PEMANFAATAN SITUS SINGOSARI DALAM MENGEMBANGKAN LITERASI SEJARAH PESERTA DIDIK : Penelitian Kualitatif Naturalistik di SMP Islam Al-Maarif 01Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 11

C. Klarifikasi Konsep ... 12

D.Tujuan Penelitian... 15

E. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A.PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL ... 17

1. Pengertian Sejarah Lokal ... 17

2. Tujuan Pengajaran Sejarah Lokal di Sekolah ... 18

B. Pemanfaatan situs Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah Lokal ... 20

1. Pengertian Situs Sejarah ... 20

2. Manfaat Situs Sejarah dalam Pembelajaran ... 23

3. Metode Pembelajaran dalam Memanfaatkan Situs Sejarah ... 27

C. Literasi Sejarah ... 30

1. Pengertian Literasi Sejarah ... 30

2. Perkembangan Pengertian Literasi Sejarah ... 32

3. Indeks Literasi Sejarah ... 35

D. Situs Sejarah Singosari ... 42

1. Candi Singosari ... 42

2. Arca Dwarapala ... 44

3. Candi Sumberawan ... 46

4. Petirtaan Kendedes ... 48

E. Penelitian Terdahulu ... 49

F. Paradigma penelitian ... 52

BAB III. METODE PENELITIAN A.Lokasi Penelitian ... 53


(2)

B. Pendekatan Penelitian ... 54

C. Teknik Pengumpulan Data ... 56

1. Metode Observasi ... 56

2. Metode Interview (wawancara) ... 58

3. Metode Dokumentasi ... 60

E. Metode Analisis Data ... 61

F. Keabsahan Data ... 66

H. Tahap-Tahap Penelitian ... 68

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Peneliti an ... 70

1. Gambaran Umum SMP Islam Al Maarif ... 70

2. Deskripsi Tentang Singosari ... 76

3. Pemanfaatan Situs Singosari dalam mengembangkan Literasi Sejarah ... 77

a. Perencanaan Pembelajaran IPS dalam Mengembangkan Literasi Sejarah Peserta Didik dengan Memanfaatkan Situs Singosari di SMPI al-Ma’arif 01 Singosari. ... 79

b. Pelaksanaan Pembelajaran IPS dalam Mengembangkan Literasi Sejarah Peserta Didik dengan Memanfaatkan Situs Singosari di SMPI al-Ma’arif 01 Singosari. ... 87

c. Penilaian (Proses Evaluasi) Pembelajaran IPS dalam Mengembangkan Literasi Sejarah Peserta Didik dengan Memanfaatkan Situs Singosari di SMPI al-Ma’arif 01 Singosari. ... 99

d. Kendala yang di Hadapi Oleh Guru dan Peserta Didik di SMPI al-Maarif 01 Singosari dalam Memanfaatkan Situs Singosari. ... 103

B.PEMBAHASAN ... 107

BAB V. KESIMPULAN dan REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 146

B. Rekomendasi ... 148 DAFTAR PUSTAKA


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Literasi sejarah merupakan suatu kemampuan yang penting dimiliki peserta didik dalam pembelajaran IPS. Dalam konteks kekinian, literasi memiliki arti yang sangat luas. Literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikiran kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar. Bukhori (2005) mengemukakan “Literasi kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan informasi tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat.” Maka literasi sejarah dapat diartikan sebagai suatu sikap literat terhadap sejarah berdasarkan pengetahuan dan pemahaman yang dikembangkan oleh peserta didik. Literasi sejarah tidak menjadikan peserta didik hanya melek akan sejarah tetapi juga memiliki sikap kritis dan peka terhadap lingkungan sejarah.

Ahonan (2005:1) memandang historical literacy adalah kemahiran dalam membaca dan mendiskusikan sejarah, Jika seseorang mampu mempertanyakan bukti dan penjelasan sejarah, maka orang tersebut dianggap telah memahami konsep-konsep dasar sejarah sebagaimana yang diungkapkannya bahwa :

Historical literacy’ is a behaviouristic term suggesting a mastery of the basic historical information, which enables historical reading and discussion. If the person can ask questions of evidence and explanation, he or she is assumed to have a grasp of the basic procedural concepts of history and to be a critical reader.


(4)

Oleh karena itu, dalam pengembangan literasi sejarah, seseorang dituntut untuk banyak berinteraksi dengan bukti sejarah yang merupakan sumber pengetahuan sejarah yang akurat.

Adapun kelebihan pembelajaran dengan mengembangkan literasi sejarah menurut Nokes (2011) siswa tidak hanya diberikan pengetahuan fakta-fakta masa lalu, namun juga diajarkan seperangkat kemampuan dalam membaca, menulis dan memberikan argumen tentang bukti sejarah. sebagaimana yang diungkapkannya bahwa:

Historical literacy is not about a purposeless knowing of facts about the past. Historical literacy implies the possession of the skill set necessary to read, reason, write, and learn with historical evidence. Factual and conceptual knowledge facilitates historical literacy and factual and conceptual knowledge grows when students practice historical literacy.

Selain itu, literasi sejarah memungkinkan siswa untuk mandiri dalam membangun interpretasi dari masa lalu berdasarkan bukti sejarah. Hal ini sangat mendukung pembelajaran IPS (sejarah) yang bersifat empiris dan menuntut siswa untuk memastikan kebenarannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Charles Saignobors (Tamburaka, 1999:18) yaitu “Sejarah bukanlah suatu ilmu saja melainkan suatu metode untuk memastikan fakta. Kelompok pengetahuan yang bersifat metodis hanya dapat diperoleh melalui pengalaman.”

Salah satu cara upaya untuk mengembangkan literasi sejarah peserta didik terutama dalam pembelajaran IPS (sejarah) di sekolah adalah dengan memanfaatkan benda-benda bersejarah yang ada di lingkungan sekitar para peserta didik karena pembelajaran sejarah di sekolah sering kali kurang menarik bahkan membosankan. Untuk meningkatkan respon dan minat peserta didik


(5)

terhadap pelajaran sejarah adalah dengan menciptakan pola pembelajaran sejarah yang terkait dengan situasi lingkungannya. “Kegiatan pembelajaran sejarah memerlukan medium untuk mengembangkan rasa kepedulian dan ketertarikan ranah kedaerahan dengan menggali lebih dalam tentang masa lalu di daerahnya” (Wasino, 2009). Medium tersebut salah satunya adalah situs sejarah.

Menurut undang-undang no 11 tahun 2010 pasal 9 ayat 1 dan 2, Situs sejarah dalam kaitannya dengan peninggalan sejarah atau sebagai warisan budaya yang disebut dengan situs cagar budaya adalah lokasi yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur cagar budaya dan menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu. Berbagai peninggalan sejarah seperti candi, masjid, kitab suci, keraton, arca, prasasti, makam dan benteng semua berada dalam situs tersebut. Fungsi dari situs adalah sebagai referensi bagi generasi demi generasi dalam memahami nilai-nilai sejarah terkait dengan kisah manusia yang terjadi di dalam kemelut persoalan politik, sosial, dan budaya. “Dalam konteks tersebut, situs-situs bersejarah merupakan tanda yang secara semiotik dan faktual dapat dibaca untuk mengenali sosok sebuah kekuasaan dan tokohnya secara komprehensif“ (Wibowo, 2009).

Pemanfaatan situs sejarah dapat memberikan pengalaman yang tidak mereka temukan di kelas. Mereka dapat melihat secara langsung benda-benda bersejarah dan bentuk-bentuk bangunan pada zaman dahulu. Pengalaman-pengalaman tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik dalam belajar. Menurut Hubermas (Budiningsih, 2007:73) “Belajar akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya.” Melalui interaksinya dengan


(6)

objek dan lingkungannya, pemahaman akan objek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci. Selain itu, dengan pengalaman, peserta didik akan menjadi pelajar yang sesungguhnya, sebagaimana pendapat aliran Pragmatis, “pelajar adalah subjek yang memiliki pengalaman sehingga mampu menggunakan kecerdasannya memecahkan situasi problematis. Seorang pelajar (dalam) belajar sebagaimana ia bertindak terhadap lingkungannya dan pada gilirannya, dirangsang bertindak oleh lingkungannya” (Knight, 2007:118). Dengan demikian, pembelajaran sejarah dengan memanfaatan situs tidak lagi menuntut peserta didik menghafal serangkaian materi melainkan lebih pada membelajarkan bagaimana mereka dapat beradaptasi terus menerus terhadap dunia yang berubah, sehingga literasi sejarah peserta didikpun dapat berkembang.

Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa situs sejarah sangat mendukung pengembangan literasi sejarah karena keberadaannya mampu menjawab berbagai pertanyaan yang muncul dalam proses pembelajaran terutama berkaitan dengan sejarah. Adapun realita di lapangan, tidak banyak situs sejarah yang digunakan sebagai sumber pembelajaran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Heriawan (2009) bahwa:

Jawa Timur menyumbangkan banyak peninggalan sejarah. Namun, coba tanyakan kepada pelajar yang tinggal di sekitar Singosari, pernahkah mereka mendapat tugas membuat makalah tentang Candi? Atau, bertanyalah kepada peserta didik di Mojokerto, “Apa lambang kerajaan Majapahit? Tanpa bermaksud apriori, hampir pasti mereka akan terdiam, menjawab pun ragu”. Padahal, peserta didik dalam pembelajaran sejarah di sekolah idealnya mereka melihat secara langsung kehidupan nyata, bukan materi yang jauh dari realitas. Sebagaimana dikemukakan oleh Mulyana (2007:1) bahwa “Belajar sejarah yang


(7)

baik dapat berasal dari pengalaman sehari-hari peserta didik. Kedekatan emosional peserta didik dengan lingkungannya merupakan sumber belajar yang berharga.”

