TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN SUNDA MELALUI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL: Studi Fenomenologi pada Sekolah Menengah Pertama di Lingkungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan.

(1)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN SUNDA MELALUI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(Studi Fenomenologi pada Sekolah Menengah Pertama di Lingkungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh

Jajang Hendar Hendrawan

0808054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

ii

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI

UNTUK MENGIKUTI UJIAN TAHAP II


(3)

iii

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS


(4)

iv

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS


(5)

v

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS


(6)

vi

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS


(7)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

ABSTRAK

TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN SUNDA MELALUI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(Studi Fenomenologi pada Sekolah Menengah Pertama di Lingkungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan)

Jajang Hendar Hendrawan (0808054)

Promotor: Prof. Dr. Idrus Affandi, SH., Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si., Muhamad Numan Somantri, Gb Em.

Krisis kepemimpinan menyebabkan sulitnya menemukan figur pemimpin yang dapat menjadi panutan bagi generasi muda. Oleh karena itu, perlu ada upaya pembinaan kepada generasi muda untuk menjadi pemimpin masa depan yang memiliki integritas moral dan intelektual. Penelitian ini berusaha untuk mentranformasikan nilai-nilai kepemimpinan Sunda melalui Pendidikan IPS di Sekolah Menengah Pertama yang berada di Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasudan. Pendekatan kualitatif dan metode penelitian fenomenologi digunakan untuk mengungkap data melalui wawancara terhadap informan yang terdiri dari tokoh budayawan, sejarawan, politik, filologi, dan akademisi (termasuk Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa). Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Nilai-nilai kepemimpinan Sunda berasal dari tradisi lisan dan tradisi tulisan yaitu cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), pinter (pintar), singer (cekatan), teger (optimis), pangger (teguh pendirian), cangker (kuat), dan wanter (percaya diri) kemudian diintegrasikan dalam kurikulum muatan lokal budaya Sunda (IPS sebagai produk). Tranformasi nilai-nilai kepemimpinan Sunda dapat dilakukan melalui transaksi Pendidikan pada kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler (IPS sebagai proses). Nilai-nilai kepemimpinan Sunda dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan yang dipraktekan siswa pada kegiatan diskusi kelas, OSIS, dan Pramuka (IPS sebagai praktek komunikasi sosial). Kurangnya pemahaman guru terhadap nilai-nilai kesundaan dan minimnya sumber belajar menjadi masalah dalam transformasi nilai kepemimpinan Sunda. Paguyuban Pasundan berusaha mengatasi masalah tersebut dengan menyelenggarakan kursus Akademi Budaya Sunda untuk guru dan pelatihan kepemimpinan Tunas Pasundan untuk siswa, bekerjasama dengan organisasi sosial Kesundaan dan Pemerintah Daerah Jawa Barat. Penelitian ini merekomendasikan agar nilai-nilai kepemimpinan ditanamkan sejak dini melalui persekolahan sehingga tertanam jiwa dan karakter kepemimpinan yang baik bagi generasi muda sebagai penerima etafet kepemimpinan masa depan bangsa.

Kata Kunci: Nilai-nilai Kepemimpinan Sunda, Transformasi Nilai, Pewarisan Budaya, dan Pendidikan IPS


(8)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

ABSTRACT

THE TRANSFORMATION OF SUNDANESE LEADERSHIP VALUES THROUGH SOCIAL SCIENCE EDUCATION

(A Phenomenological Study in Junior Secondary Schools of Pasundan Basic and Secondary Education Foundation)

Jajang Hendar Hendrawan (0808054)

Promotor: Prof. Dr. Idrus Affandi, SH., Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si., Muhamad Numan Somantri, Gb Em.

Leadership crisis has caused some difficulties in finding leadership figure as a model for young generation. Consequently, there should be some efforts in founding young generation as future leaders who possess moral and intellectual integrity. This research was aiming at transforming Sundanese leadership values through social science education in junior secondary schools of Pasundan Basic and Secondary Education Foundation. This study used qualitative approach, specifically phenomenological method to obtain data from interview with participants of this study, they were: cultural observers, historian, politicians, philologists, and academician including principals, teachers and students. The results of this study revealed that: 1) Sundanese leadership values such as cageur (healthy), bageur (kind), bener (righteous), pinter (intelligent), singer (adept), teger (optimistic), pangger (unwavering), cangker (strong), and wanter (self confident) which derived from oral and written tradition could be integrated in the curriculum through local content of Sundanese culture (in this case Social Science Education as a product); 2) The transformation of Sundanese leadership values could be carried out through educational transaction in intra curricular and extracurricular activities (in this case Social Science Education as a process); and 3) Sundanese leadership values could be used as the bases for taking decision in classroom discussion, Students Association and Boy Scout activities (in

this case Social Science as social communication practices). Teachers’ lack of

understanding Sundanese values and the minimum learning facilities were the main problems in transforming Sundanese leadership values. As a response, Pasundan foundation has tried to overcome the problems by having Sundanese Cultural Academy course for teachers and Tunas Pasundan leadership training for students. These activities were conducted in cooperation with social organization in local areas of West-Java province. This study recommends that leadership values must be implanted in early education in order to build good character and soul of leadership for youth as the ones who receive the baton of future leaders in our nation.

Key Word: Sundanese Leadership Values, Transformation of Values, Cultural Inheritance, and Social Science Education


(9)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii


(10)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman PERNYATAAN

...

iv

ABSTRAK... v

ABSTRACT... vi

KATA PENGANTAR ... vii UCAPAN TERIMA KASIH... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN... xiii DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Struktur Organisasi Desertasi……….…... 10

F. Posisi Studi... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI…… 16

A. Kajian Pustaka... 16

B. Penjelasan Konsep... 29

1. Tranformasi Nilai... 30

2. Nilai Kepemimpinan Sunda... 34

3. Transformasi nilai-nilai kepemimpinan Sunda... 48

4. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS)... 49

5. Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah (YPDM) Pasundan... 57

6. Provinsi Jawa Barat... 61

C. Landasan Teori... 63

1. Sejarah Etnologi Antropologi Sosial... 63

2. Teori Kepemimpinan dalam Sistem Nilai Budaya... 70

3. Teori Kontak Kebudayaan... 83

4. Teori Struktural Semiotik... 85


(11)

ii

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Teori Transmisi Kebudayaan... 95

BAB III METODE PENELITIAN ... 107

A. Desain Penelitian... 107

B. Lokasi dan Subyek Penelitian... 108

C. Instrumen Penelitian... 110

D. Prosedur Pengumpulan Data... 110

E. Teknik Analisis Data... 112

F. Keabsahan Data... 116

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 120

A. Karakter Kepemimpinan berdasarkan Tata Nilai Kesundaan….. 120

B. Transformasi Nilai Kepemimpinan Sunda melalui Pendidikan IPS pada Peserta Didik di SMP Pasundan……… 173

C. Hambatan dalam Transformasi Nilai Kepemimpinan Sunda di SMP Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan……. 180

D. Upaya Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan dalam Transformasi Nilai Kepemimpinan Sunda………. 186

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 193

A. Kesimpulan ... 193

B. Rekomendasi ... 196

DAFTAR PUSTAKA ... 199


(12)

iii

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Pembentukan Kesan dan Respon melalui Sifat

... 74

2.2 Kerangka Kluckhon mengenai Lima Masalah Dasar dalam

Hidup yang menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia... 81 4.1 Kontruksi Nilai-Nilai Kepemimpinan Sunda Dari Tradisi

Lisan (Babasan dan Paribasa)

... 146 4.2 Nilai Kepemimpinan dari Naskah Kuno (Tradisi Lisan)

... 159

4.3 Mengkontruksi Nilai Kepemimpinan Sunda Dari Naskah

Kuno... 165 4.4 Mengkontruksi Nilai Kepemimpinan Sunda………. 166


(13)

iv

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

1.1 Posisi Studi... 15 2.1 Ilmu-ilmu Bagian dari Antropologi... 66


(14)

v

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Penelitian……... 205 2. Transkrip Hasil Wawancara (Catatan Lapangan)

... 214

3. Integrasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Sunda dalam Silabus Mata Pelajaran

IPS... 273 4. Surat Keputusan Pembing Penulisan Disertasi

... 280

5. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Pascasarjana UPI Bandung

.. 281

6. Surat Izin Penelitian dari Paguyuban

Pasundan... 283

7. Surat keterangan telah melaksanakan Penelitian dari SMP

Pasundan 1

Cimahi... 284 8. Riwayat Hidup Penulis ... 285


(15)

vi

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS


(16)

1

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia hingga kini sedang mengalami krisis kepemimpinan sehingga semakin sulit ditemukannya figur-figur pemimpin teladan yang dapat menjadi panutan bagi generasi muda. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya kasus korupsi yang di pertontonkan para pemimpin Indonesia di seluruh daerah. Budaya korupsi sudah mewabah layaknya virus yang sulit untuk divaksinasi sehingga merusak dan menggerogoti sendi-sendi berbangsa dan bernegara di berbagai pelosok nusantara baik pemerintahan, pelayanan, pendidikan, kesehatan, dan pembangunan. Fenomena krisis pemimpin ini nyata-nyata juga telah membentuk pemahaman di masyarakat bahwa tidak ada lagi birokrasi di bumi pertiwi Indonesia yang tidak digerogoti virus korupsi ini. Maraknya kasus korupsi menjadi ciri betapa buruknya karakter pemimpin pada bangsa ini.

