Hubungan Tipe Wajah Dan Ukuran Lebarlengkung Gigi Pada Mahasiswa Suku Tamil India-Malaysia FKG USU

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tipe Wajah

Pola ataupun tipe wajah merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan pilihan perawatan, hal ini disebabkan karena tipe wajah mempengaruhi sistem penjangkaran, prediksi pertumbuhan struktur maksilofasial dan tujuan perawatan ortodontik.17 Analisis tipe wajah dapat memperlihatkan hubungan variasi bagian-bagian wajah sehingga para klinisi menjadi lebih mudah untuk mengidentifikasi kemungkinan malrelasi yang akan terjadi.

Metode yang paling baik untuk mengevaluasi tipe wajah adalah dengan melakukan observasi selama beberapa kali. Dengan menggunakan metode ini, maka ortodontis dapat meningkatkan kemampuan dalam menilai karakteristik wajah dari setiap individu.

18

19

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan fotografi yang sudah terstandarisasi merupakan metode yang paling baik, karena hanya dengan metode tersebut memungkinkan untuk mengevaluasi pengukuran dan proporsi secara detail.

Martin dan Saller menentukan tipe wajah berdasarkan indeks morfologi wajah. Indeks tersebut merupakan hasil pengukuran pada tinggi wajah total (Na-Me) dibagi dengan lebar wajah (Zy-Zy). Dari perhitungan tersebut beliau mengklasifikasikan tipe


(2)

wajah ke dalam beberapa bentuk yaitu: hipereuryprosopic dengan indeks ≤ 78.9, euryprosopic dengan indeks 79.0-83, mesoprosopic dengan indeks 84.0-87.9, leptoprosopic dengan indeks 88.0-92.9 dan hyperleptoprosopic dengan indeks ≥ 93.0. Tipe wajah rata-rata yang dimiliki manusia adalah euryprosopic, mesoprosopic dan leptoprosopic.20

2.1.1 Tipe Wajah Leptoprosopic

Tipe wajah leptoprosopic memiliki ciri-ciri bentuk kepala panjang dan sempit, bentuk dan sudut bidang mandibula yang sempit, bentuk wajah seperti segitiga (tapered), tulang pipi tegak, rongga orbita berbentuk rektangular dan aperturanasal yang lebar (Gambar 1). Kebanyakan bentuk kepala ini dimiliki oleh ras Negroid dan Aborigin Australia.Tipe wajah leptoprosopic berada pada rentang indeks 88 - 92.9.20,21 Tipe wajah leptoprosopic memiliki tulang hidung cenderung tinggi dan hidung terlihat lebih protrusif. Karena sangat protrusif, kadang-kadang hidung menjadi bengkok bahkan turun. Oleh karena bagian hidung dari tipe wajah leptoprosopic lebih protrusif, glabela dan lingkaran tulang orbital bagian atas menjadi sangat menonjol sedangkan tulang pipi menjadi terlihat kurang menonjol.


(3)

Tipe wajah juga mempengaruhi bentuk lengkung gigi. Bentuk wajah yang sempit dan panjang akan menghasilkan lengkung maksila dan palatum yang panjang, sempit, dan dalam. Selain itu, mandibula dan bibir bawah cenderung menjadi retrusif sehingga profil wajah menjadi cembung.

2.1.2 Tipe Wajah Euryprosopic.

Tipe wajah euryprosopic memiliki tulang pipi yang lebih lebar, datar, dan kurang protrusif sehingga membuat konfigurasi tulang pipi terlihat jelas berbentuk persegi (Gambar 2). Bola mata juga lebih besar dan menonjol karena kavitas orbital yang dangkal. Karakter wajah seperti ini membuat tipe wajah euryprosopic terlihat lebih menonjol daripada leptoprosopic. Tipe wajah euryprosopic memiliki lengkung maksila dan palatum yang lebar dan dangkal. Mandibula dan dagu cenderung lebih protrusif sehingga profil wajah menjadi lurus atau bahkan cekung.Tipe wajah euryprosopic berada pada rentang indeks 79,0 - 83.9.20,21


(4)

