MAKALAH KOMUNIKASI POLITIK EFISIENSI KAM

MAKALAH KOMUNIKASI POLITIK
EFISIENSI KAMPANYE DALAM PEMILU

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. SITI MASITOH
2. INTAN HAERUZIHNI
3. JENNY RAHMADIANTI
4. ANINDI DWI PUTRI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan
kami berbagai macam nikmat, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.  Ucapan terima kasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen dan temanteman yang banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari

di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
lainnya.

Oleh karena itu kami memohon maaf atas ketidaksempurnaanya dan juga
memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat
karya tulis. Harapan kami mudah - mudahan apa yang kami susun ini bisa
memberikan manfaat untuk kelompok kami sendiri, teman-teman, serta orang
lain.

Jakarta, 9 April 2017
Penyusun

Kelompok 5

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR


1

DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang

3

3

2. Rumusan masalah

3

3. Maksud dan tujuan

3

BAB II PEMBAHASAN


4

1. Definisi kampanye

4

2. Tujuan kampanye

5

3. Karakteristik kampanye

5

4. Jenis dan metode kampanye

6

5. Model – model kampanye


12

6. Personel kampanye

20

7. Evaluasi kampanye

21

8. Etika politik dalam kampanye 22
BAB III PENUTUP 24
1. Kesimpulan

24

2. Daftar pustaka 25

2


BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Di Negara demokrasi seperti Indonesia, untuk menentukan seorang
pemimpin daerah atau negara maka harus dilaksanakan pemilihan umum
(pemilu) atau pemilihan kepala daerah (pilkada). Hal tersebut bertujuan
agar pemilihan berjalan secara demokratis dengan suasana keterbukaan
dengan kebebasan berpendapat juga kebebasan berserikat, dianggap
mencerminkan dengan akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat. Salah
satu poin penting dalam pemilihan umum adalah kampanye, sebelum
pemilihan

berlangsung

calon

pasangan

terlebih


dahulu

harus

mengkampanyekan dirinya kepada publik dimana pasangan tersebut akan
memimpin.
Kampanye adalah aktivitas komunikasi yang ditujukan untuk
memengaruhi orang lain agar ia memiliki wawasan, sikap dan perilaku
sesuai kehendak atau keinginan penyebar atau pemberi informasi. Perlu
adanya efisiensi kampanye dalam pemilu agar proses kampanye tidak
disalah artikan sebagai pawai motor, pertunjukan, hiburan oleh para artis,
pidato berapi-api dari para juru kampanye (jurkam) penuh propaganda,
agitasi, caci maki, dan ledek-ledekan sinis yang menyinggung kontestan
lain.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dan tujuan kampanye dalam pemilu ?
2. Apa yang dimaksud dengan Efisiensi Kampanye dalam pemilu ?
3. Bagaimana proses efisiensi kampanye dalam pemilu ?
3. MAKSUD DAN TUJUAN
Dibuatnya makalah ini selain untuk memenuhi tugas kuliah yang

diberikan. tujuannya adalah sebagai media pengetahuan terhadap
mahasiswa agar mengetahui dan paham mengenai pentingnya kampanye
dalam pemilu.

BAB II

3

PEMBAHASAN
A. DEFINISI KAMPANYE
Kampanye adalah aktivitas komunikasi yang ditujukan untuk
memengaruhi orang lain agar ia memiliki wawasan, sikap dan perilaku
sesuai dengan kehendak atau keinginan penyebar informasi dalam konteks
komunikasi politik, kampanye dimaksudkan untuk memobilisasi dukungan
terhadap suatu hal atau seorang kandidat. “political campaigns are aimed
at the mobilization of support for one’s cause or candidate” (Steven
Chaffee dalam Rice, 1981), sedangkan menurut Imawan (1999) kampanye
adalah upaya persuasif untuk mengajak orang lain yang belum sepaham
atau belum yakin pada ide-ide yang kita tawarkan, agar mereka bersedia
bergabung dan mendukungnya. Oleh sebab itu, ide-ide yang kita lontarkan

haruslah yang terbaik yang bisa dirumuskan, serta dapat disampaikan
sesuai dengan alam pikiran orang lain yang kita harapkan dukungannya.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka suatu kesalahan jika kampanye
dilakukan dengan cara-cara yang tidak simpatik, karena sasaran kampanye
adalah merebut hati orang lain agar ia bersedia menerima dan mendukung
partai atau calon yang ditawarkan.1
Adapun Roger dan Storey mendefinisikan kampanye sebagai
“serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan
menciptalan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukam
secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”. Kampanye komunikasi
adalah tindakan komunikasi yang terorganisir yang diarahkan pada
khalayak tertentu, pada periode waktu tertentu guna mencapai tujuan
tertentu. Kampanye pemilu dilaksanakan oleh pelaksana kampanye dan
didukung oleh petugas kampanye serta diikuti oleh peserta kampanye.2
1 Cangara, hafied. 2016. komunikasi politik: konsep, teori dan strategi, edisi revisi. Depok: Raja
Grafindo Persada. h.239