Di tengah-tengah krisis tersebut, ketika tak ada lagi tempat yang aman di negeri ini, wajar bila rakyat semakin rindu kehadiran sang Ratu Adil. Pemimpin yang semestinya bisa melindungi rakyat, memberi rasa aman dan nyaman, serta mengubah hidup semua orang menjadi lebih baik. Pemimpin paham tentang bagaimana mandat dari rakyat harus dikelola untuk tujuan mulia yaitu mensejahterakan rakyat.


(17)

2

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam keadaan demikian, maka kita sangat memerlukan sosok pemimpin yang mampu membawa dan mengawal perubahan bagi bangsa ini, yaitu sosok pemimpin yang oleh Burns disebut transforming leadership. Pemimpin sekarang dihadapkan kepada rakyatnya yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, terutama setelah berkembangnya media online dan social networking, sehingga mereka paham akan hak-haknya dan menjaga martabat, dan kepentingannya. Maka pemimpin tidak lagi hanya mengandalkan kepada kekutan fisik, tetapi harus lebih kepada kekuatan moral dan intelektual.

Ginanjar Kartasasmita (2013) menyatakan bahwa pemimpin masa kini dan masa depan tidak mungkin bersandar semata-mata kepada kharisma, baik dari pembawaan, karena peran sejarah atau dibuat sintetis. Kelebihan seorang pemimpin akan diukur dari prestasi nyata dan kualitas pemikirannya oleh masyararakat dan orang-orang yang setara atau peers-nya. Kapasistas para pemimpin mungkin tidak terlalu jauh dari yang dipimpinnya. Pemimpin pada masyarakat modern harus siap memimpin secara demokratis, karena kehidupan demokratis adalah senafas dengan kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Dengan demikian pemimpin yang diperlukan dan yang akan berhasil adalah pemimpin yang berjiwa demokrat. Pemimpin yang demokratis tidak harus memimpin yang lemah, dalam mengambil sikap dan bertindak. Sebaliknya pemimpin yang tegas bukan berarti pemimpin yang otoriter, tetapi justru yang mampu meyakinkan yang dipimpinnya akan kebenran arah yang akan ditempuh.


(18)

3

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun untuk menghadirkan pemimpin yang demokratis bukanlah perkara yang mudah, karena masyarakat yang semakin terbuka, dan kebebasan menjadi ciri masyarakat demokratis diperlukan untuk mengembangkan kreativitas dan keberanian pemimpin dalam mengambil keputusan yang dipandangnya tepat walaupun terkadang tidak mendapat dukungan rakyat banyak. Maka bagi seorang pemimpin diperlukan kearifan untuk menentukan mana yang terbaik, disamping memiliki tingkat pemahaman teknis, agar keputusan yang menyangkut implikasi dan kompleks tidak diambil semata-mata atas dasar intuisi, tetapi dengan dasar pengetahuan dan perhitungan yang matang.

Menurut Al Quran, seorang pemimpin bukan hanya pintar secara akademik, tetapi juga memiliki ideologi agama yang kuat dan memberi contoh perilaku Islami kepada rakyatnya. Sebab, nilai-nilai agama yang dianut seorang pemimpin akan membentuk cara dan paradigma berpikirnya dalam mengambil setiap keputusan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu ada upaya bagaimana menyiapkan kader-kader pemimpin masa kini dan yang akan datang agar mampu memimpin dengan integritas moral dan intelektual. Salah satu upaya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mentransformasi nilai-nilai kepemimpinan pada generasi muda sejak dini melalui pendidikan formal di sekolah.

Nilai-nilai kepemimpinan yang ditransformasikan diambil dari pandangan hidup orang Sunda, dengan maksud untuk menjadi pemimpin masa depan yang memiliki jatidiri kesundaan untuk membangun masyarakat global. Dalam kebudayaan Sunda terdapat nilai moral budaya yang merupakan jati diri etnik Sunda


(19)

4

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang bersumber pada nilai, kepercayaan dan peninggalan budaya Sunda yang dijadikan acuan dalam bertingkah laku (Ekajati, 1995:62). Dalam kajian akademik, nilai-nilai moral dipandang sebagai konsep kearifan lokal yang merupakan sikap, pandangan, dan kemampuan suatu komunitas di dalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya, yang memberikan kepada komunitas itu daya tahan dan daya tumbuh di dalam wilayah di mana komunitas itu berada. Kearifan lokal itu merupakan jawaban kreatif terhadap situasi geografis-geopolitis, historis dan situasional yang bersifat lokal. Kearifan lokal merupakan suatu istilah yang terkait dengan tatanan nilai moral budaya suatu masyarakat (Saini, 2005 dalam Suryadi dan Kusnendi, 2010:1).

Kebudayaan lokal Sunda relatif beranekaragam sebagai salah satu budaya yang berkembang dalam masyarakat adat sebagai kekayaan nasional. Masyarakat adat secara tradisi terus berpegang pada nilai-nilai lokal yang diyakini kebenaran dan kesakralannya serta menjadi pegangan hidup anggotanya yang diwariskan secara turun-temurun dan saling terkait dalam sebuah sistem. Pada masyarakat adat memiliki kesetiakawanan sosial, gotong-royong, musyawarah, dan kerukunan yang melekat kuat dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat heterogenitas, aktivitas, dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Hal ini tercermin dari pandangan hidup orang Sunda seperti, sareundeuk saigel sabobot sapihanean, kacai jadi saleuwi kadarat jadi salogak dan sabilulungan, (selalu bekerjasama dalam mengerjakan segala hal, dan selalu bermusyawarah dalam mengambil keputusan).


(20)

5

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat Sunda dalam hal kepemimpinannya. Sikap dasar masyarakat Sunda, yang hidup sejak lama melalui perubahan-perubahan pengaruh budaya luar, seperti: Hindu-Budha, Islam, dan modern Barat. Oleh karena itu, pengembangan kepemimpinan masa depan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan pemimpin dalam masyarakat modern yang dinamis. Masyarakat modern selalu mengalami perubahan secara terus menerus. Perubahan itu semakin lama semakin cepat didorong oleh kemajuan teknologi yang semakin pesat. Dalam keadaan demikian itu, masalah penyiapan pemimpin dan kepemimpinan generasi muda menjadi sangat penting. Oleh karena itu, generasi muda sebagai generasi harapan bangsa perlu dibentuk dan dididik untuk menjadi generasi penerus kepemimpinan bangsa. Seperti diungkapkan oleh Kartono (2009:33) bahwa: “pemimpin itu harus dipersiapkan, dididik, dan dibentuk tidak terlahir begitu saja. Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri. Biasanya dalam hal ini ditempuh pendidikan formal dan non formal yang dapat membantu seseorang untuk membentuk kemampuan sebagai pemimpin. Dari proses inilah seseorang menjadi mempunyai kemampuan yang diperlukan untuk menjadi pemimpin”.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka seorang pemimpin bisa dibentuk dengan cara dipersiapkan dan dididik baik pada lembaga formal maupun non formal. Demikian juga dengan generasi muda sebagai generasi penerus perlu dipersiapkan untuk menerima estafet kepemimpinan dengan cara dididik dipersekolahan sehingga memiliki karakter kepemimpinan yang diharapkan.


(21)

6

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sekolah merupakan tempat yang paling tepat untuk mewariskan nilai-nilai kepemimpinan, karena sekolah merupakan lembaga yang terorganisir guna melanjutkan proses pendidikan yang telah diperoleh seorang anak di rumah (keluarga) dan di masyarakat. Proses pendidikan tidak hanya membekali siswa dengan kemampuan intelektual semata, namun juga moral dan agama. Dengan dididik di persekolahan maka generasi muda diharapkan memiliki karakter kepemimpinan yang bermoral dan berlandaskan pada nilai-nilai budaya dan agama.

Oleh karena itu, perlu ada upaya bagaimana transformasi nilai-nilai tradisi kepemimpinan Sunda kepada generasi muda melalui pendidikan, khususnya Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Pendidikan IPS sangat erat kaitannya dengan persiapan anak didik untuk berperan aktif atau berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia dan terlibat dalam pergaulan masyarakat dunia (global society). Oleh karena itu, menurut Numan Somantri perlu adanya pengembangkan kultur akademis pedagogis Pendidikan IPS. Beliau memberikan gambaran tiga kultur akademis yang harus dibangun melalui Pendidikan IPS, yaitu Pendidikan IPS sebagai produk, pendidikan IPS sebagai proses, dan pendidikan IPS sebagai praktek komunikasi sosial. Substansi Pendidikan IPS sebagai produk adalah bahan-bahan yang diintegrasikan dalam kurikulumn IPS tidak sekedar ilmu-ilmu sosial saja akan tetapi teknologi, humaniora dan agama. Substansi Pendidikan IPS sebagai proses adalah transaksi pendidikan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap proses pembelajaran IPS atau dengan kata lain ilmu yang diajarkan kepada siswa harus konsisten dengan evaluasi keberhasilan dari praktek komunikasi sosial.


