Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri Di Kota Tanjungbalai
PERENCANAAN SUMBERDAYA PENDIDIKAN TERHADAP
PENINGKATAN MUTU LULUSAN SEKOLAH MENENGAH
NEGERI DI KOTA TANJUNGBALAI
TESIS
Oleh
MARIANI
077003043/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 0 9
S
E K O L AH P
A S
C
A S A R JA NA
(2)
PERENCANAAN SUMBERDAYA PENDIDIKAN TERHADAP
PENINGKATAN MUTU LULUSAN SEKOLAH MENENGAH
NEGERI DI KOTA TANJUNGBALAI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
MARIANI
077003043/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 0 9
(3)
Judul Tesis : PERENCANAAN SUMBER DAYA PENDIDIKAN TERHADAP PENINGKATAN MUTU LULUSAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA TANJUNGBALAI
Nama Mahasiswa : Mariani
Nomor Pokok : 077003043
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Konsentrasi : Perencanaan Pendidikan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE) Ketua
(Prof.Dr. lic.rer.reg Sirojuzilam, SE) (Kasyful Mahalli, SE.M.Si)
Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B.M.Sc)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal 3 Agustus 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE
Anggota : 1. Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE
2. Kasyful Mahalli, SE.M.Si
3. Prof. Aldwin Surya, SE. M.Pd. Ph.D
(5)
ABSTRACT
Mariani, ” The Educational Resources Planning of Senior High School
Graduation Quality Improvement in Tanjungbalai” The supervisor are: Prof. Bachtiar H. Miraza, Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE and Kasyful Mahalli, SE, M.Si
This research is objected to identify the educational resources consist of educator, education material, social partisipation, funding and graduation quality and finding the relationship among them.
This research used stratified random sampling to 8 headmasters, 54 teachers and 14 peoples of 8 Senior High Schools in Tanjungbalai. The independent variables are aducational resources planning and dependent variables are. graduation quality. The data has collected by making interview (quisioner) and observation. The data analyze descriptively and using multiple regression analysis.
The educational resources available have a good category. The graduations who are able to continue their study to university are enough for SMA_MA. The graduations who are getting a job are enough for SMK and their population’s rate is about 33,5 % from SMKN 1 to 2007-2008.
Educational resources planning of SMA_MA and SMK all together have a significant effect to graduation quality. The t test show that the educator and funding in SMA_MA that have a significant effect. On the other hand in SMK, the significant effect are found from educator and education material.
Pemko Tanjungbalai are expected to increase the schools operational cost, human resources and also educational management, increasing the program of social participation in education field and making coorperation with industry. This study also applies for the teacher have to increase their knowledge in science and information technology by following education training while the schools are expected to make a Tracer Study.
(6)
ABSTRAK
Mariani, ” Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan
Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri di Kota Tanjungbalai” dengan komisi pembimbing: Prof. Bachtiar Hasan Miraza (Ketua), Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE (Pembimbing I) dan Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Pembimbing II).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan sumberdaya pendidikan yakni tenaga kependidikan, sarana prasarana, partisipasi masyarakat dan pembiayaan serta mutu lulusan yang ada saat ini dan kemudian dicari apakah ada hubungan perencanaan sumberdaya pendidikan tersebut terhadap mutu lulusan baik yang berhasil masuk PTN atau yang bekerja.
Penelitian ini dilakukan di 8 Sekolah Menengah Negeri (SMA, MA dan SMK) di Kota Tanjungbalai dengan sampel terdiri dari kepala sekolah, guru dan anggota komite sekolah sebanyak 76 orang. Variabel penelitian terdiri atas
perencanaan sumberdaya pendidikan sebagai variabel bebas dan mutu lulusan sebagai variabel terikat. Pengumpulan data dengan kuisioner, wawancara dan observasi. Data dianalisis secara deskriptif dan analisis regresi linier berganda.
Ketersediaan sumberdaya pendidikan di Sekolah Menengah Negeri di kota Tanjungbalai berkategori baik.. Lulusan yang berhasil masuk PTN berkategori cukup memuaskan untuk SMA/MA dan lulusan yang bekerja juga cukup memuaskan untuk SMK dengan keterserapan lulusan SMKN 1 yang bekerja rata-rata 31,55 % untuk tahun 2007-2008.
Perencanaan sumberdaya pendidikan untuk kelompok SMA/MA dan SMK secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap mutu lulusan yang masuk PTN dan yang bekerja. Secara parsial yang berpengaruh nyata pada SMA/MA adalah
perencanaan tenaga kependidikan dan pembiayaan dan untuk kelompok SMK adalah perencanaan tenaga kependidikan dan sarana prasarana. Perencanaan partisipasi masyarakat tidak memiliki pengaruh nyata terhadap mutu lulusan baik yang berhasil masuk PTN maupun yang bekerja.
Disarankan kepada pemerintah kota Tanjungbalai untuk meningkatkan perencanaan pembiayaan pendidikan terutama alokasinya langsung ke sekolah, peningkatan program partisipasi masyarakat dibidang pendidikan, perluasan
kerjasama dengan pengusaha dan dunia industri serta perencanaan kualifikasi tenaga kependidikan yang meliputi pengetahuan, kemampuan dan keahlian dalam
penguasaan teknologi informasi melalui pendidikan dan pelatihan dan kepada pihak sekolah untuk meningkatkan optimalisasi danefisiensi penggunaan sarana dan prasarana serta membuat tracer study (studi pelacakan) bagi lulusan.
Kata kunci: Perencanaan, perencanaan pendidikan, sumberdaya pendidikan, mutu lulusan
(7)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur tiada terhingga kepada Allah SWT atas karunia yang tak
terbilang sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam pengerjaannya, mulai dari pembuatan proposal, kegiatan penelitian,
penulisan dan pembahasan hingga selesainya tesis ini tidak terlepas dari dukungan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Walikota Tanjungbalai, Bapak Dr. H. Sutrisno Hadi, SpOG atas ijin yang
diberikan kepada saya untuk berkesempatan mengikuti pendidikan di
Pascasarjana USU.
2. Sekretaris Daerah Kota Tanjungbalai, Bapak Ir. H. Darwin Zulad, M.Si, yang
telah memberi motivasi dan dukungannya kepada saya selama menjalani masa
perkuliahan.
3. Kepala Bappeda Kota Tanjungbalai, Bapak Abdul Wahid, SE. M.Si dan seluruh
staf Bappeda Kota Tanjungbalai atas pengertian dan semangat yang diberikan.
4. Kepala BKD dan Diklat Kota Tanjungbalai, Ibu Hj. Darwati, SH atas bantuan
dan dukungan yang tak ternilai.
5. Seluruh kepala sekolah, guru dan anggota komite sekolah sebagai responden atas
(8)
6. Bapak Prof. Bachtiar Hasan Miraza selaku pengajar dan ketua komisi
pembimbing atas ilmu yang dicurahkan, bimbingan dan arahan yang diberikan.
7. Prof. Dr.lic.rer.reg Sirojuzilam, SE. selaku anggota komisi pembimbing atas
masukan, arahan dan ilmu yang diberikan dari awal hingga akhir..
8. Bapak Kasyful Mahalli, SE. M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang tak
pernah bosan memberikan motivasi, bimbingan dan arahan hingga
terselesaikannya tesis ini.
9. Bapak Prof. Aldwin Surya, Bapak Rujiman, MA dan Bapak Agus Suriadi, S.Sos.
M.Si selaku dosen pembanding yang turut memberikan masukan dan warna pada
tesis saya.
10. Bapak Menteri Pendidikan Nasional yang telah memberikan dukungan
pembiayaan melalui Program Beasiswa Unggulan Perencanaan Pendidikan
Universitas Sumatera Utara hingga penyelesaian tesis berdasarkan DIPA Sekjen
Depdiknas Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2009.
11. Seluruh sivitas akademika SPs USU, Dosen-dosen pengajar pada kelas
Perencanaan Pendidikan dan seluruh staf administrasi PWD atas bantuannya.
12. Teristimewa suamiku tercinta Suwardi dan Anandaku tersayang Aldy Adrian atas
doa, dorongan, kesabaran dan pengertian yang tidak terkatakan.
13. Ayahanda Paiman TR dan Ibunda Misni tercinta, atas doa dan restu yang tak
(9)
14. Abangda Muslyadi/istri, adik-adikku tercinta Mariati/suami, Maya
Wardani/suami, Nurlindawati, Rahmat Hidayat dan Edi Jayenz serta seluruh
keluarga besar di Rawang atas doa dan dukungan yang tiada henti..
15. Seluruh keluarga besar di Medan, Bapak, mamak dan adik-adik: Sowanto/istri,
Suherawati/suami, Suherman, Sri Rahmadani/suami dan Retno.
16. Seluruh mahasiswa Perencanaan Pendidikan Syahrial, Fo, Susi, Boes, Jhon, Jufri
Sinaga, Irma Gusti, Me, Yudi dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas diskusi, masukan, bantuan dan pertemanan yang indah.
17. Adik-adik di 136 G, Betri, Nani dan Agung atas kebaikan dan bantuannya.
Semoga segala bentuk kebaikan yang telah diberikan menjadi berkah dan hanya
kepada Allah SWT semata penulis serahkan untuk membalasnya.
Penulis menyadari, tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu dengan
segala kerendahan hati penulis menerima masukan, kritikan dan saran dari semua
pihak. akhirnya penulis ucapkan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.
Medan, Agustus 2009
Penulis
Mariani
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 9
1.3.Tujuan Penelitian ... 9
1.4.Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan ... 11
2.2. Perencanaan Pendidikan ... 12
2.2.1.Perencanaan Sekolah sebagai Fungsi dari Perenca- naan Pendidikan ... 13
2.3. Sumber Daya Pendidikan... 14
2.4. Mutu Pendidikan ... 19
2.5. Mutu Lulusan ... ... 21
2.6. Pengembangan Sumber Daya Manusia ... 23
2.7. Pengembangan Wilayah ... 24
2.8. Penelitian Sebelumnya ... 26
2.9. Kerangka Berfikir ... 28
2.10. Hipotesis ... 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 30
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 30
3.3 Populasi dan Sampel ... 32
3.4 Metode Analisa Data ... 35
(11)
3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 36
3.4.3 Analisa Data ... 37
3.5 Defenisi operasional ... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Tanjungbalai ... 43
4.2 Gambaran Pendidikan SLTA Kota Tanjungbalai ... 43
4.3 Profil Responden ... 45
4.4. Identifikasi Ketersediaan Sumberdaya Pendidikan ... 48
4.4.1. Tenaga Kependidikan ... ... 49
4.4.2 Sarana Prasarana ... ... 53
4.4.3 Partisipasi Masyarakat ... ... 66
4.4.4 Pembiayaan ... 68
4.4.5 Mutu Lulusan ... 73
4.5. Hasil Uji Validitas dan Relialibilitas Instrumen ... 78
4.6. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 78
4.6.1 Uji Multikolinieritas ... 78
4.6.2 Uji Heteroskedastisitas ... 79
4.7. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 81
4.5.1 Pengaruh Sumberdaya Pendidikan Terhadap Lulusan yang Masuk PTN ... ... 82
4.5.2 Pengaruh Sumberdaya Pendidikan Terhadap Lulusan yang Bekerja ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93
5.2 Saran ... 94
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan, manusia akan menjadi berkualitas
dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas dan kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan merupakan upaya untuk dapat mempercepat pengembangan potensi
manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya terlebih-lebih
di era globalisasi, institusi pendidikan harus mampu mencetak lulusan yang dapat
menyesuaikan diri di kehidupan yang berdimensi lokal, regional maupun global.