2.1.3 Tipe Wajah Mesoprosopic

Tipe wajah mesoprosopic memiliki karakteristik fisik antara lain, kepala lonjong dan bentuk muka terlihat oval dengan zigomatik yang sedikit mengecil, profil wajah ortognasi, apertura nasal yang sempit, spina nasalis menonjol dan meatus auditory external membulat (Gambar 3). Tipe wajah seperti ini kebanyakan dimiliki oleh orang Kaukasoid. Tipe wajah mesoprosopic berada pada rentang indeks 84,0-87,9.20,21Tipe wajah mesoprosopic memiliki bentuk hidung, dahi, tulang pipi, bola mata, dan lengkung rahang yang tidak selebar tipe wajah euryprosopic dan tidak sesempit tipe wajah leptoprosopic .

2.1.4 Pengukuran Tipe Wajah

Gambar 2. Tipe wajah euryprosopic31


(5)

Terdapat beberapa indeks yang digunakan untuk menganalisis tipe wajah, salah satunya adalah dengan menggunakan Facial Index. Terdapat beberapa titik yang harus ditentukan terlebih dahulu dalam menggunakan facial index (Gambar 4). Titik-titik tersebut adalah:

a. Na (Soft tissue nasion),

yaitu titik tengah dari pangkal hidung

pada sutura nasofrontal, yang

merupakan aspek paling cekung.

22

b. Me (Soft tissue menton),

yaitu titik paling bawah dari bagian

tengah dagu.

c. Zy (Zygomaticum), yaitu

titik paling pinggir pada setiap

lengkung zygomaticum.


(6)

Facial index merupakan indeks yang dihasilkan dari pembagian antara tingi wajah diukur dari nasion (N’) ke menton (Me’) dan lebar wajah diukur dari zigoma kanan ke zigoma kiri (bizygomatic) dikali dengan 100.21,22 Rumus pengukuran facial indexadalah sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengukuran indeks tersebut, tipe wajah kemudian diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu:

a. Hypereuryprosopicmenunjukkan facial index kurang atau sama dengan 78,9.

20

b. Euryprosopic menunjukkan facial index berada dalam rentang 79,0 - 83,9. c. Mesoprosopicmenunjukkan facial index berada dalam rentang 84,0 - 87,9. d. Leptoprosopicmenunjukkan facial index berada dalam rentang 88,0- 92,9. e. Hyperleptoprosopic menunjukkan facial indexlebih besar dari 93.

2.2 Lengkung Gigi

Ukuran dan bentuk lengkung gigi merupakan salah satu penunjang dalam menegakkan diagnosis. Penelitian longitudinal mengenai pertumbuhan lengkung gigi yang dilakukan oleh Van der Linden dkk, menunjukkan bahwa terjadi perubahan rata-rata. Perubahan panjang lengkung gigi tersebut ditunjukkan sesudah penurunan awal dari panjang lengkung pada geligi susu akibat penutupan ruang molar, panjang lengkung gigi akan bertambah sedikit selama erupsi gigi-gigi insisivus permanen.27

Facial Index = Tinggi Wajah (N’-Me) X 100


(7)

Keberhasilan suatu perawatan ortodontik dapat dinilai berdasarkan stabilitas hasil perawatan. Salah satu hal yang mempengaruhi stabilitas adalah keberhasilan mempertahankan bentuk lengkung gigi.Perbedaan bentuk dan dimensi lengkung gigi dapat mempengaruhi perawatan secara klinis.28 Setiap orang memiliki variasi lengku ng gigi oleh sebab itu dokter harus memperkirakan besarnya ruang yang tersedia, stabilitas, estetika gigi, prospek pertumbuhan dan perkembangan gigi dalam merawat semua kasus.Selain itu bentuk lengkung gigi selalu diperhatikan karena prinsip dasar perawatan ortodonti adalah mempertahankan bentuk dasar lengkung gigi awal pasien sebelum dirawat. Bentuk lengkung gigi tersebut diharapkan menjadi stabil setelah perawatan selesai.