2 Heryanto, Gun Gun – Shulhan Rumaru. 2013. Komunikasi politik; sebuah pengantar, Bogor:
Ghalia Indonesia. h.21


4

Sebuah kampanye menurut kotler dan roberto (1989) “campaign is
an organized effort conducted by one group (the change agent) which
intends to persuade others (the target adapters), to accept, modify, or
abandon certain ideas, attitudes, practices and behavior.” “kampanye
ialah sebuah upaya yang diorganisasi oleh satu kelompok (agen
perubahan) yang ditujukan untuk memersuasi target sasaran agar bisa
menerima, memodifikasi atau membuang ide, sikap dan perilaku tertentu.
Kampanye politik adalah sebuah peristiwa yang bisa didramatisasi. Oleh
karena itu, Richard A. Joslyn dalam swanson (1990) melukiskan
kampanye politik tidak ada bedanya dengan sebuah adegan drama yanng
dipentaskan oleh para aktor-aktor politik. 3
Banyak pihak yang memersepsikan bahwa tahap kampanye adalah
salah satu tahap yang rawan konflik. Konflik yang memungkinkan terjadi,
tidak hanya adu otak, tapi bisa saja adu otot. Tim kampanye tidak hanya
dituntut adu cantik visi, misi, dan program kerja pasangan calonnya, tetapi
juga harus menunjukan kebesaran

massa pendukungnya. Secara


psikologis, makin besar pula pengaruh para calon terhadap rakyat pemilih.
Oleh karena itu, kegiatan kampanye jarang sekali terhenti hanya pada
realitas pemaparan dan dialog di antara pasangan calon atau juru
kampanye atau rakyat. 4
B. TUJUAN KAMPANYE
1. Kegiatan kampanye biasanya diarahka untuk menciptakan perubahan
pada tataran pengetahuan kognitif.
2. Pada tahap berikutnya diarahkan pada perubahan sikap.
3. Pada tahap terakhir, kegiatan kampanye ditujukan untuk mengubah
perilaku khalayak secara konkret dan terukur.
C. KARAKTERISTIK KAMPANYE
3

Cangara, hafied. 2016. komunikasi politik: konsep, teori dan strategi, edisi revisi. Depok: Raja
Grafindo Persada. h.239

4 Hikmat, Mahi M. 2010. Komunikasi politik: teori dan praktik, Bandung: Remaja Rosdakarya.
h. 218


5

Kampanye terbuka dimaknai beragam, tergantung siapa user didalamnya.
Parpol besar dan mapan memanfaatkan kampanye terbuka sebagai arena
‘unjuk diri’ di hadapan publik ketika dihadiri ribuan massa, tanpa perlu
memperhatikan arti penting pendidikan politik didalamnya, sedangkan
peserta kampanye terbuka memanfaatkannya sebagai ruang kebebasan
untuk dijadikan arena kompensasi atas kepenatan hidup, depresi sosial,
bahkan pelarian dari berbagai himpitan hidup selama ini.
D. JENIS DAN METODE KAMPANYE
Charles U Larson (1992) membagi tiga jenis kampanye, yaitu seperti
berikut :
1. Product-oriented campaigns, kampanye yang berorientasi pada produk,
lingkungan bisnis. Motivasinya adalah memperoleh keuntungan
finansial.
2. Candidat-oriented campaigns, berorientasi pada kandidat, umumnya
dimotivasi oleh hasrat untuk memperoleh kekuasaan politik.
3. Ideologically campaigns, berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat
khusus dan sering kali berdimensi perubahan sosial.
Metode kampanye yang dilakukan oleh peserta pemilu adalah dalam bentuk
berikut:
 Pertemuan terbatas
 Tatap muka
 Penyiaran melalui media cetak dan media elektronik
 Penyebaran bahan kampanye kepada umum
 Pemasangan alat peraga ditempat umum
 Rapat umum

6

 Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan5
Beberapa jenis Kampanye
1. Kampanye massa
Telah dikatakan bahwa persuasi massa adalah salah satu dari sekian banyaknya
komunikasi. Imbauan kepada massa dilakukan baik melalui hubungan tatap muka
ataupun melalui jenis media berperantara, yaitu media elekronik, media cetak,
atau poster.
2. Kampanye tatap muka
Rapat umum politik memberikan peluang utama kepada kandidat untuk
melakukan komunikasi tatap muka di depan khalayak massa. Namun, sebagian
besar orang yang datang untuk melihat dan meddengarkan seorang kandidat
dalam rapat umum massa sudah memiliki kecendrungan kepadanya. Barangkali
kampanye kepresidenan kekecualian. Di sini tokoh utama masyarakat, apakah dia
seorang Demokrat atau Republikan, memikat partisipan dari kedua belah pihak.
Akan tetapi, meskipun orang banyak itu merupakan persuasi campuran, tujuan
kandidat bukan membelokan oposisi, melainkan memperkuat golongan yang setia,
memublikasikan gaya pribadi, memanfaatkan beberapa menit acara malam
jaringan kabel dan acara berita televisi, dan membantu pengumpulan dana. 6
3. Kampanye interpersonal
Kampanye pada tingkat interpersonal melibatkan baik komunikasi tatap muka
terdiri atas tiga jenis :
1.

Pertama ialah penampilan pribadi yang dilakukan oleh kandidat atau
istrinya, kerabat dekat, dan jurubicara utama dalam setting yang relatif
informal.

