Hubungan Tipe Wajah Dan Ukuran Lebarlengkung Gigi Pada Mahasiswa Suku Tamil India-Malaysia FKG USU
HUBUNGANTIPE WAJAH DAN UKURAN
LEBARLENGKUNG GIGI PADA MAHASISWA SUKU
TAMIL INDIA-MALAYSIA FKG USU
TESIS
FRIDOLIN WIDIA
087028004
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
HUBUNGAN TIPE WAJAH DAN UKURAN
LEBARLENGKUNG GIGI PADA MAHASISWA SUKU
TAMIL INDIA-MALAYSIA FKG USU
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Spesialis Ortodonti (Sp.Ort)
Dalam Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti
Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
FRIDOLIN WIDIA
087028004
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis di Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Ortodonti di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, dukungan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. H.Nazruddin,drg.,C.Ort., Ph.D., Sp.Ortselaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, pembimbing utama penulis yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort(K) selaku pembimbing anggota penulis yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Amalia Oeripto, drg., MS, Sp.Ort(K) dan Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K) selaku tim penguji yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyempurnakan tesis ini.
(4)
4. Muslim Yusuf,drg.,Sp.Ort(K) selaku Sekretaris Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan Dosen yang selalu memberikan dukungan, arahan dan masukan dalam menyempurnakan tesis ini.
5. dr. Putri Chairani Eyanoer, MS., CM-FM dan Ruth Marina, SKG yang telah membantu dan membimbing dalam analisa statistik hasil penelitian.
6. Orangtua tercinta, yaitu Ayahanda drg. Aminuddin dan dra. Mery Soengdjadi yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang yang tak terbatas, dukungan, doa, dan semangat kepada penulis.
7. Suami tercinta dr. Edward Muljadi, Sp.OG. atas bantuan, dukungan, kesabaran, pengertian serta kasih sayangnya kepada penulis.
8. Teman-teman terbaik yaitu Andrew Armand, Aditya, Adianti, Dewi dan semua PPDGS ortodonti yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi khususnya bidang ortodonti.
Medan, 27 April 2015 Penulis
Fridolin Widia NIM. 087028004
(5)
ABSTRAK
Pendahuluan : Untuk mengetahui hubungan antara tipe wajah dengan ukuran lebar lengkung gigi pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU.
Metode : Penelitian ini menggunakan sampel 46 orang yang telah memuhi kriteria inklusi. Setiap sampel mengisi kuesioner, kemudian dilakukan pengambilan foto wajah serta cetakan gigi maksila. Tipe wajah ditentukan melalui rumus facial index, sedangkan ukuran lebar lengkung gigi didapatkan dari hasil pengukuran jarak interkaninus, interpremolar dan intermolar. Data hasil yang didapatkan dalam penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact Test.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tipe wajah dengan ukuran lebar lengku ng gigi pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU (p<0,05).
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara tipe wajah dengan ukuran lebar lengkung gigi pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU (p<0,05).
(6)
ABSTRACT
Introduction: To determine the relationship between facial type anddental arch width
among Tamil tribes of Indian Malaysians dental student of North Sumatera University
Methods: This study used a sample of 46 people who had fulfilled the inclusion criteria.
Each sample fill out a questionnaire, then made a face image capture and maxillary dental mold. The facial type is determined by facial index formula, while the size of the dental arch width is obtained from the distance of intercanine, interpremolar and intermolar. The results obtained in this study were analyzed using Chi Square test or Fisher's Exact Test.
Results: The results showed a significant relationship between facial type anddental arch
width among Tamil tribes of Indian Malaysians dental student of North Sumatera University (p <0.05).
Conclusion: There is a significant relationship between facial type anddental arch width
among Tamil tribes of Indian Malaysians dental student of North Sumatera University (p <0.05).
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1.PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Permasalahan... 3
1.3 Tujuan Penelitian... 3
1.4 Hipotesis... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Tipe Wajah ... 5
2.1.1 Leptoprosopic ... 6
2.1.2Euryprosopic ... 7
2.1.3Mesoprosopic ... 8
2.1.4 Pengukuran Tipe Wajah ... 8
2.2 Lengkung Gigi ... 10
2.2.1 Metode Pengukuran Lebar Lengkung Gigi ... 11
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bentuk Lengkung Gigi .... 12
2.3Suku Tamil India Malaysia ... 14
2.4 Fotografi Ekstraoral ... 14
2.4.1 Natural Head Position (NHP) ... 15
2.5 Kerangka Teori ... 16
2.6 Kerangka Konsep Penelitian ... 17
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ... 18
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 18
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 18
3.3.1 Populasi ... 18
(8)
3.4 Kriteria Sampel ... 19
3.5 Variabel Penelitian ... 20
3.5.1 Hubungan Antar Variabel ... 20
3.5.2 Variabel Bebas ... 20
3.5.3 Variabel Tergantung ... 21
3.5.4 Variabel Terkendali ... 21
3.5.5 Variabel Tak Terkendali ... 21
3.6 Definisi Operasional ... 21
3.7 Alat dan Bahan ... 23
3.8 Cara Pengumpulan Data ... 23
3.9 Analisis Data ... 26
3.10 Skema Alur Penelitian ... 27
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 28
BAB 5. PEMBAHASAN... 32
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
6.1 Kesimpulan ... 36
6.2 Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
(9)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk Test………….…….29 2. Prevalensi Tipe Wajah pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi USU... 29 3. Rerata Ukuran Tinggi dan Lebar Wajah pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia
Fakultas Kedokteran Gigi USU ... 30 4. Rerata Ukuran Lebar Lengkung Gigi pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia
Fakultas Kedokteran Gigi USU ... 30 5. Hubungan Tipe Wajah dan Ukuran Lebar Lengkung Gigi mahasiswa suku Tamil
(10)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
1. Tipe wajah leptoprosopic ... 6
2. Tipe wajah euryprosopic ... 7
3. Tipe wajah mesoprosopic ... 8
4. Landmark facial index ... 9
5. Metode pengukuran lebar lengkung gigi menurut Isik dan Narbantgil ... 12
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Anggaran penelitian ... 43
2. Surat pernyataan persetujuan ... 44
3. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian ... 45
(12)
ABSTRAK
Pendahuluan : Untuk mengetahui hubungan antara tipe wajah dengan ukuran lebar lengkung gigi pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU.
Metode : Penelitian ini menggunakan sampel 46 orang yang telah memuhi kriteria inklusi. Setiap sampel mengisi kuesioner, kemudian dilakukan pengambilan foto wajah serta cetakan gigi maksila. Tipe wajah ditentukan melalui rumus facial index, sedangkan ukuran lebar lengkung gigi didapatkan dari hasil pengukuran jarak interkaninus, interpremolar dan intermolar. Data hasil yang didapatkan dalam penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact Test.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tipe wajah dengan ukuran lebar lengku ng gigi pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU (p<0,05).
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara tipe wajah dengan ukuran lebar lengkung gigi pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU (p<0,05).
(13)
ABSTRACT
Introduction: To determine the relationship between facial type anddental arch width
among Tamil tribes of Indian Malaysians dental student of North Sumatera University
Methods: This study used a sample of 46 people who had fulfilled the inclusion criteria.
Each sample fill out a questionnaire, then made a face image capture and maxillary dental mold. The facial type is determined by facial index formula, while the size of the dental arch width is obtained from the distance of intercanine, interpremolar and intermolar. The results obtained in this study were analyzed using Chi Square test or Fisher's Exact Test.
Results: The results showed a significant relationship between facial type anddental arch
width among Tamil tribes of Indian Malaysians dental student of North Sumatera University (p <0.05).
Conclusion: There is a significant relationship between facial type anddental arch width
among Tamil tribes of Indian Malaysians dental student of North Sumatera University (p <0.05).
(14)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan utama perawatan ortodonti adalah untuk memperbaiki susunan gigi yang tidak teratur dan hubungan rahang agar dihasilkan suatu hubungan yang seimbang antara oklusi, fungsi yang normal, estetik wajah dan hasil perawatan yang stabil.1,2 Hubungan
antara maloklusi dan bentuk wajah telah mendapat perhatian dari para ortodontis sejak abad ke-20. Bentuk wajah dan lebar lengkung gigi merupakan dua faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan dan stabilitas perawatan ortodontik.
Morfologi wajah dipengaruhi oleh faktor genotipe dan fenotipe dari masing-masing individu. Selain itu, terdapat juga hubungan antara kapasitas fungsi dan ukuran otot mastikasi dengan bentuk kraniofasial.
3,4
2,4
Variasi tipe wajah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti jenis kelamin, ras, etnik, faktor nutrisi, faktor geografik dan faktor genetik.
