PENERAPAN MODEL ARTIKULASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 08 METRO SELATAN

(1)

MEDIAPOWER POINTUNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN

IPS KELAS IVA SD NEGERI 08 METRO SELATAN

Oleh

ARFIAN JUNIANTO

Pembelajaran IPS di kelas IVA SD Negeri 08 Metro Selatan belum optimal, aktivitas dan hasil belajar siswa belum sesuai harapan. Ketuntasan hasil belajar siswa hanya mencapai 40% dari jumlah seluruh siswa. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model artikulasi dan mediapower point.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan 2 siklus. Tahapan setiap siklus, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data diperoleh melalui teknik non tes dan tes dengan alat pengumpul data penelitian adalah lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model artikulasi dengan menggunakan media power point dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Nilai aktivitas siswa pada siklus I adalah 69,8 dengan persentase ketuntasan 69%, meningkat pada siklus II menjadi 73,4 dengan persentase ketuntasan 82,5%. Nilai hasil belajar afektif siklus I adalah 76,1 dengan persentase ketuntasan 69%, meningkat pada siklus II menjadi 78,8 dengan persentase ketuntasan 80%. Nilai hasil belajar psikomotor siklus I adalah 76,6 dengan persentase ketuntasan 74,5%, meningkat pada siklus II menjadi 81,0 dengan persentase 82,5%. Nilai hasil belajar kognitif siklus I adalah 67,1 dengan persentase ketuntasan 60%, meningkat pada siklus II menjadi 70,2 dengan persentase ketuntasan 80%.


(2)

IPS KELAS IVA SD NEGERI 08 METRO SELATAN

Oleh

ARFIAN JUNIANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

l\rfian zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBAJ unill.oto NPM 1113053013

Metro, 16 April 2015

, Yang membuat pemyataan, zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

~ii

~-

e

Demikian pemyataan ini saya buat, apabila dikemudian hari temyata pernyataan

ini tidak beoar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku.

Menyatakan dengan sesuagguhnya, bahwn skripsi yMg berjudul "Penerapan

Model Artikulasi dengan Menggunakan Media zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBAPower Potni untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran JPS Kelas IV A SD Negeri

08 Metro Selatan" adalah asli hasil penelitian saya dan tidak plagiai, kecuali

bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbemya daa disebutkan dalam daftar pustaka,

program studi

jurusan fakultas

: 1113053013

: S-1 Pcndidikan Gwu Sekolah Dasar : llmu Pendidikan

: Keguruan clan Ilmu Pendidi.kan Universitas Lampung NPM

: Arfian Junianto

nama mahasiswa

Yang bertanda tangan di bawah ini :


(6)

Penulis dilahirkan di Rukti Endah, Kecamatan Seputih Raman pada tanggal 21 Juni 1993. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Rajiman dan Ibu Suwartiningsih.

Pendidikan formal dimulai dari Taman Kanak-kanak (TK) HWK Rukti Endah dan diselesaikan pada tahun 1999. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Rukti Endah pada tahun 1999-2005. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh di SMP Negeri 1 Seputih Raman dan selesai pada tahun 2008. Program pendidikan berlanjut hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Seputih Banyak dan diselesaikan pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(7)

i Limpahan syukur kepada Allah SWT, lantunan sholawat kepada Rosulullah SAW,

dengan segala kerendahan hati, kupersembahkan karya sederhana ini kepada: Bapak Rajiman dan Ibu Suwartiningsih tercinta, yang telah memberikan kasih sayang tiada batas kepada anakmu yang nakal ini. Terimakasih selalu memberikan dorongan, dukungan, dan pengorbanan tanpa kenal letih demi membahagiakan anak-anakmu serta

cucuran doa yang selalu kalian mohonkan kepada Sang Maha Pencipta untuk anakmu. Adikku Ayu Riska Ningsih dan Kakakku Aris Susanto beserta keluarga kecinya (Mbak

Kurnita Dewi dan Arega Cahaya Wiguna), yang selalu memberikan keceriaan, pencerahan dan motivasi yang luar biasa demi terwujudnya cita-citaku. Semoga kalian

semua selalu dilindungi dan diberi kelimpahan rizky oleh Allah SWT. Almamater tercinta Universitas Lampung .


(8)

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri

(QS. Ar-Rad 13: 11)

Tuhan tidak melempar dadu !

(Albert Einstein)

Keberhasilan tak ada yang final, kegagalan tak ada yang fatal

(Arfian Junianto)


(9)

ii

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridha-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Penerapan Model Artikulasi dengan Menggunakan Media Power Point untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS Kelas IVA SD Negeri 08 Metro Selatan” adalah salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung sekaligus sebagai penguji skripsi penulis. Terimakasih atas kritik dan saran yang sangat berharga, mulai dari seminar proposal hingga ujian skripsi.

5. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., selaku Koordinator Kampus B FKIP Unila. 6. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus sebagai

Pembimbing Utama atas kesediaan untuk memberikan keleluasaan waktu dalam membimbing, memberikan saran serta memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(10)

iii dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Ibu Sutini, S.Pd., selaku kepala staf Tata Usaha PGSD UPP Metro yang telah banyak membantu penulis, terimakasih atas doa, motivasi, dan dukungan yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

9. Ibu Dra. Dwi Patmawati, selaku kepala SD Negeri 08 Metro Selatan yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian, terimakasih atas waktu dan kerja samanya selama ini.

10. Ibu Nurhayati, S.Pd. SD., selaku guru kelas IVA yang berperan sebagai observer I penulis dalam melakukan penelitian. Terima kasih atas bantuan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas IVA.

11. Sahabat serta saudaraku Rois Sujimat, Ahmad Nasikun, Yuli Dwi Purnama, dan M. Asrul Faehani. Terimakasih atas bantuan, dukungan, dan kebersamaan selama ini. Terimakasih juga selalu menjadi motivator terbaik sehingga penulis jauh dari keterpurukan.

12. Sahabat-sahabatku angkatan 2011, khususnya kelas A (Adit, Aji, Ikun, Icha, Arrizal, Asep, Atika, Aska, Dedi, Deni, Dwi, Erlis, Etik, Fikri, Gusti, Ikke, Tsani, Juwita, Asrul, Wulan, Nuke, Aulia, Lita, Putri N, Putri P, Risti, Puspa, Sella E, Sella P, Septi, Via, Sri, Suci, Suciyati, Tya, Umi, Zaka, Tiwi, Dilla) yang selalu menghadirkan semangat, keceriaan, dan kebersamaan yang tak terlupakan.

13. Keluarga kecil di negeri dingin (Unuy, Sella, Aulia, Diana, Dwi, DPR, Mbak Fitri, Mbak Handis, Gandi). Terimakasih atas kebersamaan dan kenangan yang telah kalian berikan selama KKN-PPL.

14. Renita Ulfa Alfina, yang telah memberikan semangat, keceriaan, dan motivasi tersendiri. Terimakasih atas doa, bantuan, dukungan, dan kebersamaan yang diberikan.

