HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kesejahteraan Psikologis Pada Lansia Muslim.
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
Lintang Seira Putri
F 100 090 176
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
i
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh :
LINTANG SEIRA PUTRI
F 100 090 176
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ii
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM
Lintang Seira Putri
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas
dengan kesejahteraan psikologis pada lansia muslim, mengetahui kategori
religiusitas yang dimiliki lansia muslim, mengetahui tingkat kesejahteraan
psikologis lansia muslim, dan mengetahui sumbangan efektif religiusitas terhadap
kesejahteraan psikologis lansia muslim di Kelurahan Sanggrahan. Hipotesis yang
diajukan adalah terdapat hubungan positif antara religiusitas dengan kesejahteraan
psikologis pada lansia muslim. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di
Kelurahan Sanggrahan berusia mulai 60 tahun yang berjumlah 685 orang.
Menggunakan teknik cluster purposive non random sampling didapatkan subjek
berjumlah 72 lansia. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan skala
kesejahteraan psikologis dan skala religiusitas, kemudian dianalisis dengan aplikasi
program product moment pada SPSS 17. Hasil penelitian menunjukan ada
hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kesejahteraan
psikologis pada lansia dengan nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,838; p=0,000;
(p RH sebesar 40 dan tingkat kesejahteraan psikologis lansia muslim
tergolong tinggi dengan RE sebesar 53,44 > RH sebesar 40. Sumbangan efektif
variabel religiusitas terhadap kesejahteraan psikologis sebesar 70,3% sehingga
masih terdapat 29,7% variabel lain yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis
lansia muslim.
Kata Kunci: Religiusitas, Kesejahteraan Psikologis, Lansia
1
pemenuhan kriteria fungsi psikologi
PENDAHULUAN
Perasaan tenang dan tentram
merupakan
keinginan
yang
positif. Kebahagiaan dan kepuasan
ada
hidup
yang dirasakan
seseorang
dalam diri setiap orang. Perasaan
menjadi sebuah unsur yang penting
sejahtera secara psikologis menjadi
dalam
salah satu hal yang memberikan
kesejahteraan psikologis seseorang.
dampak perasaan bahagia dan puas
menjalani
hidup
seberapa
tinggi
Tahap perkembangan masa
diri
usia lanjut atau lansia merupakan
seseorang. Kesejahteraan atau well
masa ketika seseorang tidak lagi
being terdiri dari kepuasan hidup dan
memiliki kemampuan seperti ketika
juga perasaaan yang positif seperti
masih muda. Kartinah & Sudaryanto
rasa senang, gembira dan puas
(2008) mengungkapkan bahwa selain
(Headey
2004).
fisik dan juga psokomotorik (konasi),
memiliki
lansia juga mengalami perubahan
kualitas hidup yang baik idealnya
aspek psikososial misalnya dengan
juga
kesejahteraan
munculnya situasi seperti kematian
psikologis yang baik pula dalam
pada pasangan, pengalaman masa
dirinya.
lalu, kesehatan lansia, atau masalah
dan
Seseorang
Wooden,
yang
ingin
memiliki
Menurut
kesejahteraan
psychological
dalam
melihat
Ryff
(1989)
psikologis
well
being
atau
keuangan
adalah
yang
akan
berkaitan
dengan kepribadian, emosi maupun
sebuah istilah yang dapat digunakan
kesejahteraan seorang lansia. Ryff
untuk
kesehatan
(Ingersoll, 2004) mengungkapkan
psikologis individu sesuai dengan
bahwa salah satu indikator penting
menggambarkan
2
dari
keberhasilan
satunya
penuaan
adalah
psikologis
yaitu
kemampuan
salah
ketidakbahagiaan. Masalah-masalah
kesejahteraan
kekuatan
seseorang
dan
memasuki
mengenai
kesepian,
dukungan
sosial
menjadi
kesehatan,
dan
komponen
keluarga
yang
dapat
masa tua. Hal tersebut mengarah
mempengaruhi
pada pemahaman seseorang untuk
psikologis.
menghadapi perubahan yang terjadi
menggambarkan
karena penuaan.
hidupnya bermakna adalah orang-
Beberapa
lansia
secara
Bastaman
(2007)
lansia
yang
fenomena
orang yang menerima serta memiliki
mengenai keadaan psikologis lansia
sikap positif dan tenang dalam
sering
menjalani masa tua.
