PENGARUH PEMBERIAN INDOLE ACETIC ACID (IAA) DAN BENZYL AMINO PURIN (BAP) TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET NANAS (ANANAS COMOSUS L) SIPAHUTAR SECARA IN VITRO.
PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT)
INDOLE ACETIC ACID (IAA) DAN BENZYL AMINO PURIN
(BAP) TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET NANAS
(Ananas comosus L.) SIPAHUTAR SECARA IN VITRO
Oleh :
Sartika Sinulingga
NIM 409220040
Program Studi Biologi
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sain
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
i
v
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang senantiasa
memberikan kasih dan pertolongan-Nya di dalam hidup penulis, sehingga
penelitian dan penulisan skripsi ini dapat berjalan lancar. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian eksperimental yang bertujuan untuk melihat pengaruh
pertumbuhan planlet nanas Sipahutar terhadap zat pengatur tumbuh (ZPT) Indole
Asetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP) secara in vitro.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain : Ibu Dr.
Fauziyah Harahap, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi, kepada bapak Drs.
Toyo Manurung, M.Si., bapak Drs.Nusyirwan, M.Si. dan bapak, Dr. Syahmi Edi,
M.Si., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran dan
bimbingan. Kepada bapak Drs. Tri Harsono, M.Si., selaku ketua jurusan Biologi,
ibu Dra. Martina Restuati, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan nasehat selama masa perkuliahan dan kepada bapak
Dekan Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D serta staf di FMIPA Universitas Negeri
Medan yang telah memberi dukungan dan bimbingan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang teramat besar kepada kedua
orangtua yang sangat penulis cintai Ayahanda P. Sinulingga dan Ibunda N.A.
Butar-butar buat seluruh kasih cinta kasih, dukungan dan motivasi terlebih doa
yang senantiasa diberikan, juga kepada Abang dan kakak Pebrianto, S.Pd, Boby
Kristian, S.Pd, Corah Julianti, S.ST, dan Evaline, S.Farm yang tidak pernah
berhenti menasehati dan mendukung studi saya. Juga kepada teman seperjuangan
penulis yang berjuang bersama-sama baik suka maupun duka dalam mengerjakan
penelitian Marynovalina Simbolon, serta PKK penulis kak cahaya/bang Andrew,
KTB The Dove Asrida, Hotma, Jendro, Herna. serta Sahabat penulis Eriana,
Hethy, Mellisa, Riris. Dan juga Adik-adik penulis Igreya (Arta, Lydia, Saras,
Saut, Septe) buat dukungan dan semangatnya untuk penulis. Tak lupa penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Laboratorium Kultur Jaringan YAHDI dan
kepala Laboratorium Kultur Jaringan YAHDI Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si,
vi
laboran Kak Yati dan Bang Yudi yang telah banyak membantu penulis. Juga
kepada teman-teman seperjuangan Nondik Biologi 2009. Semoga Tuhan Yesus
melimpahkan kasihNya atas kebaikan dan kemurahan hati Bapak, Ibu, saudara/I
dan teman-teman semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua. Terimakasih
Medan, 28 Januari 2014
Sartika Sinulingga
NIM 409220040
iii
PENGARUH PEMBERIAN INDOLE ACETIC ACID (IAA) DAN BENZYL
AMINO PURIN (BAP) TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET
NANAS (Ananas comosus L.) SIPAHUTAR
SECARA IN VITRO
Sartika Sinulingga (NIM 409220040)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Indole Asetic Acid
(IAA), Benzyl Amino Purin (BAP), dan interaksi Indole Asetic Acid (IAA) dan
Benzyl Amino (BAP) terhadap pertumbuhan planlet nanas (Ananas comosus L.)
Sipahutar secara in vitro. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni Desember 2013 di Laboratorium Kultur Jaringan YAHDI, Perum Pelabuhan Jl.
Lambung NO. 18 Tanah 600 Medan Marelan. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan dua faktor yang diteliti, yaitu
faktor Indole Acetic Acid (IAA) dengan empat taraf perlakuan yaitu I0 = 0 mg/l, I1
= 0,5 mg/l, I2 = 1 mg/l I3 = 1,5 mg/l. Faktor kedua Benzyl Amono Purin (BAP)
terdiri dari empat taraf perlakuan yaitu B0 = 0 mg/l, B1 = 1 mg/l, B2 = 2 mg/l, B3 =
3 mg/l. Jumlah ulangan 3, kombinasi 16 dan jumlah seluruh percobaan 48.
Parameter yang diamati adalah persentase kontaminasi (%), waktu munculnya
tunas (MST), jumlah daun (helai), jumlah tunas (tunas), dan tinggi tunas (mm).
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varians (ANAVA) dilanjutkan
dengan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan
pemberian IAA dan BAP berpengaruh nyata pada semua parameter. Persentase
jumlah planlet yang terkontaminasi yaitu 10,41%. Rata-rata waktu munculnya
tunas yaitu pada minggu ke-2. Rata-rata jumlah tunas tertinggi pada perlakuan
I2B1 (IAA 1 mg/l dan BAP 1 mg/l) dan I1B1 (IAA 0,5 mg/l dan BAP 1 mg/l) yaitu
17.67 tunas. Rata-rata jumlah daun tertinggi pada perlakuan IAA 1 mg/l dan BAP
1 mg/l yaitu 113.67 helai. Rata-rata tinggi tunas tertinggi pada perlakuan IAA 1
mg/l dan BAP 0 mg/l yaitu 37.33 mm.
iv
Influence The Granting of Indole Acetic Acid (IAA) and Benzyl Amino Purine
(BAP) Towards Growth Pineapple Planlet (Ananas comosus L.)
Sipahutar In vitro
Sartika Sinulingga (NIM 409220040)
ABSTRACT
This research aims to know the effect of granting Indoles Asetic Acid (IAA),
Benzyl Amino Purin (BAP), and the interaction of Indoles Asetic Acid (IAA) and
Benzyl Amino (BAP) towards growth planlet pineapple (Ananas comosus l.)
