Pengaruh Hibridisasi Serat Basalt-Serat Karbon Komposit Epoksi dengan Variasi Jumlah Serat dan Posisi Laminasi pada pembebanan Bending.

Pengaruh Hibridisasi Serat Basalt-Serat Karbon Komposit Epoksi dengan
Variasi Jumlah Serat dan Posisi Laminasi pada Pembebanan Bending
I.D.G Ary Subagia1), Ketut Adi Atmika1), Wayan Nata Septiadi1), I.M.Parawata1), M.D Budiana1)
1

Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Udayana,
Bukit Jimbaran - Badung 80361
Telepon (0361) 703321
e-Mail : arsubmt@me.unud.ac.id

Bandung, 3 - 4 November 2015

ABSTRAK
Penelitian ini menganalisa pengaruh laminasi serat basalt pada komposit dengan karbon berdasarkan
pada jumlah dan susunan laminasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengamati pengaruh laminasi serat
basalt terhadap kekuatan dan sifat patahan akibat pembebanan three point bending. Bahan uji adalah
berupa variasi jumlah serat basalt dan susunan pada serat karbon yang difabrikasi dengang
menggunakan vacuum resin transfer molding (VRTM) proses. Material uji dibentuk berdasarkan standar
ASTM D-970 dan diuji bending dengan kecepatan penekanan 1mm/min, untuk beban (load cell) adalah
10 ton. Hasil pengujian diperoleh berupa tegangan (Mpa), regangan (mm/mm) dan modulus of elastisita s
(Gpa). Hasil menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah fraksi berat serat basalt secara signifikan

menurunkan tegangan, sebaliknya meningkatkan regangan patah. Metode hibridisasi dengan mengatur
susunan laminasi adalah metode yang baik untuk mempertahankan kualitas kekuatan dan patahan pada
komposit. Selain itu, posisi serat karbon pada bagian terluar memberikan tegangan bending yang tinggi
tapi regangan patah rendah. Sebaliknya untuk serat basalt pada bagian terluar laminasi.

Kata Kunci : Komposit, hibrid, laminasi, bending, serat basalt, serat karbon

I.

PENDAHULUAN

Material komposit dengan penguat serat karbon
atau material komposit carbon fiber reinforced
polymer (CFRP) telah banyak dikembangkan sejak
duapuluh tahun yang lalu. Serat karbon telah
dikenal memiliki sifat mekanis yang sangat baik
terutama pada tegangan yang tinggi sekitar 700
MPa dengan modulus elastisitas sekitar 60 GPa
[1]. Disamping itu, ringan, density rendah.
Keunggulan tersebut, menyebabkan komposit

dengan serat karbon banyak digunakan pada
pesawat terbang [2, 3]. Akan tetapi, material ini
adalah getas dengan kata lain bersifat mudah patah
karena memiliki regangan yang lebih rendah dari
pada serat gelas yaitu tidak lebih dari 1 mm/mm
Disamping itu, serat karbon cukup mahal sehingga
tidak dapat dipergunakan pada konstruksi
konstruksi sederhana.
Dalam usaha untuk mengoptimalkan komposit
dengan penguat serat karbon sehingga dapat

digunakan pada konstruksi sederhana, metode
hibridisasi telah dikembangkan yaitu dengan
menggabungkan serat karbon dengan serat gelas
dalam matrik tunggal [4, 5]. Banyak penelitian
telah dilakukan untuk menguji kualitas material
komposit dengan hibridisasi serat gelas dan serat
karbon. Seperti telah dilakukan oleh Belingardi
et.al [6] mempelajari karakteristik hibridisasi
biaxial serat karbon dan biaxial serat basalt

terhadap perlakuan fatique. Zhang et.al [7] dan
Onal et.al [8] telah dipelajari pengaruh susunan
(stacking sequence) antara serat karbon dan serat
gelas terhadap kekuatan dan kekakuannya pada
pembebanan bending. Penelitian yang sama juga
dilakukan oleh [4] yaitu menghibridisasi serat glass
S-2 dan serat jkarbon TR30S/epoxy terhadap sifat
flexural.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan terlihat bahwa sifat mekanis dari hibrid
komposit cukup signifikan walaupun masih lebih

