FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BAWAH TIGA TAHUN (12- 36 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2012.

(1)

FAKTOR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BAWAH TIGA

TAHUN (12- 36 BULAN) DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS LUBUK SIKAPING

KABUPATEN PASAMAN

TAHUN 2012

Skripsi

Diajukan ke Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas sebagai Pemenuhan Syarat untuk Mendapatkan

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

SUCI MUCHTARIZA No.BP. 0810332024

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS


(2)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

HALAMAN PENGESAHAN KOORDINATOR SKRIPSI SURAT PERNYATAAN

RIWAYAT HIDUP ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1. Aspek Ilmiah ... 5

1.4.2. Aspek Praktis ... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

1.6. Hipotesis Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Pneumonia ... 8

2.1.1. Pengertian Pneumonia ... 8

2.1.2. Etiologi Pneumonia ... 9

2.1.3. Diagnosis Pneumonia ... 11


(3)

iv

2.1.5. Patogenesis Pneumonia ... 13

2.1.6. Pengobatan dan Penatalaksanaan Pneumonia ... 13

2.1.7. Pencegahan Pneumonia ... 16

2.1.8. Pemberantasan Pneumonia ... 17

2.2. Epidemiologi Pneumonia ... 19

2.2.1. Distribusi Frekuensi Pneumonia ... 19

2.2.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pneumonia ... 26

2.3. Kerangka Teori ... 43

2.4. Kerangka Konsep ... 44

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 47

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

3.3. Populasi dan sampel ... 47

3.3.1. Populasi ... 47

3.3.2. Sampel ... 47

3.4. Definisi Operasional ... 49

3.5. Pengumpulan Data ... 56

3.5.1 Jenis Data ... 56

3.5.2 Sumber Data ... 56

3.6. Cara Pengumpulan Data ... 57

3.7. Pengolahan Data ... 58

3.7.1. Editing ... 57

3.7.2. Coding ... 57

3.7.3. Entry ... 57

3.7.4. Tabulating ... 57

3.8. Teknik Analisis Data ... 58

3.8.1. Analisis univariat ... 58

3.8.2.Analisis bivariat ... 58

3.8.3. Analisis Multivariat ... 58


(4)

v

4.1. Analisis Situasi ... 60

4.1.1. Data Geografis ... 60

4.1.2. Data Demografis ... 60

4.2. Analisis Univariat ... 61

4.3. Analisis Bivariat ... 68

4.3.1 Hubungan Pemberian ASI ≥ 1 tahun dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Batita ... 68

4.3.2. Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Batita ... 69

4.3.3. Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Batita ... 70

4.3.4. Hubungan Pemberian Vitamin A dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Batita ... 71

4.3.5. Hubungan Pemberian MP-ASI Terlalu Dini dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Batita ... 72

4.3.6. Hubungan Penggunaan Status Gizi dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Batita ... 73

4.3.7. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Batita ... 73

4.3.8. Polusi asap dapur dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Batita ... 74

4.3.9 Hubungan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga di Rumah dengan Kejadian Pneumonia Pada anak Batita ... 75

4.1. Analisis Multivariat ... 76

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Kejadian Pneumonia pada Anak Batita ... 78

5.2.Hubungan Pemberian ASI ≥ 1 tahun dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Batita ... 79

5.3.Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Batita ... 83 5.4.Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Pneumonia pada Anak


(5)

vi

Batita ... 85 5.5.Hubungan Pemberian Vitamin A dengan Kejadian Pneumonia pada

Anak Batita ... 87 5.6.Hubungan Pemberian MP-ASI Terlalu Dini dengan Kejadian

Pneumonia pada Anak Batita ( 12-36 Bulan) ... 90 5.7.Hubungan Penggunaan Status Gizi dengan Kejadian Pneumonia

pada Anak Batita ... 93 5.8.Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Pneumonia pada

Anak Batita ... 95 5.9.Polusi Asap dapur dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Batita ... 97 5.10. Hubungan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga di Rumah

dengan Kejadian Pneumonia Pada anak Batita ... 100 5.11. Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kejadian Pneumonia pada

