Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman P

Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman Padi

Tanaman padi (Oryza sativa) sebagai sumber
utama makanan pokok memegang peranan yang sangat penting dalam usaha pemenuhan
kebutuhan pangan. Dalam usaha pertanian padi adalah potensi hasil yang maksimal,
meskipun menggunakan varietas unggul, pemupukan, pengairan dan perbaikan cara bercocok
tanam telah diterapkan. Pengenalan terhadap jenis hama dan penyakit yang menyerang
merupakan langkah awal yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan dalam usaha
pengendalian. Apalagi dengan penggunaan Pupuk Organik Nasa Dan Pestisida Organik
Nasa dimana produk ini sudah banyak petani yang telah membuktikannya.Adapun Hama
Dan Penyakit pada tanaman padi sebagai berikut :
A. Penggerek Batang / Sundep beluk .

Penggerek batang merupakan hama paling menakutkan pada pertanaman padi, karena sering
menimbulkan kerusakan berat dan kehilangan hasil yang tinggi. Di lapang, kehadiran hama
ini ditandai oleh kehadiran ngengat (kupu-kupu) dan kematian tunas padi, kematian malai,
dan ulat penggerek batang.
Hama ini merusak tanaman pada semua fase tumbuh, baik pada saat pembibitan, fase anakan,
maupun fase berbunga. Bila serangan terjadi pada pembibitan sampai fase anakan, hama ini
disebut sundep, dan jika terjadi pada saat berbunga, disebut beluk.
Cara Pengendaliannya :




Sampai saat ini belum ada varietas yang tahan penggerek batang. Oleh karena itu
gejala serangan hama ini perlu diwaspadai, terutama pada pertanaman di musim
hujan.



Waktu tanam yang tepat, merupakan cara yang efektif untuk menghindari serangan
penggerek batang.



Hindari penanaman pada musim Desember-Januari, karena suhu, kelembaban, dan
curah hujan pada saat itu sangat cocok bagi perkembangan penggerek batang,
sementara tanaman padi yang baru ditanam, sangat sensitif pada hama ini. Tindakan
pengendalian harus segera dilakukan, kalau > 10% rumpun memperlihatkan gejala
sundep atau beluk.




Pemakaian produk nasa yang berupa Natural BVR dari awal tanam sangat efektif
untuk mencegah hama sundep beluk tersebut.Natural BVR yang mengandung jamur
Beuveria bassiana, dengan kandungan 10 pangkat 10 spora per gram nya mampu
mencegah sundep beluk dengan tidak mematikan musuh alaminya. Jadi, dengan sekali
semprot, maka hama dan penyakit pada padi serta merta tercegah dan terkendali,
dengan didukung sertifikasi serta kualitas yang tidak perlu diragukan maka
pemakaian NATURAL BVR sangat dianjurkan bagi petani dari awal tanam.



Pemakaian produk nasa yang berupa Natural Glio di awal tanam dengan di
campurkan pupuk kandang atau dengan di campurkan Super Nasa.



Pemupukan yang teratur dengan menyeimbangkan unsur makro maupun mikro yang
di perlukan tanaman padi.Yaitu dengan pemakaian pupuk organik nasa yang berupa
Super Nasa dengan di campurkan 50% pupuk kimia yang biasa di pakai.


B. Wereng Hijau.

Peran wereng hijau (WH) dalam sistem pertanaman padi menjadi penting oleh karena WH
merupakan vektor penyakit tungro, yang merupakan salah satu penyakit virus terpenting di
Indonesia. Kemampuan WH sebagai penghambat dalam sistem pertanian padi sangat
tergantung pada penyakit virus tungro.Sebagai hama, WH banyak ditemukan pada sistem
sawah irigasi teknis, ekosistem tadah hujan, tetapi tidak lazim pada ekosistem padi gogo.WH
menghisap cairan dari dalam dari dalam daun bagian pinggir, tidak menyukai pelepah, atau
daun-daun bagian tengah.

Adapun gejala tanaman padi yang terkena serangan Werwng hijau ( WH ) :


WH menyebabkan daun-daun padi berwarna kuning sampai kuning oranye.



Penurunan jumlah anakan, dan pertumbuhan tanaman yang terhambat (memendek).




