HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kesejahteraan Psikologis Pada Lansia Muslim.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:
Lintang Seira Putri
F 100 090 176

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

i

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM


NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh :
LINTANG SEIRA PUTRI
F 100 090 176

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

ii

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM
Lintang Seira Putri
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta


ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas
dengan kesejahteraan psikologis pada lansia muslim, mengetahui kategori
religiusitas yang dimiliki lansia muslim, mengetahui tingkat kesejahteraan
psikologis lansia muslim, dan mengetahui sumbangan efektif religiusitas terhadap
kesejahteraan psikologis lansia muslim di Kelurahan Sanggrahan. Hipotesis yang
diajukan adalah terdapat hubungan positif antara religiusitas dengan kesejahteraan
psikologis pada lansia muslim. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di
Kelurahan Sanggrahan berusia mulai 60 tahun yang berjumlah 685 orang.
Menggunakan teknik cluster purposive non random sampling didapatkan subjek
berjumlah 72 lansia. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan skala
kesejahteraan psikologis dan skala religiusitas, kemudian dianalisis dengan aplikasi
program product moment pada SPSS 17. Hasil penelitian menunjukan ada
hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kesejahteraan
psikologis pada lansia dengan nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,838; p=0,000;
(p RH sebesar 40 dan tingkat kesejahteraan psikologis lansia muslim
tergolong tinggi dengan RE sebesar 53,44 > RH sebesar 40. Sumbangan efektif
variabel religiusitas terhadap kesejahteraan psikologis sebesar 70,3% sehingga
masih terdapat 29,7% variabel lain yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis
lansia muslim.

Kata Kunci: Religiusitas, Kesejahteraan Psikologis, Lansia

1

pemenuhan kriteria fungsi psikologi

PENDAHULUAN
Perasaan tenang dan tentram
merupakan

keinginan

yang

positif. Kebahagiaan dan kepuasan

ada

hidup


yang dirasakan

seseorang

dalam diri setiap orang. Perasaan

menjadi sebuah unsur yang penting

sejahtera secara psikologis menjadi

dalam

salah satu hal yang memberikan

kesejahteraan psikologis seseorang.

dampak perasaan bahagia dan puas
menjalani

hidup


seberapa

tinggi

Tahap perkembangan masa

diri

usia lanjut atau lansia merupakan

seseorang. Kesejahteraan atau well

masa ketika seseorang tidak lagi

being terdiri dari kepuasan hidup dan

memiliki kemampuan seperti ketika

juga perasaaan yang positif seperti


masih muda. Kartinah & Sudaryanto

rasa senang, gembira dan puas

(2008) mengungkapkan bahwa selain

(Headey

2004).

fisik dan juga psokomotorik (konasi),

memiliki

lansia juga mengalami perubahan

kualitas hidup yang baik idealnya

aspek psikososial misalnya dengan


juga

kesejahteraan

munculnya situasi seperti kematian

psikologis yang baik pula dalam

pada pasangan, pengalaman masa

dirinya.

lalu, kesehatan lansia, atau masalah

dan

Seseorang

Wooden,


yang

ingin

memiliki

Menurut

kesejahteraan
psychological

dalam

melihat

Ryff

(1989)


psikologis
well

being

atau

keuangan

adalah

yang

akan

berkaitan

dengan kepribadian, emosi maupun

sebuah istilah yang dapat digunakan


kesejahteraan seorang lansia. Ryff

untuk

kesehatan

(Ingersoll, 2004) mengungkapkan

psikologis individu sesuai dengan

bahwa salah satu indikator penting

menggambarkan

2

dari

keberhasilan


satunya

penuaan

adalah

psikologis

yaitu

kemampuan

salah

ketidakbahagiaan. Masalah-masalah

kesejahteraan
kekuatan

seseorang

dan

memasuki

mengenai

kesepian,

dukungan

sosial

menjadi

kesehatan,

dan

komponen

keluarga

yang

dapat

masa tua. Hal tersebut mengarah

mempengaruhi

pada pemahaman seseorang untuk

psikologis.

menghadapi perubahan yang terjadi

menggambarkan

karena penuaan.

hidupnya bermakna adalah orang-

Beberapa

lansia

secara

Bastaman

(2007)

lansia

yang

fenomena

orang yang menerima serta memiliki

mengenai keadaan psikologis lansia

sikap positif dan tenang dalam

sering

menjalani masa tua.

