Pengaruh Cordyceps militaris Terhadap Mortalitas Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera: Rhinotermitidae) di Laboratorium
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan
nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada
kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Kelapa
sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Kelapa sawit memiliki arti
yang penting karena sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen utama
minyak sawit (CPO) dunia selain Malaysia dan Nigeria (Fauzi et al., 2002).
Rayap
tanah (Coptotermes sp.) merupakan jenis rayap yang memberi
kontribusi penting terhadap kerusakan kayu. Organisme ini merusak kayu
dengan cara membuat liang kembara pada kayu dan menjadikannya sebagai
tempat tinggal sekaligus sumber nutrisi koloni rayap sehingga kayu menjadi
keropos dan hancur. Selain itu Coptotermes juga merusak kayu dan akar karet,
kelapa sawit, kenari, flamboyan, dan sebagainya (Kartika et al., 2007).
Rayap menyerang di pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
tanaman menghasilkan. Keberadaan rayap berawal dari pembukaan lahan yang
kurang bersih sehingga ketika lahan ditanami kelapa sawit, rayap menjadi hama yang
sangat merusak. Rayap menyerang kelapa sawit dari dalam tanah langsung mengebor
bagian tengah pangkal batang hingga terbentuk rongga dan bersarang di dalamnya.
Serangan ringan ditandai dengan adanya terowongan pada permukaan batang.
Serangan rayap dikategorikan sebagai serangan berat apabila serangan sudah
Universitas Sumatera Utara
mencapai titik tumbuh yang dapat mengakibatkan tanaman mati
(Yohanes,
2009).
Rayap dapat menimbulkan masalah di perkebunan kelapa sawit terutama
pada areal baru bekas hutan. Ada dua jenis yang menyerang kelapa sawit, yakni
Coptotermes curvignathus dan Macrotermes gilvus, yang menyerang batang dan
pelepah
daun,
baik
jaringan
yang
masih
hidup
maupun
jaringan
mati
(Soepadiyo dan Haryono, 2003).
Rayap subteran C. curvignathus adalah serangga sosial yang memakan
bagian tumbuhan dan kebanyakan dominan sebagai dekomposer di daerah dengan
ekosistem tropical dan subtropical. Perkembangan dini kelapa sawit pada lahan
gambut adalah daerah yang sering terserang rayap. Serangan rayap dilaporkan dapat
menyerang 12 bulan setelah penanaman. Serangan yang serius dapat menyebabkan
kematian tanaman lebih 3% terutama pada daerah lahan gambut (Zulkefli et al.,
2012).
Rayap C. curvignathus sulit dikendalikan karena sering berada di dalam
tanah dan pada sisa-sisa kayu yang menjadi makanan, tempat persembunyian
serta tempat perkembangbiakannya. Persentase serangan rayap pada tanaman
kelapa sawit mencapai 10,8 %, pada tanaman karet yang mencapai 7,4 %, pada
tanaman sengon mencapai 7,46 %. Di Indonesia kerugian yang disebabkan oleh
rayap tiap tahun tercatat sekitar Rp. 224 miliar - Rp. 238 miliar (Yulis et al., 2011).
Untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh hama rayap telah
dilakukan tindakan pengendalian dengan berbagai cara, antara lain secara kimiawi
dan secara hayati. Cara kimiawi dipandang kurang menguntungkan karena selain
biayanya mahal, juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, seperti
Universitas Sumatera Utara
keracunan
pada
hewan
dan
manusia,
dan
pencemaran
air
(Hardi dan Kurniawan, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian
pengendalian secara hayati untuk menguji pengaruh Cordyceps militaris terhadap
mortalitas rayap (C. Curvignatus).
Tujuan Penelitian
Untuk menguji efektifitas dari jamur entomopatogen C. militaris terhadap C.
curvignathus.
Hipotesis Penelitian
Pemberian
C.
militaris
dengan
cara
disemprotkan
paling
efektif
dibandingkan dengan cara ditabur untuk mengendalikan C.curvignathus.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh memperoleh gelar Serjana di
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
- Sebagai bahan informasi untuk mengendalikan rayap pada tanaman kelapa sawit.
