ANALISA PERHITUNGAN RUGI – RUGI DAYA DAN PROFIL TEGANGAN DI APJ SURAKARTA.

(1)

ANALISA PERHITUNGAN

RUGI

RUGI DAYA DAN PROFIL TEGANGAN

DI APJ SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan oleh:

WAHYU HENDRO UTOMO

D 400 040 059

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia listrik kini sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat yang tidak dapat ditawar lagi pemakaiannya. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi di Indonesia mendorong peningkatan konsumsi listrik dari waktu ke waktu. Namun, pertumbuhan konsumsi listrik tersebut sepertinya sulit sekali diimbangi oleh peningkatan kapasitas pasokan. Hal ini menjurus ke terjadinya krisis pasokan listrik, yang dalam jangka panjang akan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kekurangan daya memaksa PLN melakukan pemadaman bergilir. Pemadaman bergilir ini menyebabkan banyak kerugian bagi pelanggan, terlebih lagi jika jadwal giliran tidak jelas waktunya.

Persoalan kekurangan pasokan daya listrik merupakan salah satu persoalan yang sampai sekarang belum dapat sepenuhnya teratasi. Penambahan kapasitas pembangkit eksisting atau pembangunan pembangkit baru merupakan solusi yang paling baik, karena kekurangan pasokan daya tentu paling tepat diatasi dengan menambah pasokan daya. Persoalannya kemudian adalah selain membutuhkan waktu lama, solusi tersebut juga membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Melihat kondisi ekonomi yang sedang kurang baik dewasa ini, solusi tersebut sepertinya sulit untuk ditempuh.


(3)

2

Pada dasarnya persoalan kekurangan daya terjadi diakibatkan oleh kurangnya sumber pasokan daya dan kualitas pembangkit yang bekerja tidak optimal. Seperti yang terjadi di beberapa pembangkit di wilayah Sumatra saat ini mengalami kerusakan, seperti terjadinya kerusakan pembangkit listrik terjadi di PLTA Singkarak unit 3, PLTU Ombilin unit 1, PLTG Pauh Limo dan PLTGU Indralaya yang mengakibatkan beberapa tersebut tidak bekerja maksimal (Media Indonesia, 05/12/2008). Selain disebabkan oleh kerusakan teknis berkurangnya pasokan daya disebabkan juga oleh sistem pemeliharaan pembangkit tersebut, seperti yang terjadi di PLTA Bakaru yang melakukan overhaul sehingga menyebabkan pasokan listrik di wilayah Sulawesi Selatan dan Barat menjadi berkurang 80 Mw (Antara News, 12/02/2009). Masalah kekurangan pasokan daya ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika pemerintah dapat menambah sumber pasokan daya dan dapat membenahi sistem kelistrikan, sehingga konsumen yang sudah membayar rekening listrik tidak merasa dirugikan.

Terdapat dua persoalan lain yang memperparah persoalan kekurangan pasokan daya tersebut, yaitu persoalan susut daya listrik dan persoalan pencurian daya listrik. Kedua masalah tersebut mengakibatkan pasokan daya yang memang kurang memadai menjadi semakin jauh dari cukup sekalipun untuk konsumen yang telah tersambung aliran daya. Persoalan susut daya terutama diakibatkan oleh rugi-rugi daya di jaringan karena tingginya impedansi jaringan, karakteristik induktif jaringan listrik serta beban induktif yang tersambung pada jaringan. Sementara pencurian daya listrik merupakan


(4)

persoalan yang dapat secara mudah dipahami sebagai praktek penggunaan daya listrik secara ilegal yang mengakibatkan berkurangnya alokasi pasokan daya listrik baik kepada konsumen yang telah tersambung maupun kepada calon konsumen baru.

Jika persoalan kekurangan pasokan daya karena keterbatasan kapasitas pembangkit dan sumber daya untuk pembangkitan mengakibatkan persoalan teknis tidak terpenuhinya kebutuhan daya listrik, maka persoalan susut daya dan pencurian daya merupakan persoalan yang selain mengakibatkan pengurangan pasokan daya juga mengakibatkan kerugian finansial karena hilangnya daya di jaringan dan hilangnya daya yang digunakan secara ilegal. Daya yang hilang akibat susut di jaringan maupun pencurian merupakan daya yang telah dibangkitkan namun tidak terjual. Artinya pihak penyedia daya listrik, dalam hal ini PLN, menderita kerugian akibat membangkitkan daya dengan biaya yang cukup besar tetapi tidak mendapatkan keuntungan finansial dari hasil penjualan daya tersebut.