Indonesia telah banyak melakukan upaya peningkatan mutu pendidikannya,
salah satunya adalah dengan mencanangkan program wajib belajar 9 Tahun yang oleh
beberapa daerah bahkan sudah melaksanakan wajib belajar 12 tahun. Artinya
diupayakan agar setiap penduduk berpendidikan minimal sekolah menengah
sederajat. Upaya ini dirasakan telah mampu meningkatkan mutu pendidikan secara
kuantitas, diantaranya dapat meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) di
beberapa daerah. Namun hal ini belum cukup untuk menilai mutu pendidikan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Profesor Frederick Harbison dari Universitas Princeton yang
menyatakan bahwa output pendidikan harus mampu menjadi sumber daya manusia
yang mampu menjadi agen-agen aktif dalam melaksanakan pembangunan nasional.
(13)
Perencanaan merupakan unsur yang sangat penting dan strategis yang
memberikan arah dalam pelaksanaan kegiatan untuk pencapaian tujuan yang
dikehendaki dalam segala bidang, tidak terkecuali di bidang pendidikan. Perencanaan
pendidikan merupakan salah satu faktor kunci agar pelaksanaan kegiatan pendidikan
dapat berjalan efektif dan efisien sehingga proses pendidikan akan menghasilkan
lulusan yang dapat memenuhi tuntutan /kebutuhan masyarakat. Selain itu dengan
perencanaan pendidikan yang baik tujuan yang diharapkan untuk semua jenjang dan
jenis pendidikan pada tingkat nasional dan lokal dapat tercapai.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang didalamnya terdapat berbagai
proses yang kemudian membentuk sub-sub sistem. Proses-proses tersebut terjadi
didalam suatu lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan secara luas inilah yang
merupakan bidang telaah masalah perencanaan pendidikan. Suatu perencanaan
pendidikan yang komprehensif akan selalu berhubungan dengan proses pendidikan
dan sub-sub sistem didalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan yang dimaksud
salah satunya adalah sistem aktivitas pendidikan yang mencakup aktivitas-aktivitas
perencanaan sumber daya dan aktivitas lainnya (SauddanMakmun, 2007).
Namun kenyataan yang terjadi adalah bahwa perencanaan pendidikan masih
dianggap sebagai faktor pelengkap saja atau hanya sekedar sebagai penjabaran
kebijakan pimpinan di daerah, atau dengan kata lain, bahwa perencanaan pendidikan
di suatu wilayah tidak lain hanyalah sekedar perwujudan keinginan/cita-cita pimpinan
di suatu wilayah tersebut. Sering terjadi tujuan yang ditetapkan tidak tercapai secara
(14)
yang mampu memahami proses dan mekanisme perencanaan secara lebih
komprehensif, selain itu posisi bidang perencanaan belum dijadikan sebagai faktor
penentu keberadaan suatu lembaga pendidikan baik tingkat makro (nasional) maupun
mikro (lokal/daerah). Oleh karena itu sumbangan perencanaan pendidikan terhadap
pencapaian visi, misi dan tujuan lembaga pendidikan di beberapa daerah seperti di
Kota Tanjungbalai belumlah maksimal.
Pemerintah Kota Tanjungbalai berkomitmen dan memberikan perhatian
yang besar bagi perkembangan pendidikan di Kota Tanjungbalai. Hal ini ditunjukkan
dengan penyediaan anggaran pendidikan rata-rata 23,44 % sejak tahun 2007 sesuai
dengan amanat Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional (lihat Tabel 1.1).
Tabel 1.1 Anggaran Pendidikan Kota Tanjungbalai Tahun 2007-2008.
Anggaran Pendidikan %
Thn Total Anggaran
(Rp) Belanja
Langsung (Rp)
Belanja Tidak Langsung (Rp)
Jumlah Anggaran Pendidikan (Rp)
2007 2008
319.451.562.600 404,784.477.000
33.528.204.920 40.898.498.050
39.871.342.332 55.909.713.000
73.389.547.362 96.808.211.050
22,97 23,91
Sumber: Bappeda Kota Tanjungbalai Tahun 2008
Dengan penyediaan anggaran pendidikan yang sedemikian besar maka
kondisi sarana dan prasarana pendidikan (kondisi gedung dan prasarana lainnya)
untuk jenjang sekolah menengah sudah cukup baik. Pendidikan sekolah menengah di
Kota Tanjungbalai telah merata penyebarannya di setiap wilayah. Terbukti telah
(15)
ada, yang dimaksudkan agar penduduk usia sekolah menengah di setiap kecamatan
memperoleh kesempatan pendidikan yang sama.
Tabel 1.2 Jumlah Sekolah Menengah Per Kecamatan TP. 2008/2009
SMA/MA/SMK No Kecamatan N S 1 2 3 4 5 6 Datuk Bandar Datuk Bandar Timur Tanjungbalai Utara Tanjungbalai Selatan Sei Tualang Raso Teluk Nibung 2 1 1 2 4 2 3 - - 7 2 1
Jumlah 12 13
Sumber: Dinas P dan K Kota Tanjungbalai Tahun 2008
Pembangunan sekolah menengah ini dimaksudkan untuk menunjang
keberhasilan program Wajib Belajar 12 tahun. Selain itu, juga telah dapat
meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)
untuk tingkat sekolah menengah yakni sebesar 74,44% dan 56,79% pada tahun 2008
dari 72,47 % dan 55,99% di tahun 2007. seperti terlihat pada Tabel 1.3 berikut:
Tabel 1.3. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Menengah Kota Tanjungbalai Tahun 2004-2008
Jenjang Pendidikan SMA/MA/SMK Tahun APK(%) APM(%) 2004 2005 2006 2007 2008 62,59 62,89 69,82 72,47 74,44 51,11 51,34 59,44 55,99 56,79
(16)
Anggaran pendidikan kota Tanjungbalai dari tahun ke tahun terus mencapai
peningkatan. Pembangunan gedung dan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan,
seperti pengadaaan buku, alat-alat laboratorium, alat-alat praktek dan peraga,
pengadaaan meubiler terus dianggarkan setiap tahun, pelaksanaan program bagi
peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah serta tenaga kependidikan lainnya
melalui pelatihan-pelatihan manajerial maupun pelatihan teknis, pengadaan beasiswa
bagi siswa yang berprestasi dan kurang mampu juga usaha peningkatan partisipasi
masyarakat melalui program manajemen pelayanan pendidikan terus menerus
dilakukan dan menunjukkan kemajuan yang signifikan (secara kuantitas). Tetapi
kemajuan ini belum diiringi dengan kemajuan mutu (secara kualitas) peserta didik
sebagai lulusan setiap tahunnya. Mengingat bahwa lulusan/output pendidikan
merupakan parameter yang sangat menentukan apakah proses pendidikan berjalan
baik atau tidak.
Pendidikan pada jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas memfokuskan
kepada mendidik peserta didik pada jenjang tersebut untuk dapat menjadi lulusan
yang mandiri melalui pendidikan dan keterampilan berbasis kompetensi yang mereka
peroleh berdasarkan pada jurusan yang mereka pilih. Tujuan penyelenggaran
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) berdasarkan Keputusan Mendiknas
Nomor 053/V/2001 tentang pedoman pelayanan minimal penyelenggaraan
persekolahan bidang pendidikan dasar dan menengah adalah: (a) meningkatkan
pengetahuan siswa untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan tinggi dan mampu
(17)
kesenian; dan (b) meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat
dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan
alam sekitar.
Sehubungan dengan tujuan penyelenggaraan pendidikan SMA tersebut,
maka melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah pilihan bagi sebagian besar
siswa lulusan SMA dan sebagian besar berkeinginan untuk bisa melanjut ke
Perguruan Tinggi Negeri. Hal ini dibuktikan dengan tingginya peminat yang berasal
dari siswa lulusan SMA saat mendaftar untuk ikut berkompetisi dalam ujian seleksi
penerimaan mahasiswa baru di beberapa Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia.
Sementara itu harapan lulusan SMK lebih cenderung kepada bagaimana
mereka dapat bekerja secara layak dan menjadi tenaga kerja yang memiliki
keterampilan (skill) yang cukup bahkan ada yang berfikir mampu membuka lapangan
usaha sendiri. Hal ini wajar dan menjadi penting karena bekerja merupakan
kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, bekerja menjadi penopang hidup
seseorang dan keluarga sehingga tidak tergantung dan mengganggu orang lain dan
melalui kegiatan bekerja seseorang mendapat kepuasan bukan saja karena mendapat
imbalan melainkan juga karena seseorang dapat memberikan sesuatu kepada orang
lain (jasa atau benda), bergaul, berkreasi dan bersibuk diri. Menurut Todaro (1999),
bahwa masyarakat di negara-negara berkembang menginginkan pendidikan karena
alasan ekonomis, artinya bagaimana pendidikan dapat membawa mereka untuk
(18)
Fenomena yang terjadi setiap tahunnya, lulusan sekolah menengah di kota
Tanjungbalai lebih banyak yang tidak memperoleh pekerjaan atau bekerja secara
tidak layak dan persentase lulusan yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri
masih tergolong belum memuaskan (8,15% untuk rata-rata dari tahun 2007 dan
2008). Hal ini dikarenakan bukan hanya pada permasalahan jumlah lulusan yang
lebih besar dibanding dengan ketersediaan lapangan pekerjaan, namun juga terletak
pada mutu lulusan yang dihasilkan oleh institusi pendidikan yang rata-rata lulusan
tidak memiliki keahlian (skill) yang cukup untuk meraih peluang kerja juga memiliki
inisiatif dan inovatif yang rendah untuk melirik berbagai kegiatan yang dapat
dilakukan sehingga berakibat pada bertambahnya jumlah penganggur. Lulusan
sekolah menengah Kota Tanjungbalai belum mampu bersaing dengan lulusan dari
daerah lain dalam memenangkan kompetensi masuk Perguruan Tinggi Negeri di
Medan atau kota lainnya di Indonesia. Hal ini bisa dijadikan sebagai indikator bahwa
mutu lulusan sekolah menengah Kota Tanjungbalai masih belum baik, meskipun
indikator mutu lulusan yang dapat dijadikan sebagai alat ukur saat ini masih sulit
ditetapkan.
