FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK USIA 12-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAMBAK KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2014.

UNIVERSITAS ANDALAS
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN
IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK USIA 12-24 BULAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAMBAK
KABUPATEN PASAMAN BARAT
TAHUN 2014

Oleh :

NANA NOFIANTI
No. BP. 1110334029

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi, Juni 2014
NANA NOFIANTI, No. Bp. 1110334029
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN
IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK USIA 12-24 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS JAMBAK KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2014

xii + 71 halaman, 24 tabel, 3 gambar, 11 lampiran
ABSTRAK
Tujuan Penelitian
Pemberian imunisasi Campak berperan penting dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian anak. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemberian imunisasi Campak pada anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Jambak Kabupaten Pasaman Barat tahun 2014.
Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Populasi penelitian ini
adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 12-24 bulan yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Jambak Kabupaten Pasaman Barat dengan jumlah sampel 100 responden.
Metode pengambilan sampel secara multistage sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat dan bivariat.
Hasil

Hasil analisis univariat didapatkan (51%) tidak memberikan imunisasi Campak, tingkat
pendidikan rendah (56%), kepercayaan yang kurang baik (58%), ketercapaian fasilitas
yang jauh (57%), dan tidak mendapat dukungan petugas (56%). Serta (44%) memiliki
tingkat pengetahuan rendah, sikap negatif (49%), dan responden menyatakan tidak
tersedianya fasilitas (47%). Hasil analisis bivariat diketahui adanya hubungan tingkat
pendidikan (p= 0,047), tingkat pengetahuan (p= 0,001), sikap (p= 0,009), dan dukungan
petugas (p= 0,047) dengan pemberian imunisasi Campak pada anak. Namun tidak
adanya hubungan kepercayaan (p=0,112), ketercapaian fasilitas (p= 0,073), dan
ketersediaan fasilitas (p= 0,157) dengan pemberian imunisasi Campak pada anak.
Kesimpulan
Penelitian ini dapat disimpulkan lebih dari separoh responden tidak memberikan
imunisasi Campak, tingkat pendidikan rendah, kepercayaan yang kurang baik,
ketercapaian fasilitas yang jauh, dan tidak mendapat dukungan petugas. Serta kurang
dari separoh responden memiliki tingkat pengetahuan rendah, sikap negatif, dan
responden menyatakan tidak tersedianya fasilitas. Ada hubungan tingkat pendidikan,
tingkat pengetahuan, sikap dan dukungan petugas dengan pemberian imunisasi Campak.
Puskesmas Jambak harus lebih aktif mensosialisasikan dan memberikan penyuluhan
mengenai penting dan manfaat dari imunisasi Campak.

Daftar Pustaka

Kata Kunci

: 32 (2001-2013)
: imunisasi campak tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap,
dukungan petugas
i

FACULTY OF PUBLIC HEALTH
ANDALAS UNIVERSITY
Undergraduate Thesis, June 2014
NANA NOFIANTI, No. Bp. 1110334029
FACTORS ASSOCIATED WITH MEASLES IMMUNIZATION IN
CHILDREN AGED 12-24 MONTHS IN WORKING AREA OF JAMBAK
HEALTH CENTER WEST PASAMAN REGENCY 2014
xii + 71 pages, 24 tables, 3 pictures, 11 appendices
ABSTRACT
Research Objectives
Measles immunization an important role in reducing infant morbidity and mortality. This
study aims to determine the factors associated with measles immunization in children
aged 12-24 months in working area of Jambak Health Center West Pasaman Regency

2014.
Method
This type of research is a cross sectional study. The population in this study were all
mothers of children aged 12-24 months who are in working area Jambak Health Center
West Pasaman Regency with a sample of 100 respondents. The sampling method is a
multistage sampling. Collecting data using a questionnaire. Data were analyzed using
univariate and bivariate.
Result
Results of univariate analysis found (51%) did not measles immunization, had a low
education level (56%), had a poor confidence (58%), had distant achievement facility
(57%), and does not have the officer support (56% ). As well as (44%) had low
knowledge levels, had a negative attitude (49%), and said that the availability of
facilities (47%). The results of the bivariate analysis known of the relationship of
education level (p=0.047), the level of knowledge (p=0.001), attitude (p=0.009), and
officer support (p = 0.047) with Measles immunization in children. However, there is no
relationship the poor confidence (p=0.112), achievement of facilities (p=0.073), and the
availability of facilities (p=0.157) with Measles immunization in children.
Conclusion
It can be concluded that more than half of respondents did not measles immunization,
had a low education level, had a poor confidence, had distant achievement facility, and

does not have the officer support. As well as less than half of respondents had low
knowledge levels, had a negative attitude, and said that the availability of facilities.
there is relationship level of education, level of knowledge, attitudes and officer support
to measles immunization in children. Jambak Health Center needs to be more actively
socialize and provide essential education about the benefits of immunization and
measles.
References
Keywords