Penentuan tipe wajah biasanya dilakukan dengan menggunakan fotografi ekstraoral, dimana hasil penelitian membuktikan bahwa penentuan tipe wajah dengan menggunakan metode fotometri memberikan hasil yang lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan analisa dengan menggunakan metode sefalometri.
5
6,7,8
Tipe wajah dapat diukur dengan menggunakan indeks fasial, dimana indeks fasial merupakan ekspresi numerik dari rasio
(15)
antara tinggi wajah (nasion ke menton) dan lebar wajah bizigomatik (zigoma ke zigoma) dari seorang individu.
Bentuk lengkung (arch form) merupakan posisi dan hubungan gigi geligi dalam tiga dimensi.
2,9
10
Menurut Hawley, lebar lengkung yang ideal didasarkan pada equilateral triangle dengan basis yang mewakili lebar interkondilus.11 Penentuan bentuk lengkung gigi yang
tepat merupakan aspek yang penting dalam mencapai hasil perawatan ortodontik yang stabil, fungsional dan estetis.Hal ini disebabkan karena kegagalan untuk mempertahankan bentuk lengkung gigi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya relaps.12 Menurut
Kahl-Nieke, ekspansi lebar intermolar sebesar 4 mm atau lebih dan peningkatan lebar lengkung interkaninus sebesar 2,5 mm atau lebih setelah perawatan mempunyai hubungan yang signifikan dengan terjadinya relaps lebar lengkung gigi.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa bentuk lengkung gigi dapat ditentukan dari tipe wajah seorang individu.
13
14
Christie menemukan bahwa pria dewasa dengan tipe wajah brakifasial(euryprosopic), mempunyai ukuran lebar lengkung maksila dan mandibula yang lebih besar daripada pria dengan tipe wajah yang standar.15 Hal serupa juga dilaporkan oleh
Kageyama, dimana individu dengan wajah yang pendek (euryprosopic)cenderung mempunyai lebar lengkung yang berlebihan, sedangkan tipe wajah dolikofasial (leptoprosopic) dikarakteristikkan dengan lebar lengkung yang sempit.
Perbedaan etnis merupakan salah satu aspek yang sangat penting yang harus dipertimbangkan dalam bidang ortodonti.
14
3
Salah satu negara yang mempunyai berbagai macam etnis adalah Malaysia. Malaysia didominasi oleh tiga kelompok etnis mayor atau sering disebut dengan “tri-ethnic schema” yaitu Melayu, Cina dan India. Berdasarkan sensus pada tahun 2000, total populasi etnis India di Malaysia adalah sekitar
(16)
7,4%.16Namun, penelitian mengenai tipe wajah dan juga lebar lengkung gigi pada
masyarakat suku Tamil India-Malaysia masih sangat sedikit dilakukan, padahal suatu standar estetik wajah dibutuhkan dalam menegakkan diagnosa dan menyusun rencana perawatan ortodonti pada pasien dengan ras dan etnik yang berbeda.3
1.2 Permasalahan
Oleh karena itu, hal inilah yang yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Tipe Wajah dan Ukuran Lebar Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Tamil India-Malaysia FKG USU.
1. Tipe wajah yang bagaimana yang banyak dijumpai pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU.
2. Ukuran lebar lengkung gigi yang bagaimana yang banyak dijumpai pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU.
3. Apakah terdapat hubungan antara tipe wajah dengan ukuran lebar lengkung gigi pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tipe wajah yang banyak dijumpai pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU.
2. Untuk mengetahui ukuran lebar lengkung gigi yang banyak dijumpai pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU.
3. Untuk mengetahui hubungan antara tipe wajah dengan ukuran lebar lengkung gigi pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU.
(17)
1.4 Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapathubungan antara tipe wajah dengan ukuran lebar lengkung gigi pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui hubungan tipe wajah dengan ukuran lebar lengkung gigi mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU, maka diharapkan hasil penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Dapat memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu kedokteran gigi, khususnya dalam bidang ortodonti.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu referensi yang dapat membantu dalam penegakan diagnosis, penyusunan rencana perawatan yang menunjang keberhasilan suatu perawatan ortodonti yang dilakukan.
(18)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Tipe Wajah
Pola ataupun tipe wajah merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan pilihan perawatan, hal ini disebabkan karena tipe wajah mempengaruhi sistem penjangkaran, prediksi pertumbuhan struktur maksilofasial dan tujuan perawatan ortodontik.17 Analisis tipe wajah dapat memperlihatkan hubungan variasi bagian-bagian
wajah sehingga para klinisi menjadi lebih mudah untuk mengidentifikasi kemungkinan malrelasi yang akan terjadi.
Metode yang paling baik untuk mengevaluasi tipe wajah adalah dengan melakukan observasi selama beberapa kali. Dengan menggunakan metode ini, maka ortodontis dapat meningkatkan kemampuan dalam menilai karakteristik wajah dari setiap individu.
18
19
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan fotografi yang sudah terstandarisasi merupakan metode yang paling baik, karena hanya dengan metode tersebut memungkinkan untuk mengevaluasi pengukuran dan proporsi secara detail.
Martin dan Saller menentukan tipe wajah berdasarkan indeks morfologi wajah. Indeks tersebut merupakan hasil pengukuran pada tinggi wajah total (Na-Me) dibagi dengan lebar wajah (Zy-Zy). Dari perhitungan tersebut beliau mengklasifikasikan tipe
(19)
wajah ke dalam beberapa bentuk yaitu: hipereuryprosopic dengan indeks ≤ 78.9, euryprosopic dengan indeks 79.0-83, mesoprosopic dengan indeks 84.0-87.9, leptoprosopic dengan indeks 88.0-92.9 dan hyperleptoprosopic dengan indeks ≥ 93.0. Tipe wajah rata-rata yang dimiliki manusia adalah euryprosopic, mesoprosopic dan leptoprosopic.20
2.1.1 Tipe Wajah Leptoprosopic
Tipe wajah leptoprosopic memiliki ciri-ciri bentuk kepala panjang dan sempit, bentuk dan sudut bidang mandibula yang sempit, bentuk wajah seperti segitiga (tapered), tulang pipi tegak, rongga orbita berbentuk rektangular dan aperturanasal yang lebar (Gambar 1). Kebanyakan bentuk kepala ini dimiliki oleh ras Negroid dan Aborigin Australia.Tipe wajah leptoprosopic berada pada rentang indeks 88 - 92.9.20,21 Tipe wajah
leptoprosopic memiliki tulang hidung cenderung tinggi dan hidung terlihat lebih protrusif. Karena sangat protrusif, kadang-kadang hidung menjadi bengkok bahkan turun. Oleh karena bagian hidung dari tipe wajah leptoprosopic lebih protrusif, glabela dan lingkaran tulang orbital bagian atas menjadi sangat menonjol sedangkan tulang pipi menjadi terlihat kurang menonjol.
(20)
Tipe wajah juga mempengaruhi bentuk lengkung gigi. Bentuk wajah yang sempit dan panjang akan menghasilkan lengkung maksila dan palatum yang panjang, sempit, dan dalam. Selain itu, mandibula dan bibir bawah cenderung menjadi retrusif sehingga profil wajah menjadi cembung.
2.1.2 Tipe Wajah Euryprosopic.
Tipe wajah euryprosopic memiliki tulang pipi yang lebih lebar, datar, dan kurang protrusif sehingga membuat konfigurasi tulang pipi terlihat jelas berbentuk persegi (Gambar 2). Bola mata juga lebih besar dan menonjol karena kavitas orbital yang dangkal. Karakter wajah seperti ini membuat tipe wajah euryprosopic terlihat lebih menonjol daripada leptoprosopic. Tipe wajah euryprosopic memiliki lengkung maksila dan palatum yang lebar dan dangkal. Mandibula dan dagu cenderung lebih protrusif sehingga profil wajah menjadi lurus atau bahkan cekung.Tipe wajah euryprosopic berada pada rentang indeks 79,0 - 83.9.20,21
(21)
2.1.3 Tipe Wajah Mesoprosopic
Tipe wajah mesoprosopic memiliki karakteristik fisik antara lain, kepala lonjong dan bentuk muka terlihat oval dengan zigomatik yang sedikit mengecil, profil wajah ortognasi, apertura nasal yang sempit, spina nasalis menonjol dan meatus auditory external membulat (Gambar 3). Tipe wajah seperti ini kebanyakan dimiliki oleh orang Kaukasoid. Tipe wajah mesoprosopic berada pada rentang indeks 84,0-87,9.20,21Tipe wajah
mesoprosopic memiliki bentuk hidung, dahi, tulang pipi, bola mata, dan lengkung rahang yang tidak selebar tipe wajah euryprosopic dan tidak sesempit tipe wajah leptoprosopic .