kita

temui,

diantaranya

terdapat kasus bunuh diri di Kediri

Seseorang

yang

memiliki

pada lansia berusia 95 tahun, akan

kesejahteraan psikologis yang tinggi

tetapi motif bunuh diri pada kasus ini

akan lebih merasakan kepuasan dan

dilatar

yang

kebahagiaan secara psikologis dalam

depresi

hidupnya. Amawidyati dan Utami

diidapnya

(2007) mengungkapkan bahwa sikap

bertahun-tahun tidak segera sembuh

positif seperti ketabahan, adanya

(Suarakawan, 2012) . Lansia yang

penerimaan, serta hubungan yang

merasakan

gagal

positif dengan orang lain yang

dalam menggapai sebuah harapan

menyebabkan terbentuknya kondisi

mereka akan merasa putus asa

psikologis

sehingga muncul kekecewaan dan

(Hadjam

belakangi

bersangkutan
akibat

karena

mengalami

penyakit

bahwa

yang

dirinya

3

yang
&

positif.

Argyle

Nasirudin,

2003)

menemukan

bahwa

religiusitas

membantu

individu

mempertahankan

ketenangan hidup dalam menjalani

dalam

masa tua.

kesehatan

Adapun tujuan dari penelitian

psikologis individu di saat-saat sulit.

ini adalah a) mengetahui hubungan

Memasuki
banyak

masa

diantara

lansia,

lansia

antara

lebih

religiusitas

dengan

kesejahteraan psikologis pada lansia

meningkatkan kegiatan religiusitas

muslim, b) mengetahui

untuk mengisi waktu. Ancok &

religiusitas

Suroso

(2001)

muslim,

bahwa

religiusitas

mengungkapkan
bukan

hanya

terjadi ketika seseorang melakukan

didorong

oleh

mengetahui

tingkat

kesejahteraan

psikologis

yang

METODE PENELITIAN

kekuatan
Penelitian ini menggunakan
pendekatan

dilihat dengan mata tapi juga apa
yang terjadi dalam hati masingmasing individu. Terlebih pada lanjut

variabel

tergantung

menggunakan

religiusitas

dan

kesejahteraan

try

out

Peneliti
terpisah

dengan cara melakukan pemilihan

serta untuk mendekatkan diri pada
agar

bebas

non random sampling.

mengisi sisa waktu luang mereka

SWT

variabel

dengan

digunakan adalah cluster purposive

kegiatan

keagamaan menjadi pilihan untuk

Allah

kuantitatif

psikologis. Teknik sampling yang

usia yang sudah tidak memiliki
aktivitas,

lansia

c)

spiritual, tidak hanya yang dapat

banyak

dimiliki

dimiliki lansia muslim.

ibadah akan tetapi juga aktivitas lain
yang

yang

kategori

acak 2 RW digunakan sebagai data

mendapatkan

uji coba dan 2 RW yang berbeda
4

koefisien korelasi product moment

sebagai data penelitian.
Subjek uji coba didapatkan

pada program SPSS 17.0 untuk

sejumlah 47 orang. Subjek penelitian

mengetahui korelasi antar variabel,

ini

Kelurahan

yaitu

72

kesejahteraan psikologis.

adalah

Sanggrahan

lansia

di

sejumlah

orang

variabel

religiusitas

dan

dengan usia minimal 60 tahun dan
pendidikan terakhir SD.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat pengumpul data yang

Berdasarkan

hasil

analisis

digunakan adalah skala religiusitas

data dengan menggunakan teknik

yang terdiri dari 16 aitem dan skala

analisis

kesejahteraan psikologis yang terdiri

Pearson diperoleh nilai koefisien

dari 16 aitem. Skala religiusitas

korelasi (rxy) sebesar 0,838 serta

disusun berdasarkan dimensi Hawari

signifikansi (p) =0,000; (p < 0,01).

(2002) yaitu rukun iman, rukun

Hal ini menunjukan ada hubungan

Islam, dan pengamalan. Sedangkan

positif yang sangat signifikan antara

skala

religiusitas

kesejahteraan

psikologis

product

moment

dengan

dari

kesejahteraan

disusun berdasarkan dimensi Ryff

psikologis pada lansia muslim di

(1989)

Kelurahan

yaitu

penerimaan

diri,

Sanggrahan.

Semakin

hubungan positif dengan orang lain,

tinggi religiusitas lansia muslim

otonomi,

maka semakin tinggi kesejahteraan

penguasaan

lingkungan,

tujuan hidup, dan pertumbuhan diri.
Penelitian

ini

psikologis

dianalisis

muslim.

menggunakan menggunakan teknik

5

yang

dimiliki

lansia

Selain itu religiusitas juga

Penelitian ini dilakukan di

dapat dijadikan sebagai prediktor

Jawa Tengah khususnya Kelurahan

kesejahteraan psikologis terutama

Sanggrahan

pada

kegiatan religiusitas sangat banyak

seorang

lansia.

