkan pada penciptaan kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 menyatakan pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Agar tujuan pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan nasional maka pembelajaran mengacu pada kurikulum, di Indonesia saat ini menggunakan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau sering disingkat KTSP.


(12)

Berdasarkan KTSP, pengembangan pembelajaran perlu didukung dengan iklim yang kondusif demi terciptanya suasana yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (enjoyable learning). Iklim yang demikian akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan bermakna. Tujuan pembelajaran hendaknya lebih mengedepankan kepada paradigma yang merupakan rekomendasi UNESCO, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dan belajar hidup bersama (learning to live together) (Depdiknas, 2004: 5).

IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2004: 33).

Pembelajaran IPA menempatkan guru sebagai pengembang kurikulum bagi kelasnya yang akan menerjemahkan, menjabarkan dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Tugas guru tidak hanya mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge) akan tetapi


(13)

lebih dari itu, yaitu membentuk kompetensi untuk mencapai tujuan belajar (Mulyasa, 2010: 224).

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan, ditemukan beberapa kelemahan dalam proses pembelajaran, terlihat bahwa kegiatan di dalam kelas belum berorientasi pada pembelajaran yang aktif, efektif dan bermakna, pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode ceramah, akibatnya aktivitas siswa untuk terlibat langsung dengan materi-materi yang disampaikan oleh guru masih rendah, adanya media berupa SEQIP (Science Education Quality Improvement Project) belum dimanfaatkan dengan baik oleh guru. Kemudian pengamatan lebih lanjut diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA belum maksimal. Hal ini dibuktikan dari data hasil ulangan mid semester ganjil.

Tabel 1. Hasil ulangan mid semester ganjil mata pelajaran IPA

KKM Jumlah siswa Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Persentase ketuntasan (%) Persentase ketidaktuntasan (%)

65 32 12 20 37,4 65,2

Sumber : Data hasil ulangan mid semester IPA kelas V

Tabel hasil ulangan mid semester ganjil di atas menunjukkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 65, dari 32 orang siswa hanya 12 orang atau 37,4 % yang tuntas sedangkan sisanya 20 orang atau 62,5 % belum tuntas. Melihat data yang telah dipaparkan di atas, maka perlu diadakan perbaikan proses pembelajaran agar aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.


(14)

Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa belum optimalnya hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan, untuk itu perlu dilakukanya perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran. Menurut Hernawan (2007: 11.4) proses pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila guru memiliki kemampuan dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Perbaikan pembelajaran dari yang membosankan menjadi menyenangkan bisa dilakukan dengan menggunakan model, pendekatan atau metode pembelajaran yang memungkinkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran, mencapai aktivitas dan hasil belajar secara maksimal. Ada beberapa model yang bisa digunakan dalam pembelajaran IPA, salah satunya adalah model Quantum Teaching.

Quantum Teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses pembelajaran lewat pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan oleh guru. Model pembelajaran Quantum Teaching sebagai pengembangan dari Quantum Learning adalah sebuah pilihan tepat bagi guru SD guna menumbuhkan minat siswa dalam belajar IPA. Terlebih dipadukan dengan SEQIP yang mendorong siswa untuk belajar sambil melakukan (learning by doing),

Penerapan model dan media ini menjadikan pembelajaran lebih menarik. Lingkungan yang mendukung dan proses pembelajaran yang menyenangkan dapat menciptakan serta meningkatkan motivasi siswa SD untuk belajar IPA. Sehingga keluhan-keluhan seperti bosan, jenuh, kurang bergairah dan tidak menarik yang selama ini sering didengungkan dari siswa dalam proses pembelajaran IPA dapat teratasi melalui penerapan model


(15)

pembelajaran ini. Penelitian lebih lanjut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mimin Nurjhani (2010), model pembelajaran Quantum Teaching mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini difokuskan pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa di SD Negeri 8 Metro Selatan, Khususnya dalam pembelajaran IPA. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengambil judul “Penerapan model Quantum Teaching dan SEQIP Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran belum berorientasi pada kegiatan yang aktif, efektif dan bermakna (meaningful learning).

2. Guru masih dominan menggunakan metode ceramah. 3. Media SEQIP belum dimanfaatkan dengan baik oleh guru.

4. Hasil ulangan harian mata pelajaran IPA dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 65 yang telah ditentukan, dari 32 siswa hanya 12 orang atau 37,4 % yang sudah tuntas sedangkan sisanya 20 orang atau 62,5 % belum tuntas.


(16)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model Quantum Teaching dan SEQIP untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan?