2.1.4 Pengukuran Tipe Wajah
Gambar 2. Tipe wajah euryprosopic31
(22)
Terdapat beberapa indeks yang digunakan untuk menganalisis tipe wajah, salah satunya adalah dengan menggunakan Facial Index. Terdapat beberapa titik yang harus ditentukan terlebih dahulu dalam menggunakan facial index (Gambar 4). Titik-titik tersebut adalah:
a. Na (Soft tissue nasion),
yaitu titik tengah dari pangkal hidung
pada sutura nasofrontal, yang
merupakan aspek paling cekung.
22
b. Me (Soft tissue menton),
yaitu titik paling bawah dari bagian
tengah dagu.
c. Zy (Zygomaticum), yaitu
titik paling pinggir pada setiap
lengkung zygomaticum.
(23)
Facial index merupakan indeks yang dihasilkan dari pembagian antara tingi wajah diukur dari nasion (N’) ke menton (Me’) dan lebar wajah diukur dari zigoma kanan ke zigoma kiri (bizygomatic) dikali dengan 100.21,22 Rumus pengukuran facial indexadalah
sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengukuran indeks tersebut, tipe wajah kemudian diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu:
a. Hypereuryprosopicmenunjukkan facial index kurang atau sama dengan 78,9.
20
b. Euryprosopic menunjukkan facial index berada dalam rentang 79,0 - 83,9. c. Mesoprosopicmenunjukkan facial index berada dalam rentang 84,0 - 87,9. d. Leptoprosopicmenunjukkan facial index berada dalam rentang 88,0- 92,9. e. Hyperleptoprosopic menunjukkan facial indexlebih besar dari 93.
2.2 Lengkung Gigi
Ukuran dan bentuk lengkung gigi merupakan salah satu penunjang dalam menegakkan diagnosis. Penelitian longitudinal mengenai pertumbuhan lengkung gigi yang dilakukan oleh Van der Linden dkk, menunjukkan bahwa terjadi perubahan rata-rata. Perubahan panjang lengkung gigi tersebut ditunjukkan sesudah penurunan awal dari panjang lengkung pada geligi susu akibat penutupan ruang molar, panjang lengkung gigi akan bertambah sedikit selama erupsi gigi-gigi insisivus permanen.27
Facial Index = Tinggi Wajah (N’-Me) X 100
(24)
Keberhasilan suatu perawatan ortodontik dapat dinilai berdasarkan stabilitas hasil perawatan. Salah satu hal yang mempengaruhi stabilitas adalah keberhasilan mempertahankan bentuk lengkung gigi.Perbedaan bentuk dan dimensi lengkung gigi dapat mempengaruhi perawatan secara klinis.28 Setiap orang memiliki variasi lengku ng gigi oleh
sebab itu dokter harus memperkirakan besarnya ruang yang tersedia, stabilitas, estetika gigi, prospek pertumbuhan dan perkembangan gigi dalam merawat semua kasus.Selain itu bentuk lengkung gigi selalu diperhatikan karena prinsip dasar perawatan ortodonti adalah mempertahankan bentuk dasar lengkung gigi awal pasien sebelum dirawat. Bentuk lengkung gigi tersebut diharapkan menjadi stabil setelah perawatan selesai.
2.2.1 Metode Pengukuran Lebar Lengkung Gigi
28
Metode pengukuran lebar lengkung gigi ada 2 macam, yaitu lebar interkaninus dan intermolar.
a. Lebar Interkaninus
28
Lewis dan Lehman juga menyatakan bahwa pertumbuhan lebar interkaninus berlangsung bersamaan dengan waktunya erupsi insisivus permanen dan kaninus permanen. Awalnya pertumbuhan interkaninus mulai aktif saat gigi insisivus permanen erupsi dan berlanjut pada erupsi gigi kaninus permanen. Salzman menyatakan bahwa ada dua kaninus pada sisi kanan dan sisi kiri dari rahang, terletak di sebelah distal dari gigi insisivus lateral kaninus permanen mandibula, aspek mesial dari insisal edge beroklusi dengan sebagian dari sepertiga insiso-lingual dari maksila bagian lateral. Gigi kaninus rahang atas merupakan gigi yang sering berkembang pada posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan gigi lain dan kemungkinan lebih besar untuk mengalami malposisi. Sayin et al, menyatakan bahwa
(25)
lebar interkaninus adalah jarak horizontal yang diukur diantara puncak tonjol kaninus kiri ke kaninus kanan. Pengukuran jarak interkaninus dilakukan pada cusp tertinggi dari kedua kaninus rahang bawah.
b. Lebar intermolar
Sayin et al, menyatakan bahwa lebar intermolar adalah jarak horizontal yang diukur dari tonjol mesiobuka l molar pertama kanan atas ke tonjol mesiobuka l molar pertama kiri atas pada gigi permanen. Pertumbuhan jarak intermolar gigi posterior disebabkan oleh adanya pertumbuhan dari prosessus alveolaris serta pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi. Hasil penelitian menunjukkan lebar interkaninus dan lebar intermolar tidak mengalami perubahan setelah usia 13 tahun pada perempuan dan 16 tahun pada laki-laki.
Dalam penelitiannya, Isik dan Narbantgil, melakukan pengukuran lebar lengkung gigi dimana pengukuran dilakukan dengan mengukur jarak di empat regio yaitu interkaninus, interpremolar pertama, interpremolar kedua dan intermolar pertama (Gambar 5).29
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bentuk Lengkung Gigi
Gambar 5. Metode pengukuran lebar lengkung gigi menurut Isik dan Narbantgil29
(26)
Perubahan dimensi lengkung gigi merupakan mekanisme kompensasi yang terjadi sebagai akibat dari pertumbuhan dan diperlukan untuk menjaga keseimbangan fungsional, struktural wajah dan pertumbuhan gigi. Dimensi lengkung gigi berubah secara sistematis selama pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut Van der Linden, faktor yang mempengaruhi karakteristik lengkung gigi antara lain:
a. Fungsi Rongga Mulut
29
Fungsi rongga mulut dibedakan atas periode neonatal dan postnatal. Fungsi rongga mulut periode neonatal antara lain menyusui dan menelan, pemeliharaan jalan nafas, menangis, batuk dan gagging. Sedangkan fungsi rongga mulut postnatal adalah untuk mengunyah, ekspresi wajah, berbicara dan penelanan mature.
b. Kebiasaan Oral
29
Kebiasaan oral yang mempengaruhi lengkung gigi antara lain mengisap ibu jari, bernafas melalui mulut, dan kebiasaan menjulurkan lidah. Peran kebiasaan oral terhadap perubahan dan karakteristik lengkung tergantung dari frekuensi, intensitas, dan durasi. Aktivitas kebiasaan buruk ini berkaitan dengan otot-otot rongga mulut. Aktivitas ini paling sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan bisa dianggap normal pada masa bayi, tetapi hal ini menjadi tidak normal apabila berlanjut hingga dewasa. Dampak perubahan dapat mengenai morfologi fasial yaitu mengenai gigi, rahang dan skeletal fasial.
c. Otot Rongga Mulut
29
Otot pengunyahan yang kuat akan meningkatkan mekanisme pengunyahan rahang, dan ini memicu pertumbuhan sutura dan aposisi tulang yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan rahang. Otot yang berperan terhadap perubahan karakter lengkung gigi adalah
(27)
otot orofasial dan pengunyahan. Gangguan otot sering dihubungkan dengan kelainan neuromuskular, genetik dan penyakit.
2.3 Suku Tamil India Malaysia
29
Orang India-Malaysia merupakan salah satu kaum di Malaysia yang berpindah dari India Selatan pada masa pemerintahan Inggris di Tanah Melayu. Ras India Malaysia terdiri dari lima kelompok suku yaitu Tamil, Malayali, Punjabi, Gujarati dan Sindhis. Suku Tamil Malaysia merupakan suatu kelompok suku yang berasal dari India dan Sri Langka dan mempunyai jumlah populasi yang terbesar di Malaysia dengan jumlah sekitar 80% dari total populasi India-Malaysia.
2.4 Fotografi Ekstraoral
30
Fotografi ekstraoral dianggap sebagai catatan penting dan harus dilakukan sebelum memulai perawatan dan setelah perawatan. Fotografi ekstraoral memiliki beberapa macam fungsi, yaitu:
a. Evaluasi dari hubungan dan proporsi kraniofasial sebelum dan sesudah perawatan.