Fakta yang diungkap oleh Heriawan di atas, mendorong peneliti untuk mengkaji tentang pemanfaatan situs sejarah khususnya situs Singosari yang berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran di bidang pendidikan mengingat banyak lembaga pendidikan tersebar di sekitar situs Singosari dari tingkat PAUD, TK, SD sampai SMA. Lokasinya yang mudah ditempuh, dan keberadaannya yang masih dilestarikan sehingga masih terjaga dengan baik, membuat suasana situs Singosari sangat menyenangkan untuk dinikmati baik untuk tujuan wisata maupun pembelajaran.

Situs Singosari berada di daerah Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Situs ini merupakan peninggalan kerajaan Singosari yang merupakan embrio dari kerajaan Majapahit sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia Timur. Sebelum berdirinya Majapahit, Singasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa.

Secara historis Singosari merupakan salah satu daerah yang berperan dalam awal penyebaran agama Hindu-Buddha di Jawa Timur sekitar abad 13 M. Beberapa peninggalan arkeologi yang bercirikan Hindu-Buddhapun ditemukan di sana, antara lain candi Singosari yang merupakan tempat pendarmaan abu jenazah raja Kartanegara dan digunakan umat Hindu-Buddha untuk sembahyang, Arca Dwarapala yang menjadi pintu gerbang kerajaan Singosari, candi Sumberawan


(8)

yang merupakan satu-satunya stupa di Jawa Timur yang digunakan sembahyang oleh umat Hindu-Buddha, dan Petirtaan Watugede yang merupakan tempat pemandian putri Ken Dedes untuk disucikan dan diruwat sehingga memberikan keturunan raja-raja besar di Indonesia. Bangunan-bangunan sejarah tersebut banyak menyimpan aspek-aspek kultural masyarakat Singosari mulai dari aspek agama, adat-istiadat, pandangan dan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat, dan aspek budayapada zaman itu.

Berdasarkan fakta di atas, Singosari ditetapkan sebagai situs arkeologi dan kawasan konservasi purbakala. Dalam perkembangannya, Singosari bukan lagi menjadi daerah yang bercorak Hindu-Buddha, akan tetapi Singosari telah menjadi kota santri yang dipenuhi dengan lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren, penduduknya mayoritas beragama Islam, Suasana daerahnyapun menjadi religius. Rendahnya perhatian pemerintah setempat terhadap kelestarian lingkungan budaya, serta rendahnya pemahaman masyarakat akan nilai historis daerah Singosari mengakibatkan peninggalan-peninggalan sejarah hanya menjadi simbol daerah Singosari semata. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan. Jika tidak ada tindakan dari pemerintah maupun masyarakat, maka nilai historis daerah Singosari akan hilang.

Keberagaman situs di Kecamatan Singosari seharusnya memberikan peluang bagi warga Singosari untuk lebih dekat dalam memahami sejarah lokalnya. Namun, pengetahuan warga Singosari perihal sejarahnya sangat rendah, kepedulian dan kesadaran akan pentingnya kelestarian cagar budaya juga sangat kurang. Seperti hasil temuan penelitian Amelia Driwantoro yang dikutip oleh


(9)

Wiharjono (2009) menyatakan bahwa „peninggalan sejarah Singosari banyak yang rusak, sering warga menemukan benda bersejarah tapi tidak tahu arti benda yang ditemukan, rasa ingin menjaga dan menginformasikan sekedar harapan‟. Kenyataan ini juga menjadi keresahan tersendiri bagi peneliti karena dampaknya pasti akan berimbas pada kelestarian cagar budaya Singosari yang terancam.

Situs sejarah yang ada di suatu daerah tertentu merupakan bagian dari sejarah lokal daerah tersebut termasuk situs Singosari. Walaupun sejarah kerajaan Singosari merupakan bagian dari sejarah nasional, namun bagi masyarakat yang berada di sekitar kecamatan Singosari Kabupaten Malang, kerajaan Singosari adalah sejarah lokalnya. Menurut Taufik Abdullah yang dikutip oleh Mulyana (2007:17) sebuah konsep sejarah lokal „berarti sejarah yang terjadi dalam lokalitas yang merupakan bagian dari unit sejarah bangsa atau negara. Tetapi, sejarah lokal bisa saja terdiri dari unit penelitian yang lebih rendah bagian dari yang lebih besar‟.

Pembelajaran Sejarah lokal pernah menjadi agenda penting dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) tentang Pembelajaran Sejarah pada tanggal 11 s.d. 13 Juli 2006 di Surabaya. Adapun salah satu hasil dari pertemuan tersebut adalah materi yang dikembangkan dalam pembelajaran sejarah harus memiliki pendekatan multikultural. Implikasi dari pendekatan multikultural adalah materi sejarah harus mengembangkan materi sejarah lokal yang bersumber dari peristiwa-peristiwa lokal yang terjadi di suatu daerah melalui peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di daerah tersebut (Depbudpar, 2006).


(10)

Hasil Mukernas tersebut di atas tidak terlepas dari keresahan para pemerhati dan guru sejarah atas berbagai persoalan bangsa sekarang ini, satu di antaranya adalah ancaman disintegrasi bangsa. Adapun beberapa sebab disintegrasi bangsa menurut Kartodirdjo yang dikutip oleh Turmuzi (2011) dikemukakan bahwa:

Kesalahan pembuat kebijakan terkait dengan kurikulum sejarah membuat generasi bangsa tidak memahami perjuangan bangsanya. Selain itu, kesalahan guru sejarah dalam proses pembelajaran, kurikulum sejarah cenderung berpihak kepada penguasa dan tidak memberikan ruang pada materi sejarah lokal. Padahal banyak peristiwa lokal yang bernilai edukatif, inspiratif, dan rekreatif.

Berdasarkan paparan di atas, Pembelajaran sejarah lokal tentang kerajaan Singosari ini sudah seharusnya menjadi perhatian serius oleh lembaga pendidikan dengan memanfaatkan peninggalan-peninggalannya guna tujuan pembelajaran. Namun, berdasarkan observasi peneliti pada Oktober 2011 Situs Sejarah Singosari tidak dimanfaatkan dalam pembelajaran khususnya untuk pembelajaran sejarah. Pembelajaran Sejarah tentang Singosari selama ini bersifat teoritis dan teksbook tanpa pernah membawa peserta didik ke situasi riilnya.

Padahal, dalam pembelajaran IPS, berbagai macam situs yang ada akan memudahkan peserta didik mengeksplorasi beragam materi sejarah lokal seluas-luasnya. Sebab, materi sejarah lokal dapat disajikan secara kontekstual. Peserta didik diajak bersinggungan secara langsung dengan lingkungannya. Peserta didik dapat melakukan pengamatan, maupun wawancara dengan pemandu lokal. Maka, selain dapat memperkaya pengetahuan peserta didik, sekaligus merupakan alternatif baru cara belajar peserta didik yang lebih menyenangkan.


(11)

Pembelajaran sejarah tentang kerajaan Singosari menjadi bagian dari kurikulum pendidikan untuk pelajaran IPS yaitu terdapat di kelas VII semester genap dengan standar kompetensi memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Buddha sampai masa kolonial Eropa, dan kompetensi dasarnya adalah mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Buddha serta peninggalan-peninggalannya. Keberadaan situs Singosari akan menjadi bukti nyata dari cerita sejarah yang dibelajarkan tersebut.

Berdasarkan hasil survey peneliti pada Januari 2012 di SMPI al-Ma‟arif Singosari kelas VII sebagai lokasi penelitian dan Subjek penelitian bahwa sebagaian besar peserta didik kelas VII A sejumlah 33 orang atau 76,8 % dari peserta didik pernah mempelajari tentang sejarah kerajaan Singosari ketika ada di jenjang sekolah dasar akan tetapi 90,7% Peserta didik atau 39 orang belum pernah mengunjungi peninggalan-peninggalan sejarah yang berada di sekitar sekolahnya untuk tujuan pembelajaran. Hanya 4 orang atau 9,3% yang pernah mengunjungi peninggalan-peninggalan sejarah Singosari untuk kepentingan pembelajaran, itupun hanya candi Singosari.

Berdasarkan hasil survey pada Januari 2012, sebagian besar peserta didik atau 39 orang mengetahui peninggalan sejarah kerajaan Singosari. Namun, 16 orang dari mereka tidak mampu menyebutkan namanya secara tepat. Hanya 8 orang yang mampu menyebutkan nama peninggalan sejarah itu secara tepat yaitu hanya Candi Singosari dan arca dwarapala, 3 peninggalan lainnya mereka tidak mengetahui. Sedangkan 15 orang yang lainnya hanya mampu menyebutkan 1


(12)

nama yang tepat yaitu candi Singosari dan nama yang lainnya kurang tepat. Adapun 4 orang lainnya (9,3%) tidak tahu sama sekali.