15. Teman-teman mahasiswa PGSD FKIP UNILA yang telah memberikan doa dan bantuan.


(11)

iv Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap skripsi yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Metro, April 2015 Penulis


(12)

v Halaman

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Model Artikulasi ... 10

1. Pengertian Model Artikulasi ... 10

2. Karakteristik Model Artikulasi ... 11

3. Tujuan Model Artikulasi... 12

4. Manfaat Model Artikulasi... 12

5. Langkah-langkah Model Artikulasi ... 13

6. Kelebihan dan Kelemahan Model Artikulasi... 15

B. MediaPower Point... 16

1. Pengertian Media Pembelajaran... 16

2. Manfaat Media Pembelajaran ... 18

3. MediaPower Point... 20

C. Belajar ... 23

1. Pengertian Belajar ... 23

2. Aktivitas Belajar... 25

3. Hasil Belajar... 27

D. Pembelajaran IPS ... 27

1. Pengertian Pembelajaran IPS ... 29

2. Karakteristik Pembelajaran IPS ... 30

3. Tujuan Pembelajaran IPS... 30

4. Pembelajaran IPS di SD... 32

E. Penilaian Autentik... 33

F. Kinerja Guru ... 35

G. Penelitian yang Relevan... 36

H. Kerangka Pikir ... 37


(13)

vi

1. Tempat Penelitian ... 40

2. Waktu Penelitian ... 40

C. Subjek Penelitian ... 40

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 40

1. Teknik Pengumpulan Data ... 40

2. Alat Pengumpulan Data ... 41

E. Teknik Analisis Data ... 45

1. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 45

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 48

F. Prosedur Penelitian ... 49

G. Indikator Keberhasilan... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 57

A. Hasil Penelitian... 57

1. Profil SD Negeri 08 Metro Selatan... 57

2. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 58

3. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus I ... 59

4. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus II ... 80

B. Pembahasan ... 100

1. Kinerja Guru ... 100

2. Aktivitas Siswa ... 102

3. Hasil Belajar Afektif... 104

4. Hasil Belajar Psikomotor... 106

5. Hasil Belajar Kognitif... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 111

A. Kesimpulan... 111

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 115


(14)

vii

Tabel Halaman

2.1 Langkah-langkah pembelajaran artikulasi ... 14

3.1 Aspek penilaian kinerja guru ... 42

3.2 Indikator penilaian aktivitas belajar siswa ... 43

3.3 Indikator penilaian hasil belajar afektif siswa ... 45

3.4 Indikator penilaian hasil belajar psikomotor siswa... 45

3.5 Kategori keberhasilan kinerja guru ... 46

3.6 Kategori perolehan nilai aktivitas siswa ... 46

3.7 Kriteria keaktifan kelas dalam satuan persen (%)... 47

3.8 Kategori nilai afektif siswa ... 47

3.9 Predikat nilai psikomotor siswa ... 48

3.10 Kategori nilai kognitif siswa ... 49

3.11 Kategori nilai ketuntasan belajar siswa (afektif, psikomotor, kognitif)... 49

4.1 Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas... 58

4.2 Penilaian kinerja guru siklus I pertemuan 1... 64

4.3 Penilaian kinerja guru siklus I pertemuan 2... 66

4.4 Nilai aktivitas siswa siklus I pertemuan 1... 68

4.5 Nilai aktivitas siswa siklus I pertemuan 2... 70

4.6 Hasil belajar afektif siklus I pertemuan 1 ... 71

4.7 Hasil belajar afektif siklus I pertemuan 2 ... 73

4.8 Hasil belajar psikomotor siklus I pertemuan 1 ... 74

4.9 Hasil belajar psikomotor siklus I pertemuan 2 ... 75

4.10 Hasil belajar kognitif siklus I... 77

4.11 Penilaian kinerja guru siklus II pertemuan 1 ... 85

4.12 Penilaian kinerja guru siklus II pertemuan 2 ... 87

4.13 Nilai aktivitas siswa siklus II pertemuan 1 ... 89

4.14 Nilai aktivitas siswa siklus II pertemuan 2 ... 90

4.15 Hasil belajar afektif siklus II pertemuan 1 ... 92

4.16 Hasil belajar afektif siklus II pertemuan 2 ... 93

4.17 Hasil belajar psikomotor siklus II pertemuan 1 ... 95

4.18 Hasil belajar psikomotor siklus II pertemuan 2 ... 96

4.19 Hasil belajar kognitif siklus II... 98

4.20 Rekapitulasi nilai kinerja guru ... 100

4.21 Rekapitilasi nilai aktivitas siswa ... 103

4.22 Rekapitilasi hasil belajar afektif... 105

4.23 Rekapitulasi hasil belajar psikomotor ... 107


(15)

viii

Lampiran Halaman

1. SURAT ... 119

a. Penelitian Pendahuluan dari Fakultas ... 120

b. Izin Penelitian dari Fakultas ... 121

c. Surat Keterangan Penelitiandari Fakultas ... 122

d. Izin Penelitian dari SD... 123

e. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 124

f. Surat Pernyataan ... 125

2. PERANGKAT PEMBELAJARAN ... 127

a. Pemetaan SK-KD ... 128

b. Silabus ... 133

c. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 137

d. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 145

e. Kisi-kisi Penilaian Hasil Belajar Kognitif ... 153

3. PENILAIAN KINERJA GURU ... 154

a. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 ... 155

b. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 ... 157

c. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1... 159

d. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2... 161

4. PENILAIAN AKTIVITAS SISWA ... 163

a. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 164

b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 165

c. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus IIPertemuan 1... 166

d. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus IIPertemuan 2... 167

5. PENILAIAN HASIL BELAJAR AFEKTIF SISWA... 169

a. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I Pertemuan 1... 170

b. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I Pertemuan 2... 171

c. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 172

d. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 173

6. PENILAIAN HASIL BELAJAR PSIKOMOTOR SISWA ... 175

a. Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus I Pertemuan 1... 176


(16)

ix

7. PENILAIAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA ... 181

a. Daftar Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa... 182

b. Tes Formatif Siklus I ... 183

c. Tes Formatif Siklus II... 189

8. DOKUMENTASI ... 195

a. Dokumentasi Siklus I ... 196


(17)

viii

Gambar Halaman

2.1 Unsur-unsur multimedia yang diintegrasikan melaluiPower Point ... 21

2.2 Kerangka pikir penelitian... 38

3.1 Alur siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 50

4.1 Grafik peningkatan kinerja guru ... 101

4.2 Grafik peningkatan aktivitas siswa ... 103

4.3 Grafik peningkatan hasil belajar afektif ... 105

4.4 Grafik peningkatan hasil belajar psikomotor ... 107


(18)

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses sosial budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Berdasarkan pengertian tersebut pendidikan menginginkan terbentuknya generasi yang berkualitas sehingga mampu membawa peradaban bangsa ke arah yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menjelaskan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan isi UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 tersebut, pendidikan diharapkan mampu mengembangkan potensi siswa sehingga dapat membawa perubahan positif serta berdampak pada kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perubahan atau pembaharuan pendidikan harus dilaksanakan sejalan dengan perubahan budaya kehidupan manusia. Perubahan dalam arti perbaikan tersebut terus menerus dilakukan sebagai bentuk antisipasi kepentingan masa depan dan tuntutan masyarakat modern, termasuk perubahan kurikulum pendidikan.


(19)

Maka dari itu, bukan hal yang baru jika pemerintah sering melakukan pergantian kurikulum pada periode tertentu.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan Saylor, Alexander, dan Lewis (dalam Rusman, 2011: 3) menganggap bahwa kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam ruang kelas, di halaman sekolah, maupun di luar sekolah. Berdasarkan pengertian di atas, kurikulum merupakan seperangkat rencana atau pengaturan mengenai pelaksanaan pendidikan baik di dalam maupun di luar kelas yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan.

Kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan selalu mengalami perubahan seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman. Perubahan itu dilakukan apabila kurikulum yang berlaku pada masa tertentu dianggap sudah tidak efektif dan tidak relevan untuk dilaksanakan. Hal ini sebagai alternatif terbaik untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional yang tentunya dibarengi dengan budaya manusia yang dinamis dan perkembangan-perkembangan berbagai aspek kehidupan yang semakin tidak terbatas

(unlimited).