25
b. Menilai profil jaringan lunak.
c. Analisis proporsi wajah dan analisis fotografi. d. Memantau perkembangan perawatan.
e. Mendeteksi dan mencatat ketidakseimbangan otot. f. Mendeteksi dan mencatat keasimetrisan wajah. g. Mengidentifikasi pasien.
(28)
2.4.1 Natural Head Position (NHP)
Definisi pertama yang menjelaskan orientasi kepala dalam posisi natural pertama kali diperkenalkan oleh Broca pada tahun 1862. Konsep ini merupakan suatu panduan bagi kraniologis untuk melakukan analisis pada tulang tengkorak. Broca mendefinisikan natural head position ketika seseorang berdiri dengan aksis visual yang horizontal, maka itulah yang dinamakan dengan posisi natural.
Natural head position merupakan suatu posisi kepala yang terstandarisasi dan dapat diulang atau dihasilkan kembali dengan posisi kepala yang tegak dan pandangan melihat lurus pada suatu objek dengan jarak tertentu (Gambar 6). Posisi ini sering disebut juga sebagai “orthoposition”. Molhave mendefinisikan orthoposition sebagai posisi yang dihasilkan dari keadaan antara berdiri dan berjalan (from standing to walking).
26
26
Natural head position merupakan posisi yang paling relevan untuk menilai hubungan skeletal dan kelainan pada wajah. Pemeriksaan pasien yang tidak menggunakan posisi ini dapat menyebabkan diagnosis yang tidak benar dan menghasilkan kesalahan rencana perawatan.
(29)
2.5 Kerangka Teori
Rencana Perawatan Ortodonti
Tipe Wajah Ukuran Lengkung Gigi
Euryprosopic Mesoprosopic Leptoprosopic Panjang Lengkung
Lebar Lengkung
Lebar Interkaninus
Lebar Intermolar Lebar
(30)
2.6 Kerangka Konsep Penelitian
Mahasiswa India – Malaysia FKG USU
Tipe Wajah Ukuran Lebar Lengkung Gigi Hubungan
Euryprosopic Mesoprosopic Leptoprosopic
(31)
(32)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU. Waktu penelitian Maret 2015 - April 2015.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa suku Tamil India-Malaysia.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU usia 18-25 tahun yang masih aktif sebagai mahasiswa FKG USU yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus besar sampel sebagai berikut:
�
=
��2.�.(1−�)�2
Keterangan:
n : besar sampel minimum
(33)
P : proporsi penelitian sebelumnya, Shetti, et al (2011) yaitu 32%, P=0,32 d : presisi mutlak, dipilih sebesar 10% sehingga d = 0,1
n = (1,96)2 (0,15)
. 0,32. (0,68)
n =
2
0,8359 0,0225
= 37,15 ≈ 38
Berdasarkan perhitungan, maka jumlah sampel minimum untuk penelitian ini adalah sebanyak 38 orang.
3.4 Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi
• Belum pernah menjalani perawatan ortodonti
• Tidak pernah dilakukan pencabutan gigi/ gigi lengkap sampai M2
• Gigi permanen telah erupsi seluruhnya kecuali molar 3
• Relasi molar Klas I Angle dengan overjet dan overbite normal
• Tidak crowded atau malposisi gigi yang parah (≤2 mm)
• Tidak terdapat karies yang besar/ tambalan pada daerah oklusal
• Tidak menggu nakan gigi tiruan (cekat) Kriteria Eksklusi
• Memiliki keasimetrisan wajah
(34)
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Hubungan Antar Variabel
3.5.2 Variabel Bebas
Yang termasuk ke dalam variabel bebas dalam penelitian ini adalah tipe wajah dan lebar lengkung gigi.
Variabel Terkendali 1. Usia pasien 18-25 tahun
2. Suku sampel penelitian yaitu suku Tamil India-Malaysia
3. Teknik pengambilan foto
Variabel Bebas
1. Tipe wajah
2. Lebar lengkung gigi
Variabel Tergantung 1. Ukuran tinggi dan lebar wajah 2. Ukuran lebar lengkung gigi
Variabel Tak Terkendali 1. Ketebalan jaringan lunak 2. Jenis Kelamin
3. Teknik pencetakan rahang 4. Teknik pengadukan bahan cetak
(35)
3.5.3 Variabel Tergantung
Yang menjadi variabel tergantung dalam penelitian ini adalah ukuran tinggi dan lebar wajah, ukuran lebar lengkung gigi.
3.5.4 Variabel Terkendali
Yang termasuk ke dalam variabel terkendali dalam penelitian ini adalah: 1. Usia pasien 18-25 tahun
2. Suku sampel penelitian yaitu suku Tamil India-Malaysia 3. Teknik pengambilan foto
3.5.5 Variabel Tak Terkendali
Yang termasuk ke dalam variabel tak terkendali dalam penelitian ini adalah ketebalan jaringan lunak, jenis kelamin, teknik pencetakan rahang dan teknik pengadukan bahan cetak.
3.6 Definisi Operasional
•
Jenis kelamin adalah perbedaan ciri fisik antara pria dan wanita.• Na (Soft tissue nasion), yaitu titik tengah dari pangkal hidung pada sutura nasofrontal, yang merupakan aspek paling cekung.
• Me (Soft tissue menton), yaitu titik paling bawah dari bagian tengah dagu.
• Zy (Zygomaticum), yaitu titik paling pinggir pada setiap lengkung zygomaticum.
• Facial index merupakan indeksi yang dihasilkan dari pembagian antara tingi wajah yang diukur dari nasion (N’) ke menton (Me’) dengan lebar wajah yang diukur dari zigoma kanan ke zigoma kiri (bizygomatic) dikali dengan 100.
(36)
• Natural Head Position adalah posisi kepala seseorang yang sedang berdiri dengan pandangannya yang terorientasi secara horizontal.
• Mahasiswa suku Tamil India – Malaysia FKG USU adalah mahasiswa keturunan India suku Tamil yang berkewarganegaraan Malaysia yang masih aktif sebagai mahasiswa FKG USU.
• Euryprosopic adalah tipe wajah menunjukkan facial index berada dalam rentang 79,0 - 83,9.
• Mesoprosopic adalah tipe wajah menunjukkan facial index berada dalam rentang 84,0 - 87,9.
• Leptoprosopic adalah tipe wajah menunjukkan facial index berada dalam rentang 88,0 - 92,9.
• Hasil cetakan sampel adalah hasil cetakan rahang atas dan rahang bawah yang dicetak dengan menggunakan bahan cetak irreversible hydrocolloid dan kemudian diisi dengan menggunakan dental stone yang diambil dari penelitian sebelumnya.
• Jarak interkaninus adalah jarak antara tonjol kaninus kiri dan kanan.
• Jarak interpremolar adalah jarak antara tonjol bukal premolar pertama dan kedua pada sisi kiri dan kanan
• Jarak intermolar adalah jarak antara tonjol mesiobukal molar pertama kiri dan kanan.
• Lebar lengkung gigi adalah jarak yang diukur antara interkaninus, interpremolar pertama dan kedua, serta intermolar pada maksila.
(37)
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
• Alat diagnosa meliputi, sonde, pinset dan kaca mulut
• Pulpen
• Kamera digital merek SONY Cybershot
• Tripod yang digunakan untuk meletakkan kamera
• Digital Calliper
• Penggaris besi
• Latar belakang foto berupa kain putih dengan ukuran 1,2 m x 1,5 m
• Kertas foto dengan ukuran A4 merek Avines® Glossy Photo Paper 3.8 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:
• Pengambilan foto dan pencetakan foto.
• Pengukuran tinggi dan lebar wajah dari foto.
• Pengukuran lebar lengkung gigi dari model cetakan gigi sampel penelitian.
1. Pengambilan Foto dan Pencetakan Foto
Foto yang diambil adalah foto frontal dari sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun tahapan dalam pengambilan foto, yaitu:
a. Pengambilan foto dilakukan dengan latar belakang kain berwarna putih dengan lebar 1,2 m dan tinggi 1,5 m pada dinding, kemudian pada jarak 0,75 m diberikan tanda
(38)
“X” sebagai tempat sampel berdiri dalam pengambilan foto. Kamera diletakkan dalam posisi tegak dan tinggi disesuaikan dengan tinggi kepala pasien.
b. Subjek diminta untuk melepaskan kaca mata, syal dan benda lain yang dapat mengganggu pengambilan foto. Rambut subjek harus berada di belakang telinga dan tidak menutupi daerah trichion.
c. Subjek kemudian diminta untuk berdiri dengan posisi Natural Head Position (NHP) dengan badan yang tegak dan pandangan diorientasikan pada satu titik horizontal.
d. Operator memastikan garis khayal interpupil pasien dalam posisi yang sejajar dan garis tengah pasien tegak lurus dengan lantai.
e. Foto harus mencakup seluruh bagian kepala, leher dan sekitarnya.
f. Pengambilan foto dilakukan sebanyak tiga kali dan akan diambil satu foto yang terbaik.
g. Bagian sekeliling foto yang tidak diperlukan dapat dipotong dan foto dicetak pada kertas foto yang telah disiapkan.