Kenyataan tersebut di atas erat kaitannya dengan salah satu permasalahan
pendidikan yang umum terjadi di Indonesia yaitu masalah kualitas, relevansi dan
rendahnya daya saing pendidikan. Lulusan yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga
pendidikan di Indonesia memiliki kemampuan daya saing (competitiveness) yang
(19)
Jika ditelusuri rendahnya mutu lulusan berdampak kepada masalah mutu
pendidikan secara keseluruhan. Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil
pendidikan belum mencapai target seperti yang diharapkan. Sebagian pendapat
mengatakan penetapan mutu lulusan pertama dapat dilakukan oleh lembaga
pendidikan sebagai penghasil lulusan dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika
lulusan berniat bekerja pada lembaga tertentu penetapan mutu dilakukan oleh
lembaga pemakai lulusan selaku konsumen dengan mengadakan sistem test.
Sedangkan lulusan yang bermaksud melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri
penetapan mutu dilakukan oleh Lembaga Perguruan Tinggi dengan melakukan
serangkaian test masuk Perguruan Tinggi
Lulusan yang bermutu hanya mungkin dihasilkan melalui proses pendidikan
yang bermutu. Kegiatan proses pendidikan/pembelajaran yang bermutu adalah sebuah
proses panjang yang hanya bisa berhasil apabila ditunjang oleh suatu perencanaan
pendidikan yang bermutu pula. Artinya sejauhmanakah perencanaan yang telah
dibuat berkontribusi terhadap peningkatan mutu lulusan. Apakah selama ini jika
dikatakan mutu lulusan rendah karena perencanaannya yang tidak baik/tidak tepat
ataukah telah terjadi ketidakkonsistenan pada pelaksanaan suatu proses pendidikan
karena perencanaan yang baik adalah perencaaan yang konsisten dijalankan oleh para
perencana.
Perencanaan pendidikan dimaksud adalah perencanaan secara komprehensip
yang menyangkut mulai dari perencanaan yang terkait input pendidikan, proses
(20)
membatasi mengenai perencanaan pendidikan terkait dengan perencanaan sumber
daya pendidikan yaitu tenaga kependidikan, partisipasi masyarakat, sarana dan
prasarana serta pembiayaan , sebagai pendukung keberhasilan proses pendidikan dan
mutu lulusan. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik meneliti
seberapa besar dan sejauhmana dukungan perencanaan sumber daya pendidikan
tersebut terhadap mutu lulusan Sekolah Menengah Negeri di Kota Tanjungbalai
sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia Kota Tanjungbalai yang pada
akhirnya bisa menjadi pemicu bagi percepatan kemajuan di daerah.
.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka beberapa pertanyaan
yang menarik untuk dikaji lebih jauh adalah:
1. Apakah ketersediaan sumberdaya pendidikan (tenaga kependidikan, sarana
prasarana, partisipasi masyarakat dan pembiayaan ) dan mutu lulusan di Sekolah
Menengah Negeri Kota Tanjungbalai telah cukup baik?.
2. Bagaimana pengaruh perencanaan sumber daya pendidikan (tenaga kependidikan,
sarana prasarana, partisipasi masyarakat dan pembiayaan ) terhadap mutu lulusan
yang berhasil masuk ke PTN dan yang bekerja?.
(21)
1. Mengidentifikasi ketersediaan sumberdaya pendidikan (tenaga kependidikan,
sarana prasarana, partisipasi masyarakat dan pembiayaan ) dan mutu lulusan di
Sekolah Menengah Negeri Kota Tanjungbalai.
2. Untuk menemukan pengaruh antara perencanaan sumber daya pendidikan (tenaga
kependidikan, sarana prasarana, partisipasi masyarakat dan pembiayaan) terhadap
mutu lulusan yang berhasil masuk PTN dan yang bekerja.
1.4 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan setidaknya akan memiliki manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada
kepala sekolah bagaimana memberdayakan sumberdaya pendidikan yang ada
untuk meningkatan kualitas lulusannya agar diterima di PTN dan dapat bekerja
pada sektor-sektor formal maupun informal dengan pendapatan yang layak yang
berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung kepada pengembangan
wilayah kota Tanjungbalai.
2. Bagi stakeholders bidang pendidikan di daerah, diharapkan penelitian ini sebagai
bahan masukan dalam rangka penyusunan dan implementasi perencanaan
pendidikan di masa-masa mendatang terutama dalam meningkatkan partisipasi
(22)
3. Secara umum, penelitian ini menjadi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
dalam perencanaan bidang pendidikan dalam rangka peningkatan mutu
lulusan sekolah menengah.
4. Membuka peluang bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan dan
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah cara berfikir yang berorientasi pada masa depan
dengan menggunakan metode dan sistematika yang rasional. Perencanaan dalam arti
seluas-luasnya adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Defenisi perencanaan secara
sederhana menurut Tarigan (2004) adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Sementara itu menurut Conyers & Hills dalam Arsyad (1999:112)
perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan
–keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang dengan empat elemen
dasar yakni: merencanakan berarti memilih, perencanaan merupakan alat
pengalokasian sumberdaya, perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan dan
perencanaan untuk masa depan.
Perencanaan bisa berarti pula sebagai menghubungkan antara pengetahuan
dengan tindakan , memecahkan masalah di masa melalui rangkaian /urutan tindakan
masa kini, mencari solusi persoalan massa kini dengan pandangan jauh ke depan dan
sebagai proses pembelajaran sosial, Friedman (dalam John Glasson terjemahan oleh
(24)
keberhasilan suatu kegiatan dengan maksud untuk memperbaiki rangkaian
kejadian/permasalahan yang ada dengan meningkatkan efisiensi dan rasionalitas,
membantu atau menggantikan pasar, merubah atau memperluas pihan-pilihan menuju
kesejahteraan bagi masyarakat.
Sementara itu, Widodo (2006:3), mengemukakan bahwa perencanaan
adalah upaya institusi publik untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang
harus dilakukan di sebuah wilayah (negara/daerah) berdasarkan kelemahan dan
keunggulan wilayah tersebut.
2.2. Perencanaan Pendidikan
Menurut Beeby dalam Enoch (1992), mendefenisikan perencanaan
pendidikan sebagai sebuah usaha melihat ke masa depan dalam hal menentukan
kebijaksanaan, prioritas dan biaya pendidikan dengan mempertimbangkan
kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial dan politik untuk pengembangan
potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik
yang dilayani oleh sistem.
Perencanaan pendidikan disusun berdasarkan situasi dan kondisi suatu
negara yang bersangkutan dan mempersiapkan keputusan-keputusan atau alternatif
kebijaksanaan untuk keperluan pembangunan pendidikan di masa depan merupakan
fungsi dari perencanaan pendidikan (Enoch, 1992).
Menurut Coombs (dalam Sa’ud dan Makmun, 2007) perencanaan
pendidikan adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses
(25)
serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakatnya.
Sehingga masih menurutnya bahwa terdapat empat hal yang dibahas dalam
perencanaan pendidikan yaitu: tujuan, bagaimana kondisi sistim pendidikan yang ada
sekarang, kemungkinan pilihan alternatif kebijakan dan prioritas untuk mencapai
tujuan dan strategi pencapaian tujuan.
Dari defenisi-defenisi di atas, beberapa hal yang menjadi perhatian dalam
perencanaan pendidikan adalah: konsistensi yaitu ketaatan terhadap keputusan yang
telah dibuat, memperhatikan aspek-aspek perencanaan pendidikan secara
menyeluruh, adanya alternatif dan prioritas kegiatan, bersifat inovatif, kuantitatif dan
kualitatif serta memperhatikan faktor lingkungan baik internal maupun eksternal.
Satu hal yang terpenting adalah bahwa perencanaan pendidikan merupakan alat
pengubah dan pengendali perubahan yang diwujudkan melalui upaya pembangunan
pendidikan yang bertujuan membantu mempersiapkan man power (SDM) yang
dibutuhkan oleh berbagai sektor pembangunan (Sa’ud dan Makmun, 2007).
2.2.1. Perencanaan Sekolah sebagai Fungsi dari Perencanaan Pendidikan
Banghart dan Trull dalam Sagala (2007:56), mengemukakan:
"Educational planning is first of all a rational procces". Pendapat ini menunjukkan
bahwa perencanaan pendidikan merupakan awal proses-proses rasional dan
mengandung sifat optimisme yang didasarkan kepercayaan bahwa akan dapat
mengatasi berbagai macam persoalan. Perencanaan sekolah adalah hasil kesepakatan
(26)
Perencanaan sekolah harus melibatkan banyak orang dan harus
menghasilkan program-program yang berpusat pada murid, mampu menyesuaikan
terhadap kebutuhan, dapat dipertanggungjawabkan dengan melibatkan sumberdaya
sekolah dalam pembuatan keputusan untuk mencapai tujuan. Menurut Sagala (2007)
komponen-komponen: keuangan, sarana prasarana, personal dan hubungan
masyarakat merupakan bagian dari lingkup perencanaan sekolah. Selanjutnya bahwa
perencanaan sekolah merupakan kegiatan menyeleksi kebutuhan dana, memilih dan
melatih tenaga (SDM di sekolah) serta menilai kerja organisasi untuk mencapai
tujuan.
2.3. Sumberdaya Pendidikan
Defenisi sumberdaya pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa sumberdaya
pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan
pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana dan
prasarana.
Sumberdaya pendidikan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas
pendidikan, artinya bahwa sekolah-sekolah sebagai lembaga pendidikan harus
meningkatkan produktivitas kegiatan proses belajar mengajar maupun produktivitas
pengelolaan sekolah melalui kepala sekolah, guru dan tenaga pendidikan lainnya,
sarana prasarana, partisipasi masyarakat dan pembiayaan sebagai unsur-unsur
(27)
Sebuah aktivitas pendidikan merupakan kombinasi kebutuhan dari sejumlah
sumberdaya. Aktivitas pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal jika
hanya memiliki satu sumberdaya saja. Kesatuan sumberdaya di dunia pendidikan
merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan suatu sistem pendidikan. Surya (2006)
membagi sumberdaya menjadi 4 kategori, meskipun kategori ini digunakan di dunia
bisnis, tidak memungkinkan juga dapat diadopsi di dalam dunia pendidikan, yaitu:
1. Sumberdaya manusia (Human resources)
Sumberdaya manusia adalah komponen terpenting dari sumberdaya
pendidikan. Sumberdaya manusia di dunia pendidikan adalah tenaga kependidikan
yang menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 terdiri atas tenaga
pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang
di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi, sumber belajar dan penguji.