2.2.1 Metode Pengukuran Lebar Lengkung Gigi

28

Metode pengukuran lebar lengkung gigi ada 2 macam, yaitu lebar interkaninus dan intermolar.

a. Lebar Interkaninus

28

Lewis dan Lehman juga menyatakan bahwa pertumbuhan lebar interkaninus berlangsung bersamaan dengan waktunya erupsi insisivus permanen dan kaninus permanen. Awalnya pertumbuhan interkaninus mulai aktif saat gigi insisivus permanen erupsi dan berlanjut pada erupsi gigi kaninus permanen. Salzman menyatakan bahwa ada dua kaninus pada sisi kanan dan sisi kiri dari rahang, terletak di sebelah distal dari gigi insisivus lateral kaninus permanen mandibula, aspek mesial dari insisal edge beroklusi dengan sebagian dari sepertiga insiso-lingual dari maksila bagian lateral. Gigi kaninus rahang atas merupakan gigi yang sering berkembang pada posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan gigi lain dan kemungkinan lebih besar untuk mengalami malposisi. Sayin et al, menyatakan bahwa


(8)

lebar interkaninus adalah jarak horizontal yang diukur diantara puncak tonjol kaninus kiri ke kaninus kanan. Pengukuran jarak interkaninus dilakukan pada cusp tertinggi dari kedua kaninus rahang bawah.

b. Lebar intermolar

Sayin et al, menyatakan bahwa lebar intermolar adalah jarak horizontal yang diukur dari tonjol mesiobuka l molar pertama kanan atas ke tonjol mesiobuka l molar pertama kiri atas pada gigi permanen. Pertumbuhan jarak intermolar gigi posterior disebabkan oleh adanya pertumbuhan dari prosessus alveolaris serta pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi. Hasil penelitian menunjukkan lebar interkaninus dan lebar intermolar tidak mengalami perubahan setelah usia 13 tahun pada perempuan dan 16 tahun pada laki-laki.

Dalam penelitiannya, Isik dan Narbantgil, melakukan pengukuran lebar lengkung gigi dimana pengukuran dilakukan dengan mengukur jarak di empat regio yaitu interkaninus, interpremolar pertama, interpremolar kedua dan intermolar pertama (Gambar 5).29

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bentuk Lengkung Gigi

Gambar 5. Metode pengukuran lebar lengkung gigi menurut Isik dan Narbantgil29


(9)

Perubahan dimensi lengkung gigi merupakan mekanisme kompensasi yang terjadi sebagai akibat dari pertumbuhan dan diperlukan untuk menjaga keseimbangan fungsional, struktural wajah dan pertumbuhan gigi. Dimensi lengkung gigi berubah secara sistematis selama pertumbuhan dan perkembangan.

Menurut Van der Linden, faktor yang mempengaruhi karakteristik lengkung gigi antara lain:

a. Fungsi Rongga Mulut

29

Fungsi rongga mulut dibedakan atas periode neonatal dan postnatal. Fungsi rongga mulut periode neonatal antara lain menyusui dan menelan, pemeliharaan jalan nafas, menangis, batuk dan gagging. Sedangkan fungsi rongga mulut postnatal adalah untuk mengunyah, ekspresi wajah, berbicara dan penelanan mature.

b. Kebiasaan Oral

29

Kebiasaan oral yang mempengaruhi lengkung gigi antara lain mengisap ibu jari, bernafas melalui mulut, dan kebiasaan menjulurkan lidah. Peran kebiasaan oral terhadap perubahan dan karakteristik lengkung tergantung dari frekuensi, intensitas, dan durasi. Aktivitas kebiasaan buruk ini berkaitan dengan otot-otot rongga mulut. Aktivitas ini paling sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan bisa dianggap normal pada masa bayi, tetapi hal ini menjadi tidak normal apabila berlanjut hingga dewasa. Dampak perubahan dapat mengenai morfologi fasial yaitu mengenai gigi, rahang dan skeletal fasial.

c. Otot Rongga Mulut

29

Otot pengunyahan yang kuat akan meningkatkan mekanisme pengunyahan rahang, dan ini memicu pertumbuhan sutura dan aposisi tulang yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan rahang. Otot yang berperan terhadap perubahan karakter lengkung gigi adalah


(10)

otot orofasial dan pengunyahan. Gangguan otot sering dihubungkan dengan kelainan neuromuskular, genetik dan penyakit.