Guru sebagai aktor utama pelaksana pendidikan harus mampu mengikuti kurikulum yang dinamis. Perancangan kurikulum menuntut guru


(20)

untuk memberikan kontribusi yang baik sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Menurut BSNP tahun 2006 tentang Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut, yaitu: 1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya, 2) beragam dan terpadu, 3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, 4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, 5) menyeluruh dan berkesinambungan, 6) belajar sepanjang hayat, 7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Standar Isi meliputi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada satuan pendidikan yang disusun per mata pelajaran, termasuk Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

IPS merupakan bidang ilmu yang mengkaji gejala-gejala yang berkaitan dengan kegiatan manusia dan interaksi dengan lingkungannya. Menurut

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, IPS mengkaji


(21)

isu sosial.Pembelajaran IPS pada setiap jenjang tidaklah sama tentunya harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, terutama pada pembelajaran IPS di SD. Pada jenjang SD mata pelajaran IPS dekemas secara terpadu yang memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru dan siswa kelas IVA SD Negeri 08 Metro Selatan pada tanggal 2-3 Desember 2014, diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran di kelas belum dilaksanakan secara optimal dan belum merujuk pada tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru masih mendominasi sebagai sumber utama (teacher centered). Guru masih banyak menggunakan metode ceramah pada kegiatan pembelajaran, menjelaskan materi yang ada pada buku tanpa melibatkan siswa pada pembelajaran. Siswa cenderung pasif di dalam kelas sehingga tidak tampak adanya timbal balik dengan apa yang sudah disampaikan oleh guru. Siswa hanya duduk diam memperhatikan guru di depan kelas tanpa adanya kegiatan aktif yang membuktikan siswa benar-benar mengalami proses belajar. Hal ini dapat mempengaruhi rasa percaya diri siswa, siswa cenderung malu ketika diminta menyampaikan pendapatnya di depan kelas. Ini disebabkan karena siswa beranggapan tugas siswa hanyalah diam dan memperhatikan apa yang disampaikan guru.

Guru belum menerapkan pembelajaran yang inovatif, artinya guru masih kaku dalam melaksanakan pembelajaran. Model-model atau metode-metode yang diterapkan oleh guru belum menunjukkan adanya inovasi


(22)

pembelajaran. Guru belum pernah menerapkan model artikulasi dalam pembelajaran di kelas. Penggunaan media pada pembelajaran IPS hanya mengandalkan media-media yang ada di sekolah, seperti peta, globe, dan gambar pahlawan, sehingga guru menggunakan media hanya pada materi-materi tertentu. Selain itu, guru juga belum optimal memanfaatkan teknologi sebagai penunjang pembelajaran, dalam pembelajaran media power point

masih jarang digunakan. Hal ini mengakibatkan kegiatan pembelajaran di kelas cenderung pasif, monoton, dan kurang menyenangkan yang tentunya berpengaruh terhadap rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa.

Penelusuran dokumen yang telah dilakukan menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa SD Negeri 08 Metro Selatan. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 66, hanya 8 orang siswa dari 20 orang siswa atau 40% yang tuntas, selebihnya (60%) belum tuntas dari jumlah siswa yang ada di kelas IVA, sedangkan kelas IVB mencapai 43% yaitu 6 siswa yang tuntas dari 14 siswa. Fakta tersebut menerangkan bahwa perlu diadakannya perbaikan pada kelas IVA agar aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, aktif, dan bermakna. Maka dari itu perlu diadakan pengoptimalan pembelajaran.

Berdasarkan masalah tersebut perlu diterapkannya model pembelajaran yang sesuai dengan konteks dan tujuan pembelajaran. Menurut Joyce (dalam Ngalimun, 2012: 7) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di


(23)

kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain. Menurut Piaget (dalam Susanto, 2014: 18) anak usia 7-11 tahun berada dalam tahap operasional konkret. Mereka memandang sesuatu secara utuh yang mereka alami saat itu juga dan bukan sesuatu yang abstrak. Oleh sebab itu, penggunaan media seperti gambar, bagan, film, atau elaborasi kata-kata dalam pembelajaran mampu membantu siswa dalam memperoleh makna dari materi yang sedang diajarkan. Salah satu model pembelajaran yang cocok untuk perbaikan masalah ini adalah model artikulasi yang didukung dengan menggunakan mediapower point.

Menurut Huda (2013: 269) model artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran. Pada pembelajaran ini, siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing anggotanya bertugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Pada model ini, siswa mempunyai peran ganda yaitu sebagai pengirim pesan sekaligus penerima pesan, sehingga model ini hanya berjumlah dua orang siswa setiap kelompoknya. Hal ini yang membedakan model artikulasi dengan model pembelajaran lainnya. Model artikulasi dipilih karena model ini dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa, kecakapan berkomunikasi, serta pemahaman terhadap materi yang diterima.

Model artikulasi melatih siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui kegiatan komunikasi antar siswa. Siswa menggali pengetahuan dari materi yang disampaikan guru melalui media power point. Selanjutnya, siswa mengkontruksi pengetahuan tersebut kemudian disampaikan kepada pasangan


(24)

kelompoknya secara bergantian. Melalui kegiatan tersebut terjadi proses berpikir pada diri siswa, siswa membangun pengetahuan yang akan disampaikan dan mengemas pengetahuan tersebut agar dapat dipahami oleh pasangan kelompoknya. Oleh sebab itu, pembelajaran lebih berhasil dan komperhensif jika didukung dengan penerapan model artikulasi dengan bantuan mediapower pointpada pelaksanaanya.

Berdasarkan paparan masalah di atas, perlu diadakannya perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model artikulasi dengan menggunakan media power point untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS siswa kelas IVA SD Negeri 08 Metro Selatan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Guru masih mendominasi proses pembelajaran sebagai sumber utama (teacher centered).

2. Guru masih banyak menggunakan metode ceramah pada kegiatan pembelajaran, menjelaskan materi yang ada pada buku tanpa melibatkan siswa pada pembelajaran.

3. Siswa cenderung pasif di dalam kelas sehingga tidak tampak adanya timbal balik dengan apa yang sudah disampaikan oleh guru.

4. Siswa hanya duduk diam memperhatikan guru di depan kelas tanpa adanya kegiatan aktif yang membuktikan siswa benar-benar mengalami proses belajar.


(25)

5. Guru belum menerapkan model artikulasi dan media power point pada pembelajaran.

6. Siswa cenderung malu ketika diminta menyampaikan pendapatnya di depan kelas.

7. Rendahnya hasil belajar IPS yang dibuktikan dengan persentase siswa yang mencapai KKM, yaitu 40%.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:

1. Apakah penerapan model artikulasi dengan menggunakan media power point dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVA SD Negeri 08 Metro Selatan tahun 2014-2015?

2. Apakah penerapan model artikulasi dengan menggunakan media power pointdapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVA SD Negeri 08 Metro Selatan tahun 2014-2015?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model artikulasi

dengan menggunakan media power point pada pembelajaran IPS kelas IVA SD Negeri 08 Metro Selatan tahun 2014-2015.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model artikulasi dengan menggunakan media power point pada pembelajaran IPS kelas IVA SD Negeri 08 Metro Selatan tahun 2014-2015.


(26)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa

Melalui model artikulasi dan media power point, siswa diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan melalui kegiatan menyimak dan komunikasi antar siswa sehingga apa yang diperoleh siswa mampu dikontruksi dengan pengalaman siswa itu sendiri. Dengan begitu siswa lebih aktif dan komunikatif sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Bagi guru

Model artikulasi dan media power point dapat dijadikan sebagai alternatif dalam melakukan inovasi untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran IPS, sehingga dapat memberikan pengetahuan serta pengalaman artikulatif dalam proses pembelajaran.

3. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Negeri 08 Metro Selatan, khususnya pengalaman inovatif terhadap penerapan model artikulasi dengan menggunakan media power point

dalam pembelajaran IPS. 4. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memotivasi peneliti untuk terus belajar dan menggali pengetahuan mengenai perkembangan dunia pendidikan yang dinamis guna menambah wawasan dan pengalaman pembelajaran. Sehingga, diharapkan memiliki kredibilitas tinggi dalam dunia pendidikan.