rendah dari komposit dengan serat karbon, namun
unggul dalam peregangan karena material menjadi
lebih ulet (ductile) [9]. Dibalik keunggulan
tersebut, serat gelas dapat mengakibatkan
terjadinya kanker pada manusia karena serat gelas
bersifat racun dan tidak ramah lingkungan.
Dengan semakin gencarnya upaya untuk
mengembangkan material yang ramah lingkungan,

sejak dua dekade terakhir telah diperkenalkan
material baru yaitu serat basalt [10, 11]. Dimana
serat basalt ditinjau dari sifat mekanis dan
kimianya adalah sangat signifikan digunakan
sebagai pengganti serat glass hibridisasi dengan
serat karbon [11, 12]. Serat basalt adalah serat
yang dihasilkan dari proses pecairan batu gunung
berapi (larva) pada temperatur diatas 1300oC [13],
sehingga serat basalt memiliki sifat yang tahan
panas [14, 15], disamping itu murah [16].
Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan
dengan serat basalt sebagai penguat pada material
komposit seperti; Lapresto et.al [17] telah
mempelajari karakteristik komposit dengan
penguat serat basalt. sedangkan untuk sifat
mekanis serat basalt ditinjau dari ketahanan adhesi
untuk matrik prloyproppylene dipelajari oleh
Antonio Greco et.al [10]. Selanjutnya, beberapa
penelitian tentang karakteristik serat basalt terkait
dengan penyerapan energi dari material porous dan

microstruktur dari chopped serat basalt sebagai
penguat beton masing masing diteliti oleh Luo Xin
et.al [18] dan Chaohua Jiang et.al [19].
Penelitian ini, dilakukan dengan menggabungkan
serat karbon dan serat basal secara laminasi pada
matrik tunggal yaitu epoxy. Material dibuat dengan
menggunakan metode injeksi yang dikenal dengan
sebutan metode vaccum resin transfer molding .
Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisa
effek laminasi serat karbon dan serat basalt
terhadap perlakuan bending dengan variasi jumlah
fraksi berat serat basalt, yang masing - masing
diuji sebanyak 5 (lima) spesimen untuk setiap
variasi. Analisa scanning electro microscope
(SEM) adalah menguji karakteristik patahan akiabt
beben bending.
II. METODE DAN PROSES FABRIKASI
Material
Hibridisasi serat karbon dan serat basalt telah
dilakukan dalam penelitian ini. Kedua serat (serat

karbon dan basalt) adalah berbentuk anyaman kain
(plin woven fabrics) yang masing-masing

diproduksi oleh perusahaan Hyundai Fiber Co. Ltd.
(Korea), dan Seco-Tech. (Korea). Kemudian epoxy
diproduksi oleh Jet Korea Industrial Corporation.
Serat basalt sebagai material pendatang baru
adalah terbentuk dari pengendapan lahar gunung
berapi yang tersusun dari unsur-unsur seperti
ditunjukkan pada tabel 1. Dari Tabel 1 terlihat
bahwa Silikon oksida (SiO2) merupakan unsur
tertinggi jumlahnya pada basalt yaitu sekitar 52.8%
dibanding usur-unsur pembentuk lainnya. Sifat
mekanis untuk masing masing serat adalah
ditunjukkan seperti Tabel.2.
Table 1 Unsur kimia material Basalt
Chemical
composition of
Basalt rocks
SiO2

Al2O3
Fe2O3
MgO
CaO
Na2O
K2O
TiO2
P2O5
MnO
Cr2O3

%
52.8
17.5
10.3
4.63
8.59
3.34
1.46
1.38

0.28
0.16
0.06

Table 2 Sifat mekanis serat karbon dan serat basalt
Karakteristik
Tegangan putus (Mpa
Modulus elastisitas (GPa)
Breaking Extension (%)
Diameter serat (µm)
Temperatur withstand (oC)

Serat
Basalt
3000-4840
79.3-93.1
3.1
6-21
-260-+700


Serat
Karbon
3500-6000
230-600
1.5-2.0
5-15
-50..+700

Table 3 Konfigurasi laminasi hibrid komposit
epoxy serat karbon/basalt
Variasi
laminasi
CFRP
BFRP
C3B4C3
C6B4
C3B2C3B2
C2B2C2B2C2
B4C6
B2C3B2C3

