REFORMASI SHINTO PADA MASA TOKUGAWA (1603-1868).

(1)

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

REFORMASI SHINTO PADA MASA TOKUGAWA (1603-1868)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

OLEH ARNI FEBRIANI

0800135

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Contoh Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

REFORMASI SHINTO PADA MASA

TOKUGAWA (1603-1868)

Oleh Arni Febriani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Arni Febriani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ARNI FEBRIANI

REFORMASI SHINTO PADA MASA TOKUGAWA (1603-1868)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Agus Mulyana, M.Hum NIP. 19660808 199103 1 002

Pembimbing II

Drs. Lely Yulifar, M. Pd NIP. 19641204199001 2 002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003


(4)

i

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Skripsi berjudul “Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)” berisi mengenai, latarbelakang munculnya reformasi Shinto, proses reformasi, dan dampak reformasi Shinto terhadap bidang ekonomi, sosial-budaya, pendidikan dan politik pada masa Tokugawa (1603-1868). Masalah utama tersebut kemudian dibagi menjadi tiga pertanyaan penelitian, yaitu (1) Bagaimanalatarabelakang munculnya reformasi Shintopada masa Tokugawa (1603-1868)?; (2) Bagaimana proses reformasi Shinto, pada masa Tokugawa (1603-1868)?; (3)Bagaimanadampak Reformasi Shinto, Budha dan Konfuisanisme di Jepang dalam bidang ekonomi, sosial-budaya, pendidikan dan politik pada masa Tokugawa (1603-1868)?Metode yang digunakan adalah metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sedangkan untuk pengumpulan data penulis melakukan teknik studi literatur yaitu mengkaji sumber-sumber yang relevan dengan kajian penulis. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan interdisipliner dengan mengambil pendekatan dari ilmu antropologi yaitu konsep kebudayaan, pendekatan ilmu sosiologi yaitu, peran, status dan pendekatan dari ilmu politik yaitu konsep kekuasaan dan pembagian yang dibahas dalam skripsi ini.Kedudukan agama Shinto, Budha dan Konfusianismemempunyai peranan dalam kehidupan masyarakat Jepang. Ajaran mengenai moral dan budi pekerti Budha berbaur dengan keselerasan hidup dengan alam yang diajarkan oleh Shinto dan kesederhanaan hidup Konfusius.

Pelajaran hidup yang berasal dari Shinto, Budha dan Konfusianisme bertransformasi menjadi nilai-nilai yang digunakan dalam bidang ekonomi, sosial-budaya, pendidikan dan politik. Pada zaman Tokugawa (1603-1868) ajaran Shinto, Budha dan konfusianisme ikut berperan penting dalam setiap kehidupan masyarakat Jepang. Kesederhanaan hidup dalam mencapai kemakmuran adalah ajaran Budha yang di terapkan dalam sistem ekonomi. Selain kemajuan ekonomi, Jepang sadar akan pentingnya pendidikan dalam mengejar ketertinggalan. Sekolah kuil (terakoya)yang dikhususkan untuk kelas petani. Dalam ajaran Shinto menyebutkan

bahwa “manusia harus selaras dengan alam, untuk bisa seimbang dengan alam manusia harus mempunyai akal pikiran dan manusia yang berbudi luhur”, dengan ini manusia harus dibekali ilmu pengetahuan untuk menciptakan manusia yang berbudi luhur. Agama Shinto sebagai ajaran leluhur Jepang yang sejak dulu selalu mengajarkan manusia untuk menjaga lingkungan. Masa Tokugawa mengalami kemajuan kebudayaan yang sangat pesat. Kesenian merangkai bunga sebagai penghormatan terhadap bunga di musim semi. Upacara minum teh sebagai kebiasaan para kaisar Jepang pada masa Tokugawa, juga merupakan ajaran yang di bawa dari salah satu sekte Budha yaitu Budha Zen. dalam sistem kekuasaan Jepang menggunakan ajaran Konfusius mengenai kesetiaan terhadap kaisar. Ajaran Shinto dan Budha ikut berperan dalam kehidupan masyarakat Jepang di bawah pemerintahan Tokugawa.


(5)

i

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Abstract

Thesis entitled " On The Tokugawa Shinto Reform (1603-1868) " contains about , background advent Shinto reform , the reform process , and the impact of reform Shinto on the economic, social - cultural , and political education in the Tokugawa period ( 1603-1868 ) . The main problem is then divided into three research questions , namely ( 1 ) the emergence of reform Shintopada Bagaimanalatarabelakang Tokugawa period ( 1603-1868 ) ? ; ( 2 ) How does the process of reform Shinto , the Tokugawa period ( 1603-1868 ) ? ; ( 3 ) Bagaimanadampak Reform Shinto , Buddhism and Konfuisanisme in Japan in the economic , socio - cultural , and political education in the Tokugawa period (1603-1868) ? method used is the historical method to perform four steps namely heuristic research , criticism , interpretation and historiography . As for the authors undertook data collection techniques including reviewing literature sources relevant to the study authors . The approach used is an interdisciplinary approach by taking the approach of the concept of cultural anthropology , sociology approach , namely , the role , status and approach of political science and the concept of power sharing are discussed in the thesis ini.Kedudukan Shintoism , Buddhism and Konfusianismemempunyai role in life Japanese society . Teachings of morals and manners of living Buddha keselerasan blend with nature taught by Confucius Shinto and simplicity of life .

Life lessons derived from Shinto , Buddhism and Confucianism transformed into the values used in the economic , socio - cultural , educational and political . In the Tokugawa era (1603-1868) the teachings of Shinto , Buddhism and Confucianism played a role important in every life of the Japanese people . Simplicity of life in achieving prosperity is Buddhism is applied in the economic system . In addition to economic progress , the Japanese are aware of the importance of education to keep pace. Temple School ( Terakoya ) is devoted to the peasant class . In the Shinto doctrine that " man must be in harmony with nature , to be balanced with human nature must have minds and virtuous man " , this man should be equipped with knowledge to create a virtuous man . Shinto religion as the teaching of Japanese ancestry who have always taught people to preserve the environment . Culture Tokugawa period progressed very rapidly . Art of flower arranging flowers in honor of spring . Tea ceremony as the custom of the emperor of Japan in the Tokugawa period , is also a doctrine which was brought from one of the Buddhist Zen Buddhist sects . in a Japanese power system using the teachings of Confucius on loyalty to the emperor . Shinto and Buddhist teachings played a role in the public life of Japan under the Tokugawa government .


(6)

vi

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iii

DAFTAR ISI ...vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Identifikasi dan perumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian...4

D. Metode Penelitian ...4

E. Manfaat Penelitian...6

F. Teknik Pengumpulan Data ...6

G. Struktur Organisasi Skripsi ...6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Reformasi ...9

2.2 Agama Shinto ...11

2.3 Pemerintahan Tokugawa ...14

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi dan Pengumpulan Data ...25

3.2 Persiapan Penelitian ...27

3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian ...27

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ...28

3.2.3 Proses Bimbingan ...29

3.3 PelaksanaanPenelitian ...30

3.3.1 Heuristik ...30

3.3.2 Kritik Sumber ...31

3.3.2.1KritikEksternal ...32


(7)

vii

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.3.3 Interpretasi ...35

3.3.4 Historiografi ...36

BAB IVPENGARUH REFORMASI SHINTO TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG PADA MASA TOKUGAWA (1603-1868) 4.1 Latarbelakang Munculnya Agama Shinto di Jepang...39

4.2 Proses Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868) ...45

4.3 Dampak Reformasi Shinto di Jepang Dalam Sistem Ekonomi, Sosial-budaya, Pendidikan dan Politik Pada Masa Tokugawa (1603-1868) ...61

4.3.1 Sistem Ekonomi ...61

4.3.2 Sistem Sosial-budaya ...63

4.3.3 Sistem Pendidikan ...67

4.3.4 Sistem Politik ...70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...84

DAFTAR PUSTAKA ...88 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP


(8)

1

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Jepang merupakan negara yang dijuluki negara matahari dan negara bunga sakura, karena di negara Jepang mayoritas masyarakatnya yang menyembah matahari sehingga disebut negara matahari, sedangkan julukan negara bunga sakura di berikan karena banyak bunga sakura yang tumbuh di Jepang.

