PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL (CTL) DALAM PELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DI KELAS IX SMP KARYA BUNDA MEDAN ESTATE TAHUN AJARAN 2013/2014.

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL (CTL) DALAM PELAJARAN
MATEMATIKAUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI
MATEMATIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI
LENGKUNG DI KELAS IX SMP KARYA BUNDA
MEDAN ESTATE T.A 2013/2014

Oleh:
Nurnaini Siahaan
NIM. 409311035
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014


iv

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Penerapan Model Kontekstual (CTL) Dalam Pelajaran Matematika Untuk
Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada Materi Bangun
Ruang Sisi Lengkung Di Kelas IX SMP Karya Bunda Medan Estate Tahun Ajaran
2013/2014”. Skripsi ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Matematika Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.
Sahat Siahaan, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya
penulisan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Drs.
H.Banjarnahor, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd., dan Bapak
Drs.Syafari, M.Pd selaku dosen pemberi saran dan penguji yang telah
memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak
Drs.H. Banjarnahor, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selama ini
telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu
Hajar, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai
di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D., selaku Dekan FMIPA, Bapak
Drs. Syafari, M.Pd., selaku ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry,
M.Si., selaku ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si.,
selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai
Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu penulis.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Drs. Ahmad Ridwan Pohan, selaku
kepala SMP Karya Bunda Medan Estate, Ibu Ice Wirevenska, S.Pd selaku guru

v

Matematika SMP Karya Bunda Medan Estate, serta guru-guru yang telah banyak
membantu dalam penelitian ini.
Teristimewa rasa terima kasih dan cinta penulis kapada Ayahanda
Bornok Siahaan dan Ibunda Roslan yang telah membimbing, memberi kasih
sayang, mendukung, memberikan doa, dorongan moril dan materil kepada penulis

selama mengikuti pendidikan sampai dengan selesai. Terkhusus juga kepada
Abanganda yang selalu penulis banggakan Meiko Hidayat, Nurringgit Siahaan,
Samsul Arifin Siahaan yang menjadi sumber motivasi, dukungan, doa, dorongan
moril dan materil kepada penulis selama mengikuti pendidikan sampai dengan
selesai. Terima kasih juga untuk Adinda Nur Asiah Siahaan dan Mhd. Tohir
Siahaan yang selalu mengerti dan mengalah demi kepentingan penulis.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Oppung H. Bahiman
Rambe dan Hj. Nursyam Hayati Ritonga yang menjadi sumber motivasi,
bimbingan dan kedisiplinan yang hari-hari tidak lepas dari nasehat kepada
penulis, jika ingin menjadi orang succes “Bersih, Rapi dan Teratur”. Terimakasih
juga kepada Oppung H. Mhd. Darawis Ritonga, Tulang Baharuddin Ritonga,
Hakim Ritonga, dan Asnan Ritonga, Adi Syahputra Rambe dan abang Jhoni
Timbul Nasution yang memberikan dukungan, motivasi dan doa kepada penulis
selama mengikuti pendidikan sampai dengan selesai.
Terima kasih juga kepada teman dan adik kos tersayang yang selalu ada
untuk penulis dikala suka dan duka “OPPUNG” novit (novlet), imah (boreg),
agung (rempong), mila (suir-suir), ajar (damay) dan munah (munaro) dan
“UNDEN” fadli (ayank), faisal (oioi), iqbal (ukkik), ririn (cute), dan moni (galau).
Dan terima kasih untuk teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi dalam penyusunan sekripsi ini hingga selesai yaitu ridho, indra, julham,

eka, ami, kak devi, kak lisa dan sahabat-sahabat selama perkuliahan kelas
Ekstensi A ’09 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang telah
banyak membantu dan memotivasi penulis.

vi

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi
ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan,

Februairi 2014

Penulis,

Nurnaini Siahaan
NIM. 409311035


iii

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL (CTL) DALAM PELAJARAN
MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DI
KELAS IX SMP KARYA BUNDA
MEDAN ESTATE
T.A 2013/2014

Nurnaini Siahaan (NIM.409311035)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran
Kontekstual dalam pembelajaran matematika untuk meningkatakan kemampuan
koneksi siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung di kelas IX SMP Karya
Bunda Medan Estate.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam 2 siklus yang masing-masing siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX-1 SMP Karya Bunda Medan