: 32 (2001-2013)
: Measles imunization, level of education, knowledge, attitudes,
officer support

ii

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Indonesia Sehat 2015 telah dicanangkan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, mempunyai misi yang sangat ideal, yaitu masyarakat Indonesia

penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. “Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal,
di antaranya dengan perilaku masyarakat yang proaktif untuk meningkatkan
kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari penyakit,
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, selain itu juga pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat”. (1)
Tujuan Milennium Development Goals (MDGs) keempat menyatakan untuk
mencapai derajat kesehatan perlu upaya untuk menurunkan angka kematian
anak. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi dalam mencapai tujuan
tersebut adalah pencapaian Imunisasi Campak.
“Indonesia memiliki target pencapaian imunisasi lengkap adalah 100%,
secara merata pada bayi di seluruh desa atau kelurahan pada tahun 2015 menurut
Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010”. (1) Program imunisasi lengkap itu
mencakup BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio, dan Campak.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi masih menjadi masalah kesehatan di
negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit infeksi merupakan penyebab
utama kematian anak. Penyakit infeksi yang cukup tinggi memerlukan upaya
pencegahan, salah satunya adalah imunisasi. “Termasuk penyakit yang dapat dicegah
dengan melakukan imunisasi, atau biasa disebut dengan PD3I (Penyakit yang Dapat


1

2

Dicegah dengan Imunisasi), penyakit-penyakit tersebut adalah Tuberculosis,
Hepatitis B, Difteri, Pertusis, Tetanus, Campak, dan Polio”.(2)
Imunisasi menjadi penting karena dapat melindungi dari berbagai penyakit
yang berbahaya. “Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) masih
menyita perhatian yang salah satunya adalah Penyakit Campak”.(1) Penyakit Campak
dikenal dengan nama morbili, merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius)
yang disebabkan oleh virus golongan paramyxoviridae (RNA), 90% anak yang tidak
kebal akan terserang Penyakit Campak. “Manusia diperkirakan satu-satunya
reservoir, walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan dalam penyebaran.
Penularan terjadi melalui batuk, bersin (sekret hidung). Penularan dapat terjadi 1-3
hari sebelum panas”.(2)
Penyakit campak itu berbahaya, campak mudah menulari anak-anak. Bila
anak terjangkit virus campak, yang diserang adalah sistem kekebalan tubuhnya.
Tingkat risiko paling tinggi adalah bila menyerang anak di bawah usia 5 tahun atau
balita, karena dapat mengakibatkan komplikasi fatal berkaitan dengan radang paruparu (pneumonia), diare, radang telinga (otitis media) dan radang otak (ensefalis).

Banyak anak yang mampu bertahan dari penyakit campak, harus hidup dengan cacat
seumur hidup, termasuk kebutaan, tuli atau kerusakan otak. Di dunia diperkirakan
setiap tahun terdapat 30 juta orang yang menderita Campak.
Pada tahun 2002 dilaporkan kematian Campak di dunia sebanyak 777.000
dan 25,9% di antaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% dari kematian
Campak tersebut dari Indonesia, diperkirakan 30.000 anak Indonesia
meninggal tiap tahunnya disebabkan komplikasi campak, artinya 1 anak
meninggal tiap 20 menit karena setiap tahunnya dan lebih dari 1 juta anak
Indonesia belum terimunisasi campak.(2)
Pada tahun 2010 WHO bersama UNICEF (United Nations Children’s Fund)
membuat rencana strategi global maupun regional 2010-2015 yang memiliki tujuan
program pengendalian Penyakit Campak dengan mengurangi angka kematian

3

Campak sebesar 90% (estimated) pada tahun 2015. “Untuk mencapai tujuan tersebut
di atas, perlu dilakukan beberapa upaya. Salah satu upayanya adalah melaksanakan
surveilans berbasis individu (case based surveillance) dengan penguatan strategi
imunisasi”.(1) Bila cakupan imunisasi mencapai 90%, maka dapat berkontribusi
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian sebesar 80% - 90%.(3)

