Karakteristik Pasien Epistaksis di RSUP H.Adam Malik Medan pada Tahun 2014

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Epistaksis merupakan kondisi kegawatdaruratan yang umum ditemukan di
bagian Telinga Hidung Tenggorokan. Epistaksis merupakan kondisi klinis yang dapat
terjadi pada semua umur dengan berbagai penyebab.
Epistaksis bisa disebabkan karena kelainan lokal maupun sistemik. Kelainan
lokal misalnya trauma, kelainan anatomi, benda asing, tumor, dan pengaruh udara
lingkungan. Kelainan sistemik seperti penyakit kardiovaskular, kelainan darah,
infeksi sistemik, kelainan hormonal, kelainan kongenital, dan perubahan tekanan
atmosfir (Mangunkusumo & Wardhani, 2007).
Epistaksis merupakan masalah medis umum, dimana sekitar 60% penduduk
akan mengalami setidaknya satu kali episode epistaksis seumur hidup dan hanya
sekitar 6% dari penderita epistaksis yang mencari bantuan medis. Epistaksis bukanlah
suatu penyakit, melainkan suatu tanda atau gejala. Kebanyakan ringan dan dapat
berhenti sendiri tanpa bantuan medis. Epistaksis biasanya terjadi spontan dengan
perdarahan yang sedikit, mungkin juga banyak, sehingga pederita ketakutan dan
merasa perlu menemui dokter untuk mendapatkan bantuan medis.
Prevalensi epistaksis tidak banyak diketahui oleh karena episode epistaksis
dapat berhenti sendiri sehingga tidak banyak orang yang melaporkan kejadian ini ke

rumah sakit ataupun pelayanan kesehatan yang lainnya.
Menurut Nash & Simon (2008), prevalensi epistaksis pada pria dan wanita
umumnya sama, dan distribusi umur penderita epistaksis biasanya terjadi pada usia

Universitas Sumatera Utara

40 tahun. Menurut Nguyen (2011), epistaksis kebanyakan terjadi
pada laki-laki (58%) dibandingkan dengan perempuan (42%).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Etnic Comitte of Hospital Clinicals,
Faculty of Medicine in Brazil, tercatat 40 pasien yang di diagnosis epistaksis, 23

pasien perempuan (67,5%) dan 13 pasien laki-laki (32,5%). Usia berkisar 4-78 tahun,
tetapi rata-rata terjadi pada usia 20-40 tahun dan usia anak SD.
Pada umumnya terdapat dua sumber perdarahan dari hidung, yaitu dari bagian
anterior dan bagian posterior. Pada epistaksis anterior, perdarahan terjadi pada
pleksus Kiesselbach, biasanya perdarahan dapat berhenti spontan dan mudah diatasi.
Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri
etmoidalis posterior, perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti sendiri.
Epistaksis anterior lebih sering dijumpai pada anak-anak, sedangkan
epistaksis posterior lebih sering dijumpai pada orang tua dengan riwayat penyakit

hipertensi, arteriosklerosis, atau penyakit kardiovaskular lainnya.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
Bagaimana karakteristik pasien epistaksis di RSUP Haji Adam Malik Medan
pada tahun 2014?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik pasien epistaksis di RSUP Haji Adam Malik
Medan pada tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus

Universitas Sumatera Utara

Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien epistaksis berdasarkan
usia.
Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien epistaksis berdasarkan
jenis kelamin.
Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien epistaksis berdasarkan
etiologinya.

Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien epistaksis berdasarkan
lokasi perdarahan.
1.3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi peneliti.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
peneliti dalam melakukan penelitian secara baik dan benar.
2. Bagi keilmuan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam
bidang pendidikan khususnya di bidangkedokteran.
3. Bagi masyarakat.
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan
masyarakat tentang epistaksis.

Universitas Sumatera Utara