Dari hasil survey di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan peserta didik tentang situs Singosari masih kurang walaupun mereka dikelilingi berbagai peninggalan sejarah. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan karena ketika masyarakat lokal tidak lagi memahami sejarah sebuah situs di daerahnya, maka dapat dipastikan perasaan ingin merawat dan menjaga itu akan hilang. Jangankan merawat, mengunjungi saja enggan. Jika demikian halnya, transformasi nilai historis dan spirit sebuah situs terhadap penduduk lokal tidak akan terjadi (Kuntowijoyo, 1984:6).

Hasil survey tersebut dikuatkan dengan hasil wawancara (Januari 2012) dengan beberapa peserta didik yang pernah mengunjungi candi Singosari, menyatakan bahwa peserta didik berkunjung ke candi arah hanya untuk mengetahui peninggalan sejarah pada masa lampau dan cerita tentang sejarahnya. Akibatnya ketika ditanya tentang hasil belajarnya terkait sejarah Singosari, peserta didikpun hanya bisa menyebutkan nama candinya, mengingat-ingat tahun berdiri dan nama rajanya. Selain itu peserta didik juga menggambarkan kisah pemberontakan yang terjadi. Tidak tampak dari peserta didik kemampuan untuk menjelaskan lebih dalam terkait sejarahnya apalagi untuk mendiskusikannya dan menjadikannya pedoman dalam menjalankan kegiatan/aktivitas sehari-hari.

Berhubungan dengan alasan-alasan, tujuan-tujuan dan seperangkat hal penting di atas, penelitian ini kemudian dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan situs Singosari dalam kaitannya untuk mengembangkan


(13)

literasi sejarah peserta didik di SMP Islam al-Maarif 01 Singosari. Pengembangan literasi sejarah peneliti anggap sebagai langkah yang tepat dalam meningkatkan mutu pembelajaran IPS (sejarah) berdasarkan paradigma penelitian pada bab II. B.Fokus Masalah

Identifikasi masalah yang dijadikan fokus penelitian ini adalah bagaimana pemanfaatan situs Singosari dalam mengembangkan literasi sejarah peserta didik di SMP Islam Al-maarif 01 Singosari. Guna memperjelas arah dari fokus masalah ini, dijabarkan lebih lanjut dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS dalam mengembangkan literasi sejarah peserta didik dengan memanfaatkan situs Singosari di SMPI al-Ma‟arif 01 Singosari?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dalam mengembangkan literasi sejarah peserta didik dengan memanfaatkan situs Singosari di SMPI al-Ma‟arif 01 Singosari?

3. Bagaimana evaluasi pembelajaran IPS dalam mengembangkan literasi sejarah peserta didik dengan memanfaatkan situs Singosari di SMPI al-Ma‟arif 01 Singosari?

4. Kendala apakah yang dihadapi oleh guru dan peserta didik di SMPI al-Ma‟arif 01 Singosari dalam memanfaatan situs Singosari.


(14)

C. Klarifikasi Konsep

Klarifikasi konsep dalam penelitian ini terdiri dari : situs sejarah , dan literasi sejarah.

Pertama, “Situs sejarah dalam kaitannya sebagai warisan budaya yang disebut dengan situs cagar budaya adalah lokasi yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur cagar budaya dan menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu” (UU no 11 tahun 2010 pasal 9 ayat 1 dan 2). Situs sejarah lokal dalam penelitian ini adalah situs purba yang secara administratif terletak di kawasan cagar budaya Singosari. Letak situs ini berada di kecamatan Singosari kabupaten malang. Situs-situs ini merupakan peninggalan kerajaan Singosari yang bercorak Hindu-Buddha yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Situs-situs sejarah tersebut antara lain candi Singosari, candi Sumberawan, pemukiman elite kuno Kerajaan Singosari, Petirtaan Watugede (pemandian Ken Dedes), dan arca Dwarapala.

Kedua,“Literasi sejarah adalah suatu kemampuan yang dibutuhkan peserta didik dalam membaca dan mendiskusikan bukti sejarah. Jika seseorang mampu mempertanyakan tentang bukti dan penjelasan sejarah maka orang tersebut dianggap telah memahami konsep-konsep dasar sejarah dan telah menjadi pembaca sejarah yang kritis. Dengan kata lain historical literacy tidak mengharuskan seseorang asal-usul terjadinya peristiwa sejarah” (Ahonan, 2005:1).


(15)

Adapun Indeks literasi sejarah sebagai elemen kunci dari tahap pengembangan literasi sejarah rumusan Taylor yang dikutip oleh Maposa (2005:12), antara lain:

1. Peristiwa sejarah (Events of the past) :

Kemampuan siswa dalam mengetahui dan memahami peristiwa sejarah, menggunakan pengetahuan sebelumnya, dan menyadari pentingnya peristiwa yang berbeda.

2. Narasi dari masa lalu (Narratives of the past) :

Kemampuan siswa dalam memahami bentuk perubahan dan kontinuitas dari waktu ke waktu, memahami berbagai narasi dan menyikapinya dengan keterbukaan.

3. Keterampilan Penelitian (Research Skills) :

Kemampuan siswa dalam mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan bukti (artefak, dokumen dan gambar) dan asal dari isu-isu.

4. Bahasa sejarah (The language of history) :

Kemampuan siswa dalam memahami bahasa sejarah. 5. Konsep Sejarah (Historical Concepts) :

Kemampuan siswa dalam memahami konsep sejarah seperti penyebab dan motivasi.

6. Pemahaman TIK (ICT Understandings) :

Kemampuan siswa dalam menggunakan, memahami dan mengevaluasi sumber sejarah (arsip virtual) berbasis TIK.


(16)

7. Membuat Koneksi/Kaitan (Making Connections) :

Kemampuan siswa dalam menghubungkan masa lalu dengan dirinya dan dunia saat ini.

8. Perdebatan dan pertentangan (Contention and Contestability) :

Kemampuan siswa dalam memahami "aturan" dan tempat publik, dan perdebatan sejarah secara professional.

9. Representasi ekspresi (Representational Expression) :

Kemampuan siswa dalam memahami dan menggunakan kreativitas dalam merepresentasikan masa lalu.

10.Penilaian moral sejarah (Moral Judgement's in History) :

Kemampuan siswa dalam memahami isu-isu moral dan etika yang terdapat dalam penjelasan sejarah

11.Penerapan sains dalam sejarah (Applied Science in History) :

Kemampuan siswa dalam memahami penggunaan dan nilai keahlian ilmiah dan teknologi dan metode dalam menyelidiki masa lalu, seperti analisis DNA atau tes gas kromatografi.

12.Penjelasan Sejarah (Historical Explanation) :

Kemampuan siswa dalam menggunakan penalaran, sintesis dan interpretasi sejarah untuk menjelaskan masa lalu. Pemahaman historis tidak lengkap tanpa penjelasan.


(17)

D.TUJUAN

Dengan mendasarkan pada permasalahan penelitian yang ada, maka tujuan penelitian secara umum adalah untuk mendapatkan gambaran tentang proses pengembangan literasi sejarah melalui pemanfaatan situs Singosari oleh guru di SMPI al-Ma‟arif 01Singosari Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk:

1. Mendapatkan gambaran empirik tentang perencanaan pembelajaran IPS dalam mengembangkan literasi sejarah peserta didik dengan memanfaatkan situs Singosari di SMPI al-Ma‟arif 01 Singosari.

2. Mendapatkan gambaran empirik tentang pelaksanaan pembelajaran IPS dalam mengembangkan literasi sejarah peserta didik dengan memanfaatkan situs Singosari di SMPI al-Ma‟arif 01 Singosari.

3. Mendapatkan gambaran empirik tentang evaluasi pembelajaran IPS dalam mengembangkan literasi sejarah peserta didik dengan memanfaatkan situs Singosari di SMPI al-Ma‟arif 01 Singosari.

4. Mendapatkan gambaran empirik tentang kendala yang dihadapi guru dan peserta didik dalam pemanfaatan situs Singosari di SMPI al-Ma‟arif 01 Singosari.

E.MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan informasi secara ilmiah mengenai pengembangan literasi sejarah siswa melalui pembelajaran sejarah lokal dengan pemanfaatan situs sejarah.


(18)

b. Dapat digunakan sebagai sumber data penelitian lebih lanjut untuk memahami lebih jauh mengenai pemanfaatan situs Singosari dalam mengembangkan literasi sejarah peserta didik.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam merencanakan pembelajaran IPS dan tujuan pembelajarannya.

b. Memotivasi peserta didik, Guru, Masyarakat bahkan Pemerintah untuk terus memanfaatkan situs Singosari sebagai upaya pelestarian dan penjagaan lokasi situs agar selalu hidup dan memberikan makna.