Hal

ini

yang

menyebabkan

dikarenakan religiusitas merupakan

ditemui

salah

dapat

penduduknya yang beragama islam,

kesejahteraan

Kegiatan religiusitas umat muslim di

satu

faktor

yang

mempengaruhi
psikologis
(2012)

seseorang,

dan

mayoritas

Aflekseir

masyarakat sangat mudah kita temui

bahwa

diantaranya adalah sholat berjamaah

keyakinan

dan pengajian atau taklim. Melalui

mengungkapkan

spiritualitas

karena

keagamaan merupakan salah satu

kegiatan

komponen

penting

terlihat justru yang aktif mengikuti

membangun

kehidupan

bermakna

dalam

sisi

dalam
yang

kegiatan-kegiatan

psikologis

sering

tersebut

anak-anak muda. Padahal

Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan

sekali

adalah

para lansia dibandingkan dengan

seseorang.

tersebut

tersebut

untuk

menuju masjid mereka sudah tidak

hipotesis

semudah seperti ketika masih muda

peneliti bahwa ada hubungan positif

apalagi jika tempat pengajian atau

antara

masjid berjarak cukup jauh.

religiusitas

dengan

kesejahteraan psikologis pada lansia

Hasil penelitian dari identitas

muslim terbukti, sehingga hipotesis

subjek 72 orang yang aktif mengikuti

yang diajukan dalam penelitian ini

pengajian di masjid adalah sebanyak

diterima.

81,9 % atau 59 orang dan yang tidak

6

mengikuti

kegiatan

di

masjid

meningkat

serta

kehidupan

sebanyak 18,1 % atau 13 orang saja.

religiusitas yang mulai mencapai

Lansia

mengikuti

tingkat kemantapan.

memiliki

Hasil

muslim

pengajian

yang

rutin

analisis

menunjukan

kesejahteraan psikologis yang lebih

bahwa sumbangan efektif variabel

tinggi yang ditunjukan dengan nilai

religiusitas

mean 54,80 dibandingkan dengan

kesejahteraan psikologis menunjukan

lansia

nilai

yang

tidak

mengikuti

terhadap

variabel

sebesar 70,3 %. Hal

ini

pengajian yang hanya memiliki nilai

menunjukan masih terdapat 29,7 %

mean 47,31. Sedangkan dilihat dari

variabel lain yang tidak diungkap

tingkat pendidikan terakhir subjek

dalam penelitian ini turut berperan

lansia

dalam

yang

memiliki

tingkat

mempengaruhi

variabel

pendidikan terakhir S2 dan SMA

kesejahteraan psikologis pada lansia

memiliki kesejahteraan psikologis

muslim.

yang tinggi dibandingkan lansia

Fisher

(Huppert,

2005)

dengan tingkat pendidilkan lainya,

mengungkapkan

ditunjukan dengan nilai mean yang

lanjut usia yang merasakan kepuasan

sama yaitu 56,00. Sururin (2004)

hidup berhasil dipengaruhi oleh masa

mengungkapkan

lansia

lalu

tahun

kepuasan hidup tersebut mewakili

adanya

kebutuhan, hubungan dengan orang

menerima

lain serta rasa senang menjalani

berusia

bahwa

60-100

memperlihatkan
kecenderungan

untuk

pendapat keagamaan yang semakin

hidup.

7

dan

bahwa

kondisinya

seorang

saat

ini,

Berdasarkan
diketahui

hasil

variabel

analisis

penting, agar seseorang pada tahap

kesejahteraan

perkembangan

akhirnya

dapat

psikologis memiliki rerata empirik

menjalani hidup dengan bahagia dan

(RE)

optimis.

sebesar 53,44 dan rerata

hipotetik 40 yang berarti bahwa

Religiusitas yang tinggi juga

terdapat 45,8 % atau 33 orang yang

dipengaruhi oleh

lansia yang merasa sejahtera secara

Faktor-faktor yang mempengaruhi

psikologis.

terbentuknya

Hasil

analisis

untuk

banyak

religiusitas

faktor.

terbagi

variabel religiusitas memiliki rerata

menjadi faktor internal dan faktor

empirik (RE)

eksternal. Faktor internal meliputi

sebesar 51,75 dan

rerata hipotetik 40 yang berarti

pengalaman,

bahwa terdapat 62,5 % atau 45 orang

kebutuhan,

lansia yang memiliki religiusitas

eksternal

yang tinggi.