Jepang adalah negara sekuler, yang tentu saja negara tidak ikut campur dalam masalah ini. Berbicara masalah kehidupan beragama yang dianut oleh masyarakat Jepang, memang sangat unik. Dalam setiap data pemerintah atau surat resmi lain tentang identitas penduduk, identitas agama tidak dicantumkan dan juga tidak pernah ditanyakan. Dalam lingkungan pendidikan , pelajaran agama dilarang untuk diajarkan di semua sekolah negeri milik pemerintah, agama hanya dibahas dalam konteks sejarah saja.

Sistem kepercayaan yang dianut oleh orang-orang Jepang yang selama ini diketahui oleh masyarakat di dunia adalah Shinto atau Budha. Sebenarnya bila kita meneliti lebih jauh lagi mengenai apa agama yang dianut oleh orang-orang Jepang adalah hampir semua menyebutkan tidak tahu agama apa yang mereka anut. Bila orang-orang luar banyak yang beranggapan bahwa orang Jepang beragama Shinto, sebenarnya Shinto bukanlah suatu agama melainkan suatu kebudayaan atau kebiasaan saja. Shinto tidak mengenal ajaran, kitab suci ataupun nabi. Namun uniknya memiliki kuil atau tempat sembahyang. Bukan hanya Shinto saja, melainkan semua agama bagi orang-orang Jepang hanyalah sekedar budaya atau tradisi (kebiasaan) saja . Pasca Restorasi Meiji (1868-1912) yang ditandai


(9)

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan dibukanya politik isolasi Jepang, Shinto memang bukan merupakan agama lagi, tetapi sudah menjadi suatu kebudayaan.

Davis (1992: 68) mengemukakan bahwa “... Bagi orang-orang Jepang, agama bukanlah hal penting, bagi mereka hal yang terpenting adalah mengenai prilaku dan sopan santun”. Bagi orang Jepang agama adalah suatu kebebasan. Mereka tidak mau terikat oleh sutu faham agama tertentu. Jadi tidak aneh apabila masyarakat Jepang menjalankan berbagai ritual agama campur aduk tanpa ada yang mempermasalahkannya.

Kehidupan religi pada masa Tokugawa (1603-1868) dimana ajaran Budha sudah ditetapkan menjadi agama resmi negara, tetapi ajaran Shinto sebagai agama asli Jepang masih tetap dipertahankan dan tetap dilaksanakan dalam acara-acara tertentu, juga terdapat pembaharuan terhadap falsafah Jepang. Terdapat beberapa sistem yang menganut aliran Konfusianisme. Pada masa ini masyarakat Jepang menikmati masa kedamaian dan ketentraman dalam menjalankan kehidupan. Agama Budha yang ditetapkan adalah aliran Budha Zen, Budha Zen adalah meditasi pencarian pencerahan yang sederhana dan tidak terlalu mengikat akan ketuhanan. Namun lebih menekankan pada keselarasan terhadap keseimbangan dengan alam. Tidak terlepas juga pada ajaran falsafah kehidupan orang Jepang yaitu Konfusianisme. Walaupun bukan merupakan suatu agama namun masyarakat Jepang banyak menganut ajaran ini sebagai petunjuk jalan hidup, termasuk semangat Bushido yang banyak diambil dari ajaran Konfusianisme (Reischauer, 1982: 282)

Era keshogunan Tokugawa banyak dilakukan pembaharuan dan formalisasi agama. Pada era Tokugawa ini agama Budha ditetapkan menjadi agama Nasional. Pada masa ini muncul aliran Fukko Shinto atau Reformasi Shinto, yaitu bertujuan untuk meneliti kembali ajaran Shinto asli Jepang, dengan pembaharuan ini munculnya istilah Sonno Joi. Sonno joi adalah ungkapan berisikan “Hormati Kaisar, usir orang Barbar (orang Eropa)”. Dalam penelitian


(10)

3

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ajaran Shinto tersebut menggunakan cara berpikir ajaran Budha dan konfusius, sehingga lahirlah ajaran Shinto yang bercorak Budha dan Konfusius.

Konfusius dan Shinto banyak meminjam atau mengambil metafisik dan psikologis Budhisme, Budhisme dan Shinto banyak meminjam etika Konfusius, sedangkan Konfusius dan Budhisme telah di Jepangkan (Bellah, 1992: 79).

Ajaran Shinto, Budha dan Konfusianisme memang berkembang di Jepang. Ketiga ajaran ini banyak di gunakan oleh masyarakat Jepang dalam kebiasaan hidup sehari-hari. Kehidupan masyarakat masa Tokugawa banyak didominasi oleh ajaran-ajaran agama Shinto, Budha dan Konfusianisme yang dijadikan sebagai falsafah hidup. Ajaran tersebut berkembang dan mengakar dalam kehidupan masyarakat Jepang hingga saat itu. Kepercayaan tradisional yang masih dipegang teguh dan nilai-nilai magis yang dianggap sakral sangat kental mewarnai kehidupan religi masyarakat Tokugawa. Disinilah penulis tertarik untuk menulis mengenai Reformasi Shinto pada masa Tokugawa (1603-1868).

Reformasi adalah perubahan terhadap suatu sistem, perubahan kearah perbaikan sesuatu yang baru. Perubahan ini dapat meliputi segala hal, berupa sistem mekanisme sosial, kebijakan, tingkah laku maupun kebiasaan. Reformasi Shinto pada masa Tokugawa merupakan pembaharuan ajaran Shinto untuk memurnikan kembali keaslian ajaran Shinto agar tidak terkontaminasi hal-hal yang berasal dari luar. Pembaharuan ajaran Shinto tersebut menggunakan metode atau cara-cara yang berasal dari agama Budha dan Konfusianisme, lahirlah ajaran Shinto yang bercorak Budha dan Konfusianisme.

Orang Jepang meyakini bahwa tuhan Budha (Bodhisatwa) merupakan jelmaan dari dewa Shinto, dan Konfusius merupakan guru kehidupan dan pemikirannya dijadikan sebagai falsafah hidup orang Jepang. itulah yang menyebabkan adanya penyatuan antara kebudayaan Shinto, Budha dan Konfusius di Jepang. Mereka menganggap antara Shinto, Budha dan Konfusius adalah satu kesatuan yang telah menyatu dan mempunyai kesamaan maka terjadilah sebuah


(11)

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akulturasi. Ketiga ajaran tersebut di ibaratkan sebuah pohon, “Shinto adalah

batang, Budha adalah cabang, dan Konfusianisme adalah dedaunan” (Susilo,

2009:41). Tidak ada perselisihan antara Shinto, Budha dan Konfusianisme, bangsa Jepang dapat menerima kepercayaan tersebut dan menerapkan nilai-nilai budaya didalamnya.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan pokoknya adalah “Bagaimana pengaruh reformasi Shinto terhadap kehidupan masyarakat Jepang pada masa Tokugawa (1603-1868)?” untuk merinci rumusan masalah tersebut dibatasi dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut ini:

1. Bagaimana latarbelakang munculnya reformasi Shinto pada masa Tokugawa (1603-1868)?

2. Bagaimana proses reformasi Shinto pada masa Tokugawa (1603-1868)?

3. Bagaimana dampak reformasi Shinto terhadap sistem ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan sistem politik pada masa Tokugawa (1603-1868)?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi latar belakang munculnya reformasi Shinto pada masa Tokugawa (1603-1868).

2. menjelaskan proses reformasi Shinto pada masa Tokugawa (1603-1868). 3. Menjelaskan dampak dari reformasi Shinto terhadap sistem ekonomi, sosial

budaya, pendidikan dan sistem politik pada masa Tokugawa (1603-1868).


(12)

5

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode merupakan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam melakukan penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti (Sjamsuddin, 2007: 13). Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode historis. Metode historis adalah suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau (Gotchlak, 1986: 32). Sehingga dalam hal ini penulis melakukan pengujian dan analisis terhadap sumber-sumber yang berhubungan dengan kajian yang peneliti bahas.

Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Ismaun (2005: 48-50), adalah sebagai berikut.

1. Heuristik yaitu tahap pengumpulan sumber-sumber yang dianggap sesuai dengan topik yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan sumber, buku-buku, website, dan dokumen, juga artikel-artikel yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber penelitian sejarah itu terbagi menjadi tiga yakni sumber benda, sumber tertulis, dan sumber lisan. Topik yang penulis pilih berbentuk studi literatur sehingga sumber yang diambil merupakan sumber tertulis yang berada di buku-buku, website, dokumen, dan artikel-artikel.

2. Kritik adalah memilah dan memilih juga menyaring keotentikan sumber-sumber yang telah ditemukan. Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang didapat untuk kebenaran sumber.

3. Interpretasi adalah tahap memaknai atau memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh dengan cara menghubungkan satu sama lainnya. Pada tahapan ini penulisn mencoba menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian.