Data real di lapangan menunjukkan penyusutan daya di Indonesia sudah parah Seperti yang terjadi di beberapa daerah di palembang, Jambi, Riau dan Wilayah Sumatra Bagian Tengah (Sumbagteng) mengalami defisit daya listrik hingga 296 Megawatt (Media Indonesia, 05/12/2008). Hal yang sama juga terjadi di pembangkit PLTA Mrica yang mengalami penyusutan daya karena musim kemarau, biasanya bisa memasok 306 Mw per-hari mengalami defisit . Belum lagi kekurangan pasokan listrik yang terjadi di sistem Jawa- Bali yang


(5)

4

menyerap hampir 80 % dari keseluruhan produksi listrik nasional saat ini mengalami defisit 1.004 Mw (Media Indonesia, 21/2/2008).

Melihat kenyataan yang ada, penyusutan daya listrik di negara kita sudah memprihatinkan. Kehilangan daya dalam jumlah besar ini pada gilirannya mengakibatkan kerugian finansial yang cukup signifikan. Nilai susut daya di jaringan yang nilainya lebih dari 10 % mengakibatkan kerugian finansial yang tidak sedikit, karena susut daya sebesar satu persen di sistem kelistrikan PLN setara kurang lebih dengan kerugian finansial sebesar satu triliun rupiah pertahun (Subiyanto 12 Maret 2008).

Pada sisi lain, nilai daya yang hilang di sistem kelistrikan PLN akibat pencurian daya nilainya juga cukup besar, yaitu sekitar 11.44 persen dari total produksi daya yang dihasilkan PLN secara nasional. Kehilangan daya ini mengakibatkan kerugian finansial yang nilainya bahkan lebih besar dari margin keuntungan PLN (Kompas 27/02/2006).

Pencurian daya listrik dapat dilihat dari perspektif hukum dan dapat diselesaikan secara yuridis. Tetapi persoalan susut daya di jaringan merupakan persoalan teknis yang harus diatasi dengan cara-cara teknis pula. Secara umum susut daya di jaringan disebabkan oleh karakteristik induktif saluran, impedansi saluran yang tinggi serta beban induktif yang yang tersambung ke jaringan. Selain mengakibatkan susut daya jaringan, karakteristik jaringan dan beban tersebut juga mempengaruhi kualitas tegangan. Daerah yang menjadi lokasi pencurian listrik paling parah biasanya merupakan daerah perbatasan


(6)

yang bercorak suburban, semisal Bogor, Tasikmalaya, dan Depok (Harian Pikiran rakyat, 26/11/2008). Dengan demikian, diperlukan solusi yang dapat menyelesaikan secara simultan kedua persoalan tersebut, yaitu mengurangi susut daya jaringan dan memperbaiki profil tegangan. Agar ke depannya tercipta masa depan yang lebih baik.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana besar susut daya listrik yang terjadi pada gardu induk wilayah kerja APJ Surakarta pada tahun 2007.

2. Bagaimana kondisi profil tegangan yang terjadi pada jaringan kelistrikan di gardu induk APJ Surakarta bulan Oktober tahun 2007.

1.3. Batasan Masalah

1. Memperhitungkan berapa besar susut daya dan profil tegangan yang terjadi pada gardu induk wilayah kerja APJ Surakarta.

2. Melakukan perbandingan antara total kapasitas pembangkit dengan beban listrik yang terpasang di Surakarta.

1.4. Tujuan

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah :

1. Mengetahui berapa besar susut daya listrik dengan membandingkan daya listrik yang disalurkan dengan daya yang dipakai oleh konsumen seluruh wilayah pada gardu induk wilayah kerja APJ Surakarta pada tahun 2007.


(7)

6

2. Melakukan perhitungan tentang besar nilai profil tegangan pada setiap gardu induk APJ Surakarta bulan Oktober tahun 2007 apakah masih dalam batas toleransi atau tidak.

1.5. Manfaat

Manfaat yang diharapkan pada penulisan Tugas Akhir ini antara lain :

1. Peneliti dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya susut daya dan profil tegangan dan cara menanggulanginya.

2. Dengan penelitian ini dapat memecahkan permasalahan yang sering terjadi di masyarakat yaitu tentang susut daya yang banyak terjadi di kota-kota di Jawa Bali

3. Kontribusi kepada masyarakat luas menghadapi krisis energi global (Dalam hal defisit daya).

1.6. Metode Penelitian

Dalam penulisan laporan penelitian ini penulis menggunakan metodologi penulisan sebagai berikut :

a. Studi literature

Studi literature adalah kajian penulis atas referensi-referensi yang ada baik berupa buku maupun karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan penulisan laporan ini.


(8)

b. Observasi dan Pengumpulan Data

Ini berupa observasi lapangan serta pengumpulan data untuk diolah dalam penelitian ini. Pada penelitian ini data yang dibutuhkan data tentang penyusutan daya dan profil tegangan yang terjadi di masyarakat. c. Analisa data dan Perancangan, yaitu pengolahan data dan analisa data

yang kemudian digunakan.