2. Bagaimanakah penerapan model Quantum Teaching dan SEQIP untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningktkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menerapan model Quantum Teaching dan SEQIP pada siswa kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menerapan model Quantum Teaching dan SEQIP pada siswa kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat bagi: 1. Siswa

Dapat meningkatkan pemahaman materi IPA sehingga berdampak pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(17)

2. Guru

Menjadi refleksi untuk memperbaiki pembelajaran, berkembangnya profesionalisme, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan percaya diri. 3. Sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran dan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan mutu sekolah dan para pendidik.

4. Peneliti

Menjadikan penelitian sebagai pengalaman yang bermakna (meaningful experience) serta meningkatkan kompetensi pedagogik sehingga mendekatkan diri menjadi pendidik yang profesional.

5. Keilmuan Ke PGSD-an

Menjadikan referensi metode pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam kelas sehingga meningkatkan kualitas pendidikan khususnya bidang ke SD-an.


(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Quantum Teaching

1. Sejarah Quantum Teaching

Model pembelajaran Quantum Teaching muncul dalam sebuah program percepatan yang dilakukan Learning Forum. Learning Forum adalah sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi (De Porter, 2005: 4). Dalam Perkembanganya model Quantum Teaching banyak menjadi sumber kajian tentang pengembangan pembelajaran baru yang menyenangkan. Menurut Sriudin (2010) Quantum Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian dan fasilitasi Super Camp.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching bersumber pada Quantum Learning yaitu penggabungan teori-teori pendidikan terkemuka yang kemudian diuji cobakan kepada siswa-siswa melalui program Super Camp. Hasil dari uji coba tersebut ternyata Quantum Teaching meningkatkan kemampuan mereka dalam menguasai segala hal dalam kehidupan.


(19)

2. Pengertian Quantum Teaching

Quantum Teaching merupakan pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar (De Porter, 2005:3).

Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi lebih baik yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain (De Porter, 2005: 5).

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Quantum Teaching adalah usaha maksimal yang dilakukan oleh warga belajar untuk meningkatkan pengalaman dan hasil belajar dengan menyertakan segala potensi yang ada pada dalam diri dan lingkungan.

3. Prinsip Quantum Teaching

Pembelajaran Quantum Teaching memiliki prinsip-prinsip yang perlu diterapkan agar tujuan pembelajaran tercapai. Menurut De Porter (dalam Riyanto, 2010: 201) prinsip prinsip Quantum Teaching adalah sebagai struktur dasar dari belajar. Prinsip-prinsip ini adalah : a. Segalanya berbicara

Segalanya yang berada dilingkungan memberikan makna tentang belajar. Bahasa tubuh yang ada pada seseorang sesungguhnya mengirimi pesan tentang belajar.


(20)

b. Segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam pengubahan, semuanya mempunyai tujuan.

c. Pengalaman sebelum pemberian nama

Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka pelajari. d. Akui setiap usaha

Pada saat siswa mengambil langkah mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.

e. Jika layak dipelajari layak pula dirayakan

Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asposiasi emosi positif dalam belajar.

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Quantum Teaching

Model Quantum Teaching memiliki kelebihan dan kekurangan sebagaimana berikut:

Menurut Sunandar (2012) menyatakan kelebihan dan kekurangan model Quantum Teaching sebagai berikut:

a. Kelebihan Quantum Teaching.

1. Selalu berpusat pada apa yang masuk akal bagi siswa. 2. Menumbuhkan dan menimbulkan antusiasme siswa. 3. Adanya kerjasama.

4. Menawarkan ide dan proses cemerlang dalam bentuk yang enak dipahami siswa.

5. Menciptakan tingkah laku dan sikap kepercayaan dalam diri sendiri.

6. Belajar terasa menyenangkan. 7. Ketenangan psikologi.

8. Adanya kebebasan dalam berekspresi. b. Kekurangan Quantum Teaching

1. Memerlukan persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan yang mendukung.

2. Memerlukan fasilitas yang memadai.

3. Model ini banyak dilakukan di luar negeri sehingga kurang beradaptasi dengan kehidupan di Indonesia.


(21)

5. Langkah-langkah Pembelajaran Quantum Teaching

Langkah-langkah pembelajaran kuantum terdiri dari tanamkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan atau dikenal dengan singkatan TANDUR:

a. Tumbuhkan

Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami.

Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan, buatlah siswa tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu.

b. Alami

Tahap ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep “alami” mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah.


(22)

Pada konsep alami guru memberikan cara terbaik agar siswa memahami informasi, memberikan permainan atau kegiatan yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki, sehingga dapat memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengetahuan yang melekat. c. Namai

Konsep ini berada pada kegiatan inti, yang “namai” mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar. Pertanyaan yang dapat memandu guru dalam memahami konsep “namai” yaitu perbedaan yang perlu dibuat dalam belajar, apa yang harus guru tambahkan pada pengertian siswa, strategi kiat jitu, alat berpikir yang digunakan untuk siswa ketahui atau siswa gunakan.

d. Demonstrasikan

Tahap ini masih pada kegiatan inti, pada tahap ini adalah memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini sekaligus memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari.