Universitas Sumatera Utara
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan
nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada
kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Kelapa
sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Kelapa sawit memiliki arti
yang penting karena sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen utama
minyak sawit (CPO) dunia selain Malaysia dan Nigeria (Fauzi et al., 2002).
Rayap
tanah (Coptotermes sp.) merupakan jenis rayap yang memberi
kontribusi penting terhadap kerusakan kayu. Organisme ini merusak kayu
dengan cara membuat liang kembara pada kayu dan menjadikannya sebagai
tempat tinggal sekaligus sumber nutrisi koloni rayap sehingga kayu menjadi
keropos dan hancur. Selain itu Coptotermes juga merusak kayu dan akar karet,
kelapa sawit, kenari, flamboyan, dan sebagainya (Kartika et al., 2007).
Rayap menyerang di pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
tanaman menghasilkan. Keberadaan rayap berawal dari pembukaan lahan yang
kurang bersih sehingga ketika lahan ditanami kelapa sawit, rayap menjadi hama yang
sangat merusak. Rayap menyerang kelapa sawit dari dalam tanah langsung mengebor
bagian tengah pangkal batang hingga terbentuk rongga dan bersarang di dalamnya.
Serangan ringan ditandai dengan adanya terowongan pada permukaan batang.
Serangan rayap dikategorikan sebagai serangan berat apabila serangan sudah
Universitas Sumatera Utara
mencapai titik tumbuh yang dapat mengakibatkan tanaman mati
(Yohanes,
2009).
Rayap dapat menimbulkan masalah di perkebunan kelapa sawit terutama
pada areal baru bekas hutan. Ada dua jenis yang menyerang kelapa sawit, yakni
Coptotermes curvignathus dan Macrotermes gilvus, yang menyerang batang dan
pelepah
daun,
baik
jaringan
yang
masih
hidup
maupun
jaringan
mati
(Soepadiyo dan Haryono, 2003).
Rayap subteran C. curvignathus adalah serangga sosial yang memakan
bagian tumbuhan dan kebanyakan dominan sebagai dekomposer di daerah dengan
ekosistem tropical dan subtropical. Perkembangan dini kelapa sawit pada lahan
gambut adalah daerah yang sering terserang rayap. Serangan rayap dilaporkan dapat
menyerang 12 bulan setelah penanaman. Serangan yang serius dapat menyebabkan
kematian tanaman lebih 3% terutama pada daerah lahan gambut (Zulkefli et al.,
2012).
Rayap C. curvignathus sulit dikendalikan karena sering berada di dalam
tanah dan pada sisa-sisa kayu yang menjadi makanan, tempat persembunyian
serta tempat perkembangbiakannya. Persentase serangan rayap pada tanaman
kelapa sawit mencapai 10,8 %, pada tanaman karet yang mencapai 7,4 %, pada
tanaman sengon mencapai 7,46 %. Di Indonesia kerugian yang disebabkan oleh
rayap tiap tahun tercatat sekitar Rp. 224 miliar - Rp. 238 miliar (Yulis et al., 2011).
Untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh hama rayap telah
dilakukan tindakan pengendalian dengan berbagai cara, antara lain secara kimiawi
dan secara hayati. Cara kimiawi dipandang kurang menguntungkan karena selain
biayanya mahal, juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, seperti
Universitas Sumatera Utara
keracunan
pada
hewan
dan
manusia,
dan
pencemaran
air
(Hardi dan Kurniawan, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian
pengendalian secara hayati untuk menguji pengaruh Cordyceps militaris terhadap
mortalitas rayap (C. Curvignatus).
Tujuan Penelitian
Untuk menguji efektifitas dari jamur entomopatogen C. militaris terhadap C.
curvignathus.
Hipotesis Penelitian
Pemberian
C.
militaris
dengan
cara
disemprotkan
paling
efektif
dibandingkan dengan cara ditabur untuk mengendalikan C.curvignathus.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh memperoleh gelar Serjana di
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
- Sebagai bahan informasi untuk mengendalikan rayap pada tanaman kelapa sawit.
Universitas Sumatera Utara