4. Historiografi adalah tahap akhir dari penulisan sejarah. Pada tahapan ini penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap sebelumnya dengan cara


(13)

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas dan gaya bahasa yang sederhana juga menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.

Dalam upaya mengumpulkan bahan untuk keperluan penyusunan skripsi ini, penulis melakukan teknik penelitian dengan menggunakan studi literatur, teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dapat menunjang penelitian.

E.Manfaat Penelitian

manfaat dari penelitian ini adalah sebagai brikut:

1. Memperkaya penulisan sejarah dalam rangka mengembangkan wawasan mengenai sistem religi dan kebudayaan pada masa Tokugawa (1603-1868) 2. Menambah wawasan mengenai ajaran Shinto pada masa Tokugawa

(1603-1868)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian yang akan digunakan oleh penulis dalam mengkaji dan menganalisis permasalahan yang diangkat adalah dengan studi literatur, yaitu dengan cara meneliti dan mempelajari buku-buku yang berkenaan dengan pengaruh reformasi Shinto pada masa Tokugawa (1608-1868) . Selain studi literatur penulis juga menggunakan beberapa artikel yang berhubungan dalam penelitian ini.

G. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah yang memaparkan mengenai permasalahan yang akan penulis teliti, yaitu mengenai


(14)

7

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)”. Untuk memperinci

dan membatasi permasalahan maka dicantumkan perumusan dan batasan masalah sehingga permasalahan dapat dikaji dalam penelitian ini. Pada bagian akhir dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, juga sistematika penulisan yang akan menjadi kerangka dan pedoman penulisan skripsi.

Bab II Kajian Pustaka. Dalam bab ini dijelaskan mengenai sumber-sumber buku dan lainnya yang digunakan sebagai referensi yang dianggap relevan.

Bab III Metode Penelitian. Dalam bab ini dipaparkan mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh penulis. Adapun metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang digunakan adalah studi literetur.

Bab IV Pengaruh Reformasi Shinto Terhadap Kehidupan Masyarakat Jepang Pada Masa Tokugawa (1603-1868). Bab ini penulis akan mendeskripsikan mengenai hasil penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang ada dalam rumusan masalah. Dalam bab ini memaparkan mengenai pengaruh reformasi Shinto terhadap bidang ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan politik di Jepang pada masa Tokugawa (1603-1868).

Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini merupakan bab terakhir dari rangkaian penulisan karya ilmiah yang berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam batasan masalah serta rekomendasi yang dapat digunakan pembaca agar lebih baik dalam penulisan selanjutnya.


(15)

25

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III secara umum merupakan pemaparan mengenai metodologi yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan berbagai sumber yang berupa data dan fakta yang berkaitan dengan kajian mengenai Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868). Metode yang digunakan adalah metode historis, dan untuk teknik penelitian penulis menggunakan studi literatur. Sedangkan untuk pendekatannya penulis menggunakan pendekatan multidisipliner.

3.1 Metodologi dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah metode historis dengan studi literatur dan studi dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. Metode historis dipilih sebagai penelitian karena tulisan ini merupakan kajian sejarah yang data-datanya diperoleh dari jejak-jejak yang ditinggalkan dari suatu peristiwa masa lampau. Metode historis menurut Gottschalk (1986: 32) adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan dan menuliskannya berdasarkan fakta yang diperoleh.

Sementara itu, menurut Sjamsuddin (2007: 96) mengemukakan bahwa paling tidak ada enam tahap yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu: 1. Memilih suatu topik yang sesuai.

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.

3. Membuat catatan apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung.

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (Kritik Sumber).

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistemtika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.


(16)

26

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Terdapat beberapa tahapan dalam penelitian sejarah menurut Ismaun (2005: 125-131) yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapunlangkah-langkah yang dipergunakandalampenelitiansejarahiniadalah :

1. Heuristik

Heuristikmerupakanupayapengumpulansumber-sumbersejarah yang terkaitdenganmasalah yang akandikaji. Usaha-usaha yang dilakukandalammengumpulkansumberiniyaknidenganmencarisumberlisanmau puntulisan, browsing internet, dansumbertertulislainnya yang relevanuntukpengkajianpermasalahan yang akandikaji. Dalampenelitianinisumberberupasumbertulisan yang terdapat di buku-buku, arsip-arsipdan internet yang berhubungandengan agama, ekonomi, sosialbudaya, pendidikandanpolitik diJepangpadamasa Tokugawa.

2. Kritikdananalisissumber

Padatahapinipenulisberupayamelakukanpenilaiandanmengkritisisumber-sumber yang telahditemukanbaikdaribuku, arsip, laman internet,

maupunsumbertertulislainnya yang

relevan.Sumber-

sumberinidipilihmelaluikritikeksternalyaitucarapengujianaspek-aspekluardarisumbersejarah yang digunakandanmenggunakankritik internal yaitupengkajian yang dilakukanterhadapisidarisumbersejarahtersebut.

3. Interpretasi

Interpretasimerupakantahapuntukmenafsirkanfakta-fakta yang

diperolehdengancaramengelolafakta yang

telahdikritisidenganmerujukbeberapahasilstudidokumentasiataupundarireferens

i yang mendukungkepadakajianpeneliti.

Padatahapinipenulismemberikanpenafsiranterhadapfakta-fakta yang diperolehselamapenelitian.


(17)

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Historiografi

MenurutSjamsuddin (2007:156),

historiografiadalahsuatusintesisdariseluruhhasilpenelitianataupenemuanberupasuat

upenelitian yang utuh.

Sehinggadalamhalinipenulismenyajikanhasiltemuannyapadatigatahap yang dilakukansebelumnyadengancaramenyusunnyakedalamsuatutulisan.

Pengumpulan data yang

dilakukanolehpenulisdalammengkajidanmenganalisispermasalahan yang

diangkatadalahmenggunakan studiliteratur yang

mendukungsertarelevandenganpermasalahanbaikdilakukanmelaluistudikepustakaa nmelaluibuku-buku yang memangrelevandengankajianpenelitian, jurnalilmiah, maupun internet yang memangdipandangrelevandenganpermasalahan yang hendakdiangkatolehpenulis.

Dalam penelitian ini, seluruh kegiatan penulis secara garis besar dapat digolongkan dalam tiga tahap yaitu: persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan laporan penelitian.

3.2 Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian merupakan titik awal dalam suatu tahapan penelitian yang harus dipersiapkan dengan matang. Tahap ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu tahap penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian serta bimbingan.

3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian

Tahap ini merupakan tahap yang paling awal dalam melaksanakan suatu penelitian. Pada tahap ini penulis melakukan proses memilih dan menentukan topik yang akan dikaji. Penentuan tema dan judul skripsi ini dipengaruhi oleh ketertarikan penulis terhadap mata kuliah Sejarah Asia Timur yang terdiri dari negara Cina, Jepang dan Korea. Salah satu pembahasan dari mata kuliah tersebut


(18)

28

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah negara Jepang. Peniliti sangat tertarik dengan Kebudayaan Jepang. Sehingga dari ketertarikan tersebut penulis berniat untuk menulis sebuah skripsi yang bertemakan tentang kebudayaan Jepang pada masa Tokugawa. Setelah adanya persetujuan judul tersebut, maka penulis menyusun suatu rancangan penelitian dalam bentuk proposal.Berdasarkan ketertarikan tersebut, penulis berniat untuk menulis sebuah skripsi yang bertemakan tentang kebudayaan Jepang, khususnya pada masa Tokugawa (1603-1868).

Padaawalnya penulis tertarik dengan sistem religi yang ada di Jepang,Namun ketika judul tersebut dikonsultasikan kepada dosen Ibu Yeni Kurniawati, M.Pd selaku dosen mata kuliah sejarah Asia Timur, ternyata beliau menyerankan judul yang penulis ajukan untuk lebih fokus arahannya. Ibu Yeni memberikan judul “Sistem Religi Jepang yang Berpengaruh Terhadap Semangat Bushido Pada Masa Restorasi Meiji”, tetapi penulis masih ragu dengan adanya sumber mengenai pembahsan tersebut maka judulnya masih dipertimbangkan. Dengan berbagai konsultasi dan sharing dengan teman-teman maka penulis menemukan judul yang sesuai dengan minat penulis. Setelah penulis menemukan judul, maka penulis langsung mengkonsultasikan kepada dosen Bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si selaku ketua TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi), ternyata judul tersebut diterima, hanya harus lebih diperjelas dalam masalah periode. Akhirnya, judul tersebutlah yang kemudian diseminarkan.