(27)

A. Model Artikulasi

1. Pengertian Model Artikulasi

Menurut Mustain (2010: 30) artikulasi adalah apa yang kita definisikan sebagai struktur-struktur dalam otak yang melibatkan kemampuan bicara (area kemampuan bicara), membaca atau pemprosesan kata lainnya dan area gerak tambahan (menulis, membuat sketsa, dan gerak-gerak ekspresif lainnya). Artinya, artikulasi merujuk kepada apa-apa saja yang berkaitan dengan berbicara atau melakukan sesuatu akibat dari pemprosesan hasil kerja otak. Penerapan model artikulasi dalam pembelajaran juga melibatkan kemampuan berbicara serta gerak ekspresi akibat kegiatan berpikir siswa. Model artikulasi berbentuk kelompok berpasangan, di mana salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan kelas perihal hasil diskusinya dan guru membimbing siswa untuk memberikan kesimpulan.

Model pembelajaran artikulasi prosesnya seperti pesan berantai. Artinya apa yang telah diberikan guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Hal ini


(28)

merupakan keunikan model pembelajaran artikulasi. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai penerima pesan sekaligus berperan sebagai penyampai pesan (Ngalimun, 2012: 174).

Huda (2013: 269) menjelaskan bahwa pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran. Pada pembelajaran ini, siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing anggotanya bertugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Skill pemahaman sangat diperlukan dalam model pembelajaran ini.

Berdasarkan pemaparan pengertian dari para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menekankan pada konsep siswa aktif. Siswa dibagi kedalam kelompok kecil berpasangan, satu siswa bertugas mewawancarai siswa lain mengenai materi yang disampaikan oleh guru, hal ini dilakukan bergantian. Kemudian tiap kelompok menyampaikan hasil kegiatan kelompok kepada kelompok yang lain.

2. Karakteristik Model Artikulasi

Menurut Huda (2013: 269) perbedaan model artikulasi dengan model pembelajaran yang lain adalah penekanannya pada komunikasi siswa kepada teman satu kelompoknya. Pada model artikulasi ada kegiatan wawancara/menyimak pada teman satu kelompoknya serta pada cara tiap siswa menyampaikan hasil diskusi di depan kelompok lain. Setiap anak memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat kelompoknya. Kelompok ini pun biasanya terdiri dari dua orang.


(29)

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model artikulasi adalah model pembelajaran yang menekankan pada aspek komunikasi kelompok berpasangan dengan teman sebagai sumber belajar. Pada model ini terjadi proses interaksi antar anggota, salah satu anggota menjadi narasumber sementara yang lain merekam informasi, dan selanjutnya bergantian. Kemudian hasil belajar tersebut didiskusikan dengan kelompok lain sehingga kelompok lain juga mendapat informasi serupa. Jadi, pada model ini terjadi pembelajaran dari siswa untuk siswa. 3. Tujuan Model Artikulasi

Setiap model pembelajaran memiliki maksud dan tujuan yang akan dicapai masing-masing, begitu juga model pembelajaran artikulasi. Menurut Bastiar, (2007) model pembelajaran artikulasi memiliki tujuan untuk membantu siswa dalam cara mengungkapkan kata-kata dengan jelas dalam mengembangkan pengetahuan, pemahaman serta kemampuan yang dimiliki sehingga siswa dapat membuat suatu keterhubungan antara materi dengan disiplin ilmu.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penerapan model artikulasi dalam pembelajaran dimaksudkan untuk melatih siswa dalam menyampaikan ide atau pengetahuannya, menggali informasi berdasarkan kegiatan interaktif.

4. Manfaat Model Artikulasi

Setiap model pembelajaran memiliki manfaat dan tujuan masing masing sesuai karakteristik model itu sendiri. Manfaat penerapan model


(30)

artikulasi pada pembelajaran, khususnya yang berdampak pada siswa adalah sebagai berikut. (Huda, 2013: 269).

a. Siswa menjadi lebih mandiri.

b. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar.

c. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.

d. Terjadi interaksi antarsiswa dalam kelompok kecil. e. Terjadi interaksi antarkelompok kecil.

f. Masing masing siswa memiliki kesempatan berbicara atau tampil di depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok mereka.

Berdasarkan manfaat model artikulasi yang sudah diapaparkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model artikulasi ini menekankan pada interaksi dan komunikasi siswa sebagai perekam informasi dari siswa lain sebagai anggota kelompok kecil untuk kemudian menjadi sumber pengetahuan dan kemudian disampaikan di depan kelas. Siswa secara mandiri menggali informasi dari temannya, kemudian mencernanya, lalu apa yang telah diperoleh tersebut dishare di depan kelas sebagai bentuk pelaporan sekaligus sumber informasi bagi siswa lainnya. Hal ini dapat melatih kemandirian, komunikasi, pemahaman, serta kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran.

5. Langkah-langkah Model Artikulasi

Setiap model pembelajaran memiliki prosedur pelaksanaan sesuai karakteristik dari model pembelajaran itu sendiri. Begitu juga dengan model pembelajaran artikulasi. Huda (2013: 269) menjelaskan bahwa artikulasi merupakan model pembelajaran dengan sistaks: penyampaian kompetensi, sajian materi, bentuk kelompok, berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya


(31)

kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkannya.

Lebih lanjut, berikut langkah-langkah penerapan model artikulasi dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Amri (2013: 213), yaitu:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. b. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.

c. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.

d. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.

e. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya. f. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya

belum dipahami siswa. g. Kesimpulan/penutup.

Tabel 2. 1 Langkah-langkah Pembelajaran Artikulasi

FASE-FASE KEGIATAN GURU

Fase 1: Menyampaikan kompetensi dan materi yang akan dibahas.

Guru menyampaikan kompetensi dan materi yang akan dibahas kepada siswa.

Fase 2: Menyampaikan materi.

Guru menyampaikan materi kepada siswa. Fase 3: Membentuk

kelompok.

Untuk mengetahui daya serap siswa, Guru membentuk kelompok berpasangan dua orang. Fase 4: Menyampaikan materi

yang baru diterima dari guru.

Guru menyuruh salah seorang dari pasangan untuk menceritakan materi yang baru diterima dari guru. Fase 5: Menyampaikan hasil

wawancaranya dengan teman pasangannya.

Guru menyuruh siswa secara

bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya.

Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.

Fase 6: Menjelaskan kembali materi sekiranya belum dipahami siswa atau konfirmasi

Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum diketahui siswa.

Fase 7: Menyimpulkan Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.


(32)

Berdasarkan paparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran artikulasi, diawali dengan penyampaian materi oleh guru, lalu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (umumnya dua orang). Salah satu siswa menyampaikan materi yang telah disampaikan guru, kemudian siswa lain menyimak dan membuat catatan kecil, kegiatan tersebut dilakukan secara bergantian pada setiap kelompok. Terakhir siswa menyampaikan hasil wawancara kelompoknya ke depan kelas, siswa lain berkesempatan memberikan tanggapan. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil belajar yang telah dilakukan.

6. Kelebihan dan Kelemahan Model Artikulasi

Model pembelajaran pasti memiliki tujuan yang akan dicapai, maka dari itu pada pelaksanaan model pembelajaran terdapat usaha-usaha serta strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Terkait dengan pelaksanaan model pembelajaran, pasti memiliki kelebihan-kelebihan dari model pembelajaran tersebut, begitu juga pada model artikulasi. Kelebihan-kelebihan tersebut tidak jarang dibarengi dengan adanya kelemahan-kelemahan yang muncul ketika diterapkan pada pembelajaran.

Berikut ini adalah kelebihan maupun kekurangan dari metode artikulasi menurut Natsir, (2012).

a. Kelebihan

1) Semua siswa terlibat (mendapat peran) 2) Melatih kesiapan siswa

3) Melatih daya serap pemahaman dari orang lain 4) Cocok untuk tugas sederhana


(33)

5) Interaksi lebih mudah

6) Lebih mudah dan cepat membentuknya 7) Meningkatkan partisipasi anak

b. Kelemahan

1) Untuk mata pelajaran tertentu 2) Waktu yang dibutuhkan banyak 3) Materi yang didapat sedikit

4) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor 5) Lebih sedikit ide yang muncul

Berdasarkan paparan tersebut, peneliti menyimpulkan bahawa model pembelajaran artikulasi merupakan model yang melibatkan peran serta semua anggota kelompok sehingga setiap siswa secara aktif berpartisipasi mengembangakan pengetahuan individu. Interaksi antar individu dapat melatih kepercayaan diri siswa sehingga siswa lebih siap secara mandiri menyerap dan memahami materi yang disampaikan rekan satu kelompoknya.