(22)

7

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan substansi dari pendidikan IPS sebagai praktek komunikasi sosial adalah bahwa tingkat keberhasilan IPS dapat diukur dari praktek komunikasi sosial yang dilakukan siswa baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Tradisi pengembangan pendidikan IPS tersebut sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang dinamis di tengah perkembangan dunia terus mengalami perubahan. Setiap anak dituntut untuk memiliki kemampuan, pemikiran, dan keterampilan yang lebih luas dan kompleks. Jika dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang sedang berkembang, maka model pengembangan pendidikan IPS ini sangat relevan dan perlu terus dikembangkan.

Pembelajaran IPS dewasa ini, tampaknya harus lebih diarahkan pada pembekalan dan pelatihan kemampuan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai sosial dan budaya yang diperlukan oleh peserta didik untuk mengendalikan atau memprediksi dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan masyarakatnya. Bertalian dengan konsepsi ini, masyarakat yang literasi sosial budaya sangat dibutuhkan, agar mampu mengendalikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta abrasi nilai-nilai sosial budaya di dalam masyarakatnya.

Oleh karena itu, untuk menciptakan generasi muda yang siap untuk menjadi pemimpin di masa yang akan datang perlu kiranya diberikan pemahaman tentang nilai-nilai kepemimpinan Sunda yang sudah disesuaikan dengan keadaan sekarang melalui pembelajaran IPS, agar mereka menjadi pemimpin yang memiliki jati diri Kesundaan yaitu nyantri (bersikap religius), nyunda (memiliki jati diri kesundaan),


(23)

8

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nyakola (memiliki ilmu pengetahuan), nyantika (mampu bersikap proforsional), dan nyatria (memiliki jiwa kesatria).

Inilah yang menjadi kajian penelitian, sehingga peneliti menetapkan judul penelitian ini sebagai berikut: “Transformasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Sunda melalui Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Studi Fenomenologi pada Sekolah Menengah Pertama di lingkungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan)”

B. Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah mengungkap nilai-nilai kepemimpinan Sunda yang selanjutnya ditransformasikan kepada generasi muda sejak dini melalui persekolahan yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan.

Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka dirumuskan masalah secara umum sebagai berikut: “Bagaimana transformasi nilai-nilai kepemimpinan Sunda melalui pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Sekolah Menengah Pertama di Lingkungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan?’ Agar permasalahan tersebut tidak terlalu luas maka peneliti akan membatasinya dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakter kepemimpinan berdasarkan tata nilai Kesundaan?


(24)

9

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan di sekolah yang berada di Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan?

3. Hambatan apa saja yang timbul dalam rangka transformasi nilai-nilai kepemimpinan Sunda di SMP yang berada di lingkungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan?

4. Upaya apa yang dilakukan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan dalam transformasi nilai-nilai kepemimpinan Sunda?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang bagaimana transformasi nilai-nilai kepemimpinan Sunda melalui Pendidikan IPS di sekolah menengah pertama di lingkungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan. Secara khusus tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan mengetahui hal-hal sebagai berikut:

1. Karakter kepemimpinan berdasarkan tata nilai Kesundaan.

2. Proses tranformasi nilai-nilai kepemimpinan Sunda melalui pendidikan IPS pada SMP di lingkungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan.

3. Hambatan yang timbul dalam transformasi nilai-nilai kepemimpinan Sunda di SMP yang berada di lingkungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan.


(25)

10

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Upaya yang dilakukan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan dalam transformasi nilai-nilai kepemimpinan Sunda.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menggali nilai-nilai kearifan lokal khusunya tentang nilai-nilai kepemimpinan Sunda sebagai sumber pembelajaran IPS yang dapat memperkuat konsep pendidikan IPS sekaligus sebagai revitalisasi Pendidikan IPS dalam mengembangkan kultur akademik pedagogik Pendidikan IPS sebagai Produk, Pendidikan IPS sebagai Proses, dan Pendidikan IPS sebagai praktek komunikasi sosial.

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi praktisi pendidikan sebagai berikut: 1) Bahan acuan bagi organisasi Kesundaan dalam melakukan tranformasi nilai-nilai kearifan lokal Sunda, khususnya tentang nilai-nilai kepemimpinan Sunda melalui proses pendidikan di semua jenjang pendidikan, khususnya yang berada di tatar Sunda. 2) Masukan bagi pengembang kurikulum dalam merumuskan kurikulum IPS yang bermuatan nilai-nilai kearifan lokal, khususnya dalam bidang kepemimpinan Sunda. 3) Bagi guru mampu mengembangkan sumber pembelajaran IPS yang bermuatan nilai-nilai kearifan lokal, khususnya bidang kepemimpinan. 4) Meningkatkan pemahaman siswa tentang nilai-nilai kepemimpinan berdasarkan kearifan lokal Sunda, dan 5) Bahan acuan bagi peneliti lainnya yang akan mengkaji nilai-nilai kepemimpinan yang digali dari


(26)

11

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kearifan lokal.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Struktur organisasi disertasi dalam penelitian yang berjudul Transformasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Sunda dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Studi Fenomenologi pada Sekolah Menengah Pertama di Lingkungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan Paguyuban Pasundan) akan merinci tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab, mulai dari Bab I sampai Bab V sebagaimana tertera di bawah ini: Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat/Signifikansi Penelitian, Struktur Organisasi Disertasi, dan Posisi Studi. Bab II Kajian Pustaka, Penjelasan Konsep dan Landasan Teori. Kajian Pustaka membahas tentang penelitian terdahulu yang dijadikan sumber inspirasi untuk mempertajam konsep dan teori, serta dapat menambah wawasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Penjelasan konsep dilakukan untuk menghindari kesalahan pahaman dalam pemaknaan. Konsep-konsep tersebut adalah konsep transformasi nilai, nilai kepemimpinan Sunda, transformasi nilai-nilai kepemimpinan Sunda, pendidikan IPS, Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan, Provinsi Jawa Barat. Sedangkan landasan teori dalam penelitian ini berisi teori-teori yang dipakai untuk menganalisis permasalahan tentang Transformasi Nilai Kepemimpinan melalui Pendidikan IPS. Bab III Metode Penelitian, menjelaskan tentang Lokasi dan Subyek Penelitian; Metode Penelitian; Instrumen Penelitian,


(27)

12

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prosedur Pengumpulan Data; Teknik Analisis Data; dan Pengecekan Keabsahan Data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Mendeskripsikan dan menganalisis data hasil penelitian yang diperoleh baik dari hasil wawancara dengan beberapa informan maupun dari berbagai dokumen lain yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pembahasannya dilakukan dengan mengangkat topik-topik yang disesuaikan dengan masalah penelitian sebagai berikut: Karakter kepemimpinan berdasarkan tata nilai Kesundaan, transformasi nilai-nilai kepemimpinan pada masyarakat Sunda, Hambatan yang ditemui dalam rangka transformasi nilai-nilai kepemimpinan Sunda pada SMP di lingkungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan, dan Upaya Paguyuban Pasundan dalam transformasi nilai-nilai kepemimpinan Sunda sebagai upaya membina dan melestarikan nilai-nilai Kesundaan. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi untuk memperkuat transformasi nilai kepemimpinan Sunda melalui pendidikan di persekolahan.

F. Posisi Studi

Orientasi utama pendidikan IPS adalah memberikan pengetahuan dan wawasan sosial kemasyarakatan yang berguna bagi diri dan kehidupan siswa dalam tatanan lokal, nasional, regional, dan internasional. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Bank (1990:2), bahwa sejumlah keterampilan-keterampilan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPS, meliputi: (1) keterampilan berpikir; (2) keterampilan akademik; (3) keterampilan ilmiah; dan (4) keterampilan sosial.


(28)

13

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPS adalah untuk melatih keterampilan sosial. Pembentukan sikap, perilaku dan keterampilan sosial adalah kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa. Tidak hanya penguasaan atas materi pelajaran, lebih dari itu pendidikan IPS bertujuan agar pembelajaran teraplikasi dalam aspek sikap dan perilaku. Hal ini sejalan dengan pendapat Banks (1990:3) yang menyatakan bahwa hakikat pendidikan IPS pada pendidikan dasar dan menengah adalah:

The social studies is that part of the elementary and high school curriculum whic has the primary responsibilitity for helping studens to develop the knowledge, skills, attitudes, and values needed to participate in the civic life of their local communities, the nations, and the word. While the other curriculum areas also help students to attain some skills needed to participate in a democratic society, the social studies is the only area that has the development of civic competencies and skills as its primary goal.

Maksudnya adalah IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup bernegara di lingkungan masyarakatnya. Kita menyadari bahwa ada mata pelajaran lain yang bertujuan untuk membantu para siswa agar mempunyai keterampilan yang diperlukan untuk dapat hidup berpartisipasi dalam masyarakat demokratis. Namun bagi IPS, menurut Banks, tujuan pengembangan kompentensi dan keterampilan hidup bernegara merupakan tujuan utamanya.