2.3 Suku Tamil India Malaysia

29

Orang India-Malaysia merupakan salah satu kaum di Malaysia yang berpindah dari India Selatan pada masa pemerintahan Inggris di Tanah Melayu. Ras India Malaysia terdiri dari lima kelompok suku yaitu Tamil, Malayali, Punjabi, Gujarati dan Sindhis. Suku Tamil Malaysia merupakan suatu kelompok suku yang berasal dari India dan Sri Langka dan mempunyai jumlah populasi yang terbesar di Malaysia dengan jumlah sekitar 80% dari total populasi India-Malaysia.

2.4 Fotografi Ekstraoral

30

Fotografi ekstraoral dianggap sebagai catatan penting dan harus dilakukan sebelum memulai perawatan dan setelah perawatan. Fotografi ekstraoral memiliki beberapa macam fungsi, yaitu:

a. Evaluasi dari hubungan dan proporsi kraniofasial sebelum dan sesudah perawatan.

25

b. Menilai profil jaringan lunak.

c. Analisis proporsi wajah dan analisis fotografi. d. Memantau perkembangan perawatan.

e. Mendeteksi dan mencatat ketidakseimbangan otot. f. Mendeteksi dan mencatat keasimetrisan wajah. g. Mengidentifikasi pasien.


(11)

2.4.1 Natural Head Position (NHP)

Definisi pertama yang menjelaskan orientasi kepala dalam posisi natural pertama kali diperkenalkan oleh Broca pada tahun 1862. Konsep ini merupakan suatu panduan bagi kraniologis untuk melakukan analisis pada tulang tengkorak. Broca mendefinisikan natural head position ketika seseorang berdiri dengan aksis visual yang horizontal, maka itulah yang dinamakan dengan posisi natural.

Natural head position merupakan suatu posisi kepala yang terstandarisasi dan dapat diulang atau dihasilkan kembali dengan posisi kepala yang tegak dan pandangan melihat lurus pada suatu objek dengan jarak tertentu (Gambar 6). Posisi ini sering disebut juga sebagai “orthoposition”. Molhave mendefinisikan orthoposition sebagai posisi yang dihasilkan dari keadaan antara berdiri dan berjalan (from standing to walking).

26

26

Natural head position merupakan posisi yang paling relevan untuk menilai hubungan skeletal dan kelainan pada wajah. Pemeriksaan pasien yang tidak menggunakan posisi ini dapat menyebabkan diagnosis yang tidak benar dan menghasilkan kesalahan rencana perawatan.


(12)

2.5 Kerangka Teori

Rencana Perawatan Ortodonti

Tipe Wajah Ukuran Lengkung Gigi

Euryprosopic Mesoprosopic Leptoprosopic Panjang

Lengkung

Lebar Lengkung

Lebar Interkaninus

Lebar Intermolar Lebar


(13)

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Mahasiswa India – Malaysia FKG USU

Tipe Wajah Ukuran Lebar Lengkung Gigi Hubungan

Euryprosopic Mesoprosopic Leptoprosopic


(14)

(1)

Perubahan dimensi lengkung gigi merupakan mekanisme kompensasi yang terjadi sebagai akibat dari pertumbuhan dan diperlukan untuk menjaga keseimbangan fungsional, struktural wajah dan pertumbuhan gigi. Dimensi lengkung gigi berubah secara sistematis selama pertumbuhan dan perkembangan.