B2C6B2

Fiber
Serat
Serat
karbon basalt
10
0
0
10
6
4
6
4
6
4
6
4
6
4

6
4
6
4

Fraksi
berat
(%wt)
62
62
62
62
62
62
62
62
62

Ketebalan
(Σ..mm)
2.1
1.95
2
2
2
2
2
2
2

Proses Fabrikasi
Pencetakan material komposit dengan metode
injeksi telah banyak dilakukan karena hasil cetakan

yang presisi, ketebalan merata, dan mudah dalam
proses pengerjaan [20]. Proses pencetakan dengan
metode VRTM adalah melalui 5 tahapan yaitu;
tahap laminasi serat, tahap penyusunan laminasi
pada plat cetakan yang ditutup dengan plastik bag,
tahap persiapan matrik pengikat dan preparasi
cetakan, tahap injeksi pengikat kedalam cetakan
dan tahap curing. Untuk masing masing tahapan
ditunjukkan seperti pada Gambar 1. Selanjutnya,
variasi laminasi material hibrid komposit
ditunjukkan seperti pada Tabel 3.

metode three point bending dihitung untuk
kecepatan penekanan bending ditentukan dengan
persamaan:
R

ZL2
6d

(1)

dimana; R adalah Rate of crosshead motion, mm
(in.)/min, L adalah panjang titik tumpu, mm (in), d
menyatakan ketebalan spesimen uji (mm) dan Z
adalah kecepatan dari peregangan serat terluar
(mm/mm/min) dengan z = 0.01

Gambar 3 Geometri spesimen dan Three point
bending test
Tegangan dan modulus elastisitas bending masingmasing ditentukan menurut standar ASTM D 790
adalah sebagai berikut:
Gambar 1 Tahapan VRTM pada pembuatan hibrid
komposit epoxy laminasi karbon/basalt

f 
E

3PL
2bd 2

L3 m
4bd 3

(2)
(3)

dimana; σf adalah tegangan bending (MPa), L
adalah jarak tunpuan (mm), b mengidentifikasi
lebar specimen uji (mm) dan d adalah ketebalan
sepecimen uji (mm) serta P adalah beban yang
dikerjakan pada specimen uji (N).
E
mengidentifikasi bending modulus elasticity (GPa)
dan m menunjukkan slope dari tangen defleksi
beban pada curva (N/mm)

Gambar 2 Skematik Laminasi komposit epoxy
dengan serat karbon/basalt
Gometri specimen uji bending untuk setiap variasi
laminasi
menurut
standar
ASTM
D790
ditunjukkan seperti Gambar 3.
Pembebanan bending untuk masing –masing
variasi material hibrid komposit yang diuji dengan

Hibridisasi dilakukan adalah untuk memperbaiki
kekurangan material baik dari sisi sifat mekanis
maupun fisik. Hibridisasi pada penelitian ini
dilakukan adalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan sifat perpanjangan ( strain) dari
komposit dengan penguat karbon. Karakteristik
hibridisasi untuk kandungan karbon yang tinggi
ditentukan dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:

 cH   cf Vcf   cf EBfh VBf

(4)

Kemudian tegangan hibridisasi ditentukan dengan
persamaan :

 cH   Bf
VBf

(5)

dimana:  cH adalah tegangan tarik hibrid komposit,
 c* adalah tegangan tarik serat karbon (MPa),
 c* adalah regangan dari serat carbon (%) dan Vcf
fraksi volume serat karbon (gr) serta VBf
menunjukkan fraksi volume untuk serat basalt (gr).
f

f

Pengujian bending telah dilakukan untuk setiap
variasi specimen uji dengan nilai rata rata masingmasing ditunjukkan seperti pada tabel 4.
Table 4 Rata-rata hasil pengujian bending
Variasi
laminasi

Tegangan
bending
[MPa]

Modulus Elastisitas
bending
E [GPa]

CF
C4B1C5
C4B2C4
C3B3C4
C3B4C3
C3B5C2
BF

860.93
816.28
791.70
759.66
740.20
725.57
428.06

54.17
50.11
49.79
48.05
45.44
44.68
25.37

Table 5 Rata - rata uji bending untuk variasi
laminasi berdasarkan metode susunan.

III.