Setelah itu, penulis mulai mencari berbagai sumber yang berkaitan dengan religi Jepang pada masa Tokugawa dan menuangkannya dalam bentuk proposal skripsi dengan judul “Pengaruh Akulturasi Shinto-Budha Terhadap Kehidupan Beragama Di Jepang Pada Masa Tokugawa (1603-1868)”.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dalam bentuk proposal skripsi kemudian diserahkan kepada TPPS untuk dipresentasikan dalam sebuah seminar yang dilaksankan pada tanggal 21 Maret 2012. Meskipun tidak banyak dihadiri oleh para Dosen, namun penulis tetap mendapatkan banyak masukan dari para dosen yang hadir. Berdasarkan masukan dari Bapak Dr. AgusMulyana, M.Hum selaku pembimbing


(19)

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

I, judul proposal yang sebelumnya “Pengaruh Akulturasi Shinto-Budha Terhadap Kehidupan Beragama Di Jepang Pada Masa Tokugawa (1603-1868)”, diganti menjadi “Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868).Selain perbaikan judul, masukan lain yang diterima oleh penulis dari pembimbing I adalah untuk mengganti rumusan masalah yang disesuaiakan dengan judul.

Setelah disetujui, maka pengesahan penelitian ditetapkan melalui Surat Keputusan Ketua Jurusan Pendidikan sejarah FPIPS UPI Bandung No. 025/TPPS/JPS/2012. Dalam surat keputusan tersebut, ditentukan pula pembimbing I, yaitu Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum dan Ibu Dra. Lely Yulifar, M.Pd sebagai pembimbing II. Adapun rancangan penelitian yang diajukan meliputi:

a. Judul Penelitian

b. Latar Belakang Masalah c. Rumusan dan Batasan Masalah d. Tujuan Penelitian

e. Tinjauan Pustaka

f. Metodologi dan Teknik Penulisan g. Sistematika Penulisan

3.2.3 Proses Bimbingan

Bimbingan merupakan suatu kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh peneliti dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II dalam menyelesaikan permasalahan dalam penelitian. Proses bimbingan ini sangat diperlukan oleh penulis untuk membantu penulis dalam menentukan kegiatan penelitian, fokus penelitian serta proses penelitian skripsi ini. Proses bimbingan ini memfasilitasi penulis untuk berdiskusi dengan Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum selaku pembimbing I dan Ibu Dra. Lely Yulifar, M.Pd selaku pembimbing II mengenai permasalahan yang dihadapi selama penelitian ini dilakukan.

Proses bimbingan dilakukan bab demi bab secara intensif sehingga penulis dan dosen pembimbing dapat berkomunikasi dengan baik. Kegiatan bimbingan ini


(20)

30

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan setelah sebelumnya penulis menghubungi pembimbing dan kemudian dibuat kesepakatan jadwal pertemuan antara penulis dengan pembimbing. Kegiatan pertama bimbingan dilakukan pertama kali pada tanggal 31 Juli 2012 beberapa bulan setelah Seminar Proposal Skripsi penulis. Proses bimbingan ini sangat berperan dalam penyusunan skripsi ini. Dari pembimbing tersebut, penulis banyak memperoleh pengetahuan mengenai kelemahan dan kekurangan dalam penelitian skripsi ini.

3.3Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan tahapan berikutnya setelah penulis merancang dan mempersiapkan penelitian. Dalam penelitian skripsi ini, penulis melakukan empat tahap penelitian, sebagai berikut:

3.3.1Heuristik

Heuristik berasal dari bahasa Yunani heurishein yang berarti menemukan (Abdurahman, 2007: 64). Heuristik merupakan proses mencari dan mengumpulkan fakta-fakta sejarah dari sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang dikaji penulis. Sama halnya dengan pendapat Helius Sjamsuddin (2007:86), heuristik adalah suatu kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji oleh penulis.

Berkaitan dengan penelitian ini, proses heuristik yang dilakukan penulis sudah dimulai kurang lebih sejak bulan Agustus 2012. Pada tahap ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber tertulis yang berhubungan dengan, baik berupa buku-buku, jurnal ilmiah, maupun artikel internet mengeni Akulturasi Shinto-Budha di Jepang.

Dalam pencarian sumber-sumber ini, penulis mendatangi berbagai perpustakaan. Adapun perpustakaan yang dikunjungi oleh penulis adalah sebagai berikut: Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Perpustakaan Konfrensi Asia Afrika (KAA) dan Perpustakaan Universitas Indonesia Jakarta. Selain ditempat-tempat tersebut, penulis juga melakukan pencarian sumber


(21)

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melalui Browsing di internet sebagai tambahan pengetahuan serta wawasan penulis mengenai penelitian yang dikaji. Penjelasan mengenai penemuan sumber-sumber tersebut penulis paparkan sebagai berikut:

1. Penulis mengunjungi Perpustakaan Konfrensi Asia Afrika (KAA). Pada perpustakaan ini penulis menemukan buku mengenai religi masyarakat Jepang, salah satu pembahasannya adalah sistem kepercayaan yang berkembang pada masa pemerintahan Tokugawa (1603-1868). Selain buku tersebut, penulis juga menemukan buku yang berhubungan dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat Tokugawa. Dalam buku tersebut menjelaskan mengenai ajaran agama Shinto dan Budha yang masuk ke dalam aspek-aspek kehidupan masyarakat Tokugawa, dan tata cara dari ajaran ke dua agama tersebut dipakai dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Jepang.

2. Penulis juga mengunjungi Perpustakaan Universitas Indonesia Jakarta. Di perpustakaan ini penulis menemukan beberapa buku yang berhubungan dengan pemerintahan Tokugawa. Penulis menemukan dua buku yang berhubungan dengan karakteristik pemerintahan Shogun Tokugawa (1603-1868). Ke dua buku tersebut secara garis besar menggambarkan mengenai keadaan Jepang saat pemerintahan Tokugawa.

3. Perpustakaan ketiga yang di kunjungi penulis adalah Perpustakaan UPI. Di Perpustakaan UPI ini, penulis menemukan banyak sekali sumber-sumber yang berhubungan dengan agama, kebudayaan dan Pemerintahan Tokugawa. Buku yang penulis temukan di Perpustakaan UPI memiliki kajian yang berbeda-beda yang berhubungan dengan penelitian. Buku yang pertama, penulis menemukan buku yang membahas mengenai agama Budha yang ada di Jepang, buku ke dua mengenai kebudayaan dan kepribadian orang Jepang, buku ke tiga mengenai kehidupan masyarakat Edo (Tokugawa) di Jepang, dan untuk buku ke empat dan ke lima membahas karakteristik pemerintahan Tokugawa baik dari segi ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan sistem pemerintahannya.


(22)

32

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.3.2 Kritik Sumber

Tahap kedua setelah penulis mendapatkan sumber-sumber yang dianggap relevan dengan penelitian yang dikaji, tahap selanjutnya adalah melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari buku, dokumen, Browsing internet, sumber tertulis, maupun dari penelitian serta sumber lainnya. Menurut Sjamsuddin (2007:131) seorang sejarawan tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber yang diperoleh. Melainkan ia harus menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber pertama, agar terjaring fakta-fakta yang menjadi pilihannya. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat ditegaskan bahwa tidak semua sumber yang ditemukan dalam tahap heuristik dapat menjadi sumber yang digunakan oleh penulis, tetapi harus disaring dan dikritisi terlebih dahulu keotentikan sumber tersebut.

Menurut Dudung Abdurahman (2007:68), bahwa verifikasi atau kritik sumber ini bertujuan untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini, dilakukan uji keabsahan tentang keaslian (autentisitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern.

Sama halnya dengan pendapat di atas, Helius Sjamsuddin (2007:105) menambahkan bahwa fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya untuk mencari kebenaran. Pada tahap ini sejarawan dihadapkan pada benar dan salah, kemungkinan dan keraguan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa kritik sumber dikelompokkan dalam dua bagian yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menitikberatkan pada aspek-aspek luar sumber sejarah sedangkan kritik internal lebih menekankan pada isi (content) dari sumber sejarah. Sejarawan harus memutuskan apakah kesaksian atau data yang diperoleh dari berbagai sumber itu dapat diandalkan atau tidak. Kritik yang dilakukan oleh penulis ialah dengan cara melihat isi buku kemudian membandingkan dengan buku-buku yang lain. Jika terdapat perbedaan isi dalam sebuah buku, maka penulis melihat buku dari buku lain yang menggunakan referensi-referensi yang dapat diandalkan.