Strategi yang dapat digunakan adalah mempraktekkan, melakukan percobaan, menyusun laporan, menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara harmonis, dan lain-lain.


(23)

e. Ulangi

Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan.

Guru memberikan ulangan tentang apa yang sudah dipelajari, strategi untuk mengimplementasikan yaitu bisa dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu ini” hal ini merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan pertanyaan post tes.

f. Rayakan

Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa puas, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lebih lanjut.

Panduan pertanyaan dalam diri guru untuk melaksanakan adalah untuk pelajaran ini, cara yang paling sesuai untuk merayakannya, bagaimana dapat mengakui setiap orang atas prestasi mereka. Strategi yang dapat digunakan adalah dengan pujian bernyanyi bersama, pesta kelas, memberikan reward berupa tepukan(De Porter, 2005: 10).


(24)

B. SEQIP (Science Education Quality Improvement Project)

Penggunaan media dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran banyak mengalami perubahan dari masa ke masa, media menjadi instrumen penting dalam pembelajaran di kelas. Media pada beberapa mata pelajaran tertentu bahkan sudah dirancang khusus berdasarkan kebutuhan siswa serta memiliki buku panduan khusus.

Menurut Wibawa dan Mukti dalam Hamalik (2009: 157) alat peraga Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu dari media tiga dimensi. Media tiga dimensi dapat memberi pengalaman yang mendalam dan pemahaman yang lengkap akan benda-benda nyata. Media IPA adalah kotak yang mempunyai bentuk dan besarnya sesuai dengan keperluan. Kotak ini berisi item-item yang berhubungan dengan unit pelajaran.

Sedangkan menurut (Depdiknas, 2003: ix) menjelaskan SEQIP (Science Education Quality Improvement Project atau proyek peningkatan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam) adalah proyek bilateral Indonesia-Jerman yang dimaksud meningkatkan mutu pengajaran IPA di sekolah dasar dengan menekankan penggunaan strategi dan metode-metode pembelajaran interaktif dengan berbagai sumber belajar. Proyek ini mendukung upaya pencapai tujuan kebijakan pendidikan Indonesia dan menyumbangkan program peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan maksud menghasilkan tenaga kerja yang lebih bermutu agar dapat memenuhi tujuan pembangunan di Indonesia.

Menurut (Depdiknas, 2003) ada dua manfaat penting dari SEQIP dalam mata pelajaran IPA:

1. Secara psikologis taraf berfikir peserta didik di SD masih berada pada tahap operasional konkret, sedangkan subtansi IPA bersifat abstrak, sehingga dengan memanfaatkan alat peraga peserta didik akan lebih mudah memahami konsep IPA yang bersifat abstrak.


(25)

2. Pemanfaatan alat peraga dalam mata pelajaran IPA di SD dapat menumbuhkan minat belajar pada anak didik.

Menurut Toha (2012) menyatakan bahwa terdapat beberapa persyaratan media peraga IPA: (1) membuat petunjuk pengamatan terhadap percobaan, (2) membuat hasil pengamatan dari hasil dari hasil apa yang diamati siswa/ hasil pembahasan dengan siswa sebelumnya, (3) membuat kesimpulan yang ditemukan oleh siswa, (4) memberi inmformasi penting yang diberikan oleh guru tentang topik ketentuan, (5) mempersiapkan gambar-gambar yang membantu menjelaskan dan mengerti suatu masalah, dan (6) membuat ringkasan topik tertentu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa SEQIP adalah seperangkat peralatan yang digunakan sebagai alat peraga yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA dan kemampuan siswa di SD.

C. Belajar

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah bagian penting dari pembentukan pengetahuan siswa melalui pengalaman. Menurut Osborne (dalam Rustaman, 2011: 2.6) belajar menurut pandangan kontruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu (a) berkaitan dengan prakonsepsi atau pengetahuan awal (prior knowledge), (b) mengandung kegiatan pengalaman nyata (experience), (c)


(26)

melibatkan interaksi social (social interaction), dan (d) terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (sense making).

Menurut pandangan kontruktivisme berhasil tidaknya sebuah pembelajaran bukan hanya tergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan makna oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar.

Belajar dalam pandangan kontruktivis merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan pengetahuan dilakukan oleh pembelajar, harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang harus dipelajari (Budiningsih, 2004: 58).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disintesiskan bahwa belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru. Perubahan yang didapat merupakan hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Aktivitas Belajar

Kegiatan yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya. Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, belajar tidak akan berlangsung dengan baik.