Pemupukan unsur nitrogen ( Urea / ZA ) yang tinggi sangat memicu perkembangan
WH.

Cara Pengendaliannya :


Dianjurkan menanam varietas tahan tungro seperti Tukad insektisida.



Pemakaian produk nasa yang berupa Natural BVR dari awal tanam sangat efektif
untuk mencegah hama sundep beluk tersebut.Natural BVR yang mengandung jamur
Beuveria bassiana, dengan kandungan 10 pangkat 10 spora per gram nya mampu
mencegah wereng hijau ( WH ) dengan tidak mematikan musuh alaminya. Jadi,
dengan sekali semprot, maka hama dan penyakit pada padi serta merta tercegah dan
terkendali, dengan didukung sertifikasi serta kualitas yang tidak perlu diragukan maka
pemakaian NATURAL BVR sangat dianjurkan bagi petani dari awal tanam.


C. Walang sangit.

Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan.
Mekanisme merusaknya yaitu menghisap butiran gabah yang sedang mengisi. Apabila
diganggu, serangga akan mempertahankan diri dengan mengeluarkan bau. Selain sebagai
mekanisme mempertahankan diri, bau yang dikeluarkan juga untuk menarik walang sangit
lain dari species yang sama. Walang sangat merusak tanaman ketika mencapai fase berbunga
sampai matang susu. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna dan
mengapur, serta gabah menjadi hampa.
Cara Pengendaliannya :


Mengendalikan gulma, baik yang ada di sekitar sawah maupun yang ada di sekitar
pertanaman.



Meratakan lahan dengan baik dan pemupukan yang teratur dengan menyeimbangkan
unsur makro maupun mikro yang di perlukan tanaman padi.Yaitu dengan pemakaian
pupuk organik nasa yang berupa Super Nasa dengan di campurkan 50% pupuk

kimia yang biasa di pakai.



Pemakaian produk nasa yang berupa Natural BVR dari awal tanam sangat efektif
untuk mencegah hama sundep beluk tersebut.Natural BVR yang mengandung jamur
Beuveria bassiana, dengan kandungan 10 pangkat 10 spora per gram nya mampu
mencegah walang sangit dengan tidak mematikan musuh alaminya. Jadi, dengan
sekali semprot, maka hama dan penyakit pada padi serta merta tercegah dan
terkendali, dengan didukung sertifikasi serta kualitas yang tidak perlu diragukan maka
pemakaian NATURAL BVR sangat dianjurkan bagi petani dari awal tanam.



Menyemprotkan Pestisida Organik Nasa yang berupa Pestona + Aero-810 dengan
interval 10 hari sekali.Lakukan dari awal tanam dan diwaktu sore hari.

D. Wereng Coklat (WCK)

Wereng coklat dapat menyebabkan daun berubah kuning oranye sebelum menjadi coklat dan

mati. Dalam keadaan populasi wereng tinggi dan varietas yang ditanam rentan wereng coklat,
dapat mengakibatkan tanaman seperti terbakar atau “hopperburn“. Wereng coklat juga dapat
menularkan penyakit virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput, dua penyakit yang sangat
merusak.
Ledakan WCK biasanya terjadi akibat penggunaan pestisida yang tidak tepat, penanaman
varietas rentan, pemeliharaan tanaman, terutama pemupukan, yang kurang tepat, dan kondisi
lingkungan yang cocok untuk WCK (lembab, panas, dan pengap).
Cara pengendaliannya :


Melakukan pemantauan secara rutin dan terjadwal yang dilakukan dengan cara
mengamati areal tanaman padi dalam interval waktu tertentu (misalnya seminggu
sekali), sejak awal persemaian, penanaman sampai panen.



Memusnahkan singgang (sisa tanaman) yang terserang virus kerdil rumput dan kerdil
hampa dengan cara mengolah tanah sesegera mungkin setelah tanaman padi dipanen.
Dengan kita membiarkan lahan tersebut, maka kemungkinann timbulnya serangan
virus akan lebih besar saat kita memulai penanaman kembali.




Menanam padi varietas unggul tahan hama. Penanaman varietas tahan hama terbukti
mampu dan efektif mengurangi serangan wereng coklat.