Menurut Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
menegaskan bahwa kedudukan tenaga kependidikan mempuyai tugas pokok
memberikan layanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan, sedangkan pendidik mempunyai tugas pokok merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan.
Sementara itu menurut Sagala (2007:176) menjelaskan bahwa secara
spesifik terdapat empat kategori tenaga kependidikan yaitu: 1) tenaga guru (bidang
studi) sebagai tenaga pendidik; 2) tenaga kependidikan sebagai tenaga ahli
(28)
dan psikologi pendidikan; 3) tenaga fungsional non guru dan non tenaga
kependidikan seperti laboran, arsiparis dan pustakawan dan 4) tenaga administrasi
ketatausahaan.
Perencanaan sumberdaya manusia adalah bagian dari kegiatan manajemen
sumberdaya manusia, dalam hal ini yang dimaksud adalah sumberdaya manusia di
sekolah yakni tenaga kependidikan. Menurut Sugih (2006), proses perencanaan
tersebut mencakup kegiatan-kegiatan penyusunan kebutuhan personil tenaga
kependidikan (job analysis), spesifikasi tenaga kependidikan berdasarkan kualifikasi
yang dimiliki (job description), penjabaran dan penjelasan uraian tugas dan fungsi
(job description) dan pelaksanaan evaluasi kinerja tenaga kependidikan (job
evaluation). Proses perencanaan tenaga kependidikan dimaksud perlu dilakukan di
sekolah untuk menghasilkan kekuatan guna pencapaian tujuan yakni pendidikan
berkualitas.
Kebutuhan akan tenaga kependidikan di sekolah perlu direncanakan secara
matang oleh kepala sekolah berdasarkan proses perencanaan tenaga kependidikan di
atas yakni mengenai kebutuhannya, kualifikasinya, penugasan, uraian tugas dan
fungsi, penilaian proses dan hasil pembelajaran serta pengembangan kemampuan
tiap-tiap individu untuk mencapai kinerja yang efektif.
2. Material (Material resources)
Sumber material di dalam dunia pendidikan adalah ketersediaan sarana dan
prasarana. Defenisi sarana menurut peraturan menteri pendidikan nasional adalah
(29)
dipindah-pindah. Sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar yang diperlukan untuk
menjalankan fungsi satuan pendidikan.
Ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah akan sangat tergantung kepada
dana yang ada. Indriyanto dalam Sagala (2007:220) menjelaskan bahwa terdapat dua
fenomena berkenaan dengan ketersediaan sarana dan prasarana sekolah yakni: 1)
keterbatasan ketersediaan sarana dan prasarana baik di perkotaan maupun di
pedesaan; 2) pemanfaatan, yaitu sarana prasarana telah memadai namun kurang
pemanfaaatannya. Oleh karena itu ketersediaan dan pengadaan sarana prasarana
harus benar-benar bermanfaat sesuai dengan fungsinya dan dapat menjamin kualitas
pelayanan belajar peserta didik. Untuk mencapai hal ini diperlukan suatu perencanaan
sarana prasarana di sekolah yang meliputi identifikasi kebutuhan, usulan pengadaan,
pendistribusian, penggunaan dan upaya pemeliharaan/perawatan.
3. Dana (Finansial resources)
Pembiayaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mutu
pendidikan. Menurut Sagala (2007:223) biaya (cost) adalah seluruh dana baik yang
langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari berbagai sumber (pemerintah,
masyarakat dan orang tua) yang diperuntukkan bagi penyelenggaraan sekolah.
Pembiayaan memberikan dampak positif bagi setiap program sekolah, meningkatkan
pelayanan administrasi pendidikan dan menunjang kelancaran proses belajar
mengajar jika dikelola secara efisien.
Pembiayaan suatu kegiatan pendidikan bukan saja terkait bagaimana
(30)
terkait usaha bagaimana mencari dan menggali sumber dana bagi penyelenggaraan
pendidikan. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan terkait dengan dana pendidikan
ini adalah: 1) memprediksi kebutuhan pendidikan, 2) alokasi setiap komponen biaya,
3) analisis sumber yakni dari mana dana diperoleh dan 4) pengawasan keuangan
yakni kesesuaian antara perencanaan dan penggunaan anggaran.
Sementara itu menurut Lipham dalam Kardoyo (2006:111) bahwa tahap
perencanaan anggaran terdiri dari kegiatan mengidentifikasi kebutuhan, isu-isu dan
tujuan; mengadopsi sasaran; menganalisa alternatif program dan memilih biaya serta
alternatif yang efektif.
4. Informasi (Information resources)
Sebagai sumber informasi yang dimaksud dalam pendidikan adalah beberapa
perangkat seperti rule and regulation yaitu struktur organisasi, peraturan
perundang-undangan dan corporate feed back yakni kerjasama dan keterlibatan masyarakat
sebagai daya dukung menuju pendidikan berkualitas.
Prinsip bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama bermakna bahwa
keterlibatan masyarakat tidak dapat diabaikan dalam memberhasilkan tujuan
pendidikan. Perhatian masyarakat terhadap pendidikan dapat diungkapkan melalui
ide-ide atau bantuan berupa dana atau tenaga. Sekolah dan masyarakat adalah dua
komunitas yang saling melengkapi dalam memberikan warna terhadap perumusan
model pembelajaran tertentu di sekolah atau di suatu lingkungan masyarakat tertentu
(31)
Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi) menyebabkan peran
sekolah sebagai lembaga pendidikan mulai bergeser karena di kemudian hari sekolah
tidak lagi menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi
dibatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-satunya
sumber belajar karena banyak sumber belajar dan sumber informasi yang mampu
memfasilitasi seseorang untuk belajar. Oleh karena itu peranan orang tua,
kelompok-kelompok masyarakat dan kalangan pengusaha/industri menjadi sangat penting untuk
mengambil alih peran yang tidak lagi mampu diberikan oleh sekolah/lembaga
pendidikan ( Anonimus: 2009). Orang tua, masyarakat dan dunia usaha/industri harus
dilibatkan dalam pengembangan pendidikan sejak proses perencanaan, pelaksanaan,
pemanfaatan hasil dan evaluasinya.
Menurut Kardoyo (2006), bentuk konkrit dari peran masyarakat di sekolah
adalah keterlibatan orang tua dan masyarakat di dalam komite sekolah. Peran dan
fungsi komite sekolah adalah: 1) sebagai badan petimbangan; 2) sebagai badan
pendukung; 3) sebagai badan pengontrol; 4) sebagai mediator yang meliputi berbagai
perannya dalam perencanaan, pelaksanaan program, pengelolaan sumberdaya dan
pemantauan.
2.4. Mutu Pendidikan
Mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan
yang diharapkan atau yang tersirat (Rohiat, 2008 :52). Dalam konteks pendidikan,
(32)
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input pendidikan meliputi : man yakni
sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru, karyawana dan siswa), money yakni
dana, materials yaitu sarana prasarana, methods yakni visi, misi, tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai, serta machines yakni perangkat lunak sebagai penunjang proses
yang meliputi struktur organisasi, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas dan
sebagainya. Ketersediaan input sangat dibutuhkan agar proses dapat berlangsung
dengan baik karena makin tinggi ketersediaan input maka tinggi mutu input tersebut.
Proses pendidikan adalah mekanisme perubahan input pendidikan menjadi
suatu output pendidikan. Proses dimaksud adalah proses pengambilan keputusan,
pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, proses belajar mengajar serta proses
monitoring dan evaluasi. Proses pendidikan dikatakan bermutu apabila input
dikoordinasikan dan dipadukan dengan baik yang mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan dan mendorong motivasi dan minat belajar dan
mampu memberdayakan peserta didik.
Output pendidikan adalah kinerja sekolah yang merupakan prestasi sekolah
yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan
kualitas/mutu output sekolah yakni lulusan yang dapat dilihat dari prestasi akademik
dan nonakademik peserta didik. Kualitas output menjadi penting karena merupakan
ujung tombak dalam menentukan mutu pendidikan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Arcaro (2005:75) yang mengatakan bahwa
(33)
Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh mutu baik dalam pendidikan
diperlukan kerjasama antar pendidik, orang tua, pejabat pemerintah, wakil-wakil
masyarakat dan pemuka bisnis guna memberikan kepada siswa sumberdaya yang
dibutuhkan untuk memenuhi tantangan masyarakat, bisnis dan akademik sekarang
dan masa depan.
Tirtarahardja dan Sulo (2005:232) menyatakan bahwa mutu pendidikan
secara jelas dapat dilihat dari kualitas keluaran (lulusan). Mutu pendidikan dapat
tercapai apabila sistem pendidikan telah dapat melalui proses pendidikan yang
bermutu yang mengedepankan mendidik anak agar memiliki etos belajar dan kerja
keras, memiliki visi kebangsaan, komitmen kemanusiaan serta etos keilmuan yang
kuat sehingga akan dihasilkan keluaran/lulusan bermutu, baik dari segi pengetahuan,
keterampilan, pembentukan karakter berwawasan kebangsaan dan kemanusiaan tanpa
harus mengabaikan nilai kejujuran dan objektivitas. Penilaian terhadap mutu juga
dapat dilihat dari apakah keluaran pendidikan dapat mewujudkan suatu peribadi yang
bertaqwa, mandiri dan berkarya, anggota masyarakat yang bersosial dan bertanggung
jawab, warga negara yang cinta tanah air dan memiliki kesetiakawanan sosial atau
dengan kata lain keluaran pendidikan dapat mewujudkan diri sebagai
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan lingkungannya (nurturant
effect) atau apakah keluaran pendidikan hanya mengasosiasikan hasil belajar dengan
berbentuk nominal atau angka.( yang biasa disebut instructional effect).
Suyanto dan Abbas (2001:106), ada empat hal pokok yang perlu mendapat
(34)
yakni : pengenalan secara luas tentang visi, misi dan tujuan pendidikan, jabaran
peningkatan mutu pendidikan dan cakupannya, sumber-sumberdaya pendukung dan
penghambatnya.