Anak Batita ... 102 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 105 6.2. Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA


(6)

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi, 27 Juni 2012

SUCI MUCHTARIZA, BP 0810332024

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BAWAH TIGA TAHUN (12- 36 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2012 ix+ 106 halaman+ 16 gambar+ 15 tabel+ lampiran

ABSTRAK

Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru ditandai dengan batuk diserta napas cepat dan menjadi salah satu penyebab utama kematian anak balita di dunia. Kabupaten Pasaman terdiri dari 16 Puskesmas salah satunya Puskesmas Lubuk Sikaping yang merupakan Puskesmas dengan jumlah kejadian Pnemonia paling tinggi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI ≥ 1 tahun, pemberian vitamin A, berat lahir, status imunisasi, pemberian MP-ASI, status gizi, pendidikan ibu, polusi asap dapur, dan kebiasaan merokok anggota keluarga dengan kejadian Pneumonia pada anak batita.

Desain penelitian cross-sectional study. Populasi seluruh anak batita di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping. Jumlah sampel sebanyak 106 orang diambil secara multistage simple random sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Data dianalisis dengan uji Chi-square pada p value < 0,05 dan Multiple Regresi Logistik dengan metode Backward LR.

Hasil penelitian diperoleh kejadian Pneumonia pada anak batita adalah 17.9%, Variabel yang menjadi faktor resiko dalam penelitian ini adalah pemberian ASI ≥ 1 tahun (OR = 5.189), pemberian Vitamin A (OR = 14.537), pemberian MP-ASI terlalu dini (OR = 11.963), dan polusi asap dapur (OR = 13.938). Variabel yang bukan merupakan faktor resiko adalah berat lahir (OR = 0.53), status imunisasi (OR = 0.48), status gizi (OR = 0.77), pendidikan ibu (OR = 0.72), dan kebiasaan anggota keluarga merokok (OR = 0.68)

Diharapkan kepada ibu dapat memberikan ASI lebih dari satu tahun, tidak memberikan MP-ASI terlalu dini kepada bayi, membawa anak ke posyandu khususnya pada bulan Februari dan Agustus untuk mendapatkan Vitamin A dan tidak membawa anak batita ketika sedang memasak di dapur yang mengasilkan asap pembakaran. Diharapkan tenaga kesehatan agar dapat melakukan sosialisasi tentang rumah sehat, penyuluhan kepada ibu terkait dengan pemberian ASI, MP-ASI terlalu dini dan Vitamin A.

Daftar Bacaan : 63 (2000 - 2011)

Kata Kunci : Pneumonia, anak batita, ASI, Vitamin A, MP-ASI dini, asap dapur, berat lahir, imunisasi, status gizi, pendidikan ibu, merokok.


(7)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pola dasar Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Terdapat hubungan yang erat antara pembangunan dengan peningkatan derajat kesehatan Indonesia, karena tanpa pembangunan kesehatan akan gagal pula pembangunan nasional. Untuk mencapai pembangunan kesehatan tersebut dilakukan upaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. 1

Penyakit menular salah satunya terdiri dari penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut WHO, pada tahun 1997 diperkirakan lebih dari 50 juta kematian (52.200.000 orang) yang disebabkan oleh karena infeksi (ISPA, Tuberkulosis, Diare, HIV/AIDS dan Malaria). Sampai saat ini penyakit ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama baik di negara maju maupun di negara berkembang.2

Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit ISPA pada balita di Indonesia diperkirakan 3 – 6 kali per tahun (rata-rata 4 kali pertahun), artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3 – 6 kali setahun.3 Diperkirakan 2 5 juta bayi dan anak balita di berbagai negara

menderita ISPA setiap tahunnya. 4 ISPA dibagi menjadi dua yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Atas dan Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Bawah. Pneumonia


(8)