(23)

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3.2.1. Kritik Eksternal

Kritik eksternal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otentisitas dari sumber yang diperoleh. Selain itu, menurut DudungAbdurahman (2007: 68-69) Aspek eksternal bertujuan untuk menilai otentisitas dan integritas sumber.Aspek-aspekluartersebutbisadiujidenganpertanyaan-pertanyaanseperti:

kapansumberitudibuat? Di manasumberitudibuat?Siapa yang membuat? Dari bahanapasumberitudibuat? Dan apakahsumberitudalambentukasli?Khusus mengenai buku, penulis akan melakukan kritik yang berkaitan dengan fisik buku dan melihat sejauh mana kompetensi dari penulis buku sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam skripsi ini, langkah pertama yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan kritik ekstern ini adalah melakukan kritik terhadap fisik buku itu sendiri. Fisik yang dimaksud disini adalah dengan melihat tahun terbit buku, apakah buku-buku tersebut diterbitkan bertepatan ataukah diluar rentang waktu dari peristiwa yang sedang dikaji. Berdasarkan hasil kritik tersebut, ternyata buku-buku yang digunakan oleh penulis ada yang tergolong kepada sumber primer maupun sumber sekunder. Sumber primer contohnya adalah buku karya Robert N. Bellah berjudul Religi Tokugawa (akar-akar budaya Jepang) buku tersebut diterbitkan pada tahun 1992, Sedangkan buku yang digolongkan kepada sumber sekunder diantaranya adalah: buku Matsonusuke Nishiyama yang berjudul Edo Culture(daily life and diversions in urban Japan 1600-1868) , buku Peter Duus yang berjudul modern Japan, buku karya W. G Beasley yang berjudul The Modern History of Japanese, buku Tokugawa Tsunaneri yang berjudul The Edo Inheritance, Manusia Jepang ditulis oleh Edwin O. Reischauer, dan lain-lain. Sumber sekunder maupun primer tersebut sangat membantu penulis dalam mengkaji berbagai permasalahan yang diajukan.

Langkah kedua yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan kritik eksternal ini adalah dengan melihat latar belakang penulis buku. Hal ini dilakukan dalam rangka menilai apakah si penulis benar-benar kompeten dibidangnya atau tidak. Contoh kritik eksternal pertama yang berkaitan dengan tahapan ini adalah


(24)

34

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

buku yang ditulis oleh Robert N. Bellah yang berjudul Religi Tokugawa (akar-akar budaya Jepang). Bellah adalah seorang sosiologi berkebangsaan Amerika. Bellah merupakan profesor sosiologi di Universitas Berkley California. Bellah adalah orang terbaik dan mempunyai hubungan baik dengan pemerintahan lembaga keagamaan di Amerika. Bellah aktif menulis buku-buku agama dan kebudayaan yang saling berkaitan.

Kritik internal kedua penulis lakukan terhadap buku yang ditulis oleh Edwin Reischauer yang berjudul ManusiaJepang.Reischauer adalah Profesor Universitas di Harvard.Reischauer dilahirkandanbesar di Jepang.sepanjanghidupnyadiamendalamisejarahdankebudayaanJepang.

Reischauer menjabatsebagaidutabesarAmerikaSerikat di Jepang (1961-1966).Selainbukudiatas Reischauer jugamenulisbeberapabuku yang berkaitandengannegaraJepang.

Berdasarkan hasil kritik eksternal tersebut, penulis berasumsi bahwa buku-buku yang ditulis oleh Robert N. Bellah maupun Edwin O. Reischauer bisa dipergunakan sebagai sumber untuk mempermudah penulis dalam menjawab berbagai permasalahan dalam skripsi ini, karena kiprah mereka di bidang kebudayaan dan agama bangsa Jepang sudah tidak diragukan lagi.

3.3.2.2.Kritik Internal

Kritik internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Menurut Ismaun (2005:50) kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. kemudian dikumpulkan fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber.

Berhubungan dengan tahap kritik atau verifikasi sumber ini, penulis dalam penelitian ini berusaha untuk menyaring dan mengkritisi semua sumber-sumber


(25)

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang telah didapatkan pada proses heuristik. Contoh kritik yang dilakukan oleh penulis adalah dengan melihat perbandingan dari buku-buku yang penulis gunakan sebagai sumber dalam penulisan skripsi ini. Perbandingan isi sumber tersebut penulis lakukan terhadap buku yang ditulis oleh Peter Duus yang berjudul Modern Japan dengan buku yang ditulis oleh W. G Beasley yang berjudul The Modern History of Japan. Dalam bukunya, Duus memang banyak menjelaskan mengenai pemerintahan Tokugawa adalah praktek feodalisme, pembagian kelas masyarakat Jepang, politik isolasi. Buku tersebut diperkuat oleh buku yang ditulis oleh Beasley yang juga banyak menguraikan sistem feodalisme Jepang yang dilakukan oleh para daimyo sebagai bawahan dari kaisar, dan pembagian kelas sosial.

Kritik internal selanjutnya penulis gunakan untuk membandingkan isi buku Religi Tokugawa (akar-akar budaya Jepang) karya Robert N. bellah dengan buku Manusia Jepang karya Edwin Reischauer. Bellah mengungkapkan bahwa pada masa pemerintahan Tokugawa banyak nilai-nilai ajaran Shinto dan Budha yang bertransformasi kedalam kehidupan masyarakat jepang. Pendapat tersebut juga didukung oleh pernyataan dari Reischauer, bahwa ajaran Shinto dan Budha berperan penting dalam sistem pemerintahn Tokugawa. Selain ajaran Shinto dan Budha Reischauer menjelaskan Konfusius merupakan salah satu elemen penting dalam pemerintahan Tokugawa.

Dalam proses ini,

penulisjugaharuscermatdalammembandingkanisikeduabukutersebut.

Penulisharusmenilaiapakahbuku-bukutersebutbanyakmemuatunsursubjektivitaspenulisnyaatautidak. Hal inipentingdilakukanuntukmeminimalisirtingkatsubjektivitasdalampenelitianini, sehinggainterpretasipenulisakanlebihobjektif.

3.3.3 Interpretasi

Interpretasi merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan kritik dan analisis sumber. Pada tahap interpretasi, penulis menafsirkan keterangan yang diperoleh dari sumber sejarah berupa fakta-fakta yang terkumpul dari


(26)

sumber-36

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sumber primer maupun sekunder dengan cara menghubungkan dan merangkaikannya sehingga tercipta suatu fakta sejarah yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

Menurut Kuntowijoyo (2005:101) interpretasi atau penafsiran sering disebut juga sebagai biang subjektivitas yang sebagian bisa benar, tetapi sebagiannya salah. Dikatakan demikian menurutnya bahwa benar karena tanpa penafsiran sejarawan data yang sudah diperoleh tidak bisa dibicarakan. Sedangkan salah karena sejarawan bisa saja keliru dalam menafsirkan data-data tersebut. Gottschalk dalam Ismaun (2005:56) menambahkan bahwa interpretasi atau penafsiran sejarah itu memiliki tiga aspek penting, yaitu : pertama, analisis-kritis yaitu menganalisis stuktur intern dan pola-pola hubungan antar fakta-fakta. Kedua, historis-substantif yaitu menyajikan suatu uraian prosesual dengan dukungan fakta-fakta yang cukup sebagai ilustrasi suatu perkembangan. Sedangkan ketiga adalah sosial-budaya yaitu memperhatikan manifestasi insani dalam interaksi dan interrelasi sosial-budaya.

Interpretasi sejarah atau yang biasa disebut juga dengan analisis sejarah merupakan tahap di mana penulis melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Dalam hal ini ada dua metode yamg digunakan yaitu analisis berarti menguraikan dan sintesis yang berarti menyatukan. Keduanya dipandang sebagai metode utama di dalam interpretasi (Kuntowijoyo, 2005:100).

Dalam kaitannya dengan penelitian skripsi yang berjudul Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868) ini, interpretasi yang penulis lakukan adalah melakukan penafsiran terhadap data-data dan fakta-fakta yang sudah diperoleh dari hasil studi literatur. Contoh lain dalam interpretasi yang dilakukan oleh penulis adalah mengenai agama Shinto di Jepang. Penulis tidak menemukan sumber literatur yang menjelaskan latarbelakang munculnya agama Shinto di Jepang. Berdasarkan keterangan tersebut, maka penulis memiliki interpretasi


(27)

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahwa ada kemungkinan ajaran agama Shinto berasal dari Jepang, dan merupakan ajaran asli bangsa Jepang.