Demikian pula Barr, Bart, dan Shermis (1977:37) mengungkapkan bahwa program social studies di sekolah seyogyanya diorganisasikan bukan dalam bentuk


(29)

14

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran ilmu sosial yang terpisah-pisah, tetapi diorientasikan kepada upaya melatih keterampilan reflektif thingking dalam mengambil keputusan mengenai masalah publik, dengan menggunakan teori serta prinsip yang ada dalam disiplin ilmu sosial secara terpadu. Dengan demikian, pendidikan IPS bermuara pada terbentuknya keterampilan sosial untuk mengambil keputusan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat.

Keterampilan sosial memiliki empat bentuk kemampuan dasar yang digunakan dalam pergaulan antar pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Komponen-komponen tersebut adalah kemampuan untuk mengorganisir kelompok, merundingkan pemecahan masalah, menjalin hubungan pribadi yang baik dan kemampuan melakukan analisis sosial. Lebih jauh, keterampilan ini akan membawa pada keberhasilan dalam kehidupan individu. Tidak saja keterampilan ini berguna bagi kesuksesan hidup individu melainkan juga dapat menjadi tenaga penggerak dinamika kelompok.

Salah satu keterampilan sosial yang diberikan dalam pembelajaran IPS adalah pengambilan keputusan. Menurut Stoner (2003:205) pengambilan keputusan sebagai proses pemilihan suatu arah tindakan sebagai cara untuk memecahkan sebuah masalah tertentu. Dengan demikian pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif untuk pemecahan masalah sehingga pengambilan keputusan merupakan esensi/inti dari kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan. Pengambilan keputusan dilakukan oleh seorang pemimpin sebagai aktor sosial, baik dalam memimpin dirinya maupun


(30)

15

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam memimpin kelompok. Dalam mengambil keputusan seorang pemimpin harus berpedoman kepada nilai, moral, norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.

Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dibekali dengan sifat dan karakter kepemimpinan, agar mereka dapat mengambil keputusan dengan tepat. Salah satu karakter kepemimpinan yang dapat dijadikan sebagai landasan pengambilan keputusan adalah karakter kepemimpinan Sunda. Karakter kepemimpinan Sunda bersumber dari pandangan hidup orang Sunda yang berupa nilai-nilai kebaikan hidup yang sudah turun temurun dijadikan pedoman dalam kehidupan pada masyarakat Sunda. Muatan lokal Budaya Sunda dalam bentuk tata krama dan adat istiadat Sunda dapat diaplikasikan pada mata pelajaran bahasa Sunda sebagai bagian dari Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial diharapkan mampu mengembangkan keterampilan sosial siswa dalam mengambil keputusan sehingga menjadi aktor sosial yang cerdas, terampil, dan bijaksana. Posisi studi Pendidikan IPS dan Nilai-Nilai Kepemimpinan dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Pendidikan IPS Pengambilan

Keputusan Keterampilan

Sosial

Pemimpin / Aktor Sosial


(31)

16

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 1.1. Posisi Studi

Berdasarkan bagan di atas, menunjukan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk melatih keterampilan sosial, salah satu keterampilan sosial yang harus dikuasai oleh siswa adalah pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan biasa dilakukan oleh seorang pemimpin, baik dalam rangka memimpin dirinya sendiri maupun memimpin kelompok sosial tertentu. Dalam rangka mengambil keputusan seorang pemimpin harus mempunyai karakter kepemimpinan yang baik. Karakter kepemimpinan yang baik dapat bersumber dari kearifan lokal yang dapat ditranformasikan melalui muatan lokal tatakrama dan adat istiadat Sunda yang diintegrasikan dalam pembelajaran Budaya Sunda. Dengan demikian, tatakrama dan adat istiadat Sunda merupakan bagian dari Pendidikan IPS untuk melatih keterampilan sosial siswa dalam rangka pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

Tatakrama dan Adat Istiadat Sunda

Nilai/Karakter Kepemimpinan


(32)

107

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Menurut Bogdan dan Biklen (1990:21-22) penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Sementara itu Creswell (2010:4) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau kelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial.

Oleh karena itu, peneliti harus berperan aktif dalam membuat rencana penelitian,

proses dan pelaksanaannya serta menjadi faktor penentu dari keseluruhan proses dan hasil penelitian. Peneliti sebagai instrumen utama agar data-data yang diperoleh benar-benar alamiah dan langsung diperoleh dari objek atau subyek penelitian.

Pendekatan fenomenologi bertujuan untuk memahami fenomena-fenomena yang terjadi dalam subyek penelitian. Peneliti berusaha untuk membangun makna tentang suatu fenomena berdasarkan pandangan-pandangan dari partisipan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan, meggambarkan, dan menyimpulkan makna-makna atau simbol-simbol yang diteliti. Peneliti menekankan pada hal-hal subyektif, tetapi tidak menolak realitas yang ada pada manusia dan yang mampu menahan tindakan terhadapnya. Dengan


(33)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

108

pendekatan fenomenologi peneliti berusaha untuk membangun makna tentang nilai-nilai kepemimpinan Sunda yang terdapat dalam ungkapan tradisional (babasan) dan pribahasa (paribasa) kemudian ditransformasikan kepada peserta didik melalui pendidikan IPS di Sekolah Menengah Pertama yang berada di lingkungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Paguyuban Pasundan yang beralamat di Jl. Sumatera no. 40 Bandung. Latar Seting penelitian dilakukan pada sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan yang sampai saat ini memiliki 103 sekolah dasar dan menengah yang tersebar di tatar Priangan. Sekolah yang dijadikan tempat penelitian adalah SMP Pasundan 4 Bandung dan SMP Pasundan 1 Cimahi. Alasan pemilihan SMP Pasundan 4 sebagai tempat penelitian, karena lingkungan sekolah yang berada di pusat kota Bandung, serta lingkungan masyarakatnya sebagian besar masyarakat pendatang. Alasan pemilihan SMP Pasundan 1 Cimahi karena letak sekolah berada di wilayah perbatasan dengan kota Bandung. Dengan demikian, Kota Cimahi dianggap sebagai penyangga Kota Bandung.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah segala sesuatu yang akan diteliti baik berupa orang, benda, atau organisasi yang sifatnya akan diteliti. Dengan kata lain, subyek penelitian adalah segala sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung


(34)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

109

objek peneltian. Lebih jauh Lincoln dan Guba (1985:201) menjelaskan bahwa

“Subyek penelitian ini merupakan sumber informasi atau data yang ditarik dan dikembangkan secara purposif, bergulir hingga mencapai titik jenuh di mana informasi telah terkumpul secara tuntas.”

Berdasarkan hal tersebut, maka subyek penelitian dalam penelitian ini adalah Drs. Wahyu Wibisana (tokoh budayawan Sunda); Dr. HC. Tjetje Padmadinata (tokoh politik Sunda); (Dr, Undang Darsa, M.Si. dan Dr. Elis Suryani, M.Si (ahli filologi); Dr. HC. Popong Otje Djundjunan, Prof. Dr. Ganjar Kurnia, M.Ed. DEA. (tokoh pemimpin Sunda); Prof. Dr. H.M. Didi Turmudzi, Msi. (Ketua Paguyuban Pasundan0; Prof. Dr. Ir. Eddy Jusuf, M.Si, M.Kom (tokoh akademisi, rektor UNPAS); Drs. Tata Gautama (Ketua Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan), Kepala Sekolah, guru IPS dan peserta didik di SMP Pasundan 1 Cimahi dan SMP Pasundan 4 Bandung. Data yang diperoleh dari sumber data tersebut kemudian dipadukan dan dianalisis kemudian diteliti keabsahan dari data tersebut melalui kegiatan member chek, selanjutnya ditarik kesimpulan dan rekomendasi.