2

merupakan infeksi saluran pernafasan bawah akut. Hampir semua kematian akibat ISPA pada anak – anak umumnya adalah infeksi saluran pernafasan bagian bawah yaitu Pneumonia. 5

Pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak usia dibawah lima tahun (balita) di dunia. Pneumonia dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3 – 10 jam apabila tidak segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat. Pneumonia membunuh anak-anak lebih dari AIDS, malaria dan campak gabungan. menurut Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada tahun 2006, hampir 1 dari 5 balita di negara berkembang meninggal disebabkan oleh Pneumonia. Diperkirakan dari sembilan juta kematian anak pada tahun 2007, sekitar 20% atau 1,8 juta kematian balita disebabkan karena Pneumonia.5

Indonesia termasuk dalam 15 daftar negara yang memberikan kontribusi sekitar 6 juta kejadian Pneumonia pada anak di dunia.6 Ini berarti bahwa Indonesia sebagai negara dengan insiden Pneumonia ke-6 terbesar di dunia. Berdasarkan Health Profil Indonesia tahun 2008 yang diterbitkan oleh WHO, dinyatakan bahwa penyebab kematian utama pada Balita disebabkan oleh Pneumonia yaitu sebanyak 22% dari semua kematian pada balita. 7 Hal yang hampir sama juga terlihat pada studi mortalitas Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa proporsi kematian pada bayi (post neonatal) karena Pneumonia sebesar 23,8% dan pada anak balita sebesar 15,5%.8 Pneumonia juga termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat inap di Rumah Sakit. 9

Secara nasional, angka cakupan penemuan penderita pneumonia pada balita hingga saat ini di Indonesia masih belum mencapai target. Cakupan penemuan


(9)

3

penderita pneumonia tetap rendah sejak tahun 2005 hingga 2009. Pada tahun 2009 cakupan penemuan penderita Pneumonia adalah 22,18%. Hal ini masih sangat jauh dari target yang ditetapkan yaitu 86%.9

Pada tingkat propinsi, Sumatera Barat menduduki peringkat ke 9 dengan cakupan penemuan penderita Pneumonia adalah 15,7 % pada tahun 2009. Hal ini masih jauh dari target yang ditetapkan secara nasional. Selain itu, infeksi saluran nafas di Propinsi Sumatera Barat merupakan urutan pertama penyakit terbanyak pada balita. Jumlah kasus Pneumonia pada balita pada tahun 2010 di Sumatera Barat adalah 5.023 kasus. 10

Kabupaten Pasaman menduduki peringkat ke empat berdasarkan profil Kesehatan Sumatera Barat dengan jumlah kejadian Pneumonia pada balita sebanyak 166 kasus pada tahun 2008 menjadi 639 kasus pada tahun 2009 dan 429 kasus pada tahun 2010. Kabupaten Pasaman terdiri dari 16 Puskesmas salah satunya Puskesmas Lubuk Sikaping yang merupakan Puskesmas dengan jumlah kejadian Pnemonia paling tinggi. Jumlah kejadian Pneumonia pada balita di Puskesmas Lubuk Sikaping pada tahun 2008 adalah 11 kasus meningkat menjadi 153 kasus pada tahun 2009 mengalami penurunan pada tahun 2010 yaitu menjadi 139 kasus dan kembali terjadi peningkatan kasus Pneumonia pada tahun 2011 menjadi 199 kasus. 11

Hasil survei SARI (Severe Accute Respiratory Infection) pada studi kohort secara prospektif pada tahun 2008-2009 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa pada kelompok Balita (n= 278 kasus) proporsi tertinggi secara berurutan pada usia 2 – 12 bulan 155 kasus (37,8 %), 13 – 36 bulan 83 kasus (20,24%), usia 1-< 2 bulan 23 kasus (5,61%) dan


(10)

4

usia 37 – 60 bulan 17 kasus (4,15%). Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok balita kasus tertinggi terjadi pada kelompok umur 2 – 12 bulan dan 13 – 36 bulan. 12