B. MediaPower Point

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media dapat diartikan sebagai alat penyalur atau pengantar. Menurut Rusman, dkk (2011: 169) media adalah pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan, dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Perkembangan media tidak hanya sebatas benda diam yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan informasi, lebih dari itu media merupakan sesuatu yang mampu menggambarkan informasi yang hendak disampaikan. Media


(34)

dapat dibuat semenarik mungkin serta komunikatif sehingga penerima informasi mampu memahami maksud dari pengirim informasi.

Media pembelajaran dapat membantu seorang guru atau tenaga pendidik lain dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Hamiyah & Jauhar (2014: 260) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa. Sejalan dengan hal tersebut, Arsyad (2014: 6) menjelaskan bahwa media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran ini tidak memiliki batasan, dapat digunakan di dalam kelas maupun di luar kelas.

Menurut Rusman dkk. (2011: 170) media pembelajaran merupakan suatu teknologi pembawa pesan yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran; media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk menyampaikan materi pelajaran. Teknologi yang dimaksud adalah segala sesuatu yang mampu dijadikan sebaga sarana menyampaikan materi pelajaran.

Berdasarkan pengertian tentang media pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu keras (hard) maupun lunak (soft) yang digunakan untuk membantu guru untuk merangsang siswa dalam pembelajaran sebagai sarana penyampaian informasi sehingga dipahami oleh siswa.


(35)

2. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa. Unsur yang sangat penting dalam pembelajaran adalah penggunaan metode dan media pembelajaran. Kedua unsur tersebut saling berkaitan, sama-sama memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu, guru harus jeli dalam pemilihan metode dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran.

Arsyad (2014: 19) menjelaskan bahwa fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Pengaruh tersebut tentunya menjadikan suasana pembelajaran lebih menarik, aktif, dan menyenangkan bagi siswa.

Menurut Hamalik (dalam Rusman, dkk., 2011: 172) fungsi media pembelajaran yaitu:

a. Untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif.

b. Penggunaan media merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran.

c. Media pembelajaran penting dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

d. Penggunaan media dalam pembelajaran adalah untuk mempercepat proses pembelajaran dan membantu siswa dalam upaya memahami materi yang disajikan oleh guru dalam kelas. e. Penggunaan media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk

mempertinggi mutu pendidikan.

Sedangkan menurut Arsyad (2014: 29) manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.


(36)

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;

1) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto,

slide, realita, film,radio, atau model.

2) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film,

slide, atau gambar.

3) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film,slidedi samping secara verbal.

4) Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat dilakukan secara konkret melalui film, gambar, slide,

atau simulasi komputer.

5) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video.

6) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse

untuk film, video,slide, atau simulasi komputer.

Berdasarkan pemaparan teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar.

b. Materi pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga siswa lebih mudah memahami dan menguasai materi yang diajarkan.

c. Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga jika harus mengajar setiap jam pelajaran.


(37)

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, siswa juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, menanya, melakukan, dan lain-lain.

3. MediaPower Point

Microsoft Power Point merupakan program aplikasi presentasi yang paling populer dan banyak digunakan saat ini untuk kepentingan presentasi, baik pembelajaran, seminar, meeting, lokakarya, dan sebagainya. Program buatan Microsoft Cooperation ini selalu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, hingga yang terbaru adalah Microsoft Office 2013. Microsoft Office meliputi Microsoft Word, Microsoft Excel, Microsoft Power Point, Access, dan beberapa program lainnya.

Power Pointtergolong ke dalam media pembelajaran yang berbasis multimedia. Menurut Arsyad (2014: 162) multimedia adalah berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara, video, dan animasi. Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran. Jadi, multimedia dapat dimodifikasi melalui power point dalam bentuk slide (presentasi) dan kemudian ditayangkan melaui LCD Proyektor. Menurut Rusman, dkk (2011: 301)

Power Point adalah salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage).


(38)

Microsoft Office

PowerPoint

Video Animasi

Suara & Sound Teks Grafik & Tabel

Microsoft Office Excel, Word, Access

Gambar 2.1 Unsur-unsur multimedia yang diintegrasikan melaluiPower Point

Program Microsoft Power Point dapat dijalankan dengan langkah langkah berikut, yaitu: Klik menu start pada desktop, pilih all program,

cari folder microsoft office, pilih dan klik Microsoft Power Point, tunggu sampai jendela program terbuka dan muncul tampilan lembar kerja power point. Secara umum komponen yang ada pada power point hampir sama dengan komponen yang ada pada program microsoft office lainnya. Artinya, program ini sangat familiar untuk dijalankan karena menu-menu yang ada sering dijumpai pada program-program yang lain.

Menurut Rusman, dkk (2011: 303) prosedur pembuatan media presentasi diawali dengan:

a. Identifikasi program, hal ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian antara program yang dibuat dengan materi, sasaran (siswa) terutama latar belakang kemampuan, usia, juga jenjang pendidikan.

b. Mengumpulkan bahan pendukung sesuai dengan kebutuhan materi dan sasaran seperti video, gambar, animasi, suara. Pengumpulan bahan tersebut dapat dilakukan dengan mencari di interner (browsing), menggunakan yang sudah ada di direktori, dan jika diperlukan dapat membuar sendiri bahan-bahan yang dapat mendukung dalam pembuatan media presentasi ini.


(39)

c. Setelah bahan terkumpul dan materi sudah dirangkum, selanjutnya proses pengerjaan dipower pointhingga selesai. d. Setelah program selesai dibuat, tidak langsung digunakan

sebaiknya dilakukan reviewprogram dari sisi bahasa, teks, tata letak, desain, dan kebenaran konsep, selanjutnya direvisi dan siap digunakan.

Prosedur pembuatan media power point tersebut memberikan gambaran mengenai langkah-langkah pembuatan media pembelajaran dari

power point yang baik, sehingga mengurangi terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pembuatan media tersebut. Hal terpenting dalam pembuatan media pembelajaran adalah dilakukannya evaluasi dan revisi sebelum media pembelajaran tersebut digunakan pada kegiatan pembelajaran.

Sanjaya (2012: 186) menjelaskan bahwa presentasi yang baik adalah manakala dapat menampilkan bahan secara komperhensif sehingga menimbulkan kesan utuh materi tampilan. Oleh karena itu sebaiknya presentasi tidak hanya menampilkan bahasa tulisan saja, akan tetapi juga secara bergiliran menampilkan visual lain seperti gambar, foto, diagram, dan bentuk visual lainnya. Power point memiliki konten yang cukup lengkap untuk membuat media pembelajaran, dalam pembuatan dimungkinkan untuk menyisipkan gambar, grafik, animasi, suara, bahkan video yang nantinya dapat menunjang ketika digunakan dalam pembelajaran.

Menurut Rusman, dkk (2011: 334) keberhasilan presentasi dipengaruhi oleh desain media presentasi yang ditampilkan, terkadang desain yang kelihatannya rame belum tentu menarik minat peserta,


(40)

membuat pesan menjadi jelas bahkan terkadang menjadi tidak karuan. Terkadang desain yangsimplejustru lebih komunikatif.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

power point dapat membantu guru dalam membuat media pembelajaran yang berbasis multimedia untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Power point memiliki konten yang cukup lengkap sehingga guru dapat memodifikasi desain media pembelajaran sedemikian rupa menggunakan fitur-fitur berbasis slide yang sesuai dengan materi untuk menghasilkan media pembelajaran yang komunikatif.

C. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses perubahan diri yang bersifat progresif. Pada proses belajar, seseorang mengalami perubahan, baik yang terlihat langsung maupun tidak langsung sehingga mempengaruhi tingkah laku orang tersebut. Menurut Suyono & Hariyanto (2013: 9) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Sejalan dengan pengertian tersebut, Hamalik (2008: 27) mengungkapkan bahwa belajar merupakan suatu proses , suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan tingkah laku.


(41)

Sedangkan menurut Uno (2007: 15) belajar adalah pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan), atau melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.

Konsep belajar didasarkan pada pandangan dari para pakar psikologi dan para ahli filsafat dalam memaknai apa dan bagaimana belajar itu dilaksanakan. Menurut Slavin (dalam Wardoyo, 2013: 20) pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan Piaget (dalam Slavin, 2005: 37) menjelaskan bahwa pengetahuan tentang perangkat sosial-bahasa, nilai-nilai, peraturan, moralitas, dan sistem simbol (seperti membaca dan matematika) hanya dapat dipelajari dalam interaksi dengan orang lain. Berdasarkan pengertian tersebut, teori belajar yang sesuai dengan konsep belajar pada penelitian ini adalah teori kontruktivisme.

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan bahwa konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Menurut Wardoyo (2013: 23) pandangan kontruktivisme dalam pembelajaran lebih menekankan proses daripada hasil pembelajaran. Artinya bahwa hasil belajar yang merupakan tujuan tetap dianggap penting, namun di sisi lain proses belajar yang melibatkan cara maupun strategi juga dianggap penting. Lebih lanjut Budiningsih (2005: 59) menjelaskan bahwa


(42)

konstruktivisme menekankan peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengonstruksi pengetahuannya sendiri. Konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, menekankan pada belajar autentik, dan proses sosial. Sehingga interaksi antarindividu memungkinkan munculnya ide atau gagasan akibat dari persepsi mengenai pengetahuan yang didapat.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah proses pemerolehan pengetahuan (knowledge) yang mengakibatkan perubahan pada diri seseorang baik perubahan sikap, pola pikir, maupun perilaku yang relatif menetap melalui kegiatan pengalaman. Teori kontruktivime merupakan teori yang tepat untuk mendasari penelitian ini, sebab dalam pelaksaan pembelajaran siswa membangun pengetahuan melalui kegiatan komunikatif dan interaktif baik antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa yang lain pada kegiatan artikulasi.

2. Aktivitas Belajar

Proses belajar tidak terlepas dari aktivitas belajar yaitu adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Hamalik (2009: 197) menjelaskan bahwa aktivitas belajar sebagai aktivitas yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kunandar (2010: 277) mendefinisikan aktivitas siswa sebagai keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, minat, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan


(43)

pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Menurut Paul D. Dierich (dalam Hamalik, 2008: 172-173), aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, dan interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik,chart, diagram, peta, dan pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun. g. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat,

memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, motivasi, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.

Lebih lanjut, Poerwanti (2008: 7.4) menjelaskan bahwa selama proses belajar berlangsung dapat terlihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, seperti aktif bekerjasama dalam kelompok, memiliki keberanian untuk bertanya, atau mengungkapkan pendapat.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian aktivitas belajar adalah aktivitas yang ditujukkan siswa berupa kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sikap, minat, perhatian, dan


(44)

keterampilan (fisik dan mental) dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan pembelajaran. Adapun indikator aktivitas yang akan dikembangkan, meliputi: 1) mengemukakan pendapat berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, 2) merekam dan membuat catatan (rangkuman) penjelasan teman pada kegiatan artikulasi, 3) menyampaikan penjelasan pada kegiatan artikulasi, 4) menyampaikan hasil diskusi pada kegiatan presentasi, 5) menanggapi hasil yang dikemukakan oleh kelompok lain, dan 6) melakukan kegiatan refleksi dan menyimpulkan hasil pembelajaran.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan akhir pada kegiatan pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan suatu pembelajaran. Pembelajaran yang baik akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula. Menurut Kunandar (2013: 62) hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotor yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Lebih lanjut, Hamalik (2008: 31) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.

Menurut Hamalik (2008: 30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan motoris. Unsur


(45)

subjektif adalah rohaniah, sedangkan motoris adalah jasmaniah. Hasil belajar akan tampak pada beberapa aspek yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apersepsi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap. Bloom (Sudjana, 2011: 22) menjelaskan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Terdapat enam tingkatan ranah kognitif, yaitu dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Pada afektif, terdapat lima tingkatan ranah, yaitu menerima, menanggapi, menilai, mengelola, dan menghayati. Menurut Sani (2014: 211) afektif adalah segala perilaku atau sikap siswa yang muncul selama pembelajaran berlangsung. Sikap yang tampak saat pembelajaran meliputi jujur, percaya diri, tanggung jawab, toleransi, disiplin, kerjasama, santun, dan lain-lain Pada ranah psikomotor, terdapat empat tingkatan yaitu peniruan, manipulasi, pengalamiahan, dan artikulasi. Menurut Susanto (2014: 27) keterampilan (psikomotor) adalah kemampuan-kemampuan tertentu sehingga digunakan pengetahuannya. Keterampilan IPS meliputi keterampilan meneliti (observasi), keterampilan berpikir, keterampilan berpartisipasi sosial, dan keterampilan berkomunikasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa sebagai akibat kegiatan belajar yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan baik dari segi sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), maupun keterampilan (psikomotor). Adapun tingkat ranah pada ranah kognitif yang


(46)

ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.

Pada ranah afektif, aspek yang diamati adalah 1) sikap percaya diri dengan indikator: a) melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu, b) menyampaikan penjelasan kepada teman kelompok tanpa rasa gugup, dan c) berani presentasi di depan kelas, 2) sikap santun dengan indikator: a) tidak berbicara kotor saat pembelajaran, b) tidak mencela pembicaraan guru atau teman, dan c) mengacungkan tangan sebelum menyampaikan pendapat atau bertanya, dan 3) sikap disiplin dengan indikator: a) membawa buku pelajaran IPS dan alat tulis, b) melakukan kegiatan sesuai petunjuk guru, dan c) mengumpulkan tugas tepat waktu.

Pada ranah psikomotor, aspek yang diamati adalah 1) keterampilan observasi dengan indikator: a) mendengarkan penjelasan teman saat kegiatan artikulasi, b) membuat catatan kecil (rangkuman) pada kegiatan artikulasi, dan c) mengajukan pertanyaan kepada guru atau teman, dan 2) keterampilan berkomunikasi dengan indikator: a) menjelaskan materi kepada pasangan kelompoknya, b) menyampaikan hasil kegiatan artikulasi di depan kelas, dan c) menanggapi hasil kegiatan kelompok lain.

D. Pembelajaran IPS

1. Pengertian Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang mempelajari gejala-gejala sosial. Menurut Trianto (2010, 173) Ilmu Pengatahuan Sosial membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan


(47)

masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Permendiknas no. 22 tahun 2006 menjelaskan bahwa mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Sedangkan menurut Sapriya (2007: 1) pengertian IPS adalah suatu program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin konsep-konsep ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan pendidikan kewarganegaraan.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa IPS adalah program pendidikan yang mengkaji konsep-konsep ilmu sosial secara utuh yang meliputi interaksi antar manusia maupun manusia dengan lingkungannya.

2. Karakteristik Pembelajaran IPS

Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Trianto (2010: 174-175) mengemukakan beberapa karakteristik dari mata pelajaran Imu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai berikut:


(48)

a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS merupakan integrasi dari beberapa disiplin ilmu sosial yang dikemas dalam satu tema atau pokok bahasan yang menyangkut berbagai masalah sosial serta peristiwa dan perubahan kehidupan manusia. 3. Tujuan Pembelajaran IPS

Setiap pembelajaran tentunya memiliki tujuan yang akan dicapai, tujuan ini sebagai kriteria keberhasilan suatu pembelajaran.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut :

1. Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari (sosial).

