Kearifan Lokal Dalam Perayaan Shogatsu Di Jepang

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Jepang merupakan salah satu negara kepulauan yang terdiri dari 6.852
pulau. Jepang ialah salah satu negara yang sangat maju di dunia dari segi
ekonomi dan juga teknologi. Sebagai negara yang sangat maju di dunia,
Jepang juga tidak luput dari kebudayaannya yang sangat kental.
Menurut Koentjaraningrat dalam Maran (2000 : 24) kebudayaan
berasal dari buddhi yang berarti "budi" atau "kekal" . Kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kesenian, moral, adat istiadat,
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh
manusia sebagai anggota masyarakat dan kepercayaan. Dengan kata lain,
kebudayaan mencakup keseluruhan yang didapat dan dipelajari oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan kebudayaan menurut Ienaga Saburo dalam Situmorang
(2009:2-3) menerangkan pengertian kebudayaan dalam arti sempit dan arti
luas. Dalam arti luas kebudayaan adalah seluruh cara hidup manusia (ningen
no seikatsu no itonami kata). Ienaga menjelaskan bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan hal yang bukan ilmiah. Sedangkan pengertian kebudayaan dalam

arti sempit menurut Ienaga adalah terdiri dari ilmu pengetahuan, sistem
kepercayaan dan seni. Oleh karena itu Ienaga mengatakan kebudayaan dalam

1
Universitas Sumatera Utara

arti luas adalah segala sesuatu yang bersifat konkrit yang diolah manusia
untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan pengertian kebudayaan dalam arti
sempit adalah sama dengan budaya yang berisikan sesuatu yang tidak kentara
atau yang bersifat semiotik.
Negara Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki banyak
kebudayaan seperti perayaan, festival maupun ritual-ritual yang dilakukan
setiap tahunnya. Menurut The Kondasha Bilingual Encyclopedia of Japan
dalam Syah (2007:1) perayaan serta upacara-upacara yang ada di Jepang pada
dasarnya dibagi menjadi dua kategori umum, yaitu: matsuri yang biasa
diartikan sebagai festival dan nenchu gyoji yang berarti kegiatan tahunan.
nenchu gyoji diartikan secara harafiah sebagai acara atau perayaan tahunan
dan musiman. Nenchu gyoji sering juga disebut dengan nenju gyoji. Nenju
yang berarti sepanjang tahun, sedangkan gyoji yang berarti upacara atau
perayaan. Bentuk dari perayaan nenju gyoji pertama kali digunakan pada

zaman Heian. Satu hal yang membedakan nenchu gyoji dengan matsuri adalah
bila matsuri merupakan perayaan asli yang terlahir dari budaya bangsa
Jepang, namun kalau nenchu gyoji kebanyakan perayaan dan acaranya berasal
dari China dan agama Buddha.
Namun pada zaman sebelum seireiki perayaan di Jepang hanya dengan
istilah obon. Obon adalah perayaan menyambut datang arwah para leluhur
untuk melihat anak-anak dan cucu-cucu mereka. Pada masa itu obon menjadi
hari raya paling besar, utama dan satunya yang ada di Jepang

2
Universitas Sumatera Utara

Perayaan tahunan (nenchu gyoji) yang tidak pernah terlewatkan oleh
masyarakat Jepang adalah perayaan Shogatsu. Shogatsu adalah perayaan
tahun baru yang diselenggarakan oleh masyarakat Jepang. Masyarakat Jepang
melaksanakan perayaan tahun baru tidak hanya satu hari melain tiga sampai
tujuh hari pada bulan Januari.
Tahun baru di Jepang tidak selalu dirayakan pada tanggal 1 Januari.
Sebelumnya itu didasarkan pada kalender Lunar dan tanggalnya terus
berubah. Pada tahun 1873, Jepang mengikuti kalender Gregorian dan 1

Januari

menjadi

hari

Tahun

Baru

resmi

(http://www.newyearfestival.com/new-year-in-japan.html).
Menurut The Japanese New Year dalam Holy Mountain Trading
Company (2017) mengatakan bahwa:
for the Japanese , Oshogatsu (New Year; literally, "new month") is the
important celebration of the year, a festival occasion with good feelings and
nostalgia
Terjemahan :
Bagi orang Jepang, Oshogatsu (Tahun Baru; harafiah, "bulan baru')

adalah perayaan paling penting setiap tahunnya, acara meriah dengan
perasaan yang baik dan bahagia.