Pendekatan mengenai timbulnya penyakit dengan menggunakan teori segitiga epidemiologi. Menurut John Gordon triangulasi epidemiologi penyebaran penyakit keseimbangannya tergantung adanya interaksi tiga faktor dasar epidemiologi yaitu agent (penyebab penyakit), host (manusia dan karakteristiknya) dan environment (lingkungan). Jika dalam keadaan seimbang antara ketiga faktor tersebut maka akan tercipta kondisi sehat pada seseorang/masyarakat. Perubahan pada satu komponen akan mengubah keseimbangan, sehingga akan mengakibatkan menaikkan atau menurunkan kejadian penyakit. 13 Dapat diketahui bahwa interaksi faktor agent, host, dan environtment menyebabkan Pneumonia pada anak bawah tiga tahun. Faktor host meliputi pemberian ASI, berat badan lahir rendah, status imunisasi, pemberian vitamin A, pemberian MP- ASI terlalu dini, dan status gizi. Faktor lingkungan meliputi polusi asap dapur, kebiasaan merokok anggota keluarga di rumah, serta faktor ibu yang terdiri dari pendidikan Ibu.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada anak batita (12-36 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2012.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada anak batita (12-36 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman tahun 2012.


(11)

5

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada anak batita (12-36 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping pada tahun 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1.3.2.1. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian Pneumonia pada anak batita. 1.3.2.2. Mengetahui distribusi frekuensi pemberian ASI ≥ 1 tahun, BBLR, status

imunisasi, pemberian Vitamin A, pemberian MP-ASI terlalu dini, status gizi, pendidikan ibu, polusi asap dapur dan kebiasaan merokok anggota keluarga di rumah dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.3.2.3. Mengetahui hubungan pemberian ASI ≥ 1 tahun, BBLR, status imunisasi, pemberian Vitamin A, pemberian MP-ASI terlalu dini, status gizi, pendidikan ibu, polusi asap dapur dan kebiasaan merokok anggota keluarga di rumah dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.3.2.4. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan dalam hubungannya dengan kejadian Pneumonia pada anak batita.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Aspek Ilmiah

Diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada anak batita (12 - 36 bulan).


(12)

6

1.4.2 Aspek Praktis

a. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman belajar mengenai penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada anak batita.

b. Bagi masyarakat, sebagai masukan dan informasi kepada masyarakat agar memperhatikan cara hidup sehat sebagai salah satu cara untuk mencegah terjadinya Pneumonia pada anak batita

c. Bagi Instansi terkait, sebagai masukan dan informasi dari program kesehatan dalam rangka mencegah terjadinya Pneumonia pada anak batita.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman pada tahun 2012. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada anak batita (12-36 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak batita (12-36 bulan) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping. Dalam penelitian ini digunakan data primer melalui wawancara secara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner dan juga menggunakan data sekunder.

1.6. Hipotesis Penelitian

1.6.1. Terdapat hubungan antara pemberian ASI ≥ 1 tahun pada anak batita dengan kejadian Pneumonia pada anak batita


(13)

7

1.6.2. Terdapat hubungan antara BBLR pada anak batita dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.6.3. Terdapat hubungan antara status imunisasi pada anak batita dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.6.4. Terdapat hubungan antara pemberian Vitamin A pada anak batita dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.6.5. Terdapat hubungan antara pemberian MP-ASI terlalu dini pada anak batita dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.6.6. Terdapat hubungan antara status gizi anak batita dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.6.7. Terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian pneumonia pada anak batita

1.6.8. Terdapat hubungan antara polusi asap dapur dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.6.9. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga di rumah dengan kejadian Pneumonia pada anak batita


(1)

merupakan infeksi saluran pernafasan bawah akut. Hampir semua kematian akibat ISPA pada anak – anak umumnya adalah infeksi saluran pernafasan bagian bawah yaitu Pneumonia. 5

Pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak usia dibawah lima tahun (balita) di dunia. Pneumonia dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3 – 10 jam apabila tidak segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat. Pneumonia membunuh anak-anak lebih dari AIDS, malaria dan campak gabungan. menurut Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada tahun 2006, hampir 1 dari 5 balita di negara berkembang meninggal disebabkan oleh Pneumonia. Diperkirakan dari sembilan juta kematian anak pada tahun 2007, sekitar 20% atau 1,8 juta kematian balita disebabkan karena Pneumonia.5

Indonesia termasuk dalam 15 daftar negara yang memberikan kontribusi sekitar 6 juta kejadian Pneumonia pada anak di dunia.6 Ini berarti bahwa Indonesia sebagai negara dengan insiden Pneumonia ke-6 terbesar di dunia. Berdasarkan

Health Profil Indonesia tahun 2008 yang diterbitkan oleh WHO, dinyatakan bahwa penyebab kematian utama pada Balita disebabkan oleh Pneumonia yaitu sebanyak 22% dari semua kematian pada balita. 7 Hal yang hampir sama juga terlihat pada studi mortalitas Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa proporsi kematian pada bayi (post neonatal) karena Pneumonia sebesar 23,8% dan pada anak balita sebesar 15,5%.8 Pneumonia juga termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat inap di Rumah Sakit. 9

Secara nasional, angka cakupan penemuan penderita pneumonia pada balita hingga saat ini di Indonesia masih belum mencapai target. Cakupan penemuan


(2)

penderita pneumonia tetap rendah sejak tahun 2005 hingga 2009. Pada tahun 2009 cakupan penemuan penderita Pneumonia adalah 22,18%. Hal ini masih sangat jauh dari target yang ditetapkan yaitu 86%.9

Pada tingkat propinsi, Sumatera Barat menduduki peringkat ke 9 dengan cakupan penemuan penderita Pneumonia adalah 15,7 % pada tahun 2009. Hal ini masih jauh dari target yang ditetapkan secara nasional. Selain itu, infeksi saluran nafas di Propinsi Sumatera Barat merupakan urutan pertama penyakit terbanyak pada balita. Jumlah kasus Pneumonia pada balita pada tahun 2010 di Sumatera Barat adalah 5.023 kasus. 10

Kabupaten Pasaman menduduki peringkat ke empat berdasarkan profil Kesehatan Sumatera Barat dengan jumlah kejadian Pneumonia pada balita sebanyak 166 kasus pada tahun 2008 menjadi 639 kasus pada tahun 2009 dan 429 kasus pada tahun 2010. Kabupaten Pasaman terdiri dari 16 Puskesmas salah satunya Puskesmas Lubuk Sikaping yang merupakan Puskesmas dengan jumlah kejadian Pnemonia paling tinggi. Jumlah kejadian Pneumonia pada balita di Puskesmas Lubuk Sikaping pada tahun 2008 adalah 11 kasus meningkat menjadi 153 kasus pada tahun 2009 mengalami penurunan pada tahun 2010 yaitu menjadi 139 kasus dan kembali terjadi peningkatan kasus Pneumonia pada tahun 2011 menjadi 199 kasus. 11

Hasil survei SARI (Severe Accute Respiratory Infection) pada studi kohort secara prospektif pada tahun 2008-2009 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa pada kelompok Balita (n= 278 kasus) proporsi tertinggi secara berurutan pada usia 2 – 12 bulan 155 kasus (37,8 %), 13 – 36 bulan 83 kasus (20,24%), usia 1-< 2 bulan 23 kasus (5,61%) dan


(3)

usia 37 – 60 bulan 17 kasus (4,15%). Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok balita kasus tertinggi terjadi pada kelompok umur 2 – 12 bulan dan 13 – 36 bulan. 12