Aktivitas dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) (2002: 23 & 17) artinya “kegiatan atau keaktifan”, jadi segala sesuatu yang


(27)

dilakukan atau kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Sedangkan belajar adalah berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti dan sikap.

Menurut Winkel (2009: 48) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil yang dicapai. Model Quantum Taching mendorong tumbuhnya perubahan hasil pembelajaran melalui aktivitas belajar yang menarik dan menyenangkan (De Porter, 2005: 4).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan fisik ataupun mental yang menimbulkan adanya interaksi sehingga terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang mengarah pada peningkatan hasil belajar. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahu-annya sendiri tentang konsep-konsep IPA dengan bantuan guru. Dalam hal ini, aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung dibatasi pada ruang lingkup.

3. Hasil Belajar

Tujuan dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru baik di rumah, sekolah atau belajar dimanapun adalah agar dapat memperoleh hasil belajar yang dianggap baik yaitu yang telah memenuhi standar hasil belajar yang telah ditetapkan atau melebihinya sehingga dapat digolongkan


(28)

menjadi hasil belajar yang baik. Menurut Nana Sudjana (dalam Kunandar, 2010: 276), hasil belajar adalah suatu akibat dari proses dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, bentuk tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 250), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya tujuan dari pelajaran.

Menurut Gagne (dalam Wahyudin, dkk 2004: 3.25) ada lima hasil belajar berupakapabilitas yang diperoleh peserta didik, yaitu:

(a) Informasi verbal, berupa kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan melalui bahasa, baik secara lisan maupun tulisan, (b) Keterampilan intelektual, berupa kecakapan yang berfungsi untuk berinteraksi dengan lingkungan. Keterampilan ini antara lain berupa kemampuan memahami konsep, kaidah ataupun prinsip, (c) Strategi kognitif berupa kemampuan strategis dalam menggunakan konsep, kaidah ataupun teori guna pemecahan masalah yang dihadapi, (e) keterampilan motorik, berupa kemampuan untuk melakukan ragam kegiatan yang sifatnya fisik atau jasmani, (f) Sikap, yaitu antara lain direfleksikan dalam kemampuan menerima atau menolak suatu objek berdasarkan kriteria penilain yang dilakukan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka simpulkan pengertian hasil belajar siswa adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri siswa setelah proses. Adapun hasil belajar meliputi: perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan siswa, baik diperoleh dari lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial sehingga siswa menjadi lebih baik dari pada sebelum siswa mengikuti proses belajar.


(29)

4. Penilaian Kinerja Guru (IPKG)

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi nomor 16 Tahun 2009 dalam Yulianus (2012), Penilain Kinerja Guru (PKG) adalah penilaian terhadap tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatannya. PKG terkait langsung dengan kompetensi guru seperti tercantum dalam Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Pembelajaran, dan Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang Bimbingan dan Konseling, dan kompetensi guru dalam tugas tambahan. Secara umum, PKG memiliki 2 fungsi utama sebagai berikut: 1. Menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi

dan keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Dengan demikian, profil kinerja guru sebagai gambaran kekuatan dan kelemahan guru akan teridentifikasi dan dimaknai sebagai analisis kebutuhan atau audit keterampilan untuk setiap guru, yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk merencanakan pembelajaran.

2. Menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, bimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Kegiatan penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya.


(30)

PKG dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai dengan tugas pembelajaran, pembimbingan, atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah. Khusus untuk kegiatan pembelajaran atau pembimbingan, kompetensi yang dijadikan dasar untuk penilaian kinerja guru adalah kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007. Keempat kompetensi ini telah dijabarkan menjadi kompetensi guru yang harus dapat ditunjukkan dan diamati dalam berbagai kegiatan, tindakan dan sikap guru dalam melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan. Sementara itu, untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, penilaian kinerjanya dilakukan berdasarkan kompetensi tertentu sesuai dengan tugas tambahan yang dibebankan misalnya, sebagai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pengelola perpustakaan, dan sebagainya sesuai dengan Peraturan yang berlaku.

D. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1. Pengertian IPA

Ilmu pengetahuan alam berasal dari bahasa asing yaitu science yang artinya ilmu, dalam pengelompokan ilmu dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu social science atau kelompok ilmu sosial dan natural science atau ilmu alam. IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala di alam semesta termasuk di muka bumi sehingga terbentuk konsep dan prinsip ilmu alam (Dewiki, 2011: 1).


(31)

Menurut Trueno (2009), IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah. Hal tersebut dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan.