Melakukan pemusnahan selektif terhadap tanaman padi yang terserang ringan.
Artinya memilih tanaman padi yang terserang dengan cara mengambilnya untuk
kemudian dibuang/dibakar di tempat lain. Bila terjadi serangan berat, maka perlu
dilakukan pemusnahan (eradikasi) total.



Pemupukan yang teratur dengan menyeimbangkan unsur makro maupun mikro yang
di perlukan tanaman padi.Yaitu dengan pemakaian pupuk organik nasa yang berupa
Super Nasa dengan di campurkan 50% pupuk kimia yang biasa di pakai.




Pemakaian produk nasa yang berupa Natural BVR dari awal tanam sangat efektif
untuk mencegah hama sundep beluk tersebut.Natural BVR yang mengandung jamur
Beuveria bassiana, dengan kandungan 10 pangkat 10 spora per gram nya mampu
mencegah wereng coklat dengan tidak mematikan musuh alaminya. Jadi, dengan
sekali semprot, maka hama dan penyakit pada padi serta merta tercegah dan
terkendali, dengan didukung sertifikasi serta kualitas yang tidak perlu diragukan maka
pemakaian NATURAL BVR sangat dianjurkan bagi petani dari awal tanam.



Menyemprotkan Pestisida Organik Nasa yang berupa Pestona + Aero-810 dengan
interval 10 hari sekali.Lakukan dari awal tanam dan diwaktu sore hari.

E. Hawar Daun Bakteri.

Hawar daun bakteri (HBD) merupakan penyakit bakteri yang tersebar luas dan menurunkan
hasil sampai 36 %. Penyakit terjadi pada saat musim hujan atau musim kemarau yang basah,
terutama pada lahan sawah yang selalu tergenang, dan dipupuk N tinggi (> 250 kg Urea/ha).
Penyakit HDB menghasilkan dua gejala khas, yaitu kresek dan hawar. Kresek adalah gejala

yang terjadi pada tanaman berumur < 30 hari (persemaian atau yang baru pindah). Daun-daun
berwarna hijau kelabu, melipat, dan menggulung. Dalam keadaan parah keadaan daun
menggulung, layu, dan mati, mirip tanaman yang terserang penggerek batang atau terkena air
panas (lodoh). Sementara, hawar merupakan gejala yang paling umum pada tanaman yang
telah mencapai fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan.

Gejala diawali dengan timbulnya bercak abu-abu (kekuningan) umumnya pada tepi daun.
Dalam perkembangannya gejala akan meluas, membentuk hawar, dan akhirnya daun
mengering. Dalam keadaan lembab (terutama pagi hari), kelompok bakteri, berupa butiran
berwarna kuning keemasan, dapat dengan mudah ditemukan pada daun-daun yang
menunjukkan gejala hawar. Dengan bantuan angin, gesekkan antar daun, dan percikan air
hujan, massa bakteri ini berfungsi sebagai alat penyebar penyakit HDB.
Cara pengendaliannya :


Pemupukan yang teratur dengan menyeimbangkan unsur makro maupun mikro yang
di perlukan tanaman padi.Yaitu dengan pemakaian pupuk organik nasa yang berupa
Super Nasa dengan di campurkan 50% pupuk kimia yang biasa di pakai.




pengaturan air air yang cukup.



Hindari penggenangan air yang terus menerus, misalkan 1 hari digenangi dan 3 hari
dikeringkan.



Pemakaian produk nasa yang berupa Natural Glio di saat olah tanah dengan di
campurkan pupuk kandang atau dengan di campurkan Super Nasa.



Menyemprotkan Pestisida Organik Nasa yang berupa Pestona + Aero-810 dengan
interval 10 hari sekali.Lakukan dari awal tanam dan diwaktu sore hari.

F. Busuk batang .

Busuk batang merupakan penyakit yang menginfeksi bagian tanaman dalam kanopi dan
menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah. Untuk mengamati penyakit ini, kanopi
pertanaman perlu dibuka. Perlu diwaspadai apabila terjadi kerebahan pada pertanaman, tanpa
sebelumnya terjadi hujan dengan angin yang kencang.
Gejala awal berupa bercak berwarna kehitaman, bentuknya tidak teratur pada sisi luar
pelepah daun dan secara bertahap membesar. Akhirnya, cendawan menembus batang padi
yang kemudian menjadi lemah, anakan mati, dan akibatnya tanaman menjadi rebah.
Cara pencegahannya :


Tunggul-tunggul padi sesudah panen dibakar atau didekomposisi.