Sipahutar in in vitro. This research has been carried out in June-December 2013 in
tissue culture Laboratories YAHDI, Perum Port JL. Hull No. 18 Land 600 Medan
Marelan. This study used a Randomized Complete Design (RAL) Factorial with
two factors examined, i.e. a factor of Indole Acetic Acid (IAA) with four levels of
treatment IE I0 = 0 mg/l, I1 = 0.5 mg/l, I2 = 1 mg/l I3 = 1.5 mg/l. second Factor
Benzyl Amono Purin (BAP) is composed of four levels of treatment B0 = 0 mg/l1,
B = 1 mg/l, B2 = 2 mg/l, B3 = 3 mg/l. Numbers Deuteronomy 3, 16 and the total
number of combination experiments 48. The parameters observed contamination
(%) is the percentage of time the emergence of buds (MST), the number of leaves
(blades), the number of buds (buds), and height (mm) buds. The Data obtained
were analyzed by analysis of variance (ANAVA) continued with Test Duncan
Multiple Range Test (DMRT). The results showed issuing IAA and BAP real
effect on all parameters. The percentage of the number of contaminated planlet i.e.
10.41%. The average time the emergence of buds during the 2nd week.
Averagethe highest number of buds at the treatment I2B1 (1 mg/l IAA and BAP of
1 mg/l) and I1B1 (IAA 0,5 mg/l and 1 mg/l BAP) i.e.17.67 shoots. On average the
highest number of leaves on the IAA treatment of 1 mg/l and 1 mg/l BAP i.e.
113.67 strands.The average height of the highest bud on the treatment of 1 mg/l
IAA and BAP 0 mg/l i.e.80.91mm
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Abstract
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Perumusan Masalah
1.4. Batasan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Nenas
2.2. Kultur Jaringan
2.3. Media Kultur Jaringan
2.3.1. Unsur-unsur yang dibutuhkan Tanaman
2.4. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
2.4.1. Indole Acetic Acid (IAA)
2.4.2. Benzil Amino Purin (BAP)
2.5. Hipotesis Penelitian
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel
3.3. Alat dan Bahan
3.3.1. Alat
3.3.2. Bahan
3.4. Rancangan Penelitian
3.5. Prosedur Kerja
3.5.1. Sterilisasi Alat dan Bahan
3.5.3. Pembuatan Media
3.5.4. Penanaman
3.5.5. Pemeliharaan
3.6. Parameter Pengamatan
3.7. Teknik Analisis Data
1
3
4
4
4
4
5
6
6
8
9
9
11
12
15
16
18
18
18
18
18
18
18
20
20
20
21
21
22
22
viii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Persentase Kontaminasi
4.1.2. Waktu Munculnya Tunas
4.1.3. Jumlah Tunas
4.1.4. Jumlah Daun
4.1.5. Tinggi Tunas
4.2. Pembahasan
4.2.5. Persentase Kontaminasi
4.2.4. Pengaruh Pemberian IAA dan BAP Terhadap
Waktu Munculnya Tunas Planlet Nanas
4.2.2. Pengaruh Pemberian IAA dan BAP Terhadap
Pertumbuhan Jumlah Tunas Planlet Nanas
4.2.1. Pengaruh Pemberian IAA dan BAP Terhadap
Pertumbuhan Jumlah Daun Planlet Nanas
4.2.3. Pengaruh Pemberian IAA dan BAP Terhadap
Pertumbuhan Tinggi Tunas Planlet Nanas
27
27
27
27
28
31
33
35
35
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
41
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
41
41
DAFTAR PUSTAKA
42
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
36
37
38
39
46
47
48
61
93
97
102
105
x
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1. Susunan Kombinasi Perlakuan
19
3.2. Desain Secara RAL Faktorial
23
3.3. Anava Secara RAL Faktorial
25
4.1. Persentase Kontaminasi
27
4.2. Pengaruh Interaksi antara IAA dan BAP Terhadap Jumlah
Tunas Umur 8 MST
29
4.3. Analisis Varians (ANAVA) Secara RAL Faktorial Pengaruh
Pemberian ZPT IAA dan BAP Terhadap Jumlah Tunas 8 MST
30
4.4. Pengaruh Interaksi antara IAA dan BAP Terhadap Jumlah
Daun Umur 8 MST
31
4.5. Analisis Varians (ANAVA) Secara RAL Faktorial Pengaruh
Pemberian ZPT IAA dan BAP Terhadap Jumlah Daun 8 MST
32
4.6. Pengaruh Interaksi antara IAA dan BAP Terhadap Tinggi
Tunas Umur 8 MST
33
4.7. Analisis Varians (ANAVA) Secara RAL Faktorial Pengaruh
Pemberian ZPT IAA dan BAP Terhadap Tinggi Tunas 8 MST
34
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1. Penampilan Buah Nanas (Ananas comosus L.)
6
2.2. Struktur Kimia Indole Acetic Acid (IAA)
15
2.3. Struktur Kimia Benzil Amino Purin (BAP)
16
4.1. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi IAA dan BAP terhadap
Waktu Munculnya Tunas Nanas
28
4.2. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi IAA dan BAP terhadap
Jumlah Tunas Nanas
30
4.3. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi IAA dan BAP terhadap
Jumlah Daun Nanas
32
4.4. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi IAA dan BAP terhadap
Tinggi Tunas Nanas
35
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah
Ananas comosus. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di
domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol
membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia
pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman
pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah
nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik.
Salah satu komoditi tanaman hortikultura yang telah dikembangkan oleh
masyarakat secara turun-temurun di Kabupaten Tapanuli Utara adalah nanas dan
merupakan komoditi andalan masyarakat, dimana pertanamannya tersebar di
beberapa kecamatan, seperti: Kecamatan Sipahutar, Pangaribuan, Siborongborong
dan Tarutung dengan luas 1.031 Ha dan produksi pada Tahun 2005 sebesar
17.940 Ton dengan produktivitas 174 Kw/Ha. Namun pertanaman nanas yang
paling dominan berada diKecamatan Sipahutar, Pangaribuan dan Siborongborong,
yang merupakan sentra produksi tanaman nanas di Kabupaten Tapanuli Utara
(Anonim b, 2012).
Buah nanas Sipahutar terkenal dengan rasanya yang manis, tidak terlalu
berair, berukuran besar, serta warna kulit kuning dengan ujung warna kehijauan.
Tetapi yang menjadi masalah adalah nanas dari Sipahutar tidak dikembangkan
dengan baik. Hal inilah yang menjadi masalah bagi petani yang berada didaerah
tersebut. Disamping harganya tidak menjamin kesejahteraan bagi petaninya
(Anonim a, 2012). Para petani mengembangkan tanaman ini hanya dengan
memanfaatkan mahkota dan membelah tanaman tua untuk digunakan sebagai
bibit.