Data skunder diperoleh melalui studi dokumentasi, terhadap bahan tertulis naskah-naskah Sunda kuno seperti naskah Swaka Darma (Kropak 408); Sanghyang Siksakandang Karesian (Kropak 630) dan Amanat Galungung (Kropak 632) yang sudah ditranskripsi oleh Saleh Danasasmita, dkk (1987); naskah Sunda kuno Tutur Bwana dan Empat Mantra Sunda yang sudah ditranskripsi oleh Wartini, dkk (2010); cerita roman masyarakat Sunda seperti Mantri Jero dan Pangeran Kornel karangan R. Memed Sastrahadiprawira (1930)


(35)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

110

serta berupa buku-buku tentang nilai-nilai kearifan lokal kebudayaan Sunda, dan media yang berkaitan dengan masalah penelitian ini yang dikumpulkan melalui studi dokumentasi.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah sebagai instrumen penelitian. maksudnya adalah peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mencari data dengan melakukan wawancara atau observasi lapangan. Oleh karena itu, sebelum peneliti melakukan penelitian terlebih dahulu dibuat instrumen penelitian dalam bentuk kisi-kisi instrumen penelitian, serta pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman studi dokumentasi lapangan. Hal ini dilakukan agar penelitian lebih terarah sesuai dengan yang direncanakan. Kisi-kisi instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran dalam disertasi ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan informasi (data) ini, kemungkinan akan terjadi bias-bias peneliti, seperti dinyatakan oleh Denzim dan Lincoln (2009:231), terdapat sedikitnya dua hal yang mengharuskan agar peneliti bersifat hati-hati, yaitu; (1) peneliti bisa kehilangan sensitivitas terhadap aktivitas sehari-hari karena sedemikian jauh peneliti going-along, sehingga berbagai aktivitas Subyek penelitian dapat ditebak sebelumnya, sehingga peneliti dapat dibuat tidak tertarik atau bosan, dan mengakibatkan kemampuan melihat, mencatat dan merekam secara detail fenomena subyek penelitian menjadi tumpul; (2) peneliti kehilangan objektivitas terhadap setting, karena bisa jadi peneliti terikat dengan kelompok


(36)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

111

tertentu, yang bisa berakibat netralitas sebagai kolektor bahan empirik tidak terpenuhi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan dan wawancara dengan memperhatikan masalah penelitian. Observasi dilakukan sebelum wawancara dan juga selama wawancara berlangsung. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara bebas dengan sejumlah informan, baik informan kunci maupun informan tambahan. Wawancara kepada informan dimaksudkan untuk memperoleh atau mendapatkan keterangan data dari para individu tertentu untuk keperluan informasi (Koentjaraningrat, 1985:130). Wawancara mendalam (in depth interview) dilakukan dengan informan dan menggunakan pedoman wawancara semi struktur agar pengumpulan data itu bisa terarah.

Berdasarkan masalah dan tujuan ini, maka dalam pengumpulan data digunakan teknik berikut:

1. Proses wawancara mendalam, diawali dengan pengantar, secara terbuka dan jujur peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dari wawancara. Selanjutnya peneliti menyampaikan pertanyaan yang bersifat luas dan diakhiri dengan pertanyaan terbuka. Dalam melakukan wawancara dengan informan yaitu tokoh budaya sunda, tokoh politik sunda, kepala sekolah, guru dan siswa, peneliti menggunakan alat perekam, agar informasi yang diperoleh bisa diterangkan semua dan menghindari data tidak ada yang terlupakan.


(37)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

112

yang berhubungan dengan masalah penelitian. Hasil observasi ini sekaligus untuk mengkonfirmasikan data yang telah terkumpul melalui wawancara dengan kenyataan yang sebenarnya. Observasi digunakan untuk mengamati secara langsung tentang perilaku peserta didik dalam rangka pewarisan nilai-nilai kepemimpinan Sunda di SMP Pasundan 4 Bandung dan SMP Pasundan 1 Cimahi.

3. Dokumentasi, yaitu suatu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data skunder dari lembaga atau organisasi seperti Paguyuban Pasundan, Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan dan Sekolah SMP Pasundan 4 Bandung dan SMP Pasundan 1 Cimahi, hasil penelitian sebelumnya, dan sumber lainnya yang mendukung tujuan penelitian, serta berupa gambar atau photo kegiatan belajar peserta didik dalam rangka pewarisan nilai-nilai kepemimpinan Sunda.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya.

Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang


(38)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

113

perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan-satuan dan kategorisasi dan langkah terakhir adalah menafsirkan dan atau memberikan makna terhadap data.

Analisis data menurut Bogdan dan Biklen (1990:145) adalah “proses yang dilakukan secara sistematis untuk mencari dan menemukan serta menyusun transkrip wawancara, catatan lapangan (fild notes), dan bahan-bahan lain yang

telah dikumpulkan peneliti.” dengan cara ini diharapkan peneliti dapat

meningkatkan pemahamannya tentang data yang terkumpul dan memungkinkannya menyajikan data tersebut secara sistematis guna menginterpretasikan dan menarik kesimpulan.

Analisis data kualitatif mulai dengan mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Peneliti menarik kesimpulan-kesimpulan secara longgar, tetap terbuka, dan skeptic, kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan tersebut diversifikasi selama proses penelitian. Verifikasi tersebut berupa tinjauan atau pemikiran kembali pada catatan lapangan, yang mungkin berlangsung sekilas atau dilakukan secara saksama dan memakan waktu lama, serta bertukar pikiran para responden untuk mengembangkan intersubyektif. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, sehingga membentuk validitasnya (Miles & Huberman, 1992:19).

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini merujuk kepada pendapat Creswell (2010:147-150), yaitu sebagai berikut:


(39)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

114

1. Peneliti memulai dengan mendeskripsikan secara menyeluruh pengalamannya. 2. Peneliti menemukan pernyataan (dalam wawancara) tentang bagaimana orang-orang memahami topik, rinci pernyataan-pernyataan tersebut (horisonalisasi data) dan perlakuan setiap pernyataan memiliki nilai setara, serta dikembangkan rincian tersebut dengan tidak melakukan pengulangan atau tumpang tindih.

3. Pernyataan-pernyataan tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam unit-unit bermakna (meaning unit), peneliti merinci unit-unit tersebut dan menuliskan sebuah penjelasan teks (textual description) tentang pengalamannya, termasuk contoh-contohnya secara saksama.

4. Peneliti merefleksikan pemikirannya dan menggunakan variasi imajinatif (imaginative variation) atau deskripsi struktural (structural description) mencari keseluruhan makna yang memungkinkan dan melalui perspektif yang divergen (divergent perspectives), mempertimbangkan kerangka rujukan atas gejala (phenomenon), dan mengkonstruksi bagaimana gejala tersebut dialami. 5. Peneliti mengkonstruksikan seluruh penjelasannya tentang makna dan esensi

(essence) pengalamannya.

6. Proses tersebut merupakan langkah awal peneliti mengungkapkan pengalaman, dan kemudian diikuti pengalaman seluruh partisipan. Setelah semua itu dilakukan, kemudian ditulislah deskripsi gabungannya (composite description). Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data, baik itu data verbal maupun nonverbal yang tersedia dari berbagai sumber, pengamatan, dan wawancara yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, transkrip rekaman


(40)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

115

wawancara, dokumen resmi, dokumen pribadi, dan photo. Data-data tersebut dibaca, dipelajari, dan ditelaah. Langkah berikutnya mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan cara membuat abstraksi yang berisi rangkuman inti, proses dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga agar tetap berada di dalamnya.

Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data kualitatif disederhanakan dan ditransformasikan dengan beragam cara, antara lain seleksi yang ketat, ringkasan atau uraian singkat, penggolongan dalam suatu pola yang lebih luas (Miles & Huberman, 1992:16-19). Penyajian data adalah susunan sekumpulan informasi yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Peneliti berupaya menggunakan cara naratif teks, bagan, dan grafik teks. Penyimpulan mengacu kepada pencarian arti dan pemaknaan pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan sementara itu kemudian diverivikasi selama penelitian berlangsung. Makna yang muncul diuji kebenarannya, kekokohannya, kecocokannya sehingga kredibel/valid.

Dalam upaya kredibilitas hasil-hasil penelitian, peneliti telah melakukan aktivitas validasi, yaitu: triangulasi, member check, audit trail, expert opinion community validation/peerdebriefing, dan memperpanjang waktu pengamatan. Triangulasi merupakan upaya untuk melihat fenomena dari beberapa sudut, melakukan verifikasi temuan dengan menggunakan berbagai sumber informasi dan teknik.


(41)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

116

data tersebut kepada sumber data untuk diperiksa kebenarannya. Setelah peneliti menstrankipsi rekaman wawancara dan mencatat hasil pengamatan, serta menelaah dokumen, kemudian mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan memaknai data secara tertulis, lalu dikembalikan kepada sumber data untuk diperiksa kebenarannya, ditanggapi, dan kalau perlu ada penambahan data baru.

Audit trail yaitu upaya memeriksa kesesuaian antara temuan penelitian dengan data yang terhimpun melalui pelacakan terhadap catatan-catatan lapangan, metode pengumpulan data, dan teknik analisanya. Audit trail dalam penelitian ini terbuka bagi siapa saja, di antaranya para promotor, pengamat pendidikan dan budaya, dosen budaya Sunda, rekan-rekan S3 IPS UPI dan yang lainnya.

Validasi dalam bentuk expert opinion dilakukan dengan cara meminta tanggapan dari para ahli dan praktisi. Dalam konteks ini, peneliti menempatkan promotor disertasi ini sebagai ahli. Untuk keperluan validasi, peneliti melakukan wawancara mendalam dan diskusi dengan tokoh budaya Sunda.

F. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri. Penelitian kualitatif memiliki tiga kriteria untuk memeriksa keabsahan data, yaitu: credibility, trasferability, dan dependability .