5 Heryanto, Gun Gun – Shulhan Rumaru. 2013. Komunikasi politik; sebuah pengantar, Bogor:
Ghalia Indonesia. h.22-25

6 Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi politik: komunikator, pesan, media. Bandung: Remaja
Rosdakarya. h. 195-205

7

2. Kedua, ada kampanye melalui kebaikan kantor pemuka pendapat. Para
kandidat membina itikad baik tokoh-tokoh lokal, negara bagian, dan yang
mempunyai nama nasional. Dukungan aktif dari para pemuka agama,
penjual bahan makanan, penjual barang logam, dokter, dan guru yang
mempunyai reputasi bisa lebih berharga daripada iklan yang dibayar jika
kandidat hanya dapat menggunakan anggaran yang terbatas.
3. Ketiga, ada orang – orang yang dengan sukarela melakukan kunjungan
selama kampanye; mereka mengunjungi setiap rumah di setiap seksi untuk
4.

kepentingan kandidat.
Kampanye organisasi
Dalam kampanye untuk pejabat tinggi negara bagian federal, berbagai
organisasi turut serta. Salah satu diantaranya ialah organisasi kandidat yang
diuraikan pada awal bagian tulisan ini. Yang kedua terdiri atas banyak dan
beraneka ragam organisasi kepentingan khusus yang menduduki posisi, membantu
sumber dana dan sumber daya lain, mengerahkan anggota, dan memberikan
tekanan kepada calon pejabat; serikat buruh, asosiasi perusahaan, kelompok
agrikultur, organisasi hak sipil, lobby konsumen, pecinta lingkungan, dan lainlain. Organisasi kepentingan khusus ini merupakan mata rantai yang vital di
antara kandidat dan anggota kelompok. 7
5. Kampanye hitam
Kampanye hitam adalah kampanye yang dilakukan oleh suatu pihak untuk
menyerang lawannya dengan meniup isu bohong, informasi yang sengaja
diedarkan lebih banyak bohongnya daripada benarnya. Kampanye hitam menurut
hukum kekekalan momentum “Black campaign adalah suatu model atau perilaku
atau cara berkampanye yang dilakukan dengan menghina, memfitnah, mengadu
domba, menghasut atau menyebarkan berita bohong yang dilakukan oleh seorang
calon terhadap lawan atau calon lainnya”. 8

7 Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi politik: komunikator, pesan, media. Bandung: Remaja
Rosdakarya. h. 206

8 Cangara, hafied. 2016. komunikasi politik: konsep, teori dan strategi, edisi revisi. Depok: Raja
Grafindo Persada. h.318-319

8

6. Kampanye negatif
Kampanye negatif adalah kampanye yang dilakukan suatu pihak untuk
menyerang lawannya dengan mengemukakan aspek negatif, hal-hal yang
merugikan citra lawan, tapi mendukung kebenaran fakta.9
STUDI KASUS

Kampanye hitam rugikan masyarakat
Geliat persaingan kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden yakni
Prabowo – Hatta dan Joko Widodo (Jokowi) – Jusuf Kalla (JK), semakin
memanas. Panasnya persaingan terlihat dengan maraknya kampanye hitam yang
menyerang kedua pasangan calon. Kampanye hitam yang beredar di masyarakat,
dilakukan untuk saling melemahkan pasangan calon.  Beberapa contoh serangan
kampanye hitam terhadap pasangan Jokowi-JK, pertama iklan yang berjudul ‘rest
in peace’ Jokowi. Di iklan itu disebutkan Jokowi telah meninggal dunia pada
tanggal 4 Mei 2014 pukul 15.30 WIB. Sang pembuat iklan juga menuliskan nama
Ir. Hambertus Joko Widodo dan Oey Hong Liong.
Kedua, beredarnya surat palsu atas nama Joko Widodo sebagai Gubernur
DKI Jakarta untuk Jaksa Agung. Dalam surat tertanggal 14 Mei 2014 itu tertulis
bahwa Kejaksaan Agung dimohon melakukan penangguhan proses penyidikan
kasus transjakarta sampai selesainya pemilu presiden untuk menjaga stabilitas
politik nasional.
Kemudian, di sisi kubu Capres Prabowo – Hatta tidak luput dari serangan isu
yang bernada kampanye hitam. Isu-isu tersebut yakni, pertama adanya isu yang
menyebutkan Prabowo Subianto memiliki gangguan kejiwaan atau psikopat.
Kedua, Prabowo meminta kewarganegaraan Yordania pada 1999.
Di masa kontestasi politik seperti Pilpres ini, kampanye yang bertujuan
menurunkan citra lawan memang sering terjadi. Salah satunya dilakukan dengan
kampanye hitam. Kampanye hitam sendiri adalah informasi yang didasarkan
bukan pada data dan fakta serta sudah menjurus pada fitnah dan berita bohong
(Lingkaran Survei Indonesia, 2008).
9 Cangara, hafied. 2016. komunikasi politik: konsep, teori dan strategi, edisi revisi. Depok: Raja
Grafindo Persada. h.319