3.3.4 Historiografi

Menurut Helius Sjamsuddin (2007:156), historiografi adalah suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian atau penemuan berupa suatu penelitian yang utuh. Pada tahap ini seluruh daya pikiran dikerahkan bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan. Namun yang paling utama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analitis sehingga menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian dan penemuan dalam suatu penelitian utuh yang disebut dengan historiografi.

Menurut Dudung Abdurahman (2007:76), historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal (fase perencanaan) sampai dengan akhir (penarikan kesimpulan).

Tahap historiografi yang dilakukan oleh penulis merupakan tahap akhir dari tahap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari mulai tahap heuristik, kritik, interpretasi sampai pada historiografi. Tahap historiografi ini akan penulis laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dengan judul “Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)”. Sedangkan untuk teknik penulisan, penulis menggunakan sistem harvard seperti yang berlaku dan telah ditentukan dalam buku Pedoman Penulisan Karya ilmiah UPI 2012.

Untuk mempermudah penulisan, maka disusun kerangka tulisan dan pokok-pokok pikiran yang akan dituangkan dalam tulisan berdasarkan data-data yang telah diperoleh. Sedangkan tahap akhir penulisan dilakukan setelah marteri/bahan dan kerangka tulisan selesai dibuat. Tulisan akhir dilakukan bab demi bab sesuai dengan proses penelitian yang dilakukan secara bertahap. Masing-masing bagian atau bab mengalami proses koreksi dan perbaikan berdasarkan bimbingan dari dosen pembimbing skripsi.


(28)

38

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mempermudah penulisan, maka disusun kerangka tulisan dan pokok-pokok pikiran yang akan dituangkan dalam tulisan berdasarkan data-data yang telah diperoleh. Sedangkan tahap akhir penulisan dilakukan setelah marteri/bahan dan kerangka tulisan selesai dibuat. Tulisan akhir dilakukan bab demi bab sesuai dengan proses penelitian yang dilakukan secara bertahap. Masing-masing bagian atau bab mengalami proses koreksi dan perbaikan berdasarkan bimbingan dari dosen pembimbing skripsi.

Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya ke dalam lima bab. Bab satu terdiri dari bab pendahuluan yang merupakan paparan dari penulis yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian, sistematika penelitian. Bab dua terdiri dari tinjauan pustaka. Bab ini memaparkan mengenai tinjauan kepustakaan dan kajian teoritis yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji. Tinjauan pustaka memaparkan mengenai sumber-sumber literatur yang relevan dengan penelitian penulis. Bab tiga terdiri dari metodologi penelitian. Pada bab ini penulis menguraikan langkah-langkah dan prosedur penelitian yang dilakukan oleh penulis secara lengkap. Bab empat berisi hasil penelitian dan pembahasan. Dalam hal ini penulis berusaha untuk menggabungkan tiga bentuk teknik sekaligus yaitu deskripsi, narasi, dan analisis. Bab lima membahas mengenai kesimpulan dari permasalahan-permasalahan yang ada serta berisi tanggapan dan analisis yang berupa pendapat terhadap permasalahan secara keseluruhan.


(29)

84

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul “Reformasi Shinto di Jepang Pada Masa Tokugawa (1603-1868)”. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Dalam bab ini juga memuat rekomendasi yang dapat digunakan oleh pembaca.

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi yang berjudul “ Reformasi Shinto di Jepang Pada Masa Tokugawa (1603-1868)” adalah sebagai berikut: Pertama, agama Shinto, Budha dan Konfusianisme adalah ajaran yang berkembang dalam masyarakat Jepang. Sebelum agama Budha masuk ke negara Jepang, masyarakat Jepang sudah mempunyai kepercayaan yang dianut yaitu Shinto. Sebenarnya nama Shinto ada setelah agama Budha masuk ke Jepang, ini dimaksudkan agar ajaran-ajaran Shinto tidak tertukar dengan ajaran agama Budha. Pada masa pemerintahan Tokugawa, didominasi oleh paham Budhisme yang tetapkan menjadi agama resmi negara. Namun ajaran Shinto sebagai agama asli Jepang masih tetap dilaksanakan. Pada pertengahan pemerintahan Tokugawa muncul aliran Fukko Shinto atau Reformasi Shinto, Tujuan utama dari reformasi Shinto adalah meneliti kembali agama Shinto yang asli. Namun dalam penelitian tersebut pada umumnya digunakan metode dan cara berpikir dari Buddhisme dan konfusianisme, maka hasil- hasilnyapun lahirnya Shinto baru yang bercorak Budhhisme dan konfusianisme. Dalam perkembangannya agama Shinto, Budha maupun Konfusius dapat berjalan bersamaan dan saling melengkapi satu sama lain.

Kedua, ajaran-ajaran Shinto, Budha dan Konfusius cukup berperan


(30)

85

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berdasarkan perlindungan terhadap pemerintahan, dan Shinto sebagai perlindungan terhadap alam dan kebudayaan, maka kehidupan secara luas cenderung mengadaptasi dari kebudayaan Shinto, Budha dan Konfusianisme. kebudayaan Jepang dengan sendirinya terjadi dan mengalami pembauran dengan masyarakat Jepang, termasuk dalam hal filsafat hidup dan pola-pola dasar struktur sosial yang menjadi dasar kehidupan rakyat Jepang. Hal ini tidak menjadikan kebudayaan tradisonal hilang begitu saja, perkembangan ajaran Shinto dan Budha berdampingan dan sederajat. Perpaduan ajaran-ajaran kepercayaan Jepang baik agama Shinto, Budha maupun Konfusianisme memiliki karekteristik yang hampir sama dalam hal falsafah hidup dan nilai-nilai moral. Kekuatan kebudayaan yang dimiliki Jepang dijadikan suatu fondasi dalam setiap sistem-sistem nilai kehidupan. Ajaran tentang kesederhanaan hidup (Shinto) dan menyatakan bahwa kebahagian dunia ini tidak kekal, yang kekal hanyalah Budha (Jodo), dijadikan pegangan oleh rakyat dalam menghadapi penderitaan dari penindasan para penguasa feodal. Stratifikasi sosial yang diciptakan pemerintahan Tokugawa berdasarkan ajaran Konfusianisme yang menyatakan “ bahwa manusia hidup sesuai dengan kodratnya”. Disisi lain ajaran Budha tentang kesetian terhadap On sebagai kosep tuhan, Onyang dimaksudkan disini adalah kaisar sebagai penguasa pemerintahan. Seluruh rakyat harus patuh dan taat kepada kaisar. Konfusianisme ikut berperan dalam politik Jepang, salah satu mazhab Konfusianisme adalah menekankan peran dalam mengatur negara, artinya menciptakan dan memelihara sebuah masyarakat yang tertib. Ajaran ini menekankan bahwa masyarakat manusia harus mencerminkan kehadiran alam semesta yang tertib. Sesuai dengan ajaran Shinto, manusia harus menjaga keselarasan dengan alam. Hal ini juga yang mendasari Jepang sangat menjaga lingkungan alam.

Ketiga, Jepang merupakan negara yang cerdas dalam memadukan antara

modern dengan tradisional secara harmonis. Ini dapat dilihat dari sikap negara ini yang tidak hanya mengutamakan kemajuan teknologi, namun juga mengutamakan keunikan budaya yang tak akan tenggelam di tengah arus modernisasi. Budaya Jepang dalam banyak hal berlandaskan pada semangat Konfusiansime dan


(31)

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Shintoisme yang menjadi corak kehidupan sosial dan ekonomi,ajaran mengenai kesederhanaan hidup dalam mencapai kemakmuran. Pengaruh ajaran Shinto, Budha dan konfusianisme terhadap kebudayaan masa Tokugawa pada zaman feodal terdapat perkembangan yang sangat menakjubkan dimana banyak tercipta kebudayaan khas Jepang yang bahkan masih bertahan hingga saat ini. Kebudayaan ini berkembang, tak hanya mendapat pengaruh dari budaya militer, tetapi juga mendapat pengaruh dari budaya istana dan bangsawan. Sebagai contoh, perkembangan nilai-nilai Bushido (moral militer) seperti sifat-sifat kesederhanaan, sifat ekonomis, kesetiaan dan kesatria. Selain itu, kebudayaan tradisional Jepang seperti seni upacara minum teh (saado), seni merangkai bunga (kadou) dan seni membuat kue Jepang, drama Noh (nou), seni arsitektur puri, musik samisen, drama boneka joururi, drama kabuki tumbuh pada masa. Dapat dikatakan bahwa masa ini adalah masa keemasan perkembangan budaya tradisional Jepang. Shintoisme merupakan ajaran yang mengandung politik religius bagi Jepang, sebab saat itu taat kepada ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar dan berarti pula berbakti kepada negara dan politik Negara, kemudian agama Shinto bercampur dengan agama Budha demikian pula dengan agama Konghucu (Konfusianisme) yang masuk ke Jepang langsung dari tanah asalnya (Cina) pada abad ke-7. Sistem politik Jepang pada masa Tokugawa memang banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran dari Konfusianisme. Filsafat Konfusianisme mengajarkan bahwa orang bijaksana harus memberikan pelajaran kepada rakyat, doktrin inilah yang menyebabkan pemerintahan Tokugawa menerapkan sisten otokrasi dalam menjalankan pemerintahan feodalnya.