2. Karakteristik Pembelajaran IPA

Guru sebagai pengelola langsung pada proses pembelajaran harus memahami karakteristik (hakikat) dari pendidikan IPA sebagaimana tercantum dalam (Depdiknas, 2006: 47), bahwa:

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.


(32)

3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pendidikan di SD disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak, artinya dengan tingkat kemampuan berfikir anak. Pikiran anak masih terbatas pada obyek disekitar lingkungan. Pada tingkat ini anak dapat mengenal bagian-bagian dari benda-benda seperti berat, warna dan bentuknya.

Berpijak pada pandangan kontruktivisme bahwa anak mengkonstruk sendiri konsepsinya berdasarkan pengalaman pengalaman yang diterimanya. Dalam pembelajaran guru hendaknya memperhatikan konsepsi awal yang dimiliki oleh siswa. Dengan memperhatikan konsepsi awal siswa, guru akan dapat menentukan pengalaman belajar yang paling sesuai untuk membelajarkan suatu konsep tertentu (Widodo, 2008: 38).

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pemikiran disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak, tingkat pemikiran juga tergantung dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa. Dalam menentukan pengalaman belajar yang sesuai maka guru harus memperhatikan konsepsi awal dan juga perkembangan mental siswa.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu apabila dalam pembelajaran IPA menggunakan penerapan model Quantum Teaching dan SEQIP dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas serta hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas, atau dikenal dengan classroom action research. Penelitian tindakan kelas adalah gabungan definisi tiga kata, penelitian, tindakan dan kelas sehingga PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki pembelajaran (Arikunto, dkk, 2006: 58).

B. Prosedur Penelitian

Menurut Wardhani (2007: 2.4) prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diharapkan. Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPA menggunakan model Quantum Teaching dan SEQIP, terdiri dari 4 langkah:

1. Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

2. Pelaksanaan (action) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.


(34)

3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi (Reflection)

Adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses selanjutnya.

Pada penilitian tindakan kelas ini penulis menggunakan spiral tindakan kelas adaptasi dari Hopkins.

Gambar 1. Spiral Tindakan Kelas (adaptasi Hopkins, 1993: 48) SIKLUS I

Observasi Identifikasi

Masalah

Refleksi

Observasi

Perencanaan ulang Refleksi

Perencanaan

SIKLUS II

Pelaksanaan


(35)

C. Setting Penelitian ` 1. Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan secara bersama antara peneliti dengan guru. Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa dan guru kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan dengan jumlah 32 orang siswa yang terdiri dari 19 orang laki–laki dan 13 orang perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan, Kecamatan Metro Selatan Kota Metro.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kegiatan dilaksanakan dari bulan Januari 2013 sampai dengan April 2013.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahapan ini, peneliti mengumpulkan keseluruhan data yang diperoleh berdasarkan instrumen penelitian, dengan tekhnik test dan non tes. 1. Teknik non tes merupakan prosedur atau cara untuk mengumpulkan data

aktivitas siswa dan kinerja guru.

2. Teknik tes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data tentang hasil belajar siswa

E. Alat Pengumpul Data

Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid, yang dapat


(36)

mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan antara lain:

1. Lembar Observasi, instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa dan kinerja guru selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

2. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai hasil belajar berupa soal

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, akan dianalisis menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh dan digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa, serta menganalisis kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

a. Analisis aktivitas belajar siswa diperoleh dengan rumus:

Tabel. 2. Kriteria Aktivitas Siswa.

No Rentang nilai Kategori

1 81 – 100 Sangat baik

2 61 – 80 Baik

3 41 – 60 Cukup

4 21- 40 Kurang

5 0 – 20 Sangat kurang

Sumber : Aqib, dkk (2006)

100

x

SM

R

NP

Keterangan:

NP : Nilai yang dicari / yang diharapkan R : Skor mentah yang diperoleh SM : Skor maksimum ideal 100 : Bilangan tetap (Purwanto, 2008)


(37)

100

x

N

R

S

b. Analisis kinerja guru diperoleh dengan rumus:

N =

x 100%

Tabel 3. Kategori Kinerja Guru.

Rentang Nilai (%) Kriteria

81– 100 Sangat Baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 – 40 Kurang

0 – 20 Sangat Kurang

Sumber: Purwanto (2008) 2. Analisis Kuantitatif

Analisis digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kuantitas hasil belajar siswa. Untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa pada pembelajaran pendidikan IPA dengan menggunakan media SEQIP.