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, global.


(49)

Sedangkan menurut Trianto (2010: 176) tujuan IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menguasai ilmu-ilmu sosial yang berkaitan dengan kehidupan bermasayarakat khususnya lingkungan sekitar siswa sehingga mampu memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi.

4. Pembelajaran IPS di SD

Pembelajaran IPS di SD berbeda dengan pembelajaran IPS pada jenjang SMP maupun SMA. Pembelajaran IPS di SD dikemas dengan satu pokok bahasan yang mencakup beberapa disiplin ilmu sosial (geografi, ekonomi, sejarah, dan sosiologi). Menurut Permendiknas no. 22 tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) manusia, tempat, dan lingkungan, 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, 3) sistem sosial dan budaya, dan 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Menurut Sardjiyo, dkk. (2009: 1.29) kemampuan yang diharapkan agar dimiliki siswa pada pembelajaran IPS adalah sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.


(50)

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS di SD menekankan pada ruang lingkup sekitar siswa yang dikemas dengan pokok bahasan tertentu. Siswa diharapkan mampu bergaul di masyarakat dengan menguasai nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat serta mampu bersaing pada masyarakat yang majemuk.

E. Penilaian Autentik

Menurut Kunandar (2013: 35) penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Sedangkan menurut Sunarti & Rahmawati S. (2013: 27) penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

Menurut Hosnan (2014: 388) penilaian autentik bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata. Dengan kata lain, siswa belajar bagaimana mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan ke


(51)

dalam tugas-tugas yang autentik. Melalui penilaian autentik ini, diharapkan berbagai informasi yang absah/benar dan akurat dapat terjaring berkaitan dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa.

Penilaian autentik memiliki karakteristik tersendiri, menurut Trianto (dalam Hosnan, 2014: 389) karakteristik penilaian nyata (authentic assessment) yaitu, 1) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, 2) bisa digunakan untuk formatif atau sumatif, 3) yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, 4) berkesinambungan, dan 5) terintegrasi, dan dapat digunakan sebagaifeedback.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penilaian autentik (authentic assessment) adalah penilaian yang dilakukan secara holistik atau menyeluruh. Kegiatan dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran mengalami proses penilaian dan mencakup ketiga ranah pembelajaran (afektif, kognitif, dan psikomotor).

F. Kinerja Guru

Kinerja guru adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran. Menurut Depdiknas tahun 2008 tentang Penilaian Kinerja Guru, kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Sejalan dengan penjelasan tersebut Sanjaya (2005:13-14) menjelaskan bahwa kinerja guru berkaitan dengan tugas


(52)

perencanaan, pengelolalan pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa. Sebagai perencana, maka guru harus mampu mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan belajar, sebagai pengelola maka guru harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga siswa dapat belajar dengan baik, dan sebagai evaluator maka guru harus mampu me-laksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Guru yang professional adalah guru yang selalu memperhatikan kemampuan mengajar dan mendidik agar tidak menyimpang dengan etika guru dalam melaksanakan pembelajaran. Menurut Djamarah (2005: 36) dalam menjalankan tugas, seorang guru harus memiliki sifat: 1) menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan, 2) memikul tugas mendidik dengan bebas, berani dan gembira, 3) sadar akan nilai-nilai ya n g b e r k a i t a n d e n g a n p e r b u atannya, 4) menghargai orang lain, 5) bijaksana dan hati-hati, dan 6) taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dalam empat kompetensi utama yang terintegrasi dalam kinerja guru yaitu, 1) kompetensi pedagogik, yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam menguasai kepribadian siswa, 2) kompetensi kepribadian, yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam menunjukkan nilai-nilai kepribadian yang sesuai dengan norma dan etika guru professional, 3) kompetensi sosial, yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam berkomunikasi dan bergaul dengan lingkunga masyarakat, dan 4) kompetensi profesional, yang berkaitan


(53)

dengan kemampuan guru yang berkaitan dengan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan elemen pokok dalam keberhasilan pembelajaran. Kinerja guru mencakup kegiatan guru selama pembelajaran berlangsung dari tahap perencanaan sampai dengan penilaian hasil belajar, yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

G. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini hasil penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas dalam skripsi ini.

1. Mustain (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi melalui Model Pembelajaran Artikulasi pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah (MA) Raudhatul Mubtadiin Kundur Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti”,membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran artikulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Suryanto (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Media

Power Point untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”, membuktikan bahwa penggunaan media power point dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS.


(54)

H. Kerangka Pikir

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh informasi bahwa guru masih mendominasi proses pembelajaran sebagai sumber utama (teacher centered). Guru masih banyak menggunakan metode ceramah pada kegiatan pembelajaran, menjelaskan materi yang ada pada buku tanpa melibatkan siswa pada pembelajaran. Siswa cenderung pasif di dalam kelas sehingga tidak tampak adanya timbal balik dengan apa yang sudah disampaikan oleh guru. Siswa hanya duduk diam memperhatikan guru di depan kelas tanpa adanya kegiatan aktif yang membuktikan siswa benar-benar mengalami proses belajar. Guru belum menerapkan model artikulasi dan mediapower pointpada pembelajaran. Siswa cenderung malu ketika diminta menyampaikan pendapatnya di depan kelas. Ini disebabkan karena siswa beranggapan tugas siswa hanyalah diam dan memperhatikan apa yang disampaikan guru. Rendahnya hasil belajar IPS yang dibuktikan dengan persentase siswa yang mencapai KKM, yaitu 40%.

Model artikulasi merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, komunikatif dan bertanggung jawab. Melalui model artikulasi, siswa menggali pengetahuan dari kegiatan wawancara kelompok berpasangan yang dilakukan secara bergantian. Sedangkan media power point

adalah media berbasis multimedia yang dapat didesain sesuai kebutuhan dengan fitur yang cukup lengkap seperti gambar, suara, film, animasi, dan fitur-fitur lain yang dapat dikombinasikan. Melalui media power point, pembelajaran IPS yang cenderung abstrak dapat disajikan dengan konsep yang mudah dipahami. Oleh sebab itu, penerapan model artikulasi dan mediapower


(55)

point secara kolaboratif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Berikut gambaran mengenai kerangka pikir pada penelitian ini.

Input Proses Output

Gambar 2.2 Kerangka pikir penelitian

I. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah “apabila dalam pembelajaran IPS menerapkan model artikulasi dengan menggunakan media power point sesuai konsep dan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 08 Metro Selatan”.

KTSP dan Landasan Empiris

Model Artikulasi dan MediaPower

Point

Aktivitas dan hasil belajar siswa memenuhi indikator

Penjelasan melaluiPower Point Menjelaskan kepada pasangan

Presentasi kelas Kesimpulan Penilaian autentik


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu kegiatan ilmiah yang dialakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksi tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan oleh Arikunto (2011: 11) yang menyebutkan PTK merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil dengan mengubah cara, metode, pendekatan, atau strategi yang berbeda dari biasanya. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dianggap kurang efektif dalam pelaksanaannya sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar (Arikunto, 2011: 60).


(57)

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa PTK adalah kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh guru secara kolaboratif dan partisipatif di kelasnya sendiri untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dengan merubah cara, metode, pendekatan, atau strategi pada pembelajaran melalui beberapa siklus (merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksi) sehingga hasil belajar dapat meningkat.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 08 Metro Selatan, tepatnya di Jalan Gembira, Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan lama penelitian 4 bulan, terhitung dari bulan Januari 2014 sampai dengan April 2015.

C. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan guru kelas IVA SD Negeri 08 Metro Selatan. Jumlah siswa dalam kelas tersebut adalah 20 orang siswa, yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan data 1. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang berkaitan dengan penelitian dikumpulkan melalui dua teknik, yakni teknik nontes dan tes.


