Perlindungan Kemasan Produk/"Trade Dress" Berdasarkan Hak Merek Dikaitkan dengan TRIPS Agreement dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

PERLINDUNGAN KEMASAN PRODUK/”TRADE DRESS”
BERDASARKAN HAK MEREK DIKAITKAN DENGAN TRIPS
AGREEMENT DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG MEREK
ABSTRAK
Nina Natasya
110110090404
Persaingan dalam bidang perdagangan barang dan jasa
berkembang dengan sangat cepat, yang ditandai dengan banyaknya
variasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen terhadap
konsumen. Seiring dengan hal tersebut, merek dagang semakin
memegang peranan penting untuk membedakan sumber, kualitas, dan
reputasi suatu barang atau jasa dengan barang atau jasa lainnya agar
dapat dikenal secara luas oleh para konsumen, yang dapat dicapai salah
satunya yaitu melalui kemasan produk atau trade dress. Dewasa ini,
seringkali peniruan merek oleh merek lainnya dilakukan melalui kemasan
produk yang menimbulkan permasalahan baru dalam perlindungan merek
di internasional maupun nasional. Permasalahan yang diangkat dalam
skripsi ini adalah mengenai sejauh manakah pengaturan mengenai merek
dalam TRIPS Agreement maupun Undang-Undang No. 15 Tahun 2001
tentang Merek mencakup perlindungan terhadap kemasan produk.

Untuk membahas permasalahan dalam skripsi ini penulis
melakukan pendekatan secara yuridis normatif.  Metode penelitian dengan
tahap pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder yaitu berupa perundang-undangan yang terkait
dengan Merek yang bersifat nasional dan internasional.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa Indonesia
harus memperbaharui perlindungan terhadap merek di dalam UndangUndang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek dikarenakan: pertama, TRIPS
Agreement telah mengatur perlindungan terhadap kemasan produk atau
trade dress sebagai salah satu aspek merek yang memiliki dasar hukum,
namun tidak halnya dengan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang
Merek yang belum mengaturnya. Kedua, batasan mengenai perlindungan
terhadap peniruan kemasan produk harus didasarkan kepada pengaturan
masing-masing Negara. Dalam hal ini, perundang-undangan merek di
Indonesia belum dapat menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
penyelesaian sengketa peniruan kemasan produk sebagai bagian dari
persaingan curang.

iv 
 


TRADE DRESS PROTECTION BASED ON TRADEMARKS RIGHTS IN
ACCORDANCE WITH THE TRIPS AGREEMENT AND LAW NO. 15 OF
2001 ON TRADEMARKS

ABSTRACT
Nina Natasya
110110090404
Competition in the field of goods and services trade has rapidly
grown, as marked by the large number of goods and services’ variation
offered by the manufacturers to the consumers. As such, trademark plays
a key role to distinguish the source, quality and reputation of the goods or
services with other goods or services in order to be widely known by the
consumers, which can be achieved through product’s packaging or trade
dress. Nowadays, a mark infringement which oftenly conducted by other
mark’s owner through the imitation of trade dress give rise to a new issue
on the trademarks protection, both international and national. Issues
raised in this study is the extent to which the regulations on the trademark
in the TRIPS Agreement as well as the Law No. 15 of 2001 on
Trademarks covers the protection on trade dress.

The research method used in this study is normative juridical
approach. As to the data collection method used in this study is a literature
study and the data used in this study are the primary legal materials and
secondary legal materials such as conventions or the principles of
international and national law which relates to trademark.
The result of the study showed that Indonesia must renew the
regulation on the trademarks protection in the Law No. 15 of 2001 on
Trademarks due to: First, the TRIPS Agreement already covers the legal
grounds on trade dress’ protection as one of the aspects of trademark, but
not the case with the Law No. 15 of 2001 on Trademarks. Second, the
restriction on the protection against trade dress imitation must be reviewed
based on each states’ regulation.  In this regard, the law of trademarks in
Indonesia is not able to resolve issues related to the dispute settlement on
trade dress imitation as a form of unfair competition.