Variasi susunan
laminasi

Tegangan
bending
σ(MPa)

Modulus of
Elastisitas
E (GPa)

CFRP
C3B4C3
C6B4
C3B2C3B2
C2B2C2B2C2
B4C6
B2C3B2C3
B2C6B2
B10

860.929
740.197
738.265
736.155
716.033
712.120
679.267
655.720
428.058

54.172
45.438
41.104
40.331
46.408
39.026
34.512
35.006
25.374

yaitu tegangan sekitar 700 (MPa). Dalam analisa
ini, ditunjukkan semakin besar jumlah basalt
terlaminasi pada serat karbon tegangan menurun
namun masih jauh lebih tinggi dari komposit
dengan serat basalt/epoxy. Demikian pula untuk
modulus elastisitas yang dihasilkan dengan rasio
laminasi serat 50:50 (%wt) adalah sebesar 44.68
(GPa). Nilai ini menunjukkan bila basalt dihibrid
dengan Karbon modulus elastisitasnya meningkat
sebesar 43.2%. Menurut hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh [11, 21] menunjukkan bahwa serat
basalt memiliki kopetensi yang baik dihibridisasi
dengan serat karbon, dimana regangan dari
komposit karbon/epoksi meningkat. Hal yang sama
juga disampaikan oleh [10].
Karakteristik mekanis bending untuk hibrid
komposit dengan variasi susunan laminasi antara
serat basalt dan serat karbon (lihat Tabel 6)
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap
tegangan dan modulus elastisitas. Tand panah yang
tertera pada tabel menunjukkan arah pembebanan
pada hibrid komposit. Pada pengujian ini,
diperoleh bahwa dengan serat karbon terletak pada
bagian tekan (compress) memiliki nilai tegangan
bending yang tinggi yaitu diatas 700Mpa namun
masih lebih rendah dibanding dengan CFRP.
Perilaku ini disebabkan karena serat karbon
memiliki sifat tegangan bending yang tinggi, akan
tetapi lebih panjang nilai regangan yang terjadi
untuk serat basalt pada posisi tarik (tension area).
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Dong
et.al [4, 5, 22].
Pengaruh susunan laminasi antara serat karbon dan
serat basalt (C/B/C/B/C) menunjukkan hasil
modulus elastisitas yang relatif tinggi yaitu sebesar
46.4 (GPa), namun tegangan yang dihasilkan lebih
rendah dari komposisi C/B/C/B.

ANALISA DAN DISKUSI

Sifat Mekanis Akibat Beban Bending
Tabel 5 dan 6 masing – masing menunjukkan nilai
rata-rata pengujian bending bending untuk setiap
variasi hibrid komposit menurut jumlah serat basalt
diinset kedalam komposit karbon/polymer (CFRP),
dan menurut posisi laminasi antara serat basalt dan
serat karbon untuk perbandingan fraksi berat 60:40
%wt. Berdasarkan hasil pengujian dilakukan
hibridisasi memiliki tegangan diantara tegangan
komposit karbon/epoxy dan komposit basalt/epoxy

Gambar 4 Karakteristik patahan pada bending test
benda uji C/B/C dan B/C/B

Sifat Patahan Bending
Patahan akibat pembebanan bending telah diamati
seperti ditampilkan pada Gambar 4. Pada
pembebanan bending specimen uji dapat
mengalami dua perilaku patahan yaitu patahan
karena tekan (compression ) dan patahan karena
tarik (tension ). Sebagaimana dihasilkan untuk
patahan spesimen uji dengan posisi serat karbon
berada pada lapisan terluar memiliki tegangan dan
modulus yang tinggi (lihat Tabel 5 dan 6), masingmasing. Akan tetapi, karakteristik patahan yang
terjadi adalah sangat getas (brittle) seperti
ditunjukkan oleh tanda panah pada gambar 4.
Sebaliknya, serat basalt menunjukkan patahan
yang lebih ulet (ductile) dimana terlihat adanya
deformasi plastis baik pada daerah tekan maupun
daerah tarik. Sifat ini ditunjukkan pula dengan
besarnya tegangan dan modulus elastisitas bending
yang rendah.

karakteristik patahan yang lebih getas dibanding
dengan serat basalt tersusun pada bagian luar.
Disamping itu, delaminasi pada arah weft menjadi
karakteristik patahan dari komposit dengan
penguat sarat karbon.
Pengaruh hibridisasi terhadap beban lentur
Hibridisasi merupakan satu pendekatan untuk
memperbaiki sifat mekanis atau fisis dari material
dengan berbasis komposit, yang mana salah satu
kerugian material ditingkatkan dengan keunggulan
material lainnya dalam satu ikatan tertentu [12].
Hasil penelitian hibridisasi laminasi antara serat
karbon dan serat basalt adalah sangat signifikan
dampaknya terhadap sifat mekanis material dan
juga menurunkan nilai ekonomis serat karbon
sehingga dapat diaplikasikan pada produk-produk
menengah [23]. Secara teknis effek hibridisasi
ditunjukkan seperti pada Gambar 6.