2.5. Mutu Lulusan
Berbicara mengenai mutu lulusan, bisa dilakukan melalui pendekatan mutu
produk. Prawirosentono (2004:6) berpendapat bahwa mutu produk adalah keadaan
fisik, fungsi dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan
kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang dikeluarkan. Mutu
barang atau jasa dapat dilihat dari dua sisi yakni dari sisi sebagai konsumen serta sisi
sebagai produsen dan mutu produk/jasa dari sisi konsumen disebut sebagai basis
mutu produk (quality is customer oriented). Sedangkan untuk mencapai mutu suatu
produk, perusahaan harus membuat perencanaan, melaksanakan dan mengawasinya
secara total.
Dari defenisi mutu diatas dapat dinyatakan bahwa mutu lulusan dapat dilihat
dari sisi konsumen yakni lembaga pemakai output pendidikan seperti Perguruan
Tinggi, lembaga-lembaga pemakai tenaga kerja hasil pendidikan seperti lembaga
pemerintahan ataupun swasta. Artinya bahwa mutu lulusan disini diukur oleh
lembaga-lembaga yang disebut sebagai konsumen melalui serangkaian tes uji
kemampuan dan produk pendidikan tersebut mampu memuaskan lembaga-lembaga
tersebut baik kompetensi, keahlian maupun sikap moral dalam hal pencapaian tujuan.
(35)
pelaksanaan/proses bagaimana memproduksi (to produce) peserta didik agar bermutu
dan memberi manfaat /kepuasan kepada konsumen.
Sementara itu pendapat lain mengenai mutu pendidikan yang terkait dengan
mutu output (lulusan) adalah menurut Sagala (2007:170) menekankan bahwa
lembaga pendidikan/sekolah dapat dikatakan bermutu apabila prestasi sekolah
khususnya prestasi peserta didik menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam (1)
prestasi akademik yaitu nilai rapor dan nilai kelulusan memenuhi standar yang
ditentukan ; (2) memiliki nilai-nilai kejujuran, ketaqwaan, kesopanan dan mampu
mengapresiasi nilai-nilai budaya ; (3) memiliki tanggung jawab yang tinggi dan
kemampuan yang diwujudkan dalam bentuk keterampilan sesuai dengan dasar ilmu
yang diterimanya di sekolah.
Sedangkan Sukmadinata dkk (2006:8) mengemukakan bahwa mutu lulusan
yang baik adalah lulusan yang dapat melanjutkan sudinya pada jenjang yang lebih
tinggi, dapat diterima bekerja, diterima bekerja dan berprestasi, dapat mengikuti
perkembangan masyarakat dan produktif. Lulusan yang tidak produktif akan menjadi
beban masyarakat, menambah biaya kehidupan dan menghambat kesejahteraan
masyarakat serta memungkinkan menjadi warga yang tersisih dari masyarakat.
Khusus lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yakni
yang memutuskan untuk bekerja, Sumarsono (2003:14) menjelaskan bahwa
keputusan kerja adalah suatu keputusan yang mendasar tentang bagaimana
(36)
atau yang utama yakni menggunakan waktunya untuk bekerja seperti: mengadakan
produksi rumah tangga atau bekerja untuk diupah.
2.6. Pengembangan Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia seperti diketahui sebagai salah satu unsur wilayah
harus dikembangkan kemampuan, skill dan attitudenya agar praktek
pengembangan wilayah lebih cepat dalam pencapaian tujuannya. Tugas pemerintah
sebagai pelaku pengembangan wilayah untuk menyediakan kemudahan-kemudahan
dalam hal pengembangan sumberdaya manusia. Masyarakat sebagai pelaku
pembangunan juga berfungsi sebagai penyedia SDM, pengawas dan penyedia modal
(masyarakat selaku pemilik modal) yang diperlukan bagi pengembangan wilayah.
Pembangunan SDM berkualitas melahirkan manusia-manusia yang
mempunyai kematangan intelektual dan kepribadian (P.Drost, dalam Lie, dkk,
2005:vii). SDM dengan intelektual dan moral etika baik akan membentuk suatu
lingkungan perilaku di masyarakat dimana lingkungan perilaku tersebut sebagai
sumberdaya yang bermanfaat bagi suatu perencanaan (Kuncoro, 2004:54).
Setiap individu memiliki kapasitas kepemimpinan yang perlu digali,
ditemukan dan dikembangkan secara terencana, terarah dan terfokus karena
pengembangan diri adalah suatu kebutuhan dari setiap individu. Setiap individu
membutuhkan pengembangan diri melebihi dia membutuhkan pengembangan sebagai
manager (Drucker, dalam Tomatala, 2003:31).
Intinya bahwa pengembangan SDM sebenarnya suatu proses yang mudah
(37)
mengembangkan diri menjadi SDM yang berintelektual dan bermoral tinggi dengan
dukungan kemudahan-kemudahan dari pemerintah, masyarakat dan dunia
usaha/pemilik modal sebagai pelaku pengembangan wilayah.
2.7. Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah adalah suatu evolusi dari dinamika masyarakat di
suatu wilayah menuju keadaan yang lebih baik. Pemberdayaan potensi wilayah
dengan penggunaan teknologi oleh sumberdaya manusia terampil dan inovatif dengan
tidak mengabaikan lingkungan adalah kunci utama dari suatu pengembangan wilayah
dikarenakan pengembangan wilayah merupakan interaksi antara tiga pilar
pengembangan wilayah yaitu: sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi
(Nachrowi, 1999:21). Suatu wilayah dengan sumberdaya alam melimpah dan
sumberdaya manusia yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi
lebih mudah untuk berkembang dibanding dengan wilayah lain yang tidak
mempunyai sumberdaya alam dan sumberdaya manusia unggul.
Menurut Miraza (2006), pengembangan wilayah dipandang dari segi ilmu
ekonomi adalah terjadinya perkembangan kesejahteraan atau kemajuan ekonomi
secara perlahan yang ditandai dengan peningkatan pendapatan masyarakat,
meningkatnya pembangunan infrastruktur dan menurunnya angka pengangguran.
Sementara itu Mulyanto (2008:1), menyebutkan bahwa pengembangan
wilayah adalah seluruh tindakan yang dilakukan dalam rangka memanfaatkan
(38)
kehidupan yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat di wilayah itu khususnya dan
dalam skala nasional pada umumnya.
Dampak globalisasi telah membuktikan bahwa perkembangan suatu wilayah
tertentu tidak lepas dari pengaruh perkembangan daerah disekitarnya, sehingga
muncul suatu konsep Competitive advantage (keunggulan kompetitif) yang
mengharuskan setiap daerah berlomba membangun dan mengembangkan wilayahnya
untuk dapat memenangkan persaingan. Dan untuk mencapai tujuan dimaksud sangat
dibutuhkan sumberdaya manusia unggul, karena hanya manusia-manusia yang
berkualitas baik yang mampu berbuat lebih banyak dan berpartisipasi dalam
pengembangan wilayah, pengembangan wilayah mengarusutamakan
partisipasi/pemberdayaan masyarakat (Zen, 1999:4).
Dari uraian teoritis dan pengalaman empiris di atas dapat diintisarikan
bahwa pengembangan wilayah merupakan suatu upaya menterpadukan berbagai
sumberdaya dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan yang bertujuan pada
pencapaian kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas maka nyata bahwa pengembangan wilayah
memerlukan suatu perencanaan (development need planning). Perencanaan dimaksud
adalah perencanaan wilayah (regional) secara menyeluruh (comprehensif) yang
pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari daerah di sekitarnya berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan fisik, ekonomi, sosial, lingkungan dan kelembagaan
dengan SDM sebagai sasaran pembangunan untuk disejahterakan maupun SDM
(39)
2.8. Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berkenaan
dengan penelitian tesis ini adalah:
Heriyanto dan Wahyuddin (2006) menulis artikel yang berjudul ”Analisis
pengaruh kepemimpinan, budaya kerja dan sarana prasarana terhadap prestasi siswa
SMA di kota Surakarta”, diperoleh bahwa nilai kepemimpinan, budaya kerja dan
sarana prasarana berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi siswa.
Dikemukakan juga bahwa sarana dan prasarana merupakan suatu kebutuhan yang
harus tersedia bagi setiap sekolah karena mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
Sarana prasarana tersebut meliputi: ruang kelas yang cukup sesuai jumlah murid,
fasilitas ruang untuk kepala sekolah, guru, tata usaha, ruang tamu, kamar mandi/WC,
aula, tempat ibadah, tersedianya peralatan kesenian, peralatan untuk olahraga, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium untuk IPA dan IPS, peralatan penunjang kegiatan
seperti LCD, OHP, computer, televise dan AC.
Sementara itu, Kardoyo (2006) menulis tesis dengan judul ”Pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah, pembiayaan pendidikan dan peran komite sekolah
terhadap kinerja sekolah”, mengemukakan bahwa kepala sekolah memiliki peran
yang sangat besar atas keberhasilan sekolah, sebab sekolah yang efektif ditentukan
oleh kepemimpinan kepala sekolah yang efektif . Untuk dapat menjalankan perannya
itu kepala sekolah sangat membutuhkan biaya yang besar, sementara itu sumber dana
dari pemerintah sangat terbatas maka membutuhkan partisipasi masyarakat melalui
(40)
pembiayaan dan peran komite memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap mutu
proses belajar maupun terhadap mutu lulusan (indikator kinerja sekolah yang diukur
adalah mutu proses belajar mengajar dan mutu lulusan). Selanjutnya dikemukakan
untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar, maupun mutu lulusan diperlukan
upaya yang bersungguh-sungguh dalam hal rekruitmen, seleksi, pengangkatan,
penempatan, dan kompensasi kepala sekolah dan menentukan model konseptual
kinerja kepala sekolah; membantu dalam pengelolaan keuangan pendidikan dengan
mendirikan sekolah swadana; membantu peningkatan peran komite sekolah melalui
ukuran kinerja komite sekolah, mewujudkan mutu proses belajar mengajar menjadi
ukuran kinerja guru dan evaluasi secara bersama-sama oleh pemerintah dan
masyarakat.
2.9. Kerangka Berfikir
Perlu diteliti mengenai perencanaan sumberdaya pendidikan yang meliputi
perencanaan tenaga kependidikan, sarana prasarana, partisipasi masyarakat dan
pembiayaan , sejauhmana pengaruhnya terhadap peningkatan mutu lulusan sekolah
menengah yakni lulusan yang berhasil masuk ke PTN dan yang terserap ke pasar
kerja dan memiliki pendapatan yang akhirnya akan menggambarkan keadaaan SDM
sebagai satu pilar bagi pengembangan wilayah.