9

Kampanye hitam dalam arena Pemilu, dilakukan dalam tiga cara yaitu pertama,
dengan pola public relations, yaitu dengan serangkaian teknik dan metode public
relations melalui daya dukung industri media massa baik cetak maupun
elektronik. Kedua, kontak personal, yaitu melalui sejumlah kontak personal. Hal
ini misalnya dapat dilakukan dengan berbagai pertemuan langsung dengan
pemilih. Ketiga, iklan (advertisements), yaitu dengan menggunakan sejumlah
iklan politik di media massa cetak dan elektronik maupun iklan media ruang
(Gunter Schweiger dan Michaela Adami, 1999).
Padahal di dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan
Presiden dan wakil Presiden, kampanye yang bermuatan kampanye hitam telah
dilarang. Di dalam pasal 41 ayat 1 (c) disebutkan kampanye tidak boleh
dilakukan dengan cara menghina seseorang, ras, suku, agama, golongan calon
dan/atau pasangan calon yang lain. Kemudian di ayat 1 (d) dilarang untuk
menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat.
Menyikapi maraknya saling serang kampanye hitam, menurut penulis hal ini
bukan hanya merugikan kedua pasangan calon, tapi juga sesungguhnya
merugikan masyarakat. Seperti yang telah kita ketahui bersama, kampanye
merupakan kegiatan penting yang dilakukan dalam ajang konstetasi politik.
Mengutip Pfau dan Parrot (dalam Gun Gun Heryanto, 2013) tujuan kampanye
adalah mempengaruhi khalayak sasaran yang ditetapkan. Selain untuk
mempengaruhi masyarakat untuk memilih pasangan calon, kampanye juga
merupakan salah satu sarana dalam pendidikan politik masyarakat.
Oleh karena itu menurut penulis, pertama, sangat penting untuk disadari
oleh kedua tim pasangan calon ini untuk menciptakan kampanye yang mendidik.
Kampanye yang mendidik seharusnya menekankan pada diskusi gagasan dari
kedua pasang calon di arena publik.Perdebatan gagasan di ranah publik bertujuan
untuk menghasilkan kesadaran masyarakat dalam berdemokrasi. Oleh karena itu
sudah seharusnya jika kampanye harus dilakukan sebagai upaya pendidikan
politik masyarakat guna membentuk tatanan masyarakat yang lebih demokratis.
Kedua, Bawaslu bekerjasama dengan Polri harus bersikap tegas untuk
dapat menjatuhkan sangsi kepada tim sukses maupun tim relawan pendukung
yang melakukan kampanye hitam. Bawaslu juga diharapkan mempublikasikan tim

10

sukses/ relawan pendukung manakah yang paling sering melakukan aksi
kampanye hitam, agar publik dapat menilai dan menjadi pembelajaran publik.10
Selain kampanye hitam ada pula bentuk pelanggaran dalam kampanye
antara lain adalah serangan fajar.
 Serangan Fajar dan Opini publik
Empat belas hari masa kampanye dan tiga hari masa tenang dalam pilkada
merupakan waktu sempit yang sangat menentukan. Sosialisasi yang dilakukan
berbulan-bulan lalu, bahkan bertahun-tahun bagi calon incumbent, akan sia-sia
saja jika tidak waspada menghitung hari pada masa tersebut.
Dulu, masa yang paling rawan dan paling potensial untuk meraih simpati
pemilih adalah satu-dua hari menjelang pemilihan (masa tenang). Pada masa ini
metode serangan fajar sangat efektif dilakukan oleh. Sehingga pada masa inilah
panwaslu mengawasi segala tindak tanduk pasangan calon, tim kampanye, dan
parpol pengusung. Dalam konteks kondisi pemilih yang makin cerdas, terlebih
bagi daerah pemilihan yang berada di perkotaan yang notabene warga nya
memiliki pendidikan yang cukup, serangan fajar dalam bentuk money politics
kurang efektif. Sebagian masyarakat perkotaan akan memilih pertimbangan logis.
Mereka akan mempertimbangkan relevansi antara jumlah uang yang diberikan
pasangan calon dan kosekuensi pemimpin daerah ke depan. Kendati ada saja
warga yang mau menerima uang dari pasangan calon,, hal itu tidak dapat
dijadikan jaminan bahwa mereka akan menyerahkan hak pilihannya.
Apalagi dengan kondisi wilayah pemilihan yang sempit dan terjangkau,
serangan fajar dalam bentuk money politics sangat memungkinkan tercium oleh
panwaslu atau tim kampanye pasangan calon lainnya. Tindakan bagi-bagi uang,
sembako, atau bagi-bagi materi lainnya akan menjadi boomerang besar bagi
pasangan calon yang melakukannya. Apalagi pelanggaran money politics adalah
satu tindak pelanggaran berat dan memungkinkan mendapatkan sanksi berupa
10http://www.theindonesianinstitute.com/kampanye-hitam-jelang-pilpres-2014-rugikanmasyarakat/

11

pembatalan pasangan calon. Selain malu, konsekuensi berat yang akan ditanggung
oleh pelanggar, akan mendapatkan sanksi sosial, bahkan sanksi politik, bahkan
sanksi politik yang diduga berupa besar kerugiannya. Mungkin tidak dapat
digantikan dengan kerugiannya. Mungkin tidak dapat digantikan dengan kerugian
materi berapa pun karena sanksi ini berkaitan dengan turunnya tingkat
kepercayaan masyarakat, khususnya kepada pasangan calon. Jika seseorang atau
kelompok pendukung atau tim kampanye, bahkan pasangan calon sering
melakukan pelanggaran, hal itu merupakan preseden buruk bagi peraihan suara
mereka ke depan. Seringnya mereka melanggar dapat menjadi fenomena berat
yang diindikasikan dapat menjadi identias dirinya sebgai tindakan indisipliner
yang sangat memungkinkan dilakukan jika pasangan calon tersebut terpilih.
Realitas itu bukan hal yang tidak mungkin akan mengkristal menjadi opini publik.
Apalagi pada era ini, opini publik sedang menjadi “rajanya” di republik ini. 11