Nilai hasil belajar siswa secara individual diperoleh dengan rumus a. Nilai Individual

b. Nilai rata-rata hasil belajar diperoleh dengan rumus:

X

=

Keterangan:

N = nilai yang dicari R = skor yang diperoleh SM = skor maksimum ideal 100 = bilangan tetap

(Purwanto, 2008)

Keterangan :

S : Nilai yang diharapkan

R : Jumlah sekor /item yang dijawab benar N : Skor maksimum dari tes

100 : Bilangan tetap

(Adopsi dari Purwanto, 2008)

Keterangan:

X = nilai rata-rata yang dicari ∑x = jumlah nilai

N = aspek yang diniliai (Aqib, dkk 2006)


(38)

G. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas

Urutan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di Kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan adalah sebagai berikut.

Siklus I

1. Perencanaan

Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran dengan penerapan model Quantum Teaching dan SEQIP peneliti melakukan persiapan sebagai berikut:

a. Mengkaji kurikulum untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar materi yang akan diajarkan.

b. Menganalisis materi pokok/sub materi pokok yang akan di integrasikan dengan model Quantum Teaching dan SEQIP.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran (silabus, RPP, LKS, lembar evaluasi, sumber) dan SEQIP yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas dengan kompetensi dasar menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model dan standar kompetensi mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.

2. Pelaksanaan

Langkah-langkah tindakan kelas ini merupakan pelaksanan dari rencana pembelajaran yang telah disiapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Kegiatan Awal


(39)

b. Melalui pendekatan kontruktivis guru menyampaikan apersepsi untuk menggali pengetahuan dan pengalaman siswa tentang materi yang akan diajarkan.

c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti

a. Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan penjelasan-penjelasan yang mengaitkan dengan kehidupan disekitar, memikat mereka dengan hal-hal unik, membuat siswa tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan sehingga keingintahuan tentang materi sifat-sifat cahaya. Pada tahapan ini bisa digunakan untuk apersepsi.

b. Alami, dengan menggunakan SEQIP guru membentuk kelompok dan memberi kesempatan untuk mencoba mempraktikan dengan pendekatan learning by doing.

c. Namai, siswa bersama dengan guru menyimpulkan hasil percobaan berdasarkan pengalaman yang diperoleh.

d. Demonstrasikan, salah satu siswa dikelompok mendemonstrasikan percobaan tentang sifat-sifat cahaya, seperti cahaya dapat menembus benda bening dan cahaya merambat lurus. Kemudian berlanjut ke kelompok berikutnya, kelompok yang lain memperhatiakan dan mencatat hal-hal yang penting.

e. Ulangi, untuk memperkuat pemahaman siswa guru membahas hasil percobaan secara bersama-sama, kemudian guru memberikan penguatan berupa kesimpulan tentang materi.


(40)

f. Rayakan, setelah selesai melalui semua tahapan, guru mengajak siswa untuk merayakannya dengan bersama-sama menyanyikn lagu ”Siapa paling Pintar”.

Kegiatan Penutup

a. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menilai pembelajarannya sendiri dan membuka diri untuk pertanyan-pertanyaan seputar pembelajaran.

b. Guru memberi penguatan kepada siwa tentang pentingnya terus belajar setiap waktu.

c. Guru memberikan tugas rumah. 3. Observasi

Peneliti mengamati kinerja siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa saat proses pembelajaran berlangsung yang dibimbing oleh guru. Pada saat pembelajaran berlangsung, diamatai aktivitas siswa dan kinerja guru dengan menandai ceklist pada lembar observasi.

4. Refleksi

a. Menganalisis temuan yang didapatkan pada saat melakukan tahap observasi.

b. Menganalisis keberhasilan dan kekurangan proses pembelajaran berlangsung.

c. Melakukan refleksi terhadap kesesuaian penerapan model Quantum Teaching dan SEQIP yang digunakan dalam proses pembelajaran. d. Melakukan refleksi terhadap tes hasil belajar siswa.


(41)

Siklus II

1. Perencanaan

Pada siklus II, secara umum tahap perencanaan sama dengan siklus I yaitu menyiapkan perangkat pembelajaran (silabus, RPP, lembar evaluasi, sumber, LKS) dan SEQIP yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas yang membedakan adalah standar kompetensinya yaitu menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/ model.

2. Pelaksanaan

Pada siklus II ini langkah-langkah tindakan kelas sama dengan siklus berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi.

3. Observasi

Peneliti mengamati kinerja siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa saat proses pembelajaran berlangsung yang dibimbing oleh guru. Pada saat pembelajaran berlangsung, diamatai aktivitas siswa dan kinerja guru dengan menandai ceklist pada lembar observasi.

4. Tahap Refleksi

a. Menganalisis keberhasilan dan kekurangan proses pembelajaran berlangsung.

b. Melakukan refleksi terhadap kesesuaian penerapan model Quantum Teaching dan SEQIP yang digunakan dalam proses pembelajaran. c. Melakukan refleksi terhadap tes hasil belajar siswa.