5.2 Saran

Pertama, untuk lembaga UPI, tulisan ini dapat dijadikan sumber

bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai kebudayaan Jepang. Untuk Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, nilai-nilai yang terkandung dalam reformasi dapat dijadikan pembelajaran bagi mahasiswa sebagai calon pendidik Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya untuk lebih memahami beragam kebudayaan


(32)

87

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang ada di dunia. Untuk jurusan Pendidikan Sejarah, tulisan ini dapat memperkaya penulisan dan sumber bacaan mengenai negara Jepang khususnya mengenai reformasi Shinto di Jepang pada zaman Tokugawa (1603-1868), serta dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam reformasi kebudayaan ini.

Kedua, untuklingkungansekolah, nilai-nilai yang terkandung dalam

reformasikebudayaan pada pembelajaran Sejarah adalah mampu memahami mengenai keberagaman kebudayaan di dunia, termasuk kebudayan Indonesia. Materi mengenai reformasi ini terdapat dalam pembelajaran sejarah kelas XII semester I, mengenai kebudayaan Hindu-Budha dan islam di Indonesia. Dalam materi tersebut terdapat pembahasan mengenai perpaduan antarkebudayaan di Indonesia yang menghasilkan suatu perubahan kebudayaan dan keberagaman.

Ketiga, bagi seluruh masyarakat, menjaga kelestarian budaya

bangsanya adalah suatu kewajiban. Dalam kehidupan masyarakat harus bisa menjaga dan menghargai kebudayaan bangsanya, unsur-unsur budaya asing yang masuk tidak dianggap sebagai kebudayaan yang dapat merusak kebudayaan yang ada, tetapi bisa dianggap sebagai hal positif yang dapat memperkaya kebudayaan sendiri. Keberagaman kebudayaan Indonesia yang terdiri dari agama, suku bangsa dan adat istiadat yang berbeda-beda bisa hidup dengan harmonis tanpa menimbulkan suatu konflik.


(33)

88

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Abdurrahman, D. (2007). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu.

Anesaki, Masaharu (1963).History of Japanese Religion. Tokyo: bunkyo-ku Tokyo Japan.

Beasley, W. G. (2003). Pengalaman Jepang: Sejarah Singkat Jepang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Bellah, N Robert. (1992). Religi Tokugawa. Jakarta: Gramedia.

Bunce, William K. (1995). Religion in Japan (Budhhism, Shinto, Christianity). Charles E. Turttle Company: Ruttland.

Dasuki, A. (1963). Sedjarah Djepang. Bandung: Balai Pendidikan Guru.

Dasuki, A. dan Rochyati, W. (1989). Sejarah Asia Timur: Seri C. Ciamis: STKIP Galuh Ciamis.

Davis, W. (1992). Japan Religion and society Paradigms of stucture and Change. New York Press.

Duus , P.(1998). Modern Japan. USA: houghton mifflin company. Gotchlak, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta : UI Press.

Harooyunian, H. D. (1970). Toward Restoration. University of California Press. Ismaun (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.

Jansen, Marius B. (2002). The Making Of Modern Japan. Amerika: Harvard University Press.

Koentjaraningrat (2000). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Kuntowijoyo. (2005). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. Lan, N J. (1961). Djepang Sepandjang Masa. Jakarta: Kinta Djakarta.

Matsonusuke, Nishiyama. (1997). Edo Culture (daily life and diversion in urban Japan 1600-1868). University of Hawaii press.

Mattulada. (1979). Pedang dan Sempoa: Suatu Analisa Kultural Perasaan Kepribadian Orang Jepang.


(34)

89

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Reischauer, Edwin O. (1982). Manusia Jepang. Jakarta: Sinar Harapan.

Soekanto, Soerjono. (1987). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Sjamsudin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Supardan, D. (2008). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Susilo. (2009). Spirit Jepang, Jogjakarta: Garasi.

Tsunaneri, Tokugawa. (2007). The Edo Inheritance. Tokyo: International House of Japan.

UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wiriaatmadja, R. (2004). Sejarah peradaban Cina. Bandung: Humaniora.

Yamamoto, Kosho. (1960). A History of Japanese Buddhism. Tokyo: Bukkyo Dendo Kyokai, Tokyo

Sumber Internet:

Wikipedia. (2012) Agama Shinto. [online]. Tersedia:

(http://en.wikipedia.org/wiki/shinto). (27 Oktober 2012)

Wikpedia. (2012). Feodalisme. [online]. Tersedia: (http:// en.wikipedia.org/wiki/feodalisme). (27 Oktober 2012)

Wikipedia. (2012). Ranguku. [onine]. Tersedia: (http:// en.wikipedia.org/wiki/Rangaku). (27 Oktober 2012)

Ardika, Nyoman. (2011). Religi Yang Berkembang Pada Era Tokugawa dan

Meiji.[online]. Tersedia:


(1)

84

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul “Reformasi Shinto di Jepang Pada Masa Tokugawa (1603-1868)”. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Dalam bab ini juga memuat rekomendasi yang dapat digunakan oleh pembaca.

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi yang berjudul “ Reformasi Shinto di Jepang Pada Masa Tokugawa (1603-1868)”

adalah sebagai berikut: Pertama, agama Shinto, Budha dan Konfusianisme adalah ajaran yang berkembang dalam masyarakat Jepang. Sebelum agama Budha masuk ke negara Jepang, masyarakat Jepang sudah mempunyai kepercayaan yang dianut yaitu Shinto. Sebenarnya nama Shinto ada setelah agama Budha masuk ke Jepang, ini dimaksudkan agar ajaran-ajaran Shinto tidak tertukar dengan ajaran agama Budha. Pada masa pemerintahan Tokugawa, didominasi oleh paham Budhisme yang tetapkan menjadi agama resmi negara. Namun ajaran Shinto sebagai agama asli Jepang masih tetap dilaksanakan. Pada pertengahan pemerintahan Tokugawa muncul aliran Fukko Shinto atau Reformasi Shinto, Tujuan utama dari reformasi Shinto adalah meneliti kembali agama Shinto yang asli. Namun dalam penelitian tersebut pada umumnya digunakan metode dan cara berpikir dari Buddhisme dan konfusianisme, maka hasil- hasilnyapun lahirnya Shinto baru yang bercorak Budhhisme dan konfusianisme. Dalam perkembangannya agama Shinto, Budha maupun Konfusius dapat berjalan bersamaan dan saling melengkapi satu sama lain.