E. MODEL-MODEL KAMPANYE
Umumnya

model-model

kampanye

memusatkan

perhatian

pada

penggambaran tahapan proses kegiatan kampanye.12
Dalam praktik, tidak sedikit kegiatan kampanye yang dilakukan
menemui kegagalan, tetapi banyak juga yang berhasil karena dirancang
dengan baik sesuai oleh seorang ahli yang berperan sebagai spin doctor.
1.
Spin doctor
Sebelum istilah spin doktor dikenal dalam dunia kampanye politik,
orang lebih banyak mengenal aktivitas konsultan public relation yang
bertugas membangun image (citra) politik bagi seorang politikus, di lain
pihak dimaksudkan memberikan kesan yang negatif pada saingannya
(louw dalam Handayani, 2005). Peranan spin doctor tidak hanya berdiri
antara partai politik dengan media, tetapi memiliki peran yang sangat
penting dan menentukan dalam kancah pertarungan kekuasaan politik. Ia
11 Hikmat, Mahi M. 2010. Komunikasi politik: teori dan praktik, Bandung: Remaja
Rosdakarya. h. 222

12 Heryanto, Gun Gun – Shulhan Rumaru. 2013. Komunikasi politik; sebuah pengantar, Bogor:
Ghalia Indonesia. h.49

12

dibutuhkan oleh para politisi, sebab semakin intent usaha untuk meraih
tampuk pimpinan, mereka semakin membutuhkan peran spin doctor
sebagai stage manager yang mampu mengatur jalannya kampanye,
memberi isi dalam naskah pidato, membuat agneda, dan daftar pernyataan
politik yang akan diucapkan oleh kandidat. Bahkan lebih banyak tampil
sebagai juru bicara yang mengemas informasi dengan baik, sehingga
menimbulkan citra positif, bahkan kadang ia harus tampil atas nama
pimpinan partai atau presiden yang mengcounter informasi negatif dengan
cepat dan tepat. Tugas dan peran spin doctor adalah merencanakan dan
mengelola kampanye.
2.

Langkah-langkah Kampanye
Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menciptakan kampanye

politik yang efektif adalah memilih orang yang bisa menguasai dan
memahami perencanaan dan penggunaan media komunikasi. Jadi
perencanaan komunikasi adalah suatu teknik dalam memproses berbagai
alternatif yang tersedia untuk mencapai tujuan komunikasi. Ia melibatkan
pengambilan keputusan pengendalian dan penetapan alokasi sumbersumber daya komunikasi secara logis. Jadi sebuah kampanye politik harus
direncanakan lebih awal jika ingin mencapai sasaran dengan tepat.
Dalam studi perencanaan komunikasi dikenal sebagai beberapa
langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan sebuah kampanye. Assifi
dan French (1982) menyusun delapan langkah yang dapat dilakukan dalam
perencanaan komunikasi untuk kampanye, yakni: (1) menganalisis
masalah, (2) menganalisis khalayak, (3) merumuskan tujuan (objective),
(4) memilih media, (5) (mengembangkan pesan), (6) merencanakan
produksi media (7) merencanakan manajemen program, (8) monitoring
dan evaluasi. Akan tetapi, Nimmo dan Thomas Ungs (1973) melihat
bahwa sebuah perencanaan kampanye politik, sedapat mungkin harus
melalui tiga fase, yakni: (1) fase pengoraganisasian (organizing phase), (2)
fase pengujian (testing phase), (3) fase kritis (critical phase).
Dalam kasus pemilu presiden AS 1960 antara Nixon dan Kennedy,
masyarakat kulit hitam yang mendiami Amerika bagian Selatan belum
menentukan sikap, karena pemimpinnya Martin Luther King Jr. Dikenakan

13

hukuman 4 bulan kerja rodi dalam penjara di Atlanta. Penasihat kampanye
menyarankan kepada Kenedy untuk menghubungi King jr via telepon
untuk menyatakan rasa simpati dan siap membantu jika perlu. Ketika
Media menyiarkan percakapan tersebut sebagai peristiwa yang sangat
dramatis. Langsung ayah tokoh pemimpin kulit hitam Martin Luther King
Jr mencabut dukungannya pada Nixon dan menganjurkan kepada semua
warga Amerika kulit hitam untuk memberi dukungan pada Kenedy.
Hasilnya sangat menakjubkan, penduduk kulit hitam di lllionis, Michigan
dan South Caroline berbondong-bondong mendatangi tempat pemungutan
suara untuk memilih John F. Kenedy. Dan ketika kenedy terpilih sebagai
presiden AS ke-35 ia menepati janjinya dengan membebaskan Marthin
Luther King dari hukuman penjara.
3.

Juru kampanye
Dalam berbagai kajian komunikasi, komunikator menjadi sumber dan
kendali semua aktivitas komunikasi. Karena itu jika suatu proses
kampanye tidak berhasil dengan baik, maka kesalah utama bersumber
dari komunikator (juru kampanye), karena komunikatorlah yang tidak
memahami penyusunan pesan, memilih media yang tepat, dan
mendekati khalayak yang menjadi target sasaran. Sebagai pelaku
utama dalam aktivitas komunikasi, komunikator memegang peranan
yang penting. Untuk itu seorang komunikator yang akan bertindak
sebagai juru kampanye harus terampil berkomunikasi, kaya ide, serta
penuh daya kreativitas. Ada tiga syarat yang harus dipenuhi seorang
juru kampanye, yakni: (1) tingkat keprcayaan orang lain kepada
dirinya (kredibilitas); (2) daya tarik (attrative); (3) Kekuatan (power).