Menurut Van der Linden, faktor yang mempengaruhi karakteristik lengkung gigi antara lain:

a. Fungsi Rongga Mulut 29

Fungsi rongga mulut dibedakan atas periode neonatal dan postnatal. Fungsi rongga mulut periode neonatal antara lain menyusui dan menelan, pemeliharaan jalan nafas, menangis, batuk dan gagging. Sedangkan fungsi rongga mulut postnatal adalah untuk mengunyah, ekspresi wajah, berbicara dan penelanan mature.

b. Kebiasaan Oral

29

Kebiasaan oral yang mempengaruhi lengkung gigi antara lain mengisap ibu jari, bernafas melalui mulut, dan kebiasaan menjulurkan lidah. Peran kebiasaan oral terhadap perubahan dan karakteristik lengkung tergantung dari frekuensi, intensitas, dan durasi. Aktivitas kebiasaan buruk ini berkaitan dengan otot-otot rongga mulut. Aktivitas ini paling sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan bisa dianggap normal pada masa bayi, tetapi hal ini menjadi tidak normal apabila berlanjut hingga dewasa. Dampak perubahan dapat mengenai morfologi fasial yaitu mengenai gigi, rahang dan skeletal fasial.

c. Otot Rongga Mulut

29

Otot pengunyahan yang kuat akan meningkatkan mekanisme pengunyahan rahang, dan ini memicu pertumbuhan sutura dan aposisi tulang yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan rahang. Otot yang berperan terhadap perubahan karakter lengkung gigi adalah


(2)

otot orofasial dan pengunyahan. Gangguan otot sering dihubungkan dengan kelainan neuromuskular, genetik dan penyakit.

2.3 Suku Tamil India Malaysia

29

Orang India-Malaysia merupakan salah satu kaum di Malaysia yang berpindah dari India Selatan pada masa pemerintahan Inggris di Tanah Melayu. Ras India Malaysia terdiri dari lima kelompok suku yaitu Tamil, Malayali, Punjabi, Gujarati dan Sindhis. Suku Tamil Malaysia merupakan suatu kelompok suku yang berasal dari India dan Sri Langka dan mempunyai jumlah populasi yang terbesar di Malaysia dengan jumlah sekitar 80% dari total populasi India-Malaysia.

2.4 Fotografi Ekstraoral 30

Fotografi ekstraoral dianggap sebagai catatan penting dan harus dilakukan sebelum memulai perawatan dan setelah perawatan. Fotografi ekstraoral memiliki beberapa macam fungsi, yaitu:

a. Evaluasi dari hubungan dan proporsi kraniofasial sebelum dan sesudah perawatan.

25

b. Menilai profil jaringan lunak.

c. Analisis proporsi wajah dan analisis fotografi. d. Memantau perkembangan perawatan.

e. Mendeteksi dan mencatat ketidakseimbangan otot. f. Mendeteksi dan mencatat keasimetrisan wajah. g. Mengidentifikasi pasien.


(3)

2.4.1 Natural Head Position (NHP)

Definisi pertama yang menjelaskan orientasi kepala dalam posisi natural pertama kali diperkenalkan oleh Broca pada tahun 1862. Konsep ini merupakan suatu panduan bagi kraniologis untuk melakukan analisis pada tulang tengkorak. Broca mendefinisikan natural head position ketika seseorang berdiri dengan aksis visual yang horizontal, maka itulah yang dinamakan dengan posisi natural.

Natural head position merupakan suatu posisi kepala yang terstandarisasi dan dapat diulang atau dihasilkan kembali dengan posisi kepala yang tegak dan pandangan melihat lurus pada suatu objek dengan jarak tertentu (Gambar 6). Posisi ini sering disebut juga sebagai “orthoposition”. Molhave mendefinisikan orthoposition sebagai posisi yang dihasilkan dari keadaan antara berdiri dan berjalan (from standing to walking).

26

26

Natural head position merupakan posisi yang paling relevan untuk menilai hubungan skeletal dan kelainan pada wajah. Pemeriksaan pasien yang tidak menggunakan posisi ini dapat menyebabkan diagnosis yang tidak benar dan menghasilkan kesalahan rencana perawatan.


(4)

2.5 Kerangka Teori

Rencana Perawatan Ortodonti

Tipe Wajah Ukuran Lengkung Gigi

Euryprosopic Mesoprosopic Leptoprosopic Panjang

Lengkung

Lebar Lengkung

Lebar Interkaninus

Lebar Intermolar Lebar


(5)

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Mahasiswa India – Malaysia FKG USU

Tipe Wajah Ukuran Lebar Lengkung Gigi Hubungan


(6)