Menurut regional and global summaries of Morbili incidence, angka insidens
Campak di wilayah South-East Asia (SEARO) adalah 75.770. Indonesia termasuk
salah satu dari 47 negara penyumbang kasus Campak terbesar di dunia. Prevalensi
Campak tertinggi pada anak balita (3,4%) dan masih cukup tinggi ditemukan pada
usia di bawah 15 tahun. Kematian anak akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) di Indonesia adalah 1,7 juta kematian dan 5% penyebab kematian
anak di bawah lima tahun.(3,4)
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2010 cakupan imunisasi
Campak pada anak umur 12-23 bulan (74,5%) menurun dibandingkan tahun
2007 (81,6%). Sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi Campak di atas
prevalensi nasional salah satunya Provinsi Sumatera Barat (2.53%). Selain itu
berdasarkan Incidence Rate (IR) Campak di Indonesia, Provinsi Sumatera
Barat termasuk kedalam 10 provinsi dengan angka insidens kejadian campak
yang tinggi yaitu 9,99 per 100.000 penduduk. (5)
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, diketahui bahwa
prevalensi Campak di Sumatera Barat tahun 2010 adalah 8,7 per 100.000 kasus
dengan prevalensi pada anak usia lebih dari 5 tahun sebesar 23,05 per 10.000 anak.
Sementara pada tahun 2011 terjadi peningkatan kasus, prevalensinya meningkat
menjadi 10,77 per 100.000 penduduk dan pada anak usia lebih dari 5 tahun adalah
28,37 per 10.000 anak. Pada tahun 2011 telah terjadi


KLB Campak pada 7

kabupaten/kota yaitu di Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai,
Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Tanah Datar 2 kali KLB,
dan Kota Bukittinggi.(6,7)

4

Selama 3 tahun berturut-turut yaitu tahun 2010, 2011 dan tahun 2012
pencapaian bayi yang diimunisasi Campak di Kabupaten Pasaman Barat berada di
bawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 90%. Pada tahun 2010 pencapaian
imunisasi campak yaitu 75%, tahun 2011 yaitu 79% dan tahun 2012 yaitu 88%.
Selain itu berdasarkan pencapaian imunisasi campak terendah pada tahun 2012 dari
17 puskesmas di Kabupaten Pasaman Barat adalah Puskesmas Jambak yaitu 71%,
Puskesmas Parit 71,8%, dan Puskesmas IV Koto Kinali 75,5%.(8)
Penelitian Duski (2000) menyatakan bahwa adanya hubungan status
imunisasi Campak dengan kejadian Campak, di mana anak yang tidak diimunisasi
Campak 3,2 kali lebih besar beresiko untuk menderita Campak dibanding anak yang
diimunisasi.(9)

Berdasarkan teori Green dalam Notoatmodjo (2003) perilaku kesehatan dapat
didukung oleh faktor predisposisi meliputi pendidikan, pengetahuan, sikap,
kepercayaan, nilai dan sosiodemografi. Faktor pendukung berupa lingkungan dan
ketersediaan fasilitas dan sumber daya yang ada dan juga faktor pendorong yaitu
dukungan petugas, dukungan keluarga, dan kebijakan pemerintah. Pemberian
imunisasi Campak kepada bayi dan anak merupakan salah satu bentuk perilaku dan
upaya kesehatan yang dilakukan guna meningkatkan kesehatan bayi dan anak. (9)
Peran serta ibu dalam program imunisasi pada bayi sangatlah penting, karena
merupakan masa kritis dalam kesehatan dan masa emas pertumbuhan otak sehingga
pemahaman tentang program ini sangat diperlukan. Peran orang tua, khususnya ibu
menjadi sangat penting, karena orang terdekat dengan bayi dan anak adalah ibu.
Demikian juga tentang pengetahuan, kepercayaan, dan perilaku kesehatan ibu
mempengaruhi terhadap pencapaian imunisasi. “Sebagaimana hasil penelitian
Hendra (2011) yang mengungkapkan bahwa adanya hubungan tingkat pengetahuan

5

dan pemahaman ibu terhadap pentingnya imunisasi dengan pencapaian imunisasi
tersebut terhadap anak, semakin tinggi pengetahuan ibu maka ibu tersebut cenderung
lebih aktif mengimunisasikan anaknya dibandingkan dengan ibu yang memiliki
pengetahuan dan pemahaman rendah tentang imunisasi”. Masalah pengertian dan
keikut sertaan orang tua dalam program imunisasi tidak akan menjadi halangan yang
besar jika pengetahuan yang memadai tentang hal tersebut diberikan.(10,11,12)
Selain tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap dari Ibu, dukungan petugas
dan ketersediaan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas dan posyandu juga merupakan
hal terpenting dalam mewujudkan terlaksananya tindakan ibu dalam pencapaian
imunisasi. “Hal ini sesuai dengan penelitian Zainal (2013) di Padang Pariaman yang
menyatakan ada hubungan antara dukungan petugas dan ketersediaan fasilitas yaitu
puskesmas dan posyandu dengan pemberian imunisasi campak”. (13)
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 November
2013 kepada 10 responden diketahui bahwa 4 orang dari 10 responden (40%) tidak
memilki Buku Kartu Menuju Sehat (KMS), 5 orang (50%) memiliki tingkat
pendidikan yang rendah dan 6 orang (60%) memiliki tingkat pengetahuan yang
rendah dan sikap yang negatif mengenai pemberian Imunisasi Campak. Selain itu 7
orang (70%) tidak mendapatkan dukungan petugas dan 4 orang (40%) menyatakan
tidak tersedianya fasilitas untuk pemberian Imunisasi Campak.
Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemberian imunisasi Campak pada anak usia 12-24 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Jambak Kabupaten Pasaman Barat tahun 2014.