3
Universitas Sumatera Utara

Bagi masyarakat Jepang, shogatsu merupakan libur panjang dan
termasuk dalam libur nasional. Walaupun demikian pada perayaan shogatsu
menjadi hari libur tersibuk untuk masyarakat Jepang. Banyak dari masyarakat
Jepang memanfaatkan waktu libur ini untuk mengunjungi keluarga dan
pulang kampung. Setiap rumah tangga akan mulai mempersiapkan segala
sesuatu untuk menjelang perayaan tahun baru.
Menurut Ritual and Symbols of Shogatsu dalam Syah (2007 : 2),
persiapan menjelang tahun baru di Jepang yang biasa disebut Shogatsu
shimai, dimulai dari tanggal 13 Desember. Hal yang pertama yang mereka
lakukan biasanya adalah melakukan oosoji, yaitu seluruh anggota keluarga
bersama-sama membersihkan seluruh isi rumah secara besar-besaran. Oosoji
tidak hanya di rumah, tapi juga dilakukan di sekolah, tempat kerja dan
sebagainya. Selain itu mereka menyiapkan dekorasi tradisional tahun baru
seperti, kadomatsu, shimekazari dan shimenawa. Kadomatsu yaitu hiasan dari

potongan bambu, cemara dan rangkaian beberapa tumbuhan lainnya yang
diletakan di depan pintu masuk. Ada yang meletakkannya sepasang ada juga
yang meletakkannya satu buah saja. Kadomatsu digunakan untuk menyabut
datangnya kami yang diyakini akan datang pada awal tahun untuk memberkati
seluruh keluarga. Shimenawa adalah hiasan yang terbuat dari tambang yang
dililit sehingga membentuk hiasan dan digantung di pintu masuk atau
diletakan di kamidana (altar shinto). Shimekazari terbuat dari shimenawa serta
bahan lain seperti jeruk, udang laut, dan sebagainya yang ditempel didepan

4
Universitas Sumatera Utara

pintu. Fungsinya adalah untuk menangkal masuknya roh jahat ke dalam
rumah.
Dalam perayaan shogatsu persembahan untuk dewa hal yang tidak
dapat dilupakan, persembahan untuk dewa ini disebut kagamimochi.
Kagamimochi adalah susunan dua buah mochi yang berbeda ukuran dan
berbentuk bundar pipih dimana mochi yang berukuran besar berada di bawah
dan yang berukuran kecil berada di atasnya. Kagamimochi juga dihiasi oleh
dedaunan, jeruk dan juga kertas putih.

Selain mempersiapkan dekorasi tahun baru, para ibu rumah tangga
juga sibuk mempersiapkan masakan khas tahun baru, seperti: osechi ryouri,
ozoni dan mochi. Osechi ryouri adalah hidangan khusus tahun baru yang
disantap orang Jepang pada tanggal satu sampai tiga Januari. Hidangan ini
berisi banyak macam makanan seperti makanan panggang, makanan rebus,
acar-acaran dan lain-lain. Ozoni adalah sup berisi mochi yang kenyal dan
berbagai macam sayuran. Mochi adalah makanan khas Jepang yang juga
menjadi salah satu dekorasi tahun baru. Mochi terbuat dari beras ketan. Proses
membuat mochi disebut mochitsuki.
Pada malam tahun baru (oomisoka) orang-orang akan pergi ke kuil
untuk beibadat dan juga menyaksikan pemukuran lonceng sebanyak 108 kali.
Namun tidak semua orang akan pergi ke kuil ada juga yang berada di rumah
dan mendengarkan lonceng bersama-sama dan kemudian memakan toshikoshi
soba yang dipercaya dapat memberikan panjang umur.