Kerangka pemikiran dari permasalahan digambarkan sebagai berikut:
(41)
Gambar 1. Kerangka pemikiran
2.10. Hipotesis
1. Terdapat pengaruh antara perencanaan sumberdaya pendidikan (tenaga
kependidikan, sarana prasarana, partisipasi masyarakat dan pembiayaan)
SMA/MA terhadap lulusan yang diterima di PTN
2. Terdapat pengaruh antara perencanaan sumberdaya pendidikan (tenaga
kependidikan, sarana prasarana, partisipasi masyarakat dan pembiayaan) SMK
terhadap lulusan yang diterima bekerja.
Lulusan sekolah menengah berkualitas
Pengembangan wilayah Diterima di PTN
(42)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tanjungbalai, tepatnya di 12 (dua belas)
sekolah menengah Negeri di Kota Tanjungbalai. Namun berhubung terdapat 2 (dua)
sekolah SMAN dan 2 (dua) SMKN yang belum menghasilkan lulusan, maka
penelitian dilakukan hanya di 8 (delapan) sekolah yakni: SMAN 1, SMAN 2, SMAN
3, SMAN 4, SMAN 5, MAN, SMKN 1 dan SMKN 2.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data
primer diambil dari responden yakni: kepala sekolah, guru dan anggota komite
sekolah melalui wawancara langsung dengan penyebaran kuisioner. Data ini meliputi
gambaran ketersediaan sumberdaya pendidikan di sekolah, indikator-indikator yang
menggambarkan perencanaan sumberdaya pendidikan (tenaga kependidikan, sarana
prasarana, partisipasi masyarakat dan pembiayaan) di Sekolah Menengah Negeri di
kota Tanjungbalai, jumlah lulusan Sekolah Menengah Negeri yang diterima di PTN
dan yang diterima bekerja dan tingkat kepuasan kepala sekolah, guru dan anggota
komite sekolah terhadap mutu lulusan yakni jumlah, nilai UN yang diperoleh serta
kemampuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki lulusan yang berhasil masuk PTN,
demikian juga jumlah, nilai UN yang diperoleh, kemampuan, keterampilan dan sikap
(43)
Sedangkan data sekunder mengenai gambaran Sekolah Menengah Negeri di
Kota Tanjungbalai, jumlah lulusan dan data lain berupa data tambahan yang
mendukung hipotesis penelitian dikumpulkan dari berbagai instansi/lembaga terkait
seperti: Dinas pendidikan dan Kebudayaan, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Badan Pusat Statistik dan berbagai publikasi resmi dari instansi pemerintah
tersebut, Undang-Undang kependidikan, hasil riset kependidikan sebelumnya yang
masih relevan dan buku-buku teks/literatur tentang kependidikan.
Untuk lebih jelasnya mengenai jenis dan sumber data dapat dilihat pada
Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Jenis data, Variabel, Sumber Data dan Teknik Penelitian
No Jenis Data Variabel Sumber Data Teknik
Tenaga Kependidikan Kepala sekolah, guru & komite sekolah
Kuisioner & wawancara
Sarana Prasarana Kepala sekolah, guru & komite sekolah
Kuisioner & wawancara
Partisipasi masyarakat
Kepala sekolah, guru & komite sekolah
Kuisioner & wawancara
Pembiayaan Kepala sekolah, guru & komite sekolah
Kuisioner & wawancara
1 Primer
Mutu Lulusan Kepala sekolah, guru & komite sekolah
Kuisioner & wawancara
2 Sekunder Gambaran Sekolah
Menengah Negeri, ketersediaan tenaga kependidikan, sarana prasarana, partisipasi masyarakat, perhatian pemerintah, jumlah lulusan yang diterima di PTN/diterima bekerja
Dinas P dan K Bappeda BPS Disnaker
Publikasi lainnya
(44)
3.3. Populasi dan sampel
Sebagai populasi dari rencana penelitian adalah seluruh Sekolah Menengah
Negeri di Kota Tanjungbalai yang berjumlah 12 sekolah dengan sasaran populasi
meliputi kepala sekolah (12 orang), guru dan anggota komite sekolah yang berjumlah
447 orang. Hal ini lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
Tabel 3.2 Populasi Jumlah Kepala Sekolah, Guru, Anggota Komite Sekolah dan Lulusan Berdasarkan Sekolah di Sekolah Menengah Negeri Kota Tanjungbalai Tahun 2008
Jumlah No Sekolah Ka
Sekolah
Guru Komite
Jumlah (Guru+Komite)
Sekolah
Jumlah Lulusan
1 SMAN 1 1 48 9 57 185
2 SMAN 2 1 43 9 52 212
3 SMAN 3 1 35 9 44 169
4 SMAN 4 1 28 9 37 97
5 SMAN 5 1 20 9 29 112
6 SMAN 6 1 28 9 37 -
7 SMAN 7 1 14 9 23 -
8 MAN 1 26 9 35 58
9 SMKN 1 1 33 9 42 190
10 SMKN 2 1 35 9 44 112
11 SMKN 3 1 15 9 24 -
12 SMKN 4 1 14 9 23 -
Jumlah 12 339 108 447 1135
Sumber: Dinas P dan K Kota Tanjungbalai Tahun 2008
Dari jumlah tersebut terdapat 4 (empat) sekolah yang belum memiliki
lulusan, sehingga populasi untuk kepala sekolah, guru dan anggota komite sekolah
pada penelitian ini hanya berasal dari 8 (delapan) sekolah yang telah memiliki
(45)
Tabel 3.3. Jumlah Guru dan Anggota Komite Sekolah Berdasarkan Sekolah di Sekolah Menengah Negeri di Kota Tanjungbalai Tahun 2008
Jumlah No Sekolah
Guru Komite Jumlah
1 SMAN 1 48 9 57
2 SMAN 2 43 9 52
3 SMAN 3 35 9 44
4 SMAN 4 28 9 37
5 SMAN 5 20 9 29
6 MAN 26 9 35
7 SMKN 1 33 9 42
8 SMKN 2 35 9 44
Jumlah 268 72 340
Sumber: Dinas P dan K Kota Tanjungbalai Tahun 2008
dan penentuan jumlah sampel untuk kepala sekolah adalah menjadikan semua sasaran
populasi sebagai sampel yakni berjumlah 8 (delapan) orang, sedangkan untuk guru
dan komite sekolah didasarkan pada metode penarikan sampel stratified random
sampling yang stratanya ditentukan oleh jenis pelaku pendidikan yakni guru dan
anggota komite sekolah yakni sebagai berikut:
( Z ½ )2 n = p.q b Dimana:
n = Jumlah sampel minimum
p = Proporsi keseluruhan persentase kelompok pertama q = Proporsi sisa di dalam populasi (1-p)
Z ½ = Derajat koefisien konfidensi
b = Persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam menen- tukan sampel (Nawawi, 1983)
Selanjutnya penentuan proporsi universum persentase kelompok pertama
(p), berdasarkan pada rumusan sebagai berikut:
n
(46)
N 340
P = = 0,760 447
q = 1-p
q = 0,240, Dengan = 99%, diperoleh nilai Z ½ = 1,93 dan nilai selang
kepercayaan b= 0,01. Dengan demikian jumlah sampel berdasarkan rumusan di atas
diperoleh:
( Z ½ )2 n ≥ p.q b
(1,93)2 n ≥ (0,760) (0,240) 0,01
n ≥ 68 (angka pembulatan)
Sedangkan distribusi sample masing-masing strata adalah:
Guru = 68/340 x 268 = 53,6 = 54
Komite Sekolah = 68/340 x 72 = 14,4 = 14
Sehingga keseluruhan sampel dalam penelitian berjumlah 76 orang yang
masing-masing rincian per sekolah adalah seperti pada Tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4 Jumlah sampel menurut sekolah
Jumlah Sampel No Sekolah
Ka sekolah Guru Komite Jumlah
1 SMAN 1 1 10 2 13
2 SMAN 2 1 9 2 12
3 SMAN 3 1 7 2 10
4 SMAN 4 1 6 2 9
5 SMAN 5 1 4 1 6
6 MAN 1 5 1 7
7 SMKN 1 1 6 2 9
(47)
Jumlah 8 54 14 76
3.4. Metode Analisis Data
3.4.1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Sebagai langkah awal untuk analisis penelitian ini adalah terlebih dahulu
melakukan uji validitas instrumen melalui analisis faktor dari setiap indikator maupun
dengan analisis butir untuk setiap item pertanyaan. Uji coba instrumen dilakukan
pada 20 orang yang terdiri dari guru dan anggota komite sekolah yang bukan sebagai
responden untuk instrumen tenaga kependidikan, sarana prasarana, partisipasi
masyarakat, pembiayaan dan mutu lulusan. Untuk menghitung validitas instrumen
digunakan rumus korelasi product moment (Arikunto, 2006:170) dengan rumusan
sebagai berikut:
n XiYi - Xi Yi
rxy =
√ (n X2i –( Xi) 2) (n Y2i -( Yi) 2 ) (Sudjana, 1992:369)
Adapun ketentuannya adalah bila korelasi tiap faktor/butir tersebut positif
dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor/butir tersebut memiliki validitas yang baik
(Sugiono, 2007:177). Hasil analisis butir dan analisis faktor masing-masing
instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran.
Sementara itu untuk uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini akan
dilakukan dengan internal consistency yakni dengan cara mencobakan instrumen
sekali saja dengan teknik belah dua dari Spearman Brown sebagai berikut:
2rb
(48)
1+rb
Dimana:
ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
Untuk keperluan itu maka butir-butir pertanyaan dibelah menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok genap. Selanjutnya dicari
skor total tiap kelompok dan dicari korelasi antar keduanya. Setelah dihitung dan
diperoleh koefisien korelasinya, selanjutnya dimasukkan ke dalam rumusan di atas,
jika diperoleh nilai reliabilitas internal ≥0,30 maka instrumen tersebut reliable.
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan untuk melihat apakah pilihan kita terhadap
analisis regresi berganda dapat digunakan atau tidak. Uji ini terdiri dari uji
multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas dimana jika uji ini telah terpenuhi maka
uji statistik regresi berganda dapat digunakan. Penghitungan uji ini dibantu dengan
program SPSS versi 15,0.