Berkurangnya sumber plasma nutfah nanas Sipahutar disebabkan karena
penanaman nanas Sipahutar yang kurang, sehingga menyebabkan perlu
penanganan yang menyeluruh untuk pengembangan tanaman dan kebutuhan
2
penanaman massal dengan luas areal yang lebih besar maka dibutuhkan bibit
dalam jumlah yang banyak dan seragam. Hal tersebut dimaksudkan agar pasokan
nanas Sipahutar lebih dapat dikontrol dan menghasilkan produksi yang seragam
dalam jumlah yang lebih banyak. Disisi lain, Petani nanas Sipahutar masih
memanfaatkan bibit yang berasal dari tunas batang dan tunas mahkota yang
jumlahnya relatif terbatas untuk mengisi lahan yang besar sehingga diperlukan
solusi untuk mengatasi masalah tersebut (Anonim b. 2012).
Alternatif yang diperlukan untuk penanaman dan perbanyakan adalah melalui
teknik kultur jaringan. Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh
kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi
aseptik secara in vitro. Teknik ini dicirikan oleh kondisi kultur yang aseptik,
penggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan zat
pengatur
tumbuh
(ZPT),
serta
kondisi
ruang kultur
yang suhu
dan
pencahayaannya terkontrol (Yusnita, 2004).
Mariska dan Sukmadjaya, 2003 (dalam Adrian, 2011), menyebutkan
kelebihan teknik kultur jaringan ini, yaitu perbanyakan yang tinggi, tidak
tergantung musim, bahan tanaman yang digunakan relatif sedikit sehingga tidak
merusak tanaman induk, tanaman yang dihasilkan bebas dari penyakit maupun
dari tanaman induk yang mengandung patogen internal, dan tidak membutuhkan
tempat yang luas untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak. Adapun
kendala yang sering ditemukan dalam teknik kultur jaringan ini adalah sulitnya
mendapatkan tanaman dengan kondisi yang steril sehingga menimbulkan
tingginya tingkat kontaminasi pada eksplan yang menyebabkan kematian pada
eksplan.
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dalam teknik kultur jaringan, dapat
dirangsang dengan zat pengatur tumbuh. Dalam kultur jaringan, dua golongan zat
pengatur tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur
tumbuh mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan
dan organ. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan
dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah
perkembangan suatu kultur. Agar didapatkan tunas yang banyak maka dapat
3
digunakan hormon BAP (6-benzylaminopurine) dari golongan sitokinin. (Adrian,
2011), dan hormon IAA yang berperan memacu pertumbuhan sepanjang sumbu
longitudinal. Hal spesifik yang terlihat berupa peningkatan pembesaran sel yang
berlangsung ke segala arah.
Keseimbangan antara IAA dan BAP sangat penting dalam menginduksi tunas
karena masing zat pengatur tumbuh tersebut berperanan dalam menginduksi
tunas. Menurut (Dong, 2002), auksin dan sitokinin dapat mengalami beberapa
jenis interaksi yaitu interaksi yang bersifat antagonis, maupun sinergis. Dalam hal
pembentukan tunas pada eksplan daun tembakau Nicotiana tabacum L. var.
Prancak 95 ini, auksin (IAA) dan sitokinin (BAP) bersifat sinergis. Auksin
berperan dalam mengatur pertumbuhan dan pemanjangan sel, sedangkan sitokinin
berperan dalam pembelahan sel. Hal ini mudah dimengerti karena secara seluler
auksin berperan dalam pemanjangan sel, sedangkan sitokinin memicu pembelahan
sel, morfogenesis dan pertumbuhan merupakan proses yang sangat penting dalam
pembetukan kalus
dan selanjutnya diikuti
rediferensiasi
kalus
menuju
pembentukan tunas yang dipicu oleh adanya cahaya. Auksin (termasuk IAA) dan
sitokinin (termasuk BAP) berperan saling melengkapi dalam menginduksi tunas
(Maryani, 2005).
Berdasarkan uraian diatas, maka sangat diperlukan penelitian ini dilakukan
guna mengetahui pengaruh pemberian IAA dan BAP terhadap pertumbuhan
planlet nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar secara in vitro.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasi berbagai masalah,
sebagai berikut:
1. Tanaman nanas Sipahutar yang kurang di kembangkan dengan baik
2. Menurunnya Plasma nutfah nanas Sipahutar akibat terbatasnya bibit nanas
3. Produksi nanas Sipahutar yang semakin menurun
4. Terbatasnya stok bibit nanas.
4
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) Indole Asetic
Acid (IAA) terhadap pertumbuhan planlet nanas (Ananas comosus L.)
Sipahutar secara in vitro?
2. Bagaimana pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) Benzyl Amino
Purin (BAP) terhadap pertumbuhan planlet nanas (Ananas comosus L.)
Sipahutar secara in vitro?
3. Bagaimana pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) Indole Asetic
Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP) terhadap pertumbuhan planlet
nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar secara in vitro?
1.4 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT)
BAP 0 ppm; 1 ppm; 2 ppm; 3 ppm dan IAA 0 ppm; 0,1 ppm; 1 ppm; 1,5 ppm.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) Indole
Asetic Acid (IAA) terhadap pertumbuhan planlet nanas (Ananas comosus
L.) Sipahutar secara in vitro?
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) Benzyl
Amino Purin (BAP) terhadap pertumbuhan planlet
nanas (Ananas
comosus L.) Sipahutar secara in vitro?
3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) Indole
Asetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP) terhadap pertumbuhan
planlet nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar secara in vitro?
5
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi kepada petani bahwa dengan teknik kultur
jaringan dapat dihasilkan bibit nanas yang bermutu dalam jumlah banyak.
2. Sebagai sarana referensi untuk pengembangan varietas unggul tanaman
nanas Sipahutar.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan
dengan penelitian ini.
4. Dengan diketahuinya konsentrasi kombinasi antara IAA dan BAP yang
efektif untuk proses pertumbuhan planlet nanas (Ananas comosus L.)
Bogor secara in vitro.diharapkan dapat memberikan alternatif percepatan
perbanyakan nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar.