Estate tahun ajaran 2013/2014 yang masing-masing berjumlah 24 orang. Objek
dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan kemmapuan koneksi matematika
siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung di kelas IX SMP Karya Bunda
Medan Estate tahun ajaran 2013/2014.
Data diperoleh dari tes koneksi matematika siswa pada akhir setiap siklus
dan lembar observasi untuk setiap kali pertemuan. Sebelum dilaksanakannya
siklus diadakan tes awal pada kelas IX-1 untuk melihat kemampuan awal kelas
memahami koneksi bangun ruang sisi lengkung, juga untuk mengetahui gambaran
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan bangun
ruang sisi lengkung. Kemudian dilaksanakan siklus I dikelas IX-1 dan dilanjutkan
ke siklus II untuk melihat peningkatan pemahaman koneksi matematika siswa
pada materi bangun ruang sisi lengkung.
Kemampuan koneksi matematika siswa mengalami peningkatan. Ini dapat
dilihat dari nilai rata-rata kemampuan koneksi matematika siswa pada tes koneksi
awal yaitu 35,6 dengan tingkat kemampuan koneksi matematika sangat kurang.
Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata kemampuan koneksi
matematika siswa meningkat menjadi 65,2 dengan tingkat kemampuan koneksi
matematika cukup. Selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, nilai
rata-rata kemampuan koneksi matematika siswa meningkat menjadi 80,2 dengan
tingkat kemampuan koneksi matematika baik serta telah mencapai target

keberhasilan belajar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran Kontekstual dalam pembelajaran matematika dapat meningkatakan
kemampuan koneksi siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung di kelas IX
SMP Karya Bunda Medan Estate.

vii

DAFTAR ISI

Lembar persetujuan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

1.2.
Identifikasi Masalah
1.3.
Batasan Masalah
1.4.
Rumusan Masalah
1.5.
Tujuan Penelitian
1.6.
Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Belajar
2.1.2 Pembelajaran Matematika
2.1.3 Kesalahan Belajar Matematika
2.1.4 Koneksi Matematis
2.1.5 Pembelajaran Kontekstual
2.1.5.1 Pengertian dan Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual
2.1.5.2 Karakteristik Pembelajarn Kontekstual

2.1.5.3 Komponen Pembelajaran Kontekstual
2.1.5.4 Keunggulan dan Kelemahan CTL
2.1.6 Tinjauan Tentang Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung
2.1.5.1 Tabung
2.1.5.2 Kerucut
2.1.6 Kerangka Konseptual
2.1.7 Hipotesis Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.
Subjek dan Objek Penelitian
3.2.1. Subjek Penelitian
3.2.2. Objek Penelitian
3.3. Jenis Penelitian
3.4. Defenisi Operasional
3.5. Alat Pengumpul Data
3.5.1 Tes

Halaman

i
ii
iii
iv
vii
ix
x
xi

1
5
6
6
6
7

8
8
10
13

16
17
17
19
23
23
23
25
29
30

31
31
31
31
31
31
32
32

viii

3.5.2
3.5.3
3.6.
3.7
3.7.1
3.7.2
3.7.3

Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
Observasi
Prosedur Penelitian
Interpretasi Hasil
Pencapaian Pemahaman koneksi Matematis Siswa
Analisi Hasil Observasi
Indikator Keberhasilan

33
35
35
40
40
41
43

BAB IV HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I
4.1.1.1 Permasalahan
4.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I
4.1.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan I
4.1.4 Observasi I
4.1.5 Analisis Data Hasil Siklus I
4.1.5.1 Hasil Tes Koneksi
4.1.6 Refleksi I
4.2.
Siklus II
4.2.1 Permasalahan II
4.2.2
Tahap Perencanaan Tindakan II
4.2.3. Tahap Pelaksanaan Tindakan II
4.2.4 Observasi II
4.2.5 Analisis Data Hasil Siklus II
4.2.5.1 Hasil Tes Koneksi
4.2.6 Refleksi II
4.3
Diskusi Penelitian

44
44
44
45
45
47
47
47
69
69
69
69
70
72
73
73
80
82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
5.2.
Saran

84
84

DAFTAR PUSTAKA

85

ix

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1.
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10