kita
temui,
diantaranya
terdapat kasus bunuh diri di Kediri
Seseorang
yang
memiliki
pada lansia berusia 95 tahun, akan
kesejahteraan psikologis yang tinggi
tetapi motif bunuh diri pada kasus ini
akan lebih merasakan kepuasan dan
dilatar
yang
kebahagiaan secara psikologis dalam
depresi
hidupnya. Amawidyati dan Utami
diidapnya
(2007) mengungkapkan bahwa sikap
bertahun-tahun tidak segera sembuh
positif seperti ketabahan, adanya
(Suarakawan, 2012) . Lansia yang
penerimaan, serta hubungan yang
merasakan
gagal
positif dengan orang lain yang
dalam menggapai sebuah harapan
menyebabkan terbentuknya kondisi
mereka akan merasa putus asa
psikologis
sehingga muncul kekecewaan dan
(Hadjam
belakangi
bersangkutan
akibat
karena
mengalami
penyakit
bahwa
yang
dirinya
3
yang
&
positif.
Argyle
Nasirudin,
2003)
menemukan
bahwa
religiusitas
membantu
individu
mempertahankan
ketenangan hidup dalam menjalani
dalam
masa tua.
kesehatan
Adapun tujuan dari penelitian
psikologis individu di saat-saat sulit.
ini adalah a) mengetahui hubungan
Memasuki
banyak
masa
diantara
lansia,
lansia
antara
lebih
religiusitas
dengan
kesejahteraan psikologis pada lansia
meningkatkan kegiatan religiusitas
muslim, b) mengetahui
untuk mengisi waktu. Ancok &
religiusitas
Suroso
(2001)
muslim,
bahwa
religiusitas
mengungkapkan
bukan
hanya
terjadi ketika seseorang melakukan
didorong
oleh
mengetahui
tingkat
kesejahteraan
psikologis
yang
METODE PENELITIAN
kekuatan
Penelitian ini menggunakan
pendekatan
dilihat dengan mata tapi juga apa
yang terjadi dalam hati masingmasing individu. Terlebih pada lanjut
variabel
tergantung
menggunakan
religiusitas
dan
kesejahteraan
try
out
Peneliti
terpisah
dengan cara melakukan pemilihan
serta untuk mendekatkan diri pada
agar
bebas
non random sampling.
mengisi sisa waktu luang mereka
SWT
variabel
dengan
digunakan adalah cluster purposive
kegiatan
keagamaan menjadi pilihan untuk
Allah
kuantitatif
psikologis. Teknik sampling yang
usia yang sudah tidak memiliki
aktivitas,
lansia
c)
spiritual, tidak hanya yang dapat
banyak
dimiliki
dimiliki lansia muslim.
ibadah akan tetapi juga aktivitas lain
yang
yang
kategori
acak 2 RW digunakan sebagai data
mendapatkan
uji coba dan 2 RW yang berbeda
4
koefisien korelasi product moment
sebagai data penelitian.
Subjek uji coba didapatkan
pada program SPSS 17.0 untuk
sejumlah 47 orang. Subjek penelitian
mengetahui korelasi antar variabel,
ini
Kelurahan
yaitu
72
kesejahteraan psikologis.
adalah
Sanggrahan
lansia
di
sejumlah
orang
variabel
religiusitas
dan
dengan usia minimal 60 tahun dan
pendidikan terakhir SD.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat pengumpul data yang
Berdasarkan
hasil
analisis
digunakan adalah skala religiusitas
data dengan menggunakan teknik
yang terdiri dari 16 aitem dan skala
analisis
kesejahteraan psikologis yang terdiri
Pearson diperoleh nilai koefisien
dari 16 aitem. Skala religiusitas
korelasi (rxy) sebesar 0,838 serta
disusun berdasarkan dimensi Hawari
signifikansi (p) =0,000; (p < 0,01).
(2002) yaitu rukun iman, rukun
Hal ini menunjukan ada hubungan
Islam, dan pengamalan. Sedangkan
positif yang sangat signifikan antara
skala
religiusitas
kesejahteraan
psikologis
product
moment
dengan
dari
kesejahteraan
disusun berdasarkan dimensi Ryff
psikologis pada lansia muslim di
(1989)
Kelurahan
yaitu
penerimaan
diri,
Sanggrahan.
Semakin
hubungan positif dengan orang lain,
tinggi religiusitas lansia muslim
otonomi,
maka semakin tinggi kesejahteraan
penguasaan
lingkungan,
tujuan hidup, dan pertumbuhan diri.