(42)

H. Indikator Keberhasilan Tindakan

Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila, aktivitas siswa dan kinerja guru mencapai presentase sebesar ≥ 75% dan hasil belajar siswa mendapatkan nilai 65 sesuai dengan KKM (diadopsi dari Depdiknas, 2008: 5).


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan kolaborasi model Quantum Teaching dan SEQIP pada siswa kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan kolaborasi model Quantum Teaching dan SEQIP dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-rata persentase ketercapaian aktivitas belajar siswa. Rata-rata persentase ketercapaian aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai kategori “tinggi” kemudian pada siklus II dengan kategori “tinggi”.

2. Penerapan kolaborasi model Quantum Teaching dan SEQIP dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa dengan kategori “cukup” dan pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa mencapai kategori “baik”.


(44)

B. Saran

1. Kepada Siswa

Dapat terus meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dengan cara selalu aktif dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa juga harus selalu rajin membaca dan latihan sehingga dapat membantu mempermudah memahami materi pembelajaran baik konsep maupun praktek.

2. Kepada Guru

Dapat meningkatkan kualitas diri dan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran yang inovatif seperti Quantum Teaching. Khusus untuk pembelajaran IPA diharapkan guru mampu memaksimalkan media yang sudah tersedia seperti SEQIP dengan berasaskan learning by doing (belajar sambil melakukan).

3. Kepada Sekolah

Mmengembangkan model-model PAIKEM (Pembeljran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) untuk dapat diterapkan oleh guru-guru pada semua mata pelajaran sehingga dapat mengkatkan kualitas pembelajaran.

4. Kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Dapat menjadi masukan dengan kolaborasi model Quantum Teaching dan SEQIP sebagai salah satu model pembelajaran yang mampu mengoptimalkan kegiatan pembelajaran.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Rieneke Cipta. Jakarta.

Depdikbud Direktoral Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Pedoman Penggunaan KIT IPA di Sekolah Dasar V. Depdikbud. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Buku Ilmu Pengetahuan Alam Guru Kelas 5. Depdiknas. Jakarta.

_____ 2004. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi. Depdiknas. Jakarta.

_____ 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tentang Standar Isi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI.

_____ 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tentang Pembelajaran.

_____ 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tentang Bimbingan dan Konseling.

De Porter Bobbi, dkk. 2005. Quantum Teaching, Mempraktikan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Kaifa. Bandung.

Dimyati, dkk. 2004. Belajar dan Pembelajaran. PT. Riene Cipta. Jakarta.

Pusat Bahasa, Edisi Ke-3. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.


(46)

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Open University Press. Buckingham-Philadelphia.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mulyasa. 2010. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. PT. Remaja Rasdakarsa. Bandung.

Nurjhani, Mimin. 2010. Penggunaan Model Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD 1 Sukajadi. UPI. Bandung.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluas Pendidikan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana. Jakarta.

Rustaman, Nuryani. Dkk. 2011. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sriudin. 2012. Teori Quantum Teaching. http://sriudin.blogspot.com/2012/04/ model-pembelajaran-quantum-teaching.html. Diakses pada Rabu, 14/11/12 @ 10.45 WIB

Sunandar, Shodik. 2012. Kelebihan dan Kekurangan Model Quantum Teaching. http://may-asa.blogspot.com/2012/05/hakikat-quantum-teaching.html. Diakses pada Minggu, 25/11/12 @ 20.35 WIB

Toha. 2012. Penggunaan KIT IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Pesawat Sederhana di Kelas 5 SD Negeri 3 Banyurasa Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya. http://tohathea.blogspot.com/p/e-ta.html. Diakses pada Minggu, 25/11/12 @ 20.40 WIB

Trueno. 2009. Pengertian IPA. http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/ pengertian-ipa.html. Diakses pada Selasa, 27/11/12 @ 16.15 WIB.


(47)

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wahyudin, dkk. 2004. Pengantar Pendidikan. Universitas Terbuka. Jakarta

Wardhani, I.G.A.K, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

WS, Winkel. 2009. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT. Gramedia. Jakarta

Yulianus, 2012. Pengertian Penilaian Kinerja guru. http://penilaian-kinerja-guru. blogspot.com/2011/12/pengertian-penilaian-kinerja-guru.html.Diakses pada Jumat, 26/11/12 @ 10.00 WIB.


(1)

32

H. Indikator Keberhasilan Tindakan

Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila, aktivitas siswa dan kinerja guru mencapai presentase sebesar ≥ 75% dan hasil belajar siswa mendapatkan nilai 65 sesuai dengan KKM (diadopsi dari Depdiknas, 2008: 5).