42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. (2012), Nanas di Sumatera Utara. Diakses tanggal 23 januari 2012,
http://provinsisumut,blogspot.com/2013/01/nanas-di-sumatera utara,html
Anonim b. (2012), Situs Resmi Kabupaten Tapanuli Utara: Mewujudkan
Kemakmuran Masyarakat Berbasis Pertanian, Diakses tanggal 23
januari 2012,
http://www.taputkab.go.id/page.php?wtmd_id=13
Adrian, (2011), Pengaruh Pemberian Hormon BAP Terhadap Multiplikasi Tunas
Tumbuhan Kantung Semar (Nepenthes Alata Blanco) Pada Media
Tanam Murashige & Skoog Dengan Teknik In Vitro, Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Ashari, H., (2005), Kajian Pertumbuhan Tanaman Bakau (Rhizopora mucronata)
Setelah Pemberian Konsentrasi Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Yang
Berbeda, FMIPA Universitas Diponegoro, Semarang
Dong, J., (2002), The Regulation of Korean Radish Cationic Peroxidase Promoter
by a Low Ratio of Cytokinin to Auxin. Plant Science, 162(1), 345–353
Dwi, R. S. dan Sobir, (2013), Pertumbuhan Planlet Nenas (Ananas comosus L.
Merr.) VarietasSmooth Cayenne Hasil Kultur In Vitro pada Beberapa
Konsentrasi BAP dan Umur Planlet, Bul. Agrohorti, 1(10), 54-61
Ermavitalin, Nurfadilah, dan Paramartha, (2012), Pengaruh Penambahan
Kombinasi Konsentrasi ZPT NAA dan BAP Terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Biji Dendrobium Taurulinum J.J Smith Secara In Vitro,
Jurnal Sains dan Seni ITS, 1(1), 923-928
Fatmawati, dkk., (2006). Kombinasi Zat Pengatur Tumbuh IAA dan BAP Pada
Kultur Jaringan Tembakau (Nicotiana tabacum l. Var. Prancak 95),
FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
Harahap, F., (2011), Kultur Jaringan Tanaman, Medan: Perdana Mulya Sarana
43
Intan, A. P., Ermavitalini, D., dan Nurfadilah, S., (2012), Pengaruh Penambahan
Kombinasi Konsentrasi ZPT NAA dan BAP Terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Biji (Dendrobium taurulinum J. J Smith) Secara In Vitro,
Jurnal Sains Dan Seni ITS, 1(1), 923-928
Karjadi, A. K., dan Buchory, A., (2008), Pengaruh Komposisi Media Dasar,
Penambahan BAP dan Pikloram Terhadap Induksi Tunas Bawang Merah,
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, 17(4), 314-320
Kieber, Joseph, J., (2002), The Arabidopsis Book: Cytokinins American Society of
Plant Biologists, University of North Carolina, Biology Department :
Carolina
Klerk, G. J., (2006), Plant Hormones In Tissue Culture. In Duchefa Biochemie,
Biochemicals Plant Cell And Tissue Culture Phytopathology, Duchefa
Biochemie BV, Haarlem. Netherlands
Kurnianungsih, K., Marfuah, dan Matondang, L., (2009), Pengaruh Pemberian
BAP (6-Benzyl Amino Purin) Pada Media Multiplikasi Tunas Anthurium
hookerii Kunth. Enum Secara In Vitro, Vis Vitalis, 2(2)
Manurung, Lisbeth, Y. S., (2007), Pengaruh Auksin (2,4-D) dan Sitokinin (BAP)
Dalam Kultur In Vitro Buah Makasar (Brucea javanica [L.] Merr.),
Fakultas Kehutanan IPB, Bogor
Maryani, Yekti, dan Zamroni, (2005), Penggandaan Tunas Krisan Melalui Kultur
Jaringan. Ilmu Pertanian, 12(1), 51-55
Mufa, Azis, dan Dinarti, (2004), Pengaruh Kombinasi Zat Pengatur Tumbuh BAP
Dan IAA Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Daun
Dewa (Gynura procumbens Back.) Dalam Kultur In Vitro, Bul Agron,
32(3), 44-52
Nakasone, H., (1999), Tropical Fruit, London: CAB International, Hal. 292-327
Rainiyati, Lizawati dan Kristiana, M., (2009), Peranan IAA dan BAP Terhadap
Perkembangan Nodul Pisang (Musa aab) Raja Nangka Secara In Vitro,
Jurnal Agronomi, 13(1), 51-55
44
Rohyana, (2013), Induksi Pertumbuhan Tunas Nanas (Ananas Comosus L. Merr)
Hasil Perlakuan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) BAP (Benzil Amino Purin)
dan IAA (Indole Asetic Acid) Secara In Vitro, FMIPA UNIMED, Medan
Salisbury, F. B. and Cleon W. R., (1995), Fisiologi Tumbuhan, Edi. III. ITB.
Bandung.
Sialagan, J., (2012), Optimasi Teknik Sterilisasi Eskplan Lapang Nanas Asal
Sipahutar (Ananas comosusL.) Secara In Vitro, FMIPA UNIMED,
Medan
Sihombing, D. dan Handayati, W., (2007), Studi Pendahuluan Ketahanan
Beberapa Genotip Sedap Malam Terhadap Hama Kutu Dompolan
(Dismycoccus brevipes), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Malang
Siringoringo, (2011), Kultur Meristem Pucuk Stroberi (Frageria chiloensis dan
F.Vesca) dengan Pemberian Beberapa Zat Pengatur Tumbuh, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
Siska, D. M., Mahadi, I., dan Zulfarina, (2013), Pengaruh Pemberian Hormon
IAA dan BAP Terhadap Pertumbuhan Tunas Anggrek Dendrobium
phalaenopsis fitzg secara in vitro, FKIP UNRI, Riau
Soelaiman, V. dan Ernawati, A., (2013), Pertumbuhan dan Perkembangan Cabai
Keriting (Capsicum annuum L.) secara In Vitro pada beberapa
Konsentrasi BAP dan IAA, Bul. Agrohorti, 1(1), 62 - 66
Sugiharto, B., Triastuti, R., Mukkhiissul, F., (2007). Propagasi Tanaman Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Secara In vitro dengan Kombinasi Sitokinin
dan Auksin 2,4 D. MIPA, 17(1), 39-47
Sukmadjaja, D., dan Mariska, I., (2003), Perbanyakan Bibit Jati Kultur Jaringan,
Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 8(3),
956-979
Tjitrosoepomo, G., (2005), Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Triningsih, Siregar, L., dan Putri L., (2013), Pertumbuhan Eksplan Puar
Tenangau (elettariopsis sp.) Secara in vitro, Jurnal Pertanian, 1(3)
45
Yusnita, 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara In vitro.