(Thouless, 1992).

Lansia

yang

bermakna

adalah

menerima

serta

intelektual,
sedangkan

meliputi

dan
faktor

faktor

sosial

hidupnya

lansia

yang

memiliki

sikap

Berdasarkan hasil penelitian

positif dan tenang dalam menjalani

dan pembahasan, maka dapat diambil

masa tua (Bastaman, 2007). Banyak

kesimpulan bahwa :

faktor yang dapat mempengaruhi

1.

kesejahteraan

sangat signifikan antara religiusitas

lansia.

psikologis

Kesejahteraan

khususnya

bagi

lansia

KESIMPULAN

seorang

Ada

dengan

psikologis

pada

menjadi

8

hubungan

positif

kesejahteraan
lansia

muslim.

yang

psikologis
Hal

ini

ditunjukkan dengan nilai koefisien

mempengaruhi

korelasi (rxy) sebesar 0,838 serta

psikologis pada lansia muslim.

signifikansi (p) =0,000; (p < 0,01).
2.

Tingkat

religiusitas

DAFTAR PUSTAKA

lansia
Aflakseir, A.A. (2012). Religiosity,
Personal
Meaning,
and
Psychological Well Being A
Study among Muslim Student
in England. Pakistan Journal
of
Social
an
Clinicl
Psychology Vol. 9 No. 2 : 2731

muslim di Kelurahan Sanggrahan
termasuk dalam kategori tinggi. Hal
ini

ditunjukkan

dengan

rerata

empirik (RE) sebesar 51,75 lebih
besar dari rerata hipotetik (RH)

Amawidyati, S.A.G. & Utami, M.S.
(2007).
Religiusitas
dan
Psychological Well Being Pada
Korban
Gempa.
Jurnal
Psikologi Universitas Gajah
Mada Vol. 34 No. 2 : 164-176

sebesar 40.
3.

Tingkat kesejahteraan psikologis

pada lansia muslim di Kelurahan

Ancok, D. & Suroso, N.S. (1994).
Psikologi
Islami.
Jakarta
:Pustaka Pelajar.

Sanggrahan termasuk dalam kategori
tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan

Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi
Psikologi Untuk Menemukan
Makna Hidup dan Meraih
Hidup Bermakna. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.

rerata empirik (RE) sebesar 53,44
lebih besar dari rerata hipotetik (RH)
sebesar 40.
4.

Sumbangan efektif religiusitas

terhadap

kesejahteraan

Hadjam, M.N.R & Nasiruddin, A.
(2003). Peranan Kesulitan
Ekonomi, Kepuasan Kerja dan
Religiusitas
Terhadap
Kesejahteraan
Psikologis.
Jurnal Psikologi Universitas
Gajah Mada No.2 : 72-80

psikologis

sebesar 70,3%, yang ditunjukkan
oleh

koefisien

determinan

(R2)

=0,703. Sehingga masih terdapat
29,7%

variabel

lain

kesejahteraan

Headey, B. & Wooden, M. (2004).
The Effects of Wealth and
Income on Subjective Well-

yang

9

Being
and
III-Being.
Economic Record, 80,1,24-33.
Huppert,F.A.,
Baylis,
N.,
&
Keverne, B. (2005). The
Science of Well Being. New
York : Oxford University
Press.
Ingersoll-Dayton, B., Chanpen, S.,
Kespichayawattana, J., &
Aungsuroch,
Y.
(20004).
Measuring
Psychological
Well-Being: Insights From
Thai Elders. Journal of The
Gerontologist Vol.44 No. 5:
596-604.
Kartinah & Sudaryanto, A. (2008).
Masalah Psikososial pada
Lanjut Usia. Berita Ilmu
Keperawatan Vol. 1 No.1 : 9396
Ryff, C.D. (1989). Happines Is
Everything
or
Is
It?
Explorations on the Meaning
of Psychological Well Being.
Journal of Personality and
Social Psychology Vol. 57 No.
6 :1069-1081
Suarakawan.
(2012).
http://suarakawan.com/26/11/2
012/diduga-depresi-lansia-95tahun-bunuh-diri/
diunduh
pada tanggal 8 Mei 2013.
Sururin ( 2004). Ilmu Jiwa Agama.
Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Thouless, R.H. (1992). Pengantar
Psikologi Agama. Jakarta :
Rajawali Pers

10