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan kolaborasi model Quantum Teaching dan SEQIP pada siswa kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan kolaborasi model Quantum Teaching dan SEQIP dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-rata persentase ketercapaian aktivitas belajar siswa. Rata-rata persentase ketercapaian aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai kategori “tinggi” kemudian pada siklus II dengan kategori “tinggi”.

2. Penerapan kolaborasi model Quantum Teaching dan SEQIP dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa dengan kategori “cukup” dan pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa mencapai kategori “baik”.


(3)

78

B. Saran

1. Kepada Siswa

Dapat terus meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dengan cara selalu aktif dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa juga harus selalu rajin membaca dan latihan sehingga dapat membantu mempermudah memahami materi pembelajaran baik konsep maupun praktek.

2. Kepada Guru

Dapat meningkatkan kualitas diri dan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran yang inovatif seperti Quantum Teaching. Khusus untuk pembelajaran IPA diharapkan guru mampu memaksimalkan media yang sudah tersedia seperti SEQIP dengan berasaskan learning by doing (belajar sambil melakukan).

3. Kepada Sekolah

Mmengembangkan model-model PAIKEM (Pembeljran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) untuk dapat diterapkan oleh guru-guru pada semua mata pelajaran sehingga dapat mengkatkan kualitas pembelajaran.

4. Kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Dapat menjadi masukan dengan kolaborasi model Quantum Teaching dan SEQIP sebagai salah satu model pembelajaran yang mampu mengoptimalkan kegiatan pembelajaran.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Rieneke Cipta. Jakarta.

Depdikbud Direktoral Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Pedoman Penggunaan KIT IPA di Sekolah Dasar V. Depdikbud. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Buku Ilmu Pengetahuan Alam Guru Kelas 5. Depdiknas. Jakarta.

_____ 2004. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi. Depdiknas. Jakarta.

_____ 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tentang Standar Isi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI.

_____ 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tentang Pembelajaran.

_____ 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tentang Bimbingan dan Konseling.

De Porter Bobbi, dkk. 2005. Quantum Teaching, Mempraktikan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Kaifa. Bandung.

Dimyati, dkk. 2004. Belajar dan Pembelajaran. PT. Riene Cipta. Jakarta.

Pusat Bahasa, Edisi Ke-3. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.


(5)

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Open University Press. Buckingham-Philadelphia.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mulyasa. 2010. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. PT. Remaja Rasdakarsa. Bandung.

Nurjhani, Mimin. 2010. Penggunaan Model Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD 1 Sukajadi. UPI. Bandung.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluas Pendidikan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana. Jakarta.

Rustaman, Nuryani. Dkk. 2011. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sriudin. 2012. Teori Quantum Teaching. http://sriudin.blogspot.com/2012/04/ model-pembelajaran-quantum-teaching.html. Diakses pada Rabu, 14/11/12 @ 10.45 WIB

Sunandar, Shodik. 2012. Kelebihan dan Kekurangan Model Quantum Teaching. http://may-asa.blogspot.com/2012/05/hakikat-quantum-teaching.html. Diakses pada Minggu, 25/11/12 @ 20.35 WIB

Toha. 2012. Penggunaan KIT IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Pesawat Sederhana di Kelas 5 SD Negeri 3 Banyurasa Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya. http://tohathea.blogspot.com/p/e-ta.html. Diakses pada Minggu, 25/11/12 @ 20.40 WIB

Trueno. 2009. Pengertian IPA. http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/ pengertian-ipa.html. Diakses pada Selasa, 27/11/12 @ 16.15 WIB.


(6)

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wahyudin, dkk. 2004. Pengantar Pendidikan. Universitas Terbuka. Jakarta

Wardhani, I.G.A.K, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

WS, Winkel. 2009. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT. Gramedia. Jakarta

Yulianus, 2012. Pengertian Penilaian Kinerja guru. http://penilaian-kinerja-guru. blogspot.com/2011/12/pengertian-penilaian-kinerja-guru.html.Diakses pada Jumat, 26/11/12 @ 10.00 WIB.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SD ISLAM TERPADU AL MUHSIN METRO SELATAN

0 5 87

PENERAPAN MODEL TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 03 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

5 45 78

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KALIREJO

0 5 53

PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 118179 WONOSARI.

3 17 23

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Pembelajaran Model Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 03

1 1 12

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Pembelajaran Model Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 03 Tohuda

0 1 11

PENGGUNAAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS V SD NEGERI NO.040474 TIGASERANGKAI.

0 1 2

PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD MUHAMMADIYAH GAMPLONG.

0 0 237

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV SD NEGERI MALANGAN.

0 1 197

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V

0 0 7