Deskripsi Nilai Kemampuan koneksi I
Data Ketuntasan Belajar siswa Pada Tes Koneksi I
Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Kemampuan Koneksi I
Deskripsi Nilai Persentase Tes Koneksi I
Kesalahan-kesalahan Yang Dilakukan Siswa dalam
Mengerjakan Soal-Soal Bangun Ruang Sisi Lengkung
Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan Pelajaran Siklus I
Data Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Koneksi II
Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Kemampuan Koneksi II
Deskripsi Nilai Persentase Tes koneksi
Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan Pelajaran Siklus II

47
48
48
49
50
64
73
74
74
76

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Tabung
Gambar 2.2. Tabung dan Rangkaiannya
Gambar 2.3. Kerucut
Gambar 2.4. Kerucut dan Rangkaiannya
Gambar 2.5. Tabung dan Kerucut
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 4.1 Diagram nilai rata-rata persenatase tes koneksi

23
24
26
26
28
40
80

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran 20.
Lampiran 21.
Lampiran 22.
Lampiran 23.
Lampiran 24.
Lampiran 25.
Lampiran 26.
Lampiran 27.
Lampiran 28.

Kisi-kisi tes diagnostik
Soal tes diagnostik
Alternatif jawaban tes diagnostik
Pedoman pensekoran tes diagnostik
Daftar hasil tes diagnostik
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II)
Lembar Kerja Siswa I
Lembar Kerja Siswa II
Kisi-Kisi Tes Kemampuan Koneksi I
Kisi-Kisi Tes Kemampuan Koneksi II
Lemabar Validitas Tes kemampuan koneksi I
Lemabar Validitas Tes kemampuan koneksi II
Tes Kemampuan Koneksi I
Tes Kemampuan Koneksi II
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Koneksi I
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Koneksi II
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi I
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi II
Lembar Observasi Kegiatan Guru (I)
Lembar Observasi Kegiatan Guru (I)
Lembar Observasi Kegiatan Guru (II)
Lembar Observasi Kegiatan Guru (II)
Nilai Tes Kemampuan Koneksi I
Nilai Tes Kemampuan Koneksi II
Dokumentasi Penelitian

Halaman
87
89
90
93
96
98
103
108
112
116
118
120
121
122
125
128
130
132
134
136
140
143
136
146
149
152
153
154

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ranah pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi masa
depan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sumber dan tujuan kemajuan suatu
bangsa.

Kemajuan

peradaban

suatu

bangsa

sangat

ditentukan

kualitas

pendidikannya. Oleh karena itulah pendidikan dapat dijadikan sebagai parameter
seberapa baik kualitas pembangunan suatu bangsa. Menurut Hamalik (2010:79)
bahwa:
”Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa
agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya
dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya
yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan
masyarakat”.
Sesuai dengan pernyataan Trianto (2010:1) bahwa:
“Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang digali untuk meningkatkan
kualitas SDM, salah satunya adalah ilmu matematika. Matematika adalah ilmu
universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan
penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk
menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan
matematika yang kuat sejak dini. Seperti yang diungkapkan oleh Hudojo (1988:1)
bahwa matematika berfungsi mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, merupakan pengetahuan yang esensial sebagai dasar untuk bekerja
seumur hidup dalam abad globalisasi.Ada banyak alasan tentang perlunya siswa
belajar matematika.Cornellius (dalam Abdurrahman,2009:253) mengemukakan
lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan :
“(1) sarana berpikir yang jelas dan logis,(2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari,(3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
1