(19)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPI al-Maarif 01 di kecamatan Singosari kabupaten Malang dan Situs Singosari. SMPI al-Maarif 01 ini dipilih oleh peneliti karena SMPI al-Maarif 01 peneliti anggap lokasi yang efektif untuk mengamati dan menginvestigasi pemanfaatan situs Singosari dalam mengembangkan literasi sejarah siswa SMPI al-Maarif 01 mengingat sekolah berlokasi di sekitar situs Singosari. Selain itu SMPI al-Maarif 01 yang terakreditasi “A” merupakan sekolah swasta unggulan yang menjadi sekolah percontohan bagi sekolah SMP swasta lain yang berada di Singosari, sehingga meneliti di SMPI al-Maarif 01 diharapkan mampu merepresentasikan sekolah SMP swasta yang lain.

Adapun pemilihan Situs Singosari sebagai tempat penelitian karena situs Singosari merupakan peninggalan sejarah pada zaman kerajaan Singosari yang bercorak Hindu-Budha sehingga sangat berkaitan dengan standar kompetensi dalam Kurikulum 2006 kelas VII semester II yang sedang diajarkan kepada peserta didik yaitu memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa dengan kompetensi dasar pertama yaitu mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalan-peninggalannya.


(20)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif atau naturalistik. Lincoln dan Guba lebih suka menggunakan istilah Naturalistik dengan

Naturalistic Inquiry. Menurut Guba yang dikutip oleh Moleong (2000:18)

„inkuiri naturalistik merupakan pendekatan yang berorientasi pada penemuan yang meminimalisir manipulasi peneliti atas obyek penelitian/studi.‟ Metode ini digunakan karena dalam penelitian peneliti berusaha melaksanakan pengkajian data deskriptif yang akan dituangkan dalam bentuk laporan atau uraian.

Selain tujuan di atas, metode naturalistik dipilih karena metode naturalistik dapat mengungkapkan pengetahuan yang tidak terkatakan, seperti perilaku subjek penelitian yang dapat diamati seperti perhatian, keseriusan, dan ekspresi informan pada saat wawancara maupun saat melakukan kegiatan. Oleh karena itu, ciri yang menonjol dari penelitian ini adalah cara pengamatan dan pengumpulan datanya dilakukan dalam latar/setting alamiah, artinya tanpa memanipulasi subyek yang diteliti (sebagaimana adanya natur).

Penelitian naturalistik sangat tepat untuk memecahkan permasalahan penelitian yang berkaitan dengan kegiatan manusia, seperti perubahan perilaku manusia dalam pembangunan seperti perilaku siswa. “Metode penelitian naturalistik/kualitatif digunakan untuk meneliti pada tempat yang alamiah dan peneliti tidak membuat perlakuan karena peneliti dalam mengumpulkan data


(21)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

bersifat emic, yaitu berdasarkan pandangan dari sumber data bukan dari pandangan peneliti” (Sugiyono, 2009:12).

Dalam penelitian ini, karakteristik naturalistik tampak dari tujuan penelitian yang ingin memperoleh gambaran proses pengembangan literasi sejarah peserta didik melalui pemanfaatan situs Singosari dalam pembelajaran IPS di SMPI al-Ma-arif 01 Singosari, bukan untuk mengujikan suatu teori dengan beberapa varibel melalui sebuah kuesioner. Sebagai instrumen, peneliti memberikan perhatian penuh/terfokus pada proses pembelajaran tentang pekembangan agama Hindu-Buddha dan peninggalannya yang sedang berlangsung baik di kelas maupun di Situs Singosari seperti cara guru mengajar di kelas, respon peserta didik, materi yang diajarkan, cara guru menilai siswa dan ekspresi subjek. Peneliti tidak melakukan rekayasa apapun terhadap siswa, guru, kelas dan lokasi situs, semua dibiarkan berjalan apa adanya.

Selain itu, karakteristik naturalistik juga terdapat pada proses penelitian di mana peneliti berusaha untuk mengungkapkan suatu realitas kegiatan pembelajaran berupa data deskripstif yang diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan/obeservasi dan dokumentasi terkait tentang kondisi situs, aktivitas peserta didik, dan aktivitas guru mengajar. Selanjutnya, peneliti mengorganisasikan data dalam sebuah kategorisasi berdasarkan fokus masalah yang dibuat yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran.


(22)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

Setiap kategori dijabarkan secara induktif yang dideskripsikan dan diilustrasikan dengan contoh-contoh, kutipan-kutipan para ahli dan rangkuman dari dokumen seperti RPP dan gambar.

C.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini berkaitan dengan pedoman yang akan digunakan untuk memperoleh data di lapangan. Instrumen yang paling utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan, maka terdapat tiga metode pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Peneliti melakukan aktivitas ini dengan menggunakan pedoman sebagai berikut:

a. Tehnik pengamatan yang didasarkan pengalaman langsung merupakan alat yang handal untuk menguji suatu kebenaran.

b. Observasi memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh.

c. Observasi memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku kejadian sebagaimana yang terjadi pada kenyataan yang sebenarnya (Moleong, 2000:125-126).


(23)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

Dalam praktisnya, metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan terjadi partisipan langsung dan sistematis terhadap proses yang diteliti dengan cara mendatangi langsung lokasi penelitian yaitu SMPI al-ma‟arif 01 Singosari untuk memperhatikan jalannya aktivitas pembelajaran IPS khususnya dalam pemanfaatan situs sejarah lokal baik pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di situs Singosari. Adapun yang diamati di kelas adalah lokasi kelas, sikap siswa saat mengikuti pelajaran, aktivitas peserta didik di lingkungan situs saat studi ekskursi dan aktivitas guru saat mengajar termasuk juga kesesuaian RPP dengan pelaksanaan pembelajaran (item pengamatan terlampir).

Peran aktif peneliti yang lain juga dengan mencari informasi tentang peninggalan-peninggalan sejarah yang berada di situs Singosari dengan melakukan pengamatan di sekitar candi Singosari, arca Dwarapala, petirtaan Kendedes dan candi Sumberawan untuk digunakan sebagai sumber pembelajaran dan data pendukung penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan kamera sebagai alat bantu pengamatan. Adapun yang diamati di situs Singosari adalah kondisi lingkungan situs Singosari, kondisi arca, tempat menyimpan arca dan bentuk pelestarian situs Singosari.

Selain itu, metode observasi juga digunakan peneliti untuk mengamati kondisi sekolah serta sarana dan prasarana di lapangan sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, data yang diperoleh oleh peneliti dari kegiatan observasi antara lain:


(24)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

a. Gambaran kondisi sekolah dan kelas yang mencakup sarana prasarana pendukung pembelajaran IPS.

b. Gambaran kondisi situs Singosari.

c. Uraian verbal kronologis pengembangan literasi sejarah dalam pembelajaran IPS.

d. Respon peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

2. Metode Interview (wawancara)

Teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara semi struktur. Menurut Arikunto (1993) dalam teknik ini mula-mula peneliti menanyakan beberapa pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dengan mengorek keterangan lebih lanjut yang mendalam. Pendekatan yang digunakan dalam wawancara penelitian ini adalah dengan menggunakan petunjuk umum dalam berwawancara, yaitu: Pertama, peneliti mengadakan sosialisasi terlebih dahulu sehingga peneliti diketahui/dikenal oleh responden; Kedua, diusahakan untuk menjalin keakraban peneliti dan para informan; Ketiga, peneliti menggunakan pokok-pokok pertanyaan yang mudah dijawab oleh informan.

Metode ini peneliti gunakan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan situs sejarah lokal dalam pembelajaran IPS dan langkah-langkah apa saja yang telah dilaksanakan oleh sekolah khususnya guru dalam mencapai tujuan pembelajaran IPS terutama dalam mengembangkan literasi sejarah siswa.


(25)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

Pertanyaan penelitian terdiri dari pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau aktivitas guru dalam mengajar sejarah, pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat, pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan dan pertanyaan tentang pengetahuan. Adapun bentuk-bentuk pertanyaan tersedia dalam draft wawancara (terlampir).

Penentuan informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pemanfaatan situs sejarah untuk pembelajaran IPS. Informan yang menjadi sumber data penelitian ini antara lain:

a. Kepala Sekolah : H. Moh. Syifak Mawahib, S.Pd. I b. Guru sejarah kelas VII A : Dra. Juariyah

c. Abdillah fathur rofi‟ (Siswa kelas VII A) d. Moh. Faisal ilham hidayat (Siswa kelas VII A) e. Dewangga Anto Kusuma (Siswa kelas VII A) f. Irul Ansori Bilal Effendi (Siswa kelas VII A)

g. Muhammad Fatihun Lima Ughliq (Siswa kelas VII A) h. Dea Yustitia (Siswi kelas VII A)

i. Dinni Hujjaty (Siswi kelas VII A) j. Para juru pelihara di situs Singosari .

Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah terkait dengan pendapat kepala sekolah terkait profil sekolah, keunggulan sekolah dan visi misi sekolah. Wawancara dilakukan dengan guru untuk memperoleh data


(26)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

mengenai latar belakang pendidikan guru, pendapat guru tentang pemanfaatan situs Singosari, cara guru mengevaluasi pembelajaran dan kendala yang dihadapi guru dalam mengajar IPS (sejarah). Adapun wawancara dengan siswa dilakukan untuk memperoleh data tentang pendapat, kesan dan pesan siswa saat/setelah mengikuti pembelajaran IPS dengan memanfaatkan situs Singosari, pendapat siswa tentang pembelajaran di situs dan kesulitan-kesulitan mereka saat belajar sejarah. Wawancara dengan juru pelihara situs Singosari untuk memperoleh data tentang situs Singosari yang meliputi sejarah, fungsi, upaya pemeliharaan dan keadaan situs sekarang.

3. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data atau laporan tertulis dan semua peristiwa yang isinya atas penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu dengan sengaja untuk menyimpan atau merumuskan peristiwa tersebut. Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh data sekunder.

Sumber data tambahan (sekunder) yaitu sumber data di luar kata-kata dan tindakan yakni sumber tertulis. Dilihat dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber dari buku dan majalah ilmiah, sumber arsip dokumen pribadi dan dokumen resmi. Sumber data sekunder yang digunakan penulis dalam penelitian ini terdiri dari dokumen-dokumen dan hasil record yang meliputi:

a. Katalog profil SMPI al-ma‟arif o1 Singosari.


(27)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

c. Foto-foto situs Singosari.

d. Hasil recording wawancara guru dengan transkripnya. e. Hasil recording wawancara siswa dengan transkripnya.. f. Video dokumentasi situs Singosari.

g. Buku sejarah situs Singosari

h. CD edukatif pembelajaran IPS tentang peninggalan sejarah di Singosari.

D.Metode Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan secara induktif yakni berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. “Adapun caranya adalah dengan jalan mendeskripsikan data dengan penalaran data yang logis yang mencerminkan kondisi objek penelitian” (Sudjono, 1994:40). Dalam kaitannya dengan penelitian ini, analisis data menggunakan model analisis interaksi (interactive analysis

models) milik Miles dan Huberman yang alurnya dapat digambarkan dalam skema

beriku ini :

Pengumpulan data

Reduksi data

Penyajian data

Kesimpulan /Verifikasi


(28)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

Gambar 3.1: Kompenen-komponen model analisis interaksi (sumber: Sugiyono, 2009:92)

1. Pengumpulan data (Data collection)

Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara pencarian data yang diperlukan terhadap berbagai jenis data dan bentuk data yang ada di lapangan. Ada tiga jenis data yang dikumpulkan untuk menyelesaikan penelitian ini antara lain data dari observasi, data dari wawancara dan data dari dokumentasi.

Analisis data kualitatif dimulai sejak pengumpulan data. Analisis dilakukan dengan melihat kredibilitas data yang diperoleh saat proses penelitian. Saat data penelitian yang diperoleh belum mampu menjawab permasalahan yang ada, maka peneliti akan terus melanjutkan pencarian data sampai memperoleh data yang kredibel. Misalnya, ketika peneliti melakukan wawancara dengan guru, dan jawaban guru belum memuaskan, maka peneliti akan terus melanjutkan pertanyaan sampai jenuh. Jenuh dalam artian saat pertanyaan ditanya ulang, maka peneliti hanya akan mendapatkan jawaban yang sama.

Selama proses penelitian, peneliti terus melakukan catatan lapangan, membuat catatan mengenai hal-hal yang diperlukan dan menganotasi data yang akan dibaca untuk memahami dan menganalisa data sementara. Menurut Moleong, tujuan membaca data adalah mempersiapkan landasan


(29)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

untuk analisis. Membaca catatan lapangan dan mengaitkan dengan data lainnya selama proses penelitian adalah kegiatan analisis data peneliti saat pengumpulan data.

Selain itu, selama di lapangan peneliti juga berusaha membandingkan antar data yang diperoleh mana data yang menunjang dan data yang tidak menunjang sehingga dari sini peneliti dapat menemukan kekurangan datanya. Ketika peneliti mengetahui kekuarangan datanya, maka peneliti akan terus melakukan pencarian data hingga memperoleh data yang kredibel dengan makna yang dalam.

2. Reduksi Data

“Reduksi data yaitu kegiatan yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul. Kumpulan data hasil kerja lapangan direduksi dengan cara merangkum, mengklasifikasikan sesuai fokus dan aspek-aspek permasalahan penelitian” (Sugiyono, 2010:338). Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya apabila diperlukan Proses reduksi data dalam penelitian ini dapat peneliti uraikan sebagai berikut : pertama, peneliti merangkum hasil catatan lapangan


(30)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

selama proses penelitian berlangsung baik di SMPI al-Ma‟arif 01 maupun di situs Singosari yang masih bersifat mentah/kasar ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami seperti mentranskrip hasil wawancara dengan informan dari alat perekam ke komputer. Kedua, Peneliti mendeskripsikan terlebih dahulu hasil dokumentasi berupa foto-foto proses pembelajaran IPS dalam bentuk kata-kata sesuai apa adanya di lapangan. Ketiga, peneliti membuat kalimat dalam bentuk deskripsi dan membuang data yang peneliti anggap tidak perlu

Selanjutnya, peneliti memfokuskan tiga jenis data dokumentasi, obsevasi dan wawancara pada empat kategori berdasarkan tujuan penelitian antara lain :

a. Perencanaan pembelajaran IPS dalam mengembangkan literasi sejarah peserta didik dengan memanfaatkan situs Singosari di SMPI al-Ma‟arif 01 Singosari.

b. Pelaksanaan pembelajaran IPS dalam mengembangkan literasi sejarah peserta didik dengan memanfaatkan situs Singosari di SMPI al-Ma‟arif 01 Singosari.

c. Penilaian (proses evaluasi) pembelajaran IPS dalam mengembangkan literasi sejarah peserta didik dengan memanfaatkan situs Singosari di SMPI al-Ma‟arif 01 Singosari.


(31)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

PEMANFAATAN SITUS SINGOSARI DALAM PENGEMBANGAN LITERASI SEJARAH SISWA

d. Kendala yang dihadapi oleh guru dan peserta didik di SMPI al-Ma‟arif 01 Singosari saat memanfaatan situs Singosari dalam pembelajaran IPS.

3. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah display data yaitu, menyajikan data secara jelas dan singkat untuk memudahkan memahami gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti, baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Penyajian data dalam bentuk deskripsi dan interpretasi sesuai data yang diperoleh. Penyajian data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi. Penyajian data juga dapat berupa tabel, grafik, pictogram atau sejenisnya.

Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk uraian singkat yang bersifat naratif. Adapun pola penyajian data ini dapat di gambarkan dalam pola berikut :

Perencanaan

PENGEMBANGA N LITERASI

SEJARAH


(32)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

Gambar 3.2 pola display data penelitian

Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa data akan disajikan dalam 4 kategori yang terdiri dari a. perencanaan di mana ini merupakan langkah awal guru dalam mempersiapkan pengembangan literasi siswa pada pembelajaran selanjutnya yang akan dilaksanakan dengan memanfaatkan situs Singosari. Dengan demikian, tahap perencanaan ini akan menentukan keberhasilan tahap pelaksanaan. b. Pelaksanaan. Dalam tahap ini, peneliti mendeskripsikan tentang proses pengembangan literasi sejarah siswa

dengan memanfaatkan situs sejarah. c. Tahap evaluasi dari pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam tahap ini terdapat rincian terkait apa saja indeks literasi sejarah yang telah dikembangkan hingga ditemukan kendala yang dihadapi selama proses perencanaan dan pelaksanaan d. Kendala-kendala yang ada selama proses pengembangan literasi sejarah peserta didik. Kendala-kendala ini akan menjadi bahan


(33)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

pertimbangan dalam melakukan perancanaan selanjutnya agar pengembangan literasi sejarah berikutnya berjalan dengan maksimal. 4. Penarikan kesimpulan atau verification

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan makna terhadap data yang telah dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan dari data. Data yang diikumpulkan peneliti melalui 3 metode, mempunyai kedudukan yang saling memperkuat dan saling mendukung.

Dalam kesimpulan yang peneliti buat, terdapat jawaban fokus masalah yang dirumuskan sejak awal. Kesimpulan ini merupakan temuan peneliti selama melakukan penelitian.

E.Keabsahan Data

Menurut Guba sebagaimana dikutip Muhadjir (1998: 126-30) ‟pengujian keabsahan data dalam naturalistik dapat dilakukan dengan mengukur kredibilitas, tranferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas data-data tersebut.„

1. Kredibilitas (credibility)

Ada beberapa yang dipakai naturalis untuk menguji kredibilitas suatu studi, yaitu: memperpanjang waktu tinggal bersama mereka, obsevasi lebih tekun dan menguji secara triangulasi. Triangulasi dengan sumber yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat


(34)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal itu dicapai dengan jalan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dan hasil wawancara.

b. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang secara umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan perspektif orang isu suatu dokumen yang berkaitan.

Peneliti juga menggunakan teknik member check. yaitu dengan mendatangi kembali informan sambil memperlihatkan data yang sudah diketik pada lembar catatan lapangan yang sudah disusun menjadi paparan data dan temuan penelitian. Dalam hal ini peneliti mendatangi guru yang bersangkutan.

2. Tranferabilitas

Tranferabilitas yang tinggi dalam penelitian kualitatif dapat dicapai dengan menyajikan deskripsi yang relatif dalam dan menyeluruh. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2009:53) “agar penelitian dapat diterapkan oleh orang lain maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci dan jelas, sistematis dan dapat dipercaya.” Dalam hal ini, peneliti mencoba mendeskripsikan informasi atau data penelitian secara luas dan mendalam tentang pemanfaatan situs Singosari dalam mengembangkan literasi sejarah siswa.