2. Pengukuran Tinggi dan Lebar Wajah
Adapun langkah-langkah dalam pengukuran foto adalah sebagai berikut:
a. Pada hasil foto frontal wajah pasien yang telah dicetak, ditentukan titik acuan yaitu nasion, menton dan zigomatikum kanan kiri.
b. Setelah keempat titik tersebut ditentukan maka ditarik garis dengan menggunakan pensil yang menghubungan nasion ke menton dan juga zigoma kanan ke zigoma kiri.
c. Kemudian perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus yang telah disediakan untuk menilai tipe wajah.
(39)
d. Dalam satu hari pengukuran hanya dapat dilakukan sebanyak 10 foto untuk menghindari kelelahan mata peneliti sehingga hasil menjadi lebih akurat.
e. Hasil pengukuran kemudian dicatat dan dianalisis.
3. Pengukuran Lebar Lengkung Gigi
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang diambil dari penelitian sebelumnya mengenai ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung gigi pada mahasiswa suku India Tamil Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Adapun langkah-langkah dalam pengukuran lebar lengkung gigi adalah sebagai berikut: (menurut metode Isik dan Narbantgil)
a. Pengukuran dilakukan dengan menghitung jarak interkaninus, interpremolar dan intermolar pada rahang atas pasien dengan menggunakan digital calliper.
b. Jarak interkaninus adalah jarak antara cusp kaninus kiri dan kanan, jarak interpremolar adalah jarak antara cusp bukal premolar pertama dan kedua pada sisi kiri dan kanan, serta jarak intermolar adalah jarak antara cusp mesiobukal molar pertama kiri dan kanan.
c. Untuk menghindari kesalahan, dilakukan uji intra operator oleh 2 orang yang berbeda terhadap 5 model cetakan rahang atas dan rahang bawah. Apabila hasilnya tidak berbeda, berarti peneliti layak untuk melakukan penelitian.
d. Dalam satu hari, pengukuran hanya dilakukan pada sebanyak 10 model gigi untuk menghindari kelelahan mata peneliti sewaktu menentukan bentuk lengkung gigi.
e. Hasil pengukuran yang diperoleh dicatat kemudian diolah datanya dan dianalisis. 4. Menganalisa data hasil penelitian secara statistik
(40)
3.9 Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact Test
(41)
3.10 Skema Alur Penelitian
Etnis Tamil India-Malaysia FKG USU
Tipe Wajah
Lebar Interkaninus
Lebar Interpremolar Euryprosopic Mesoprosopic Leptoprosopic
Fotografi Ekstraoral
Lebar Intermolar Sampel yang memenuhi kriteria inklusi
Analisa Tipe Wajah
Analisa Model Studi
Hubungan Tipe Wajah dengan Lebar Lengkung Gigi
Analisa Data
(42)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Klinik Ortodonti FKG USU pada bulan Maret 2015 – April 2015. Sampel penelitian berjumlah 46 foto frontal wajah dan model cetakan rahang atas mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU. Foto frontal wajah didapat melalui pengambilan foto secara langsung pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU yang masih aktif mengikuti pendidikan dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Pengukuran pada sampel menggunakan rumus Facial Index. Model cetakan rahang atas didapat dari data sekunder dari penelitian sebelumnya.
Sebelum melakukan pengukuran terhadap seluruh sampel, operator melakukan uji operator. Apabila pada hasil uji operator tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada pengukuran pertama dan kedua, maka operator layak untuk melakukan pengukuran tersebut. Selain itu, untuk menghindari kesalahan, dilakukan uji intra operator oleh 2 orang (AA dan AT) yang berbeda terhadap 5 foto frontal dan model cetakan rahang atas. Apabila hasilnya tidak berbeda, berarti peneliti layak untuk melakukan penelitian. Dalam satu hari, pengukuran hanya dilakukan pada 10 foto frontal dan model gigi untuk menghindari kelelahan mata peneliti sewaktu melakukan pengukuran.
Untuk mengetahui distribusi normal dari data yang diperoleh dalam penelitian ini maka dilakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk Test. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa data tipe wajah dan ukuran lebar lengkung gigi terdistribusi normal (Tabel 1).
(43)
Tabel 1. Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk Test
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Facialindex .146 48 .012 .723 48 .000
Rerata lebar lengkung rahang .099 48 .200* .968 48 .218
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Secara keseluruhan tipe wajah mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USUadalah mesoprosopic (54,34%), leptoprosopic (39,13%), euryprosopic (6,52%). Tipe wajah yang paling dominan adalah tipe wajah mesoprosopic. Jumlah hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Prevalensi Tipe Wajah pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi USU
No. Tipe Wajah Jumlah
(n=46)
Persentase (%)
1. Euryprosopic 3 6,52
2. Mesoprosopic 25 54,34
3. Leptoprosopic 18 39,13
Total 46 100
Secara keseluruhan rerata ukuran tinggi wajah yaitu nasion ke menton (N-Me) adalah 50,95± 3,35; ukuran lebar wajah yaitu zygoma kanan ke kiri (Zy-Zy) adalah 58,15±3,78; dan facial index adalah 87,65±2,30. Nilai rerata dan standar deviasi pengukuran nasion ke menton (N-Me), zygoma kanan ke kiri (Zy-Zy), dan facial index dapat dilihat pada tabel 3.
(44)
Tabel 3. Rerata Ukuran Tinggi dan Lebar Wajahmahasiswa suku Tamil India-Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi USU
No Pengukuran Rerata Standar Deviasi
1 Tinggi Wajah (N-Me) 50,95 3,35
2 Lebar Wajah (Zy-Zy) 58,15 3,78
3 Facial Index 87,65 2,30
Secara keseluruhan, rerata ukuran lebar interkaninus (IC) adalah 34.50± 1.83; ukuran lebar interpremolar 1 (IP1) adalah 41.69±2.16; ukuran lebar interpremolar 2 (IP2) adalah 46.62±2.45, ukuran lebar intermolar (IM) adalah 51.69±2.56 dan rerata lebar lengkung rahang adalah 43.62±1.95. Nilai rerata pengukuran lebar lengkung gigi (IC, IP1, IP2 dan IM) dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rerata Ukuran Lebar Lengkung Gigi pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi USU
Untuk melihat hubungan tipe wajah dan ukuran lebar lengkung gigi pada mahasiswa Suku Tamil India-Malaysia FKG USU, maka dilakukan uji Chi-Square. Hubungan tipe wajah dan ukuran lebar lengkung gigi dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hubungan tipe wajah dan ukuran lebar lengkung gigi mahasiswa suku Tamil India-Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi USU
N Min Max Mean SD
Lebarinterkaninus 46 29.93 38.46 34.50 1.83
Lebarinterpremolar 1 46 36.68 47.65 41.69 2.16 Lebarinterpremolar 2 46 41.74 53.34 46.62 2.45
Lebarintermolar 46 46.15 58.16 51.69 2.56
(45)
Lengkung rahang
Indeks fasial Sig.
Euryprosopic mesoprosopic leptoprosopic Jumlah Sampel
n % n % n % n % 0,000
Narrow 0 0 0 0 15 32,6 15 32,6
Normal 0 0 25 54,3 3 6,5 28 60,9
Wide 3 6,5 0 0 0 0 3 6,5
Total 3 6,5 25 54,3 18 39,1 48 100
Correlations
facialindex kategori_lengkung_rahang facialindex Pearson Correlation 1 -.910**
Sig. (2-tailed) .000
N 46 46
kategori_lengkung_rahang Pearson Correlation -.910** 1 Sig. (2-tailed) .000
N 46 46
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel 5 menunjukkan nilai p<0,05 yang secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tipe wajah dan ukuran lebar lengkung gigi (r<0,01). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel dengan tipe wajah euryprosopic mempunyai ukuran lebar lengkung gigi yang lebar (6,5%), sampel dengan tipe wajah mesoprosopic mempunyai ukuran lebar lengkung gigi yang normal (54,3%), sampel dengan tipe wajah leptoprosopic cenderung mempunyai ukuran lebar lengkung gigi yang sempit (32,6%), namun terdapat 6,5 % sampel yang mempunyai lebar lengkung gigi yang normal.