5
Universitas Sumatera Utara

Dalam tiga hari pertama tahun baru, bahkan orang Jepang yang tak
punya perasaan keagamaan atau spiritualitas yang kuat sekalipun akan

mendatangi kuil atau tempat suci untuk melakukan doa pertama di awal tahun,
ini adalah tradisi yang selalu dilakukan. Salah satu kebiasaan yang paling
populer pada Tahun Baru di Jepang adalah mengambil lidi untuk menerima
ramalan tertulis di sebuah kuil atau tempat suci. Lidi suci yang disebut
omikuji ini dipercaya dapat menunjukkan keberuntungan untuk tahun yang
baru. Ketika berada di kuil atau di tempat suci mereka juga tidak lupa
membeli omamori. Berbagai jenis omamori disediakan untuk berbagai jenis
tujuan. Tradisi yang juga tidak terlewatkan adalah memberikan otoshidama,
yakni amplop-amplop kecil yang berpola khusus yang diberikan kepada anakanak dari para orang dewasa. Itu lah serangkaian perayaan tahun baru di
Jepang.
Perayaan shogatsu di Jepang merupakan salah satu tradisi yang masih
tetap dijalankan oleh masyarakatnya. Dari perayaan shogatsu ini terdapat
kearifan lokal yang masih tetap terjaga keutuhannya sama saat ini. Kearifan
lokal adalah kebijaksaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal
dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat
(Sibarani, 2014:114). Kearifan lokal diperoleh dari tradisi budaya karena
kearifan lokal merupakan kandungan dari tradisi budaya yang turun-temurun
diwarisin dan dimanfaatkan untuk menata kehidupan komunitas.
Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa: nilai,
norma, etika, kepecayaan, adat-istiadat, hukum adat dan aturan-aturan khusus.

6
Universitas Sumatera Utara

Karena bentuknya yang bermacam-macam dan hidup dalam beraneka ragam
budaya masyarakat maka dan fungsinya menjadi bermacam-macam pula.
Di Jepang terdapat tiga ideologi yang menjadi acuan dalam
menjalankan hidup masyarakat Jepang. Konfusianisme, Buddha dan Shinto
adalah tiga ideologi yang ada di Jepang. Meskipun tiga ideologi ini berbeda
namun dasar pemikiran ideologi-ideologi ini sama dimana tiga ideologi ini
sangat memperhatikan hubungan mereka dengan sesama manusia, dewa dan
alam. Maka dari dasar pemikiran ideologi-ideologi ini terdapat tiga kearifan
lokal yang ada di dalamnya di antaranya : hubungan antar manusia dengan
manusia, hubungan antar manusia dengan dewa dan hubungan antar manusia
dengan alam.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk menganalisis
tentang kearifan lokal yang terkandung di dalam pelaksaan shogatsu di
Jepang yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul "KEARIFAN LOKAL
DALAM PERAYAAN SHOGATSU DI JEPANG"
1.2


Perumusan Masalah
Perayaan tahun baru merupakan salah satu dari sekian banyak
kebudayaan yang ada di setiap negara. Perayaan tahun baru akan terus
dijalankan dari masa ke masa. Sebab perayaan tahun baru merupakan suatu
perayaan yang menandai berakhirnya satu tahun dan dimulainya tahun yang
baru.

7
Universitas Sumatera Utara

Di dalam perayaan tahun baru pada masyarakat Jepang terdapat nilainilai kearifan lokal yang masih tetap terjaga dan menjadi tuntunan bagi
masyarakat jepang untuk menata kehidupan mereka dari zaman dahulu sampai
saat ini. Maka yang menjadi pertanyaan mendasar dari penelitian ini adalah :

1. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pelaksaan tahun baru
di Jepang?
2. Kearifan lokal apa saja yang terdapat dalam pelaksaan tahun
baru di Jepang?