Seperti diungkapkan oleh Lincoln & Guba (1985:290), secara umum untuk memeriksa keabsahaan data dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan kriteria truth value, applicability, consistency, dan netrality yang


(42)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

117

sering juga disebut dengan istilah-istilah credibility, transferability, dependability dan confirinbility. Keempat kriteria ini merupakan atribut-atribut yang membedakan penelitian kualitatif berturut-turut dengan validitas internal, validitas eksternal, reliabilitas, dan objektivitas dalam tradisi atau paradigma penelitian positivistik. Selain itu, peneliti juga melakukan triangulasi dengan melakukan cross-check yang bertujuan untuk pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini, yaitu membandingkan data yang terkumpul dengan cara memeriksa kesesuaian hasil analisis dengan kelengkapan data. Triangulasi merupakan pengecekan kebenaran data yang dikumpulkan dari suatu sumber berdasarkan kebenarannya dari sumber-sumber lain. Sesuai dengan konteks penelitian ini, suatu data atau informasi penelitian, dicek kebenarannya dari sumber-sumber lain yang juga terlibat dalam penelitian ini.

Di bawah ini dijelaskan lebih jauh tentang pengujian keabsahan temuan penelitian, sebagai berikut:

1. Credibility (derajat kepercayaan-validitas internal). Untuk meningkatkan

derajat kepercayaan dalam penelitian ini dapat dicapai dengan cara-cara: a) peneliti cukup lama di lapangan; b) triangulasi, yaitu pemeriksaan

keabsahaan data dengan cara mengecek atau membandingkan data melalui pemanfaatan sumber-sumber lain; c) peer debriefing (pembicaraan dengan kolega, termasuk pembicaraan dengan rekan-rekan kuliah yang tidak memiliki kepentingan langsung dengan penelitian yang dilakukan peneliti), dan d) melakukan member-check .


(43)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

118

transferabilitas dalam penelitian ini yaitu, permasalahan dalam kemampuan terapan adalah permasalahan bersama antara peneliti dengan pemakai. Dalam hal ini, tugas peneliti adalah mendeskripsikan seting penelitian secara utuh, menyeluruh, lengkap, mendalam, dan rinci, sedangkan tugas pemakai adalah menerapkannya jika terdapat kesamaan antara setting penelitian dengan setting penerapan. Derajat keteralihan atau transferability ini identik dengan validitas eksternal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Transferability yang tinggi dalam penelitian kualitatif dapat dicapai dengan menyajikan deskripsi yang relatif banyak, karena metode ini tidak dapat menetapkan validitas ekternal dalam arti yang tepat.

3. Dependability (derajat keterandalan). Pengujian produk adalah pengujian data, temuan-temuan, interpretasi-interpretasi, rekomendasi-rekomendasi dan pembuktian kebenarannya bahwa hal itu didukung oleh data yang diperoleh langsung dari lapangan. Keterandalan dalam penelitian ini identik dengan validitas internal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini dilakukan uji dependability dengan cara menggunakan catatan-catatan tentang seluruh proses dan hasil penelitian.

4. Confirmability (derajat penegasan-objektivitas). Dengan audit trial, peneliti dapat mendeteksi catatan-catatan di lapangan sehingga dapat ditelusuri kembali. Pada hakekatnya, teknik utama untuk menentukan derajat penegasan atau confirmability (objektivitas) adalah dengan cara melakukan audit-trail, baik terhadap proses maupun mendeteksi catatan-catatan lapangan, sehingga dapat ditelusuri kembali dengan mudah. Selain itu, peneliti juga melakukan


(44)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

119

triangulasi untuk memperoleh penafsiran yang akurat dan memperpanjang penelitian.

Berdasarkan uraian di atas, penulisan laporan penelitian memenuhi syarat ilmiah jika penelitiannya mempunyai kredibilitas yang tinggi dan hasilnya diterapkan oleh orang lain (aplikabilitasnya tinggi), serta mempunyai audibilitas dan confirmabilitas yang tinggi. Karena dalam pelaksanaan penelitian kualitatif hal ini harus terpenuhi untuk membedakan secara tegas fakta atau opini, maka penelitian kualitatif dapat dikatakan mempunyai nilai ilmiah atau memenuhi syarat ilmiah.


(45)

193

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai-nilai kepemimpinan berdasarkan tata nilai Kesundaan bersumber dari sikap dan kebiasaan orang Sunda terdahulu dalam melaksanakan kehidupannya dengan berpedoman kepada pandangan hidup orang Sunda baik berupa tradisi lisan seperti ungkapan tradisional (babasan), peribahasa (paribasa), dan cerita rakyat (legenda), maupun tradisi tulisan yang bersumber dari naskah-naskah kuno yang pernah ditulis oleh para pemimpin Sunda untuk mengelola kehidupan sosial masyarakat Sunda sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang sejahtera. Nilai-nilai kepemimpinan yang bersumber dari tradisi lisan maupun tulisan mengandung pesan-pesan moral yang harus dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Kepemimpinan Sunda yang ideal memiliki sifat dan karakter Cageur (sehat lahir bathin untuk mampu berinteraksi); Bageur (bermoral dan taat hukum); Bener (beriman, jujur, adil, visioner dan bertanggung jawab); Pinter (beretos kerja tinggi, berprestasi dan pro aktif); Singer (terampil dan cepat tanggap); Teger (optimis dan pantang menyerah); Pangger (teguh pendirian); Cangker (kokoh, kuat dan tangguh) dan Wanter (percaya diri dan berani).

2. Tranformasi nilai-nilai kepemimpinan Sunda dilakukan dengan cara memaknai kembali nilai-nilai kearifan lokal Sunda khususnya tentang kepemimpinan yang


(46)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

194

disesuaikan dengan keadaan zaman sekarang. Pandangan hidup yang masih relefan dan faktual dengan masa sekarang tetap dipertahankan, sedangkan pandangan hidup yang sudah tidak relevan harus diubah atau dibuang. Proses transformasi nilai kepemimpinan Sunda di lingkungan SMP Pasundan dilaksanakan melalui pengajaran ciri khas Kepasundanan yaitu tatakrama dan adat istiadat Sunda yang diintegrasikan kurikulum muatan lokal budaya Sunda. Nilai-nilai Kepemimpinan Sunda yang diintegrasikan pada pembelajaran IPS merupakan nilai-nilai kepemimpinan Sunda yang sudah disesuaikan dengan perkembangan masyarakat Sunda sekarang. Proses pengintegrasian tersebut dilakukan melalui proses pemilahan dan pemaknaan nilai-nilai kepemimpinan Sunda ke dalam bahasa yang dapat dipahami generasi muda sekarang. Proses transformasi nilai kepemimpinan Sunda dilakukan dipersekolahan melalui tiga kultur akademik pendidikan IPS yaitu: Pendidikan IPS sebagai produk, pendidikan IPS sebagai proses, dan pendidikan IPS sebagai praktek komunikasi sosial. Transformasi nilai kepemimpinan Sunda melalui Pendidikan IPS sebagai produk dilakukan dengan cara mengorganisasikan materi tentang nilai-nilai kepemimpinan Sunda kemudian diintegrasikan dalam kurikulumn Pendidikan IPS. Transformasi nilai kepemimpinan Sunda melalui Pendidikan IPS sebagai proses dilakukan dengan cara transaksi pendidikan yaitu penyampaian materi tentang nilai-nilai kepemimpinan Sunda melalui proses belajar mengajar IPS di kelas. Transformasi nilai kepemimpinan Sunda melalui pendidikan IPS sebagai praktek komunikasi sosial ditunjukan dengan prilaku nyata peserta didik dalam mempraktekan nilai-nilai kepemimpinan Sunda baik dalam kegiatan diskusi kelas


(47)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

195

maupun melalui kegiatan ekstrakurikuler Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan Pramuka.

3. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam transformasi nilai kepemimpinan Sunda di SMP yang bernaung di Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan diantaranya: kurangnya penggunaan bahasa Sunda di kalangan pelajar, padahal nilai-nilai kepemimpinan Sunda adanya dalam bahasa Sunda. Sehingga pewarisan nilai kepemimpinan Sunda akan mengalami kendala jika bahasa Sundanya tidak dipakai lagi oleh para peserta didik. Hambatan berikutnya kurangnya pemahaman guru terhadap budaya Sunda khususnya tentang nilai-nilai kepemimpinan Sunda, sehingga proses mengajar tatakrama dan adat istiadat Sunda yang berhubungan dengan kepemimpinan akan mengalami kendala jika gurunya tidak paham tentang kebudayaan Sunda. Hambatan berikutnya adalah kurangnya sumber bacaan literature tentang kebudayaan Sunda khususnya tentang kepemimpinan Sunda, sehingga mempersulit guru dan siswa dalam memahami karakter kepemimpinan Sunda.