(46)
BAB 5
PEMBAHASAN
Bentuk wajah dan lebar lengkung rahang merupakan dua faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan dan stabilitas perawatan ortodontik.3,4Bentuk lengkung (arch
form) merupakan posisi dan hubungan gigi geligi dalam tiga dimensi.10 Dalam penelitian ini, penentuan ukuran lebar lengkung dilakukan dengan menggunakan metode Isik dan Narbantgil yaitu dengan mengukur jarak di empat regio yaitu interkaninus, interpremolar pertama, interpremolar kedua dan intermolar pertama.
Penentuan tipe wajah merupakan salah satu pemeriksaan ekstra oral yang yang penting dalam pembuatan rencana perawatan dan penentuan prognosis perawatan ortodonti. Tipe wajah biasanya ditentukan dengan menggunakan fotografi ekstraoral, dimana hasil penelitian membuktikan bahwa penentuan tipe wajah dengan menggunakan metode fotometri memberikan hasil yang lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan analisis dengan menggunakan metode sefalometri.
29
6,7,8
Dalam penelitian ini, pengukuran tipe wajah ditentukan dengan menggunakan rumus facial index. Facial index dipilih karena indeks ini sudah digunakan dalam penelitian terdahulu dan mudah untuk dilakukan. Klasifikasi tipe wajah (facial index) yang digunakan adalah klasifikasi menurut Martin dan Saller yaitu hipereuryprosopicdengan indeks ≤ 78.9, euryprosopic dengan indeks 79.0-83, mesoprosopic dengan indeks 84.0-87.9, leptoprosopic dengan indeks 88.0-92.9 dan hyperleptoprosopic dengan indeks ≥ 93.0.20Tipe wajah berkaitan dengan bentuk kepala dan bentuk lengkung gigi. Orang yang memiliki tipe wajah leptoprosopic biasanya memiliki bentuk kepala dolichocephalic, tipe wajah mesoprosopic biasanya memiliki bentuk kepala
(47)
mesocephalic dan orang yang memiliki tipe wajah euryprosopic memiliki bentuk kepala brachycephalic. Bentuk lengkung gigi yang sempit biasa ditemui pada orang dengan tipe wajah leptoprosopic, bentuk lengkung gigi yang lebar biasa ditemui pada orang dengan tipe wajah euryprosopic dan bentuk lengkung gigi parabola biasa ditemui pada orang dengan tipe wajah mesoprosopic.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tipe wajah dengan ukuran lebar lengku ng gigi pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya masyarakat India-Malaysia yang berkunjung ke Indonesia baik yang akan melakukan studi atau melakukan perawatan ortodonti di Indonesia, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu penegakan diagnosis, penyusunan rencana perawatan yang menunjang keberhasilan perawatan ortodonti.
32
Hasil penelitian (tabel 2) menunjukkan prevalensi tipe wajah mahasiswa suku Tamil India-Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi USU yang paling dominan adalah mesoprosopicdengan persentase 54,34%, dan kemudian diikuti oleh leptoprosopic (39,13%) dan euryprosopic (6,52%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jahanshahi, dkk (2008), dimana tipe wajah yang banyak dijumpai adalah mesoprosopic (88%) pada pria usia 17-20 tahun.33 Selain itu, hasil yang serupa juga ditemukan pada penelitian Farahani, dkk (1993) yang dilakukan pada populasi di Iran, dimana tipe wajah yang dominan dijumpai adalahmesoprosopic.34Hasil yang sama juga
ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Shetti, dkk (2011), dimana tipe wajah yang banyak dijumpai pada populasi India Malaysia adalah mesoprosopic dengan persentase 32%, baik pada pria maupun pada wanita.25 Namun, hasil ini tidak serupa dengan hasil
(48)
wajah yang mempunyai persentasi tertinggi adalah euryprosopic(42,96%) dan hypereuryprosopic (35,10%). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan tipe wajah ditentukan oleh berbagai faktor yaitu kondisi lingkungan (geografik), sosioekonomi, ras, etnis, herediter dan faktor nutrisi.
Pada tabel 4 terlihat bahwa nilai rerata ukuran rerata ukuran lebar interkaninus (IC) adalah 34.50± 1.83; ukuran lebar interpremolar 1 (IP1) adalah 41.69±2.16; ukuran lebar interpremolar 2 (IP2) adalah 46.62±2.45, ukuran lebar intermolar (IM) adalah 51.69±2.56 dan rerata lebar lengkung rahang adalah 43.62±1.95. Sedangkan pada tabel 5 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tipe wajah dan ukuran lebar lengkung gigi, dimana sampel dengan tipe wajah mesoprosopic mempunyai ukuran lebar lengkung gigi yang normal (54,3%), sampel dengan tipe wajah leptoprosopic cenderung mempunyai ukuran lebar lengkung gigi yang sempit (32,6%), namun terdapat 6,5% sampel yang mempunyai lebar lengkung gigi yang normal, tipe wajah euryprosopic mempunyai ukuran lebar lengkung gigi yang lebar (6,5%). Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Christie, dimana pria dewasa dengan tipe wajah brakifasial(euryprosopic), mempunyai ukuran lebar lengkung maksila dan mandibula yang lebih besar daripada pria dengan tipe wajah yang standar.Hal yang sama juga dilaporkan oleh Kageyama, dimana individu dengan wajah yang pendek (euryprosopic) cenderung mempunyai lebar lengkung yang berlebihan, sedangkan tipe wajah dolikofasial (leptoprosopic) dikarakteristikkan dengan lebar lengkung yang sempit.
35
14
Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh otot (muskular) dalam pertumbuhan kraniofasial.36 Terdapat suatu konsensus dimana individu
dengan otot elevator mandibula yang kuat dan tebal cenderung akan mempunyai dimensi transversal kepala yang lebih lebar dan hal ini sering dihubungkan dengan tipe wajah
(49)
brakifasial (wajah pendek). Hyperfunction dari otot ini menyebabkan peningkatan beban mekanis pada rahang, sehingga mengakibatkan terjadinya aposisi pertumbuhan sutura dan tulang yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan rahang dan tulang dalam arah transversal.3 Selain itu, Proffit, dkk juga menunjukkan bahwa terdapat daya gigit (bite
force) yang lebih besar pada individu dengan wajah yang pendek daripada individu dengan wajah normal, dimana hal ini berpengaruh pada ukuran kraniofasial skeletal seorang individu.37
(50)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Tipe wajah yang paling dominan ditemukan pada mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USUadalah tipe wajah mesoprosopic.
2. Distribusi tipe wajah mahasiswa suku Tamil India-Malaysia FKG USU adalah mesoprosopic (54,34%), leptoprosopic (39,13%), euryprosopic (6,52%). Tipe wajah yang paling dominan adalah tipe wajah mesoprosopic.
3. Nilai rerata ukuran tinggi wajah yaitu nasion ke menton (N-Me) adalah nasion ke menton (N-Me) adalah 50,95± 3,35; ukuran lebar wajah yaitu zygoma kanan ke kiri (Zy-Zy) adalah 58,15±3,78; dan facial index adalah 87,65±2,30.
4. Nilai rerata ukuran lebar interkaninus (IC) adalah 34.50± 1.83; ukuran lebar interpremolar 1 (IP1) adalah 41.69±2.16; ukuran lebar interpremolar 2 (IP2) adalah 46.62±2.45, ukuran lebar intermolar (IM) adalah 51.69±2.56 dan rerata lebar lengkung rahang adalah 43.62±1.95.
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara tipe wajah dengan ukuran lebar lengkung gigi, dimana sampel dengan tipe wajah euryprosopic mempunyai ukuran lebar lengkung gigi yang lebar (6,5%), sampel dengan tipe wajah mesoprosopic mempunyai ukuran lebar lengkung gigi yang normal (54,3%), sampel dengan tipe wajah leptoprosopic cenderung mempunyai ukuran lebar lengkung gigi yang sempit (32,6%), namun terdapat 6,5% sampel yang mempunyai lebar lengkung gigi yang normal.
(51)
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan sampel yang lebih besar untuk mendapatkan validitas yang tinggi.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan sampel pria dan wanita dengan jumlah yang sama untuk mendapatkan validitas yang tinggi.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan parameter pengukuran yang berbeda.
(52)
DAFTAR PUSTAKA
1. Purwanegara MK. 1994. Analisa Fotometri Profil Wajah Oklusi Normal Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Kumpulan Makalah KPPIKG X. FKG UI. Jakarta: 301-306.