1.3


Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam setiap penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah agar
pembahasan tidak terlalu meluas sehingga menyulitkan pembaca untuk
memahami pokok permasalahan yang dibahas.
Maka dalam pembahasan penelitian ini hanya difokuskan pada nilainilai kearifan lokal yang terkandung di dalam pelaksaan tahun baru di Jepang.
Sumber data yang digunakan dalam tulisan ini berupa electronic book yang
berjudul Shogatsu¸ Kearifan lokal dan buku Robert Sibarani yang berjudul
Kearifan Lokal.

8
Universitas Sumatera Utara

1.4

Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1. Tinjaun Pustaka
Tahun baru adalah suatu perayaan di mana suatu budaya merayakan
berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun
selanjutnya.


Budaya

yang

mempunyai kalender tahunan

semuanya

mempunyai perayaan tahun baru. Hari tahun baru di Indonesia jatuh pada
tanggal 1 Januari karena Indonesia mengadopsi kalender Gregorian, sama
seperti

mayoritas

negara-negara

di

dunia

(https://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_baru).
Di Jepang tahun baru yang disebut shogatsu dirayakan pada 1 Januari
hingga 3 Januari. Jangan heran kalau kita menjumpai kantor-kantor tutup
pada perayaan tahun baru di Jepang ini. Pemerintah Jepang menetapkan
tanggal 1 Januari sebagai hari libur, namun kantor-kantor sudah tutup sejak
29 Desember sampai 3 Januari. Jepang memakai sistem kalender Gregorian
(sistem kalender yang umum digunakan saat ini). Tapi, dahulu kalender
Jepang didasarkan pada kalender Cina, sehingga masyarakat Jepang
merayakan tahun baru pada awal musim semi, bersamaan dengan tahun baru
imlek. Penggunaan kalender Gregorian diberlakukan pemerintah Jepang pada
tahun

1873

(http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20100102014026).
Di Jepang Tahun Baru dikenal dengan nama Oshogatsu. Jepang telah
mengadopsi kalender surya sejak 1873 dan perayaan Tahun Baru dimulai
pada tanggal 1 Januari. Berbeda dengan kota-kota besar dunia lainnya,
9
Universitas Sumatera Utara

Jepang bukanlah tempat ideal untuk daerah tujuan wisata merayakan tahun
baru, kalau yang dicari pesta kembang api, sorak meriah old and new,
panggung gembira atau suara bunyi terompet yang bersaut-sautan. Tahun
baru di Jepang adalah sebuah keheningan, suasana sepi, malam tahun baru
(omishoka), secara tradisi dirayakan dengan amat sangat hening dan dingin
(http://upikke.staff.ipb.ac.id/2011/12/30/oshogatsu/)
Dalam pelaksanaan tahun baru di Jepang tidak hanya dilakukan
dengan pesta-pesta saja tetapi juga dengan melakukan kegiatan atau ritualritual yang bersifat relegius sebagai bentuk penghormatan kepada dewa,
selain itu dalam setiap pelaksaannya juga terdapat nilai- nilai kearifan lokal
yang masih tetap terjaga dan yang menjadi pembentuk karakter masyarakat
jepang yang sekarang ini.

2. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan konsep budaya. Menurut
Koentjaraningrat (2009:180-181), konsep dalam hal menganalisis suatu
kebudayaan dalam keseluruhan perlu dibedakan secara tajam antara empat
komponen yaitu : 1. Sistem budaya; 2. Sistem sosial; 3. Sistem kepribadian;
4. Sistem organisme. Keempat komponen itu, walaupun erat berkaitan satu
dengan yang lain, tetapi merupakan entitias yang khusus, masing-masing
dengan sifat-sifatnya sendiri. Tapi dalam menganalisis kebudayaan ini
penulis menggunakan dua komponen saja.