4. Upaya yang dilakukan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan dalam menanamkan dan melestarikan nilai-nilai kepemimpinan Sunda dilakukan dengan mengedepankan kajian etnopedogogik mengajak lembaga-lembaga

pendidikan di Tatar Sunda agar memiliki “udagan“ ke depan mencetak nonoman

Sunda yang nyantri (berlandaskan nilai religi), nyunda (berbasis nilai unggul Kesundaan), nyakola (mempertimbangkan segala sesuatu dengan penuh kearifan), nyantika (memperlakukan segala sesuatu secara profesional dan proporsional), dan nyatria (Berpenampilan tegas, objektif, terbuka, jujur, kompetitif, berani dan


(48)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

196

bertanggung jawab). Keberadaan sekolah di lingkungan Pasundan merupakan lembaga pendidikan formal untuk mengakulturasi nilai-nilai budaya Sunda, yang di dalamnya terdapat proses belajar yang dilakukan secara enkulturasi, sosialisasi, dan internalisasi. Penerapan mata pelajaran tatakrama Sunda pada lingkungan sekolah Pasundan dapat membentuk kepribadian peserta didik yang sesuai dengan norma masyarakat Sunda. Upaya lain yang dilakukan Paguyuban Pasundan dalam rangka transformasi nilai-nilai kepemimpinan Sunda selain melalui kegiatan pendidikan di sekolah, juga melalui kegiatan kursus Akademi Budaya Sunda yang diselenggarakan untuk para kepala sekolah dan guru dalam rangka memperkuat jatidiri Kesundaannya. Kemudian untuk membina para pemuda dalam hal kepemimpinan, maka Paguyuban Pasundan menyelenggarakan Latihan Dasar Kepemimpinan Sunda khusus untuk siswa dan mahasiswa dalam membangun karakter kepemimpinan Sunda sebagai pundamen dasar nilai-nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

B.Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka dapat peneliti rumuskan rekomendasi sebagai berikut:

1. Nilai-nilai karakter Kesundaan perlu diajarkan kepada generasi muda sejak dini, agar mereka memiliki jati diri Kesundaan yang kuat, sehingga mampu mengantisipasi dampak negatif dari gencarnya serbuan nilai-nilai budaya global. Demikian pula dengan nilai-nilai kepemimpinan perlu ditanamkan kepada generasi muda, sehingga mereka memiliki modal yang untuk menerima estafet


(49)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

197

kepemimpinan. Oleh karena itu, perlu kerjasama semua pihak dalam menanamkan pendidikan karakter kepada generasi muda, bukan hanya di sekolah saja, di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.

2. Guru yang berada di tatar Sunda diharapkan memberikan suri tauladan bagi siswanya dengan menampilkan sosok guru yang memiliki jati diri Kesundaan dalam kehidupan kesehariannya. Dengan melihat keteladanan guru maka diharapkan siswa memiliki jati diri kesundaan, sebagai bekal hidupnya pada tataran global. Sehingga berpikir global bertindak lokal dapat terwujud.

3. Bagi pengembang kurikulum direkomendasikan bahwa pendidikan karakter yang sekarang diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran, harus mengakomodasi nilai-nilai kearifan lokal bukan malah menghilangkan nilai-nilai lokal. Pengembangan nilai-nilai budaya lokal sama dengan melestarikan budaya nasional yang akan memperkuat jatidiri kebangsaan.

4. Bagi perguruan tinggi khususnya yang berada di Jawa Barat, agar menjadikan nilai-nilai kearifan lokal Sunda memiliki ciri khas kepasundanan, dan memperbanyak penelitian-penelitian yang berhubungan dengan pengembangan dan pelestarian nilai-nilai budaya Sunda.

5. Pemerintah bekerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga kasundaan lainnya perlu memberikan insentif khusus kepada para peneliti Kasundaan sebagai bentuk rangsangan dalam melakukan penelitian berbagai bentuk kearifan lokal Sunda yang saat ini masih banyak yang belum diteliti. 6. Bagi pemerintah daerah, diharapkan membuat kebijakan yang selalu berorientasi


(50)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

198

peraturan daerah, tetapi perlu mengsinergikan nilai-nilai kearifan lokal Sunda dalam berbagai aspek kegiatan dan kehidupan.

7. Pemerintah Daerah Jawa Barat perlu memberikan subsidi khusus kepada penerbit buku-buku yang bertemakan kearifan lokal Sunda. Juga memberikan rangsangan kepada para penulis buku penunjang materi yang berkenaan dengan potensi kearifan lokal Jawa Barat, agar guru dan siswa dapat dengan mudah memperoleh berbagai informasi tentang kearifan lokal Sunda sebagai bahan penunjang proses pembelajaran berbasis budaya Sunda.


(51)

199

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdurahman, M. (1997). Islam Transformatif. Jakarta: Pustaka Firdaus. Adimihardja, K. (2008). Dinamika Budaya Lokal. Bandung: Indra Prahasta. Ahimsa-Putra, Heddy Shri. (2010). Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya

Sastra. Yogyakarta: Kepel Press.

Ahmadi, A. (1990). Antropologi Budaya. Jakarta: Pelangi.

Atmamihardja, M. (1958). Sadjarah Sunda. Bandung: Ganaco N.V.

Ayatrohaedi. (1986). Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka Jaya.

Banks, J. A. (1990). Teaching Strategies for Social Studies: Inquiry, Valuing, and

Decision Making. New York: Longman.

Barr, R. D., Barth, J. L., & Shermis, S. S. (1977). Difining the Social Studies.

Washington D.C.: NCSS.

Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. (1990). Qualitative Research for Education. An Introduction to Theory and Method. (Munandir, Trans.) Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Burns, J. M. (2003). Transforming Leadership: A New Pursuit of Happiness. New York: Atlantic Monthly Press.

Creswell, J. W. (2010). Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Method Approach. (A. Fawaid, Trans.) California: SAGE Publication. Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2009). Handbook of Qualitative Research.

(Dariyatno, B. S. Fata, Abi, & J. Rinaldi, Trans.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewantara, K. H. (1962). Pendidikan . Jogjakarta: Taman Peserta didik . Dewantara, K. H. (1967). Kebudayaan. Jogjakarta: Taman Peserta didik .

Djahiri, A. K. (1987). Satrategi Pengajaran Afektif-Nilai Moral VCT dan Games


(52)

200

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Transpormasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Djahiri, A. K., & Ma'mun, F. (1978). Pengajaran Studi Sosial/IPS. Bandung:

LPPP-IPS FKIS IKIP Bandung.

Ekadjati, E. S. (1995). Kebudayaan Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya.

Ekadjati, E. S. (2009). Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Fenton. (1967). Teaching the New Social Studies in Secondary School.

Bloomington: Indiana University Press.

Hersey, P., & Blanchard, K. (1982). Manajemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya Manusia/Paul Hersey & Ken Blanchard, 4th eds., Ed: Agus Dharma, Jakarta: Erlangga.

Holleman, JF, (1981). Van Vollenhoven of Indonesian Adat Law: Selections from Het Adatrecht van Nederlandesch Indie (vol I, 1918; Vol II, 1931), M Nijhoff, The Hague.

Ihromi, TO. (2006). Poko-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Karsidi, R. (2008). Sosiologi Pendidikan. Solo: Lembaga Pengembangan

Pendidikan (LPP), UNS Press.

Kartodirjo, S. (1990). Kebudayaan Pembangunan Dalam Perspektif Sejarah.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press .

Kartono, K. (2009). Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Kepemimpinan

Abnormal Itu? Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Koentjaraningrat. (1985). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Kuntowijoyo. (2006). Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Laurer, H. R. (2001). Persfektif tentang Perubahan Sosial. (Alimandan, Trans.) Jakarta: Rineka Cipta.

Levi-Straus, (2007), Antropologi Struktural, (penterjemah: Syam NR., dari

Antrhopologie Strukturale, PLON 1958). Yogyakarta: Kreasi Wacana. Lincoln, Y. S., & Guba, E. G. (1985). Naturalistic Inquiry. England: Sage


(1)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Djahiri, A. K., & Ma'mun, F. (1978). Pengajaran Studi Sosial/IPS. Bandung: LPPP-IPS FKIS IKIP Bandung.

Ekadjati, E. S. (1995). Kebudayaan Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya.

Ekadjati, E. S. (2009). Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Fenton. (1967). Teaching the New Social Studies in Secondary School. Bloomington: Indiana University Press.

Hersey, P., & Blanchard, K. (1982). Manajemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya Manusia/Paul Hersey & Ken Blanchard, 4th eds., Ed: Agus Dharma, Jakarta: Erlangga.

Holleman, JF, (1981). Van Vollenhoven of Indonesian Adat Law: Selections from Het Adatrecht van Nederlandesch Indie (vol I, 1918; Vol II, 1931), M Nijhoff, The Hague.

Ihromi, TO. (2006). Poko-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Karsidi, R. (2008). Sosiologi Pendidikan. Solo: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP), UNS Press.

Kartodirjo, S. (1990). Kebudayaan Pembangunan Dalam Perspektif Sejarah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press .

Kartono, K. (2009). Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu? Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Koentjaraningrat. (1985). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Kuntowijoyo. (2006). Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Laurer, H. R. (2001). Persfektif tentang Perubahan Sosial. (Alimandan, Trans.) Jakarta: Rineka Cipta.

Levi-Straus, (2007), Antropologi Struktural, (penterjemah: Syam NR., dari Antrhopologie Strukturale, PLON 1958). Yogyakarta: Kreasi Wacana. Lincoln, Y. S., & Guba, E. G. (1985). Naturalistic Inquiry. England: Sage


(2)

Marzali, Amri (2005). Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana.