Kedua, ajaran-ajaran Shinto, Budha dan Konfusius cukup berperan penting dalam aspek kehidupan masyarakat Jepang. Agama Budha dikembangkan


(2)

85

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berdasarkan perlindungan terhadap pemerintahan, dan Shinto sebagai perlindungan terhadap alam dan kebudayaan, maka kehidupan secara luas cenderung mengadaptasi dari kebudayaan Shinto, Budha dan Konfusianisme. kebudayaan Jepang dengan sendirinya terjadi dan mengalami pembauran dengan masyarakat Jepang, termasuk dalam hal filsafat hidup dan pola-pola dasar struktur sosial yang menjadi dasar kehidupan rakyat Jepang. Hal ini tidak menjadikan kebudayaan tradisonal hilang begitu saja, perkembangan ajaran Shinto dan Budha berdampingan dan sederajat. Perpaduan ajaran-ajaran kepercayaan Jepang baik agama Shinto, Budha maupun Konfusianisme memiliki karekteristik yang hampir sama dalam hal falsafah hidup dan nilai-nilai moral. Kekuatan kebudayaan yang dimiliki Jepang dijadikan suatu fondasi dalam setiap sistem-sistem nilai kehidupan. Ajaran tentang kesederhanaan hidup (Shinto) dan menyatakan bahwa kebahagian dunia ini tidak kekal, yang kekal hanyalah Budha (Jodo), dijadikan pegangan oleh rakyat dalam menghadapi penderitaan dari penindasan para penguasa feodal. Stratifikasi sosial yang diciptakan pemerintahan Tokugawa berdasarkan ajaran Konfusianisme yang menyatakan “ bahwa manusia hidup

sesuai dengan kodratnya”. Disisi lain ajaran Budha tentang kesetian terhadap On

sebagai kosep tuhan, Onyang dimaksudkan disini adalah kaisar sebagai penguasa pemerintahan. Seluruh rakyat harus patuh dan taat kepada kaisar. Konfusianisme ikut berperan dalam politik Jepang, salah satu mazhab Konfusianisme adalah menekankan peran dalam mengatur negara, artinya menciptakan dan memelihara sebuah masyarakat yang tertib. Ajaran ini menekankan bahwa masyarakat manusia harus mencerminkan kehadiran alam semesta yang tertib. Sesuai dengan ajaran Shinto, manusia harus menjaga keselarasan dengan alam. Hal ini juga yang mendasari Jepang sangat menjaga lingkungan alam.

Ketiga, Jepang merupakan negara yang cerdas dalam memadukan antara modern dengan tradisional secara harmonis. Ini dapat dilihat dari sikap negara ini yang tidak hanya mengutamakan kemajuan teknologi, namun juga mengutamakan keunikan budaya yang tak akan tenggelam di tengah arus modernisasi. Budaya Jepang dalam banyak hal berlandaskan pada semangat Konfusiansime dan


(3)

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Shintoisme yang menjadi corak kehidupan sosial dan ekonomi,ajaran mengenai kesederhanaan hidup dalam mencapai kemakmuran. Pengaruh ajaran Shinto, Budha dan konfusianisme terhadap kebudayaan masa Tokugawa pada zaman feodal terdapat perkembangan yang sangat menakjubkan dimana banyak tercipta kebudayaan khas Jepang yang bahkan masih bertahan hingga saat ini. Kebudayaan ini berkembang, tak hanya mendapat pengaruh dari budaya militer, tetapi juga mendapat pengaruh dari budaya istana dan bangsawan. Sebagai contoh, perkembangan nilai-nilai Bushido (moral militer) seperti sifat-sifat kesederhanaan, sifat ekonomis, kesetiaan dan kesatria. Selain itu, kebudayaan tradisional Jepang seperti seni upacara minum teh (saado), seni merangkai bunga (kadou) dan seni membuat kue Jepang, drama Noh (nou), seni arsitektur puri, musik samisen, drama boneka joururi, drama kabuki tumbuh pada masa. Dapat dikatakan bahwa masa ini adalah masa keemasan perkembangan budaya tradisional Jepang. Shintoisme merupakan ajaran yang mengandung politik religius bagi Jepang, sebab saat itu taat kepada ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar dan berarti pula berbakti kepada negara dan politik Negara, kemudian agama Shinto bercampur dengan agama Budha demikian pula dengan agama Konghucu (Konfusianisme) yang masuk ke Jepang langsung dari tanah asalnya (Cina) pada abad ke-7. Sistem politik Jepang pada masa Tokugawa memang banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran dari Konfusianisme. Filsafat Konfusianisme mengajarkan bahwa orang bijaksana harus memberikan pelajaran kepada rakyat, doktrin inilah yang menyebabkan pemerintahan Tokugawa menerapkan sisten otokrasi dalam menjalankan pemerintahan feodalnya.

5.2 Saran

Pertama, untuk lembaga UPI, tulisan ini dapat dijadikan sumber bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai kebudayaan Jepang. Untuk Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, nilai-nilai yang terkandung dalam reformasi dapat dijadikan pembelajaran bagi mahasiswa sebagai calon pendidik Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya untuk lebih memahami beragam kebudayaan


(4)

87

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang ada di dunia. Untuk jurusan Pendidikan Sejarah, tulisan ini dapat memperkaya penulisan dan sumber bacaan mengenai negara Jepang khususnya mengenai reformasi Shinto di Jepang pada zaman Tokugawa (1603-1868), serta dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam reformasi kebudayaan ini.

Kedua, untuklingkungansekolah, nilai-nilai yang terkandung dalam reformasikebudayaan pada pembelajaran Sejarah adalah mampu memahami mengenai keberagaman kebudayaan di dunia, termasuk kebudayan Indonesia. Materi mengenai reformasi ini terdapat dalam pembelajaran sejarah kelas XII semester I, mengenai kebudayaan Hindu-Budha dan islam di Indonesia. Dalam materi tersebut terdapat pembahasan mengenai perpaduan antarkebudayaan di Indonesia yang menghasilkan suatu perubahan kebudayaan dan keberagaman.

Ketiga, bagi seluruh masyarakat, menjaga kelestarian budaya bangsanya adalah suatu kewajiban. Dalam kehidupan masyarakat harus bisa menjaga dan menghargai kebudayaan bangsanya, unsur-unsur budaya asing yang masuk tidak dianggap sebagai kebudayaan yang dapat merusak kebudayaan yang ada, tetapi bisa dianggap sebagai hal positif yang dapat memperkaya kebudayaan sendiri. Keberagaman kebudayaan Indonesia yang terdiri dari agama, suku bangsa dan adat istiadat yang berbeda-beda bisa hidup dengan harmonis tanpa menimbulkan suatu konflik.


(5)

88

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Abdurrahman, D. (2007). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu.

Anesaki, Masaharu (1963).History of Japanese Religion. Tokyo: bunkyo-ku Tokyo Japan.

Beasley, W. G. (2003). Pengalaman Jepang: Sejarah Singkat Jepang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Bellah, N Robert. (1992). Religi Tokugawa. Jakarta: Gramedia.

Bunce, William K. (1995). Religion in Japan (Budhhism, Shinto, Christianity). Charles E. Turttle Company: Ruttland.

Dasuki, A. (1963). Sedjarah Djepang. Bandung: Balai Pendidikan Guru.

Dasuki, A. dan Rochyati, W. (1989). Sejarah Asia Timur: Seri C. Ciamis: STKIP Galuh Ciamis.

Davis, W. (1992). Japan Religion and society Paradigms of stucture and Change. New York Press.

Duus , P.(1998). Modern Japan. USA: houghton mifflin company. Gotchlak, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta : UI Press.

Harooyunian, H. D. (1970). Toward Restoration. University of California Press. Ismaun (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.

Jansen, Marius B. (2002). The Making Of Modern Japan. Amerika: Harvard University Press.

Koentjaraningrat (2000). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Kuntowijoyo. (2005). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. Lan, N J. (1961). Djepang Sepandjang Masa. Jakarta: Kinta Djakarta.

Matsonusuke, Nishiyama. (1997). Edo Culture (daily life and diversion in urban

Japan 1600-1868). University of Hawaii press.

Mattulada. (1979). Pedang dan Sempoa: Suatu Analisa Kultural Perasaan


(6)

89

Arni Febriani, 2013

Reformasi Shinto Pada Masa Tokugawa (1603-1868)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Reischauer, Edwin O. (1982). Manusia Jepang. Jakarta: Sinar Harapan.

Soekanto, Soerjono. (1987). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Sjamsudin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Supardan, D. (2008). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan

Struktural. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Susilo. (2009). Spirit Jepang, Jogjakarta: Garasi.

Tsunaneri, Tokugawa. (2007). The Edo Inheritance. Tokyo: International House of Japan.

UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wiriaatmadja, R. (2004). Sejarah peradaban Cina. Bandung: Humaniora.

Yamamoto, Kosho. (1960). A History of Japanese Buddhism. Tokyo: Bukkyo Dendo Kyokai, Tokyo

Sumber Internet:

Wikipedia. (2012) Agama Shinto. [online]. Tersedia:

(http://en.wikipedia.org/wiki/shinto). (27 Oktober 2012)

Wikpedia. (2012). Feodalisme. [online]. Tersedia: (http:// en.wikipedia.org/wiki/feodalisme). (27 Oktober 2012)

Wikipedia. (2012). Ranguku. [onine]. Tersedia: (http:// en.wikipedia.org/wiki/Rangaku). (27 Oktober 2012)

Ardika, Nyoman. (2011). Religi Yang Berkembang Pada Era Tokugawa dan

Meiji.[online]. Tersedia: