Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Dan Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan salah satu informasi penting bagi pihak-

pihak yang berkepentingan dalam membuat keputusan. Hal ini dikarenakan di
dalam laporan keuangan mengandung informasi keuangan perusahaan. Pernyataan
tersebut juga didukung oleh Statement of Financial Accounting Concept (SFAC)
Nomor 1, dikatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan informasi yang
berguna untuk investor dan calon investor, kreditur dan pengguna lain dalam
pengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan lain yang sejenis, yang
rasional. Laporan keuangan harus dapat dipahami oleh semua pihak yang
berkepentingan agar dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Laporan
keuangan juga merupakan sumber informasi yang digunakan untuk menilai posisi
keuangan dan kinerja perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Salah satu informasi yang paling penting ditunggu pihak yang
berkepentingan adalah laba. Laba merupakan salah satu indikator yang menilai

keberhasilan atau kinerja perusahaan di mana laba tersebut diukur dengan dasar
akrual. Akan tetapi ada fleksibilitas dari implementasi Prinsip Akuntansi yang
Berlaku Umum (General Accepted Accounting Principles) yang menyebabkan
manajemen dapat memilih kebijakan akuntansi dari berbagai pilihan yang ada,
sehingga pada akhirnya memungkinkan dilakukan manajemen laba (earning
management) oleh perusahaan (Subramanyam, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Manajemen laba merupakan tindakan yang dilakukan manajer dengan
merekayasa laba perusahaan menjadi lebih tinggi, rendah, atau selalu sama selama
beberapa periode. Manajemen laba terjadi karena adanya kepentingan dari
masing-masing pihak, hal ini berkaitan dengan teori agensi. Teori agensi
menyatakan bahwa semua pihak bertindak sesuai dengan kepentingannya masingmasing. Pemegang saham sebagai prinsipel diasumsikan hanya tertarik pada hasil
keuangannya yang bertambah atau investasi mereka bertambah. Para agen (dalam
hal ini manajer perusahaan) diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi
keuangan apabila perusahaan mempunyai kinerja keuangan yang baik. Karena
perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memaksimalkan
kepentingannya.
Prinsipel menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatcepatnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi

dividen dari tiap saham yang dimiliki. Sedangkan agen menginginkan
kepentingannya di akomodasi dengan pemberian kompensasi/bonus/insentif yang
memadai dan sebesar-besarnya atas kinerjanya. Prinsipel menilai prestasi agen
berdasarkan

kemampuannya

memperoleh

laba

untuk

dialokasikan

pada

pembagian dividen. Semakin tinggi laba, harga saham dan semakin besar dividen
yang diberikan, maka agen dianggap berkinerja dengan baik sehingga layak
mendapatkan insentif yang tinggi.

Sebaliknya agen pun memenuhi tuntutan prinsipel agar mendapatkan
kompensasi yang tinggi apabila kinerjanya yang salah satu pengukuran dengan
menggunakan laba tinggi. Apabila tidak ada pengawasan yang memadai maka
agensi dapat memainkan peranannya seolah-olah target tercapai sehingga

Universitas Sumatera Utara

munculnya istilah creative accounting. Salah satu tindakan yang dilakukan
dengan adanya piutang yang tidak mungkin tertagih yang tidak dihapuskan artinya
piutang tersebut tidak dapat ditagih seharusnya dihapuskan tetapi agen masih tetap
menampilkan pada neraca perusahaan sehingga seolah-olah piutang perusahaan
tinggi dan di masa depan perusahaan akan memperoleh pendapatan yang besar
dan menarik perhatian investor dan calon investor untuk menanamkan modalnya
diperusahaan, kapitalisasi beban yang tidak semestinya, pengakuan penjualan
yang tidak semestinya yang berdampak terhadap pada besarnya nilai aktiva dalam
neraca yang akan membuat laporan keuangan terlihat sangat baik walaupun tidak.
Melakukan income smoothing (membagi keuntungan ke periode lain) agar setiap
tahun perusahaan terlihat mengalami keuntungan meskipun kenyataannya merugi.
Tindakan manajemen laba (earning manajement) telah menyebabkan
beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang di kenal antara lain Enron,

Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika serikat (Cornett et
al. 2006). Enron Corporation terbukti melakukan manipulasi laba yaitu dengan
bekerja sama dengan kantor akuntan publik Arthur Anderson untuk mendongkrak
laba mendekati USD1 Miliar yang sesungguhnya tidak ada. Begitu juga dengan
Xerox Corporation yang menipu pendapatan sebesar USD 6 Miliar. Di Indonesia
pun hal yang serupa terjadi seperti kasus PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma
Tbk yang berawal dari deteksi adanya manipulasi (Boediono, 2005).
Salah satu contoh tindakan manajemen laba yang merugikan di Indonesia
adalah kasus PT. Kimia Farma Tbk. Pada audit tanggal 31 Desember 2001,
manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 miliar,
dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan

Universitas Sumatera Utara

tetapi, Kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut
terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada
3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali
(restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan
keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar,
atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 miliar, atau 24,7% dari laba awal yang

dilaporkan. Informasi tersebut dapat menyesatkan pihak investor dan kreditur juga
pemerintah di dalam membuat keputusan, sehingga menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut memperoleh laba yang tinggi.
Kasus-kasus di atas dapat terjadi dikarenakan kurangnya penerapan
mekanisme Good Corporate Governance (GCG) yang merupakan sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value
added) untuk semua stakeholder. Pengertian Good Corporate Governance
menurut FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) adalah
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, Pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan (FCGI, 2001). Tujuan mekanisme GCG adalah
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Beberapa
mekanisme good corporate governance antara lain diwujudkan dengan adanya
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris
independen dan komite audit independen.

Universitas Sumatera Utara


Pemeriksaan laporan keuangan oleh kantor akuntan publik dapat juga
digunakan sebagai monitoring terhadap kemungkinan tindakan manajemen laba.
Akan tetapi pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor memiliki
kualitas yang berbeda-beda. Audit yang dilakukan oleh kantor akuntan publik
yang berafiliasi dengan the big four merupakan salah satu pencegah terjadinya
manajemen laba. Karena KAP yang berafiliasi dengan the big four akan lebih
profesional di dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan dibandingkan KAP
non the big four, sehingga auditor berkualitas tinggi (high-quality auditing)
bertindak sebagai pencegah manajemen laba yang efektif, karena reputasi
manajemen akan hancur dan nilai perusahaan akan turun apabila pelaporan yang
salah ini terdeteksi dan terungkap (Ardiati, 2005).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai: “Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance Dan Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba”

1.2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di bagian latar belakang, maka rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah :
1.

Apakah ada pengaruh mekanisme good corporate governance yang terdiri
dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi, proporsi dewan
komisaris independen, dan komite audit terhadap manajemen laba?

2.

Apakah ada pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba?

3.

Apakah ada pengaruh mekanisme good corporate governance yang terdiri
dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi, proporsi dewan

Universitas Sumatera Utara

komisaris independen, komite audit dan kualitas audit terhadap manajemen
laba?


1.3.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makan penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui secara empiris:
1.

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh mekanisme good corporate
governance yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi,
proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit terhadap
manajemen laba.

2.

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas audit terhadap
manajemen laba.

3.


Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh mekanisme good corporate
governance yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi,
proporsi dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas audit
terhadap manajemen laba.

1.4.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1.

Peneliti
Sebagai bahan pembelajaran di dalam menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan pengembangan wawasan di bidang akuntansi keuangan,
khususnya tentang mekanisme good corporate governance, kualitas audit
dan manajemen laba.

Universitas Sumatera Utara


2.

Perusahaan yang diteliti
Sebagai bahan masukan bagi perusahaan-perusahaan yang diteliti di dalam
menyikapi fenomena yang terkait dengan mekanisme good corporate
governance

yang

meliputi

kepemilikan

manajerial,

kepemilikan

institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit
independen dan kualitas audit serta pengaruhnya terhadap manajemen laba.

3.

Pemakai laporan Keuangan
Sebagai bahan pertimbangan kepada pemakai laporan keuangan dan praktisi
penyelenggara perusahaan dalam memahami mekanisme good corporate
governance dan kualitas audit serta praktek manajemen laba, sehingga dapat
meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan.

4.

Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya di dalam melakukan
penelitian tentang tema ini.

1.5.

Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian oleh Nasution dan

Setiawan (2007) dengan variabel independen: komposisi dewan komisaris, ukuran
dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan. Penelitian tersebut menguji
pengaruh good corporate governance terhadap manajemen laba. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penambahan kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional pada variabel mekanisme good corporate
governance dan kualitas audit. Perbedaan juga terdapat pada periode penelitian

Universitas Sumatera Utara

yakni dari tahun 2008 – 2010, sementara periode penelitian sebelumnya dari tahun
2000 – 2004.

Universitas Sumatera Utara