Penelitian
ini
psikologis
dianalisis
muslim.
menggunakan menggunakan teknik
5
yang
dimiliki
lansia
Selain itu religiusitas juga
Penelitian ini dilakukan di
dapat dijadikan sebagai prediktor
Jawa Tengah khususnya Kelurahan
kesejahteraan psikologis terutama
Sanggrahan
pada
kegiatan religiusitas sangat banyak
seorang
lansia.
Hal
ini
yang
menyebabkan
dikarenakan religiusitas merupakan
ditemui
salah
dapat
penduduknya yang beragama islam,
kesejahteraan
Kegiatan religiusitas umat muslim di
satu
faktor
yang
mempengaruhi
psikologis
(2012)
seseorang,
dan
mayoritas
Aflekseir
masyarakat sangat mudah kita temui
bahwa
diantaranya adalah sholat berjamaah
keyakinan
dan pengajian atau taklim. Melalui
mengungkapkan
spiritualitas
karena
keagamaan merupakan salah satu
kegiatan
komponen
penting
terlihat justru yang aktif mengikuti
membangun
kehidupan
bermakna
dalam
sisi
dalam
yang
kegiatan-kegiatan
psikologis
sering
tersebut
anak-anak muda. Padahal
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan
sekali
adalah
para lansia dibandingkan dengan
seseorang.
tersebut
tersebut
untuk
menuju masjid mereka sudah tidak
hipotesis
semudah seperti ketika masih muda
peneliti bahwa ada hubungan positif
apalagi jika tempat pengajian atau
antara
masjid berjarak cukup jauh.
religiusitas
dengan
kesejahteraan psikologis pada lansia
Hasil penelitian dari identitas
muslim terbukti, sehingga hipotesis
subjek 72 orang yang aktif mengikuti
yang diajukan dalam penelitian ini
pengajian di masjid adalah sebanyak
diterima.
81,9 % atau 59 orang dan yang tidak
6
mengikuti
kegiatan
di
masjid
meningkat
serta
kehidupan
sebanyak 18,1 % atau 13 orang saja.
religiusitas yang mulai mencapai
Lansia
mengikuti
tingkat kemantapan.
memiliki
Hasil
muslim
pengajian
yang
rutin
analisis
menunjukan
kesejahteraan psikologis yang lebih
bahwa sumbangan efektif variabel
tinggi yang ditunjukan dengan nilai
religiusitas
mean 54,80 dibandingkan dengan
kesejahteraan psikologis menunjukan
lansia
nilai
yang
tidak
mengikuti
terhadap
variabel
sebesar 70,3 %. Hal
ini
pengajian yang hanya memiliki nilai
menunjukan masih terdapat 29,7 %
mean 47,31. Sedangkan dilihat dari
variabel lain yang tidak diungkap
tingkat pendidikan terakhir subjek
dalam penelitian ini turut berperan
lansia
dalam
yang
memiliki
tingkat
mempengaruhi
variabel
pendidikan terakhir S2 dan SMA
kesejahteraan psikologis pada lansia
memiliki kesejahteraan psikologis
muslim.
yang tinggi dibandingkan lansia
Fisher
(Huppert,
2005)
dengan tingkat pendidilkan lainya,
mengungkapkan
ditunjukan dengan nilai mean yang
lanjut usia yang merasakan kepuasan
sama yaitu 56,00. Sururin (2004)
hidup berhasil dipengaruhi oleh masa
mengungkapkan
lansia
lalu
tahun
kepuasan hidup tersebut mewakili
adanya
kebutuhan, hubungan dengan orang
menerima
lain serta rasa senang menjalani
berusia
bahwa
60-100
memperlihatkan
kecenderungan
untuk
pendapat keagamaan yang semakin
hidup.
7
dan
bahwa
kondisinya
seorang
saat
ini,
Berdasarkan
diketahui
hasil
variabel
analisis
penting, agar seseorang pada tahap
kesejahteraan
perkembangan
akhirnya
dapat
psikologis memiliki rerata empirik
menjalani hidup dengan bahagia dan
(RE)
optimis.
sebesar 53,44 dan rerata
hipotetik 40 yang berarti bahwa
Religiusitas yang tinggi juga
terdapat 45,8 % atau 33 orang yang
dipengaruhi oleh
lansia yang merasa sejahtera secara
Faktor-faktor yang mempengaruhi
psikologis.
terbentuknya
Hasil
analisis
untuk
banyak
religiusitas
faktor.
terbagi
variabel religiusitas memiliki rerata
menjadi faktor internal dan faktor
empirik (RE)
eksternal. Faktor internal meliputi
sebesar 51,75 dan
rerata hipotetik 40 yang berarti
pengalaman,
bahwa terdapat 62,5 % atau 45 orang
kebutuhan,
lansia yang memiliki religiusitas
eksternal
yang tinggi.
(Thouless, 1992).
Lansia
yang
bermakna
adalah
menerima
serta
intelektual,
sedangkan
meliputi
dan
faktor
faktor
sosial
hidupnya
lansia
yang
memiliki
sikap
Berdasarkan hasil penelitian
positif dan tenang dalam menjalani
dan pembahasan, maka dapat diambil
masa tua (Bastaman, 2007). Banyak
kesimpulan bahwa :
faktor yang dapat mempengaruhi
1.
kesejahteraan
sangat signifikan antara religiusitas
lansia.
psikologis
Kesejahteraan
khususnya
bagi
lansia
KESIMPULAN
seorang
Ada
dengan
psikologis
pada
menjadi
8
hubungan
positif
kesejahteraan
lansia
muslim.
yang
psikologis
Hal
ini
ditunjukkan dengan nilai koefisien
mempengaruhi
korelasi (rxy) sebesar 0,838 serta
psikologis pada lansia muslim.
signifikansi (p) =0,000; (p < 0,01).
2.
Tingkat
religiusitas
DAFTAR PUSTAKA
lansia
Aflakseir, A.A. (2012). Religiosity,
Personal
Meaning,
and
Psychological Well Being A
Study among Muslim Student
in England. Pakistan Journal
of
Social
an
Clinicl
Psychology Vol. 9 No. 2 : 2731
muslim di Kelurahan Sanggrahan
termasuk dalam kategori tinggi. Hal
ini
ditunjukkan
dengan
rerata
empirik (RE) sebesar 51,75 lebih
besar dari rerata hipotetik (RH)
Amawidyati, S.A.G. & Utami, M.S.
(2007).
Religiusitas
dan
Psychological Well Being Pada
Korban
Gempa.
Jurnal
Psikologi Universitas Gajah
Mada Vol. 34 No. 2 : 164-176
sebesar 40.
3.
Tingkat kesejahteraan psikologis
pada lansia muslim di Kelurahan
Ancok, D. & Suroso, N.S. (1994).
Psikologi
Islami.
Jakarta
:Pustaka Pelajar.
Sanggrahan termasuk dalam kategori
tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi
Psikologi Untuk Menemukan
Makna Hidup dan Meraih
Hidup Bermakna. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
rerata empirik (RE) sebesar 53,44
lebih besar dari rerata hipotetik (RH)
sebesar 40.
4.
Sumbangan efektif religiusitas
terhadap
kesejahteraan
Hadjam, M.N.R & Nasiruddin, A.
(2003). Peranan Kesulitan
Ekonomi, Kepuasan Kerja dan
Religiusitas
Terhadap
Kesejahteraan
Psikologis.
Jurnal Psikologi Universitas
Gajah Mada No.2 : 72-80
psikologis
sebesar 70,3%, yang ditunjukkan
oleh
koefisien
determinan
(R2)
=0,703. Sehingga masih terdapat
29,7%
variabel
lain
kesejahteraan
Headey, B. & Wooden, M. (2004).
The Effects of Wealth and
Income on Subjective Well-
yang
9
Being
and
III-Being.
Economic Record, 80,1,24-33.
Huppert,F.A.,
Baylis,
N.,
&
Keverne, B. (2005). The
Science of Well Being. New
York : Oxford University
Press.
Ingersoll-Dayton, B., Chanpen, S.,
Kespichayawattana, J., &
Aungsuroch,
Y.
(20004).
Measuring
Psychological
Well-Being: Insights From
Thai Elders. Journal of The
Gerontologist Vol.44 No. 5:
596-604.
Kartinah & Sudaryanto, A. (2008).
Masalah Psikososial pada
Lanjut Usia. Berita Ilmu
Keperawatan Vol. 1 No.1 : 9396
Ryff, C.D. (1989). Happines Is
Everything
or
Is
It?
Explorations on the Meaning
of Psychological Well Being.
Journal of Personality and
Social Psychology Vol. 57 No.
6 :1069-1081
Suarakawan.
(2012).
http://suarakawan.com/26/11/2
012/diduga-depresi-lansia-95tahun-bunuh-diri/
diunduh
pada tanggal 8 Mei 2013.
Sururin ( 2004). Ilmu Jiwa Agama.
Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Thouless, R.H. (1992). Pengantar
Psikologi Agama. Jakarta :
Rajawali Pers
10
PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
Lintang Seira Putri
F 100 090 176
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
i
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh :
LINTANG SEIRA PUTRI
F 100 090 176
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ii
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM
Lintang Seira Putri
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas
dengan kesejahteraan psikologis pada lansia muslim, mengetahui kategori
religiusitas yang dimiliki lansia muslim, mengetahui tingkat kesejahteraan
psikologis lansia muslim, dan mengetahui sumbangan efektif religiusitas terhadap
kesejahteraan psikologis lansia muslim di Kelurahan Sanggrahan. Hipotesis yang
diajukan adalah terdapat hubungan positif antara religiusitas dengan kesejahteraan
psikologis pada lansia muslim. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di
Kelurahan Sanggrahan berusia mulai 60 tahun yang berjumlah 685 orang.
Menggunakan teknik cluster purposive non random sampling didapatkan subjek
berjumlah 72 lansia. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan skala
kesejahteraan psikologis dan skala religiusitas, kemudian dianalisis dengan aplikasi
program product moment pada SPSS 17. Hasil penelitian menunjukan ada
hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kesejahteraan
psikologis pada lansia dengan nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,838; p=0,000;
(p RH sebesar 40 dan tingkat kesejahteraan psikologis lansia muslim
tergolong tinggi dengan RE sebesar 53,44 > RH sebesar 40. Sumbangan efektif
variabel religiusitas terhadap kesejahteraan psikologis sebesar 70,3% sehingga
masih terdapat 29,7% variabel lain yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis
lansia muslim.
Kata Kunci: Religiusitas, Kesejahteraan Psikologis, Lansia
1
pemenuhan kriteria fungsi psikologi
PENDAHULUAN
Perasaan tenang dan tentram
merupakan
keinginan
yang
positif. Kebahagiaan dan kepuasan
ada
hidup
yang dirasakan
seseorang
dalam diri setiap orang. Perasaan
menjadi sebuah unsur yang penting
sejahtera secara psikologis menjadi
dalam
salah satu hal yang memberikan
kesejahteraan psikologis seseorang.
dampak perasaan bahagia dan puas
menjalani
hidup
seberapa
tinggi
Tahap perkembangan masa
diri
usia lanjut atau lansia merupakan
seseorang. Kesejahteraan atau well
masa ketika seseorang tidak lagi
being terdiri dari kepuasan hidup dan
memiliki kemampuan seperti ketika
juga perasaaan yang positif seperti
masih muda. Kartinah & Sudaryanto
rasa senang, gembira dan puas
(2008) mengungkapkan bahwa selain
(Headey
2004).
fisik dan juga psokomotorik (konasi),
memiliki
lansia juga mengalami perubahan
kualitas hidup yang baik idealnya
aspek psikososial misalnya dengan
juga
kesejahteraan
munculnya situasi seperti kematian
psikologis yang baik pula dalam
pada pasangan, pengalaman masa
dirinya.
lalu, kesehatan lansia, atau masalah
dan
Seseorang
Wooden,
yang
ingin
memiliki
Menurut
kesejahteraan
psychological
dalam
melihat
Ryff
(1989)
psikologis
well
being
atau
keuangan
adalah
yang
akan
berkaitan
dengan kepribadian, emosi maupun
sebuah istilah yang dapat digunakan
kesejahteraan seorang lansia. Ryff
untuk
kesehatan
(Ingersoll, 2004) mengungkapkan
psikologis individu sesuai dengan
bahwa salah satu indikator penting
menggambarkan
2
dari
keberhasilan
satunya
penuaan
adalah
psikologis
yaitu
kemampuan
salah
ketidakbahagiaan. Masalah-masalah
kesejahteraan
kekuatan
seseorang
dan
memasuki
mengenai
kesepian,
dukungan
sosial
menjadi
kesehatan,
dan
komponen
keluarga
yang
dapat
masa tua. Hal tersebut mengarah
mempengaruhi
pada pemahaman seseorang untuk
psikologis.
menghadapi perubahan yang terjadi
menggambarkan
karena penuaan.
hidupnya bermakna adalah orang-
Beberapa
lansia
secara
Bastaman
(2007)
lansia
yang
fenomena
orang yang menerima serta memiliki
mengenai keadaan psikologis lansia
sikap positif dan tenang dalam
sering
menjalani masa tua.
kita
temui,
diantaranya
terdapat kasus bunuh diri di Kediri
Seseorang
yang
memiliki
pada lansia berusia 95 tahun, akan
kesejahteraan psikologis yang tinggi
tetapi motif bunuh diri pada kasus ini
akan lebih merasakan kepuasan dan
dilatar
yang
kebahagiaan secara psikologis dalam
depresi
hidupnya. Amawidyati dan Utami
diidapnya
(2007) mengungkapkan bahwa sikap
bertahun-tahun tidak segera sembuh
positif seperti ketabahan, adanya
(Suarakawan, 2012) . Lansia yang
penerimaan, serta hubungan yang
merasakan
gagal
positif dengan orang lain yang
dalam menggapai sebuah harapan
menyebabkan terbentuknya kondisi
mereka akan merasa putus asa
psikologis
sehingga muncul kekecewaan dan
(Hadjam
belakangi
bersangkutan
akibat
karena
mengalami
penyakit
bahwa
yang
dirinya
3
yang
&
positif.
Argyle
Nasirudin,
2003)
menemukan
bahwa
religiusitas
membantu
individu
mempertahankan
ketenangan hidup dalam menjalani
dalam
masa tua.
kesehatan
Adapun tujuan dari penelitian
psikologis individu di saat-saat sulit.
ini adalah a) mengetahui hubungan
Memasuki
banyak
masa
diantara
lansia,
lansia
antara
lebih
religiusitas
dengan
kesejahteraan psikologis pada lansia
meningkatkan kegiatan religiusitas
muslim, b) mengetahui
untuk mengisi waktu. Ancok &
religiusitas
Suroso
(2001)
muslim,
bahwa
religiusitas
mengungkapkan
bukan
hanya
terjadi ketika seseorang melakukan
didorong
oleh
mengetahui
tingkat
kesejahteraan
psikologis
yang
METODE PENELITIAN
kekuatan
Penelitian ini menggunakan
pendekatan
dilihat dengan mata tapi juga apa
yang terjadi dalam hati masingmasing individu. Terlebih pada lanjut
variabel
tergantung
menggunakan
religiusitas
dan
kesejahteraan
try
out
Peneliti
terpisah
dengan cara melakukan pemilihan
serta untuk mendekatkan diri pada
agar
bebas
non random sampling.
mengisi sisa waktu luang mereka
SWT
variabel
dengan
digunakan adalah cluster purposive
kegiatan
keagamaan menjadi pilihan untuk
Allah
kuantitatif
psikologis. Teknik sampling yang
usia yang sudah tidak memiliki
aktivitas,
lansia
c)
spiritual, tidak hanya yang dapat
banyak
dimiliki
dimiliki lansia muslim.
ibadah akan tetapi juga aktivitas lain
yang
yang
kategori
acak 2 RW digunakan sebagai data
mendapatkan
uji coba dan 2 RW yang berbeda
4
koefisien korelasi product moment
sebagai data penelitian.
Subjek uji coba didapatkan
pada program SPSS 17.0 untuk
sejumlah 47 orang. Subjek penelitian
mengetahui korelasi antar variabel,
ini
Kelurahan
yaitu
72
kesejahteraan psikologis.
adalah
Sanggrahan
lansia
di
sejumlah
orang
variabel
religiusitas
dan
dengan usia minimal 60 tahun dan
pendidikan terakhir SD.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat pengumpul data yang
Berdasarkan
hasil
analisis
digunakan adalah skala religiusitas
data dengan menggunakan teknik
yang terdiri dari 16 aitem dan skala
analisis
kesejahteraan psikologis yang terdiri
Pearson diperoleh nilai koefisien
dari 16 aitem. Skala religiusitas
korelasi (rxy) sebesar 0,838 serta
disusun berdasarkan dimensi Hawari
signifikansi (p) =0,000; (p < 0,01).
(2002) yaitu rukun iman, rukun
Hal ini menunjukan ada hubungan
Islam, dan pengamalan. Sedangkan
positif yang sangat signifikan antara
skala
religiusitas
kesejahteraan
psikologis
product
moment
dengan
dari
kesejahteraan
disusun berdasarkan dimensi Ryff
psikologis pada lansia muslim di
(1989)
Kelurahan
yaitu
penerimaan
diri,
Sanggrahan.
Semakin
hubungan positif dengan orang lain,
tinggi religiusitas lansia muslim
otonomi,
maka semakin tinggi kesejahteraan
penguasaan
lingkungan,
tujuan hidup, dan pertumbuhan diri.