(35)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

Dependability (reliabilitas) temuan penelitian ini dapat diuji melalui pengujian proses dan produk (Lincoln dan Guba, 1985:515). Pengujian produk adalah pengujian data, temuan-temuan, interpretasi-interpretasi, rekomendasi-rekomendasi dan pembuktian kebenarannya bahwa hal itu didukung oleh data yang diperoleh langsung dari lapangan. Dalam penelitian ini, melakukan uji Dependability dengan cara menggunakan catatan-catatan tentang seluruh proses dan hasil penelitian.

4. Konfirmabilitas

Lincoln dan Guba menyebutkan bahwa teknik utama menentukan konfirmabilitas adalah melalui audit trial atau dengan triangulasi. Dengan

audit trial peneliti dapat mendeteksi catatan-catatan di lapangan, peneliti

juga melakukan triangulasi dengan dosen pembimbing sehingga diperoleh penafsiran yang akurat.

F. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti melakukan tiga tahap yaitu pra lapangan, kegiatan lapangan, dan analisis intensif. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bogdan dan Taylor. Begitu juga Moleong mengemukakan bahwa suatu penelitian hendaknya dilakukan dalam tahap-tahap tertentu yaitu, tahap pertama mengetahui sesuatu yang perlu diketahui. Tahap ini dinamakan tahap orientasi fokus. Pada tahap inilah pengumpulan data dilaksanakan. Tahap ketiga adalah tahap pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data (Moleong, 239 -240)


(36)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

Tahapan di atas akan diikuti oleh peneliti. Ketiga tahap tersebut dapat dijelaskan antara lain

1. Tahap pra lapangan, meliputi:

a. Menentukan lapangan dengan pertimbangan bahwa SMPI al-Ma‟arif Singosari menjalankan kegiatan pembelajaran IPS dan lokasi dekat dengan situs sejarah lokal.

b. Mengurus perizinan baik secara internal (fakultas), maupun secara eksternal (pihak sekolah).

2. Tahap lapangan, meliputi:

a. Mengadakan observasi langsung ke lapangan dengan melibatkan beberapa informan untuk memperoleh data.

b. Memasuki lapangan dengan mengmati beberapa fenomena proses dan wawancara dengan beberapa pihak yang bersangkutan.

c. Penyusunan laporan penelitian berdasarkan data yang diperoleh. 3. Tahap pengecekan data

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mengadakan pengecekan data pada subjek informan atau dokumen untuk membuktikan validitas data yang diperoleh pada tahap ini juga dilakukan perbaikan data baik dari segi bahasa maupun sistematikanya sehingga dalam laporan hasil penelitian memperoleh derajat kepercayaan yang sangat tinggi.


(37)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

BAB V

KESIMPULAN dan REKOMENDASI A.Kesimpulan

Dari uraian mengenai hasil penelitian pada bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sesuai dengan fokus penelitian sebagai berikut:

Perencanaan pembelajaran IPS dalam mengembangkan literasi sejarah peserta didik dengan memanfaatkan situs sejarah di SMPI al-Ma’arif 01 Singosari tergambar dalam RPP yang guru buat. Hal ini tampak dari indikator yang guru kembangkan seperti menyusun kronologi perkembangan kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan mendeskripsikan kerajaan Singosari serta kaitannya dengan kerajaan Majapahit. Sebelum peserta didik mengunjungi situs Singosari, peserta didik diberikan materi yang akan berfungsi sebagai modal peserta didik dalam memahami asal mula peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di situs Singosari. Selain itu, peserta didik juga akan mengetahui sejarah daerah tempat tinggalnya dan mengenal lingkungannya sebagai tempat bersejarah. Adapun proses pengembangan literasi sejarah dalam tahap perencanaan ini ada pada tahap pengetahuan konten historis. Dalam proses ini peserta didik diberikan pengetahuan tentang fakta-fakta sejarah tentang Singosari.

Pelaksanaan pembelajaran IPS dalam mengembangkan literasi sejarah peserta didik dengan memanfaatkan situs sejarah di SMPI al-Ma’arif 01 Singosari diwujudkan dengan pemutaran DVD tentang Situs Singosari di kelas, kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi situs Singosari (Studi wisata). Adapun


(38)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

keunggulan pembelajaran dalam mengembangkan lierasi sejarah dengan memanfaatkan situs Singosari yakni pemahaman peserta didik dibangun di atas pengetahuan berdasarkan bukti sejarah yang akurat dan pembelajaran sejarah menjadi lebih bermakna karena berpindah dari paradigma penghafalan fakta sejarah menuju peningkatan keterlibatan peserta didik dengan sumber sejarah. Dalam kesempatan ini, tugas peserta didik seperti seorang sejarawan profesional, meskipun baru pada tingkat perkenalan. Mereka dapat mengumpulkan, mengolah, menafsirkan, dan menyimpulkan berbagai informasi yang diperoleh dalam narasi sederhana. Inilah sebenarnya yang di cita-citakan oleh konsep literasi sejarah. Guru lebih berperan, sebagai seorang pembimbing ak-tivitas Peserta didik. Beberapa indeks literasi sejarah yang tampak dikembangkan selama proses pemanfaatan situs Singosari yaitu : pengetahuan peristiwa sejarah

(Events of the past), narasi sejarah (Narratives of the past), membuat koneksi

(Making Connections), konsep sejarah (Historical Concepts), dan penilaian moral dalam sejarah (Moral Judgement's in History).

Proses evaluasi pembelajaran IPS dalam mengembangkan literasi sejarah peserta didik dengan memanfaatkan situs Singosari di SMPI al-Ma’arif 01 Singosari dilaksanakan sebagaimana guru menilai pada materi, yakni guru menilai aktivitas peserta didik baik secara personal maupun dalam kelompok. Selain itu, nilai ditambah dari nilai pengerjaan LKS, ulangan harian, UTS dan UAS. Secara keseluruhan, apa yang telah di rencanakan dalam RPP telah diimplementasikan dengan baik. Respon positif yang ditunjukkan oleh peserta didik seperti


(39)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

kemampuan mengkritisi, kemampuan bertanya tentang bukti sejarah, memberikan saran, menunjukkan rasa bangga dan membuat narasi sederhana memberikan indikasi akan literasi sejarah peserta didik yang mulai berkembang.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pembelajaran IPS (sejarah) selama proses pengembangan literasi sejarah siswa antara lain minimnya waktu untuk pelajaran IPS (Sejarah) yaitu pertama, 1 jam pelajaran atau 40 menit dalam satu minggu membuat pengembangan literasi sejarah kurang bisa maksimal, penyampaian materi terkait dengan peninggalan-peninggalan sejarah juga disampaikan secara sederhana. Kedua, Jumlah murid yang terlalu banyak membuat guru merasa kesulitan untuk menjelaskan secara menyeluruh. Ketiga, Minat belajar peserta didik yang kurang. Keempat, pelajaran IPS (sejarah) sangat identik dengan menghafal membuat proses pembelajaran sejarah dianggap kurang penting. Kelima, Kurangnya pengetahuan guru secara mendalam terkait sejarah rekonstruksi candi.

B.Rekomendasi

Berdasarkan analisis peneliti, beberapa hal yang peneliti rekomendasikan antara lain:

1. Untuk para Guru

a. Hendaknya literasi sejarah terus dikembangkan pada SK dan KD berikutnya sehingga kemampuan literasi sejarah siswa terus berkembang.


(40)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

b. Hendaknya situs Singosari dimanfaatkan juga pada mata pelajaran selain sejarah karena situs Singosari bisa dipelajari dari berbagai aspek seperti budaya, seni dan ekonomi, tidak hanya dari aspek sejarah saja.

2. Bagi forum MGMP IPS

a. Hendaknya memiliki program-program yang dapat menambah dan memperluas pengetahuan guru tentang kesejarahan.

b. Hendaknya lebih memfokuskan kegiatannya dengan pengadaan pelatihan-pelatihan pedagogis menyangkut pemilihan strategi pembelajaran, penggunaan sumber dan media pembelajaran yang mampu meningkatkan minat dan motivasi peserta didik mengingat motivasi dan minat belajar IPS peserta didik masih kurang.

3. Bagi kepala sekolah

a. Hendaknya memberikan kebijakan strategis bagi pembelajaran IPS khususnya terkait alokasi waktu pelajaran agar guru lebih leluasa dalam menerapkan berbagai strategi, metode, dan model pembelajaran yang tepat dan lebih bermakna.

b. Hendaknya berperan aktif dalam pelestarian lingkungan sejarah yang mengelilingi lokalitas sekolah melalui kebijakan-kebijakan yang konstruktif seperti mengadakan kerja bakti siswa di area Situs Singosari.