McMillan, J., & Schumacher, S. (2001). Research in Education A Conceptual Introduction. New York: Longman, Inc.

Miles, M. B., & Huberman, M. (1992). Analisis Data Kualitatif. (T. R. Rohidi, Trans.) Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Miner, J. B. (2005). Organizational Behavior: Behavior 1: Essential Theories of Motivation and Leadership. Armonk: M.E. Sharpe.

Moleong, L. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhadjir, N. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Dake Sarasin. Mundardjito. (1986). Hakikat Local Genius dan Hakikat Data Arkeologi. In

Ayatrohaedi, Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius) (pp. 39-45). Jakarta: Pustaka Jaya.

Nanus, B. (1992). Visionary Leadership. San Francisco: Jossey-Bass Publishers. Rahardjo, D. (1999). Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi. Jakarta: Lembaga

Studi Agama dan Filsafat.

Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2008). Teori Sosiologi, dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. (Nurhadi, Trans.) Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Rosidi, A. (1984). Manusia Sunda. Jakarta: Inti Idayu Press.

Rosidi, A. (2011). Urang Sunda di Lingkungan Indonesia Biantara Panampian Gelar Honoris Causa dina Widang Elmu Budaya Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Sastradipoera, K. (1984). Kamus Riset (Vols. Volume ke-1). Bandung: Angkasa. Sastrahadiprawira, M. (1983). Mantri Jero. Bandung: Rahmat Cijulang.

Sastrahadiprawira, M. (2009). Pangeran Kornel. Bandung: Kiblat Buku Utama. Soekanto, S. (1987). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soekanto, S. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soepomo, R. (1967). Hukum Perdata Adat Jawa Barat. Jakarta: Djambatan.


(3)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Somantri, M. N. (2001). Menggagas Pembaharuan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Somantri, M. N. (2010). Inovasi Pembelajaran IPS. Bandung: Rizqi Press. Spradley, J. P. (2007). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Stogdill, R. M. (1974). Handbook of Leadership, A Survey of Theory and Research. New York: The Free Press A Division of Macmillan Publishing Co. Inc.

Stoner, James A.F, (2003), Manajemen, Edisi Bahasa Indonesia, Jilid II, Jakarta Gramedia Grup.

Sulistiyani, A. T. (2009). Kepemimpinan Profesional; Pendekatan Leadership Games. Yogyakarta: Gava Media.

Sumaatmadja, N. (1980). Metodologi Pengajaran Ilmu Sosial. Bandung: Alumni. Sumaatmadja, N. (2000). Manusia dalam Konteks Sosia,l Budaya, dan

Lingkungan Hidup. Bandung: CV Alfabeta.

Suryalaga, H. (2009). Kasundaan Rawayan Jati. Bandung: Yayasan Nur Hidayah. Suryalaga, H. (2010). Filsafat Sunda Sekilas Interpretasi Foklor Sunda.

Bandung: Yayasn Nur Hidayah.

Turmudzi, D. (2006). Kearifan Budaya dan Politik Sunda Menggali Potensi Lokal, Mengangkat Harkat Bangsa. Bandung: CV. Atmajaya.

Turmudzi, D. (2011). Transformasi Budaya Sunda. Bandung: UNPAS Press. Turmudzi, D. (2012). Menggagas Kepemimpinan Sunda. In H. Setiawan, Sosok

Pemimpin Sunda dalam Gagasan dan Pengalaman (pp. 1-3). Bandung: Paguyuban Pasundan.

Van Peursen, C.A. (1976). Strategi Kebudayaan. Terjemahan; Dick Hartoko. Penerbit Kanisius; Yogyakarta.

Wojowasito, S., & Warsito, T. (2007). Kamus Lengkap Inggris Indonesia

-Indonesia Inggris. Bandung: Hasta.

Wuradji. (2008). The Educational Leadership (Kepemimpinan Transformasional). Yogyakarta: Gama Media.

Yulk, G. (2009). Leadership In Organization (5 ed.). (E. Tanya, Ed., & B. Supriyanto, Trans.) New York, University of New York at Albani: Indeks.


(4)

Yuwono, S. (1985). Pesrsepsi Ketahanan Nasional Terhadap Kebudayaan. In Alfian, Persepsi Masyarakat Tentang Kebudayaan (pp. 83-95). Jakarta: Gramedia.

Jurnal:

Hartono. (2010, Oktober). Implikasi Interaksi Desa-Kota Terhadap Perkembangan Rumah Tradisional Masyarakat Sunda. Gea, Vol. 10, 149 -163.

Setiawan, H. (2011). Mencari Gambar Priangan Tinjauan atas Visualisasi Alam Sunda dalam Ilustrasi Buku Zaman Kolonial. Seminar Internasional Sunda Islam-Melayu Nusantara Reaktualisasi Nilai-Nilai Budaya Dua

Bangsa Serumpun (pp. 215-131). Bandung: Universitas Pasundan Press. Surya, P. (2010). Kepemimpinan Perempuan Bernialai Kesundaan di Bidang

Pendidikan. Manajemen Pendidikan, No. 02/ThVI/Oktober/2010, 64-77. Suryadi, E., & Kusnendi. (2010). Kearifan Lokal dan Perilaku Edukatif, Ilmiah,

Religius (Pengaruh Kearifan Lokal Sunda terhadap Aktualisasi Perilaku Edukatif, Ilmiah dan Religius Sivitas Akademika Universitas Pendidikan Indonesia). Proceeding of The 4th International Conference on Teacher Education; (pp. 601-618). Bandung: Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia.

Disertasi/Hasil Penelitian:

Abdulah, T. (2006). Model Proses Pewarisan Nilai-Nilai Tradisional Melalui

Pendidikan Dalam Keluarga (Studi Kasus Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Kampung Naga di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya). Bandung: Progam Studi Pendidikan Umum SPS Unipersitas Pendidikan Indonesia.

Danasasmita, S., Ayatrohaedi, Wartini, T., & Darsa, U. A. (1987). Swaka Darma (Kropak 408) Sanghyang Siksakandang Karesian (kropak 630) Amanat Galunggung (Kropak 632) Transkripsi dan Terjemahan. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Dirjen Kebudayaan Depdikbud.

Hermawan, I. (2008). Kearifan Lokal Sunda Dalam Pendidikan (Kajian terhadap Aktualisasi Nilai-nilai Tradisi Sunda dalam Pendidikan IPS di Sekolah

Pasundan dan Yayasan Atikan Sunda). Bandung: SPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Kurniasih, D. (2004). Kepemimpinan Politik dalam Budaya Sunda. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran.


(5)

Jajang Hendar Hendrawan, 2013

Rusyana, Y., Sariyun, Y., Ekadjati, E. S., & Darsa, U. A. (1988). Pandangan Hidup Orang Sunda Seperti Tercermin dalam Kehidupan Masyarakat Dewasa ini Tahap III. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Warnaen, S. d. (1987). Pandangan Hidup Orang Sunda Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Warnaen, S., & dkk. (1987). Pandangan Hidup Orang Sunda seperti Tercermin

dalam Tradisi Lisan dan Satra Sunda Penelitian Tahap II. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dokumen:

Undang-Undang, N. (2003). Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Grafindo.

Internet:

Djuhana, A. (2011, 09 08). Pergeseran Pandangan Hidup Orang Sunda Dewasa

Ini. Retrieved Juni 12, 2012, from

http://elasgary.wordpress.com/2011/09/08/523/.

Setiawan, H. (2008, November Rabu). Etika Sunda. Retrieved Juni Selasa, 2012, from file.upi.edu/Direktori/.../HAWE_SETIAWAN/.../ Etika_Sunda.pdf.


(6)

Dokumen yang terkait

Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama di Masyarakat Pesisir Percut Sei Tuan

2 53 133

Minat Dan Motivasi Siswa Memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mendorong Peningkatan Mutu Pendidikan Di Kabupaten Tapanuli Utara

1 39 126

Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri Di Kota Tanjungbalai

0 31 114

PENDAHULUAN Internalisasi Nilai-Nilai Islami Dalam Pendidikan Antikorupsi Pada Muatan Materi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Pertama Kelas Viii (Studi Kasus Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Wonogiri Tahun 2015/2016).

0 6 25

INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAMI DALAM PENDIDIKAN ANTIKORUPSI PADA MUATAN MATERI PENDIDIKAN Internalisasi Nilai-Nilai Islami Dalam Pendidikan Antikorupsi Pada Muatan Materi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Pertama Kelas Viii (Studi Kasus Di Se

0 3 15

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Pertama (Studi Kasus pada di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jumantono).

0 0 15

Pendidikan Nilai Nilai Budaya dan Karakter Bangsa dalam Pembelajaran Matematika di SMP

0 0 110

semester 2 YAYASAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PASUNDAN

0 0 1

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, DAN BUDAYA MUTU TERHADAP KINERJA GURU DI SEKOLAH YAYASAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PASUNDAN (Study kasus di SMP Pasundan 1,2,3, dan 6) - repo unpas

0 0 16

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA - Raden Intan Repository

0 3 125