Pendekatan mengenai timbulnya penyakit dengan menggunakan teori segitiga epidemiologi. Menurut John Gordon triangulasi epidemiologi penyebaran penyakit keseimbangannya tergantung adanya interaksi tiga faktor dasar epidemiologi yaitu

agent (penyebab penyakit), host (manusia dan karakteristiknya) dan environment

(lingkungan). Jika dalam keadaan seimbang antara ketiga faktor tersebut maka akan tercipta kondisi sehat pada seseorang/masyarakat. Perubahan pada satu komponen akan mengubah keseimbangan, sehingga akan mengakibatkan menaikkan atau menurunkan kejadian penyakit. 13 Dapat diketahui bahwa interaksi faktor agent, host, dan environtment menyebabkan Pneumonia pada anak bawah tiga tahun. Faktor host

meliputi pemberian ASI, berat badan lahir rendah, status imunisasi, pemberian vitamin A, pemberian MP- ASI terlalu dini, dan status gizi. Faktor lingkungan meliputi polusi asap dapur, kebiasaan merokok anggota keluarga di rumah, serta faktor ibu yang terdiri dari pendidikan Ibu.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada anak batita (12-36 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2012.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada anak batita (12-36 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman tahun 2012.


(4)

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada anak batita (12-36 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping pada tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1.3.2.1. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian Pneumonia pada anak batita. 1.3.2.2. Mengetahui distribusi frekuensi pemberian ASI ≥ 1 tahun, BBLR, status

imunisasi, pemberian Vitamin A, pemberian MP-ASI terlalu dini, status gizi, pendidikan ibu, polusi asap dapur dan kebiasaan merokok anggota keluarga di rumah dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.3.2.3. Mengetahui hubungan pemberian ASI ≥ 1 tahun, BBLR, status imunisasi, pemberian Vitamin A, pemberian MP-ASI terlalu dini, status gizi, pendidikan ibu, polusi asap dapur dan kebiasaan merokok anggota keluarga di rumah dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.3.2.4. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan dalam hubungannya dengan kejadian Pneumonia pada anak batita.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Aspek Ilmiah

Diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada anak batita (12 - 36 bulan).


(5)

1.4.2 Aspek Praktis

a. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman belajar mengenai penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada anak batita.

b. Bagi masyarakat, sebagai masukan dan informasi kepada masyarakat agar memperhatikan cara hidup sehat sebagai salah satu cara untuk mencegah terjadinya Pneumonia pada anak batita

c. Bagi Instansi terkait, sebagai masukan dan informasi dari program kesehatan dalam rangka mencegah terjadinya Pneumonia pada anak batita.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman pada tahun 2012. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada anak batita (12-36 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak batita (12-36 bulan) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping. Dalam penelitian ini digunakan data primer melalui wawancara secara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner dan juga menggunakan data sekunder.

1.6. Hipotesis Penelitian

1.6.1. Terdapat hubungan antara pemberian ASI ≥ 1 tahun pada anak batita dengan kejadian Pneumonia pada anak batita


(6)

1.6.2. Terdapat hubungan antara BBLR pada anak batita dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.6.3. Terdapat hubungan antara status imunisasi pada anak batita dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.6.4. Terdapat hubungan antara pemberian Vitamin A pada anak batita dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.6.5. Terdapat hubungan antara pemberian MP-ASI terlalu dini pada anak batita dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.6.6. Terdapat hubungan antara status gizi anak batita dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.6.7. Terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian pneumonia pada anak batita

1.6.8. Terdapat hubungan antara polusi asap dapur dengan kejadian Pneumonia pada anak batita

1.6.9. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga di rumah dengan kejadian Pneumonia pada anak batita


Dokumen yang terkait

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA BERULANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG TAHUN 2014

2 29 127

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIROTO TAHUN 2013.

0 5 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUNAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

0 1 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten Karanganyar.

0 6 15

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK USIA 12-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAMBAK KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2014.

2 5 11

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAPAI TAHUN 2012.

0 5 12

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

0 0 13

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2015

0 1 8

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GOUT PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SITURAJA TAHUN 2014

0 4 10

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA UPTDK PUSKESMAS SIMPANG EMPAT KECAMATAN PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2012

0 0 8