Keringkan petakan dan biarkan tanah sampai retak sebelum diairi lagi.



Pemupukan yang teratur dengan menyeimbangkan unsur makro maupun mikro yang
di perlukan tanaman padi.Yaitu dengan pemakaian pupuk organik nasa yang berupa
Super Nasa dengan di campurkan 50% pupuk kimia yang biasa di pakai.



Pemakaian produk nasa yang berupa Natural Glio di saat olah tanah dengan di
campurkan pupuk kandang atau dengan di campurkan Super Nasa.

G. Bercak Cercospora.

Bercak cercospora disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae. Penyakit menyebabkan
kerusakan yang serius pada pertanaman dilahan yang kurang subur. Penyakit menghasilkan
gejala lurus sempit berwarna coklat pada helaian daun bendera, pada fase tumbuhpemasakan. Gejala juga dapat terjadi pada pelepah dan kulit gabah.
Cara pengendaliannya :


Pemupukan yang teratur dengan menyeimbangkan unsur makro maupun mikro yang
di perlukan tanaman padi.Yaitu dengan pemakaian pupuk organik nasa yang berupa
Super Nasa dengan di campurkan 50% pupuk kimia yang biasa di pakai.



Pemakaian produk nasa yang berupa Natural Glio di saat olah tanah dengan di
campurkan pupuk kandang atau dengan di campurkan Super Nasa.

1. Tikus

Gejala serangan:

1. Tikus menyerang berbagai tumbuhan.
2. Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, 

tempat penyimpanan.
3. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji­bijian tetapi juga batang 
tumbuhan muda.
4. Tikus membuat lubang­lubang pada pematang sawah dan sering berlindung 
di semak­semak.

Pengendaliannya:

1. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan 
menangkap tikusnya.
2. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
3. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu 
yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk 
mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen.
4. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan 
beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya 
dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi 
berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati­hati karena juga 
berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.

2. Wereng

Gejala serangan:

1. Menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang­lubang.
2. Daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati.

Pengendaliannya:

1. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara 
serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan 
untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija 
atau tanah dibiarkan selama 1 s/d 2 bulan.
2. b. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, 
misalnya laba­laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi
dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea 
nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata.
3. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan 
apabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida 
diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan aman bagi 

lingkungan.

3. Walang Sangit

Gejala serangan:

1. Menghisap butir­butir padi yang masih cair.
2. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat.
3. Kulit biji iu akan berwarna kehitam­hitaman.
4. Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), 
tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama.
5. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji  biji yang sudah mengeras, 
yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.
6. Faktor  faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit 
antara lain sebagai berikut:
­ Sawah sangat dekat dengat perhutanan.
­ Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
­ Penanaman tidak serentak

Pengendaliannya:

1. Menanam tanaman secara serentak.
2. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar 
sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
3. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala 
penangkap.
4. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau 
dengan alga.
5. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami 
beruba laba­laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
6. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.

4. Ulat

Gejala serangan:

1. Aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam 
hari.
2. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.

Pengendaliannya:

1. Membuang telur­telur kupu­kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
2. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga
ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
3. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan 
penyemprotan dengan menggunakan pertisida.

5. Tungau

Gejala serangan:

1. Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk 
mengisap daun tersebut.
2. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak­bercak kecil kemudian 
daun akan menjadi kuning lalu gugur.

Pengendaliannya:

1. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun­daun yang 

terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.

6. Lalat bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)

Gejala serangan:

1. Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja hari.
2. Telur menetas setelah dua hari dan larva merusak titik tumbuh. Pupa 
berwarna kuning kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar dari pupa 
selama 1 minggu menjadi imago yang siap kimpoi.
3. Hama ini menyerang terutama pada kondisi kelembaban udara tinggi.