3.4.2.1. Uji Multikolinieritas
Uji mutikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah ada hubungan
linier antar variabel bebas dalam model regresi. Kondisi yang diinginkan adalah
bahwa seharusnya tidak boleh terjadi hubungan yang linier antar variabel bebasnya
dan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas ini, salah satunya dapat dilihat
dari angka Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan jika VIF > 5 maka
terjadi persoalan mutikolinieritas dan jika VIF < 5 maka tidak terjadi
(49)
3.4.2.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dan residual antar pengamatan. Jika varians dan
residual antar pengamatan tetap maka disebut terjadi homoskedastisitas. Tetapi jika
varians berbeda maka terjadi heteroskedastisitas. Sedang kondisi yang diinginkan
untuk model regresi dikatakan baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas yaitu rank korelasi dari Spearman (Gujarati dalam Sudarmanto,
2005:148) dimana uji hipotesisnya dilakukan dengan dua tahap yaitu menghitung
nilai residual absolutnya terlebih dahulu baru menghitung korelasi antar nilai variabel
dengan nilai residual absolutnya. Adapun kriteria ujinya adalah tolak Ho bila nilai
koefisien korelasi spearman > koefsien alpha atau nilai koefisien r hitung < r tabel.
3.4.3. Analisa Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya akan dinalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif untuk menjawab permasalahan pertama dan analisis regresi
berganda (multiple regression) untuk menjawab permasalahan kedua.
Analisis Deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan ciri-ciri sampel pada
variabel tunggal baik variabel independen maupun variabel dependen. Pendeskripsian
masing-masing variabel dilakukan dengan menggunakan statistik rata-rata dan
persentase yang dituangkan dalam tabel distribusi frekuensi. Selanjutnya untuk
mengetahui derajat persepsi responden terhadap perencanaan tenaga kependidikan,
(50)
lima klasifikasi yaitu SB (sangat baik), B (baik), CB (cukup baik), KB (kurang baik)
dan TB (tidak baik), sedangkan untuk mutu lulusan klasifikasinya yakni SM (sangat
memuaskan), M (memuaskan), CM (cukup memuaskan), KM (kurang memuaskan)
dan TM (tidak memuaskan).
Skor kriteria persepsi responden terhadap variabel-variabel yang diungkap
didasarkan pada skor maksimal yang mungkin dicapai oleh responden. Skor ini
diperoleh dari perkalian jumlah item dengan skor pada alternatif jawaban dan untuk
menetapkan klasifikasi masing-masing variabel ditetapkan dengan mengurangkan
skor maksimal dengan skor minimal jawaban kemudian dikelompokkan menjadi lima
klasifikasi sehingga akan diperoleh interval skor untuk masing-masing variabel.
Sementara itu mengenai analisis regresi berganda atas variabel-variabel X1,
X2, X3 dan X4 dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y1 = b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+µ
Y2 = b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+µ
dengan :
Y1 = Mutu Lulusan ( tingkat kepuasan terhadap lulusan yang masuk
PTN)
Y2 = Mutu Lulusan (tingkat kepuasan terhadap lulusan yang bekerja)
X1 = Tenaga kependidikan
X2 = Sarana prasarana
X3 = Partisipasi masyarakat
X4 = Pembiayaan
b0 = Intercept (konstanta)
b1…b4 = Koefisien regresi
µ = Kesalahan pengganggu
Selanjutnya untuk pengujian signifikansi semua variabel independen (tenaga
(51)
bersama-sama terhadap mutu lulusan (yang berhasil masuk PTN dan yang bekerja)
akan digunakan uji statistik F dengan formula sebagai berikut:
SSR/k F= SSE/(n-k)
Dimana:
SSR = sum of square due to regression ( jumlah kuadrat yang diregresikan) SSE = sum of square error (jumlah kuadarat kesalahan)
n = jumlah observasi
k = jumlah parameter (termasuk intercept) dalam model (Kuncoro:2004:219)
Kriteria yang berlaku untuk uji signifikansi di atas adalah bahwa akan menerima
hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan dan
positif secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen apabila
nilai statistik F hitung lebih besar dari nilai F tabel.
Sementara itu uji signifikansi variabel independen secara parsial akan
menggunakan statistik uji t dengan rumusan:
t = bi / S
bi = Koefisien regresi
S = S tandar deviasi
dengan membandingkan nilai statistik t dengan t tabel dimana akan akan menerima
hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen jika nilai statistik t hasil perhitungan
lebih tinggi dibanding nilai t tabel.
(52)
Beberapa defenisi operasional yang akan digunakan dalam rencana
penelitian ini adalah;
1. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, yaitu: kepala sekolah,
guru, tenaga administrasi, tenaga laboratorium, tenaga perpustakaan dan tenaga
kebersihan pada sekolah yang diteliti.
2. Sarana adalah perlengkapan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
pembelajaran yang dapat dipindah-pindah seperti: meubiler, meubiler
perpustakaan, buku teks pelajaran, buku referensi, alat peraga, alat-alat
laboratorium dan alat-alat praktek.
3. Prasarana adalah fasilitas dasar yang diperlukan untuk menjalankan fungsi satuan
pendidikan yaitu: Ketersediaan lahan, bangunan gedung, ruang kelas,
perpustakaan, laboratorium, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat
ibadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang
serta tempat bermain/berolahraga.
4. Partisipasi masyarakat adalah peran anggota komite sekolah sebagai badan
pertimbangan, pendukung, pengawas dan mediator bagi penyelenggaran
pendidikan di sekolah yang diteliti.
5. Pembiayaan adalah dana pendidikan yang diterima oleh sekolah yang bersumber
dari APBD Kota, APBD Propinsi, APBN maupun hibah ataupun pinjaman luar
(53)
6. Lulusan adalah siswa Sekolah Menengah Negeri yang berhasil menamatkan
pendidikan pada jenjang sekolah menengah (SMAN/MAN dan SMKN).
7. Mutu lulusan adalah indikator yang menggambarkan kualitas lulusan Sekolah
Menengah Negeri di Kota Tanjungbalai berupa pernyataan tentang kepuasan oleh
kepala sekolah, guru dan anggota komite terkait dengan prestasi yang dicapai
lulusan yakni keberhasilan memasuki PTN dan atau berhasil mendapatkan
pekerjaan secara layak.
8. Pengembangan wilayah adalah Suatu usaha perencanaan wilayah untuk
pengembangan atau pembangunan wilayah menuju perubahan ke arah yang lebih
baik untuk mencapai kesejahteraan melalui pengembangan SDM dengan
indikator peningkatan jumlah lulusan SMK yang bekerja.
Untuk lebih jelasnya variabel, sub variabel, indikator dan model instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini tertera pada Tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5 Variabel, Sub Variabel, Indikator dan Model Instrumen Penelitian
No Variabel Sub Variabel Indikator Pengukuran
1 Perencanaan Sumberdaya pendidikan
X1 (Perencanaan Tenaga Kepen-didikan)
1. Kualifikasi Pendidikan
2. Kemampuan Teknis, yang meliputi
• Perencanaan kegiatan pem-belajaran
• Perencanaan KBM
• Menilai proses dan hasil pembelajaran
• Memanfaatkan hasil penelitian bagi peningkatan layanan pembelajaran & memberikan umpan balik secara tepat, taratur & terus menerus kpd siswa
3. Memiliki sikap dan keperibadian yang baik dengan menunjukkan
(54)
keteladanan dalam pelaksanaan tugasnya.
X2 (Perencanaan Sarana Prasara-na)
1. Perencanaan
• Identifikasi kebutuhan sarana & prasarana
• Menetapkan prioritas kebutuhan sarana & prasarana
• Menuangkan dalam bentuk program
Likert
No Variabel Sub Variabel Indikator Pengukuran
2. Pengadaan
Mengusulkan pengadaan sarpras pendidikan sesuai prioritas dan kemampuan sekolah
3. Penggunaan
Mendistribusikan dan penda-yagunaan sarpras secara optimal 4. Perawatan
Melaksanakan perawatan dan pemeliharaan sarpras pendidikan secara teratur dan berkesinam-bungan
X3 (Perencanaan Partisipasi Masyarakat)
Sumber, bentuk dan mekanisme partisipasi serta komite sekolah sebagai badan pertimbangan, pendukung, pengawas dan mediator
Likert
X4 (Perencanaan Pembiayaan )
1. Perencanaan
2. Penggalian sumber dana 3. Pengelolaan dana 4. Akuntabilitas
Likert
2 Y ( Mutu Lu-lusan)
Y1 (lulusan yang diterima di PTN)
Y2(Lulusan yang diteri-ma bekerja)
1. Tingkat kepuasan kepala sekolah, guru dan anggota komite sekolah atas prestasi yang dicapai siswa yakni keberhasilan masuk PTN
2. Ttingkat kepuasan kepala Likert
(55)
sekolah, guru dan anggota komite sekolah atas prestasi yang dicapai siswa yakni berhasil diterima bekerja
(56)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kota Tanjungbalai.
Secara geografis Kota Tanjungbalai terletak di pesisir Timur pulau
Sumatera pada 2º58’15” – 3º01’32” Lintang Utara dan 99º48’00” – 99º50’16” Bujur
Timur, berada pada pertemuan 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Asahan dan Sungai
Silau yang bermuara ke Selat Malaka. Keseluruhan wilayah berbatasan dengan
Kabupaten Asahan dengan luas 6.052 Ha atau 60,52 Km² (0,08% dari luas wilayah
Provinsi Sumatera Utara) dan berada pada ketinggian 0 – 3 meter di atas permukaan
laut serta senantiasa dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Wilayah administrasi
terdiri dari 6 (enam) kecamatan dan 31 (tigapuluh satu) kelurahan
Penduduk Kota Tanjungbalai didominasi oleh 6 (enam) suku yakni suku
Batak (Simalungun, Toba, Mandailing, Pak-Pak dan Karo) 42,56 %, Jawa 17,06 %,
Melayu 15,41 %, Minang 3,58 %, Aceh 1,11 % dan lainnya 20,28 %, tahun 2008
berjumlah 163.679 jiwa (hasil proyeksi BPS), terdiri dari 82.218 jiwa (50,23%)
laki-laki dan 81.461 jiwa (49,77%) perempuan dengan komposisi usia sekolah menengah
yakni usia 16-18 tahun sebanyak 18.354 jiwa (11,21%).