4. Menetapkan Target Sasaran dan Analisis Kebutuhan
Dalam dunia bisnis masyarakat biasanya diistilahkan
dengan sebutan pasar, dalam studi komunikasi disebut khalayak
(audience), sementara dalam dunia politik disebut publik.
memahami masyarakat, terutama yang akan menjadi target sasaran
dalam kampanye adalah hal yang sangat penting, sebab semua

14

aktivitas komunikasi kampanye diarahkan kepada mereka.
Merekalah yang menentukan berhasil tidaknya kampanye, sebab
bagaimana besarnya biaya, waktu dan tenaga yang dikeluarkan
untuk memengaruhi mereka, namun jika mereka tidak mau
memberi suara kepada partai atau calon yang diperkenalkan kepada
mereka, maka kampanye akan sia-sia. Masyarakat sebagai mahluk
politik, sangat peka dengan hal-hal yang bersifat persuasi,
propaganda, agitasi, dan perang urat syaraf. Kebutuhan untuk
hidup bersama dan bergabung dengan kelompok lain menjadi
kebutuhan menjadi kebutuhan mutlak dalam bermasyarakat,
termasuk menjadi anggota partai yang sesuai cita-cita dan
aspirasinya, minimal menjadi simpatisan. karena itu partai harus
menjual gagasan-gagasan yang bisa menyentuh nurani dan
kebutuhan masyarakat terpilih.
Mengenai sifat, karakteristik dan keinginan masyarakat
yang menjadi target sasaran kampanye, dapat dilihat dari tiga
aspek, yakni; (1) aspek sesiodemografik; (2) aspek profil
psikologis; dan (3) aspek karakteristik perilaku masyarakat. Untuk
mengetahui target sasaran maka diperlukan adanya riset atau
penelitian tentang hal itu. Untuk membuat peta tentang target
sasran (khalayak), kloter mengajukan enam hal yang perlu
dipetakan, yakni: (1) demografi; (2) kondisi ekonomi; (3) kondisi
fisik misalnya lokasi, perumahan dan jalan raya; (4) tekhnologi
yang tersedia, misalnya jaringan telekomunikasi, mobilitas
transportasi; (5) partai politik yang dianut masyarakat; dan (6)
kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Untuk melaksanakan
riset, biasanya diserahkan kepada lembaga-lembaga riset yang ada.
5. Menyusun Pesan-pesan kampanye
Untuk mengelola dan menyusun pesan yang mengena dan
efektif perlu memerhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Harus menguasai lebih dahulu pesan yang disampaikan,
termasuk struktuur penyusunannya yang sistematis;

15

b. Mampu mengemukakan argumentasi secara logis. Untuk itu
harus mempunyai alasan berupa fakta dan pendapat yang bisa
mendukung materi yang disajikan;
c. Memiliki kemampuan untuk membuat intonasi bahasa (vocal),
serta gerakan-gerakan tubuh yang dapat menarik perhatian
pendengar;
d. Memiliki kemajuan membumbui pesan berupa humor atau
menarik perhatian dan mengurangi rasa bosan pendengar.
6. Tema dan Isi Kampanye
Penentuan tema kampanye merupakan suatu hal yang
sangat penting. Tema ibaratnya sebuah produk yang mau
dipasarkan, sehingga ia harus dikemas dengan baik. Tema menjadi
penting karena dalam setiap pemilu partai selalu mengetengahkan
tiga hal yakni program, citra dan kepribadian calon yang relevan
dengan tema. Tema tidak boleh ditentukan begitu saja, melainkan
harus menjadi kesepakatan para pimpinan teras partai dan calon
yang akan diusung. Sebuah tema yang baik harus memiliki syarat,
antara lain:
1. Pendek, padat dan mudah diingat;
2. Segar dan aktual;
3. Menjadi slogan yang popular;
4. Mencerminkan atau mewarnai program yang akan
dilaksanakan;
5. Menarik perhatian khalayak menjadi motivasi para
pengurus dan anggota partai;
6. Menjadi fokus perjuangan partai.
Tema harus dikemas dengan baik agar bisa menarik perhatian, sekaligus menjadi
icon partai. Hal terpenting karena banyak isu yang diangkat secara nasional, tetapi
tidak dikemas dengan baik, sehingga tidak mendapat perhatian dari masyarakat.
7.

lklan politik
Sejarah iklan politik diawali di AS sejalan dengan keberhasilan para

kapitalis dalam abad ke-20 dalam hal teknik-teknik pencarian dana dengan
16

menjadikan politik sebagai sumber keuangan. Penggunaan media untuk menjual
para politisi bukan fenomena baru. Jauh sebelum era media elektronik, mediamedia seperti elektronik, media-media seperti pamplets, poster, surat kabar, dan
pertunjukan-pertunjukan publik misalnya parade dan pawai digunakan sebagai
iklan politik. Menurut Robert Denton dalam McNair (2003), televisi memiliki
peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan iklan politik. Oleh karena itu,
televisi merupakan media yang paling banyak meraup keuntungan dari kampanye
politik dan membesarkannya bisnis penyiaran, sebagaimana dinyatakan oleh
Nimmo dan Felsberg bahwa “paid political advertising via television now
constitutes the mainstream of modern electoral politics.”
8.

Penyebarluasan Media Komunikasi
Penyebarluasan Media sangat menentukan keberhasilan suatu kampanye,

sebab jika tidak selain akan membuang waktu dan tenaga, juga bisa menjadi
pemborosan dari segi uang. Penyebaran media pada prinsipnya berbeda satu sama
lain, tergantung dari sifat, karakteristik dan jangkauan media itu sendiri. Misalnya
penyelenggaraan media cetak tidak sama dengan media luar ruang (outdoor
media) dan media format kecil.
Untuk efektifnya penyebaran media, terutama untuk media cetak perlu
diperhatikannya bahwa memasang iklan dengan surat kabar yang bertugas
500.000 eksemplar jauh lebih murah dari pada beriklan pada surat kabar yang
bertiras 25.000 eksemplar.

