Hubungan Perilaku Diet Dengan Early Childhood Caries (Ecc) Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Medan Selayang

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Karies merupakan proses patologis berupa kerusakan pada jaringan keras gigi.
Karies dapat mengenai gigi sulung dan gigi permanen, namun proses karies gigi
sulung berjalan lebih cepat dibandingkan dengan gigi permanen. Karies yang sering
dijumpai pada anak-anak adalah Early Childhood Caries (ECC) yang sebelumnya
dikenali sebagai karies rampan atau karies botol yang terjadi dengan tiba-tiba,
mengenai banyak gigi dalam waktu singkat dan cepat melibatkan pulpa.1-3 Pada anak
berusia kurang dari 3 tahun, tanda-tanda karies pada permukaan halus (smooth
surface) merupakan indikasi tingkat keparahan karies yang berat yaitu Severe Early
Childhood Caries (S-ECC).1,3 Pada tingkat awal karies, gigi yang terlibat adalah gigi

sulung anterior rahang atas, gigi sulung molar satu rahang atas dan bawah dan
kadang-kadang gigi sulung kaninus rahang bawah. Gigi anterior rahang bawah tidak
terkena karies karena dilindungi oleh lidah.3
Etiologi karies yang utama adalah host, bakteri, substrat dan waktu. Selain
dari itu salah satu faktor signifikan yang menyebabkan karies di kalangan anakanak adalah perilaku diet. Perilaku diet adalah tingkah laku manusia atau kelompok
manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap,
kepercayaan dan pemilihan makanan. Kebiasaan makan anak sekolah dasar yang

sering dijumpai pada umumnya yaitu suka jajan di sekolah dan tidak mau makan di
rumah.4
Pada zaman modern ini, banyak dijumpai jenis-jenis makanan yang bersifat
manis, lunak dan mudah lengket pada permukaan gigi misalnya permen, coklat,
bolu, biskuit dan lain-lain. Sifat makanan jenis ini adalah lunak, maka tidak perlu
melakukan pengunyahan yang berlebihan sehingga gampang melekat pada gigi dan
bila tidak segera dibersihkan akan terjadi proses metabolisme dari bakteri penyebab
karies. Hal ini akan menurunkan pH mulut dan akibatnya terjadi proses

Universitas Sumatera Utara

demineralisasi enamel yang dapat merusak gigi.5 Proses ini lebih mudah terjadi
pada gigi sulung dibandingkan dengan gigi permanen karena struktur dan
morfologinya. Gigi sulung mengandung lebih banyak bahan organik dan air,
sedangkan jumlah mineral dalam gigi sulung lebih sedikit dibandingkan dengan
gigi permanen dan ketebalan enamel gigi sulung hanya setengah dari gigi
permanen.3
Prevalensi dan keparahan karies pada anak di bawah lima tahun di beberapa
negara di dunia cukup tinggi. Di Amerika Serikat, prevalensi ECC pada anak usia
3-5 tahun sebesar 90%. Di Thailand prevalensi ECC pada bayi usia 15-19 bulan

adalah 82,8%. Edelstein dan Tinanoff menemukan bahwa 30,5% dari 200 anak
prasekolah berusia antara 6 bulan sampai 5 tahun memiliki karies yang bisa
terdeteksi dengan pemeriksaan visual atau radiografi.3 Prevalensi ECC di Malaysia
adalah tinggi sebanyak 76,2%. Pada survei nasional didapati negeri Kelantan
mempunyai prevalensi tertinggi sebanyak 95,8% pada anak-anak prasekolah. Hal
ini karena anak-anak di Kelantan mengonsumsi makanan bergula yang tinggi serta
tempat tinggal mereka mempunyai fluoridasi air yang rendah.6
Prevalensi karies di Indonesia pada anak usia 3-5 tahun terus meningkat. Pada
tahun 1988, prevalensi karies pada anak prasekolah di Jakarta dan sekitarnya adalah
85,17% dan pada tahun 2001, prevalensi karies pada anak usia 3-5 tahun di DKI
Jakarta adalah 81,2% sehingga merupakan masalah yang kritis karena diperparah
dengan faktor-faktor risiko lain seperti keluarga yang berpendapatan rendah,
malnutrisi, mineralisasi gigi sulung, jumlah Streptokokus mutans yang tinggi, pola
makan yang tidak tepat, dan buruknya oral higiene anak serta faktor lainnya.7
Sedangkan prevalensi ECC anak usia dibawah tiga tahun yang dilakukan oleh
Febriana di Jakarta adalah sebesar 52,7%. Dibeberapa kota lain, misalnya di
Bandung, prevalensi ECC sebesar 56,78%.7
Besarnya prevalensi ECC pada beberapa kota di Indonesia menarik perhatian
penulis untuk melakukan penelitian tentang salah satu faktor risiko karies yaitu
perilaku diet anak sehari-hari. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan mahasiswa