2. Proffit WR. 2000. Contemporary Orthodontics. Mosby Company. St. Louis. 249-250.
3. Prasad M, Kannampallil ST, Talapaneni AK,George SA, Shetty SK. Evaluation of arch width variations among differentskeletal patterns in South Indian population. J Nat Sc Biol Med2013;4:94-102.
4. Forster CM, Sunga E, Chung CH. Relationship between dental archwidth and vertical facial morphology in untreated adults. Eur JOrthod 2008;30:288‑94.
5. Hong JC, Michael W, Damien S. Mandibular muscle morphology in children with different vertical facial patterns: A 3‑dimensional computed tomography study. Am
J Orthod 2008;133:10.
6. Maina MB. Craniofacial forms among three dominant ethnic groups of Gmbe State. Int J Morphol 2012; 30 (1): 211-212.
7. Fernando LM, Vigorito JW. Photometric analysis applied in determining facial type. Dental Press J Orthod. 2011;17(5):71-5.
8. Farkas LG, Bryson W, Klotz J. Is photogrammetry of the face reliable? Plast Reconstr Surg. 1980;66(3):346-55.
(53)
9. Herzberg BL. Facial esthetic in relation to orthodontic treatment. Angle Orthod.1952;22(1):3-22.
10.Naini FB, Gill DS. Facial aesthetics, 1: concepts and canons. Dent Update. 2008;35:102–104
11.Lee RT. Arch width and form: A review. Am J Orthod DentofacialOrthop 1999;115:305‑13.
.
12.Jain M, Dhakar N. Arch forms: An overview. Univ Res J Dent 2013;3:16-21.
13.Bayome M, Sameshima GT, Kim Y, Nojima K, Baek SH, Kook YA.Comparison of arch forms between Egyptian and North American white populations. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2011; 139: 245‑52.
14.Kumari M, Fida M. Vertical facial and dental arch dimensional changes in extraction vs. Non-extraction orthodontic treatment. Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan 2010, 20(1): 17-21.
15.Nabila A, Fida M. Clinical applicability of variations in arch dimensions and arch forms among various vertical facial patterns. Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan 2011, 21(11): 685-690.
16.Ribeiro JS, Ambrosio AR, Santos-Pinto A, Shimizu IA, Shimizu RH. Evaluation of transverse changes in the dental arches according to growth pattern: a longitudinal study. Dental Press J Orthod. 2012;17(1):66-73.
17.Kageyama T, Dominguez-Rodriguez GC, Vigorito JW, DeguchiT. A morphological study of the relationship between arch dimensions and craniofacial structures in
(54)
adolescents with Class II, Division 1 malocclusions and various facial types.Am J Orthod Dentofacial Orthop 2006; 129:368-75.
18.Khera AK, Singh GK, Sharma VP, Singh A. Relationship between dental arch dimension and vertical facial morphology in Class I subjects. J Ind Orthod Soc 2012; 46(4): 316-324.
19.Shafique A. Arch form analyses: a comparison of two different methods. Pakistan Oral & Dent Journal2011: 347-51 (31).
20.Martins LF, Vigorito JW. Photometric analysis applied in determining facial type. Dental Press J Orthod 2012; 17(5):71-5.
21.Singh G. Textbook of orthodontics. 2nd
22.Franco FCM, Araujo TM, Vogel CJ, Quintão CCA. Brachycephalic, dolichocephalic and mesocephalic: Is it appropriate to describe the face using skull patterns? Dental Press J Orthod2013;18(3):159-63.
ed. New Delhi: Jaypee, 2007: 65-8, 128-9.
23.Jacobson A. Radiographic Cephalometry From Basics to Video Imaging. Alabama: Quintessence Publishing Co, 1995: 281-7.
24.Kanan UAG, Apurva D, Rashida A. Variation in facial index of Gujarati males: A photometric study. Int J Med Health Sci 2012; 1(4): 27-31.
25.Shetti RV, Pai SR, Sneh GK, Gupta C, Chethan P, Soumya. Study Of Prosopic (Facial) Index Of Indian AndMalaysian Students. Int. J. Morphol. 2011; 29(3):1018-1021.
(55)
27.Madsen DP. Natural Head Position: A Photographic method and an evaluation of cranial reference planes in cephalometrics analysis. The University of Adelaide, 2007.
28.Foster TD. A Textbook of Orthodontic. Oxford Blackwell Publishing, 1983:85-89. 29.Arthadini VD, Anggani HS. Perubahan lengkung gigi di dalam perawatan ortodonti.
M I kedokteran gigi 2008; 199-204 (23).
30.Anonymous. World Directory of Minorities and Indigenous people. 2005
31.Fulya I, NarbantgilD. A Comparative Study of Cephalometric and Arch Width Characteristics of Class II Division 1 and Division 2 Maloccusions. Euro J Orthod2006; 28:179-183.
32.Enlow DH, Hans MG. Essentials of facial growth. W.B. Saunders Company. Philadelphia, 1996: 129-45, 166-70, 193-9.
33.Jahanshahi M, Golalipour MJ, Heidari K. The Effect Of Ethnicity On Facial Anthropometry In Northean Iran. Singapore Med J. 2008;49(11):940-3.
34.Farahani R, Emami M. Estimation of cranial and facial indices in males 19-20 years old. First National Congress of Anatomy, Kerman, Iran, 1993: 55.
35.Torres-Restrepo, et al. Agreement between cranial and facial classification through clinical observation and anthropometric measurement among envigado school children. BMC Oral Health. 2014;14:50.
36.Tsunori M, Mashita M, Kasai K. Relationship between facial types and tooth and bone characteristics of the mandible obtained by CT scanning. Angle Orthod 1998;68:557‑62.
(56)
37.Ingervall B, Helkimo E. Masticatory muscle force and facial morphology in man. Arch Oral Biol 1978;23:203‑6.
(57)
TABEL DISTRIBUSI DAN HUBUNGAN LENGKUNG RAHANG DAN INDEKS FASIAL
Lengkung rahang
Indeks fasial
Total Sig. Euryprosopic mesoprosopic leptoprosopic
n % n % n % n % 0,000 Narrow 0 0 0 0 15 32,6 15 32,6
Normal 0 0 25 54,3 3 6,5 28 60,9 Wide 3 6,5 0 0 0 0 3 6,5 Total 3 6,5 25 54,3 18 39,1 48 100
TABEL DESKRIPTIF
N MIN MAX MEAN SD
Lebarinterkaninus 46 29.93 38.46 34.5035 1.83885
lebarinterpremolarsatu 46 36.68 47.65 41.6980 2.16009
lebarinterpremolardua 46 41.74 53.34 46.6270 2.45302
Lebarintermolar 46 46.15 58.16 51.6909 2.56826
Tinggiwajah 46 45.00 59.00 50.9565 3.35299
Lebarwajah 46 52.0 66.0 58.152 3.7828
Facialindex 46 83.33 91.80 87.6520 2.30766
rataratalengkungrahang 46 39.7025 49.4000 43.629837 1.9599225
TABEL UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
facialindex .146 48 .012 .723 48 .000
rataratalengkungrahang .099 48 .200* .968 48 .218
a. Lilliefors Significance Correction
(58)
HASIL SPSS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
facialindex .146 48 .012 .723 48 .000
rataratalengkungrahang .099 48 .200* .968 48 .218
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
(59)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Lebarinterkaninus 46 29.93 38.46 34.5035 1.83885
lebarinterpremolarsatu 46 36.68 47.65 41.6980 2.16009 lebarinterpremolardua 46 41.74 53.34 46.6270 2.45302
lebarintermolar 46 46.15 58.16 51.6909 2.56826
tinggiwajah 46 45.00 59.00 50.9565 3.35299
lebarwajah 46 52.0 66.0 58.152 3.7828
facialindex 46 83.33 91.80 87.6520 2.30766
rataratalengkungrahang 46 39.7025 49.4000 43.629837 1.9599225 Valid N (listwise) 46
Crosstabs
kategori_lengkung_rahang * facial_index Crosstabulation
facial_index
euryprosopic mesoprosopic
kategori_lengkung_rahang narrow Count 0 0
% within
kategori_lengkung_rahang
(60)
% within facial_index .0% .0%
% of Total .0% .0%
normal Count 0 25
% within
kategori_lengkung_rahang
.0% 89.3%
% within facial_index .0% 100.0%
% of Total .0% 54.3%
wide Count 3 0
% within
kategori_lengkung_rahang
100.0% .0%
% within facial_index 100.0% .0%
% of Total 6.5% .0%
Total Count 3 25
% within
kategori_lengkung_rahang
6.5% 54.3%
% within facial_index 100.0% 100.0%
% of Total 6.5% 54.3%
kategori_lengkung_rahang * facial_index Crosstabulation
facial_index
leptoprosopic Total
kategori_lengkung_rahang narrow Count 15 15
% within
kategori_lengkung_rahang
100.0% 100.0%
(61)
% of Total 32.6% 32.6%
normal Count 3 28
% within
kategori_lengkung_rahang
10.7% 100.0%
% within facial_index 16.7% 60.9%
% of Total 6.5% 60.9%
wide Count 0 3
% within
kategori_lengkung_rahang
.0% 100.0%
% within facial_index .0% 6.5%
% of Total .0% 6.5%
Total Count 18 46
% within
kategori_lengkung_rahang
39.1% 100.0%
% within facial_index 100.0% 100.0%
% of Total 39.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 80.226a 4 .000
Likelihood Ratio 61.578 4 .000
Linear-by-Linear Association 37.281 1 .000
(62)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 80.226a 4 .000
Likelihood Ratio 61.578 4 .000
Linear-by-Linear Association 37.281 1 .000
N of Valid Cases 46
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. Tb Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R -.910 .050 -14.578 .000c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.896 .056 -13.354 .000c
N of Valid Cases 46
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
NPar Tests
Descriptive Statistics
(63)
kategori_indeks_fasial 46 3.40 .676 2 5
kategori_lengkung_rahang 46 1.75 .601 1 3
Chi-Square Test
Frequencies
kategori_indeks_fasial
Observed N Expected N Residual
euryprosopic 3 12.0 -9.0
mesoprosopic 25 12.0 13.0
leptoprosopic 18 12.0 6.0
Total 46
kategori_lengkung_rahang
Observed N Expected N Residual
narrow 16 16.0 .0
normal 28 16.0 12.0
(64)
kategori_lengkung_rahang
Observed N Expected N Residual
narrow 16 16.0 .0
normal 28 16.0 12.0
wide 4 16.0 -12.0
Total 46
Test Statistics
kategori_indeks_ fasial
kategori_lengkun g_rahang Chi-Square 32.167a 18.000b
df 3 2
Asymp. Sig. .000 .000
a. 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 12.0.