Gambar 6 Pengaruh jumlah laminasi serat basalt
hibridisasi pada serat karbon

Gambar 5 Karakteristik patahan bending spesimen
uji C/B/C dan B/C/B pada SEM analisis
Gambar 5 menunjukkan karaktersitik patahan
setelah pembebanan bending untuk specimen uji
C/B/C dan B/C/B yang dianalisa menggunakan
SEM pada megnifikasi rendah. Patahan yang
terjadi teramati (ditunjukkan dengan tanda panah),
baik patahan C/B/C dan B/C/B terjadi putus
tarikan (pull out) ke arah warp maupun weft.
Patahan C/B/C lebih rata dibandingkan dengan
B/C/B yang patahannya sembarang (rupture).
Kondisi ini menunjukkan bahwa komposit dengan
serat karbon pada bagian sisi memiliki

VI. KESIMPULAN
Pada penelitian ini, sifat mekanis akibat
pembebanan bending untuk hibrid komposit epoxy
dengan variasi susunan laminasi dan jumlah basalt
telah dipelajari. Dengan sukses dihasilkan material
hibrid melalui proses pencetakan menggunakan
metode vakum resin injeksion (VRTM).
Pengujian bending dilakukan untuk setiap variasi
hibrid komposit Dihasilkan sebakin tinggi fraksi
berat serat basalt tegangan menurun sengan
perbedaan modulus elastisitas 43.2% terhadap
komposit dengan serat karbon/epoxy.
Karakteristk patahan bending terjadi untuk serat
carbon pada bagian terluar bersifat getas (britel)
dan sebaliknya untuk serat basalt pada bagia

terluar. Serat basalt merupakan serat yang
potensial untuk menggantikan serat glass karena
memiliki sifat yang ramah lingkungan, murah dan
memiliki sifat mekanis yang lebih baik dari serat
glas.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasi penulis ucapkan kepada pihak
Kementrian riset dan teknologi melalui hibah ristek
Isinas 2015, sehingga dihasilkan karya tulis.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Chensong Dong, Sudarisman, and a.I.J.
Davies, (2012), "Flexural properties of e glass
and tr50s carbon fiber reinforced epoxy
hybrid composites," Journal of Materials
Engineering and Performance, No.
[2] Y. Nishi, K. Inoue, and M. Salvia, (2006),
"Improvement of charpy impact of carbon
fiber reinforced polymer by low energy sheet
electron
beam
irradiation,"
Materials
Transactions, vol. 47, No 11, pp. 2846-2851.
[3] M. Thomas, N. Boyard, L. Perez, Y. Jarny,
and D. Delaunay, (2008), "Representative
volume element of anisotropic unidirectional
carbon–epoxy composite with high-fibre
volume fraction," Composites Science and
Technology, vol. 68, No 15-16, pp. 31843192.
[4] C.S. Dong, J. Duong, and I.J. Davies, (2012,
May), "Flexural properties of s-2 glass and
tr30s carbon fiber-reinforced epoxy hybrid
composites," Polymer Composites, vol. 33,
No 5, pp. 773-781.
[5] Kedar S. Pandya, Ch. Veerraju, and N.K.
Naik, (2011, 1 March 2011), "Hybrid
composites made of carbon and glass woven
fabrics under quasi-static loading," Materials
and Design, vol. 32 No, pp. 4094–4099.
[6] G. Belingardi, M.P. Cavatorta, and C. Frasca,
(2006), "Bending fatigue behavior of glass–
carbon/epoxy hybrid composites," Composites
Science and Technology, vol. 66, No 2, pp.
222-232.
[7] J. Zhang, K. Chaisombat, S. He, and C.H.
Wang, (2012), "Hybrid composite laminates
reinforced with glass/carbon woven fabrics for
lightweight load bearing structures," Materials
& Design, vol. 36, No -, pp. 75-80.
[8] LEVENT ONAL and S. ADANUR, (2002),
"Effect of stacking sequence on the
mechanical properties of glass–carbon hybrid