Agromedia Pustaka, Jakarta
Zulkarnain, H., (2009). Kultur Jaringan Tanaman, Jakarta: PT Bumi Aksara
http://www.scribd.com/doc/85192932/Auksin-struktur-kimia, diakses tanggal 23
januari 2013
INDOLE ACETIC ACID (IAA) DAN BENZYL AMINO PURIN
(BAP) TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET NANAS
(Ananas comosus L.) SIPAHUTAR SECARA IN VITRO
Oleh :
Sartika Sinulingga
NIM 409220040
Program Studi Biologi
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sain
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
i
v
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang senantiasa
memberikan kasih dan pertolongan-Nya di dalam hidup penulis, sehingga
penelitian dan penulisan skripsi ini dapat berjalan lancar. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian eksperimental yang bertujuan untuk melihat pengaruh
pertumbuhan planlet nanas Sipahutar terhadap zat pengatur tumbuh (ZPT) Indole
Asetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP) secara in vitro.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain : Ibu Dr.
Fauziyah Harahap, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi, kepada bapak Drs.
Toyo Manurung, M.Si., bapak Drs.Nusyirwan, M.Si. dan bapak, Dr. Syahmi Edi,
M.Si., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran dan
bimbingan. Kepada bapak Drs. Tri Harsono, M.Si., selaku ketua jurusan Biologi,
ibu Dra. Martina Restuati, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan nasehat selama masa perkuliahan dan kepada bapak
Dekan Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D serta staf di FMIPA Universitas Negeri
Medan yang telah memberi dukungan dan bimbingan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang teramat besar kepada kedua
orangtua yang sangat penulis cintai Ayahanda P. Sinulingga dan Ibunda N.A.
Butar-butar buat seluruh kasih cinta kasih, dukungan dan motivasi terlebih doa
yang senantiasa diberikan, juga kepada Abang dan kakak Pebrianto, S.Pd, Boby
Kristian, S.Pd, Corah Julianti, S.ST, dan Evaline, S.Farm yang tidak pernah
berhenti menasehati dan mendukung studi saya. Juga kepada teman seperjuangan
penulis yang berjuang bersama-sama baik suka maupun duka dalam mengerjakan
penelitian Marynovalina Simbolon, serta PKK penulis kak cahaya/bang Andrew,
KTB The Dove Asrida, Hotma, Jendro, Herna. serta Sahabat penulis Eriana,
Hethy, Mellisa, Riris. Dan juga Adik-adik penulis Igreya (Arta, Lydia, Saras,
Saut, Septe) buat dukungan dan semangatnya untuk penulis. Tak lupa penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Laboratorium Kultur Jaringan YAHDI dan
kepala Laboratorium Kultur Jaringan YAHDI Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si,
vi
laboran Kak Yati dan Bang Yudi yang telah banyak membantu penulis. Juga
kepada teman-teman seperjuangan Nondik Biologi 2009. Semoga Tuhan Yesus
melimpahkan kasihNya atas kebaikan dan kemurahan hati Bapak, Ibu, saudara/I
dan teman-teman semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua. Terimakasih
Medan, 28 Januari 2014
Sartika Sinulingga
NIM 409220040
iii
PENGARUH PEMBERIAN INDOLE ACETIC ACID (IAA) DAN BENZYL
AMINO PURIN (BAP) TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET
NANAS (Ananas comosus L.) SIPAHUTAR
SECARA IN VITRO
Sartika Sinulingga (NIM 409220040)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Indole Asetic Acid
(IAA), Benzyl Amino Purin (BAP), dan interaksi Indole Asetic Acid (IAA) dan
Benzyl Amino (BAP) terhadap pertumbuhan planlet nanas (Ananas comosus L.)
Sipahutar secara in vitro. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni Desember 2013 di Laboratorium Kultur Jaringan YAHDI, Perum Pelabuhan Jl.
Lambung NO. 18 Tanah 600 Medan Marelan. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan dua faktor yang diteliti, yaitu
faktor Indole Acetic Acid (IAA) dengan empat taraf perlakuan yaitu I0 = 0 mg/l, I1
= 0,5 mg/l, I2 = 1 mg/l I3 = 1,5 mg/l. Faktor kedua Benzyl Amono Purin (BAP)
terdiri dari empat taraf perlakuan yaitu B0 = 0 mg/l, B1 = 1 mg/l, B2 = 2 mg/l, B3 =
3 mg/l. Jumlah ulangan 3, kombinasi 16 dan jumlah seluruh percobaan 48.
Parameter yang diamati adalah persentase kontaminasi (%), waktu munculnya
tunas (MST), jumlah daun (helai), jumlah tunas (tunas), dan tinggi tunas (mm).
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varians (ANAVA) dilanjutkan
dengan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan
pemberian IAA dan BAP berpengaruh nyata pada semua parameter. Persentase
jumlah planlet yang terkontaminasi yaitu 10,41%. Rata-rata waktu munculnya
tunas yaitu pada minggu ke-2. Rata-rata jumlah tunas tertinggi pada perlakuan
I2B1 (IAA 1 mg/l dan BAP 1 mg/l) dan I1B1 (IAA 0,5 mg/l dan BAP 1 mg/l) yaitu
17.67 tunas. Rata-rata jumlah daun tertinggi pada perlakuan IAA 1 mg/l dan BAP
1 mg/l yaitu 113.67 helai. Rata-rata tinggi tunas tertinggi pada perlakuan IAA 1
mg/l dan BAP 0 mg/l yaitu 37.33 mm.
iv
Influence The Granting of Indole Acetic Acid (IAA) and Benzyl Amino Purine
(BAP) Towards Growth Pineapple Planlet (Ananas comosus L.)
Sipahutar In vitro
Sartika Sinulingga (NIM 409220040)
ABSTRACT
This research aims to know the effect of granting Indoles Asetic Acid (IAA),
Benzyl Amino Purin (BAP), and the interaction of Indoles Asetic Acid (IAA) and
Benzyl Amino (BAP) towards growth planlet pineapple (Ananas comosus l.)