(41)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

a. Hendaknya melakukan revitalisasi fungsi situs Singosari melalui berbagai jalur yaitu pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya. Hal ini mengingat situs Singosari memiliki banyak potensi yang dapat dieksplorasi lebih dalam untuk kelestarian situs maupun kesejahteraan masyarakat.

b. Hendaknya mengadakan kegiatan yang dapat me”remaind” masyarakat

Singosari akan sejarahnya. Karena minimnya pengetahuan, kepedulian akan lingkungan sejarah bukan karena mereka tidak mendapatkan pengetahuan tapi karena pengetahuan itu tidak dikembangkan sehingga mereka lupa.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Budiningsih, C. Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Darmawan, W. (2007). “Living Historis: Sebuah Model Pembelajaran Sejarah

Lokal”, dalam Sejarah lokal (penulisan dan pembelajaran di sekolah). Bandung: Salamina Press.

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Kartodirdjo, S. (1992). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: dari Emporium

sampai Imperium. Jakarta: Gramedia.

Knight, George. R. (2007). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: GAMA MEDIA. Kochhar, S.K. (2008). Pembelajaran Sejarah (Teaching of History). Jakarta:

Grasindo

Kuntowijoyo.1984. Seminar Sejarah Lokal. Jogjakarta : Masyarakat tsb.

Moleong. Lexy. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhadjir, N. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: rakesarasin Mulyana, A. dan Gunawan R. (2007). “Lingkungan Terdekat: Sumber Belajar

Sejarah Lokal dalam Sejarah lokal (penulisan dan pembelajaran di

sekolah). Bandung: Salamina Press

Mulyana, A. (2007). “KTSP dan Pengembangan Konsep dalam Pembelajaran Sejarah Lokal”, dalam Sejarah lokal (penulisan dan pembelajaran

disekolah).Bandung: Salamina Press.

Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Roqib, M. (2009).IlmuPendidikan Islam. Yogyakarta: Penerbit LKIS PelangiAksara.

Sedyawati, E. (2008). Keindonesiaan dalam Budaya: Buku 2 Dialog Budaya

Nasional dan Etnik, Peranan Industri Budaya dan Media Massa, Warisan Budaya dan Pelestarian Dinamis. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Shirran, A. (2008). Mengevaluasi Siswa. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.


(43)

Sjamsuddin, Helius. (2007). “Penulisan Buku Teks dan Sejarah Lokal” dalam

Sejarah lokal (penulisan dan pembelajaran di sekolah). Bandung:

Salamina Press

Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung : Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Penerbit Alfabeta Syah, D.(2007). Perencanaan Sistem Pengajaran PAI. Jakarta: Gaung Persada

Press.

Syaodih, N. dan Ibrahim R. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Tamburaka, R. E. (1999). Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah,

Sejarah filsafat dan Iptek. Jakarta: Rineka Cipta.

Taylor, Tony and Young, C. (2003). Making History: A Guide for the Teaching

and Learning of History in Australian Schools.Australia: Curriculum

Corporation.

Tompkins, G. dan Hoskisson K. (1991). Language Arts: Content and Teaching

Strategies. New York: Max Well Macmillan International Publishing

Group.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya Widja, I Gede. (1989). Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran

Sejarah. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan.

Wineburg, S.S. (2000). Historical thinking and other unnatural acts: Chartering

the future of teaching the past. Philadelphia: Temple University Press.

Sumber internet :

Maposa, M.& Wassermann, J. (2005). Conceptualising Historical Literacy. [online]. Tersedia: www.hyperhistory.org/images/.../literacy.pdf. [10 maret 2012].

Nokes, J. D. (2011). Historical Literacy. [online]. Tersedia: www.schools.utah.gov/.../Social-Studies-newsl. [10 maret 2012].

Nur, M. (2008). Penulisan Sejarah dan Budaya Lokal. [online]. Tersedia http://lpmp-aceh.com/?content=article_detail&idb=17. [25 Novembrer 2011]


(44)

Pesona Malang Raya. (2011). Petirtaan Watugede. [online]. Tersedia: http://pesonamalangraya.com/?p=1312#more-1312. [12 Oktober 2011] Resmini, N. Orasi dan Literasi Dalam Pengajaran Bahasa. [online]. Tersedia:

file.upi.edu/.../orasi__dan__literasi__dalam_pengajaran. [08 Juni 2012]. Tanpa Nama (Tn). (2002). Historical Literacy. Tersedia: www.hyperhistory.org.

[10 maret 2012]

Tn. (2011). Dwarapala: Sang Penjaga. [online]. Tersedia: http://lingkarnusantara.com/2011/11/dwarapala-sang-penjaga/ [31 November 2011]

Turmuzi, A. (2011). Peranan Pembelajaran Sejarah dalam Pembangunan

Bangsa. Tersedia: http://komunitaspendidikan.com/index.php/forum. [17

Oktober 2011]

Tranggono, I. (2008). Pentingnya Narasi Sejarah Lokal. [online]. Tersedia: http://arkeologi.web.id/articles/. [30 Oktober 2011]

Wisata Malang. (2010) Candi Singosari. [online]. Tersedia: http://www.wisatamalang.com/tour/artikel-wisata/87-candi-singosari-untuk-sang-raja.html. [12Oktober 2011]

Wisata Malang. (2010) Candi Sumberawan. [online]. Tersedia: http://www.eastjava.com/tourism/malang/ina/sumberawan-temple.html [12Oktober 2011]

Sumber Jurnal

Ahonen, S. (2005). “Historical Consciousness : a Viable Paradigm For Hystory

Education?. Journal of Curriculum Studies [Online], VOL. 37, NO. 6,

697–707.12 halaman. Tersedia:

http://ocw.openu.ac.il/opus/Static/binaries/Upload.[10 Maret 2012]

Campbell, C. M. (2002).“Ngapainke Candi?”Penggunaan

Peninggalan-peninggalan Purbakala di Jawa Timur. Dalam

www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/chris.doc. [10Oktober 2011] Lee, P. (2004). “Historical Literacy: Theory and Research. International

Journal of Historical Learning, Teaching and Research, 5(1), 1-12.


(45)

Sumber Tesis dan Skripsi

Pratiwi, I. (2012). Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Metode Debat

Plus Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar. Tesis Master pada Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana. Online]. Tersedia. www.pps.unud.ac.id/.../unud-413-473527986.

Purnamasari, I. (2011). Pengembangan Model Pembelajaran Sejarah Berbasis

Situs Sejarah Lokal Di SMA Negeri Kabupaten Temanggung. Tesis Master

pada FPS Unnes Semarang. [Online]. Tersedia: Journal.unnes.ac.id/index.php

Putra, I. (2011). Museum Gedong Kirtya Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah

Lokal Di Jurusan Pendidikan Sejarah. Skripsi sarjana pada Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha - Singaraja. [online] Tersedia: www.digilib.uns.ac.id/abstrak. pdf.

Riyandika, F. (2010). Fungsi keagamaan situs Sirak kencong abad XII-XV masehi

(Kontribusi terhadap pendidikan sejarah bersekala lokal). Skripsi sarjana

pada Universitas Negeri Malang. [Online]. Tersedia: library.um.ac.id.

Sumber Makalah

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. (2006). Rumusan Rekomendasi

Workshop Kesejarahan. Jakarta: Depbudpar.

Hafid, A. (2011). “Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Sejarah Berbasis Muatan Lokal Melalui Pemanfaatan Media Teknologi Informasi”, Makalah Pada Konferensi Nasional Sejarah IX.

Hasan, H. (1985). “Pengajaran sejarah antara Harapan dan Kenyataan”. Makalah. Seminar Sejarah Nasional di Yogyakarta.

Joharnoto, P. (2005). “Museum dan Pelestarian Budaya”, Makalah pada Loka karya Permuseuman di Kabupaten Kendal 15-17 Juni 2005.Tidak diterbitkan.

Mulyana, A. (2009). “Mengembangkan Keterampilan Penelitian dalam

Pembelajaran Sejarah”, makalah pada Workshop Kesejarahan


(46)

diselenggarakan oleh Direktorat Nilai Sejarah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan Pariwisata, Denpasar, 16-20 Juni 2009.

Wasino. 2009. “Peran dan Fungsi Guru Sejarah dalam Pemahaman Nilai-nilai Kesejarahan”. Makalah dalam Kegiatan Pemberdayaan dan Fasilitasi Organisasi Lembaga Organisasi Kesejarahan Lokal.

Sumber Artikel dari surat kabar

Bukhori, A. (2005, 26 Maret). Menciptakan Generasi Literat. Pikiran Rakyat [Online]. Tersedia: http://www.radar banten.com/mod.php? =796. [17 Oktober 2011]

Heriawan, T. (2009, 28 Agustus). Objek Sejarah, Kapan Jadi Sumber Belajar. Jawa Pos. [Online]. Tersedia: http://teguhhariawan.wordpress.com/. [17 Oktober 2011]

Wibowo, A. (2010, 25 Januari). Pentingnya Narasi Sejarah Lokal. Solo Pos. [Online]. Tersedia: http://edisicetak.solopos.com/. [20Oktober 2011] Wiharjono.(2009, 03 Agustus). Mungkinkah Nasib Situs Singosari seperti

Trowulan?. Suara Merdeka. [Online]. Tersedia: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/08/03/75178/. [20 Ok tober 2011]


(1)

Nur Laliatus Zahroh, 2012

a. Hendaknya melakukan revitalisasi fungsi situs Singosari melalui berbagai jalur yaitu pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya. Hal ini mengingat situs Singosari memiliki banyak potensi yang dapat dieksplorasi lebih dalam untuk kelestarian situs maupun kesejahteraan masyarakat.

b. Hendaknya mengadakan kegiatan yang dapat me”remaind” masyarakat

Singosari akan sejarahnya. Karena minimnya pengetahuan, kepedulian akan lingkungan sejarah bukan karena mereka tidak mendapatkan pengetahuan tapi karena pengetahuan itu tidak dikembangkan sehingga mereka lupa.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Budiningsih, C. Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Darmawan, W. (2007). “Living Historis: Sebuah Model Pembelajaran Sejarah

Lokal”, dalam Sejarah lokal (penulisan dan pembelajaran di sekolah).