2

kreativitas,dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.”
Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di
kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru
dan siswa. Guru dituntut untuk mampu menyajikan materi pelajaran dengan
optimum. Olehnya itu diperlukan kreativitas dan gagasan yang baru untuk
mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreativitas yang di
maksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode, model,
pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian materi pelajaran.
Namun kenyataanya di lapangan dalam proses pembelajaran
matematika yang dilakukan saat ini belum memenuhi harapan. Kurangnya
penguatan yang diberikan guru terhadap siswa juga memmpengaruhi pemikiran
siswa tentang materi yang telah dipelajarinya ketika disekolah untuk di
aplikasikan pada kehidupan sehari-hari siswa. Penguatan memberi pengamat
informasi yang berhubungan dengan hal-hal yang menimbulkan sesuatu hal di
dalam suatu lingkungan sehingga pengamat dapat mengantisifasi hasil tertentu
yang berasal dari perilaku tertentu. Selain itu pelaksanaan pembelajaran lebih
cenderung di sampaikan secara konvensional, pembelajran hanya berpusat pada
guru, siswa dalam kondisi ini hanya bersifat pasif dan tidak terlibat secara aktif
sehingga tidak mendorong siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir.
Kemampuan yang tidak kalah pentingnya yang harus dimiliki siswa
adalah kemampuan koneksi matematis. Kemampuan koneksi matematis
merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang sangat penting
dalam pembelajaran matematika. Kutz (Dinidini, 2013:4) menyatakan bahwa
koneksi matematis berkaitan dengan koneksi internal dan koneksi eksternal.
Koneksi internal meliputi koneksi antar topik matematika, sedangkan koneksi
eksternal meliputi koneksi dengan mata pelajaran lain dan koneksi dengan
kehidupan sehari – hari.
Berdasarkan hasil wawancara

peneliti terhadap salah satu guru

Matematika kelas IX pada september 2013 bahwa dalam prakteknya di sekolah,
keaktifan siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran

3

masih kurang, seperti siswa tidak berani untuk mengerjakan soal di depan kelas
dan siswa jarang mengajukan pertanyaan. Kebanyakan siswa cenderung hanya
sekedar menghapal dan meniru langkah-langkah penyelesaian yang diberikan oleh
guru, ketika mereka ditanya apakah mereka mengerti dengan yang dimaksud,
maka jawaban mereka adalah tidak, mereka mengakui bahwa hanya hapal saja.
Dan siswa merasa kesulitan ketika mengerjakan soal latihan karena kemungkinan
kurangnya waktu pembelajran, waktu yang digunakan juga mempengaruhi tingkat
kemampuan siswa yang berbeda-beda.
Hal ini sejalan dengan hasil tes diagnostik yang telah peneliti lakukan
pada september 2013 dengan cara tes diagnostik ditemukan beberapa masalah
pada sekolah penelitian di kelas IX SMP Karya Bunda. Dari hasil tes diagnostik
terhadap koneksi matematis siswa peneliti mendapatkan 100% belum mampu
menyelesaiakn soal tes diagnostik tersebut dengan benar, dengan rincian 80%
siswa tidak mampu menyelesaiakan soal koneksi antar topik matematika, 90%
siswa tidak mampu menyelesaiak soal koneksi matematika dengan diklat lain, dan
65% siswa tidak mampu menyelesaiakan soal koneksi matematika antar
kehidupan sehari-hari.
Kemampuan koneksi matematis siswa yang masih rendah dapat dilihat
dari kemampuan siswa menyelesaikan soal yang membutuhkan koneksi, baik
koneksi antar topik matematika, koneksi matematika dengan ilmu lain maupun
dengan kehidupan sehari-hari.
Rendahnya koneksi matematis siswa tersebut mungkin dilatarbelakangi
oleh pembelajaran matematika di sekolah yang masih menggunakan pembelajaran
yang bersifat teacher oriented. Pada prosesnya guru menerangkan materi dengan
metode ceramah, siswa mendengarkan kemudian mencatat hal yang dianggap
penting. Sumber utama pada proses ini adalah penjelasan guru. Siswa hanya pasif
mendengarkan uraian materi dan menerima begitu saja ilmu atau informasi dari
guru. Seperti yang diungkapkan oleh Depdiknas (Sagala, 2009 : 93) bahwa sejauh
ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai
perangkat fakta-fakta yang harus dihafal dan kelas masih berfokus pada guru
sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi strategi utama