Sipahutar in in vitro. This research has been carried out in June-December 2013 in
tissue culture Laboratories YAHDI, Perum Port JL. Hull No. 18 Land 600 Medan
Marelan. This study used a Randomized Complete Design (RAL) Factorial with
two factors examined, i.e. a factor of Indole Acetic Acid (IAA) with four levels of
treatment IE I0 = 0 mg/l, I1 = 0.5 mg/l, I2 = 1 mg/l I3 = 1.5 mg/l. second Factor
Benzyl Amono Purin (BAP) is composed of four levels of treatment B0 = 0 mg/l1,
B = 1 mg/l, B2 = 2 mg/l, B3 = 3 mg/l. Numbers Deuteronomy 3, 16 and the total
number of combination experiments 48. The parameters observed contamination
(%) is the percentage of time the emergence of buds (MST), the number of leaves
(blades), the number of buds (buds), and height (mm) buds. The Data obtained
were analyzed by analysis of variance (ANAVA) continued with Test Duncan
Multiple Range Test (DMRT). The results showed issuing IAA and BAP real
effect on all parameters. The percentage of the number of contaminated planlet i.e.
10.41%. The average time the emergence of buds during the 2nd week.
Averagethe highest number of buds at the treatment I2B1 (1 mg/l IAA and BAP of
1 mg/l) and I1B1 (IAA 0,5 mg/l and 1 mg/l BAP) i.e.17.67 shoots. On average the
highest number of leaves on the IAA treatment of 1 mg/l and 1 mg/l BAP i.e.
113.67 strands.The average height of the highest bud on the treatment of 1 mg/l
IAA and BAP 0 mg/l i.e.80.91mm
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Abstract
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Perumusan Masalah
1.4. Batasan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Nenas
2.2. Kultur Jaringan
2.3. Media Kultur Jaringan
2.3.1. Unsur-unsur yang dibutuhkan Tanaman
2.4. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
2.4.1. Indole Acetic Acid (IAA)
2.4.2. Benzil Amino Purin (BAP)
2.5. Hipotesis Penelitian
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel
3.3. Alat dan Bahan
3.3.1. Alat
3.3.2. Bahan
3.4. Rancangan Penelitian
3.5. Prosedur Kerja
3.5.1. Sterilisasi Alat dan Bahan
3.5.3. Pembuatan Media
3.5.4. Penanaman
3.5.5. Pemeliharaan
3.6. Parameter Pengamatan
3.7. Teknik Analisis Data
1
3
4
4
4
4
5
6
6
8
9
9
11
12
15
16
18
18
18
18
18
18
18
20
20
20
21
21
22
22
viii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Persentase Kontaminasi
4.1.2. Waktu Munculnya Tunas
4.1.3. Jumlah Tunas
4.1.4. Jumlah Daun
4.1.5. Tinggi Tunas
4.2. Pembahasan
4.2.5. Persentase Kontaminasi
4.2.4. Pengaruh Pemberian IAA dan BAP Terhadap
Waktu Munculnya Tunas Planlet Nanas
4.2.2. Pengaruh Pemberian IAA dan BAP Terhadap
Pertumbuhan Jumlah Tunas Planlet Nanas
4.2.1. Pengaruh Pemberian IAA dan BAP Terhadap
Pertumbuhan Jumlah Daun Planlet Nanas
4.2.3. Pengaruh Pemberian IAA dan BAP Terhadap
Pertumbuhan Tinggi Tunas Planlet Nanas
27
27
27
27
28
31
33
35
35
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
41
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
41
41
DAFTAR PUSTAKA
42
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
36
37
38
39
46
47
48
61
93
97
102
105
x
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1. Susunan Kombinasi Perlakuan
19
3.2. Desain Secara RAL Faktorial
23
3.3. Anava Secara RAL Faktorial
25
4.1. Persentase Kontaminasi
27
4.2. Pengaruh Interaksi antara IAA dan BAP Terhadap Jumlah
Tunas Umur 8 MST
29
4.3. Analisis Varians (ANAVA) Secara RAL Faktorial Pengaruh
Pemberian ZPT IAA dan BAP Terhadap Jumlah Tunas 8 MST
30
4.4. Pengaruh Interaksi antara IAA dan BAP Terhadap Jumlah
Daun Umur 8 MST
31
4.5. Analisis Varians (ANAVA) Secara RAL Faktorial Pengaruh
Pemberian ZPT IAA dan BAP Terhadap Jumlah Daun 8 MST
32
4.6. Pengaruh Interaksi antara IAA dan BAP Terhadap Tinggi
Tunas Umur 8 MST
33
4.7. Analisis Varians (ANAVA) Secara RAL Faktorial Pengaruh
Pemberian ZPT IAA dan BAP Terhadap Tinggi Tunas 8 MST
34
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1. Penampilan Buah Nanas (Ananas comosus L.)
6
2.2. Struktur Kimia Indole Acetic Acid (IAA)
15
2.3. Struktur Kimia Benzil Amino Purin (BAP)
16
4.1. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi IAA dan BAP terhadap
Waktu Munculnya Tunas Nanas
28
4.2. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi IAA dan BAP terhadap
Jumlah Tunas Nanas
30
4.3. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi IAA dan BAP terhadap
Jumlah Daun Nanas
32
4.4. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi IAA dan BAP terhadap
Tinggi Tunas Nanas
35
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah
Ananas comosus. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di
domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol
membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia
pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman
pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah
nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik.
Salah satu komoditi tanaman hortikultura yang telah dikembangkan oleh
masyarakat secara turun-temurun di Kabupaten Tapanuli Utara adalah nanas dan
merupakan komoditi andalan masyarakat, dimana pertanamannya tersebar di
beberapa kecamatan, seperti: Kecamatan Sipahutar, Pangaribuan, Siborongborong
dan Tarutung dengan luas 1.031 Ha dan produksi pada Tahun 2005 sebesar
17.940 Ton dengan produktivitas 174 Kw/Ha. Namun pertanaman nanas yang
paling dominan berada diKecamatan Sipahutar, Pangaribuan dan Siborongborong,
yang merupakan sentra produksi tanaman nanas di Kabupaten Tapanuli Utara
(Anonim b, 2012).
Buah nanas Sipahutar terkenal dengan rasanya yang manis, tidak terlalu
berair, berukuran besar, serta warna kulit kuning dengan ujung warna kehijauan.
Tetapi yang menjadi masalah adalah nanas dari Sipahutar tidak dikembangkan
dengan baik. Hal inilah yang menjadi masalah bagi petani yang berada didaerah
tersebut. Disamping harganya tidak menjamin kesejahteraan bagi petaninya
(Anonim a, 2012). Para petani mengembangkan tanaman ini hanya dengan
memanfaatkan mahkota dan membelah tanaman tua untuk digunakan sebagai
bibit.