9. Pengaruh
Semua peristiwa komunikasi

yang

dilakukan, termasuk kampanye politik

mempunyai tujuan, yakni memengaruhi target sasaran. Pengaruh batas efek ialah
perbedaan antara apa yang dipikirkan. dirasakan, dan dilakukan penerima sebelum
dan sesudah memerima pesan (stuart dan jamias dalam Cangara, 2007) pengaruh
sebagai salah satu elemen dalam proses komunikasi, memiliki peranan yang

17

sangat penting untuk mengetahui berhasil tidaknya tujuan kominikasi yang kita
inginkan.
Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge) , sikap
( attitude) dan perilaku (bihaviour). Pada tingakat pengetahuan pengaruh bias
terjadi dalam bentuk peribahan Presepsi dan perubahan pendapat (opinion).
Dari konteks komunikasi politik, keberhasilan sebuah kampanye politik sekurangkurangnya ditentukan oleh 4 faktor yakni, :
1. Partai politik
Peranan partai sangat besar pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan
seseorang dalam menentukan pilihannya
2. Media masa
Menjelang pemilu masyarakat dibom bardir infornasi politik melalui berbagai
macam media promosi, mulai tv. radio, suratkabar, tabloid, majalah, bulletin,
kalender, stiker, payung, tas, kaos oblong, buju, bendera, baliho, spanduk, dan
sebagainya
3. Kapabilitias individu
Mendapatkan kader partai yang memiliki kapabilitas untuk dijadikan sebagai
tokoh tidak mudah, sebab kapabilitas adalah kemampuan seseorang untuk mampu
menarik simpati orang lain dan menaruh kepercayaan sehingga ia memilihnya.

A. Pengetahuan
Dalam kampanye politik, menampilkan orang yang berpendidikan memiliki
pengaruh tersendiri disbanding dengan orang yang kurang bependidikan.
B. Keterampilan komunikasi (communication skills)

18

Banyak orang lahir ditakdirkan dengan berbagai kecakapan. Diantaranya
kecakapan, dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun secara tertulis
biasanya

orang

yang

memiliki

keterampilan

menulis

kurang

mampu

mengutarakan pikiran-pikirannya secara lisan sebaliknya orang yang memiliki
keterampilan berkomunikasi secara lisan dengan baik kurang bias mengemukakan
pikiran-pikirannya secara tertulis.
Bagi politisi memiliki keterampilan secara lisan merupakan persyaratan utama
untuk mampu menarik simpati pendengarnya misalnya ketika ia berkampanye.
C. Kepribadian Dan Hubungan Kemanusiaan (Personality Dan Human
Relation)
Kemampuan untuk memengaruhi seseorang bukan hanya karena pengetahuan, dan
keterampilan berkomunikasi, tetapi juga kemampuan untuk tahu diri (memahami
diri sendiri), kemampuan membawakan diri dan kemampuan menempatkan diri.
Dalam konteks hubungan kemanusiaan, seorang politisi perlu menjalin hubungan
silaturahmi deñgan banyak orang, dan menghindari konflik-konflik psikologis
dengan para konstituennya, apalagi dalam bentuk konflik fisik.
D. Kepemimpinan (leadership)
Kepemimpinan atau leadership memiliki daya yang kuat dalam
menggerakan orang lain sehingga orang lain dapat patuh dan ikut atas kehendak si
pemimpin. Dari konteks komunikasi politik, orang dipilih menjadi pemimpin
karena ia memiliki pengaruh yang luas.

E. Kebijakan dan program
Pengaruh juga ditentukan oleh isi kampanye dalam praktik kampanye
politik, isi kampanye biasanya dikaitkan dengan plat form partai jika platform

19

atau program kerja itu mulai memiliki perspektif atau program kerja itu dinilai
memiliki perspektif yang baik sudah tentu akan memengaruhi pemilih.
Selain factor kebijakan program memiliki pengaruh terhadap pengambilan
keputusan seseorang dalam menentukan calon, juga beberapa faktor lain yang
perlu mendapat perhatian, sebagai berikut:
A. Faktor psikologis
Faktor ini terkait dengan masalah internal dalam diri individu maupun dari
factor luar yang disebabkan oleh pengaruh massa.
F. PERSONAL KAMPANYE
Untuk melaksanakan kampanye diperlukan personil yang handal dan
memahami tugas-tugas kampanye.

Dalam sebuah tim kampanye diperlukan

personil sebagai berikut.
1. Manajemen kampanye
2. Tim konsultan
3. Tim analisis hasil survey dan penetapan tema
4. Tim penyusun agenda (harian mingguan kegiatan kandidat)
5. Penulis pidato,biografi singkat, dan artikel
6. Hubungan media






Undangan untuk meliputi kegiatan partai
Konfersi pers
Wawancara dengan kandidat dan pemimpin partai
Program siaran untuk televisi dan radio
Fotografer, cameramen, dan prsenter

7. Urusan produksi dan distribusi media
a. Penulisan iklan dan media kampanye, Televisi dan radio, Surat
kabar dan tabloid, Media luar ruang, Media format kecil, Media
internet.
20

b. urusan produsen house
c. urusan biro reklame
d. urusan percetakan
8. Penggalangan massa
Tokoh-tokoh masyarakat ( adat, agama, cendikiawan, pemuda wirausaha, dan
perempuan)