composites before and after impact,"
JOURNAL OF INDUSTRIAL TEXTILES,
vol. 31, No. 4, No, pp. 255-271.
[9] V.M. Drakonakis, C.N. Velisaris, J.C. Seferis,
C.C. Doumanidis, B.L. Wardle, and G.C.
Papanicolaou, (2010), "Matrix hybridization
in the interlayer for carbon fiber reinforced
composites," Polymer Composites, vol. 31,
No 11, pp. 1965-1976.
[10] A. Greco, A. Maffezzoli, G. Casciaro, and F.
Caretto, (2014), "Mechanical properties of
basalt fibers and their adhesion to
polypropylene matrices," Composites Part B:
Engineering, vol. 67, No -, pp. 233-238.
[11] V. Fiore, T. Scalici, G. Di Bella, and A.
Valenza, (2015), "A review on basalt fibre
and its composites," Composites Part B:
Engineering, vol. 74, No -, pp. 74-94.
[12] V. Dhand, G. Mittal, K.Y. Rhee, S.-J. Park,
and D. Hui, (2015), "A short review on basalt
fiber reinforced polymer composites,"
Composites Part B: Engineering, vol. 73, No,
pp. 166-180.
[13] J. Sim, C. Park, and D.Y. Moon, (2005),
"Characteristics of basalt fiber as a
strengthening
material
for
concrete
structures," Composites Part B: Engineering,
vol. 36, No 6-7, pp. 504-512.
[14] S.E. Vannan, S.P. Vizhian, and R.
Karthigeyan, (2014), "Investigation on the
influence of basalt fiber on thermal properties
of al7075/ basalt fiber metal matrix
composites," Procedia Engineering, vol. 97,
No, pp. 432-438.
[15] Reza Eslami-Farsani, S. Mohammad Reza
Khalili, Ziba Hedayatnasab, and N. Soleimani,
(2014), "Influence of thermal conditions on
the tensile properties of basalt fiber reinforced
polypropylene – clay nano composites,"
Materials & Design, vol. 53, No -, pp. 540549.
[16] C. Colombo, L. Vergani, and M. Burman,
(2012), "Static and fatigue characterisation of
new basalt fibre reinforced composites,"
Composite Structures, vol. 94, No 3, pp.
1165-1174.
[17] V. Lopresto, C. Leone, and I. De Iorio,
(2011), "Mechanical characterisation of basalt
fibre reinforced plastic," Composites Part B:
Engineering, vol. 42, No 4, pp. 717-723.
[18] Luo Xin, Xu Jin-yu, Bai Er-lei, and L.
Weimin, (2014), "Study on the effect of basalt
fiber on the energy absorption characteristics
of porous material," Construction and

Building Materials, vol. 68, No -, pp. 384390.
[19] C. Jiang, K. Fan, F. Wu, and D. Chen, (2014),
"Experimental study on the mechanical
properties and microstructure of chopped
basalt fibre reinforced concrete," Materials &
Design, vol. 58, No, pp. 187-193.
[20] D. Bender, J. Schuster, and D. Heider, (2006,
Oct), "Flow rate control during vacuumassisted resin transfer molding (vartm)
processing," Composites
Science and
Technology, vol. 66, No 13, pp. 2265-2271.
[21] L. Wei-dong, C. Hai-lin, Chen Guo-rong, and
S. Peng-fei, (2010), "Mechanical properties of
phenolic-resin composites reinforced with
cf/bf interlayer hybrid fibers," Journal of
Beijing Institute of Technology, vol. 19, No
4, pp. 471-475.
[22] C.S. Dong and I.J. Davies, (2012, May),
"Optimal design for the flexural behaviour of
glass and carbon fibre reinforced polymer
hybrid composites," Materials & Design, vol.
37, No, pp. 450-457.
[23] L. Ferrante, J. Tirillò, F. Sarasini, F.
Touchard, R. Ecault, M.A. Vidal Urriza, L.
Chocinski-Arnault, and D. Mellier, (2015),
"Behaviour of woven hybrid basaltcarbon/epoxy composites subjected to laser
shock wave testing: Preliminary results,"
Composites Part B: Engineering, vol. 78, No,
pp. 162-173.