Berkurangnya sumber plasma nutfah nanas Sipahutar disebabkan karena
penanaman nanas Sipahutar yang kurang, sehingga menyebabkan perlu
penanganan yang menyeluruh untuk pengembangan tanaman dan kebutuhan
2
penanaman massal dengan luas areal yang lebih besar maka dibutuhkan bibit
dalam jumlah yang banyak dan seragam. Hal tersebut dimaksudkan agar pasokan
nanas Sipahutar lebih dapat dikontrol dan menghasilkan produksi yang seragam
dalam jumlah yang lebih banyak. Disisi lain, Petani nanas Sipahutar masih
memanfaatkan bibit yang berasal dari tunas batang dan tunas mahkota yang
jumlahnya relatif terbatas untuk mengisi lahan yang besar sehingga diperlukan
solusi untuk mengatasi masalah tersebut (Anonim b. 2012).
Alternatif yang diperlukan untuk penanaman dan perbanyakan adalah melalui
teknik kultur jaringan. Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh
kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi
aseptik secara in vitro. Teknik ini dicirikan oleh kondisi kultur yang aseptik,
penggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan zat
pengatur
tumbuh
(ZPT),
serta
kondisi
ruang kultur
yang suhu
dan
pencahayaannya terkontrol (Yusnita, 2004).
Mariska dan Sukmadjaya, 2003 (dalam Adrian, 2011), menyebutkan
kelebihan teknik kultur jaringan ini, yaitu perbanyakan yang tinggi, tidak
tergantung musim, bahan tanaman yang digunakan relatif sedikit sehingga tidak
merusak tanaman induk, tanaman yang dihasilkan bebas dari penyakit maupun
dari tanaman induk yang mengandung patogen internal, dan tidak membutuhkan
tempat yang luas untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak. Adapun
kendala yang sering ditemukan dalam teknik kultur jaringan ini adalah sulitnya
mendapatkan tanaman dengan kondisi yang steril sehingga menimbulkan
tingginya tingkat kontaminasi pada eksplan yang menyebabkan kematian pada
eksplan.
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dalam teknik kultur jaringan, dapat
dirangsang dengan zat pengatur tumbuh. Dalam kultur jaringan, dua golongan zat
pengatur tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur
tumbuh mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan
dan organ. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan
dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah
perkembangan suatu kultur. Agar didapatkan tunas yang banyak maka dapat
3
digunakan hormon BAP (6-benzylaminopurine) dari golongan sitokinin. (Adrian,
2011), dan hormon IAA yang berperan memacu pertumbuhan sepanjang sumbu
longitudinal. Hal spesifik yang terlihat berupa peningkatan pembesaran sel yang
berlangsung ke segala arah.
Keseimbangan antara IAA dan BAP sangat penting dalam menginduksi tunas
karena masing zat pengatur tumbuh tersebut berperanan dalam menginduksi
tunas. Menurut (Dong, 2002), auksin dan sitokinin dapat mengalami beberapa
jenis interaksi yaitu interaksi yang bersifat antagonis, maupun sinergis. Dalam hal
pembentukan tunas pada eksplan daun tembakau Nicotiana tabacum L. var.
Prancak 95 ini, auksin (IAA) dan sitokinin (BAP) bersifat sinergis. Auksin
berperan dalam mengatur pertumbuhan dan pemanjangan sel, sedangkan sitokinin
berperan dalam pembelahan sel. Hal ini mudah dimengerti karena secara seluler
auksin berperan dalam pemanjangan sel, sedangkan sitokinin memicu pembelahan
sel, morfogenesis dan pertumbuhan merupakan proses yang sangat penting dalam
pembetukan kalus
dan selanjutnya diikuti
rediferensiasi
kalus
menuju
pembentukan tunas yang dipicu oleh adanya cahaya. Auksin (termasuk IAA) dan
sitokinin (termasuk BAP) berperan saling melengkapi dalam menginduksi tunas
(Maryani, 2005).
Berdasarkan uraian diatas, maka sangat diperlukan penelitian ini dilakukan
guna mengetahui pengaruh pemberian IAA dan BAP terhadap pertumbuhan
planlet nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar secara in vitro.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasi berbagai masalah,
sebagai berikut:
1. Tanaman nanas Sipahutar yang kurang di kembangkan dengan baik
2. Menurunnya Plasma nutfah nanas Sipahutar akibat terbatasnya bibit nanas
3. Produksi nanas Sipahutar yang semakin menurun
4. Terbatasnya stok bibit nanas.
4
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) Indole Asetic
Acid (IAA) terhadap pertumbuhan planlet nanas (Ananas comosus L.)
Sipahutar secara in vitro?
2. Bagaimana pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) Benzyl Amino
Purin (BAP) terhadap pertumbuhan planlet nanas (Ananas comosus L.)
Sipahutar secara in vitro?
3. Bagaimana pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) Indole Asetic
Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP) terhadap pertumbuhan planlet
nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar secara in vitro?
1.4 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT)
BAP 0 ppm; 1 ppm; 2 ppm; 3 ppm dan IAA 0 ppm; 0,1 ppm; 1 ppm; 1,5 ppm.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) Indole
Asetic Acid (IAA) terhadap pertumbuhan planlet nanas (Ananas comosus
L.) Sipahutar secara in vitro?
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) Benzyl
Amino Purin (BAP) terhadap pertumbuhan planlet
nanas (Ananas
comosus L.) Sipahutar secara in vitro?
3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) Indole
Asetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP) terhadap pertumbuhan
planlet nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar secara in vitro?
5
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi kepada petani bahwa dengan teknik kultur
jaringan dapat dihasilkan bibit nanas yang bermutu dalam jumlah banyak.
2. Sebagai sarana referensi untuk pengembangan varietas unggul tanaman
nanas Sipahutar.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan
dengan penelitian ini.
4. Dengan diketahuinya konsentrasi kombinasi antara IAA dan BAP yang
efektif untuk proses pertumbuhan planlet nanas (Ananas comosus L.)
Bogor secara in vitro.diharapkan dapat memberikan alternatif percepatan
perbanyakan nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar.