4

dalam belajar. Hal ini tentu berakibat informasi yang didapat kurang begitu
melekat dan membekas pada diri siswa.
Ansari (2008:3) mengungkapkan bahwa hal yang seperti ini akan
mengakibatkan dua konsekwensi :
”Pertama,siswa kurang aktif dan pola pembelajaran ini kurang
menanamkan pemahaman konsep sehingga kurang mengundang sikap
kritis. Kedua,jika siswa diberi soal yang berbeda dengan soal
latihan,mereka kebingungan karena tidak tahu harus memulai darimana
mereka bekerja.”
Selain itu, rendahnya koneksi matematis siswa juga dapat diakibatkan
oleh pembelajaran yang monoton. Pada model pembelajaran umumnya guru-guru
mengajarkan sebagian besar bahan dan materi dengan cara yang sama yang
berdampak kepada kesulitan belajar siswa. Sebab kesulitan belajar siswa tidak
selamanya disebabkan oleh faktor intelegensi, akan tetapi bisa disebabkan karena
penggunaan metode belajar yang tidak sesuai. Pemilihan metode tidak boleh asal
pilih, sesuaikan metode mana yang cocok untuk setiap materi. Sesuai dengan
pernyataan (Slameto, 2010 : 65) yang mengatakan bahwa agar siswa dapat belajar
dengan baik, maka metode yang diusahakan yang setepat mungkin. Dengan
demikian guru sebaiknya menggunakan metode atau strategi belajar mengajar
yang bervariasi sehingga kemampuan anak dapat terlayani.
Bila kemampuan yang akan dicapai penekanannya pada kemampuan
koneksi matematis, maka hal yang memungkinkan pembelajaran matematika
disajikan melalui masalah kontekstual, yaitu melalui pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning).
Sanjaya (2008:255) mengemukakan bahwa:
“Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka”.
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu
guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan

5

memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapan dalam
kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang
mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks di mana materi
tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau
gaya/cara siswa belajar.
CTL merupakan sistem menyeluruh yang terdiri dari bagian-bagian
yang saling terhubung yang terdiri dari 7 komponen yaitu kontruktivisme,
menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian yang
auntentik. Dalam kegiatan pembelajaran ada keunggulan dari CTL yaitu siswa
secara aktif dalam proses belajar mengajar, siswa dapat belajar melalui teman
diskusi kelompok, pembelajaran dikaitkan dengan situasi nyata, keterampilan
dikembangkan atas dasar pemahaman. Sedangkan kelemahannnya adalah waktu
yang dibutuhkan relatif lama, banyaknya masalah yang dihadapi guru disebabkan
karena tidak semua guru dapat melaksanakan pembalajaran CTL secara optimal,
membutuhkan perhatian terhadap perkembangan siswa.
Dari semua penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti
“Penerapan Model Kontekstual (CTL)

Dalam Pelajaran Matematika Untuk

Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada Materi Bangun
Ruang Sisi Lengkung Di Kelas IX SMP Karya Bunda”
1.2

Identifikasi Masalah
Berdsasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Kemampuan matematika siswa rendah
2. Kemampuan koneksi matematis siswa rendah
3. Proses dan metode mengajar guru masih konvensional
4. Guru kurang merelevansikan pelajaran tersebut dengan keseharian siswa
5. Siswa sulit mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

6

1.3

Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, perlu adanya pembatasan masalah

agar masalah dalam penelitian ini terarah dan jelas. Mengingat pertimbangan
dana, waktu dan kemampuan peneliti maka masalah dalam penelitian ini dibatasi
pada Penerapan Model Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Dalam
Pelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis
Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Di Kelas IX SMP Karya Bunda
Medan Estate. Sedangkan materi pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung
dalam penelitian ini adalah luas dan volume tabung dan kerucut.

1.4

Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diberikan maka dapat ditarik

perumusan masalah sebagai berikut :
a. Kesalahan-kesalahan apa saja yang dihadapi siswa dalam mengerjakan
soal-soal pada pembahasan bangun ruang sisi

lengkung dalam

pembelajaran kontekstual.
b. Apakah ada peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dengan
menerapkan model kontekstual pada materi bangun ruang sisi lengkung di
kelas IX SMP Karya Bunda Medan Estate.

1.5

Tujuan Masalah
Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang dihadapi siswa dalam
mengerjakan soal-soal pada pembahasan bangun ruang sisi lengkung
dalam pelajaran dengan model pembelajaran kontekstual
b. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan koneksi
matematis siswa dengan menerapkan model kontekstual pada materi
bangun ruang sisi lengkung di kelas IX SMP Karya Bunda Medan
Estate.

7

1.6

Manfaat Penelitian
Dengan akan dilaksanakannya penelitian ini, manfaat yang diharapkan

antara lain adalah:
a. Bagi siswa, diharapkan dengan penerapan pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan koneksi matematis siswa
b. Bagi

guru,

sebagai

bahan

masukan

bagi

guru

untuk

dapat

mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi matematis
siswa
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik
bagi sekolah dalam perbaikan pengajaran matematika di SMP Karya
Bunda Medan Estate.
d. Bagi peneliti, pedoman bagi peneliti sebagai calon guru di masa yang akan
datang.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1.

Penerapan model kontekstual (CTL) dapat meningkatkan kemampuan
koneksi matematika siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung di
kelas IX-1 SMP Karya Bunda Medan Estate.

2. Berdasarkan tes koneksi, penerapan model pembelajaran kontekstual
dapat meningkatkan koneksi matematika siswa melampaui target
penelitian
3. Berdasarkan

analisis

kesalahan,

siswa

kurang

teliti

dalam

menyelesaikan soal-soal bangun runag sisi lengkung.
5.2. Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah:
1. Kepada guru, khususnya guru matematika, disarankan untuk memperhatikan
kemampuan koneksi matematika siswa dan melibatkan peran akitf siswa
dalam proses belajar mengajar. Untuk itu, hendaknya guru matematika dapat
menerapkan Pembelajaran kontekstual. Karena Strategi pembelajaran ini
dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan koneksi
matematika siswa.
2. Kepada siswa SMP Karya Bunda Medan Estate disarankan lebih berani
dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide dan mempergunakan seluruh
perangkat pembelajaran sebagai acuan, yang dapat membuat siswa menjadi
lebih aktif sehingga guru dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran.
3. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan untuk menerapkan Pembelajaran kontekstual pada
materi bangun ruang sisi lengkung ataupun materi yang lain dan dapat
dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.
84

84

85

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka
Cipta, Jakarta.
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta
Ansari, (2009), Komunikasi Matematik, Penerbit Pena, Jakarta.
Adi, (2013), Defenisi Matematika, http://adimatheda.blogspot.com/2013/01/defeni
si-matematika.html. (akses 26 april 2013)
Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi, (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi
Aksara, Jakarta.
Dedi, (2013), Pengertian Matematika, http://dedi26.blogspot.com/2013/02/apaitu-matematika-pengertian.html. (di akses 26 april 2013)
Dinidini, (2010), Penerapan Brain Based Learning dalam Pembelajaran
Matematika untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan
Koneksi Matematis Siswa, http://dinidinidini.wordpress.com/2011/01/
140.html.(diakses 26 april 2013)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2011), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan, FMIPA, Unimed, Medan.

Hadi, (2011), Kesalahan Belajar Matematika, http://hadisoen.wordpress.com/201
1/10/09/beberapa-kesalahan-belajar-matematika.html.
(akses 2 november 2013)
Hamalik, Oemar, (2010), Proses Belajar Mengajar, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta.
Herdy, (2010), Koneksi Matematika, http://herdy07.wordpress. com/2010 /05/27
/ kemampuan-koneksi-matematik-siswa.html (akses 2 november 2013)

Hudojo, H, (1988), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Dirjen Dikti,
P2LPTK, Jakarta.
Ichale, (2013), Pengertian Belajar,http://ichaledute.blogspot.com/2013/03/penger
tian-belajar-pengertian.html.(akses 29 april 2013)

86

Nofy, (2010), Kemampuan Komunikasi,http://nofytaarlianti.wordpress.com/2010/
12/15/ makalah-evaluasi-kemampuan-komunikasi.html.
(akses 2 november 2013)
Nurhadi, (2004), Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK, UNM,
Malang
Rati, (2011), Koneksi Matematis, http://ratisiramziah.blogspot. com/ 2011 /12 /
koneksi-matematis-menggunakan-ctl.html. (akses 7 mei 2013)
Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran, Raja wali, Bandung
Sagala, Syaiful, (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Alfabeta,
Bandung.
Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana, Bandung.
Siahaan, Sahat, (2010), Penerapan Model Belajar Kooperatif Yang Beriorentasi
Pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Matematika Diskrit 2,
Medan.
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja
Rosdakarya, Bandung.

Trianto, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,
Surabaya.
Usman, U., (2010), Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Wahyudin, (2008), Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran, Ipa Abong,
Jakarta