b. 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 16.0.
GET FILE='D:\spss\ortooo.sav'. RECODE facialindex (Lowest thru 83=1) (84 thru 87.9=2) (88 thru Highest=3). EXECUTE. CROSSTABS /TABLES=kategori_lengkung_rahang BY facialindex
/FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CORR /CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL.
(65)
Crosstabs
Notes
Output Created 12-Apr-2015 22:17:21
Comments
Input Data D:\spss\ortooo.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none> N of Rows in Working Data
File
46
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=kategori_lengkung_rahang BY facialindex
/FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CORR /CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL
(66)
Resources Processor Time 0:00:00.047
Elapsed Time 0:00:00.039
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] D:\spss\ortooo.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kategori_lengkung_rahang * facialindex
46 100.0% 0 .0% 46 100.0%
kategori_lengkung_rahang * facialindex Crosstabulation
facialindex EURYPROSOPI
C
MESOPROSOPI C
kategori_lengkung_rahang narrow Count 0 0
% within
kategori_lengkung_rahang
(67)
% within facialindex .0% .0%
% of Total .0% .0%
normal Count 0 25
% within
kategori_lengkung_rahang
.0% 89.3%
% within facialindex .0% 100.0%
% of Total .0% 54.3%
wide Count 3 0
% within
kategori_lengkung_rahang
100.0% .0%
% within facialindex 100.0% .0%
% of Total 6.5% .0%
Total Count 3 25
% within
kategori_lengkung_rahang
6.5% 54.3%
% within facialindex 100.0% 100.0%
% of Total 6.5% 54.3%
kategori_lengkung_rahang * facialindex Crosstabulation
facialindex LEPTOPROSOP
IC Total
kategori_lengkung_rahang narrow Count 15 15
% within
kategori_lengkung_rahang
100.0% 100.0%
(68)
% of Total 32.6% 32.6%
normal Count 3 28
% within
kategori_lengkung_rahang
10.7% 100.0%
% within facialindex 16.7% 60.9%
% of Total 6.5% 60.9%
wide Count 0 3
% within
kategori_lengkung_rahang
.0% 100.0%
% within facialindex .0% 6.5%
% of Total .0% 6.5%
Total Count 18 46
% within
kategori_lengkung_rahang
39.1% 100.0%
% within facialindex 100.0% 100.0%
% of Total 39.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 80.226a 4 .000
Likelihood Ratio 61.578 4 .000
Linear-by-Linear Association 37.281 1 .000
(69)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 80.226a 4 .000
Likelihood Ratio 61.578 4 .000
Linear-by-Linear Association 37.281 1 .000
N of Valid Cases 46
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. Tb Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R -.910 .050 -14.578 .000c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.896 .056 -13.354 .000c
N of Valid Cases 46
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
CORRELATIONS /VARIABLES=facialindex kategori_lengkung_rahang /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
(70)
Correlations
Notes
Output Created 12-Apr-2015 22:17:54
Comments
Input Data D:\spss\ortooo.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none> N of Rows in Working Data
File
46
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are based on all the cases with valid data for that pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=facialindex kategori_lengkung_rahang /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 0:00:00.093
(71)
[DataSet1] D:\spss\ortooo.sav
Correlations
facialindex
kategori_lengkun g_rahang
facialindex Pearson Correlation 1 -.910**
Sig. (2-tailed) .000
N 46 46
kategori_lengkung_rahang Pearson Correlation -.910** 1 Sig. (2-tailed) .000
N 46 46
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT facialindex /METHOD=ENTER kategori_lengkung_rahang.
Regression
(72)
Output Created 12-Apr-2015 22:18:16 Comments
Input Data D:\spss\ortooo.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none> N of Rows in Working Data
File
46
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT facialindex /METHOD=ENTER kategori_lengkung_rahang.
Resources Processor Time 0:00:00.047
Elapsed Time 0:00:00.084
Memory Required 1540 bytes
Additional Memory Required for Residual Plots
(73)
[DataSet1] D:\spss\ortooo.sav
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method 1 kategori_lengkun
g_rahanga
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: facialindex
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .910a .828 .825 .251
a. Predictors: (Constant), kategori_lengkung_rahang
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 13.346 1 13.346 212.512 .000a
(74)
Total 16.109 45
a. Predictors: (Constant), kategori_lengkung_rahang b. Dependent Variable: facialindex
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3.974 .119 33.418 .000
kategori_lengkung_rahang -.947 .065 -.910 -14.578 .000 a. Dependent Variable: facialindex
(1)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 80.226a 4 .000
Likelihood Ratio 61.578 4 .000
Linear-by-Linear Association 37.281 1 .000
N of Valid Cases 46
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. Tb Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R -.910 .050 -14.578 .000c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.896 .056 -13.354 .000c
N of Valid Cases 46
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
CORRELATIONS /VARIABLES=facialindex kategori_lengkung_rahang /PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
(2)
Correlations
Notes
Output Created 12-Apr-2015 22:17:54
Comments
Input Data D:\spss\ortooo.sav
Active Dataset DataSet1 Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data
File
46
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are based on all the cases with valid data for that pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=facialindex kategori_lengkung_rahang /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 0:00:00.093
(3)
[DataSet1] D:\spss\ortooo.sav
Correlations
facialindex
kategori_lengkun g_rahang
facialindex Pearson Correlation 1 -.910**
Sig. (2-tailed) .000
N 46 46
kategori_lengkung_rahang Pearson Correlation -.910** 1 Sig. (2-tailed) .000
N 46 46
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05)
POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT facialindex /METHOD=ENTER kategori_lengkung_rahang.
Regression
(4)
Output Created 12-Apr-2015 22:18:16 Comments
Input Data D:\spss\ortooo.sav
Active Dataset DataSet1 Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data
File
46
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN
/DEPENDENT facialindex /METHOD=ENTER kategori_lengkung_rahang.
Resources Processor Time 0:00:00.047
Elapsed Time 0:00:00.084
Memory Required 1540 bytes
Additional Memory Required for Residual Plots
(5)
[DataSet1] D:\spss\ortooo.sav
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method 1 kategori_lengkun
g_rahanga
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: facialindex
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .910a .828 .825 .251
a. Predictors: (Constant), kategori_lengkung_rahang
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 13.346 1 13.346 212.512 .000a
(6)
Total 16.109 45 a. Predictors: (Constant), kategori_lengkung_rahang b. Dependent Variable: facialindex
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3.974 .119 33.418 .000
kategori_lengkung_rahang -.947 .065 -.910 -14.578 .000 a. Dependent Variable: facialindex