(58)

a. Teknik nontes

Teknik nontes digunakan untuk mengukur variabel berupa kinerja guru, aktivitas siswa, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotor melalui lembar observasi.

b. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa melalui tes formatif.

2. Alat Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan dua alat pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

a. Lembar observasi

Instrumen ini dirancang oleh peneliti berkolaborasi dengan guru kelas IVA SD Negeri 08 Metro Selatan. Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kinerja guru, aktivitas siswa, hasil belajar afektif, dan psikomotor selama pembelajaran sedang berlangsung. Setiap data yang diamati selama berlangsungnya proses pembelajaran dicatat dalam lembar observasi yang telah disediakan.

1) Kinerja guru

Observasi kinerja guru dilakukan dengan menggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG). Aktivitas guru yang diamati yaitu mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, sampai kegiatan penutup selama pembelajaran berlangsung. Adapun aspek-aspek yang diamati adalah sebagai berikut.


(1)

112

a. Nilai hasil belajar afektif secara klasikal pada siklus I adalah 76,1 (Baik) dengan persentase ketuntasan kelas sebesar 69% (Tinggi). Kemudian meningkat pada siklus II, nilai klasikal hasil belajar afektif adalah 78,8 (Baik) dengan persentase ketuntasan kelas sebesar 80% (Sangat Tinggi).

b. Nilai hasil belajar psikomotor secara klasikal pada siklus I adalah 76,6 (Baik) dengan persentase ketuntasan kelas sebesar 74,5% (Tinggi). Pada siklus II, nilai hasil belajar psikomotor secara klasikal adalah 81,0 (Sangat Baik) dengan persentase ketuntasa kelas sebesar 82,5% (Sangat Tinggi).

c. Nilai hasil belajar kognitif secara klasikal pada siklus I adalah 67,1 (Baik) dengan persentase ketuntasan kelas sebesar 60% (Tinggi). Kemudian pada siklus II, nilai hasil belajar kognitif secara klasikal adalah 70,2 (Baik) dengan persentase ketuntasan kelas sebesar 80% (Sangat Tinggi).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, peneliti memberikan saran dalam penerapan model artikulasi dan media power point pada pembelajaran IPS, antara lain:

1. Bagi Siswa

Siswa harus mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai. Siswa harus selalu berlatih untuk dapat berkomunikasi dengan baik, sebab keterampilan berkomunikasi


(2)

merupakan bagian penting dalam pembelajaran IPS. Selain itu, siswa harus percaya diri dan santun ketika berbicara dihadapan orang lain, hal ini berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menguasai materi.

2. Bagi Guru

Guru sebagai pelaksana pembelajaran harus peka terhadap situasi dan kondisi lingkungan siswa. Penerapan model artikulasi merupakan alternatif untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, efektif, dan bermakna, maka guru harus menguasai langkah-langkah penerapan model artikulasi ini. Penggunaan media juga dapat mendukung berhasilnya suatu pembelajaran. Mediapower point merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran. Oleh sebab itu, guru hendaknya menguasai pembuatan dan penggunaan media power point serta menerapkannya pada pembelajaran. Dalam pembuatan power point sebaiknya guru mengatur timer tampilan slide untuk menghindari ketidaktepatan dengan alokasi waktu yang sudah ditetapkan. Terdapat 2 orang siswa yaitu MS dan RR yang perlu menjadi perhatian khusus karena selama penelitian yang dilakukan 2 siklus nilai kognitif siswa tersebut belum pernah mencapai KKM baik siklus I maupun siklus II.

3. Bagi Sekolah

Perkembangan zaman mengharuskan lembaga pendidikan selalu mengadakan pembaharuan (inovasi), salah satunya adalah inovasi pembelajaran. Inovasi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti penerapan model dan penggunaan media dalam pembelajaran. Sekolah hendaknya mendukung dan memfasilitasi penerapan model


(3)

114

artikulasi dan media power point dalam pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran yang optimal.

4. Bagi Peneliti

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti lain direkomendasikan untuk menerapkan model artikulasi dengan menggunakan media power pointpada mata pelajaran atau materi yang lain. Penerapan model ini juga dapat dikombinasi dengan metode, strategi, pendekatan, atau media yang lainnya sesuai kebutuhan dan lingkungan siswa. Sebaiknya dalam pembuatan instrumen penilaian hasil belajar afektif dan psikomotor menggunakan teknik ceklis per indikator, hal ini untuk memudahkan peneliti dalam mengungkapkan kelemahan-kelemahan yang muncul pada tahap refleksi hasil.


(4)

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk,. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru SD, SLB, TK. CV Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, S., Suhardjono dan Supandi. 2011.Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2014.Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Bastiar , Bernadus. 2007. Model Artikulasi. www.pembelajaran.com. Diterbitkan

pada 24 September.

Budiningsih, Asri. 2005.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

BNSP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.BNSP. Jakarta.

. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. BNSP. Jakarta.

Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.Depdiknas. Jakarta.

. 2009. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.

. 2008.Penilaian Kinerja Guru.Depdiknas. Jakarta.

Djamarah, S. B.. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif suatu Pendekatan Teoretis Psikologis . Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2008.Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta.

. 2009. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. PT Remaja. Rosdakarya. Bandung.


(5)

116

Hamiyah, N. & Jauhar, M.. 2014. Strategi Belajar Mengajar di Kelas. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Hero, Saiful. 2014.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi.

http://saifulhero.blogspot.com. Diakses pada tanggal 15 Januari 2015 pukul 20.30 WIB.

Hosnan. 2014.Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad ke-21. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Kemendiknas. 2013. PP No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Kemendiknas. Jakarta.

Kunandar. 2010.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. PT Indeks. Jakarta. . 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum 2013). PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mustain. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi melalui Model

Pembelajaran Artikulasi pada Siswa Kls X Madrasah Aliyah (MA) Raudhatul Mubtadiin Kundur Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti (Skripsi). Universitas Islam Riau. Pekanbaru.

Natsir, Supardi. 2012. Model Pembelajaran Artikulasi. http://supardi natsir.blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-artikulasi.html. Diterbitkan pada 21 Juli.

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Aswaja Pressindo. Yogyakarta.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. DIVA Press. Jogjakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rusman, dkk. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Rusman. 2011.Manajemen Kurikulum. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. . 2014.Model-model Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta.


(6)

Sani, R. Abdullah. 2014. Pembelajaran saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Bumi Aksara. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2005.Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Prenada Media. Jakarta.

. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Kencana Prenadamedia Group. Jakarta.

Sapriya. 2007.Pengembangan Pendidikan IPS di SD.UPI Press. Bandung. Sardjiyo, dkk.. 2009.Pendidikan IPS di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Slavin, R. E.. 2005. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Nusa Media. Bandung

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sunarti, dan Rahmawati, S.. 2013. Penilaian dalam Kurikulum 2014. CV Andi Offset. Yogyakarta.

Suryanto, M. H. 2013. Penggunaan Media Power Point untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Prenadamedia Group. Jakarta

Suyono, dan Hariyanto. 2013. Belajar dan Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Trianto. 2010.Model Pembelajaran Terpadu.PT Bumi Aksara. Jakarta.

Uno, B. Hamzah. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Wardoyo, S. M.. 2013. Pembelajaran Kontruktivisme (Teori dan Aplikasi Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter). Alfabeta. Bandung.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 11 48

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 8 53

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11

0 11 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN 08 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

37 320 55

Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVA SD Negeri 1 Metro Barat menggunakan media audio visual tahun pelajaran 2012/2013.

0 5 42

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) MELALUI MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 4 METRO UTARA

0 3 84

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 77

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 METRO SELATAN

0 9 68

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION PADA KELAS IV SD NEGERI 2 METRO SELATAN

0 7 65

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT DALAM PEMBELAJARAN IPS SD Maya Sari, Sugiyono, Syamsiati

0 0 12