42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. (2012), Nanas di Sumatera Utara. Diakses tanggal 23 januari 2012,
http://provinsisumut,blogspot.com/2013/01/nanas-di-sumatera utara,html
Anonim b. (2012), Situs Resmi Kabupaten Tapanuli Utara: Mewujudkan
Kemakmuran Masyarakat Berbasis Pertanian, Diakses tanggal 23
januari 2012,
http://www.taputkab.go.id/page.php?wtmd_id=13
Adrian, (2011), Pengaruh Pemberian Hormon BAP Terhadap Multiplikasi Tunas
Tumbuhan Kantung Semar (Nepenthes Alata Blanco) Pada Media
Tanam Murashige & Skoog Dengan Teknik In Vitro, Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Ashari, H., (2005), Kajian Pertumbuhan Tanaman Bakau (Rhizopora mucronata)
Setelah Pemberian Konsentrasi Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Yang
Berbeda, FMIPA Universitas Diponegoro, Semarang
Dong, J., (2002), The Regulation of Korean Radish Cationic Peroxidase Promoter
by a Low Ratio of Cytokinin to Auxin. Plant Science, 162(1), 345–353
Dwi, R. S. dan Sobir, (2013), Pertumbuhan Planlet Nenas (Ananas comosus L.
Merr.) VarietasSmooth Cayenne Hasil Kultur In Vitro pada Beberapa
Konsentrasi BAP dan Umur Planlet, Bul. Agrohorti, 1(10), 54-61
Ermavitalin, Nurfadilah, dan Paramartha, (2012), Pengaruh Penambahan
Kombinasi Konsentrasi ZPT NAA dan BAP Terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Biji Dendrobium Taurulinum J.J Smith Secara In Vitro,
Jurnal Sains dan Seni ITS, 1(1), 923-928
Fatmawati, dkk., (2006). Kombinasi Zat Pengatur Tumbuh IAA dan BAP Pada
Kultur Jaringan Tembakau (Nicotiana tabacum l. Var. Prancak 95),
FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
Harahap, F., (2011), Kultur Jaringan Tanaman, Medan: Perdana Mulya Sarana
43
Intan, A. P., Ermavitalini, D., dan Nurfadilah, S., (2012), Pengaruh Penambahan
Kombinasi Konsentrasi ZPT NAA dan BAP Terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Biji (Dendrobium taurulinum J. J Smith) Secara In Vitro,
Jurnal Sains Dan Seni ITS, 1(1), 923-928
Karjadi, A. K., dan Buchory, A., (2008), Pengaruh Komposisi Media Dasar,
Penambahan BAP dan Pikloram Terhadap Induksi Tunas Bawang Merah,
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, 17(4), 314-320
Kieber, Joseph, J., (2002), The Arabidopsis Book: Cytokinins American Society of
Plant Biologists, University of North Carolina, Biology Department :
Carolina
Klerk, G. J., (2006), Plant Hormones In Tissue Culture. In Duchefa Biochemie,
Biochemicals Plant Cell And Tissue Culture Phytopathology, Duchefa
Biochemie BV, Haarlem. Netherlands
Kurnianungsih, K., Marfuah, dan Matondang, L., (2009), Pengaruh Pemberian
BAP (6-Benzyl Amino Purin) Pada Media Multiplikasi Tunas Anthurium
hookerii Kunth. Enum Secara In Vitro, Vis Vitalis, 2(2)
Manurung, Lisbeth, Y. S., (2007), Pengaruh Auksin (2,4-D) dan Sitokinin (BAP)
Dalam Kultur In Vitro Buah Makasar (Brucea javanica [L.] Merr.),
Fakultas Kehutanan IPB, Bogor
Maryani, Yekti, dan Zamroni, (2005), Penggandaan Tunas Krisan Melalui Kultur
Jaringan. Ilmu Pertanian, 12(1), 51-55
Mufa, Azis, dan Dinarti, (2004), Pengaruh Kombinasi Zat Pengatur Tumbuh BAP
Dan IAA Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Daun
Dewa (Gynura procumbens Back.) Dalam Kultur In Vitro, Bul Agron,
32(3), 44-52
Nakasone, H., (1999), Tropical Fruit, London: CAB International, Hal. 292-327
Rainiyati, Lizawati dan Kristiana, M., (2009), Peranan IAA dan BAP Terhadap
Perkembangan Nodul Pisang (Musa aab) Raja Nangka Secara In Vitro,
Jurnal Agronomi, 13(1), 51-55
44
Rohyana, (2013), Induksi Pertumbuhan Tunas Nanas (Ananas Comosus L. Merr)
Hasil Perlakuan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) BAP (Benzil Amino Purin)
dan IAA (Indole Asetic Acid) Secara In Vitro, FMIPA UNIMED, Medan
Salisbury, F. B. and Cleon W. R., (1995), Fisiologi Tumbuhan, Edi. III. ITB.
Bandung.
Sialagan, J., (2012), Optimasi Teknik Sterilisasi Eskplan Lapang Nanas Asal
Sipahutar (Ananas comosusL.) Secara In Vitro, FMIPA UNIMED,
Medan
Sihombing, D. dan Handayati, W., (2007), Studi Pendahuluan Ketahanan
Beberapa Genotip Sedap Malam Terhadap Hama Kutu Dompolan
(Dismycoccus brevipes), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Malang
Siringoringo, (2011), Kultur Meristem Pucuk Stroberi (Frageria chiloensis dan
F.Vesca) dengan Pemberian Beberapa Zat Pengatur Tumbuh, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
Siska, D. M., Mahadi, I., dan Zulfarina, (2013), Pengaruh Pemberian Hormon
IAA dan BAP Terhadap Pertumbuhan Tunas Anggrek Dendrobium
phalaenopsis fitzg secara in vitro, FKIP UNRI, Riau
Soelaiman, V. dan Ernawati, A., (2013), Pertumbuhan dan Perkembangan Cabai
Keriting (Capsicum annuum L.) secara In Vitro pada beberapa
Konsentrasi BAP dan IAA, Bul. Agrohorti, 1(1), 62 - 66
Sugiharto, B., Triastuti, R., Mukkhiissul, F., (2007). Propagasi Tanaman Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Secara In vitro dengan Kombinasi Sitokinin
dan Auksin 2,4 D. MIPA, 17(1), 39-47
Sukmadjaja, D., dan Mariska, I., (2003), Perbanyakan Bibit Jati Kultur Jaringan,
Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 8(3),
956-979
Tjitrosoepomo, G., (2005), Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Triningsih, Siregar, L., dan Putri L., (2013), Pertumbuhan Eksplan Puar
Tenangau (elettariopsis sp.) Secara in vitro, Jurnal Pertanian, 1(3)
45
Yusnita, 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara In vitro.
Agromedia Pustaka, Jakarta
Zulkarnain, H., (2009). Kultur Jaringan Tanaman, Jakarta: PT Bumi Aksara
http://www.scribd.com/doc/85192932/Auksin-struktur-kimia, diakses tanggal 23
januari 2013