Penelusuran data dan pemberitaan tentang defisit energi listrik dan susut daya listrik akan dilakukan dengan cara pelacakan berita di media cetak (surat kabar, majalah, jurnal) dan media elektronik (internet, televisi, radio). Pada sisi lain penelusuran data pembangkit dan kapasitas pembangkitan yang terkait juga akan dilakukan dengan cara meminta data ke PLN. Berdasarkan studi pustaka pada referensi kelistrikan akan dapat dianalisis indikasi dan kuantisasi susut daya. Secara kasar, analisis dilakukan dengan membandingkan total kapasitas pembangkit dengan beban yang harus dipikul.

1.7. Sistematika

Tugas Akhir ini terdiri dari lima bab yang disusun dalam sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Dalam hal ini latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, manfaat dan tujuan penelitian serta sistematika penulisan. Bab ini dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh mengenai masalah yang dihadapi.


(9)

8

Bab II Tinjauan Pustaka

Membahas Telaah Penelitian dan Dasar Teori yang berhubungan dengan Susut Daya dan Profil Tegangan yang tejadi pada gardu Induk wilayah kerja APJ Surakarta.melalui Media Cetak serta Media Elektronik.

Bab III Metodologi Penelitian

Berisi waktu dan tempat penelitian serta prosedur percobaan.

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Memuat analisis dan pembahasan penelitian dari hasil pengamatan lalu melakukan perhitungan manual.

Bab V Penutup

Bab ini membahas kesimpulan dan saran untuk menyempurnakan hasil penelitian serta pengujiannya.


(1)

persoalan yang dapat secara mudah dipahami sebagai praktek penggunaan daya listrik secara ilegal yang mengakibatkan berkurangnya alokasi pasokan daya listrik baik kepada konsumen yang telah tersambung maupun kepada calon konsumen baru.

Jika persoalan kekurangan pasokan daya karena keterbatasan kapasitas pembangkit dan sumber daya untuk pembangkitan mengakibatkan persoalan teknis tidak terpenuhinya kebutuhan daya listrik, maka persoalan susut daya dan pencurian daya merupakan persoalan yang selain mengakibatkan pengurangan pasokan daya juga mengakibatkan kerugian finansial karena hilangnya daya di jaringan dan hilangnya daya yang digunakan secara ilegal. Daya yang hilang akibat susut di jaringan maupun pencurian merupakan daya yang telah dibangkitkan namun tidak terjual. Artinya pihak penyedia daya listrik, dalam hal ini PLN, menderita kerugian akibat membangkitkan daya dengan biaya yang cukup besar tetapi tidak mendapatkan keuntungan finansial dari hasil penjualan daya tersebut.

Data real di lapangan menunjukkan penyusutan daya di Indonesia sudah parah Seperti yang terjadi di beberapa daerah di palembang, Jambi, Riau dan Wilayah Sumatra Bagian Tengah (Sumbagteng) mengalami defisit daya listrik hingga 296 Megawatt (Media Indonesia, 05/12/2008). Hal yang sama juga terjadi di pembangkit PLTA Mrica yang mengalami penyusutan daya karena musim kemarau, biasanya bisa memasok 306 Mw per-hari mengalami defisit . Belum lagi kekurangan pasokan listrik yang terjadi di sistem Jawa- Bali yang


(2)

menyerap hampir 80 % dari keseluruhan produksi listrik nasional saat ini mengalami defisit 1.004 Mw (Media Indonesia, 21/2/2008).

Melihat kenyataan yang ada, penyusutan daya listrik di negara kita sudah memprihatinkan. Kehilangan daya dalam jumlah besar ini pada gilirannya mengakibatkan kerugian finansial yang cukup signifikan. Nilai susut daya di jaringan yang nilainya lebih dari 10 % mengakibatkan kerugian finansial yang tidak sedikit, karena susut daya sebesar satu persen di sistem kelistrikan PLN setara kurang lebih dengan kerugian finansial sebesar satu triliun rupiah pertahun (Subiyanto 12 Maret 2008).

Pada sisi lain, nilai daya yang hilang di sistem kelistrikan PLN akibat pencurian daya nilainya juga cukup besar, yaitu sekitar 11.44 persen dari total produksi daya yang dihasilkan PLN secara nasional. Kehilangan daya ini mengakibatkan kerugian finansial yang nilainya bahkan lebih besar dari margin keuntungan PLN (Kompas 27/02/2006).