10
Universitas Sumatera Utara

Sistem budaya atau culture system merupakan komponen yang abstrak
dari kebudayaan dan terdiri dari pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, konsepkonsep, tema-tema berpikir dan keyakinan-keyakinan. Dengan demikian,
sistem budaya adalah bagian dari kebudayaan atau yang lazim disebut adatistiadat. Di antara adat-istiadat, seperti yang telah dipelajari, ada sistem nilai
budayanya, sistem normanya, yang secar khusus lagi dapat diperinci ke
dalam berbagai macam norma menurut pranata-pranata yang ada dalam
masyarakat bersangkutan. Fungsi dari budaya adalah menata dan
memantapkan tindakan-tindakan serta tingkah laku manusia.
Sistem sosial atau social system, seperti yang telah diuraikan juga,
terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia atau tindakan-tindakan dan tingkah
laku berinteraksi antar individu dalam kehidupan masyarakat. Sebagai
rangkaian tindakan berpola yang berkaitan satu sama lain., sistem sosial itu
bersifat lebih konkret dan nyata daripada sistem budaya, dalam arti bahwa
tindakan manusia itu dapat dilihat dan diobservasi. Interaksi manusia itu
disatu pihak ditata dan diatur oleh sistem budaya, teptapi dipihak lain
dibudayakan menjadi pranata-pranata oleh nilai dan norma tersebut.
Kearifan lokal adalah nilai budaya lokal yang dapat dimanfaatkan
untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau bijaksana
(Sibarani, 2014:115). Defenisi ini menekan nilai budaya luhur yang
digunakan untuk kebijakan atau kearifan menata kehidupan sosial.

11
Universitas Sumatera Utara

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pembahasan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini

adalah sebagai berikut :
1) Untuk mendeskripsikan apa saja kegiatan yang terdapat dalam perayaan
shogatsu.
2) Untuk mendeskripsikan kearifan lokal apa saja yang terkandung dalam
perayaan shogatsu.

2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1) Untuk menambah ilmu dan pengetahuan penulis dan pembaca
mengenai kegiatan yang terdapat dalam perayaan shogatsu.
2) Untuk menambah ilmu dan pengetahuan penulis dan pembaca
mengenai kearifan lokal apa saja yang terkandung dalam
perayaan shogatsu.

12
Universitas Sumatera Utara

1.6

Metode Penelitian
Metode

berasal

dari

bahasa

yunani

methodos.

Menurut

Poerwadarminta dalam Sangindu (2007:13) metode adalah cara yang telah
teratur dan berfikir baik-baik untuk suatu maksud.
Dalam mengerjakan penelitian ini, penulis menggunakan metode
penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan peristiwa atau
gejala apa adanya. Menurut Saifuddin Azwar (1998:7) tujuan penelitian ini
adalah untuk menggambarkan secara sistematik

dan akurat fakta dan

karateristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini
berusaha menggambarkan situasi dan kejadian. Data yang dikumpulkan
semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan,
menguji hipotesis, membuat prediksi, maupun mempelajari implikasi.
Selain itu untuk pengumpulan data penulisan menggunakan metode
penelitian kepustakaan (Library research). Menurut Nasution (1996 : 14),
metode kepustakaan atau Library Research adalah mengumpulkan data dan
membaca referensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih
penulis. Kemudian merangkainya menjadi suatu informasi yang mendukung
penulisan skripsi ini. Studi kepustakaan merupakan aktivitas yang sangat
penting dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Beberapa aspek yang perlu
dicari dan diteliti meliputi: masalah, teori, konsep, kesimpulan serta saran.

13
Universitas Sumatera Utara

Data dihimpun dari berbagai literatur buku yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Survey book dilakukan diberbagai perpustakaan.

14
Universitas Sumatera Utara