Bandung: Salamina Press.

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Kartodirdjo, S. (1992). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: dari Emporium

sampai Imperium. Jakarta: Gramedia.

Knight, George. R. (2007). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: GAMA MEDIA. Kochhar, S.K. (2008). Pembelajaran Sejarah (Teaching of History). Jakarta:

Grasindo

Kuntowijoyo.1984. Seminar Sejarah Lokal. Jogjakarta : Masyarakat tsb.

Moleong. Lexy. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhadjir, N. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: rakesarasin Mulyana, A. dan Gunawan R. (2007). “Lingkungan Terdekat: Sumber Belajar

Sejarah Lokal dalam Sejarah lokal (penulisan dan pembelajaran di

sekolah). Bandung: Salamina Press

Mulyana, A. (2007). “KTSP dan Pengembangan Konsep dalam Pembelajaran Sejarah Lokal”, dalam Sejarah lokal (penulisan dan pembelajaran

disekolah).Bandung: Salamina Press.

Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Roqib, M. (2009).IlmuPendidikan Islam. Yogyakarta: Penerbit LKIS PelangiAksara.

Sedyawati, E. (2008). Keindonesiaan dalam Budaya: Buku 2 Dialog Budaya

Nasional dan Etnik, Peranan Industri Budaya dan Media Massa, Warisan Budaya dan Pelestarian Dinamis. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Shirran, A. (2008). Mengevaluasi Siswa. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.


(3)

Sjamsuddin, Helius. (2007). “Penulisan Buku Teks dan Sejarah Lokal” dalam

Sejarah lokal (penulisan dan pembelajaran di sekolah). Bandung:

Salamina Press

Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung : Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Penerbit Alfabeta Syah, D.(2007). Perencanaan Sistem Pengajaran PAI. Jakarta: Gaung Persada

Press.

Syaodih, N. dan Ibrahim R. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Tamburaka, R. E. (1999). Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah,

Sejarah filsafat dan Iptek. Jakarta: Rineka Cipta.

Taylor, Tony and Young, C. (2003). Making History: A Guide for the Teaching

and Learning of History in Australian Schools.Australia: Curriculum

Corporation.

Tompkins, G. dan Hoskisson K. (1991). Language Arts: Content and Teaching

Strategies. New York: Max Well Macmillan International Publishing

Group.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya Widja, I Gede. (1989). Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran

Sejarah. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan.

Wineburg, S.S. (2000). Historical thinking and other unnatural acts: Chartering

the future of teaching the past. Philadelphia: Temple University Press.

Sumber internet :

Maposa, M.& Wassermann, J. (2005). Conceptualising Historical Literacy. [online]. Tersedia: www.hyperhistory.org/images/.../literacy.pdf. [10 maret 2012].

Nokes, J. D. (2011). Historical Literacy. [online]. Tersedia: www.schools.utah.gov/.../Social-Studies-newsl. [10 maret 2012].

Nur, M. (2008). Penulisan Sejarah dan Budaya Lokal. [online]. Tersedia http://lpmp-aceh.com/?content=article_detail&idb=17. [25 Novembrer 2011]


(4)

Pesona Malang Raya. (2011). Petirtaan Watugede. [online]. Tersedia: http://pesonamalangraya.com/?p=1312#more-1312. [12 Oktober 2011] Resmini, N. Orasi dan Literasi Dalam Pengajaran Bahasa. [online]. Tersedia:

file.upi.edu/.../orasi__dan__literasi__dalam_pengajaran. [08 Juni 2012]. Tanpa Nama (Tn). (2002). Historical Literacy. Tersedia: www.hyperhistory.org.

[10 maret 2012]

Tn. (2011). Dwarapala: Sang Penjaga. [online]. Tersedia: http://lingkarnusantara.com/2011/11/dwarapala-sang-penjaga/ [31 November 2011]

Turmuzi, A. (2011). Peranan Pembelajaran Sejarah dalam Pembangunan

Bangsa. Tersedia: http://komunitaspendidikan.com/index.php/forum. [17

Oktober 2011]

Tranggono, I. (2008). Pentingnya Narasi Sejarah Lokal. [online]. Tersedia: http://arkeologi.web.id/articles/. [30 Oktober 2011]

Wisata Malang. (2010) Candi Singosari. [online]. Tersedia: http://www.wisatamalang.com/tour/artikel-wisata/87-candi-singosari-untuk-sang-raja.html. [12Oktober 2011]

Wisata Malang. (2010) Candi Sumberawan. [online]. Tersedia: http://www.eastjava.com/tourism/malang/ina/sumberawan-temple.html [12Oktober 2011]

Sumber Jurnal

Ahonen, S. (2005). “Historical Consciousness : a Viable Paradigm For Hystory Education?. Journal of Curriculum Studies [Online], VOL. 37, NO. 6,

697–707.12 halaman. Tersedia:

http://ocw.openu.ac.il/opus/Static/binaries/Upload.[10 Maret 2012]

Campbell, C. M. (2002).“Ngapainke Candi?”Penggunaan Peninggalan-peninggalan Purbakala di Jawa Timur. Dalam www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/chris.doc. [10Oktober 2011] Lee, P. (2004). “Historical Literacy: Theory and Research. International

Journal of Historical Learning, Teaching and Research, 5(1), 1-12.


(5)

Sumber Tesis dan Skripsi

Pratiwi, I. (2012). Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Metode Debat

Plus Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar. Tesis Master pada Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana. Online]. Tersedia. www.pps.unud.ac.id/.../unud-413-473527986.

Purnamasari, I. (2011). Pengembangan Model Pembelajaran Sejarah Berbasis

Situs Sejarah Lokal Di SMA Negeri Kabupaten Temanggung. Tesis Master

pada FPS Unnes Semarang. [Online]. Tersedia:

Journal.unnes.ac.id/index.php

Putra, I. (2011). Museum Gedong Kirtya Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah

Lokal Di Jurusan Pendidikan Sejarah. Skripsi sarjana pada Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha - Singaraja. [online] Tersedia: www.digilib.uns.ac.id/abstrak. pdf.

Riyandika, F. (2010). Fungsi keagamaan situs Sirak kencong abad XII-XV masehi

(Kontribusi terhadap pendidikan sejarah bersekala lokal). Skripsi sarjana

pada Universitas Negeri Malang. [Online]. Tersedia: library.um.ac.id.

Sumber Makalah

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. (2006). Rumusan Rekomendasi

Workshop Kesejarahan. Jakarta: Depbudpar.

Hafid, A. (2011). “Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Sejarah Berbasis

Muatan Lokal Melalui Pemanfaatan Media Teknologi Informasi”, Makalah Pada Konferensi Nasional Sejarah IX.

Hasan, H. (1985). “Pengajaran sejarah antara Harapan dan Kenyataan”. Makalah. Seminar Sejarah Nasional di Yogyakarta.

Joharnoto, P. (2005). “Museum dan Pelestarian Budaya”, Makalah pada Loka

karya Permuseuman di Kabupaten Kendal 15-17 Juni 2005.Tidak diterbitkan.

Mulyana, A. (2009). “Mengembangkan Keterampilan Penelitian dalam

Pembelajaran Sejarah”, makalah pada Workshop Kesejarahan


(6)

diselenggarakan oleh Direktorat Nilai Sejarah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan Pariwisata, Denpasar, 16-20 Juni 2009.

Wasino. 2009. “Peran dan Fungsi Guru Sejarah dalam Pemahaman Nilai-nilai

Kesejarahan”. Makalah dalam Kegiatan Pemberdayaan dan Fasilitasi

Organisasi Lembaga Organisasi Kesejarahan Lokal.

Sumber Artikel dari surat kabar

Bukhori, A. (2005, 26 Maret). Menciptakan Generasi Literat. Pikiran Rakyat [Online]. Tersedia: http://www.radar banten.com/mod.php? =796. [17 Oktober 2011]

Heriawan, T. (2009, 28 Agustus). Objek Sejarah, Kapan Jadi Sumber Belajar. Jawa Pos. [Online]. Tersedia: http://teguhhariawan.wordpress.com/. [17 Oktober 2011]

Wibowo, A. (2010, 25 Januari). Pentingnya Narasi Sejarah Lokal. Solo Pos. [Online]. Tersedia: http://edisicetak.solopos.com/. [20Oktober 2011] Wiharjono.(2009, 03 Agustus). Mungkinkah Nasib Situs Singosari seperti

Trowulan?. Suara Merdeka. [Online]. Tersedia:

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/08/03/75178/. [20 Ok tober 2011]