Penelitian
ini
psikologis
dianalisis
muslim.
menggunakan menggunakan teknik
5
yang
dimiliki
lansia
Selain itu religiusitas juga
Penelitian ini dilakukan di
dapat dijadikan sebagai prediktor
Jawa Tengah khususnya Kelurahan
kesejahteraan psikologis terutama
Sanggrahan
pada
kegiatan religiusitas sangat banyak
seorang
lansia.
Hal
ini
yang
menyebabkan
dikarenakan religiusitas merupakan
ditemui
salah
dapat
penduduknya yang beragama islam,
kesejahteraan
Kegiatan religiusitas umat muslim di
satu
faktor
yang
mempengaruhi
psikologis
(2012)
seseorang,
dan
mayoritas
Aflekseir
masyarakat sangat mudah kita temui
bahwa
diantaranya adalah sholat berjamaah
keyakinan
dan pengajian atau taklim. Melalui
mengungkapkan
spiritualitas
karena
keagamaan merupakan salah satu
kegiatan
komponen
penting
terlihat justru yang aktif mengikuti
membangun
kehidupan
bermakna
dalam
sisi
dalam
yang
kegiatan-kegiatan
psikologis
sering
tersebut
anak-anak muda. Padahal
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan
sekali
adalah
para lansia dibandingkan dengan
seseorang.
tersebut
tersebut
untuk
menuju masjid mereka sudah tidak
hipotesis
semudah seperti ketika masih muda
peneliti bahwa ada hubungan positif
apalagi jika tempat pengajian atau
antara
masjid berjarak cukup jauh.
religiusitas
dengan
kesejahteraan psikologis pada lansia
Hasil penelitian dari identitas
muslim terbukti, sehingga hipotesis
subjek 72 orang yang aktif mengikuti
yang diajukan dalam penelitian ini
pengajian di masjid adalah sebanyak
diterima.
81,9 % atau 59 orang dan yang tidak
6
mengikuti
kegiatan
di
masjid
meningkat
serta
kehidupan
sebanyak 18,1 % atau 13 orang saja.
religiusitas yang mulai mencapai
Lansia
mengikuti
tingkat kemantapan.
memiliki
Hasil
muslim
pengajian
yang
rutin
analisis
menunjukan
kesejahteraan psikologis yang lebih
bahwa sumbangan efektif variabel
tinggi yang ditunjukan dengan nilai
religiusitas
mean 54,80 dibandingkan dengan
kesejahteraan psikologis menunjukan
lansia
nilai
yang
tidak
mengikuti
terhadap
variabel
sebesar 70,3 %. Hal
ini
pengajian yang hanya memiliki nilai
menunjukan masih terdapat 29,7 %
mean 47,31. Sedangkan dilihat dari
variabel lain yang tidak diungkap
tingkat pendidikan terakhir subjek
dalam penelitian ini turut berperan
lansia
dalam
yang
memiliki
tingkat
mempengaruhi
variabel
pendidikan terakhir S2 dan SMA
kesejahteraan psikologis pada lansia
memiliki kesejahteraan psikologis
muslim.
yang tinggi dibandingkan lansia
Fisher
(Huppert,
2005)
dengan tingkat pendidilkan lainya,
mengungkapkan
ditunjukan dengan nilai mean yang
lanjut usia yang merasakan kepuasan
sama yaitu 56,00. Sururin (2004)
hidup berhasil dipengaruhi oleh masa
mengungkapkan
lansia
lalu
tahun
kepuasan hidup tersebut mewakili
adanya
kebutuhan, hubungan dengan orang
menerima
lain serta rasa senang menjalani
berusia
bahwa
60-100
memperlihatkan
kecenderungan
untuk
pendapat keagamaan yang semakin
hidup.
7
dan
bahwa
kondisinya
seorang
saat
ini,
Berdasarkan
diketahui
hasil
variabel
analisis
penting, agar seseorang pada tahap
kesejahteraan
perkembangan
akhirnya
dapat
psikologis memiliki rerata empirik
menjalani hidup dengan bahagia dan
(RE)
optimis.
sebesar 53,44 dan rerata
hipotetik 40 yang berarti bahwa
Religiusitas yang tinggi juga
terdapat 45,8 % atau 33 orang yang
dipengaruhi oleh
lansia yang merasa sejahtera secara
Faktor-faktor yang mempengaruhi
psikologis.
terbentuknya
Hasil
analisis
untuk
banyak
religiusitas
faktor.
terbagi
variabel religiusitas memiliki rerata
menjadi faktor internal dan faktor
empirik (RE)
eksternal. Faktor internal meliputi
sebesar 51,75 dan
rerata hipotetik 40 yang berarti
pengalaman,
bahwa terdapat 62,5 % atau 45 orang
kebutuhan,
lansia yang memiliki religiusitas
eksternal
yang tinggi.