Urusan artis
Urusan juru kampanye

9. Hubungan dengan pemerintah dan bisnis
10. Tim hubungan internal organisasi
11. urusan data dan dokumentasi
12. urusan keuangan
13. urusan transportasi dan perbekalan
14. tim pengamanan
15. tim pengamat dan evaluasi13
G. Evaluasi kampanye
Untuk mengetahui sukses tidaknya kampanye yang diselenggarakan maka
dianggap perlu melakukan evaluasi.14 Efektifitas sebuah kampanye hanya bisa
diketahui dengan evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan dua cara, yakni
evaluasi program dan evaluasi manajemen.
Evaluasi manajemen biasa disebut evaluasi summatif (summative evaluation).
Evaluasi ini memiliki fokus untuk melihat:
13 Cangara, hafied. 2016. komunikasi politik: konsep, teori dan strategi, edisi revisi. Depok:
Raja Grafindo Persada. h.242-390

14 Heryanto, Gun Gun – Shulhan Rumaru. 2013. Komunikasi politik; sebuah pengantar, Bogor:
Ghalia Indonesia. h.59

21

 Sejauhmana tujuan akhir yang ingin dicapai (goal) dari suatu kegiatan,
apakah terpenuhi atau tidak.
 Untuk melakukan modifikasi tujuan program dan strategi15
Evaluasi manajemen biasa disebut evaluasi formatif, evaluasi ini memiliki fokus
terhadap pencapaian operasional kegiatan, proses, efek, serta dampak.
 Formati, mengukur kekuatan dan kelemahan bahan serta strategi
kampanye sebelum dan atau selama pelaksanaan kampanye
 Proses, mengukur efek dan hasil lagsung, dan meneliti pelaksanaan
kampanye dan sejauh mana keberhasilan kegiatan yang dilakukan
 Efek, mengukur efek ada perubahan yang timbul dari kampanye, dan
menilai hasil pada populasi sasaran atau komunitas yang terjadi sebagai
akibat strategi dan kegiatan kampanye.
 Dampak, mengukur perubahan pada tingkat komunitas atau hasil jangka
lama yag tercapai pada perilaku individu dan pada ketahanan perilaku
tersebut.16
H. Etika politik dan Kampanye
Etika diartikan sebagai ajaran tentang nilai-nilai moral menyangkut perilaku
manusia. Oleh sebab itu, etika dalam konteks studi filsafat digolongkan sebagai
kelompok filsafat praktis, yakni suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita
harus mengambil sikap yang bertanggung jawab dalam menghadapi berbagai
aspek kehidupan manusia.
Dalam membicarakan etika politik, Paul ricoeur dalam haryatmoko (kompas, 5
Maret 2003) memberi pengertian bahwa etika politik adalah upaya untuk
memperluas lingkup kebebasan dan menciptakan institusi-institusi yang lebih adil.
15 Cangara, hafied. 2016. komunikasi politik: konsep, teori dan strategi, edisi revisi. Depok:
Raja Grafindo Persada. h.388
16 Heryanto, Gun Gun – Shulhan Rumaru. 2013. Komunikasi politik; sebuah pengantar, Bogor:
Ghalia Indonesia. h.59

22

Pengertian ini mengandung tiga dimensi yang menentukan dinamika politik,
yakni: (1) tujuan politik (2) sarana, dan (3) aksi politik.
Tujuan etika politik ialah mengarah kan kepada kehidupan yang lebih baik,
bersama dan untuk orang lain dalam rangka memperluas lingkup kebebasan dan
membangun institusi-institusi yang adil. 17

17 Cangara, hafied. 2016. komunikasi politik: konsep, teori dan strategi, edisi revisi. Depok:
Raja Grafindo Persada. h.390

23

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Kampanye adalah proses penyampaian pesan visi dan misi dari
pasangan yang menjadi kandidat dalam pemilu ataupun pilkada, yang
tujuannya adalah untuk upaya pemenangan pasangan tersebut. Dalam proses
kampanye yang telah ditetapkan oleh bawaslu selaku pengatur kebijakan
pemilu, maka kandidat yang berkampanye haruslah mengikuti aturan yang
telah ditetapkan, mengingat banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan oleh kandidat pada saat kampanye ataupun masa tenang. Untuk
mengantisipasi hal tersebut maka perlu adanya kerjasama antara panwaslu
dengan partisipan pemilu, sehingga pelanggaran ataupun tindak kecurangan
yang dilakukan dapat diminimalisir.
Agar tercapainya Efisiensi kampanye dalam pemilu tentu harus ada
bannyak hal yang diperhatikan oleh kandidat, sehingga pada periode pemilu
selanjutnya berjalan sesuai dengan yang dikehendaki. Untuk mendapat
kemenngan dalam pemilu, perlu adanya evaluasi terhadap kampanye yang
dilakukan baik kampanye yang secara langsung maupun melalui media.
dengan evaluasi efektifitas kampanye akan lebih matang perencanaan dan
strateginya pada masa yang akan datang.

24

DAFTAR PUSTAKA
Cangara, hafied. 2016. komunikasi politik: konsep, teori dan strategi, edisi revisi.
Depok: Raja Grafindo Persada.
Heryanto, Gun Gun – Shulhan Rumaru. 2013. Komunikasi politik; sebuah
pengantar, Bogor: Ghalia Indonesia.
Hikmat, Mahi M. 2010. Komunikasi politik: teori dan praktik, Bandung: Remaja
Rosdakarya
Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi politik: komunikator, pesan, media. Bandung:
Remaja Rosdakarya
http://www.theindonesianinstitute.com/kampanye-hitam-jelang-pilpres-2014rugikan-masyarakat/

25