6

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan
dengan pemberian imunisasi Campak pada anak usia 9-24 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Jambak Kabupaten Pasaman Barat tahun 2014 ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian imunisasi Campak pada anak usia 12-24 bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Jambak Kabupaten Pasaman Barat tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
1. Diketahuinya distribusi frekuensi pemberian imunisasi Campak pada anak
usia 12-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambak Kabupaten Pasaman
Barat tahun 2014.
2. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu.
3. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu mengenai
pemberian imunisasi Campak pada anak usia 12-24 bulan.
4. Diketahuinya distribusi frekuensi sikap ibu mengenai pemberian imunisasi
Campak pada anak usia 12-24 bulan.
5. Diketahuinya distribusi frekuensi kepercayaan ibu mengenai pemberian
imunisasi Campak pada anak usia 12-24 bulan.
6. Diketahuinya distribusi frekuensi ketercapaian fasilitas.
7. Diketahuinya distribusi frekuensi dukungan petugas mengenai pemberian
imunisasi Campak pada anak usia 12-24 bulan.

7

8. Diketahuinya distribusi frekuensi ketersediaan fasilitas.
9. Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi
Campak pada anak usia 12-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambak
Kabupaten Pasaman Barat tahun 2014.
10. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi
Campak pada anak usia 12-24 bulan.
11. Diketahuinya hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi Campak pada
anak usia 12-24 bulan.
12. Diketahuinya hubungan kepercayaan dengan pemberian imunisasi Campak
pada anak usia 12-24 bulan.
13. Diketahuinya hubungan ketercapaian fasilitas dengan pemberian imunisasi
Campak pada anak usia 12-24 bulan.
14. Diketahuinya hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian
imunisasi Campak pada anak usia 12-24 bulan.
15. Diketahuinya hubungan ketersediaan fasilitas dengan pemberian imunisasi
Campak pada anak usia 12-24 bulan.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat sebagai masukan dalam
penyempurnaan perencanaan kegiatan program pemberian imunisasi Campak demi
keberhasilan pelaksanaan pemberian imunisasi dasar lengkap pada anak dan sebagai
bahan pertimbangan pemanfaatan sumber daya dan prioritas kegiatan yang efektif
dan efisien.

8

1.4.2 Bagi Instansi Puskesmas Jambak Kabupaten Pasaman Barat
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan
pertimbangan serta dapat memberikan informasi bagi penyusunan program kesehatan
yang berguna untuk peningkatan pemberian imunisasi campak pada anak usia 12-24
bulan khususnya di Wilayah Kerja Puskesmas Jambak Kabupaten Pasaman Barat
dalam peningkatan pelayanan kesehatan dimasa yang akan datang.
1.4.3 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Sebagai bahan referensi dan masukan bagi rekan-rekan yang ingin melakukan
pengembangan penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemberian imunisasi campak pada anak usia 12-24 bulan.

1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemberian imunisasi campak pada anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2014. Di mana yang menjadi variabel
independen adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap ibu, kepercayaan,
ketercapaian fasilitas, dukungan tenaga kesehatan, dan ketersediaan fasilitas dan
variabel dependen adalah pemberian imunisasi campak. Jumlah sampel adalah 100
orang dengan teknik pengambilan sampel secara multistage sampling. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data dianalisis dengan
menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square.

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Campak Pada Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012

19 124 84

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 1 18

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 0 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wiliayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo.

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEBERANG PADANG TAHUN 2014.

0 0 11

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BAWAH TIGA TAHUN (12- 36 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2012.

0 0 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI KABUPATEN TEGAL.

0 2 95

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas

0 0 11

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA UPTDK PUSKESMAS SIMPANG EMPAT KECAMATAN PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2012

0 0 8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN MP-ASI DINI PADA USIA 7-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGULAN KULON PROGO TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN MP-ASI DINI PADA USIA 7-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

0 0 10