(Thouless, 1992).
Lansia
yang
bermakna
adalah
menerima
serta
intelektual,
sedangkan
meliputi
dan
faktor
faktor
sosial
hidupnya
lansia
yang
memiliki
sikap
Berdasarkan hasil penelitian
positif dan tenang dalam menjalani
dan pembahasan, maka dapat diambil
masa tua (Bastaman, 2007). Banyak
kesimpulan bahwa :
faktor yang dapat mempengaruhi
1.
kesejahteraan
sangat signifikan antara religiusitas
lansia.
psikologis
Kesejahteraan
khususnya
bagi
lansia
KESIMPULAN
seorang
Ada
dengan
psikologis
pada
menjadi
8
hubungan
positif
kesejahteraan
lansia
muslim.
yang
psikologis
Hal
ini
ditunjukkan dengan nilai koefisien
mempengaruhi
korelasi (rxy) sebesar 0,838 serta
psikologis pada lansia muslim.
signifikansi (p) =0,000; (p < 0,01).
2.
Tingkat
religiusitas
DAFTAR PUSTAKA
lansia
Aflakseir, A.A. (2012). Religiosity,
Personal
Meaning,
and
Psychological Well Being A
Study among Muslim Student
in England. Pakistan Journal
of
Social
an
Clinicl
Psychology Vol. 9 No. 2 : 2731
muslim di Kelurahan Sanggrahan
termasuk dalam kategori tinggi. Hal
ini
ditunjukkan
dengan
rerata
empirik (RE) sebesar 51,75 lebih
besar dari rerata hipotetik (RH)
Amawidyati, S.A.G. & Utami, M.S.
(2007).
Religiusitas
dan
Psychological Well Being Pada
Korban
Gempa.
Jurnal
Psikologi Universitas Gajah
Mada Vol. 34 No. 2 : 164-176
sebesar 40.
3.
Tingkat kesejahteraan psikologis
pada lansia muslim di Kelurahan
Ancok, D. & Suroso, N.S. (1994).
Psikologi
Islami.
Jakarta
:Pustaka Pelajar.
Sanggrahan termasuk dalam kategori
tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi
Psikologi Untuk Menemukan
Makna Hidup dan Meraih
Hidup Bermakna. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
rerata empirik (RE) sebesar 53,44
lebih besar dari rerata hipotetik (RH)
sebesar 40.
4.
Sumbangan efektif religiusitas
terhadap
kesejahteraan
Hadjam, M.N.R & Nasiruddin, A.
(2003). Peranan Kesulitan
Ekonomi, Kepuasan Kerja dan
Religiusitas
Terhadap
Kesejahteraan
Psikologis.
Jurnal Psikologi Universitas
Gajah Mada No.2 : 72-80
psikologis
sebesar 70,3%, yang ditunjukkan
oleh
koefisien
determinan
(R2)
=0,703. Sehingga masih terdapat
29,7%
variabel
lain
kesejahteraan
Headey, B. & Wooden, M. (2004).
The Effects of Wealth and
Income on Subjective Well-
yang
9
Being
and
III-Being.
Economic Record, 80,1,24-33.
Huppert,F.A.,
Baylis,
N.,
&
Keverne, B. (2005). The
Science of Well Being. New
York : Oxford University
Press.
Ingersoll-Dayton, B., Chanpen, S.,
Kespichayawattana, J., &
Aungsuroch,
Y.
(20004).
Measuring
Psychological
Well-Being: Insights From
Thai Elders. Journal of The
Gerontologist Vol.44 No. 5:
596-604.
Kartinah & Sudaryanto, A. (2008).
Masalah Psikososial pada
Lanjut Usia. Berita Ilmu
Keperawatan Vol. 1 No.1 : 9396
Ryff, C.D. (1989). Happines Is
Everything
or
Is
It?
Explorations on the Meaning
of Psychological Well Being.
Journal of Personality and
Social Psychology Vol. 57 No.
6 :1069-1081
Suarakawan.
(2012).
http://suarakawan.com/26/11/2
012/diduga-depresi-lansia-95tahun-bunuh-diri/
diunduh
pada tanggal 8 Mei 2013.
Sururin ( 2004). Ilmu Jiwa Agama.
Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Thouless, R.H. (1992). Pengantar
Psikologi Agama. Jakarta :
Rajawali Pers
10