Pencurian daya listrik dapat dilihat dari perspektif hukum dan dapat diselesaikan secara yuridis. Tetapi persoalan susut daya di jaringan merupakan persoalan teknis yang harus diatasi dengan cara-cara teknis pula. Secara umum susut daya di jaringan disebabkan oleh karakteristik induktif saluran, impedansi saluran yang tinggi serta beban induktif yang yang tersambung ke jaringan. Selain mengakibatkan susut daya jaringan, karakteristik jaringan dan beban tersebut juga mempengaruhi kualitas tegangan. Daerah yang menjadi lokasi pencurian listrik paling parah biasanya merupakan daerah perbatasan


(3)

yang bercorak suburban, semisal Bogor, Tasikmalaya, dan Depok (Harian Pikiran rakyat, 26/11/2008). Dengan demikian, diperlukan solusi yang dapat menyelesaikan secara simultan kedua persoalan tersebut, yaitu mengurangi susut daya jaringan dan memperbaiki profil tegangan. Agar ke depannya tercipta masa depan yang lebih baik.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana besar susut daya listrik yang terjadi pada gardu induk wilayah kerja APJ Surakarta pada tahun 2007.

2. Bagaimana kondisi profil tegangan yang terjadi pada jaringan kelistrikan di gardu induk APJ Surakarta bulan Oktober tahun 2007.

1.3. Batasan Masalah

1. Memperhitungkan berapa besar susut daya dan profil tegangan yang terjadi pada gardu induk wilayah kerja APJ Surakarta.

2. Melakukan perbandingan antara total kapasitas pembangkit dengan beban listrik yang terpasang di Surakarta.

1.4. Tujuan

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah :

1. Mengetahui berapa besar susut daya listrik dengan membandingkan daya listrik yang disalurkan dengan daya yang dipakai oleh konsumen seluruh wilayah pada gardu induk wilayah kerja APJ Surakarta pada tahun 2007.


(4)

2. Melakukan perhitungan tentang besar nilai profil tegangan pada setiap gardu induk APJ Surakarta bulan Oktober tahun 2007 apakah masih dalam batas toleransi atau tidak.

1.5. Manfaat

Manfaat yang diharapkan pada penulisan Tugas Akhir ini antara lain :

1. Peneliti dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya susut daya dan profil tegangan dan cara menanggulanginya.

2. Dengan penelitian ini dapat memecahkan permasalahan yang sering terjadi di masyarakat yaitu tentang susut daya yang banyak terjadi di kota-kota di Jawa Bali

3. Kontribusi kepada masyarakat luas menghadapi krisis energi global (Dalam hal defisit daya).

1.6. Metode Penelitian

Dalam penulisan laporan penelitian ini penulis menggunakan metodologi penulisan sebagai berikut :

a. Studi literature

Studi literature adalah kajian penulis atas referensi-referensi yang ada baik berupa buku maupun karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan penulisan laporan ini.


(5)

b. Observasi dan Pengumpulan Data

Ini berupa observasi lapangan serta pengumpulan data untuk diolah dalam penelitian ini. Pada penelitian ini data yang dibutuhkan data tentang penyusutan daya dan profil tegangan yang terjadi di masyarakat. c. Analisa data dan Perancangan, yaitu pengolahan data dan analisa data

yang kemudian digunakan.

Penelusuran data dan pemberitaan tentang defisit energi listrik dan susut daya listrik akan dilakukan dengan cara pelacakan berita di media cetak (surat kabar, majalah, jurnal) dan media elektronik (internet, televisi, radio). Pada sisi lain penelusuran data pembangkit dan kapasitas pembangkitan yang terkait juga akan dilakukan dengan cara meminta data ke PLN. Berdasarkan studi pustaka pada referensi kelistrikan akan dapat dianalisis indikasi dan kuantisasi susut daya. Secara kasar, analisis dilakukan dengan membandingkan total kapasitas pembangkit dengan beban yang harus dipikul.

1.7. Sistematika

Tugas Akhir ini terdiri dari lima bab yang disusun dalam sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Dalam hal ini latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, manfaat dan tujuan penelitian serta sistematika penulisan. Bab ini dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh mengenai masalah yang dihadapi.


(6)

Bab II Tinjauan Pustaka

Membahas Telaah Penelitian dan Dasar Teori yang berhubungan dengan Susut Daya dan Profil Tegangan yang tejadi pada gardu Induk wilayah kerja APJ Surakarta.melalui Media Cetak serta Media Elektronik.

Bab III Metodologi Penelitian

Berisi waktu dan tempat penelitian serta prosedur percobaan. Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Memuat analisis dan pembahasan penelitian dari hasil pengamatan lalu melakukan perhitungan manual.

Bab V Penutup

Bab ini membahas kesimpulan dan saran untuk menyempurnakan hasil penelitian serta pengujiannya.