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Nabila Nasution pada anak

Universitas Sumatera Utara

usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang, namun hasilnya belum
dipublikasikan. Penelitian sebelumnya menggunakan kuesioner dengan bentuk
pertanyaan tertutup tanpa adanya pencatatan diet anak selama 7 hari sedangkan pada
penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan kartu perilaku diet anak dengan
melihat konsumsi makanan dan minuman anak selama 7 hari yang kemudian
dianalisis dengan kriteria tertentu. Tempat penelitian adalah di Puskesmas serta
Playgroup dan Taman Kanak-Kanak (TK) di Kecamatan Medan Selayang. Alasan

pemilihan tempat adalah untuk melanjutkan penelitian sebelumnya di Puskesmas,
Taman Kanak-Kanak dan Playgroup tersebut serta adanya kerja sama dari pihak
sekolah dalam kelangsungan penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah umum penelitian ini adalah :
Apakah ada hubungan antara perilaku diet anak dengan pengalaman ECC
pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang.

Rumusan masalah khusus penelitian ini adalah :
1. Apakah ada hubungan antara pola makan utama dengan pengalaman ECC
pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang.
2. Apakah ada hubungan antara pola makan selingan dengan pengalaman
ECC pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang.
3. Apakah ada hubungan antara pola minum minuman manis dengan
pengalaman ECC pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang.
4. Apakah ada hubungan antara pola minum susu dengan pengalaman ECC
pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang.

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah:
Menganalisis hubungan antara perilaku diet anak dengan pengalaman ECC
pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Menganalisis hubungan antara pola makan utama dengan pengalaman ECC
pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang.

2. Menganalisis hubungan antara pola makan selingan dengan pengalaman
ECC pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang.
3. Menganalisis hubungan antara pola minum minuman manis dengan
pengalaman ECC pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang.
4. Menganalisis hubungan antara pola minum susu dengan pengalaman ECC
pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang.

1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis umum penelitian ini adalah :
Ada hubungan antara perilaku diet anak dengan pengalaman ECC pada anak
usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang.

Hipotesis khusus penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan antara pola makan utama dengan pengalaman ECC pada
anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang.
2. Ada hubungan antara pola makan selingan dengan pengalaman ECC pada
anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang.
3. Ada hubungan antara pola minum minuman manis dengan pengalaman
ECC pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang.
4.


Ada hubungan antara pola minum susu dengan pengalaman ECC pada

anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
1. Peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang penelitian

Universitas Sumatera Utara

khususnya terhadap anak-anak serta memberikan pengalaman langsung dalam
melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan untuk mengadakan
penelitian-penelitian selanjutnya.

Manfaat Praktis
1. Informasi tambahan kepada masyarakat tentang perilaku diet yang
menyebabkan terjadinya ECC, membantu dalam pemilihan diet yang tepat untuk
anak dan sebagai tindakan pencegahan terhadap karies gigi pada anak.

2. Memberikan motivasi kepada orang tua untuk memperhatikan perilaku diet
anak dan menjaga kebersihan rongga mulut anak sejak dini.

Universitas Sumatera Utara