4.2. Gambaran Pendidikan Sekolah Menengah Kota Tanjungbalai.
Sekolah Menengah Negeri dan swasta di Kota Tanjungbalai menyebar
merata di setiap kecamatan yang berjumlah 25 (dua puluh lima) buah. Hal ini
(57)
Tanjungbalai telah baik. Mengenai kondisi umum pendidikan sekolah menengah di
Kota Tanjungbalai secara singkat dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Gambaran Pendidikan Sekolah Menengah di Kota Tanjungbalai Tahun 2008
Jumlah Sekolah No. Jenis
Pendidikan
N S Jumlah
Murid
Jumlah Guru
Ruang
Kelas Lulusan 8. SMA 7 4 5.228 302 125 1.202 9. SMK 4 3 1.535 149 54 471 10. MA 1 6 1.327 144 45 262
Jumlah 12 13 8.090 595 224 1.935
Sumber : Dinas P dan K Tanjungbalai Tahun 2009
Mengenai jumlah persebaran sekolah menengah di setiap kecamatan dapat
dilihat pada Tabel 2 pada Bab I. Sedangkan beberapa indikator pemerataan lainnya
selain penyebaran sekolah per kecamatan dapat dijelaskan pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Indikator Pemerataan Pendidikan sekolah menengah di Kota Tanjungbalai Tahun 2008
No Indikator SMA SMK MA
1. APK (%) 48,11 14,12 12,21
2. APM (%) 37,92 10,39 8,48
3. Rasio
Siswa/Sekolah 476 220 190
Siswa/Kelas (Rombel) 42 29 30
Siswa/Guru 18 11 10
Rombel/R.Kelas yang ada 1 1 1
Guru/Rombel 3 4 4
4. Tingkat Pelayanan Sekolah 169,4 381,9 413,6
5. Putus Sekolah 127 52 11
Sumber : Dinas P dan K Tanjungbalai Tahun 2009
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Angka Partisipasi Kasar (APK)
(58)
hal ini menunjukkan peningkatan sebesar 1,97%, dimana pada tahun ajaran 2007
sebesar 72,47% dan masih terdapat 25,56% yang tidak duduk dibangku
SMA/SMK/MA. Sementara itu Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA juga
mengalami peningkatan sebesar 0,80%, dimana pada tahun ajaran 2007 sebesar
55,99% dan pada tahun ajaran 2008 sebesar 56,79%. Masih terdapat angka putus
sekolah sebanyak 190 orang dan yang terbesar terdapat pada jenjang SMA yakni
sebanyak 127 orang.
4.3. Profil Responden
Profil responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi: nama sekolah,
jabatan, usia, jenis kelamin, pendidikan, kesesuaian pendidikan dengan mata
pelajaran yang diajarkan, lama pengalaman mengajar dan kepemilikan sertifikat
profesi (akta) mengajar. Mengenai profil responden berdasarkan kelompok umur
dapat dilihat dari Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Respoden Menurut Kelompok Umur
Jabatan No Kelompok Umur
Kasek Guru Komite
Jumlah (orang) Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 7
27 – 32 33 – 38 39 – 44 45 – 50 51 – 56 57 – 62 63 – 68
0 0 0 2 6 0 0 15 15 14 4 4 2 0 0 2 2 3 3 3 1 15 17 16 9 13 5 1 19,7 22,4 22,4 10,5 17,1 6,6 1,3
Jumlah 8 54 14 76 100
(59)
Dari tabel diatas diketahui bahwa responden mulai umur 27 sampai dengan
44 tahun paling banyak jumlahnya yakni 48 orang (63,2%). Responden dengan
kelompok umur ini sebagian besar adalah guru, artinya bahwa guru Sekolah
Menengah Negeri di Kota Tanjungbalai rata-rata masih memiliki masa mengajar
yang panjang yakni 18 sampai dengan 33 tahun. Sedangkan kepala sekolah 75%
rata-rata berusia 51-56 tahun.
Tabel 4.4. Distribusi Respoden Menurut Jenis Kelamin
Jabatan No Jenis Kelamin
Kasek Guru Komite
Jumlah (orang) Persentase (%) 1 2 Laki-laki Perempuan 6 2 25 29 12 2 43 33 56,6 43,4
Jumlah 8 54 14 76 100
Sumber: Diolah dari data primer 2009
Responden penelitian untuk kepala sekolah dan komite umumnya berjenis
kelamin laki-laki dan untuk guru lebih banyak berjenis kelamin perempuan.
Sementara itu secara keseluruhan responden didominasi laki-laki yaitu sebanyak 43
orang (56,6%) dan selebihnya perempuan.
Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Pendidikan
Jabatan No Pendidikan
Kasek Guru Komite
Jumlah (orang) Persentase (%) 1 2 3 4 SLTA Diploma S1 S2 0 0 8 0 0 3 50 1 4 2 7 1 4 5 65 2 5,3 6,6 85,5 2,6
Jumlah 8 54 14 76 100
(1)
lulusan yang berhasil masuk PTN. Sedangkan secara parsial yang berpengaruh nyata hanya perencanaan tenaga kependidikan dan perencanaan pembiayaan. Untuk kelompok SMK perencanaan sumberdaya pendidikan secara bersama-sama juga berpengaruh nyata terhadap lulusan yang bekerja. Secara parsial, yang memiliki pengaruh nyata adalah perencanaan tenaga kependidikan dan perencanaan sarana prasarana. Sementara itu perencanaan partisipasi masyarakat tidak memiliki pengaruh nyata terhadap mutu lulusan baik yang berhasil masuk PTN maupun yang bekerja.
5.2. Saran
Beberapa saran terkait dengan perencanaan ke depan dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Kepada pemerintah kota Tanjungbalai dan dinas P dan K: untuk lebih meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan terutama peningkatan kemampuan, keahlian, keterampilan dan penguasaaan teknologi informasi melalui pendidikan dan pelatihan, studi banding ke luar daerah dan peningkatan pemberian apresiasi bagi guru yang berprestasi; meningkatkan program pengadaaan sarana dan prasarana bagi Sekolah Menengah Negeri terutama pengadaan laboratorium, alat-alat praktek dan prasarana informasi teknologi; meningkatkan program pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan melalui peningkatan kerjasama dengan lembaga-lembaga swasta seperti bimbingan test/ study dan dengan dunia usaha/industri serta meningkatkan persentase alokasi dana pendidikan dan peruntukannya bagi sekolah terutama alokasi dana
(2)
operasional, peningkatan SDM dan dana peningkatan manajemen pendidikan untuk memberikan pengaruh yang lebih nyata terhadap mutu lulusan.
2. Kepada Sekolah Menengah Negeri di kota Tanjungbalai: perlu lebih mengoptimalkan pembinaan dan pengawasan bagi peningkatan kualitas guru, mengoptimalkan penggunaan sarana prasarana yang ada dan meningkatkan upaya pemeliharaan/perawatan secara berkesinambungan, meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana yang tersedia dan perlu membuat Tracer Study (studi pelacakan) bagi lulusan untuk keperluan perencanaan sekolah sebagai indikator keberhasilan mutu lulusan di masa-masa yang akan datang. 3. Kepada Dewan Pendidikan kota Tanjungbalai: untuk lebih meningkatkan
koordinasi dan pembinaan yang nyata kepada komite sekolah di Sekolah Menengah Negeri agar lebih berperan aktif dalam meningkatkan partisipasinya terutama upaya penggalian sumber dana dan menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan swasta dan DU/DI di kota Tanjungbalai.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M.S dan Suyanto. 2001. Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Adisasmita, Rahardjo. 2008. Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Arcaro, Jerome S. 2005. Pendidikan Berbasis Mutu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan Praktik, Jakarta,
Rineka Cipta.
Arsyad, Lincolin. 1992. Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: STIE YKPN
Barthos, Basir. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro, Jakarta, Bumi Aksara.
BPS Kota Tanjungbalai. 2008. Tanjungbalai Dalam Angka 2008, Tanjungbalai.
Dajan, Anto. 1991. Pengantar Metode Statistik Jilid 1, Jakarta, LP3ES
Echols, John M dan Shadily, Hasan. 1995. An English-Indonesia Dictionary, Jakarta: PT. Gramedia.
Glasson, John.1990. Pengantar Perencanaan Regional, Terjemahan oleh Paul Sihotang, Jakarta: FE-UI.
Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan, Jakarta : Quantum Teaching.
Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT. Bumi Aksara.
Husein Umar. 2005. Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Jusuf, Enoch. 1992. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Kardoyo. 2007. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Pembiayaan Pendidikan
(4)
Manajemen SMA Negeri Se Kota Semarang, Disertasi, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah, Jakarta: Erlangga. _______________. 2003. Metode Riset untuk Bisinis dan Ekonomi, Jakarta:
Erlangga.
_______________. 2004. Metode Kuantitatif, Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Lie, Anita, dkk. 2005. Pendidikan Nasional dalam Reformasi Politik dan Kemasyarakatan,Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Miraza, Bachtiar, Hasan. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Bandung: ISEI.
Mulyanto, H.R. 2008. Prinsip-prinsip Pengembangan Wilayah, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Nawawi, Hadari. 1983. Administrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung. Nazir, Moh. 1988. Metode penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prawirosentono, Suyadi. 2004. Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta: Rineka Cipta.
Priyatno, Dwi. 2009. Mandiri Belajar SPSS, Yogyakarta: Mediakom
Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Bandung: Alfabeta. Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik, Bandung: Refika
Aditama.
Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Stratejik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Sa’ud, Syaefudin dan Makmun Syamsuddin Abin. 2007. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehenshif, Bandung: Kerjasama Program Pascasarjana UPI dengan PT. Remaja Rosdakarya.
Sudarmanto, Gunawan, R. 2005. Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS, Yogyakarta: Graha Ilmu
(5)
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Syaodih, Nana, dkk, 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Bandung, Refika Aditama.
Sumarsono, Sonny, 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia & Ketenagakerjaan, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Suryadi, Ace dan Tilaar, H.A.R. 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Syah Darwyan, Supardi dan Hasibuan Abd Aziz. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: GP Press.
Tarigan. Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Tirtarahardja, Umar dan La Sulo S. L. 2005. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Todaro, M, P. 1999. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Jakarta : Erlangga Tomatala, Yakob. 2003. Manajemen Pengembangan SDM Pemimpin Kristen,
Jakarta : YT Leadership Foundation.
Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan Aplikasi Komputer, Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Zen, M.T, dkk,2001, Tiga Pilar Pengembangan Wilayah, Jakarta, BPPT.
Peraturan-Peraturan :
Departemen Pendidikan Nasional. 2006 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Bandung : Fokusmedia.
______________, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
______________, Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA.
(6)
______________, Permendiknas Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana SMK/MAK.
Artikel dan Publikasi :
____________, Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan, http//www. google, diakses 20 Januari, 2009.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tanjungbalai. 2006. Profil Pendidikan Kota Tanjungbalai Tahun 2005-2006, Tanjungbalai.
__________________. 2007. Profil Pendidikan Kota Tanjungbalai Tahun 2006-2007, Tanjungbalai.
__________________. 2008. Profil Pendidikan Kota Tanjungbalai Tahun 2007-2008, Tanjungbalai.
Priyono, Edi. 2006. Pembiayaan pendidikan di Era Otonomi Daerah, Masalah dan Prospek, http//, diakses 4 Mei 2009.
Pujangkoro, Sugih. 2006. Analisis Jabatan, http//www.google, diakses 18 Juli 2009. PWD. 2003. Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis, Medan : USU.