Pengendaliannya:

1. Pengendaliannya diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.

7. Anjing tanah atau orong­orong (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa 
African

Gejala serangan:

1. Hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan.
2. Memakan hewan­hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan tanaman 
lebih besar dari pada manfaatnya sebagai predator.
3. Nimfa muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya 
berkembang setengah, yang jantan dapat mengerik di senja hari.

Pengendaliannya:

1. Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan tanah yang baik agar 
terowongan rusak.

8. Uret (Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri)

Gejala serangan:

1. Uret yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, 
Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri
2. Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur  larva (uret) 
pupa  imago (kumbang).
3. Kumbang hanya makan sedikit daun­daunan dan tidak begitu merusak 
dibanding uretnya.

Pengendaliannya:

1. Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik agar vigor 
tanaman baik.

9. Ganjur (Orseolia oryzae)

Gejala serangan:

1. Hama ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kimpoi satu 
kali seumur hidupnya, bertelur antara 100­250 telur. Telur berwarna coklat 
kemerahan dan menetas setelah 3 hari.
2. Larva makan jaringan tanaman diantara lipatan daun padi, pertumbuhan 
daun padi jadi tidak normal.
3. Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva selama 6  
12 hari. Siklus hidup keseluruhan 19  26 hari.

Pengendaliannya:

1. Pengendalian diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, 
penggenangan areal pertanaman sesudah panen agar pupanya mati.

10. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama 
putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis)

Gejala serangan:

1. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) menyerang daun 
padi sejak dipesemaian hingga dilapang.
2. Daun padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja.
3. Larva bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.
4. Larva membuat gulungan/kantung dari daun padi kemudian menjatuhkan diri
ke air. Larva berwarna hijau, perkembangan sampai menjadi pupa 14 s/d 20 
hari. Stadia pupa 4 s/d 7 hari.

Pengendaliannya:

1. Meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak dapat 
memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.
2.Lalat Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh alami.

11. Penggerek jagung (Ostrinia furnacalis)

Gejala serangan:

1. Menyebabkan batang jagung retak dan patah.
2. Kupu sebagai induk dari hama Ostrinia furnacalis muncul di pertanaman 
pada malam hari, antara pk. 20.00 sampai pk. 22.00 dan meletakkan telurnya 
pada jam­jam tersebut. Kupu betina meletakkan telur sebanyak 300­500 butir 
pada daun ketiga. Telur berwarna putih kekuningan diletakkan di bawah 
permukaan daun secara berkelompok. Biasanya ditutupi oleh bulu­bulu.
3. Setelah 4­5 hari telur menetas, ulat akan masuk ke dalam batang setelah 
berumur 7­10 hari melalui pucuknya dan sering merusak malai yang belum 
keluar. Selanjutnya ulat menggerek ke dalam batang dan kebanyakan pada 
ruas batangnya, dan setelah habis digereknya pula ruas yang disebelah 
bawah. Umur ulat 18­41 hari
4. Gejala serangan ulat yang masih muda, tanda daun kelihatan garis­garis 
putih bekas gigitan.
5. Serangan berikutnya tampak adanya lubang gerekan pada batang yang 
disertai adanya tepung gerek berwarna coklat. Apabila batang jagung patah, 
tanaman akan mati.
6. Tanaman inang selain jagung adalah cantel, Panicum viride, bayam dan 
gulma Blumea lacera.

Pengendaliannya:

1. Dengan cara pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan merupakan 
inangnya.
2. Tanaman yang terserang dipotong dan ditimbun dalam tanah atau diberikan 
pada hewan ternak.
3. Menghilangkan tanaman inang yang lain yang tumbuh diantara dua waktu 
tanam.
4. Membersihkan rumput­rumputan
5. Cara kimiawi, pengendalian dilakukan sebelum ulat masuk ke dalam batang.
Beberapa jenis insektisida yang dinyatakan efektif adalah: Azodrin 15 WSC, 
Nogos 50 EC, Hostation 40 EC, Karvos 20 EC.

DAFTAR PUSTAKA
Ngapio, 2010, BBU, kepala laboratorium pengamat hama dan penyakit, kab.
Musi rawas
Soemartono dkk, 1974 “bercocok tanam padi” CV. Yasa guna Jakarta
Tohirin, 2010, Dinas Tanaman pangan dan hortikultura
Kabinet produksi Tanaman pangan, Musi Rawas.